Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN DISKUSI TUTORIAL

BLOK PEDIATRI SKENARIO 3

KELOMPOK A7
ALINDINA IZZANI

G0011013

ATIKA SUGIARTO

G0011043

DOROTHY EUGENE

G0011075

HANY ZAHRO

G0011105

RATNA SARIYATUN

G0011165

SHINTA AMALIA K

G0011197

AFRIZAL TRI HERYADI

G0011007

BRYAN PANDU PERMANA

G0011055

HANIF NUGRA PUJIYANTO

G0011103

NOVANDI LISYAM PRASETYA

G0011153

NOVY WAHYUNENGSIH L.

G0011155

TUTOR
dr. Jarot Subandono
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014

BAB I
PENDAHULUAN
Pembentukan kualitas sumber daya manusia yang optimal, baik sehat
secara fisik maupun psikologis sangat bergantung dari proses perkembangan.
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya
proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem
organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat
memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan
tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1998).
Perkembangan merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh
yang dapat dicapai melalui kematangan dan belajar. Dalam perkembangan anak
terdapat suatu peristiwa yang dialaminya yaitu masa percepatan dan perlambatan.
Masa tersebut akan berlainan dalam satu organ tubuh. Percepatan dan perlambatan
merupakan suatu kejadian yang berbeda dalam setiap organ tubuh tetapi masih
saling berhubungan satu sama lain. Peristiwa perkembangan anak dapat terjadi
pada perubahan bentuk dan fungsi pematangan organ mulai dari aspek sosial,
emosional, dan intelektual (Hidayat, 2008).
Dalam skenario 3 blok Pediatri ini kami dihadapkan pada sebuah kasus
yang berkaitan dengan keterlambatan perkembangan pada anak. Berikut adalah
skenario 3 blok Pediatri
Normalkah anakku ?
Seorang anak berusia 2,5 tahun di gendongan sang ibu mendatangi
poliklinik umum untuk berkonsultasi dengan dokter. Anak tersebut belum bisa
merangkak apalagi berjalan, dan sampai saat ini belum sepatah katapun bisa
diucapkannya, hanya merengek dan kadang terdiam. Berdasarkan hasil
pemeriksaan Denver II oleh dokter didapatkan adanya keterlambatan di smeua
domain perkembangan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. JUMP 1 : MENGKLARIFIKASI ISTILAH
1. Denver II
Merupakan

salah

satu

dari

metode

skrining

terhadap

kelainan

perkembangan anak. Tes ini bukan tes diagnostik atau tes IQ. Tujuannya
adalah mengkaji dan mengetahui perkembangan anak yang meliputi motorik
kasar, bahasa, adaptif-motorik halus dan personal sosial pada anak usia satu
bulan sampai dengan enam tahun (Saryono, 2010).
2. Domain Perkembangan Anak
Personal sosial : penyesuaian diri anak dengan masyarakat dan perhatian
terhadap pertumbuhan
Motorik kasar : ketrampilan duduk, jalan, gerakan otot, dll
Motorik halus : koordinasi mata dan tangan, memainkan dan menggunakan
benda - benda kecil
Bahasa : kemampuan mendengar, mengerti, dan menggunakan bahasa
B. JUMP 2 : MENENTUKAN / MENDEFINISIKAN PERMASALAHAN
1. Anak 2,5 tahun datang ke poliklinik umum untuk berkonsultasi dengan
dokter
2. Anak tersebut belum bisa merangkak, berjalan, berbicara hanya merengek
dan kadang terdiam
3. Hasil pemeriksaan Denver II terdapat keterlambatan di semua domain
perkembangan.
C. JUMP 3 : MENGANALISIS PERMASALAHAN
1. Apa saja tahap perkembangan anak ?
2. Bagaimana cara Denver II ?
3. Apa penyebab anak belum bisa merangkak , berjalan dan berbicara ?

4. Bagaimana mekanisme terjadinya keterlambatan di semua domain


perkembangan ?
5. Apa saja pemeriksaan untuk deteksi keterlambatan perkembangan anak ?
6. Apa saja faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang ?
7. Apa ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan pada anak ?
8. Apa saja diagnosis banding kelainan tumbuh kembang ?
9. Bagaimana penatalaksanaan dan edukasi pada keterlambatan perkembangan
anak ?
10. Bagaimana prognosis dan pencegahan keterlambatan perkembangan anak?
D. JUMP 4 : MENGINVENTARISASI PERMASALAHAN
1. Apa saja tahap perkembangan anak ?

Neonatus (lahir-28 hari)


Pada tahap ini, perkembangan neonatus sangat memungkinkan untuk

dikembangkan sesuai keinginan. Implikasinya adalah membantu orang


tua untuk mengidentifikasi dan menemukan kebutuhan yang tidak
ditemukan.

Bayi (1 bulan-1 tahun)


Pada tahap ini, tumbuh kembang terbagi menjadi 4 tahap

perkembangan,
yaitu bayi usia 0-3 bulan, 3-6 bulan, 6-9 bulan, dan 9-12 bulan.
Uraiannya adalah:
a. Bayi usia 0-3 bulan
1) Mengangkat kepala
2) Mengikuti obyek dengan mata
3) Melihat dengan tersenyum
4) Bereaksi terhadap suara atau bunyi
5) Mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan
kontak
6) Menahan barang yang dipegangnya
7) Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh

b. Bayi usia 3-6 bulan


1) Mengangkat kepala sampai 90
2) Mengangkat dada dengan bertopang tangan
3) Belajar meraih benda-benda yang ada dalam jangkauannya atau
diluar jangkauannya
4) Menaruh benda-benda di mulutnya
5) Berusaha memperluas lapang pandang
6) Tertawa dan menjerit karena gembira bila diajak bermain
7) Mulai berusaha mencari benda-benda yang hilang
c. Bayi usia 6-9 bulan
1) Duduk tanpa dibantu
2) Tengkurap dan berbalik sendiri
3) Merangkak meraih benda atau mendekati seseorang
4) Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain
5) Memegang benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk
6) Bergembira dengan melempar benda-benda
7) Mengeluarkan kata-kata tanpa arti
8) Mengenal muka anggota keluarga dan takut pada orang lain
9) Mulai berpartisipasi dalam permainan tepuk tangan
d. Bayi usia 9-12 bulan
1) Berdiri sendiri tanpa dibantu
2) Berjalan dengan dituntun
3) Menirukan suara
4) Mengulang bunyi yang didengarnya
5) Belajar menyatakan satu atau dua kata
6) Mengerti perintah sederhana atau larangan
7) Minat yang besar dalam mengeksplorasi sekitarnya
8) Ingin menyentuh apa saja dan memasukkan benda-benda ke
mulutnya
9) Berpartisipasi dalam permainan

Toddler (1-3 tahun)


Pada usia ini terjadi peningkatan kemampuan psikososial dan

perkembangan motorik, baik motorik halus maupun kasar. Tahap ini


terbagi menjadi 3 tahap perkembangan, yaitu:
a. Usia 12-18 bulan
1) Mulai mampu berjalan dan mengeksplorasi rumah serta sekeliling
rumah
2) Menyusun 2 atau 3 kotak
3) Dapat mengatakan 5-10 kata
4) Memperlihatkan rasa cemburu dan rasa bersaing
b. Usia 18-24 bulan
1) Mampu naik turun tangga
2) Menyusun 6 kotak
3) Menunjuk mata dan hidungnya
4) Menyusun dua kata
5) Belajar makan sendiri
6) Menggambar garis di kertas atau pasir
7) Mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecil
8) Menaruh minat kepada apa yang dikerjakan oleh orang yang lebih
besar
9) Memperlihatkan minat kepada anak lain dan bermain-main dengan
mereka
c. Usia 2-3 tahun
1) Anak belajar meloncat, memanjat, melompat dengan satu kaki
2) Membuat jembatan dengan 3 kotak
3) Mampu menyusun kalimat
4) Mempergunakan kata-kata saya
5) Bertanya
6) Mengerti kata-kata yang ditujukan kepadanya
7) Menggambar lingkaran
8) Bermain dengan anak lain

9) Menyadari adanya lingkungan lain di luar keluarganya

Pra sekolah (3-6 tahun)


Pada masa pra sekolah pertumbuhan fisik lebih lambat. Ketika sedang

bermain anak mencoba pengalaman baru dan peran sosial. Tahap ini
terbagi menjadi 3 tahapan, yaitu:
a. Anak usia 3-4 tahun
1) Berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga
2) Berjalan pada jari kaki
3) Belajar berpakaian dan membuka pakaian sendiri
4) Menggambar garis silang
5) Menggambar orang (hanya kepala dan badan)
6) Mengenal 2 atau 3 warna
7) Bicara dengan baik
8) Bertanya bagaimana anak dilahirkan
9) Mendengarkan cerita-cerita
10) Bermain dengan anak lain
11) Menunjukkan rasa sayang kepada saudara saudaranya
12) Dapat melaksanakan tugas-tugas sederhana
b. Anak usia 4-5 tahun
1) Mampu melompat dan menari
2) Menggambar orang terdiri dari kepala, lengan dan badan
3) Dapat menghitung jari-jarinya
4) Mendengar dan mengulang hal-hal penting dan cerita
5) Minat kepada kata baru dan artinya
6) Memprotes bila dilarang apa yang diinginkannya
7) Membedakan besar dan kecil
8) Menaruh minat kepada aktivitas orang dewasa
c. Anak usia 6 tahun
1) Ketangkasan meningkat
2) Melompat tali
3) Bermain sepeda

4) Menguraikan objek-objek dengan gambar


5) Mengetahui kanan dan kiri
6) Memperlihatkan tempertantrum
7) Mungkin menentang dan tidak sopan
2. Bagaimana cara Denver II ?
Denver II adalah revisi utama dan standardisasi ulang dari Denver
Development

Screening

Test

(DDST)

dan

Revisied

Denver

Developmental Screening Test (DDST-R). Denver II adalah salah satu


metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak. Tes ini bukan tes
diagnostik atau tes IQ. Waktu yang dibutuhkan untuk skrining sekitar 1520 menit. Denver II terdiri atas 125 tugas perkembangan. Tugas yang
diperiksa setiap kali skrining hanya berkisar 25-30 tugas.
Prosedur Denver II terdiri atas 2 tahap skrining, yaitu tahap pertama,
dilakukan secara periodik pada semua anak yang berusia 3-6 bulan, 9-12
bulan, 18-24 bulan, 3 tahun, 4 tahun, dan 5 tahun; tahap kedua dilakukan
pada anak-anak yang dicurigai mengalami hambatan perkembangan pada
tahap pertama, kemudian dilanjutkan dengan evaluasi diagnostik yang
lengkap.
A. Empat sektor perkembangan yang dinilai dalam Denver II, yaitu :
1. Personal Social (perilaku sosial)
Aspek ini berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi
dan berinteraksi dengan lingkungannya.
2. Fine Motor Adaptive (gerakan motorik halus)
Gerakan motorik halus berhubungan dengan kemampuan anak
untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi
memerlukan koordinasi yang cermat.
3. Language (bahasa)
Bahasa adalah kemampuan untuk memberikan respons terhadap
suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan.

4. Gross motor (gerakan motorik kasar)


Gerakan motorik halus merupakan aspek yang berhubungan
dengan pergerakan dan sikap tubuh.
B. Alat yang digunakan dalam skrining antara lain:
1. Alat peraga : benang wol merah, kismis atau manik-manik, peralatan
makan, peralatan gosok gigi, kartu atau permainan ular tangga,
pakaian, buku gambar atau kertas, pensil, kubus warna merah-kuninghijau-biru, kertas warna (tergantung usia kronologis anak saat
diperiksa).
2. Lembar formulir Denver II
3. Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara
melakukan tes dan cara penilaiannya.
C. Penilaian Denver II terdiri atas :
1. Lulus (Passed = P)
2. Gagal (Fail = F)
3. Anak tidak mendapat kesempatan melakukan tugas (No Opportunity =
NO).
D. Cara pemeriksaan Denver II :
1. Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak yang
akan diperiksa. Gunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12
bulan untuk satu tahun. Bila anak lahir prematur, koreksi faktor
prematuritas. Untuk anak yang lahir lebih dari 2 minggu sebelum
tanggal perkiraan dan berumur kurang dari 2 tahun, maka harus
dilakukan koreksi
2. Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke
bawah, jika sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas.
3. Tarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis
horisontal tugas perkembangan pada formulir Denver II.
4. Hitung pada masing-masing sektor, berapa jumlah P dan berapa
jumlah F.
5. Berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan menjadi :

a. Abnormal
1)

Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau

lebih
2)

Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih

keterlambatan plus 1 sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan


pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang
berpotongan dengan garis vertikal usia.
b. Meragukan
1)

Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih

2)

Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada

sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan
dengan garis vertikal usia.
c. Tidak dapat dites
1) Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi
abnormal atau meragukan.
d. Normal
1) Semua yang tidak tercantum dalam kriteria di atas.
E. Interpretasi dari nilai Denver II
1. Advanced
Melewati pokok secara lengkap ke kanan dari garis usia kronologis
(dilewati pada kurang dari 25% anak pada usia lebih besar dari anak
tersebut)
2. OK
Melewati, gagal, atau menolak pokok yang dipotong berdasarkan garis
usia antara persentil ke-25 dan ke-75
3. Caution
Gagal atau menolak pokok yang dipotong berdasarkan garis usia
kronologis di atas atau diantara persentil ke-75 dan ke-90
4. Delay
Gagal pada suatu pokok secara menyeluruh ke arah kiri garis usia
kronologis; penolakan ke kiri garis usia juga dapat dianggap sebagai

kelambatan,

karena

alasan

untuk

menolak

mungkin

adalah

ketidakmampuan untuk melakukan tugas tertentu


F. Interpretasi tes
1. Normal
Tidak ada kelambatan dan maksimum dari satu kewaspadaan
2. Suspect
Satu atau lebih kelambatan dan/ atau dua atau lebih banyak
kewaspadaan
3. Untestable
Penolakan pada satu atau lebih pokok dengan lengkap ke kiri garis
usia atau pada lebih dari satu pokok titik potong berdasarkan garis
usia pada area 75% sampai 90%. Rekomendasi untuk rujukan tes
Suspect dan Untestable adalah skrining ulang pada 1 sampai 2 minggu
untuk mengesampingkan faktor temporer seperti sakit, merasa lapar,
dan sebagainya.
(Soetjiningsih, 1998).
3. Apa penyebab anak belum bisa merangkak , berjalan dan berbicara ?
Gangguan tumbuh kembang terjadi bila ada faktor genetik dan atau
karena faktor lingkungan yang tidak mampu mencukupi kebutuhan dasar
tumbuh kembang anak. Peran lingkungan sangat penting untuk mencukupi
kebutuhan dasar tumbuh kembang anak yaitu kebutuhan bio-psikosial
terdiri dari kebutuhan biomedis/asuh (nutrisi, imunisasi, higiene,
pengobatan, pakaian, tempat tinggal, sanitasi lingkungan dan lain-lain) dan
kebutuhan psikososial/asih dan asah (kasih sayang, penghargaan,
komunikasi, stimulasi bicara, gerak, sosial, moral, intelegensi dan lainlain) sejak masa konsepsi sampai akhir remaja (Soedjatmiko, 2001).
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang ?
Dapat dibagi dalam 2 bagian yaitu (Hassan dan Alatas, 2007) :
1. Faktor heredokonstitusional

a. Jenis Kelamin
Pada umur tertentu pria dan wanita sangat berbeda dalam ukuran
besar, kecepatan tumbuh, proporsi jasmani dan lain-lainnya sehingga
memerlukan ukuran-ukuran normal tersendiri. Wanita menjadi dewasa
lebih dini, yaitu mulai adolensi pada umur 10 tahun, sedangkan pria
mulai pada umur 12 tahun.
b. Ras atau bangsa
Oleh beberapa ahli antropologi disebutkan bahwa ras kuning
mempunyai tendensi lebih pendek dibandingkan dengan ras kulit putih.
Perbedaan antar bangsa tampak juga bila kita bandingkan orang
Skandinavia yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang Italia.
c. Keluarga
Tidak jarang dijumpai dalam suatu keluarga terdapat anggota keluarga
yang pendek sedangkan anggota keluarga lainnya tinggi.
d. Umur
Kecepatan tumbuh yang paling besar ditemukan pada masa fetus, masa
bayi dan masa adolesensi.
2. Faktor lingkungan (pranatal dan pascanatal).
5. Apa ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan pada anak ?
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran-ukuran fisik anak,
terutama tinggi (panjang) badan. Berat badan lebih erat kaitannya dengan
status gizi dan keseimbangan cairan (dehidrasi, retensi cairan), namun
dapat digunakan sebagai data tambahan untuk menilai pertumbuhan anak.
Pertambahan lingkar kepala juga perlu dipantau, karena dapat berkaitan
dengan perkembangan anak. Perkembangan adalah bertambahnya
kemampuan fungsi-fungsi individu antara lain: kemampuan gerak kasar
dan halus, pendengaran, penglihatan, komunikasi, bicara, emosi- sosial,
kemandirian, intelegensia, bahkan perkembangan moral (Needlman,
2000).

E. JUMP 5 : MERUMUSKAN TUJUAN PEMBELAJARAN


1. Apa saja tahap perkembangan anak sampai umur 6 tahun ?
2. Bagaimana form denver II ?
3. Bagaimana mekanisme terjadinya keterlambatan di semua domain
perkembangan ?
4. Apa saja pemeriksaan untuk deteksi keterlambatan perkembangan anak ?
5. Apa saja diagnosis banding kelainan tumbuh kembang ?
6. Bagaimana penatalaksanaan dan edukasi pada keterlambatan perkembangan
anak ?
7. Bagaimana prognosis dan pencegahan keterlambatan perkembangan anak ?
F JUMP 6 : MENGUMPULKAN INFORMASI BARU
G. JUMP 7 : MELAPORKAN, MEMBAHAS DAN MENATA KEMBALI
INFORMASI BARU YANG DIPEROLEH
1. Apa saja tahap perkembangan anak sampai umur 6 tahun ?
1. Masa neonatus (4 minggu pertama)
Tiarap
: dalam sikap fleksi; memutar kepala dari sisi ke sisi; kepala

melengkung pada suspense ventral.


Terlentang : biasanya fleksi dan sedikit kaku.
Visual
: dapat memfiksasi muka atau cahaya pada garis peglihatan;

gerakan mata mata boneka (dolls eye) pada pemutaran tubuh.


Sosial
: penglihatan memilih pada muka manusia.
2. Pada 4 minggu
Tiarap
: kaki lebih ekstensi; mempertahankan dagu ke atas;
memutar kepala; mengangkat kepala sebentar sebidang dengan tubuh

pada suspense ventral.


Terlentang : postur tonus leher menonjol; lentur dan refleks; kepala

tertinggal di belakang pada penarikan untuk posisi duduk.


Visual
: mengamati orang; mengikuti gerakan objek.
Sosial
: gerakan tubuh seirama dengan orang lain pada kontak

sosial; mulai tersenyum.


3. Pada 8 minggu

Tiarap

bidang tubuh pada suspense vertical.


Terlentang : postur tonus leher menonjol; kepala tertinggal di belakang

pada penarikan untuk posisi duduk.


Visual
: mengikuti gerakan objek 180 derajat
Social
: tersenyum pada kontak social; mendengarkan suara dan

: mengngkat kepala sedikit lebih jauh; kepala ditahan pada

coos
4. Pada 12 minggu
Tidur
: mengangkat kepala dan dada, lengan ekstensi; kepala di

atas bidang tubuh pada suspense ventral.


Terlentang : postur tonus leher menonjol; menjulurkan tangan kea rah

dan menghindari objek; melambaikan mainan.


Duduk
: kepala yang tertinggal di belakang terkompensasi pada
penarikan untuk posisi duduk; pengendalian kepala awal dengan

menggerak-gerakkan; punggung berputar.


Refleks: respon Moro khas tidak menetap; membuat gerakan

pertahanan atau reaksi penarikan selektif.


Social
: mempertahankan kontak social; mendengarkan music;

berkata aah, ngah


5. Pada 16 minggu
Tidur
: mengangkat kepala dan dada, kepala pada sekitar sumbu

vertical; kaki ekstensi.


Terlentang : postur simetri menonjol, tangan pada garis tengah,

mencapai dan memegang objek dan membawanya ke mulut.


Duduk
: kepala tidak tertinggal pada posisi duduk; kepala mantap,
condong ke depan; menyenangi duduk dengan dukungan badan

sepenuhnya.
Berdiri
: bila dipegang tegak, mendorong dengn kaki.
Adaptif
: melihat bola kecil, tetapi tidak bergerak ke arahnya.
Social
: tertawa keras; dapat menampakkan tidak senang jika

kontak social diputus; gembira pada saat melihat makanan.


6. Pada 28 minggu
Tidur
: berguling-guling; berputar; merangkak atau merayap

merangkak (Knobloch).
Terlentang : mengangkat kepala; berguling-guling; gerakan meliukliuk.

Duduk

depan pada tangan; punggung memutar.


Berdiri
: dapat mendukung sebagian besar berat; melompat-lompat

secara aktif.
Adaptif
: mencapai dan memegang objek besar; memindahka objek

: duduk sebentar dengan dukungan pelvis; membungkuk ke

dari tangan ke tangan; memegang menggunakan telapak tangan sisi

radial; cenderung pada bola kecil.


Bahasa
: suara vocal polisilabus dibentuk.
Social
: menyukai ibu; mengoceh; senang berkaca; berespon

terhadap perubahan pada kepuasan emosi kontak social.


7. Pada 40 minggu
Duduk
: duduk bangun sendiri dan dengan tidak terbatas tanpa

dukungan, punggung lurus.


Berdiri
: menarik ke posisi berdiri; berkeliling atau berjalan

berpegangan pada peralatan rumah tangga.


Motorik
: merayap atau merangkak
Adaptif
: memegang objek dengan ibu jari dan jari telunjuk;
mendorong barang-barang dengan jari telunjuk, mengambil bola-bola
kecil dengan dibantu gerakan tangan; menemukan mainan yang
disembunyikan, berupaya mendapatkan kembali objek yang jatuh;

melepaskan objek yang dipegang oleh orang lain.


Bahasa
: suara konsonan berulang (mama, papa).
Social
: berespons terhadap suara mama; memainkan permainan

ciluk-ba; melambaikan bye-bye.


8. Pada 52 minggu (1 tahun)
Motorik
: berjalan dengan satu tangan dipegang (48 minggu),

bangkit secara bebas; melangkah beberapa langkah (Knobloch).


Adaptif
: mengambil bola kecil tanpa dibantu gerakan tang jari
telunjuk dan jempol; melepaskan objek pada orang lain atas permintaan

atau isyarat.
Bahasa
: beberapa kata di samping mama, papa
Social
: memainkan permainan bola sederhana;

penyesuaian postur untuk berpakaian.


9. Pada 15 bulan
Motor
: berjalan sendiri; merangkak naik tangga.

membuat

Adaptif

berwarna (crayon); memasuki pellet ke dalam botol.


Bahasa
: campuran; mengikuti perintah sederhana; dapat menamai

objek yang familiar (bola).


Social
: menunjukkan

: membuat menara 3 kubus; membuat garis dengan pensil

keinginan

atau

kebutuhan

dengan

menunjuk; memeluk orang tua.


10. Pada 18 bulan
Motor
: lari dengan kaku; duduk pada kursi kecil; berjalan naik
tangga dengan satu tangan dipegang; menjelajahi laci dan keranjang

sampah.
Adaptif

meniru coretan vertical; melempar bola kecil dari botol.


Bahasa
: 10 kata (rata-rata); memberi nama

mengidentifikasi satu atau lebih bagian tubuh.


Social
: makan sendiri; mencari pertolongan bila ada kesukaran;

: membuat menara dari 4 kubus; meniru mencoret-coret;


gambar;

dapat mengeluh bila basah atau menjadi kotor; mencium orang tua
dengan mengerut.
11. Pada 24 bulan
Motor
: berlari baik; naik turun tangga; satu tangga setiap saat;

membuka pintu; memanjat peralatan rumah tangga; melompat.


Adaptif
: menara 7 kubus (6 pada 21 bulan); menggambar
lingkaran; meniru coretan horizontal; melipat kertas; mengikuti lipatan

yang sudah ada.


Bahasa
: mengajukan 3 kata bersama (subjek, kata kerja, objek)
Social
: memegang sendok dengan baik; sering menceritakan
pengalaman baru; membantu membuka pakaian; mendengarkan cerita

dengan gambar.
12. Pada 30 bulan
Motor
: naik tangga dengan kaki berselang-seling.
Adaptif
: menara 9 kubus; membuat garis vertical dan horizontal,
tetapi biasanya tidak mau menggabungnya menjadi silang; meniru garis

sirkuler, membentuk gambar tertutup.


Bahasa
: menyebut dirinya dengan sebutan saya; mengetahui
nama seluruhnya.

Social

: membantu menjauhkan barang; berpura-pura dalam

bermain.
13. Pada 36 bulan
Motor
: memiliki sepeda roda tiga; berdiri sebentar pada satu kaki.
Adaptif
: menara 10 kubus; meniru konstruksi jembatan 3 kubus;

mengkopi lingkaran; meniru silang.


Bahasa
: mengetahui umur dan jenis kelamin; menghitung 3 objek

dengan benar; mengulangi 3 angka atau kalimat 6 silabus.


Social
: memainkan permainan sederhana (bersama dengan anak
lain); membantu dalam berpakaian (pakaian yang tidak berkancing dan

membuka sepatu); mencuci tangan.


14. Pada 48 bulan
Motor
: melompat dengan satu kaki; melempar bola tangan ke

atas; menggunakan gunting untuk memotong gambar; memanjat baik.


Adaptif
: mengkopi jembatan dari model; mengimitasi konstruksi
gerbang 5 kubus; mengkopi silang dan segi empat; menggambar
manusia dengan 2 atau 4 bagian selain kepala; nama-nama yang lebih

panjang dari 2 garis.


Bahasa
: menghitung 4 penny dengan tepat; menceritakan sejarah.
Social
: bermain dengan beberapa anak dengan memulai interaksi

social dan memainkan peran; pergi ke toilet sendiri.


15. Pada 60 bulan
Motor
: melompat-lompat
Adaptif
: menggambar segitiga dari mencontoh; memberi nama

yang lebih berat dari 2 timbangan.


Bahasa
: memberi nama 4 warna; mengulangi kalimat 10 silabus;

menghitung 10 penny dengan benar.


Social
: berpakaian dan membuka

pakaian;

menanyakan

pertanyaan mengenai arti kata-kata; memainkan peran domestic


( Behrman, 1999 )

2. Bagaimana form denver II ?

3. Bagaimana mekanisme terjadinya keterlambatan di semua domain


perkembangan ?

Kesalahan dalam morfogenesis dari susunan saraf pusat

Perubahan dalam lingkungan biologis intrinsik

Pengaruh ekstrinsik (hipoksia, trauma, keracunan, dsb)

Kesalahan dalam morfogenesis dari susunan saraf pusat


Dalam kategori ini telah terjadi perubahan dalam perkembangan
embrio dan fetus. Kurang lebih 4% dari bayi yang lahir hidup dalam tahun
pertama kehidupannya penelitian yang dilakukan oleh Holmes pada tahun
1980, 2.4% bayi baru lahir (newborns) menunjukkan anomaly yang berat
dan sebanyak 60% berhubungan dengan keadaan genetik atau penyebab
selama dalam kandungan (in utero). Kesalahan dalam morfogenesis dapat
terjadi karena malformasi (kegagalan jaringan untuk terbentuk secara
normal sejak saat konsepsi), deformasi (perubahan dari jaringan yang
berkembang secara normal yang terkena kekuatan mekanis yang abnormal)
dan gangguan / trauma terhadap Rahim / uterus atau keracunan
jaringan. Peristiwa-peristiwa ini mempunyai kesamaan tetapi berbeda
dalam mekanisme sehingga berbeda juga dalam pengaruh terhadap bentuk
dan fungsi susunan saraf pusat.
Sebagai contoh adalah Myelodysplasia (Spina Bifida) yang mungkin
berhubungan dengan Retardasi mental merupakan sindrom malformasi yang
bersifat multipel / ganda. Meskipun beberapa organ yang terkena tetapi
kesalahan primer adalah perkembangan atau differensiasi dari early neural
tube dan akibatnya adalah persyarafan yang abnormal dari berbagai organ.
Deformasi mungkin terjadi karena bentuk Rahim / uterus yang abnormal
sehingga menekan tulang kepala yang sedang berkembang sehingga
bentuknya berubah atau gerakan fetus terhambat sehingga terjadi kontraktur
yang tetap dan ketika lahir terdapat kelainan pada panggul atau kaki.
Kelainan yang terakhir ini tidak menyebabkan RM tetapi kelainan
neurologis mungkin bisa menyebabkannya.

Gangguan / trauma terjadi karena zat-zat yang bersifat teratogenik, zat


kimia dan toksin. Zat-zat tersebut menghambat morfogenesis. Zat yang
dalam jangka panjang menghambat morfogenesis antara lain alcohol,
kokain, dll. Meskipun secara fisik tidak jelas tampak efeknya pada waktu
lahir. Keadaan lain yang juga menghambat adalah infeksi virus (toxoplasma,
rubella, cytomegalovirus), demam pada ibu hamil dan gangguan vaskuler
yang terjadi dalam rahim pada plasenta atau pembuluh darah serebral pada
fetus ( Humris, 2013 ).
Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan.
Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Secara garis besar faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi 2 golongan,
yaitu faktor dalam (internal) dan faktor luar (eksternal/lingkungan).
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hasil interaksi dua faktor
tersebut.
Faktor internal terdiri dari perbedaan ras/etnik atau bangsa, keluarga,
umur, jenis kelamin, kelainan genetik, dan kelainan kromosom. Anak yang
terlahir dari suatu ras tertentu, misalnya ras Eropa mempunyai ukuran
tungkai yang lebih panjang daripada ras Mongol. Wanita lebih cepat dewasa
dibanding laki-laki. Pada masa pubertas wanita umumnya tumbuh lebih
cepat daripada laki-laki, kemudian setelah melewati masa pubertas
sebalinya laki-laki akan tumbuh lebih cepat. Adanya suatu kelainan genetik
dan kromosom dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak,
seperti yang terlihat pada anak yang menderita Sindroma Down.
Selain faktor internal, faktor eksternal/lingkungan juga mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Contoh faktor lingkungan yang
banyak mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak adalah gizi,
stimulasi, psikologis, dan sosial ekonomi.
Gizi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap proses
tumbuh kembang anak. Sebelum lahir, anak tergantung pada zat gizi yang
terdapat dalam darah ibu. Setelah lahir, anak tergantung pada tersedianya
bahan makanan dan kemampuan saluran cerna. Hasil penelitian tentang

pertumbuhan anak Indonesia (Sunawang, 2002) menunjukkan bahwa


kegagalan pertumbuhan paling gawat terjadi pada usia 6-18 bulan.
Penyebab gagal tumbuh tersebut adalah keadaan gizi ibu selama hamil, pola
makan bayi yang salah, dan penyakit infeksi.
Perkembangan anak juga dipengaruhi oleh stimulasi dan psikologis.
Rangsangan/stimulasi

khususnya

dalam

keluarga,

misalnya

dengan

penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota


keluarga lain akan mempengaruhi anak dalam mencapai perkembangan
yang optimal. Seorang anak yang keberadaannya tidak dikehendaki oleh
orang tua atau yang selalu merasa tertekan akan mengalami hambatan di
dalam pertumbuhan dan perkembangan.
Faktor lain yang tidak dapat dilepaskan dari pertumbuhan dan
perkembangan anak adalah faktor sosial ekonomi. Kemiskinan selalu
berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang jelek,
serta kurangnya pengetahuan. (Tanuwijaya, 2003).
4. Apa saja pemeriksaan untuk deteksi keterlambatan perkembangan
anak ?
Tes Perkembangan
Untuk melakukan skrining keterlambatan pertumbuhan
anak

dapat

digunakan

tes-tes

perkembangan.

Tes

perkembangan yang sering digunakan untuk skrining


antara lain DDST, tes IQ dan tes psikoogis lainnya. Berikut
tes perkembangan yang dapat digunakan untuk menilai
perkembangan anak:
A. Tes intelegensia Individual (tes IQ)
1. Tes Stanford-Binet
2. LIPS (The Leiter International Performance Scale)
3. WISC (The Wechsler Intelligence Scale for Children)

4. WPPSI (Wechsler Preschool and Primary Scale of


Intelligence)
5. McCarthy Scale of Children Abilities)
B. Tes Prestasi
1. Gray oral reading test-revised (GORT-R)
2. WRAT (Wide Range Achievement Test)
3. Peabody Individual Achievement Test
C. Tes Psikomotor
1. Brazelton Newborn Behaviour Assessment Scale
2. Uzgiris-Hunt Ordinal Scales
3. Gesell Infant Scale dan Catell Infant Scale
4. Bayley Infant Scale of Development
5. DDST (The Denver Develoment Screening Test)
6. Yale Revised Developmental Test
7. Diagnostik perkembangan fungsi Munchen tahun
pertama
8. Geometric Forms Test
9. Bender-Gestalt Visual Motor Test
10.

Draw-A-Man Test

11.

Picture-Vocabulary Subtest Stanfort-Binet Test

12.

Ammons Quick Test (Picture-word Test)

D. Tes Proyeksi
1. Symonds Picture Story Test

2. The Machover Human Figure Drawing Test


3. The animal Choise Test
4. The Three Wishes Test
5. Childrens Apperception Test
6. The Rorschach Test
E. Tes Perilaku Adaptif
1. Vineland Adaptive Behavior Scale
2. Vineland Adaptive Behavior Scales (edisi kelas)
Dari sekian banyak tes diatas, tes yang sering digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Picture-Vocabulary Subtest Stanfort-Binet Test
Tes

ini

hampir

digunakan

di

semua

tempat.

Digunakan mulai umur 2 tahun sampai dewasa. Nilai


yang didapat tes ini adalah nilai IQ dan umur mental.
Tes

ini

tidak

bermanfaat

untuk

anak

dengan

gangguan bahasa dan bicara, serta tidak dapat


menjelaskan anak yang mengalami kesulitan belajar.
2. WPPSI (Wechsler Preschool and Primary Scale of
Intelligence)
Tes ini digunakan untuk anak-anak prasekolah (umur
4-61/2 tahun). Terdiri dari 11 sub-tes yang dibagi
menjadi skala verbal dan performance, dengan
nilai IQ yang menggambarkan keseluruhan penilaian
hasil

tes.

Tes

ini

dapat

memberikan

informasi

diagnostik yang berguna untuk penilaian anak yang


mengalami kesulitan belajar dan retardasi mental.

3. Gesell Infant Scale dan Catell Infant Scale


Tes

ini

bertujuan

untuk

menentukan

tahap

kematangan dan kelengkapan kegiatan suatu sistem


yang sedang berkembang. Tes
meninjau

aspek

diagnostik,

ini tidak hanya

etapi

juga

aspek

prognosis dan kemungkinan pengobatannya. Tes ini


dapat digunakan dari umur 4 minggu sampai 6
tahun.
4. Bayley Infant Scale of Development
Skala ini digunakan untuk umur 8 minggu sampai 30
bulan. Tujuan dari program diagnosik perkembangan
ini

adalah

untuk

menentukan

kemampuan

perkembangan mental dan motorik seorang anak,


dan mencari penyimpangan dari perkembangan yang
normal. Skala ini dibagi menjadi 3 bagin yang saling
melengkapi, yaitu : mental scale, motoric scale dan
infant behavior record.
5. DDST (The Denver Develoment Screening Test)
6. Diagnostik perkembangan fungsi Munchen tahun
pertama
Aspek yang dinilai antara lain: umur merangkak,
umur duduk, umur berjalan, umur memegang, umur
berbicara,

umur

pengertian

bahasa

dan

umur

sosialisasi.
7. Geometric Forms Test
Tes ini merupakan suatu prosedur yang sederhana
untuk mengetahui kemampuan anak-anak umur 2

tahun sampai 7 tahun dengan cara meniru bentuk


geometrik yang sederhana. Tes ini dapat sebagai
indikator

perkembangan

intelegensia

dan

perkembangan motorik halus.


8. Bender-Gestalt Visual Motor Test
Tes ini untuk menilai dan skrining anak-anak yang
engalami kesulitan persepsi motorik yang dimulai
pada umur 5 tahun dan lebih tua.
9. Draw-A-Man Test
Tes ini relatif sederhana, yaitu memint anak untuk
menggambar

seorang

laki-laki.

Makin

cerdas

seseorang anak ia akan membuat gambar yang lebih


baik yang mencerminkan kapasitas intelektual yang
lebih tinggi yang sudah ada secara intrinsik didalam
dirinya.
10.

Tes perkembangan adaptasi sosial


Skala pengukuran yang baik untuk perkembangan
sosial adalh skala maturitas sosial dari vibeland. Tes
ini mengkategorikan kemampuan motorik dan
perkembangan sosial anak dari lahir sampai
dewasa. Tes ini berguna untuk tes psikologi anak anak

yang

mengalami

deviasi

perkmbangan

(Soetjiningsih, 1995).
5. Apa saja diagnosis banding kelainan tumbuh kembang ?
Masalah yang sering timbul dalam pertumbuhan dan perkembangan
anak meliputi gangguan pertumbuhan fisik, perkembangan motorik, bahasa,
emosi, dan perilaku.

1. Gangguan Pertumbuhan Fisik


Gangguan pertumbuhan fisik meliputi gangguan pertumbuhan di atas
normal dan gangguan pertumbuhan di bawah normal. Pemantauan berat
badan menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat) dapat dilakukan secara
mudah untuk mengetahui pola pertumbuhan anak. Menurut Soetjiningsih
(2003) bila grafik berat badan anak lebih dari120% kemungkinan anak
mengalami obesitas atau kelainan hormonal. Sedangkan, apabila grafik
berat badan di bawah normal kemungkinan anak mengalami kurang gizi,
menderita penyakit kronis, atau kelainan hormonal. Lingkar kepala juga
menjadi salah satu parameter yang penting dalam mendeteksi gangguan
pertumbuhan

dan

perkembangan

anak.

Ukuran

lingkar

kepala

menggambarkan isi kepala termasuk otak dan cairan serebrospinal. Lingkar


kepala yang lebih dari normal dapat dijumpai pada anak yang menderita
hidrosefalus, megaensefali, tumor otak ataupun hanya merupakan variasi
normal. Sedangkan apabila lingkar kepala kurang dari normal dapat diduga
anak menderita retardasi mental, malnutrisi kronis ataupun hanya
merupakan variasi normal. Deteksi dini gangguan penglihatan dan gangguan
pendengaran juga perlu dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya
gangguan yang lebih berat. Jenis gangguan penglihatan yang dapat diderita
oleh anak antara lain adalah maturitas visual yang terlambat, gangguan
refraksi, juling, nistagmus, ambliopia, buta warna, dan kebutaan akibat
katarak, neuritis optik, glaukoma, dan lain sebagainya. (Soetjiningsih,
2003). Sedangkan ketulian pada anak dapat dibedakan menjadi tuli
konduksi dan tuli sensorineural. Menurut Hendarmin (2000), tuli pada anak
dapat disebabkan karena faktor prenatal dan postnatal. Faktor prenatal
antara lain adalah genetik dan infeksi TORCH yang terjadi selama
kehamilan. Sedangkan faktor postnatal yang sering mengakibatkan ketulian
adalah infeksi bakteri atau virus yang terkait dengan otitis media.
2. Gangguan perkembangan motorik
Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh beberapa
hal. Salah satu penyebab gangguan perkembangan motorik adalah kelainan

tonus otot atau penyakit neuromuskular. Anak dengan serebral palsi dapat
mengalami keterbatasan perkembangan motorik sebagai akibat spastisitas,
athetosis, ataksia, atau hipotonia. Kelainan sumsum tulang belakang seperti
spina bifida juga dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik.
Penyakit

neuromuscular

sepeti

muscular

distrofi

memperlihatkan

keterlambatan dalam kemampuan berjalan. Namun, tidak selamanya


gangguan perkembangan motorik selalu didasari adanya penyakit tersebut.
Faktor lingkungan serta kepribadian anak juga dapat mempengaruhi
keterlambatan dalam perkembangan motorik. Anak yang tidak mempunyai
kesempatan untuk belajar seperti sering digendong atau diletakkan di baby
walker dapat mengalami keterlambatan dalam mencapai kemampuan
motorik.
3. Gangguan perkembangan bahasa
Kemampuan

bahasa

merupakan

kombinasi

seluruh

system

perkembangan anak. Kemampuan berbahasa melibatkan kemapuan motorik,


psikologis, emosional, dan perilaku (Widyastuti, 2008). Gangguan
perkembangan bahasa pada anak dapat diakibatkan berbagai faktor, yaitu
adanya faktor genetik, gangguan pendengaran, intelegensia rendah,
kurangnya interaksi anak dengan lingkungan, maturasi yang terlambat, dan
faktor keluarga. Selain itu, gangguan bicara juga dapat disebabkan karena
adanya kelainan fisik seperti bibir sumbing dan serebral palsi. Gagap juga
termasuk salah satu gangguan perkembangan bahasa yang dapat disebabkan
karena adanya tekanan dari orang tua agar anak bicara jelas (Soetjingsih,
2003).
4. Gangguan Emosi dan Perilaku
Selama tahap perkembangan, anak juga dapat mengalami berbagai
gangguan yang terkait dengan psikiatri. Kecemasan adalah salah satu
gangguan yang muncul pada anak dan memerlukan suatu intervensi khusus
apabila mempengaruh interaksi sosial dan perkembangan anak. Contoh
kecemasan yang dapat dialami anak adalah fobia sekolah, kecemasan
berpisah, fobia sosial, dan kecemasan setelah mengalami trauma. Gangguan

perkembangan pervasif pada anak meliputi autisme serta gangguan perilaku


dan interaksi sosial. Menurut Widyastuti (2008) autism adalah kelainan
neurobiologis yang menunjukkan gangguan komunikasi, interaksi, dan
perilaku. Autisme ditandai dengan terhambatnya perkembangan bahasa,
munculnya gerakan-gerakan aneh seperti berputar-putar, melompat-lompat,
atau mengamuk tanpa sebab.
Tabel 1 . Diagnosis banding beberapa penyebab keterlambatan
berbahasa
Diagnosis

Bahasa
reseptif

Bahasa
ekspresif

Kemampuan
pemecahan
masalah
Visuo-motor

Pola
perkembangan

Tuli

< normal

< normal

< normal

Tidak seimbang

Retardasi
mental

< normal

< normal

< normal

Keterlambatan
menyeluruh

Kesulitan
belajar

Normal,

Normal

Normal,

Tidak seimbang

Autisme

< normal

, normal
aneh

Tampaknya
normal,
Biasanya lebih
baik
dibandingkan
kemampuan
berbahasa

Tidak
penyeimbang

Keterlambata
n
pematangan
otak

Normal

< normal

normal

Hanya ekspresif
yang terganggu

< normal

< normal

< normal

(Pusponegoro, 2002 )
6. Bagaimana

penatalaksanaan

perkembangan anak ?
1. Terapi Okupasi

dan

edukasi

pada

keterlambatan

Terapi okupasi umumnya menekan pada kemampuan motorik halus,


selain itu terapi okupasi juga bertujuan untuk membantu seseorang agar
dapat melakukan kegiatan keseharian, aktifitas produktifitas dan
pemanfaatan waktu luang.
Terapi okupasi diperlukan oleh anak/orang dewasa yang mengalami
kesulitan belajar, hambatan motorik (cedera, stroke, traumatic brain
injury), autisme, sensory processing disorders, cerebral palsy, down
syndrome, Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), genetic
disorders, aspergers syndrome, kesulitan belajar, keterlambatan wicara,
gangguan perkembangan (Cerebal Palsy/CP), Pervasive Developmental
Disorder (PDD)dan keterlambatan tumbuh kembang lainnya.
2. Terapi Sensori Integrasi
Sensori

integrasi

berarti

kemampuan

untuk

mengolah

dan

mengartikan seluruh rangsang sensoris yang diterima dari tubuh maupun


lingkungan, dan kemudian menghasilkan respons yang terarah. Aktivitas
fisik yang terarah, bisa menimbulkan respons yang adaptif yang makin
kompleks. Dengan demikian efisiensi otak makin meningkat.
Layanan terapi ini dapat diterapkan pada anak dengan gangguan
perilaku, Autism Spectrum Disorder (ASD),Down Syndrome, Attention
Deficit Hyperactivity Disorder (ADD/ADHD),Aspergers Syndrome,
Kesulitan Belajar, Keterlambatan wicara, Gangguan perkembangan
(Cerebal Palsy/CP), Pervasive Developmental Disorder (PDD) dan
keterlambatan perkembangan lainnya.
3. Terapi Wicara
Terapi Wicara adalah layanan terapi yang membantu bekerja pada
prinsip-prinsip dimana timbul kesulitan berkomunikasi atau ganguan
pada berbahasa dan berbicara bagi orang dewasa maupun anak.
4. Terapi ADL (Aktifitas Keseharian)
Salah satu bentuk layanan terapi yang membantu anak-anak untuk
dapat melakukan aktifitas keseharian seperti makan, minum, berpakaian,
bersepatu, bersisir, mandi, aktifitas toileting, dst secara mandiri.

Layanan terapi ADL ini pada umumnya diberikan oleh seorang


Okupasi Terapis. Layanan terapi ini dapat diterapkan bagi anak
berkebutuhan khusus sehingga anak dapat mandiri dalam kesehariannya.
5. Terapi Perilaku
Terapi perilaku, berupaya untuk melakukan perubahan pada anak
autistik dalam arti perilaku yang berlebihan dikurangi dan perilaku yang
berkekurangan (belum ada) ditambahkan.
Dalam terapi perilaku, fokus penanganan terletak pada pemberian
reinforcement positif setiap kali anak berespons benar sesuai instruksi
yang diberikan. Tidak ada hukuman (punishment) dalam terapi ini, akan
tetapi bila anak berespons negatif (salah/tidak tepat) atau tidak berespons
sama sekali maka ia tidak mendapatkan reinforcement positif yang ia
sukai tersebut. Perlakuan ini diharapkan meningkatkan kemungkinan
anak untuk berespons positif dan mengurangi kemungkinan ia berespons
negatif (atau tidak berespons) terhadap instruksi yang diberikan.
Layanan terapi ini umumnya diperuntukan untuk anak dengan
gangguan perilaku, pemusatan pemikiran dan hiperaktifitas (ADHD),
ADD, maupun autisme.
6. Orthopegagog(Remedial Teaching)
Orthopedagog adalah terapi untuk mengatasi kesulitan belajar khusus
pada anak. Kesulitan-kesulitan ini umum terjadi pada anak-anak usia
sekolah dan bisa dideteksi oleh orang tua atau guru, ketika anak
menunjukkan beberapa gejala tertentu.
7. Fisioterapi
Fisioterapi merupakan salah satu jenis layanan terapi fisik yang
menitik beratkan untuk menstabilkan atau memperbaiki gangguan fungsi
alat gerak/fungsi tubuh yang terganggu yang kemudian diikuti dengan
proses/metode terapi gerak.
Fisioterapi membantu anak mengembangkan kemampuan motorik
kasar. Kemampuan motorik kasar meliputi otot-otot besar pada seluruh

tubuh yang memungkinkan tubuh melakukan fungsi berjalan, melompat,


jongkok, dst
8. Terapi Musik
Terapi musik adalah salah satu bentuk terapi yang bertujuan
meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan rangsangan suara yang
terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya yang
diorganisir sedemikian rupa hingga tercipta musik yang bermanfaat
untuk kesehatan fisik dan mental.
Layanan terapi ini diperuntukkan bagi semua ketunaan yang ada serta
pada gangguan perkembangan anak seperti autisme, ADHD, Down
Syndrom, dst
9. Terapi Akupresur dan Akupuntur
Akupresur adalah salah satu bentuk terapi dengan memberikan
pemijatan dan stimulasi pada titik-titik tertentu pada tubuh. Layanan
terapi ini bertujuan untuk mengurangi bermacam-macam sakit dan nyeri
serta mengurangi ketegangan, kelelahan dan penyakit.
Sedangkan akupuntur merupakan salah satu bentuk dari pembedahan
dengan menusukkan jarum-jarum ke titik-titik tertentu di badan.
Layanan akupresur dan akupuntur dapat menyembuhkan sakit dan
nyeri yang sukar disembuhkan seperti nyeri punggung, spondilitis, kram
perut, gangguan neurologis, artritis, serta gangguan dalam kesulitan tidur,
hiperaktifitas, kesulitan makan, obesitas, dst
7. Bagaimana prognosis dan pencegahan keterlambatan perkembangan
anak ?
a. Prognosis
- Anak dengan keterlambatan berjalan biasanya juga disetrai keterlambatan
lainnya seperti keterlambatan merangkak, duduk, berlari atau melompat.
- Anak dengan keterlambatan berjalan biasanya juga disertai gangguan
motorik kasar dan keseimbangan. Pada keadaan ini harus diwaspadai
biasanya anak mudah terjatuh dan tersandung. Saat jatuhpun biasanya

anak lebih tidak bisa menguasai diri sehingga sering terbentur kepala atau
dagunya.
- Di masa depan anak dengan keterlambatan berjalan biasanya tidak
menyukai olahraga atau nilai olahraganya tidak bagus. Anak seperti ini
biasanya hanya senang melihat televisi, main game atau bermain di dalam
rumah. Demikian juga saat sekolah biasanya hanya lebih senang menonton
temannya yang sedang bermain di halaman.
- Tetapi pada anak dengan keterlambatan ringan motorik kasar biasanya
akan mempunyai ketrampilan motorik halus yang sangat baik seperti
kerajinan tangan, menggunting, main puzzle, main game atau permainan
elektronik lainnya. Biasanya kemampuan tangan lebih baik daripada
keterampilan kaki. Sehingga olahraga yang lebih disukai dan dikuasai
adalah tenis, basket, badminton dibandingkan olahraga lari atau sepakbola
( Judarwanto,2006 ).
b. Pencegahan

Sebelum Menikah
Sebelum menikah seorang wanita harus menjaga kesehatannya dengan
makan makanan bergizi, menghindari rokok dan alkohol, pantang seks
bebas dan sebangsanya, serta jika memiliki hewan peliharaan dirawat dan
divaksinasi secara teratur. Wanita yang baik pasti akan memilih calon
suami yang baik pula. Sehingga, seorang laki-lakipun sebagai calon ayah
juga harus merawar kesehatannya dengan makan bergizi, menghindari
rokok dan alkohol, pantang seks bebas dan jajan PSK, serta
seyogyanya berasal dari keluarga baik-baik.
Sebelum menikah, disarankan seorang wanita melakukan premarital
screening (periksa kesehatan) terutama periksa lab darah untuk penyakit
TORCH.

Setelah Menikah
Setelah menikah, perlu diingat bahwa usia 20 tahun hingga 30 tahun
adalah masa yang aman untuk melahirkan. Sebelum menikah sebaiknya

sudah mendapatkan imunisasi TT 1 x. Ada beberapa hal yang perlu


diingat sebelum hamil :
- Jika masih dalam pengobatan penyakit tertentu sebaiknya kehamilan
ditunda.
- Jika usia belum 20 tahun sebaiknya kehamilan ditunda.
- Jika ingin menunda kehamilan, sebaiknya dilakukan dengan metode
alami (missal kondom, pantang berkala, kalender) atau setidaknya
metode hormonal (pil saja)

Setelah Hamil
Setelah tes kehamilan (tes pack) menunjukkan positif, sebaiknya
langsung diperiksakan ke puskesmas / bidan / dokter terdekat. Selama
kehamilan sampai persalinan, sebaiknya setiap ibu hamil perlu
memeriksakan diri secara teratur kepada petugas kesehatan sekurangkurangnya 4 kali (1 x trimester pertama, 1 x trimeseter kedua, dan 2 x
trimeseter kedua). Pemeriksaan dengan USG (ultrasonografi) sebaiknya
dilakukan sekitar 2-3 x selama kehamilan. (satu kali awal untuk
memastikan kehamilan, satu kali usia 3-5 bulan untuk melihat
kelengkapan janin dan ada tidaknya kelainan serta satu kali pada akhir
kehamilan untuk melihat posisi, letak, dan kondisi janin).

Pada saat persalinan


Ibu hamil sebaiknya bersalin di tempat pelayanan kesehatan, namun
jika tidak memungkinkan boleh ditolong oleh dukun namun yang sudah
terlatih. Perlu diingat bagi ibu hamil yang tergolong RESTI (resiko
tinggi) harus melahirkan di rumah sakit.

Masa Tumbuh Kembang


Untuk mendapatkan pertumbuhan dan perkembangan terutama otak yang
optimal, anak-anak perlu:
- mendapat ASI yang cukup
- makanan yang bergizi
- imunisasi sesuai yang dianjurkan

- diawasi hati-hati jangan sampai jatuh, kejedug, tenggelam, dan


sejenisnya
- penggunaan obat bila sakit harus seijin dokter
- jika sakit tidak membaik > 2 hari segera bawa ke RS untuk mencegah
penyakit yang berat seperti meningitis
- pantau terus lingkar kepala anak (2 cm tiap 3 bulan pertama, 1 cm tiap 3
bulan kedua, dan 0,5 cm tiap 6 bulan berikutnya)
- Komunikasi dan kehangatan interaksi anak-orang tua harus dipelihara
- Pengasuh anak sebaiknya sehat dan terlatih jika anak terpaksa diasuh
orang lain karena ibu bekerja

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
Behrman, Richard E et al (ed). 1999. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15,
Volume 1. Jakarta: EGC. Pp: 51; 56.
Hassan R., Alatas H. 2007. Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Bagian
Ilmu

Kesehatan Anak FKUI. pp: 390-1.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi


Konsep dan Proses Keperawatan Buku 2, Jakarta: Salemba Medika.
Humris, W Edith et al. 2013. Buku Ajar Psikiatri Edisi Kedua. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Pp: 452-453.
Judarwanto, widodo. 2006. Keterlambatan Bicara.
Needlman RD. 2000. Growth and Development. Dalam: Behrman dkk, (eds).
Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke 16. Tokyo: Saunders, pp: 23-65.
Pusponegoro HD. 2002. Diagnosis autisme. Pertemuan Ilmiah Berkala Ilmu
Kesehatan Anak..
Saryono. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogyakarta : Mitra Medika.
Soedjatmiko. 2001. Deteksi Dini Gangguan Tumbuh Kembang Balita. Sari
Pediatri, 3 (3): 175 188

Soetjiningsih. 1998. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.


Soetjiningsih. 2003. Perkembangan Anak dan Permasalahannya. Jakarta: EGC.
Sunawang. 2002. Pertumbuhan Anak Indonesia dan MP-ASI Sebuah Tinjauan
Analisis Prosiding. Jakarta: Kongres Nasional Persagi dan Temu Ilmiah XII
Jakarta
Tanuwijaya, S. 2003. Konsep Umum Tumbuh dan Kembang. Jakarta: EGC
Widyastuti, D, dan Widyani, R. 2001. Panduan Perkembangan Anak 0 Sampai 1
Tahun. Jakarta: Puspa Swara

Anda mungkin juga menyukai