Herpes Zoster
Herpes Zoster
Definisi
Herpes zoster merupakan penyakit
yang terjadi karena reaktivasi dari
Varicella zoster virus (VZV) yang
mengenai kulit dan mukosa dengan
lesi berupa erupsi vesikular yang
pada umumnya bersifat dermatomal
dan unilateral. Infeksi primer VZV
menyebabkan penyakit varisela.
Patofisiologi
Selama terjadinya infeksi varisela, varisela zoster virus (VZV)
meninggalkan lesi di kulit dan permukaan mukosa ke ujung serabuut
saraf sensorik.Kemudian secara sentripetal virus ini dibawa melalui
serabut saraf sensorik menuju ke ganglion saraf sensorik. Dalam
ganglion, virus memasuki masa laten dan di sini tidak infeksius dan
tidak mengadakan multiplikasi, namun tidak berart kehilangan daya
infeksinya.
Bila daya tahan tubuh penderita mengalami penurunan akan terjadi
reaktivasi virus. Virus akan mengalami multiplikasi dan menyebar di
dalam ganglion. Hal ini menyebabkan nekrosis pada saraf serta
terjadi inflamasi yang berat dan biasanya disertai neuralgia yang
hebat.
VZV yang infeksius ini mengikuti serabut saraf sensorik sehingga
terjadi neuritis.Neuritis ini berakhir pada ujung serabut saraf sensorik
di kulit dengan gambaran erupsi yang khas pada herpes zoster.
Patogenesis
Gejala Klinis
Gejala Prodromal
Manifestasi klinis herpes zoster didahului dengan gejala prodormal diawali
dengan nyeri pada daerah lesi. Keadaan ini berlangsung 1 4 hari sebelum
erupsi kulit. Nyeri bersifat segmental sesuai dermatom bervariasi secara
intermiten. Kadang-kadang subjektifnya berupa rasa gatal, kesemutan,
panas, pedih bahkan sampai rasa ditusuk- tusuk. Gejala umum berupa
malaise, sefalgia, nausea yang mana keadaan ini hilang setelah erupsi kulit
muncul.
Erupsi kulit
Kemudian diikuti dengan erupsi kulit pada daerah yang nyeri tersebut. Lesi
awal berupa makula eritem dan papula eritem yang dalam 12 - 24 jam
menjadi vesikel berkelompok terletak pada satu sisi (unilateral) dan dapat
berkembang menjadi pustul dalam 3 hari. Lesi akan mengering dan menjadi
krusta dalam 7 10 hari. Krusta biasanya bertahan selama 2 3 minggu
kemudian mengelupas. Pada individu normal, lesi baru tetap muncul dalam
1 4 hari. Lesi lebih berat dan bertahan lebih lama pada penderita usia tua
dan lebih ringan serta lebih singkat pada anak-anak.
Komplikasi
infeksi sekunder
Komplikasi terhadap organ viseral yang sering
dijumpai adalah pneumonitis, hepatitis,
pericarditis dan lain-lain. Sedangkan
komplikasi neurologik yang paling sering
ditemui adalah neuralgia paska herpetik
(NPH), meningoensefalitis, myelitis
transversa, komplikasi pada mata berupa
keratitis akut, skleritis, uveitis, glaukoma
sekunder, ptosis, korioretinitis, neuritis optika
dan parese otot penggerak bola mata.
Penatalaksanaan
Pengobatan umum
Usahakan agar vesikel tidak pecah,
misalnya jangan digaruk dan pakai baju
yang longgar.
Untuk mencegah infeksi sekunder, jaga
kebersihan badan
Pengobatan khusus
Terapi sistemik, umumnya bersifat simtomatik. Untuk nyerinya diberikan
analgetik. Jika disertai infeksi sekunder diberikan antibiotik.
Obat Antiviral, diberikan pada herpes zoster oftalmikus dan pasien dengan
defisiensi imunitas. Obat yang biasa digunakan adalah asiklovir dan
modifikasinya valasiklovir, diberikan dalam 3 hari pertama sejak lesi muncul.
Dosis asiklovir 5x800 mg sehari selama 7 hari, sedangkan valasiklovir cukup
3x1000 mg sehari. Jika lesi baru masih timbul, obat tersebut masih dapat
diteruskan dan dihentikan setelah 2 hari setelah lesi baru tidak timbul lagi.
Kortikosteroid, biasanya untuk sindrom Ramsay-Hunt yang biasa diberikan
prednison dengan dosis 3x 20 mg sehari. Setelah seminggu dosis diturunkan
secara bertahap. Lebih baik digabung dengan obat antiviral karena
prednison dosis tinggi akan menekan sistem imunitas tubuh.
Terapi topikal tergantung pada stadium. Jika masih stadium vesikel diberikan
bedak dengan tujuan untuk mencegah pecahnya vesikel. Bila erosif
diberikan kompres terbuka. Kalau terjadi ulserasi diberikan salap antibiotik