Anda di halaman 1dari 15

Arsitektur dan Lingkungan IGD RSBK

1. Bangunan IGD RS Baptis Kediri


Standar yang dipakai untuk Instalasi Gawat Darurat adalah
Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Gawat Darurat yang
dibuat oleh Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI tahun 2012. Dari segi arsitektur,
standar bangunan IGD meliputi :
1.1. Lokasi.
N
Standar
o.
1. Terletak di lantai
dasar, akses
mudah, dapat
dilalui ambulan.
2. Pintu masuk IGD
terpisah dengan
pintu utama
3. Lokasi IGD mudah
ditemukan
4.
5.

6.

Pintu masuk IGD di


jalan raya yang
dilalui kendaraan
Akses cepat ke OK,
VK, Lab, bank
darah, farmasi 24
jam
Memiliki area
untuk korban
bencana massal

1.2. Desain
No.
Standar
1.
Jalan ambulans
luas, ada atap
pelindung untuk
masuk pasien,
dan tersedia
tempat parkir
ambulans
2.
Desain sesuai
alur masuk
pasien dan
pengunjung
3.
Harus
memungkinkan
kecepatan
pelayanan
4.
Tidak
memungkinkan

RSBK

Keterangan

Sudah
memenuhi
standar

Sesuai

Sudah
memenuhi
standar
Sudah
memenuhi
standar
Sudah
memenuhi
standar
Sudah
memenuhi
standar

Sesuai

Sudah
memenuhi
standar

Sesuai

Sesuai
Sesuai
Sesuai

RSBK
Sudah
memenuhi
standar

Keterangan
Sesuai

Sudah
memenuhi
standar

Sesuai

Sudah
memenuhi
standar

Sesuai

Sudah
memenuhi

Sesuai

terjadinya infeksi
silang
1.3. Tata Ruang
No.
Standar
1.
Area Triage,
tempat
penyimpanan
brankar dan
kursi roda
2.
Pembagian
ruang gawat
darurat dan
resusitasi
3.
Area publik

standar

RSBK
Sudah
memenuhi
standar

Keterangan
Sesuai

Sudah
memenuhi
standar

Sesuai

Sudah
memenuhi
standar

Sesuai

1.4. Kebutuhan ruang


No

Nama
Ruangan

Fungsi

A. RUANG PENERIMAAN
Pendataan pasien IGD,
Administra
penandatanganan surat
si dan
1
pernyataan pasien dan
Pendaftara
keluarga, dan pembayaran
n
biaya pelayanan medik
tempat menunggu bagi
R. Tunggu
pengantar, perlu disediakan
2
pengantar
tempat duduk sesuai
aktivitas pelayanan
Penyimpanan RM, biasanya
Rekam
3
langsung berhubungan
Medis
dengan loket pembayaran
Tempat pemilahan tingkat
kegawatdaruratan pasien,
4
R. Triage
dapat berfungsi sebagai
ruang tindakan.
R.
Tempat persiapan
Persiapan
penanganan pasien korban
5
bencana
bencana massal
massal
B. RUANG TINDAKAN
Tempat untuk melakukan
Resusitasi
tindakan penyelamatan
6
Bedah
pasien gawat darurat
berdasarkan ABC
Tempat untuk melakukan
Resusitasi
tindakan penyelamatan
7
Non Bedah pasien gawat darurat
berdasarkan ABC

Besaran
Standar

3-5
m2 /
petugas
1 - 1,5
m2 /
orang
Sesuai
kebutuha
n
Min 25
m2

IGD
RSBK

Sesua
i

Sesua
i
Sesuai
Sesua
i

Min 3 m2
/ pasien
bencana

sesuai

Min 36
m2

sesuai

Min 36
m2

Sesua
i

Keter
anga
n

Tindakan
Bedah

Tindakan
Non Bedah

Tempat untuk melakukan


tindakan bedah ringan
Tempat untuk melakukan
tindakan non bedah

Ruang khusus untuk


perawatan isolasi pasien
C. RUANG OBSERVASI
Ruang untuk observasi
R.
12
pasien setelah diberi
Observasi
tindakan medis
D. RUANG KHUSUS
Ruang untuk melakukan
13 R. Plester
tindakan gips
E. RUANG PENUNJANG MEDIS
Ruang tempat penyimpanan
14 R. Farmasi
obat gawat darurat
R. Linen
Ruang tempat penyimpanan
15
Steril
bahan linen steril
Ruang tempat menyimpan
R. Alat
alat medis yang setiap saat
16
Medis
diperlukan, dalam kondisi
siap pakai dan sudah steril
Terdiri dari ruang kerja dan
17 R. Dokter
ruang istirahat / jaga
11

18

R Isolasi

R. Diskusi

19

Nurse
Station

20

R. Perawat

21

R. Kepala
IGD

22

Gudang
Kotor /
Spoolhoek

Ruang untuk diskusi petugas


medik
Ruang untuk perencanaan,
pengorganisasian, asuhan,
pelayanan keperawatan,
pengaturan jadwal, dan
harus terletak di pusat
sehingga dapat mengawasi
pasien
Ruang istirahat perawat
Ruang tempat kepala IGD
melakukan manajemen
instalasinya, membuat
program kerja, dan
pembinaan
Ruang untuk membuang
kotoran bekas pelayanan
pasien. Spoolhoek berupa
bak / kloset yang dilengkapi
leher angsa (water seal)

Min 7,2
m2 /
meja
tindakan
Min 7,2
m2 /
meja
tindakan
Min 9 m2

Sesua
i
Sesua
i
Sesua
i

Min 7,2
m2 / bed

Min 12
m2

Min 3 m2
Min 4 m2
Min 8 m2
Sesuai
kebutuha
n
Sesuai
Kebutuha
n
3-5
m2 /
perawat

Sesua

Sesua

Sesua
i
Sesua
i
Sesua
i
Sesua
i
tersed
ia

Sesua
i

Sesuai
kebutuha
n

tersed
ia

Sesuai
kebutuha
n

tersed
ia

Sesuai
kebutuha
n

Tersedi
a

23

24

Toilet
(petugas
dan
pengunjun
g)
R. Gas
Medis

25

R. Loker

26

Pantry

27

R. Parkir
Trolley

28

R. Brankar

Kamar mandi / WC

Tempat menyimpan gas


medis
Ruang tempat menyimpan
barang-barang milik
petugas
Ruang istirahat dan ruang
makan petugas
Tempat parkir trolley selama
tidak diperlukan
Tempat meletakkan brankar
selama tidak diperlukan

Masingmasing 2
- 3 m2

Sesuai

Min 3 m2

sesuai

Sesuai
kebutuha
n
Sesuai
kebutuha
n
Min 2 m2
Min 3 m2

1.5. Komponen dan Bahan Bangunan


No
Standar
.
A. KOMPONEN PENUTUP LANTAI
Tidak terbuat dari bahan berporus yang dapat
1
menyimpan debu
2
Mudah dibersihkan dan tahan gesekan
Penutup lantai harus berwarna cerah tetapi
3
tidak menyilaukan mata
Pada daerah kemiringan <7 derajat, penutup
4
lantai tidak boleh licin (walaupun kondisi
basah)
5

Pertemuan dinding dan lantai tidak boleh


bersiku

Pertemuan dinding dan lantai tidak boleh


bersiku

C. KOMPONEN LANGIT-LANGIT
1
Mudah dibersihkan, tahan cuaca, tahan air,
tdak mengandung bahan berbahaya, tidak

sesuai
Sesua
i

Keterang
an

Sesuai
Sesuai
Sesuai
-

Tersedi
a

IGD
RSBK

Khusus untuk daerah yang bersinggungan


dengan bahan kimia / mudah terbakar,
penutup lantai harus tahan api

B. KOMPONEN DINDING
Mudah dibersihkan, tahan cuaca, tidak
1
berjamur
2
Non porosif
3
Warna cerah tetapi tidak menyilaukan mata

Tersedi
a

Tidak
pada
ketinggian
Masih
berbentuk
Siku
Mengguna
kan
penutup
lantai
yang
sama

sesuai
sesuai
sesuai
sesuai

Masih
berbentuk
siku

berjamur
2
Lapisan penutup non porosif
3
Warna cerah tetapi tidak menyilaukan mata
D. KOMPONEN PINTU DAN JENDELA
Mudah dibersihkan, tahan cuaca, tidak
1
berjamur
Pintu masuk dari area drop-off ke ruang IGD
disarankan menggunakan swing door,
2
membuka ke arah dalam, dan menggunakan
penutup otomatis.
Pintu utama lebar minimal 120 cm atau dapat
dilalui brankar pasien, dan pintu yang tidak
3
menjadi akses pasien tirah baring memiliki
lebar minimal 90 cm
Daerah sekitar pintu masuk hindari adanya
4
ramp atau perbedaan ketinggian lantai
5

Apabila ada jendela, bentuk kusen seminimal


mungkin supaya tidak menyimpan debu

sesuai

sesuai

sesuai

Sesuai
sesuai
Sesuai

1.6. Prasarana Bangunan


A. PRASARANA YANG MENUNJANG FAKTOR KESELAMATAN
N
IGD
o.
Standar
RSBK
1. SISTEM PROTEKSI PETIR
a. Ruang proteksi petir
Konfirm
b. Sistem proteksi petir harus mengurangi resiko
kerusakan dan sambaran petir, dan melindungi
manusia di dalamnya
Konfirm
c. Harus mengikuti SNI 03-7015-2004, atau edisi
terakhir, dan PMK No.2306/Menkes/Per/XI/2011
tentang Persyaratan Teknis Prasarana Ruang
Elektrikal RS
konfirm
2. SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN
a. Sistem proteksi pasif dan aktif kebakaran
Konfirm
b. Penerapan sistem proteksi pasif didasarkan pada
Konfirm
fungsi resiko kebakaran, geometri ruang, bahan
bangunan terpasang, dan jumlah dan kondisi
penghuni dan bangunan IGD
c. Penerapan sistem proteksi aktif didasarkan pada
Konfirm
fungsi, klasifikasi, luas, ketinggian, volume
bangunan, dan/atau jumlah dan kondisi penghuni
dalam bangunan IGD
d. Bila terjadi kebakaran di IGD, peralatan yang
Konfirm
terbakar harus
segera disingkirkan dari sekitar sumber oksigen
atau outlet pipa yang dimasukkan ke Ruang Gawat
Darurat untuk mencegah terjadinya ledakan.

Keteranga
n

e.

Api harus dipadamkan di IGD, jika dimungkinkan,


dan pasien harus segera dipindahkan dari tempat
berbahaya. Peralatan pemadam kebakaran harus
dipasang diseluruh rumah sakit. Semua petugas
harus tahu peraturan tentang caracara
proteksi kebakaran. Mereka harus tahu persis tata
letak kotak alarm kebakaran dan tahu
menggunakan alat pemadam kebakaran.
f.
Ketentuan lebih lanjut mengikuti : Pedoman Teknis
Prasarana Rumah Sakit, Sarana Keselamatan Jiwa,
Pedoman Teknis Prasarana Rumah Sakit, Sistem
Proteksi Kebakaran Aktif,
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan
Sarana Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina Upaya
Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, 2012.
3. SISTEM KELISTRIKAN
a. Ketentuan mengenai perencanaan, pemasangan
dan pemeliharaan Ruang elektrikal serta proteksi
untuk keselamatan terkait Ruang elektrikal di rumah
sakit mengikuti Permenkes No.
2306/Menkes/per/XI/2011 tentang Persyaratan
Teknis Prasarana Ruang Elektrikal Rumah Sakit,
Kementerian Kesehatan RI, 2011.
4. SISTEM GAS MEDIK DAN VAKUM MEDIK
a. mengikuti Pedoman Teknis Ruang Gas Medik dan
Vakum Medik di Rumah Sakit yang disusun oleh
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan
Sarana Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina Upaya
Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, Tahun 2011.

Konfirm

Konfirm

Konfirm

Konfirm

B. PERSYARATAN PRASARANA YANG MENUNJANG FAKTOR KESEHATAN


LINGKUNGAN
N
IGD
Keteranga
O
Standar
RSBK
n
1. SISTEM VENTILASI
a. harus mempunyai ventilasi alami dan/atau ventilasi
Konfirm
mekanik/ buatan sesuai dengan fungsinya dan
tingkat kontaminasi oleh lingkungan sekitar
bangunan IGD
b. Ventilasi mekanik/buatan harus disediakan jika
Konfirm
ventilasi alami tidak dapat memenuhi syarat.
c. Bila memakai sistem ventilasi mekanik/buatan
Konfirm
maka Ruangnya harus dilakukan
pembersihan/penggantian filter secara berkala
untuk mengurangi kandungan debu dan
bakteri/kuman
d. Penerapan sistem ventilasi harus dilakukan dengan
Konfirm
mempertimbangkan prinsip-prinsip penghematan
energi dalam bangunan Ruang Gawat Darurat.
e. Pada ruang tindakan minimal enam kali total
Konfirm
pertukaran udara per jam
f.
Ketentuan lebih lanjut mengikuti Pedoman Teknis
Konfirm
Prasarana Sistem Tata Udara pada Bangunan
Rumah Sakit yang disusun oleh Direktorat Bina
Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan,
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan,
Kementerian Kesehatan RI, Tahun 2011.

2. SISTEM PENCAHAYAAN
a. harus mempunyai pencahayaan alami dan/atau
pencahayaan buatan, termasuk pencahayaan
darurat sesuai dengan fungsinya
b. Pencahayaan alami harus optimal, disesuaikan
dengan fungsi bangunan dan fungsi masing-masing
ruang di dalam bangunan
c. Pencahayaan buatan harus direncanakan
berdasarkan tingkat iluminasi yang dipersyaratkan
sesuai fungsi ruang dalam bangunan Ruang Gawat
Darurat dengan mempertimbangkan efisiensi,
penghematan energi, dan penempatannya tidak
menimbulkan efek silau atau pantulan
d. Pencahayaan buatan yang digunakan untuk
pencahayaan darurat harus dipasang pada
bangunan Ruang Gawat Darurat dengan fungsi
tertentu, serta dapat bekerja secara otomatis dan
mempunyai tingkat pencahayaan yang cukup untuk
evakuasi yang aman.
e. Semua sistem pecahayaan buatan, kecuali yang
diperlukan untuk pencahayaan darurat, harus
dilengkapi dengan pengendali manual, dan/atau
otomatis, serta ditempatkan pada tempat yang
mudah dibaca dan dicapai, oleh pengguna ruang.
f.
Pencahayaan umum disediakan dengan lampu yang
dipasang di langit-langit.
g. Pencahayaan ruangan dapat menggunakan lampu
fluorescent, penggunaan lampulampu recessed
disarankan karena tidak mengumpulkan debu.
h. Penggunaan lampu yang mempunyai efikasi lebih
tinggi dan menghindari pemakaian lampu dengan
efikasi rendah. Disarankan menggunakan lampu
fluoresent dan lampu pelepas gas lainnya.
i.
Pemilihan armature/fixture yang mempunyai
karakteristik distribusi pencahayaan sesuai dengan
penggunaannya, mempunyai efisiensi yang tinggi
dan tidak mengakibatkan silau atau refleksi yang
mengganggu.
j.
Ketentuan lebih lanjut mengikuti : SNI 03 2396
2001, SNI 03 6575 2001, SNI 03 6574 2001
3. SISTEM SANITASI
a. harus dilengkapi dengan sistem air bersih, sistem
pembuangan air kotor dan/atau air limbah, kotoran
dan sampah, serta penyaluran air hujan.
b.
Sistem pembuangan air kotor atau air limbah
dialirkan ke ruang IPAL, dapat dilihat pada
Kepmenkes No.1204/Menkes/SK/X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan RS
c. Sistem pembuangan limbah padat medis dan non
medis harus terpisah pewadahannya dan tertutup
sesuai jenis limbahnya mengacu pada Keputusan
Menteri Kesehatan No. 1204/MENKES/SK/X/2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit

Konfirm
Konfirm
Konfirm

Konfirm

Konfirm

Konfirm
Konfirm
Konfirm

Konfirm

Konfirm

Konfirm
Konfirm

Konfirm

d.

Sistem penyaluran air hujan pada bangunan di


daerah resapan air hujan harus diserapkan ke
dalam tanah pekarangan dan/atau dialirkan ke
sumur resapan. Untuk daerah yang bukan daerah
resapan maka air hujan dialirkan ke jaringan
drainase lingkungan/kota sesuai dengan ketentuan
yang berlaku

Konfirm

C. PERSYARATAN PRASARANA YANG MENUNJANG FAKTOR KENYAMANAN


N
IGD
Keteranga
o.
Standar
RSBK
n
1. SISTEM PENGKONDISIAN UDARA
a. Sistem pengkondisian udara harus
mempertimbangkan fungsi ruang, jumlah
pengguna, letak, volume ruang, jenis peralatan, dan
penggunaan bahan bangunan kemudahan
pemeliharaan dan perawatan, dan prinsip-prinsip
penghematan energi dan kelestarian lingkungan
b. Kelembaban relatif yang dianjurkan pada ruang
tindakan adalah 30 60%. dan temperatur
rancangan 21.1-23.9 0C
c. Filter-filter ini harus dibersihkan dan/atau diganti
secara berkala.
d. Saluran udara (ducting) harus dibersihkan secara
teratur
e. Penjelasan lebih lanjut mengikuti Pedoman Teknis
Prasarana Sistem Tata Udara pada Bangunan
Rumah Sakit yang disusun oleh Direktorat Bina
Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan,
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan,
Kementerian Kesehatan RI, Tahun 2011.
2. KEBISINGAN
a. harus mempertimbangkan jenis kegiatan,
penggunaan peralatan, dan/atau sumber bising
lainnya baik yang berada pada bangunan Ruang
Gawat Darurat maupun di luar bangunan Ruang
Gawat Darurat.
b. Penjelasan lebih lanjut mengacu pada mengacu
pada Keputusan Menteri Kesehatan No.
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
c.
Tingkat kebisingan berdasarkan Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996, untuk
lingkungan kegiatan rumah sakit adalah 55 dB(A).
3. GETARAN
a. Kenyamanan terhadap getaran adalah suatu
keadaan dengan tingkat getaran yang tidak
menimbulkan gangguan bagi kesehatan dan
kenyamanan seseorang dalam melakukan
kegiatannya.
D. PERSYARATAN PRASARANA YANG MENUNJANG FAKTOR KEMUDAHAN
N
IGD
Keteranga
o.
Standar
RSBK
n
1. KEMUDAHAN HUBUNGAN HORIZONTAL

a.

b.

c.

Kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam


bangunan Ruang Gawat Darurat meliputi
tersedianya fasilitas dan aksesibilitas yang mudah,
aman, dan nyaman bagi orang yang berkebutuhan
khusus, termasuk penyandang cacat
Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas harus
mempertimbangkan tersedianya hubungan
horizontal antar ruang dalam bangunan RS, akses
evakuasi, termasuk bagi orang yang berkebutuhan
khusus, termasuk penyandang cacat
Arah bukaan daun pintu dalam suatu ruangan
dipertimbangkan berdasarkan fungsi ruang dan
aspek keselamatan

d.

Ukuran koridor sebagai akses horizontal antar ruang


dipertimbangkan berdasarkan fungsi koridor, fungsi
ruang, dan jumlah pengguna. Ukuran koridor yang
aksesibilitas brankar pasien minimal 2,4 m
2. SARANA EVAKUASI
a. Penjelasan lebih lanjut mengenai sarana evakuasi
dapat dilihat pada Pedoman Teknis Sarana
Penyelamatan Jiwa pada Bangunan Rumah Sakit,
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan
Sarana Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina Upaya
Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, 2012
3. AKSESIBILITAS
a. Fasilitas dan aksesibilitas meliputi toilet, tempat
parkir, telepon umum, jalur pemandu, rambu dan
marka, pintu, ramp, tangga, dan lif bagi
penyandang cacat dan lanjut usia.
b.
Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas disesuaikan
dengan fungsi, luas, dan ketinggian bangunan RS.

2. Kualitas Udara Ruang IGD RS Baptis Kediri


Kualitas udara ruang IGD RS Baptis Kediri sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan No.1204 tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit sebagai berikut :
No.
1
2

3
4
5
6
7
8

Standar
Tidak Berbau (terutama bebas dari H2S dan
Amoniak)
Kadar debu (particulate matter) berdiameter
kurang dari 10 micron dengan rata-rata
pengukuran 8 jam atau 24 jam tidak melebihi
150 g/m3, dan tidak mengandung debu
asbes
Angka kuman maksimal 200
mikroorganisme /m2
Pencahayaan antara 100-200 Lux, warna
cahaya sedang
Suhu antara 19 - 24 derajat celcius
Kelembaban antara 45-60 %
Tekanan positif
Kebisingan Maks 45 dB

IGD RSBK

Keterang
an

3. Pengolahan Limbah IGD RS Baptis Kediri


Pengolahan limbah IGD RS Baptis Kediri sudah mengikuti pedoman
Peraturan Menteri Kesehatan No.1024 tahun 2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, yang digambarkan sebagai berikut :
Jenis

Proses

1. Minimasi

2. Pemilahan,
pewadahan,
pemanfaatan
kembali, daur ulang
Pada
t

3. Pengumpulan,
pengangkutan,
penyimpanan
4. Pengumpulan,
pengemasan,
pengangkutan

5. Pengolahan,
pemusnahan

1. Pemilahan,
pewadahan
Non
Pada
t

Cair
Gas

2. Pengumpulan,
penyimpanan,
pengangkutan
3. Pengolahan,
pemusnahan
Sesuai MLH
No.Kep.58/MenLH/12
/1995
Sesuai MLH
No.Kep.13/MenLH/12
/1995

Tata Laksana
Reduksi limbah mulai dari
sumber, mengelola dan
mengawasi bahan kimia,
pengelolaan stok bahan
kimia, dan harus melalui
sertifikasi
Dimulai dari sumber
penghasil limbah, yang
dimanfaatkan kembali harus
dipisah dan disterilisasi,
benda tajam dikumpulkan di
safe box, pewadahan harus
menggunakan label yang
sesuai.
Harus menggunakan trolley
khusus yang tertutup,
penyimpanan pada musim
hujan maks 48 jam, musim
kemrarau maks 24 jam
Harus dikemas dalam
tempat yang kuat,
pengangkutan ke luar RS
menggunakan kendaraan
khusus
Tidak boleh dibuang
langsung ke TPA limbah,
dapat disesuaikan dengan
fasilitas RS, dengan otoklaf
atau pembakaran dengan
insenerator.
Dipisahkan dari limbah
medis padat, ditampung
dalam kantong plastik warna
hitam dengan lambang
domestik warna putih.
Harus dilakukan
pengendalian serangga dan
binatang pengganggu
minimal 1 bulan sekali
Sesuai dengan persyaratan
kesehatan

IGD RSBK

Keterang
an

Untuk limbah non medis dipisahkan antara sampah organik, yang


dapat di daur ulang, dan sampah plastik. Penyimpanan atau pewadahan di
wadah tertutup yang dapat diinjak dengan kaki, dengan kantong plastik

berwarna hitam polos. Pengangkutan limbah non medis dilakukan setiap


hari.

4. Denah IGD RS Baptis Kediri

5. Post Occupational Evaluation IGD RS Baptis Kediri.


Post Occupational Evaluation atau evaluasi pasca huni adalah
proses evaluasi fasilitas fisik secara sistematis dan teliti setelah dibangun
atau dihuni selama beberapa waktu (Haripradianto, 2015). Manfaat
evaluasi pasca huni dibedakan menjadi tiga :
1. Jangka pendek : memberikan feedback pada bangunan eksisting
sebagai pemecahan permasalahan (problem solving)
2. Jangka menengah : memberikan input langsung kepada bangunan
yang akan dibangun, atau bangunan terdekat.
3. Jangka panjang : memberikan feedforward pada perencanaan
bangunan selanjutnya, atau perencanaan yang lebih komprehensif.
Paradigma evaluadsi pasca huni meliputi pengguna bangunan,
kriteria kinerja, dan konteks tempat.
1. Pengguna Bangunan.
Pengguna bangunan IGD dalam hal ini berkaitan dengan pangsa
pasar IGD pada khususnya dan seluruh masyarakat terkait pada
umumnya, meliputi : pasien, keluarga pasien, pengantar pasien,
pengunjung umum, staff IGD, dan staff RS.
2. Kriteria Kinerja
Kriteria kinerja IGD RSBK meliputi aspek teknikal, fungsional, dan
perilaku.
a. Aspek Teknikal
Faktor teknis sebuah bangunan adalah latar belakang sebuah
bangunan yang harus memberikan perlindungan yang pokok dan
lingkungan yang memungkinkan untuk bertahan. Faktor teknis dari sebuah
bangunan rumah sakit mengikuti beberapa peraturan yang berlaku.
Dari aspek teknikal yang telah disampaikan pada sub bab
sebelumnya, ditemukan beberapa standard-gap di IGD RSBK, yaitu (1)
belum terdapat ruang dekontaminasi pasien. Sesuai dengan Pedoman
Teknis Bangunan RS Ruang Gawat Darurat yang diterbitkan Kemenkes RI
tahun 2012 bahwa ruang dekontaminasi ini disarankan untuk rumah sakit
yang dekat dengan area industri, karena kemungkinan terpaparnya
dengan bahan kimia akan lebih besar, oleh karena itu disarankan adanya
ruang dekontaminasi di IGD RSBK. (2) Tirai penyekat ruang tindakan masih
menggunakan tirai berbahan kain. Seharusnya tirai penyekat terbuat dari
bahan plastik atau bahan lain yang mudah dicuci, tidak menyimpan debu
dan kotoran, sehingga kemungkinan untuk terjadinya kontaminasi silang
akan diminimalisir.
b. Aspek Fungsional
Faktor fungsional adalah aspek-aspek suatu bangunan yang
langsung menunjang kegiatan dan prestasi organisasi. Faktor fungsional
memperhatikan hubungan antara bidang, fungsi, kegiatan dalam
bangunan, jalan masuk, penyediaan pelayanan, kecocokan dimensional.
Faktor-faktor tersebut meliputi pengelompokan berdasarkan lokasi,
sirkulasi, faktor manusiawi, penyimpanan, dan keluwesan dalam
perubahan.
Berdasarkan aspek fungsionalnya, elemen ruangan dan fungsi
secara garis besar sudah memenuhi standar dan persyaratan, hanya saja
berdasarkan kebutuhan besaran ruang, masih ada beberapa yang belum
sesuai dengan standar.
c. Aspek Perilaku
Faktor perilaku adalah faktor yang menekankan hubungan antara
perilaku dan lingkungan fisik. Misalnya dari segi privasi, di ruangan IGD

RSBK secara fungsional sudah sesuai. Ruang tindakan terdapat tirai


pembatas keliling, tersedia ruang ganti khusus untuk perawat. Dari segi
interaksi, ruang pendaftaran dan ruang tunggu pengantar jadi satu di luar
IGD. Dari pendekatan teritorial, tidak ada ruangan yang overlap fungsi
dengan ruangan lain.
3. Konteks Tempat.
Dari konteks tempat, IGD RSBK sudah memenuhi peryaratan
Pedoman Sarana Prasarana RS Kelas B tahun 2011 yaitu :
1. Instalasi Gawat Darurat harus terletak pada area depan atau muka
dari tapak RS.
2. Area IGD harus mudah dilihat serta mudah dicapai dari jalan raya
dengan tanda-tanda yang sangat jelas dan mudah dimengerti
masyarakat umum.
3. Area IGD harus memiliki pintu masuk kendaraan yang berbeda
dengan pintu masuk kendaraan ke area Instalasi Rawat
Jalan/Poliklinik, Instalasi rawat Inap serta Area Zona Servis dari
rumah sakit.
4. Untuk tapak RS yang berbentuk memanjang mengikuti panjang
jalan raya maka pintu masuk kearea IGD harus terletak pada pintu
masuk yang pertama kali ditemui oleh pengguna kendaraan untuk
masuk kearea RS.
5. Untuk bangunan RS yang berbentuk bangunan bertingkat banyak
(Super Block Multi Storey Hospital Building) yang memiliki ataupun
tidak memiliki lantai bawah tanah (Basement Floor) maka
perletakan IGD harus berada pada lantai dasar (Ground Floor) atau
area yang memiliki akses langsung.
6. IGD disarankan untuk memiliki Area yang dapat digunakan untuk
penanganan korban bencana massal (Mass Disaster Cassualities
Preparedness Area).
7. Disarankan pada area untuk menurunkan atau menaikan pasien
(Ambulance Drop-In Area) memiliki sistem sirkulasi yang
memungkinkan ambulan bergerak 1 arah (One Way Drive / Pass
Thru Patient System).
8. Letak bangunan IGD disarankan berdekatan dengan Inst. Bedah
Sentral. 9. Letak bangunan IGD disarankan berdekatan dengan Unit
Rawat Inap Intensif (ICU (Intensive Care Unit)/ ICCU (Intensive
Cardiac Care Unit)/HCU (High Care Unit).
9. Letak bangunan IGD disarankan berdekatan dengan Unit Kebidanan.
10.Letak bangunan IGD disarankan berdekatan dengan Inst.
Laboratorium.
11.Letak bangunan IGD disarankan berdekatan dengan Instalasi
Radiologi.
12.Letak bangunan IGD disarankan berdekatan dengan BDRS (Bank
Darah Rumah Sakit) atau UTDRS (Unit Transfusi Darah Rumah Sakit)
24 jam.
Post Occupational Evaluation atau evaluasi pasca huni sebuah
bangunan terdiri dari 3 tahapan yaitu perencanaan (planning),
pembangunan (conducting), dan penerapan (applying).
1. Perencanaan.
Pada tahap perencanaan, yang dilakukan adalah menentukan gap
dari aspek teknis, fungsional, dan perilaku tersebut di atas, lalu

menentukan pembiayaan serta keuntungan. Untuk perencanaan


sumberdaya, dapat ditentukan personel yang terkait, waktu yang
dibutuhkan, dan bagaimana metode yang digunakan.
Permasalahan yang timbul dari evaluasi pasca huni di IGD RSBK
adalah ; (1) penyusun menyarankan untuk dibuat ruang dekontaminasi,
dan (2) Tirai penyekat sebaiknya diganti yang terbuat dari bahan plastik.
Setelah menentukan permasalahan, perencanaan selanjutnya
adalah merencanakan pembiayaan. Kebutuhan ruangan sesuai standar
pedoman yang diperlukan untuk ruang dekontaminasi adalah

Anda mungkin juga menyukai