Anda di halaman 1dari 4

Kejadian Luar Biasa (KLB)

December 13, 2010 in Uncategorized

KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)


Kejadian luar biasa (KLB) masih sering terjadi di Indonesia. KLB ini mempunyai makna social
dan politik tersendiri oleh karena peristiwanya yang demikian mendadak, mengenai banyak
orang dan dapat menimbulkan banyak kematian.
Penyakit menular yang potensial menimbulkan wabah di Indonesia dicantumkan Permenkes
560/MENKES/PER/VIII/1989 tentang Penyakit potensial wabah :
1.

Kholera

2.

Pertusis

3.

Pes

4.

Rabies

5.

Demam Kuning

6.

Malaria

7.

Demam Bolak-balik

8.

Influenza

9.

Tifus Bercak wabah

10.

Hepatitis

11.

DBD

12.

Tifus perut

13.

Campak

14.

Meningitis

15.

Polio

16.

Ensefalitis

17.

Difteri

18.

Antraks

Pengertian kejadian luar biasa (KLB) adalh timbulnya atau meningkatnya kesakitan/kematian
yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu dan daerah tertentu.
Batasan KLB meliputi arti yang luas, yang dapat diuraikan sebagai berikut :

Meliputi semua kejadian penyakit, dapat suatu penyakit infeksi akut kronis ataupun
penyakit non infeksi.

Tidak ada batasan yang dapat dipakai secara umum untuk menentukan jumlah
penderita yang dapat dikatakan sebagai KLB. Hal ini selain karena jumlah kasus sangat
tergantung dari jenis dan agen penyebabnya, juga karena keadaan penyakit akan
bervariasi menurut tempat (tempat tinggal, pekerjaan) dan waktu (yang berhubungan
dengan keadaan iklim) dan pengalaman keadaan penyakit tersebut sebelumnya.

Tidak ada batasan yang spesifik mengenai luas daerah yang dapat dipakai untuk
menentukan KLB, apakah dusun desa, kecamatan, kabupaten atau meluas satu propinsi
dan Negara. Luasnya daerah sangat tergantung dari cara penularan penyakit tersebut.

Waktu yang digunakan untuk menentukan KLB juga bervariasi. KLB dapat terjadi
dalam beberapa jam, beberapa hari atau minggu atau beberapa bulan maupun tahun.

A. Kriteria Kerja Kejadian Luar Biasa (KLB)


KLB meliputi hal yang sangat luas seperti sampaikan pada bagian sebelumnya, maka untuk
mempermudah penetapan diagnosis KLB, pemerintah Indonesia melalui Keputusan Dirjen
PPM&PLP No. 451-I/PD.03.04/1999 tentang Pedoman Penyelidikan Epidemiologi dan
Penanggulangan KLB telah menetapkan criteria kerja KLB yaitu :

1.
2.
3.

Timbulnya suatu penyakit/menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus selama 3 kurun waktu
berturut-turut menurut jenis penyakitnya.
Peningkatan kejadian/kematian > 2 kali dibandingkan dengan periode sebelumnya

4.

Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan >2 kali bila
dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan tahun sebelumnya

5.

Angka rata-rata perbulan selama satu tahun menunjukkan kenaikkan > 2 kali
dibandingkan angka rata-rata per bulan tahun sebelumnya.

6.

CFR suatu penyakit dalam satu kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikkan 50 %
atau lebih dibanding CFR periode sebelumnya.

7.

Proporsional Rate penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikkan
> 2 kali dibandingkan periode yang sama dan kurun waktu/tahun sebelumnya.

Beberapa penyakit khusus : Kholera, DHF/DSS


Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis)
Terdapat satu/lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah
tersebut dinyatakan bebas dari penyakit tersebut
Beberapa penyakit yang dialami 1 atau lebih penderita :
a. Keracunan makanan
b. Keracunan pestisida
B. Kekebalan Kelompok (Herd Immunity)
Adalah tingkat kemampuan atau daya tahan suatu kelompok penduduk tertentu terhadap
serangan atau penyebaran unsur penyebab penyakit menular tertentu berdasarkan tingkat
kekebalan sejumlah tertentu anggota kelompok tersebut.
Herd Immunity merupakan faktor utama dalam proses kejadian wabah di masyarakat serta
kelangsungan penyakit pada suatu kelompok penduduk tertentu.
Wabah terjadi karena 2 keadaan :
1.

Keadaan kekebalan populasi yakni suatu wabah besar dapat terjadi jika agent
penyakit infeksi masuk ke dalam suatu populasi yang tidak pernah terpapar oleh agen
tersebut atau kemasukan suatu agen penyakit menular yang sudah lama absen dalam
populasi tersebut.

2.

Bila suatu populasi tertutup seperti asrama, barak dimana keadaan sangat tertutup
dan mudah terjadi kontak langsung, masuknya sejumlah orang-orang yang peka
terhadap penyakit tertentu dalam populasi tsb. Ex: Asrama mahasiswa/tentara.

C. Langkah-Langkah jika terjadi wabah


LANGKAH-LANGKAH INVESTIGASI WABAH
1. Konfimasi / menegakkan diagnosa

Definisi kasus

Klasifikasi kasus dan tanda klinik

Pemeriksaan laboratorium

2. Menentukan apakah peristiwa itu suatu letusan/wabah atau bukan

Bandingkan informasi yang didapat dengan definisi yang sudah ditentukan tentang
KLB

Bandingkan dengan incidende penyakit itu pada minggu/bulan/tahun sebelumnya

3. Hubungan adanya letusan/wabah dengan faktor-faktor waktu, tempat dan orang

Kapan mulai sakit (waktu)

Dimana mereka mendapat infeksi (tempat)

Siapa yang terkena : (Gender, Umur, imunisasi, dll)

4. Rumuskan suatu hipotesa sementara

Hipotesa kemungkinan : penyebab, sumber infeksi, distribusi penderita (pattern of


disease)
Hipotesa : untuk mengarahkan penyelidikan lebih lanjut

5. Rencana penyelidikan epidemiologi yang lebih detail Untuk menguji hipotesis :

Tentukan : data yang masih diperlukan sumber informasi

Kembangkan dan buatkan check list.

Lakukan survey dengan sampel yang cukup

6. Laksanakan penyelidikan yang sudah direncanakan


Lakukan wawancara dengan :
a. Penderita-penderita yang sudah diketahui (kasus)
b. Orang yang mempunyai pengalaman yang sama baik mengenai waktu/tempat terjadinya
penyakit, tetapi mereka tidak sakit (control)

Kumpulkan data kependudukan dan lingkungannya


Selidiki sumber yang mungkin menjadi penyebab atau merupakan faktor yang ikut
berperan
Ambil specimen dan sampel pemeriksa di laboratorium

7. Buatlah analisa dan interpretasi data

Buatlah ringkasan hasil penyelidikan lapangan

Tabulasi, analisis, dan interpretasi data/informasi

Buatlah kurva epidemik, menghitung rate, buatlah tabel dan grafik-grafik yang
diperlukan

Terapkan test statistik

Interpretasi data secara keseluruhan

8.Test hipotesa dan rumuskan kesimpulan

Lakukan uji hipotesis

Hipotesis yang diterima, dpt menerangkan pola penyakit :

a. Sesuai dengan sifat penyebab penyakit


b. Sumber infeksi
c. Cara penularan
d. Faktor lain yang berperan
9. Lakukan tindakan penanggulangan

Tentukan cara penanggulangan yang paling efektif.

Lakukan surveilence terhadap penyakit dan faktor lain yang berhubungan.

Tentukan cara pencegahan dimasa akan datang

10. Buatlah laporan lengkap tentang penyelidikan epidemiologi tersebut.

Pendahuluan

Latar Belakang

Uraian tentang penelitian yang dilakukan

Hasil penelitian

Analisis data dan kesimpulan

Tindakan penanggulangan

Dampak-dampak penting

Saran rekomendasi

D. Penanggulangan KLB
Penanggulangan
KLB
:
Upaya penanggulangan ini meliputi pencegahan penyebaran KLB, termasuk pengawasan
usaha pencegahan tersebut dan pemberantasan penyakitnya. Upaya penanggulangan KLB
yang direncanakan dengan cermat dan dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait secara
terkoordinasi dapat menghentikan atau membatasi penyebarluasan KLB sehingga tidak
berkembang menjadi suatu wabah (Depkes, 2000).
Penanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem Kewaspadaan Dini (SKD-KLB), yang dapat
diartikan sebagai suatu upaya pencegahan dan penanggulangan KLB secara dini dengan
melakukan kegiatan untuk mengantisipasi KLB. Kegiatan yang dilakukan berupa pengamatan
yang sistematis dan terus-menerus yang mendukung sikap tanggap/waspada yang cepat dan
tepat terhadap adanya suatu perubahan status kesehatan masyarakat. Kegiatan yang
dilakukan adalah pengumpulan data kasus baru dari penyakit-penyakit yang berpotensi
terjadi KLB secara mingguan sebagai upaya SKD-KLB. Data-data yang telah terkumpul
dilakukan pengolahan dan analisis data untuk penyusunan rumusan kegiatan perbaikan oleh
tim epidemiologi (Dinkes Kota Surabaya, 2002).
Berdasarkan Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular serta
Peraturan Menteri Kesehatan No. 560 tahun 1989, maka penyakit DBD harus dilaporkan
segera dalam waktu kurang dari 24 jam. Undang-undang No. 4 tahun 1984 juga
menyebutkan bahwa wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat, yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari keadaan yang
lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Dalam rangka
mengantisipasi wabah secara dini, dikembangkan istilah kejadian luar biasa (KLB) sebagai
pemantauan lebih dini terhadap kejadian wabah. Tetapi kelemahan dari sistem ini adalah
penentuan penyakit didasarkan atas hasil pemeriksaan klinik laboratorium sehingga seringkali
KLB terlambat diantisipasi (Sidemen A., 2003).
Badan Litbangkes berkerja sama dengan Namru 2 telah mengembangkan suatu sistem
surveilans dengan menggunakan teknologi informasi (computerize) yang disebut dengan
Early Warning Outbreak Recognition System (EWORS). EWORS adalah suatu sistem jaringan
informasi yang menggunakan internet yang bertujuan untuk menyampaikan berita adanya
kejadian luar biasa pada suatu daerah di seluruh Indonesia ke pusat EWORS secara cepat
(Badan Litbangkes, Depkes RI). Melalui sistem ini peningkatan dan penyebaran kasus dapat
diketahui dengan cepat, sehingga tindakan penanggulangan penyakit dapat dilakukan sedini
mungkin. Dalam masalah DBD kali ini EWORS telah berperan dalam hal menginformasikan
data kasus DBD dari segi jumlah, gejala/karakteristik penyakit, tempat/lokasi, dan waktu
kejadian dari seluruh rumah sakit DATI II di Indonesia (Sidemen A., 2003)

Anda mungkin juga menyukai