PENDAHULUAN
Dengan makin pesatnya kemajuan lalu lintas baik dari segi jumlah pemakai
jalan, jumlah kendaraan, jumlah pemakai jasa angkutan dan bertambahnya jaringan
jalan dan kecepatan kendaraan maka mayoritas kemungkinan terjadinya fraktur
adalah akibat kecelakaan lalu lintas. Sementara trauma - trauma lain yang dapat
mengakibatkan fraktur adalah jatuh dari ketinggian, kecelakaan kerja, dan cedera
olah raga. Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba - tiba dan
berlebihan, yang dapat berupa benturan, pemukulan, penghancuran, penekukan
atau terjatuh dengan posisi miring, pemuntiran, atau penarikan.
Akibat trauma pada tulang bergantung pada jenis trauma, kekuatan, dan
arahnya. Kita harus dapat membayangkan rekonstruksi terjadinya kecelakaan agar
dapat menduga fraktur yang dapat terjadi. Setiap trauma yang dapat mengakibatkan
fraktur juga dapat sekaligus merusak jaringan lunak di sekitar fraktur mulai dari otot,
fascia, kulit, tulang, sampai struktur neurovaskuler atau organ - organ pentingl
ainnya.
Fraktur bukan hanya persoalan terputusnya kontinuitas tulang dan bagaimana
mengatasinya, akan tetapi harus ditinjau secara keseluruhan dan harus diatasi
secara simultan. Harus dilihat apa yang terjadi secara menyeluruh, bagaimana, jenis
penyebabnya, apakah ada kerusakan kulit, pembuluh darah, syaraf, dan harus
diperhatikan lokasi kejadian, waktu terjadinya agar dalam mengambil tindakan dapat
dihasilkan sesuatu yang optimal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Epiphysis Proksimalis
Ujung membuat bulatan 2/3 bagian bola disebut caput femoris yang punya
facies articularis untuk bersendi dengan acetabulum ditengahnya terdapat cekungan
disebut fovea capitis. Caput melanjutkan diri sebagai collum femoris yang kemudian
disebelah lateral membulat disebut trochanter major ke arah medial juga membulat
kecil disebut trochanter minor. Dilihat dari depan, kedua bulatan major dan minor ini
dihubungkan oleh garis yang disebut linea intertrochanterica (linea spiralis). Dilihat
dari
belakang,
kedua
bulatan
ini
dihubungkan
oleh
rigi
disebut
crista
Diaphysis
2.2. FRAKTUR
2.2.1. DEFINISI FRAKTUR
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan
epifisis, baik yang bersifat total maupun bersifat parsial. (Rasjad, 2007)
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan
yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. (Sjamsuhidajat, 2010)
Trauma Langsung
Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan
terjadi fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya
misalnya pada badan vertebra, talus, atau fraktur buckle pada anak-anak
Trauma langsung disertai dengan resistensi pada satu jarak tertentu akan
dalam tulang
Fraktur stress
Terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu tempat
tertentu
o Fraktur avulse, fragmen kecil tertarik oleh otot atau tendo misalnya
fraktur epikondilus humeri, Fraktur trokanter mayor, Fraktur patela
o Fraktur depresi, karena trauma langsung misalnya trauma tulang
tengkorak
o Fraktur impaksi
o Fraktur pecah (burst) dimana terjadi fragmen kecil yang berpisah
misalnya fraktur vertebra, patella, talus, kalkaneus
o Fraktur epifisis
o
o
o
o
o
-
diikuti dengan
ketidakmampuan untuk
hati-hati
Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri
radialis, dorsalis pedis, tibialis posterior, sesuai anggota gerak yang
terkena
Refilling (pengisian) arteri pada kuku, warna kulit pada bagian distal
5. Pemeriksaan radiologis
8
Foto polos
Dengan pemeriksaan klinik kita sudah dapat mencurigai adanya
fraktur.
Walaupun
demikian
pemeriksaan
radiologi
diperlukan
untuk
a. Kondroma (enkondroma)
b. Giant cell tumor
Tabel 2.4 Klasifikasi penyebab fraktur c.
patologis
(Rasjad,
2007).
Hemangioma
(vertebra)
1.
Penyakit lokal pada
tumor ganas tulang
tulang
d. Osteogenik sarkoma
Infeksi :
e. Tumor Ewing
f. Mieloma soliter
g. Tumor metastasis (paruparu, mammae, prostat,
tiroid, ginjal)
h. Sarkoma metastasis
10
a. Osteomielitis piogenik
b. Infeksi sifilis (osteolitik)
Lain-lain :
Rarefaksi tulang yang bersifat
a. Kista tulang soliter
b. Fibrosa displasia monostotik umum :
c. Granuloma eosinofilik
a. Osteoporosis
senilis
d. Atrofi tulang karena paralisis, mislanya
poliomielitis
b. Osteodistrofi paratiroid
e. Tabes dorsalis
f. Tulang rapuh akibat penyinaran c. Sindroma Cushing
d. Infantile rickets
2.
Kelainan
bersifat
e. Coeliac rickets
umum pada tulang
f. Renal rickets
Kelainan bawaan :
g. Sistinosis (sindroma
a. Osteogenesis imperfekta
Fanconi)
Tumor- tumor yang menyebar :
h. Osteomalasia nutrisi
a. Mieloma multipel
i. Steatore idiopatik
b. Metastasis karsinoma yang difus
Lain-lain :
a. Penyakit Paget
b. Fibrosa displasia poliostotik
c. Penyakit Gaucher
d. Penyakit Hand-Schuller-Christian
1.)
Fase hematoma
Apabila terjadi fraktur, maka pembuluh darah kecil yang melewati
kanalikuli dalam sistem Haversian mengalami robekan pada daerah fraktur dan
akan membentuk hematoma di antara kedua sisi fraktur. Terjadi 1-2 x 24 jam.
2.)
11
4.)
5.)
Fase remodeling
Bilamana union telah lengkap, maka tulang yang baru membentuk
bagian yang menyerupai bulbus yang meliputi tulang tetapi tanpa kanalis
medularis. Pada fase remodeling ini, perlahan-lahan terjadi resorbsi secara
osteoklastik dan tetap terjadi proses osteoblastik pada tulang dan kalus eksterna
secara perlahan-lahan menghilang. Kalus intermediat berubah menjadi tulang
yang kompak dan berisi sistem Haversian dan kalus bagian dalam akan
mengalami peronggaan untuk membentuk ruang sum-sum.
B. Penyembuhan fraktur pada tulang spongiosa.
Penyembuhan terutama oleh aktivitas endosteum dalam trabekula. Bila
vaskularisasi/kontak baik, maka penyembuhannya cepat.
C. Penyembuhan fraktur pada lempeng epifisis.
Fraktur epifisis sangat cepat penyembuhannya, oleh karena epifisis aktif
dalam pembentukan tulang.
12
Umur penderita.
2.)
3.)
4.)
5.)
6.)
Waktu imobilisasi.
7.)
8.)
Adanya infeksi.
9.)
Cairan sinovia.
10.)
Mal union
Keadaan di mana fraktur menyembuh pada saatnya, tetapi terdapat
Delayed union
13
Fraktur yang tidak sembuh setelah selang waktu 3 5 bulan (tiga bulan
untuk anggota gerak atas dan lima bulan untuk anggota gerak bawah).
c.
Non union
Apabila fraktur tidak menyembuh antaran 6 8 bulan dan tidak didapatkan
analgetik.
Memperoleh posisi yang baik dari fragmen
Beberapa fraktur tanpa pergeseran fragmen tulang atau dengan
pergeseran yang sedikit saja sehingga tidak diperlukan reduksi. Reduksi
tidak perlu akurat secara radiologic oleh karena kita mengobati penderita
15
50%
penderita
(tidak
termasuk
fraktur)
tidak
g. Injeksi lokal.
tumor ganas.
Kematian jaringan baik akibat diabetes melitus, penyakit vaskuler,
Dikenal tiga sumber jaringan tulang yang dapat dipakai dalam bone graft
yaitu :
Autograft
Disebut autograft bila sumber tulang berasal dari penderita senidri
(dari kristal iliaka,kosta, femur distal, tibia proksimal atau fibula).
Daerah sumber disebut daerah donor sedangkan daerah penerima
disebut resipien.
Allograft (homograft)
Disebut allograft bila sumber tulang berasal dari orang lain yang
biasanya disimpan dalam bank tulang, misalnya setelah operasi sendi
panggul atau operasi-operasi tulang yang besar. Selain itu, allograft
20
humerus
Jarang fraktur pada metacarpal
Sekali-kali pada fraktur Colles atau fraktur pada orang tua dimana reduksi
tertutup dan imobilisasi eksterna tidak memungkinkan.
Ada 4 metode traksi kontinu yang digunakan: (Solomon, 2010)
a. Traksi kulit
Traksi kulit dengan menggunakan leukoplas yang melekat pada kulit
disertai dengan pemakaian bidai Thomas atau bidai brown bohler.
Traksi menurut Bryant (Gallow) pada anak-anak di bawah 2 tahun
dengan berat badan <10 kg. traksi juga dapat dilakukan pada fraktur
suprakondiler humeri menurut Dunlop.
b. Traksi menetap
Traksi menetap juga menggunakan leukoplas yang melekat pada bidai
Thomas atau bidai brown bohler yang difiksasi salah satu bagian dari
bidai Thomas. Biasanya dilakukan pada fraktur femur yang tidak
bergeser.
c. Traksi tulang
Traksi tulang dengan kawat Kirschner (K-wire) dan spin Steinmann
yang dimasukkan ke dalam tulang dan juga dilakukan traksi dengan
menggunakan berat badan dengan bantuan bidai Thomas atau bidai
brown bohler. Tempat untuk memasukkan pin, yaitu pada bagian
proksimal tibia di bawah tuberositas tibia, trokanter mayor, bagian
distal femur pada kondilus femur, kalkaneus (jarang dilakukan),
prosesus olekranon, bagian distal metacarpal dan tengkorak.
d. Traksi berimbang dan traksi sliding
Traksi berimbang dan traksi sliding terutama dipergunakan pada fraktur
femur, menggunakan traksi skeletal dengan beberapa katrol dan
bantalan khusus, biasanya digunakan bidai Thomas dan pearson
attachment.
Kompilkasi dari traksi kontinu yaitu:
o Penyakit trombo-emboli
o Infeksi kulit superficial dan reaksi alergi
o Leukoplas yang mengalami robekan sehingga fraktur mengalami
pergeseran
o Infeksi tulang akibat pemasangan pin
o Terjadi distraksi di antara kedua fragmen fraktur
21
TERTUTUP
DENGAN
FIKSASI
EKSTERNA
ATAU
dalam
ruangan
aseptic,
operasi
harus
dilakukan
patella
Reduksi tertutup yang mengalami kegagalan misalnya fraktur radius dan
ulna disertai malposisi yang hebat atau fraktur yang tidak stabil
Bila terdapat interposisi jaringan di antara kedua fragmen
Bila diperlukan fiksasi rigid misalnya pada fraktur leher femur
Bila terjadi fraktur dislokasi yang tidak dapat direduksi secara baik dengan
anak
Fraktur multiple misalnya fraktur pada tungkai atas dan bawah
Untuk mempermudah perawatan penderita misalnya fraktur vertebra
tulang belakang yang disertai paraplegi
Reduksi terbuka dengan fiksasi eksterna menggunakan kanselosa screw
dengan metilmetakrilat atau fiksasi ekterna dengan jenis lain misalnya
menurut AO atau inovasi sendiri dengan menggunakan screw schanz
Indikasi: (Rasjad, 2007)
FRAGMEN
TULANG
DAN
PEMGGANTIAN
DENGAN
PROTESIS
Pada fraktur leher femur dan sendi siku orang tua biasanya terjadi
nekrosis avaskuler dari fragmen atau nonunion, oleh karena itu dilakukan
pemasangan protesis yaitu alat dengan komposisi metal tertentu untuk
menggantikan bagian yang nekrosis. Sebagai bahan tambahan sering
digunakan metilmetakrilat. (Rasjad, 2007)
FRAKTUR TERBUKA
KLASIFIKASI
Klasifikasi fraktur terbuka paling sering digunakan menurut Gustillo dan
Anderson (1976), yang menilai fraktur terbuka berdasarkan mekanisme cedera,
derajat kerusakan jaringan lunak, konfigurasi fraktur dan derajat kontaminasi.
Kalsifikasi Gustillo ini membagi fraktur terbuka menjadi tipe I, II, dan III :
TIPE
BATASAN
II
III
Keterangan :
Tipe I berupa luka kecil kurang dari 1 cm akibat tusukan fragmen fraktur dan
bersih. Kerusakan jaringan lunak sedikit dan fraktur tidak kominutif. Biasanya
luka tersebut akibat tusukan fragmen fraktur atau in-out.
Tipe II terjadi jika luka lebih dari 1 cm tapi tidak banyak kerusakan jaringn
lunak dan fraktur tidak kominutif.
24
Tipe III dijumpai kerusakan hebat maupun kehilangan cukup luas pada kulit,
jaringan lunak dan putus atau hancurnya struktur neurovaskuler dengan
kontaminasi, juga termasuk fraktur segmental terbuka atau amputasi
traumatik.
Kalsifikasi ini juga termasuk trauma luka tembak dengan kecepatan tinggi
atau
high velocity, fraktur terbuka di pertanian, fraktur yang perlu repair vaskulr dan
fraktur yang lebih dari 8 jam setelah kejadian. Kemudian Gustillo membagi tipe III
menjadi subtipe, yaitu tipe IIIA, IIIB, dan IIIC :
TIPE
BATASAN
IIIA
IIIB
IIIC
Keterangan :
Tipe IIIA terjadi apabila fragmen fraktur masih dibungkus oleh jaringan lunak,
walaupun adanya kerusakan jaringan lunak yang luas dan berat.
Tipe IIIB terjadi pada fragmen fraktur tidak dibungkus oleh jaringn lunak,
sehingga tulang terlihat jelas atau bone expose, terdapat pelepasan
periosteum, fraktur kominutif. Biasanya disertai kontaminasi masif dan
merupakan trauma high energy tanpa memandang luas luka.
Tipe IIIC terdapat trauma pada arteri yang membutuhkan perbaikan agar
kehidupan bagian distal dapat dipertahankan tanpa memandang derajat
kerusakan jaringan lunak.
25
Banyak pasien dengan fraktur terbuka mengalami cedera ganda dan syok
hebat. Bagi mereka, terapi yang tepat di tempat kecelakaan sangat penting. Luka
harus ditutup dengan pembalut steril atau bahan yang bersih dan dibiarkan tidak
terganggu hingga pasien mencapai bagian rawat kecelakaan.
Di Rumah Sakit, penilaian umum yang cepat merupakan langkah yang
pertama, dan setiap keadaan yang membahayakan jiwa dapat diatasi. Luka
kemudian diperiksa, idealnya dipotret dengan kamera polaroid. Setelah itu dapat
ditutup lagi dan dibiarkan tidak terganggu hingga pasien berada di kamar bedah.
Empat pertanyaan yang perlu dijawab :
1. Bagaimana sifat luka tersebut.
2. Bagaimana keadaan kulit di sekitar luka.
3. Apakah sirkulasi cukup baik.
4. Apakah saraf utuh.
Semua fraktur terbuka, tidak peduli seberapa ringannya, harus dianggap
terkontaminasi, penting untuk mencoba mencegahnya infeksi. Untuk tujuan ini, perlu
diperhatikan empat hal yang penting :
1. Pembalutan luka dengan segera.
2. Profilaksis antibiotika.
3. Debridement luka secara dini.
4. Stabilisasi fraktur.
Penanganan fraktur terbuka
Pada kasus fraktur terbuka diperlukan ketepatan dan kecepatan diagnosis
pada penanganan agar komplikasi terhindar dari kematian atau kecacatan.
Penatalaksanaan fraktur terbuka derajat III meliputi tindakan life saving dan life limb
26
dengan resusitasi sesuai dengan indikasi, pembersihan luka dengan irigasi, eksisi
jaringan mati dan debridement, pemberian antibiotik (sebelum, selama, dan sesudah
operasi), pemberian anti tetanus, penutupan luka, stabilisasi fraktur dan fisioterapi.
Tindakan definitif dihindari pada hari ketiga atau keempat karena jaringan masih
inflamasi/ infeksi dan sebaiknya ditunda sampai 7-10 hari, kecuali dapat dikerjakan
sebelum 6-8 jam pasca trauma.
Prinsip penanganan fraktur terbuka derajat III secara umum adalah sebagai
berikut :
1. Pertolongan pertama
Secara umum adalah untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri dan
mencegah
gerakan-gerakan
fragmen
yang
dapat
merusak
jaringan
27
direkam dengan baik termasuk trauma pada daerah atau organ lain dan
komplikasi akibat fraktur itu sendiri.
4. Terapi antibiotik dan anti tetanus serum (ATS)
Pemberian antibiotik sebaiknya diberikan segera mungkin setelah terjadinya
trauma. Antibiotik adalah yang berspektrum luas, yaitu sefalosporin generasi I
(cefazolin 1-2 gram) dan dikombinasikan dengan aminoglikosid (gentamisin 12 mg/kgBB tiap 8 jam) selama 5 hari. Selanjutnya perawatan luka dilakukan
setiap hari dengan memperhatikan sterilitas, dan pemberian antibiotik
disesuaikan dengan hasil kultur dan sensitifitas terbaru. Bila dalamperawatan
ditemukan gejala dan tanda infeksi, maka dilakukan pemeriksaan kultur dan
sensitifitas ulang untuk penyesuaian ualng pemberian antibiotik yang
digunakan. Pemberian anti tetanus diindikasikan pada fraktur kruris terbuka
derajat III berhubungan dengan kondisi luka yang dalam, luka yang
terkontaminasi, luka dengan kerusakan jaringan yang luas serta luka dengan
kecurigaan sepsis. Pada penderita yang belum pernah mendapat imunisasi
anti tetanus dapat diberikan gemaglobulin anti tetanus manusia dengan dosis
250 unit pada penderita diatas usia 10 tahun dan dewasa, 125 unit pada usia
5-10 tahun dan 75 unit pada anak dibawah 5 tahun. Dapat pula diberikan
serum anti tetanus dari binatang dengan dosis 1500 unit dengan tes
subkutan0,1 selama 30 menit. Jika telah mendapat imunisasi toksoid tetanus
(TT) maka hanya diberikan 1 dosis boster 0,5 ml secara intramuskular.
5. Debridement
Operasi bertujuan untuk membersihkan luka dari benda asing dan jaringan
mati, memberikan persediaan darah yang baik di seluruh bagian itu. Dalam
anestesi
umum,
mempertahankan
pakaian
traksi
pasien
pada
dilepas,
tungkai
yang
sementara
itu
asisten
mengalami
cedera
dan
Kulit
Hanya sesedikit mungkin kulit dieksisi dari tepi luka, pertahankan
sebanyak mungkin kulit. Luka perlu diperluas dengan insisi yang
terencana untuk memperoleh daerah terbuka yang memadai. Setelah
diperbesar, pembalut dan bahan asing lain dapat dilepas.
Fasia
Fasia dibelah secara meluas sehingga sirkulasi tidak terhalang.
Otot
Otot yang mati berbahaya, ini merupakan makanan bagi bakteri. Otot
yang mati ini biasanya dapat dikenal melalui perubahan warna yang
keungu-unguannya,
konsistensinya
yang
buruk,
tidak
dapat
berkontraksi bila dirangsang dan tidak berdarah. Semua otot mati dan
yang kemampuan hidupnya meragukan perlu dieksisi.
Pembuluh darah
Pembuluh darah yang banyak mengalami perdarahan diikat dengan
cermat, tetapi untuk meminimalkan jumlah benang yang tertinggal
dalam luka, pembuluh darah yang kecil dijepit dengan gunting tang
arteri dan dipilin.
Saraf
Saraf yang terpotong biasanya terbaik dibiarkan saja. Tetapi, bila luka
itu bersih dan ujung-ujung saraf tidak terdiseksi, selubung saraf dijahit
dengan bahan yang tidak dapat diserap untuk memudahkan
pengenalan di kemudian hari.
Tendon
Biasanya, tendon yang terpotong juga dibiarkan saja. Seperti halnya
saraf, penjahitan diperbolehkan hanya jika luka itu bersih dan diseksi
tidak perlu dilakukan.
Tulang
29
Sendi
Cedera sendi terbuka terbaik diterapi dengan pembersihan luka,
penutupan sinovium dan kapsul, dan antibiotik sistemik : drainase atau
irigasi sedotan hanya digunakan kalau terjadi kontaminasi hebat.
Pembersihan luka
Pembersihan luka dilakukan dengan cara irigasi dengan cairan NaCl
fisiologis secara mekanis untuk mengeluarkan benda asing yang
melekat.
Penutupan kulit
Apabila fraktur terbuka diobati dalam waktu periode emas (6-7 jam
mulai dari terjadinya kecelakaan), maka sebaiknya kulit ditutup. Hal ini
tidak dilakukan apabila penutupan membuat kulit sangat tegang.
Dapat dilakukan split thickness skin-graft serta pemasangan drainase
isap untuk mencegah akumulasi darah dan serum pada luka yang
dalam. Luka dapat dibiarkan terbuka setelah beberapa hari tapi tidak
30
lebih dari 10 hari. Kulit dapat ditutup kembali disebut delayed primary
closure. Yang perlu mendapat perhatian adalah penutupan kulit tidak
dipaksakan yang mengakibatkan sehingga kulit menjadi tegang.
Pemberian antibiotik
Pemberian antibiotik bertujuan untuk mencegah infeksi. Antibiotik
diberikan dalam dosis yang adekuat sebelum, pada saat dan seudah
tindakan operasi.
Pencegahan tetanus
Semua penderita dengan fraktur terbuka perlu diberikan pencegahan
tetanus. Pada penderita yang telah mendapat imunisasi aktif cukup
dengan pemberian toksoid tapi bagi yang belum, dapat diberikan 250
unit tetanus imunoglobulin (manusia).
32
- kontraktur otot
- Kompresi saraf
fraktur,
Pada
keadaan
33
metal
atau
penjepit
melalui
tulang/jaringanmetal.Kegunaan
Fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avasculair necrosis tinggi
Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup
Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan
Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik
dengan operasi
35
Traksi kulit (3-4 kg) untuk mengurangi rasa nyeri, tetapi tidak dapat untuk
lebih besar.
Non union
Osteoarthritis
Anggota gerak memendek
Malunion
Malrotasi berupa rotasi eksterna
Koksavara
daerah
trokanter
biasa
juga
disebut
fraktur
trokanterik
(intertrokanterik) adalah semua fraktur yang terjadi antara trokanter mayor dan
minor. Fraktur ini bersifat ekstra-artikuler dan sering terjadi pada orang tua di atas
umur 60 tahun. (Rasjad, 2007)
Mekanisme trauma
Fraktur trokanterik terjadi bila penderita jatuh dngan trauma langsung
pada trokanter mayor atau pada trauma yang bersifat memuntir. Keretakan tulang
terjadi antara trokanter mayor dan minor dimana fragmen proksimal cerdrung
bergeser secara varus. Fraktur dapat bersifat komunitif terutama pada korteks
bagian posteromedial.
Klasifikasi
Fraktur trokanterik dapat dibagi:
1. Stabil
2. Tidak stabil
Disebut fraktur tidak stabil apabila korteks bagian medial remuk dan fragmen
besar mengalami pergeseran terutama trokanter minor
37
Tipe I
Fraktur melewati trokanter mayor dan minor tanpa pergeseran
Tipe II
Fraktur melewati trokanter mayor disertai pergeseran trokanter minor
Tipe III
Fraktur disertai dengan fraktur komunitif
Tipe IV
Fraktur yang disertai dengan fraktur spiral femu
Gejala klinis
Penderita lanjut usia dengan riwayat trauma pada daerah femur proksimal.
Pada pemeriksaan didapatkan pemendekan anggota gerak bawah disertai rotasi
eksterna. (Rasjad, 2007)
Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan radiologis dapat menetukan jenis fraktur serta seberapa jauh
pergeseran fraktur
Pengobatan
Fraktur tanpa pergeseran dapat dilakukan terapi konservatif dengan traksi.
Pada fraktur trokanterik sebaiknya dilakukan pemasangan fiksasi interna.
1. Untuk memperoleh fiksasi yang kuat
2. Untuk memberikan mobilisasi yang cepat pada orang tua
Terapi konservatif
Pada pasien yang kondisinya kurang baik bila dilakukan anestesia atau
ada masalah lain berhubungan dengan traumanya, dapat dilakukan terapi
konservatif yaitu pemasangan Thomas splint
38
Komplikasi
Komplikasi dini sama dengan komplikasi fraktur leher femur. Komplikasi
lanjut berupa deformitas varus dan rotasi eksterna serat malunion, tetapi kelainan ini
jarang ditemukan. (Rasjad, 2007)
39
Gambaran klinis
Anggota gerak bawah dalam keadaan rotasi eksterna, memendek dan
ditemukan pembengkakan pada daerah proksimal femur disertai nyeri pada
pergerakan.
Pemeriksaan radiologis
Dapat menunukkan fraktur yang terjadi di bawah trokanter minor. Garis
fraktur dapat bersifat transversal, oblik, atau spiral dan sering bersifat komunitif.
Fragmen proksimal dalam posisi fleksi sedangkan distal dalam posisi adduksi dan
bergeser ke proksimal.
Pengobatan
Reduksi terbuka dan fiksasi interna merupakan pengobatan pilihan
dengan menggunakan plate dan screw.
Komplikasi
Komplikasi yang sering ditemukan adalah nonunion dan malunion.
Komplikasi ini dapat diatasi dengsn koreksi osteotomi atau bone grafting. (Rasjad,
2007)
40
Gambaran klinis
Penderita pada umumnya dewasa muda. Ditemukan pembengkakan dan
deformitas pada tungkai atas berupa rotasi eksterna dan pemendekan tungkai dan
mungkin datang dalam keadaan syok.
41
Pemeriksaan radiologis
Dengan foto rontgen dapat ditentukan lokalisasi dan jenis fraktur.
Pengobatan
1. Terapi konservatif
Fraktur diafisis sering diterapi konservatif, prinsip utamanya adalah fraktur
dipengaruhi oleh massa otot yang besar dari quadriceps (1) dan
hamstringsehingga dapat menyebabkan pemendekan (3)
42
43
44
45
46
47
48
Traksi Hamilton-Russel
2. Terapi operatif
- Pemasangan plate dan screw terutama pada fraktur proksimal dan distal
-
femur
Menggunaka K-nail, AO-nail dengan operasi terbuka/tertutup
Fiksasi ekternaterutama pada fraktur segmental, komunitif, infected
pseudoartrosis atau fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan lunak yang
hebat.
Komplikasi
1. Komplikasi dini
- Syok
- Emboli lemak
49
1.
2.
3.
4.
Tidak bergeser
Impaksi
Bergeser
Komunitif
Gambaran klinis
Berdasarkan
pembengkakan
anamnesis
dan
ditemukan
deformitas
riwayat
pada
trauma
daerah
yang
suprakondiler.
disertai
Pada
50
pearson
- Cast bracing
- Spika panggul
2. Operatif
Komplikasi
1. Dini
- Penetrasi fragmen fraktur ke kulit yang menyebabkan fraktur menjadi
2.
-
terbuka
Trauma pembuluh darah besar
Trauma saraf
Lanjut
Malunion
Kekakuan sendi lutut (Rasjad, 2007)
2.3.6. FRAKTUR
SUPRAKONDILER
FEMUR
DAN
FRAKTUR
INTERKONDILER
Fraktur suprakondiler femur sering bersama-sama dengan fraktur
interkondiler yang memberikan masalah pengelolaan yang lebih kompleks
Klasifikasi
Menurut Neer, Grantham, Shelton
-
(bentuk Y)
Tipe IIB sama seperti IIA tapi bagian metafisis lebih kecil
Tipe III fraktur suprakondilerkomunitif dengan fraktur kondiler yang tidak
total
Pengobatan
1. Konservatif
Seperti fraktur suprakondiler
2. Operatif
Komplikasi
-
51
Tipe II fraktur dalam posisi koronal dimana bagian posterior kondilus femur
bergeser
Tipe III kombinasi antara sagital dan koronal
Gambaran klinis
Nyeri dan pembengkakan. Mungkin ada krepitasi dan hemartrosis sendi
lutut
Pemeriksaan radiologi
Difoto dengan AP, lateral, oblik untuk melihat posisi fraktur
Pengobatan
1. Konservatif
- Pada fraktur yang tidak bergeser digunakan gips sirkuler di atas lutut
2. Operatif
Komplikasi
1.
2.
3.
4.
Bryan traksi
Komplikasi Bryan traksi adalah terjadi iskemik paralisis. Hal ini disebabkan
karena terganggunya aliran darah pada tungkai yang ditinggikan.
Pada anak 2-5 tahun dipasang Thomas splint traction. Setelahnya anak
dapat diperbolehkan pulang dengan menggunakan hip spica cast. Setelah pulang
pasien diharuskan kontrol secara teratur untuk difoto radiologi untuk melihat garis
fraktur.
Spica cast setelah reduksi tertutup pada fraktur femur merupakan pilihan
pengobatan pada kebanyakan ahli bedah ortopedik pediatric. Posisi fraktur tungkai
diatur pada fleksi 90o pada panggul dan lutut. Dalam hal mencegah deformitas varus
sekunder, fraktur tungkai dijaga agar tetap dalam abduksi yang nertal, saat sisi
kontralateral dapat diabduksi yang memungkinkan untuk menukar popok. Radiografi
rutin dalam dua plane disarankan setelah pemasangan cast . jika ibu atau keluarga
diinformasikan baik tentang perawatan terhadap bayi dengan spica cast, anak tidak
perlu dirawat di rumah sakit. Selama kontrol ulang di klinik selama 1 minggu,
radiografi rutin akan mendeteksi angular deviasi. Karena konsolidasi pembentukan
53
callus yang cepat dalam 2 3 minggu, setelah pelepasan cast perbaikan fungsi
terjadi cepat.
Pavlik harness digunakan selama periode 3 5 minggu merupakan alternatif
pengobatan untuk bayi yang sangat kecil. Pemasangan alat ini tidak membutuhkan
anestesi dan waktu hospitalisasi dapat diminimalkan.
54
55
Penyembuhan
fraktur
merupakan
suatu
proses
biologis
yang
DAFTAR PUSTAKA
56
57