Anda di halaman 1dari 7

Prof. Dr. Ki Supriyoko, S.D.U., M.Pd.

:
PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF ETIKA
BAGI CALON PEMIMPIN BANGSA MASA DEPAN
<*>

A.

PENGANTAR

A1.

Dinamika kependudukan Indonesia telah memberi demography


bonus; yaitu struktur penduduk tertentu yang pada suatu saat nanti
atau tepatnya tahun 2045 pas satu abad Indonesia merdeka akan
didominasi oleh penduduk pada usia produktif dan memegang peran
suatu negara. Disinilah Generasi Emas Indonesia akan muncul.

A2.

Menurut data Badan Pusat Statistik 2010: jumlah anak kelompok


usia 0-9 tahun sebanyak 45,93 juta, sedangkan anak usia 10-19 tahun
berjumlah 43,55 juta jiwa. Nanti pada 2045, mereka yang usia 0-9
tahun akan berusia 35-45 tahun, sedangkan yang usia 10-20 tahun
berusia 45-54. Pada usia-usia itu mereka akan memegang peran di
Indonesia tercinta. Mereka akan menjadi pemimpin bangsa.

_____________________________________________________________
<*>

Materi Kuliah Umum Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang


Diselenggarakan oleh Fakultas Psikologi Undip Semarang
Semarang: Aula Dekanat Fakultas Psikologi, 22 September 2012

A3.

Pemimpin bangsa Indonesia masa depan harus memiliki daya


kompetisi yang kuat; baik kompetisi eksternal maupun internal.
Kompetisi eksternal ialah kompetisi antara bangsa Indonesia dengan
bangsa-bangsa lain di dunia ini; sedangkan kompetisi internal adalah
kompetisi antarkelompok yang terjadi di dalam negeri.

A4.

Pemimpin Indonesia di masa depan memiliki tugas yang berat


dikarenakan banyaknya permasalahan yang bersifat paradoksal;
misalnya Indonesia adalah besar jumlah penduduknya tetapi kecil
kemandiriannya, Indonesia adalah luas wilayahnya tetapi sempit
penguasaan teknologi transportasinya, Indonesia adalah kaya sumber
daya alamnya tetapi miskin dalam perekonomiannya, dan sebagainya.

A5.

Salah satu syarat menjadi pemimpin bangsa Indonesia di masa depan


adalah memiliki karakter yang baik. Itulah sebabnya Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan gencar menyelenggarakan pendidikan
karakter bagi peserta didik di semua satuan pendidikan; karena
merekalah yang nantinya akan menjadi pemimpin bangsa.

B.

PENDIDIKAN KARAKTER

B1.

Dalam buku karya Soemarno Soedarsono Character Building


Membentuk Watak (2002) dijelaskan bahwa setiap manusia itu
memiliki identitas, jati diri, karakter dan aspek-aspek kepribadian
manusia yang lainnya. Lebih lanjut secara jelas dideskripsikan
perbedaan pengertian di antara aspek-aspek tersebut.

B2.

Identitas adalah suatu tanda diri atau penampilan fisik seseorang


yang tampak secara lahiriah, namun identitas ini belum tentu
mencerminkan diri manusia yang sebenarnya; sedangkan jati diri
adalah sifat dasar seseorang yang hakiki yang berasal dari Tuhan,
yang merupakan sejatinya diri seseorang atau manusia yang asli.

B3.

Karakter adalah watak, yaitu pengembangan dari jati diri manusia itu
sendiri. Dengan demikian karakter seseorang atau karakter manusia
lebih mencerminkan jati diri seseorang atau jati diri manusia daripada
identitas. Karakter merupakan aspek dari kepribadian manusia;
sedangkan aspek kepribadian yang lain adalah intelektual,
temperamen, dan keterampilan.

B4.

Karakter dapat diubah, dibentuk atau pun dikembangkan, begitu juga


dengan keterampilan; sementara kalau intelektual dan temperamen
sangat sulit diubah, dibentuk atau pun dikembangkan. Dalam hal ini
jelas sekali bahwa karakter setiap manusia atau sekelompok manusia
bisa dikembangkan; oleh karena itu usaha untuk membangun
karakter generasi muda menjadi sesuatu yang sangat realistik.

B5.

Bagi bangsa Indonesia, karakter itu identik dengan budi pekerti.


Orang yang karakternya baik identik bahkan sama dengan orang yang
budi pekertinya luhur atau baik, sementara itu orang yang
karakternya buruk identik bahkan sama dengan orang yang budi
pekertinya tidak luhur atau tidak baik, Itulah sebabnya usaha untuk
membangun karakter bangsa itu identik bahkan sama halnya dengan
meluhurkan budi pekerti bangsa itu sendiri.

B6.

Pentingnya karakter, baik yang bersifat individual maupun bangsa,


sering dilukiskan dengan kata-kata bijak, misalnya: When wealth is
lost, nothing is lost; when health is lost something is lost; when
character is lost, everything is lost. Artinya: Kalau kekayaan hilang,
tidak ada yang hilang; kalau kesehatan hilang, ada sesuatu yang
hilang; (namun) kalau watak hilang, segalanya hilang.

B7.

Kata-kata bijak lainnya menyatakan: Knowledge is power, but


character is more. Adapun maksudnya adalah, pengetahuan adalah
kekuatan (yang besar), tetapi watak memiliki nilai lebih daripada itu.
Atau: Character building is a never ending process. Artinya adalah,
membangun watak manusia itu merupakan suatu proses yang tiada
pernah berhenti.

B8.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menjabarkan


karakter dalam 18 butir; adapun butir yang dimaksud adalah religius,
jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa
ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai
prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca,
peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab.

B9.

Pendidikan karakter diberikan kepada peserta didik dimulai dari


pendidikan anak usia dini (PAUD), pendidikan dasar, pendidikan
menengah s/d pendidikan tinggi. Lebih daripada itu, pendidikan
karakter tidak semata-mata menjadi urusan pendidikan formal
di sekolah akan tetapi juga menjadi urusan pendidikan nonformal
di masyarakat dan pendidikan informal di dalam keluarga.

C.

LAHIRNYA PEMIMPIN

C1.

Secara teoretis lahirnya pemimpin di masa depan bisa terjadi melalui


dua jalur; yaitu jalur seseorang itu memang dilahirkan untuk menjadi
pemimpin (the leader was born) dan jalur seseorang itu harus dididik
terlebih dahulu untuk menjadi pemimpin (the leader was educated).

C2.

Terlepas dari pemimpin itu dilahirkan atau dididik, sebagai syarat


utama adalah karakter yang baik. Dengan karakter yang baik maka
akan mengedepankan etika dalam berperilaku sosial di masyarakat,
khususnya di hadapan masyarakat yang dipimpinnya.

C3.

Secara praktis lahirnya pemimpin di masa depan bisa dicapai dengan


meneladani para pemimpin terdahulu yang terbukti telah berhasil
menjalankan fungsinya sebagai pemimpin. Meskipun tidak semua
aspek kepemimpinannya dapat diteladani tetapi pasti ada aspek-aspek
tertentu yang layak diteladani.

C4.

Keteladanan George Washington: Washington adalah presiden


pertama AS yang sukses tahun 1776 s/d 1781. Rakyat mendambakan
kembali untuk memimpin AS periode ke-2. Washington bersedia,
dan melalui mekanisme konstitusional ia memimpin AS kembali. Ia
sukses lagi mengemban jabatan ke-2 sehingga rakyat meminta lagi
untuk memimpin AS. Kali ini Washington menolak. Kenapa? Karena
UU di AS tidak mengijinkan seseorang menjadi presiden tiga kali
berturut-turut. Washington tidak ingin melanggar undang-undang.
Washington kuat dalam hal karakter disiplin dan demokratis.

C5.

Keteladanan Soekarno-Hatta: Soekarno adalah presiden dan


Muhammad Hatta adalah wakil presiden pertama RI. Soekarno
adalah hasil didik Timur yang utamakan kepribadian, karakter dan
kepemimpinan; Hatta adalah hasil didik Barat yang utamakan sistem,
kompetensi dan profesionalisme. Meski keduanya merupakan pribadi
berbeda tetapi bisa saling mengalah dan meleburkan egonya untuk
memimpin Indonesia. Seandainya kedua pemimpin itu saling
menonjolkan ego tentu akan muncul konfrontasi yang berimplikasi
buruk kepada bangsa Indonesia. Soekarno dan Muhammad Hatta rela
mengendorkan egonya masing-masing demi kemajuan bangsa.
Soekarno-Hatta kuat dalam hal karakter toleransi, semangat
kebangsaan, bersahabat, cinta damai, dan tanggung jawab.

C6.

Lee Kuan Yew adalah perdana menteri Singapura yang berhasil


mempersatukan berbagai etnis (Melayu, China, India dan Eropa)
sambil memajukan negara. Meski dari negara yang kecil tetapi
namanya amat dihormati oleh pemimpin-pemimpin dunia. Lee Kuan
Yew tidak sombong tetapi jujur dan sederhana. Ia tidak pernah
mencuri uang negara; bahkan tidak pernah menggunakan fasilitas
negara secara berlebihan. Kalau pergi ke luar Singapura sering
menggunakan pesawat komersial dengan pakaian yang sederhana;
terkadang duduk sejajar dengan penumpang lain. Lee kuat dalam
hal karakter kesederhanaan, jujur, toleransi, demokratis, dan mandiri.

C7.

Keteladanan bagi calon pemimpin tidak harus datang dari pemimpin


akan tetapi bisa datang dari anggota masyarakat disampingnya,
bahkan juga anggota masyarakat dibawahnya.

D.

KESIMPULAN

Pemimpin bangsa Indonesia masa depan harus disiapkan semenjak


sekarang dengan memberikan pendidikan karakter yang baik. Dengan
karakter yang baik maka yang bersangkutan akan mengedepankan etika
dalam berperilaku sosial di masyarakat, khususnya di hadapan masyarakat
yang dipimpinnya. Di sisi lain lahirnya pemimpin di masa depan bisa
dicapai dengan meneladani para pemimpin terdahulu yang terbukti telah
berhasil menjalankan fungsinya sebagai pemimpin.

_____________________________________________________________
Prie, 20120919

BIODATA SINGKAT;
Nama : Prof. Dr. Ki Supriyoko, S.D.U., M.Pd.
Hobby :
1. Wakil Presiden Pan-Pacific Association of Private Education di Jepang
2. Anggota Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT)
3. Sekretaris Komisi Nasional (Komnas) Pendidikan Indonesia
4. Konsultan Penjaminan Mutu Kemdikbud
5. Wakil Ketua Majelis Luhur Tamansiswa
6. Direktur Pascasarjana Pendidikan UST Yogyakarta
7. Pembina Sekolah Unggulan Insan Cendekia Turi, Sleman, Yogyakarta
8. Pengasuh Pesantren Ar-Raudhah Turi, Sleman, Yogyakarta
9. Ketua RT-29 Celeban Baru Yogyakarta (31 tahun)

Anda mungkin juga menyukai