PENDAHULUAN
Penyakit kulit merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat Indonesia.Penyakit kulit sekalipun tidak berbahaya,
mempunyai dampak yang besar bagi pasien baik secara fisik maupun psikologik.
Kecepatan dan ketepatan diagnosis sangat penting untuk pengobatan, yang tentu
akan berpengaruh pada kesembuhan dan prognosis pasien.
Banyak variasi gambaran klinis dari satu penyakit kulit, dan sebaliknya
satu bentuk kelainan klinis bisa didapati pada beberapa penyakit. Hal semacam ini
sangat penting diketahui dan dipelajari oleh tenaga kesehatan medis, paramedis
dan mahasiswa kedokteran serta keperawatan
Penyakit kulit disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, infestasi oleh parasit
dan reaksi alergi (Harahap, 2000). Faktor yang berperan dalam penularan penyakit
kulit adalah sosial ekonomi yang rendah, hygiene perorangan yang jelek,
lingkungan yang tidak saniter, dan perilaku yang tidak mendukung kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m 2. Berat 4,5 5
terdapat tekanan.
1. EPIDERMIS
Terdiri dari keratinized stratified squamous epithelium.
dan invasi mikroba karena adanya lapisan sel mati yang berlapis lapis.
Bagian kulit yang sering mendapat tekanan akan menstimulasi terjadi
penebalan abnormal pada bagian kulit yang disebut Callus
B. STRATUM LUCIDUM
Hanya terdapat di lapisan yang tebal seperti telapak tangan, fingertips dan
telapak tangan.
Tersusun atas 3 5 lapisan sel sel gepeng tanpa inti, dead keratinocytes
melanosit.
Di antara sel-sel stratum spinosum terdapat jembatan jembatan antar sel
(intercellular bridges) yang terdiri atas protoplasma dan tonofibril atau
protoplsama basofilik.
- Terdapat melanosit (sel pembentuk melanin) dan Merkel Cell.
Epidermis terdiri dari 4 tipe sel :
1. Sel Melanosit :
Berasal dari ectoderm, memproduksi pigmen melanin, 8 % dari sel
epidermis, memiliki juluran yang panjang diantara keratinosit dan
mentransfer melanin granule (melanosomes) tempat disimpannya melanin.
Dimana melanin ini merupakan suatu pigmen berwarna kuning kemerahan
atau coklat kehitaman yang berkontribusi untuk warna kulit dan
mengabsorpsi sinar UV yang dapat merusak sel. Pada keratinosit dan
melanosit, melanin ini akan membentuk suatu kumpulan untuk melindungi
nuclear DNA dari kerusakan oleh sinar UV.
Melanin di sintesis oleh melanosit di melanosomes.
Sintesis awalnya yaitu dari asam amino tyrosine dirubah menjadi 3,4
dihidroksi fenilalanin dengan bantuan enzim tyrosinase, lalu dirubah
menjadi dopaquinon, dirubah lagi menjadi melanin kemudian di simpan
di melanosomes.
Sintesis melanin ini akan meningkat apabila terkena atau terpapar sinar
VASKULARISASI KULIT
Berasal dari 2 pleksus :
1. Di bagian atas dermis ( pleksus superficial ) anastomosis di papil
dermis.
2. Di subkutis (pleksus profunda) anastomosis dengan pembuluh darah
dari reticulare pembuluh darah lebih besar.
2.2. FISIOLOGI KULIT
1. Fungsi Proteksi
Perlindungan dari gangguan fisis / mekanis (ex: tekanan, gesekan,
tarikan) karena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabut
serabut jaringan penunjang, gangguan kimia (zat-zat iritan ex lisol, karbol,
asam dan alkali kuat lainnya) karena adanya stratum korneum yang
impermeabel terhadap berbagai zat kimia dan air, gangguan yang bersifat
panas ( ex : radiasi, sengatan, sinar UV karena adanya melanosit) dan
gangguan infeksi luar terutama kuman / bakteri maupun jamur (adanya
keasaman kulit).
2. Fungsi absorpsi
Menyerap cairan yang mudah menguap dan juga larut lemak
seperti Oksigen, karbon dioksida dan uap air. Terjadi penyerapan melalui
celah antar sel, menembus sel sel epidermis.
3. Fungsi ekskresi : kelenjar kelenjar kulit mengeluarkan zat sisa
metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat dan amonia.
4. Fungsi persepsi : adanya ujung ujung saraf sensorik di dermis dan
subkutis.
Rangsangan panas : badan badan ruffini di dermis dan subkutis.
Dingin : badan badan krause di dermis.
Rabaan : badan taktil meissner di papila dermis dan Merkel Ranvier di
epidermis.
2.3.5.Patogenesis
tungau. Orang tua dengan infeksi virus immunodefisiensi dan pasien dengan
pengobatan
immunosuppresan
mempunyai
risiko
tinggi
untuk
hipersensitivitas
akibat
adanya
benda
asing
mungkin
menjadi penyebab lesi. peningkatan titer IgE dapat terjadi pada beberapa pasien
scabies, bersama dengan eosinofilia, dan reaksi hipersensitivitas tipe langsung
akibat reaksi dari kutu betina ini. Kadar IgE menurun dalam satu tahun setelah
terinfeksi.Eosinofil kembali normal segera setelah dilakukannya perawatan. Fakta
bahwa gejala yang timbul jauh lebih cepat ketika terjadi reinfeksi mendukung
pendapat bahwa gejala dan lesi scabies adalah hasil dari reaksi hipersensitivitas.
Jalur utama dari transmisi penularan yaitu kontak langsung antara kulit-kekulit. Namun transmisi dengan cara pakaian bersama atau metode tidak langsung
lainnya
sangat
langka
tetapi
mungkin
terjadi
pada Norwegian
scabies
klinis
pada
kulit
yang
ditimbulkan
oleh
infestasi
termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki dan sering terjadi
infeksi sekunder berupa impetigo, ektima,sehingga terowongan jarang ditemukan.
Pada bayi, lesi terdapat diwajah. Lesi yang timbul dalam bentuk vesikel, pustul,
dan nodul, tetapi distribusi lesi tersebut atipikal. Eksematisasi dan impetigo sering
didapatkan, dan dapat dikaburkan dengan dermatits atopik atau acropustulosis.
Rasa gatal bisa sangat hebat,sehingga anak yang terserang dapat iritabel dan
kurang nafsu makan.
c. Skabies nodular
Skabies nodular adalah varian klinik yang terjadi sekitar 7% dari kasus
skabies dimana lesi berupa nodul merah kecoklatan berukuran 2-20 mm yang
sangat gatal. Umumnya terdapat pada daerah yang tertutup terutama pada
genitalia, inguinal dan aksila.Pada nodul yang lama tungau sukar ditemukan, dan
dapat menetap selama beberapa minggu hingga beberapa bulan walaupun telah
mendapat pengobatan anti skabies.
d. Skabies incognito
Penggunaan obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala
dan tanda pada penderita apabila penderita mengalami skabies. Akan tetapi
dengan penggunaan steroid, keluhan gatal tidak hilang dan dalam waktu singkat
setelah penghentian penggunaan steroid lesi dapat kambuh kembali bahkan
lebih buruk. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena penurunan responimun
seluler.
e. Skabies Norwegia
Merupakan skabies berat ditandai dengan lesi klinis generalisata berupa
krusta dan hiperkeratosis dengan tempat predileksi pada kulit kepala berambut,
telinga, bokong, telapak tangan, kaki, siku,lutut dapat pula disertai kuku distrofik
bentuk ini sangat menular tetapi gatalnya sangat sedikit. Dapat ditemukan lebih
dari satu juta populasi tungau dikulit. Bentuk ini ditemukan pada penderita yang
mengalami gangguan fungsi imun misalnya AIDS, penderita gangguan neurologik
dan retardasi mental.
3. Pemeriksaan Penunjang
Bila gejala klinis spesifik, diagnosis skabies mudah ditegakkan.
Tetapi penderita
sering
datang
dengan
lesi
yang
bervariasi
sehingga
mengidentifikasi
struktur
bentuk
triangular
atau
bentuk-V yang
diidentifikasi sebagai bagian depan tubuh tungau, termasuk kepala dan kaki.
Banyak
laporan
kasus
yang
didapatkan
mengenai pengalaman
dalam
berguna, terutama dalam kasus-kasus tertentu, termasuk kasus scabies pada pasien
dengan terapisteroid lama, pasien imunokompromais dan scabies nodular.18
e. Polymerase chain reaction
2.3.7.Diagnosis banding
Dapat dikaitkan dengan penyakit gejala pruritus seperti insect bite,
dermatitis atopic, popular urtikaria dan pioderma.19
2.3.8.Penatalaksanaan
Terapi skabies harus segera dilakukan setelah penegakan diagnosis. Penundaan
terapi dapat menyebabkan infestasi tungau yang semakin banyak dan
kemungkinan peningkatan keparahan gejala.9 Terapi skabies ini juga harus tuntas
bagi penderita dan juga dilakukan bagi keluarga penderita yang memiliki gejala
yang sama karena skabies yang tidak terobati biasanya memiliki hubungan dengan
peningkatan kejadian pyoderma oleh Streptococcus pyogenes.10 Terdapat sejumlah
terapi skabies yang efektif dan pemilihannya tergantung pada biaya dan potensi
toksiknya. Terkadang penderita menggunakan obat lebih lama dari waktu yang
dianjurkan, sehingga mengetahui kuantitas obat yang tepat untuk diresepkan akan
dapat mencegah timbulnya iritasi akibat pemakaian obat yang berlebihan, yang
pada akhirnya disalahartikan sebagai kegagalan terapi. Skabisid topikal sebaiknya
dipakai di seluruh tubuh kecuali wajah. Obat harus segera dibersihkan secara
menyeluruh setelah periode waktu yang dianjurkan.16 Pagi hari setelah terapi,
pakaian, sprei, dan handuk dicuci menggunakan air panas. Tungau akan mati pada
suhu 130oC. Pasien dapat diberikan edukasi untuk meningkatkan kebersihan
lingkungan dan perorangan.5
Penderita hendaknya diberikan pengertian bahwa meskipun penyakit telah
diobati secara adekuat, rasa gatal akan tetap ada sampai beberapa bulan. 17 Seluruh
anggota keluarga yang memiliki gejala harus diterapi, termasuk pasangan seksual.
Para ahli merekomendasikan terapi untuk anggota keluarga bersifat simultan,
karena angka kesembuhan setelah 10 minggu lebih tinggi.5 Terapi topikal untuk
skabies yang sering digunakan adalah sebagai berikut :
unggul
dibanding
permetrin.5
Lindane
memiliki
angka
berbau,
meninggalkan
noda
dan
berminyak,
mengiritasi,
2.3.10.Prognosis
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat
pengobatan dan menghilangkan faktor prediposisi (antara lain higiene), maka
penyakit ini dapat diberantas dan memberikan prognosis yang baik. Oleh karena
manusia merupakan penjamu (hospes) definitif, maka apabila tidak diobati
dengan sempurna, Sarcoptes scabiei akan tetap hidup tumbuh pada manusia.1,2
DAFTAR PUSTAKA
7.
8.
9.
10.
11.
Setyaningrum, T. Listiawan, M. Zulkarnain, I. Kadar Imunoglobulin ESpesifik Terhadap Tungau Debu Rumah Pada Penderita Skabies Nonatopi
Anak. Berkala Ilmu Kesehatan Dan Kelamin 2007 : 19 : 100
12.
13.
14.
15.
16.
17.
Fox, G. Itching And Rash In A Boy And His Grandmother. The Journal Of
Family Practice 2006 : 55 : para. 26-27, 30
18.
19.