Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS

SKIZOAFEKTIF TIPE DEPRESIF (F25.1)

I. IDENTITAS PASIEN

II.

Nama

Ny. A

No. RM

137614

Umur

38 tahun

Jenis Kelamin

Perempuan

Agama

Islam

Suku

Aceh

Status Pernikahan

Menikah

Pendidikan Terakhir

SMA

Pekerjaan

Ibu Rumah Tangga

Alamat

Jl. Andi Mappanyompa No. 1, Palopo

Nama, Alamat&No.Tlp keluarga

: Tn. Ardi, Jl. Andi Mappanyompa No. 1, Palopo

Dikirim Oleh

: Datang Sendiri

RIWAYAT PSIKIATRI
(Diperoleh dari alloanamnesis, autoanamnesis dan status pasien)
Nama

Ny. B

Jenis kelamin

Perempuan

Agama

Islam

Pendidikan Terakhir

SMA

Alamat

Jl. Andi Mappanyompa No. 1, Palopo

Hubungan dengan pasien

Adik ipar

A. Keluhan Utama
Gelisah

B. Riwayat Gangguan Sekarang


Pasien diantar oleh keluarganya dengan keluhan gelisah sejak 3 bulan yang lalu. Pasien
tidak bisa tidur, tidak mau makan, berbicara sendiri dan sering terlihat menangis tanpa
sebab yang jelas. Pasien merasa ada yang tidak menyukainya dan melarang pasien untuk
berbuat baik dan merasa otak dan pikirannya diambil keluar oleh orang. Pasien menarik
diri dari orang-orang yang ada di rumah, tidak ingin diajak bicara, lebih banyak
mengurung diri di kamar dan keluar kamar hanya untuk makan jika di rumah tidak ada
orang.
Sebelum perubahan perilaku, pasien sering bertengkar dengan suaminya. Pasien juga
sering dipukuli oleh suaminya di kepala bagian belakang, dan sampai sekarang pasien
masih sering merasakan sakit di bagian kepala. Sejak saat itu pasien dibawa pulang oleh
saudaranya ke Bangka. Beberapa hari kemudian pasien gelisah dan ingin melarikan diri
ke Jakarta dan akhirnya diteukan di Medan. Setelah itu pasien dibawa pulang kembali ke
Aceh dan dirawat di rumah sakit untuk pertama kalinya selama 2 bulan pada tahun 2013
dengan keluhan gelisah. Selama dirawat di rumah sakit, pasien mengkonsumsi obatnya
secara teratur dan akhirnya membaik.
Beberapa bulan kemudian pasien tinggal kembali bersama suami, anak dan mertuanya di
Jakarta. Selama di Jakarta pasien tidak mengonsumsi obatnya secara teratur.Sejak saat
mengandung anak yang ke 2 pasien mulai sering bertengkar kembali dengan suaminya
hingga akhirnya pasien diusir dari rumah suaminya dan pada tahun 2014 pasien diambil
kembali oleh keluarganya untuk dibawa ke Palopo.
Hendaya/Disfungsi:

Hendaya dalam bidang sosial (+)

Hendaya dalam bidang pekerjaan (+)

Hendaya dalam bidang penggunaan waktu senggang (+)

Faktor Stressor Psikososial:


-

Pasien ditinggalkan oleh suami dan anaknya

Adanya kekerasan dalam rumah tangga, pasien sering dipukuli oleh


suaminya.

Hubungan Gangguan, sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan psikis


sebelumnya:
pasien sbelumny pernah dirawat di rumah sakit di Acehdengan keluhan
yang sama, selama 2 bulan pada tahun 2013.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ditemukan adanya riwayat penyakit fisik seperti infeksi, trauma kapitis dan
kejang.
2. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Pasien tidak pernah mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang. Pasien
tidak merokok.
3. Riwayat Penyakit Psikiatri Sebelumnya
Pasien pertama kali dirawat di rumah sakit di Aceh selama 2 bulan pada
tahun 2013 dengan keluhan gelisah.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Riwayat Prenatal dan Perinatal (0-1 tahun)
Pasien lahir normal di rumah ditolong oleh bidan. Pasien lahir cukup bulan.
Pasien merupakan anak yang diharapkan.
2. Riwayat Masa Kanak Awal (Usia 1-3 tahun)
Pasien diasuh oleh kedua orangtuanya. Pertumbuhan dan perkembangan

pasien

pada masa anak-anak awal sesuai dengan perkembangan anak seusianya. Tidak ada
masalah perilaku yang menonjol.
3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (Usia 4-11 tahun)
Pasien tinggal bersama Orang tuanya. Di Sekolah Dasar pasien memiliki
prestasi yang biasa-biasa saja. Pasien mudah bergaul dan memiliki cukup teman.
4. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja (Usia 12-18 tahun)

Pasien melanjutkan sekolah hingga SMA dengan prestasi biasa-biasa saja.


5. Riwayat Masa Dewasa
a. Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga.
b. Riwayat Pernikahan
Pasien telah menikah dengan dua orang anak laki-laki.
c. Riwayat Agama
Pasien memeluk agama Islam dan menjalankan kewajiban agama dengan
cukup baik
d. Riwayat Militer
Pasien tidak pernah mengikuti kegiatan militer
e. Riwayat Pelanggaran Hukum
Selama ini pasien tidak pernah terlibat dengan masalah hukum.
f. Aktivitas Sosial
Pasien dikenal sebagai seseorang yang biasa saja dan memiliki cukup teman.
6. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak ke- 5 dari 7 bersaudara (,,,,,,)
Hubungan dengan keluarga baik.
Riwayat keluarga dengan gejala yang sama (-)
7. Situasi Kehidupan Sekarang
Saat ini pasien tinggal di Palopo bersama dengan keluarga adiknya.
III.

PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGI


A. Status Internus
Keadaan umum tidak tampak sakit, kesadaran komposmentis, tekanan darah 110/80
mmHg, nadi 80 kali/menit, frekuensi pernafasan 20 kali/menit, suhu tubuh 36,7 C,
konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterus, jantung, paru dan abdomen dalam batas
normal, ekstremitas atas dan bawah tidak ada kelainan.
B. Status Neurologi

Gejala rangsang selaput otak : kaku kuduk (-), Kernigs sign (-)/(-), pupil bulat dan
isokor 2,5 mm/2,5 mm, refleks cahaya (+)/(+), fungsi motorik dan sensorik keempat
ekstremitas dalam batas normal, tidak ditemukan refleks patologis.
IV.

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL ( 15-10-2014)


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Seorang wanita, wajah sesuai umur, perawakan kurus, kulit sawo matang
menggunakan baju longdress cokelat dan celana jeans biru muda, perawatan diri
baik.
2. Kesadaran
Berubah
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Tenang
4. Pembicaraan
Spontan, lancar, intonasi biasa
5. Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif
B. Keadaan Afektif
1. Mood

: Kecewa

2. Afek

: Tumpul

3. Keserasian

: Tidak serasi

4. Empati

: Tidak dapat dirabarasakan

C. Fungsi Intelektual (Kognitif)


1. Taraf Pendidikan
Pengetahuan umum dan kecerdasan pasien sesuai dengan tingkat pendidikannya.
2. Orientasi
a. Waktu

: Baik

b. Tempat

: Baik

c. Orang

: Baik

3. Daya Ingat
a. Jangka Panjang

: Baik

b. Jangka Sedang

: Baik

c. Jangka Pendek

: Baik

d. Jangka Segera

: Baik

4. Konsentrasi dan Perhatian : Terganggu


5. Pikiran Abstrak

: Baik

6. Bakat Kreatif

: Tidak ditelusuri

7. Kemampuan Menolong diri sendiri

: Cukup

D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi
Adanya halusinasi visual dan auditorik.
2. Ilusi

: Tidak Ada

3. Depersonalisasi dan derealisasi : Tidak Ada


E. Proses Berpikir
1. Arus Pikiran
a. Produktifitas
b. Kontinuitas
c. Hendaya Berbahasa

: Cukup, berbicara spontan


: Relevan
: Tidak ada

2. Isi Pikiran
a. Preokupasi
b. Gangguan isi pikir

: Tidak ada
: Ide curiga / waham (pasien merasa ada yang tidak

menyukainya dan melarang pasien untuk berbuat baik) dan tought of


withdrawal (pasien merasa otak dan pikirannya diambil keluar oleh orang).

F. Pengendalian Impuls
Terganggu

G. Daya Nilai dan Tilikan


1. Norma Sosial

: Terganggu

2. Uji daya nilai

: Terganggu

3. Penilaian Realitas

: Terganggu

H. Tilikan (insight)
Derajat I (pasien merasa dirinya tidak sakit)
I. Taraf Dapat Dipercaya
Dapat dipercaya
V.

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Seorang perempuan berumur 38 tahun, masuk RSKD dengan keluhan gelisah
yang sudah dialami sejak 3 bulan belakangan. Pasien tidak bisa tidur, tidak mau
makan, berbicara sendiri dan sering terlihat menangis tanpa sebab yang jelas. Pasien
merasa ada yang tidak menyukainya dan melarang pasien untuk berbuat baik dan
merasa otak dan pikirannya diambil keluar oleh orang. Pasien menarik diri dari orangorang yang ada di rumah, tidak ingin diajak bicara, lebih banyak mengurung diri di
kamar dan keluar kamar hanya untuk makan jika di rumah tidak ada orang. Pasien
dirawat di rumah sakit untuk pertama kalinya selama 2 bulan pada tahun 2013 dengan
keluhan gelisah. Selama dirawat di rumah sakit, pasien mengonsumsi obatnya secara
teratur dan akhirnya membaik. Tetapi setelah keluar dari rumah sakit dan kembali ke
Jakarta pasien tidak mengonsumsi obatnya secara teratur.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan pasien seorang wanita, wajah sesuai umur,
perawakan kurus, kulit sawo matang menggunakan baju longdress cokelat dan celana
jeans biru muda, perawatan diri baik dengan kesadaran berubah. Perilaku dan aktivitas
psikomotor tenang. Pembicaraan spontan, lancar dengan intonasi biasa. Sikap terhadap
pemeriksa, kooperatif. Keadaan afektif Mood sedih, afek tumpul, empati tidak dapat
dirabarasakan. Fungsi kognitif, konsentrasi dan perhatian mudah terganggu. Pikiran
abstrak baik, bakat kreatif tidak ditelusuri. Kemampuan menolong diri sendiri baik.

Orientasi waktu; tempat; dan orang baik. Daya ingat jangka panjang, pendek, sedang
tidak terganggu. Gangguan persepsi terdapat halusinasi auditorik dan visual. Arus
pikiran relevan, kadang terdapat asosiasi longgar. Isi pikiran terdapat thought of
withdrawal dan ide curiga / waham, pengendalian impuls terganggu. Daya nilai norma
sosial, penilaian realitas terganggu, tilikan derajat I. Pasien dapat dipercaya.
VI.

EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I
Berdasarkan alloanamnesis, autoanamnesis dan pemeriksaan status mental
didapatkan gejala klinis yang bermakna yaitu berupa pola perilaku gelisah, tidak bisa
tidur, tidak mau makan, bicara sendiri, ketawa sendiri dan menangis tanpa sebab yang
jelas. Keadaan ini menimbulkan penderitaan (distress) pada pasien dan keluarga serta
terdapat hendaya (dissability) pada fungsi psikososial, pekerjaan dan penggunaan
waktu senggang sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien menderita gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan status mental ditemukan hendaya berat dalam menilai realita,
hendaya berat dalam fungsi mental berupa adanya halusinasi dan waham, pasien di
diagnosa sebagai Gangguan Jiwa Psikotik.
Pada pemeriksaan status internus dan neurologik tidak ditemukan adanya
kelainan, sehingga kemungkinan adanya gangguan mental organik dapat disingkirkan
dan didiagnosis Gangguan Jiwa Psikotik Non Organik.
Dari alloanamnesis, autoanamnesis, dan pemeriksaan status mental didapatkan
adanya afek yang tumpul, mood kecewa, aktivitas yang berkurang, sedikit bicara.
Selain itu pasien juga pernah terlihat diam dan mengurung diri di kamar pada masa
lampau. Pasien menunjukkan afektif yang tidak tentu yaitu episode depresi. Selain
itu, halusinasi auditorik juga sangat jelas terlihat sehingga kriteria khas satu gejala
dari Skizofrenia terpenuhi. Sehingga berdasarkan Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III) dengan kriteria Skizofrenia dan Gangguan
Afektif yang terlihat dominan pada waktu yang sama, maka kita dapat mendiagnosa
pasien Skizoafektif Tipe Depresif (F25.1)
Aksis II

Dari informasi yang didapatkan, pasien termasuk orang yang biasa-biasa saja.
Data yang didapatkan ini belum cukup untuk mengarahkan pasien ke salah satu ciri
kepribadian.
Aksis III
Tidak ada diagnosa
Aksis IV
Stressor primary support group adalah adanya masalah dengan keluarganya akibat
ditinggal oleh suami dan kedua orang anaknya.
Aksis V
GAF Scale satu tahun terakhir : 50 41. Gejala berat, disabilitas berat.
VII.

DAFTAR MASALAH

1. Organobiologik
Tidak ditemukan kelainan fisik yang bermakna, tetapi karena terdapat
ketidakseimbangan neurotransmitter maka pasien memerlukan psikofarmakoterapi.
2. Psikologik
Ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realitas berupa adanya halusinasi
auditorik dan waham yang menimbulkan gejala psikis sehingga pasien memerlukan
psikoterapi .
3. Sosiologik
Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial dan penggunaan waktu senggang
sehingga perlu dilakukan sosioterapi.
VIII. PROGNOSIS
1. Dubia et bonam

Faktor pendukung :
Keluarga mendukung kesembuhan pasien (ada dukungan dari keluarga)
Tidak ada riwayat anggota keluarga dengan keluhan yang sama.

Faktor penghambat :

Pasien kadang tidak mau meminum obat


IX.

RENCANA TERAPI
A. Psikofarmakoterapi :
Farmakoterapi

Haloperidol 1,5 mg (3x1)

Chlorpromazine 100 mg ( 0-0-1)

B. Terapi Supportif

Ventilasi
memberi kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan isi hati dan
keinginannya sehingga pasien merasa lega

Konseling
Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien tentang penyakitnya
agar

pasien

memahami

kondisi

dirinya

dan

memahami

cara

menghadapinya serta memotivasi pasien agar tetap minum obat secara


teratur

Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang-orang terdekat pasien
tentang gangguan yang dialami oleh pasien sehingga tercipta dukungan
sosial dalam lingkungan yang kondusif sehingga membantu proses
penyembuhan pasien serta melakukan kunjungan secara berkala.

X.

FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien serta perkembangan penyakitnya, selain itu
menilai efektivitas dan kemungkinan efek samping.

XI.

DISKUSI
Skizofrenia adalah suatu deskripsi dengan variasi penyebab (banyak belum
diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating)

yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik,
fisik, dan sosial budaya.
Berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III),
Skizofrenia dapat ditegakkan apabila memenuhi kriteria :
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a. thought echo : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama,
namun kualitasnya berbeda;
thought insertion or withdrawal : isi pkiran yang asing dari luar masuk ke
dalam pikirannya (insertion) atau pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari
luar dirinya (withdrawal);
thought broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau
umum mengetahuinya;
b. delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar;
delusion of influence : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar;
delusion of passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar;
(tentang dirinya = secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak
atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus);
delusional perception : pengalaman inderawi yang tak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat
c. Halusinasi Audiotorik
-

Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku


pasien, atau

Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai


suara yang berbicara), atau

Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh

d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat


dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia
biasa (misalnya mampu mengendalikan, atau berkomunikasi dengan mahluk
asing dari dunia lain)
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas
e. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai ole hide-ide berlebihan (over-valued ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan terus menerus
f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme
g. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativism, mutisme, dan stupor.
h. Gejala-geajal negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja
sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi atau medikasi neuroleptika.
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal)
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat
sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri
secara social
Untuk skizoafektif tipe depresif

Kategori yang digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe depresif


yang tunggal maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar
episode didominasi oleh skizoafektif tipe depresif

Afek depresif harus menonjol disertai oleh sedikitnya dua gejala khas,
baik depresif maupun kelainan perilaku terkait seperti tercantum dalam
uraian untuk episode depresif.

Dalam episode yang sama, sedikitnya harus jelas ada satu, atau lebih baik
lagi dua, gejala skizofrenia yang khas (sebagimana ditetapkan untuk
skizofrenia, F20.- pedoman diagnostic (a) sampai (d)).

Pada pasien ini ditemukan adanya episode depresif yang ditandai dengan adanya
mood dan afek yang menurun, pasien sedikit berbicara, tidur terganggu dan nafsu
makan berkurang.
Pasien awalnya merupakan orang yang biasa-biasa saja. Tetapi setelah ditinggal
oleh suami dan kedua anaknya pasien menjadi orang yang menurun aktivitasnya,
cenderung menarik diri dari lingkungan sekitarnya dan lebih tertutup. Oleh karena itu
pasien di diagnosis dengan Skizoafektif Tipe Depresif (F25.1)
Medikasi yang diberikan berupa obat antipsikotik dan obat antidepresif disertai
dengan intervensi psikososial untuk memperkuat perbaikan klinis. Penatalaksanaan
psikososial umumnya lebih efektif pada saat penderita berada dalam fase akut. Terapi
berorientasi keluarga dapat dilakukan dengan memberikan penjelasan tentang
gangguan yang dialami pasien dan menciptakan suasana yang baik agar dapat
mendukung proses pemulihan pasien.
Prognosis pasien ini adalah dubia, dinilai dengan melihat faktor-faktor pendukung
dan penghambat penyembuhannya.

LAMPIRAN
AUTOANAMNESA
Pukul 16.30 Wita, pasien berada di Ruang Perawatan Kenanga
Seorang wanita, wajah sesuai umur, perawakan kurus, kulit sawo matang menggunakan baju
longdress cokelat dan celana jeans biru muda, perawatan diri baik.
DM

: Assalamualaikum

: Waalaikum salam....

DM

: Bu,siapa namata?

: Ardiah

DM

: Ibu asalnya dari mana ?

: Dari Aceh

DM

: Berapa umurta?

: 38 tahun

DM

: Siapa yang bawaki kesini ?

: Abang kandung

DM

: kenapaki dibawa ke sini bu ?

: Katanya mau dirontgen kepala

DM

: Jadi dirontgen tidak kepalata ?

: Ngga

DM

: Ada rasa sakit kah bu ?

: Pusing-pusing gitu

DM

: Bu, pernah ada yang bicara sama kita ?

: Tidak ada

DM

: Sebelumnya ada ngga bu?

: Sebelumnya ada

DM

: Kapanki penah dengar suara-suara ?

: Sekitar 2 bulan yang lalu

DM

: Apa yang dia bilang?

: *diam*

DM

: Perempuan atau laki-laki yang bicara bu ?

: Laki-laki, dia bilang kata-kata kotor

DM

: Ada bayangan yang kita lihat bu?

: Ngga

DM

: Kalo sebelumnya pernahki liat bayangan?

: Kalo yang lalu pernah liat bayangan putih gitu

DM

: Bayangannya sering munculkah bu?

: Nda, nda selalu

DM

: Akhir-akhir ini bayangannya sering muncul tidak?

: Ngga, ngga

DM

: Bu, baik tidurta sekarang-sekarang ini?

: Nda

DM

: Kalo dulu, sekitar 2 sampe 3 bulan yang lalu ?

: Iya, baik

DM

: Sekarang nda bisaki tidur ?

: Iya

DM

: Kenapa ?

: Gelisah gitu mau cepat-cepat pulang

DM

: Ada yang sempat taku-takutiki ?

: Kalo gitu sring baca-baca ayat pendek

DM

: Ada yang suka takut-takutiki ?

: Tidak ada

DM

: Bu, makan jeki ?

: Makan

DM

: Sudahki menikah ?

: Sudah

DM

: Berapa anakta ?

: Dua

DM

: Perempuan atau laki-laki ?

: Laki-laki dua-duanya

DM

: Sebelumnya tinggal sama siapa ?

: Sebelumnya saya di Jakarta trus main ke Palopo

DM

: Waktu di Jakarta tinggal sama siapa ?

: Sama suami, sama mertua, belum cerai tapi

DM

: Tapi masih bersama suami? Belum berpisah ?

: Selama disini sudah berpisah 4 bulan

DM

: 4 bulan di

: Di sini baru 1 bulan, kurang lebih 1 bulan di sini

DM

: Waktu di Palopo berapa lama ?

: 2 bulan kira-kira

DM

: 2 bulan itu sama saudarata ?

: Iya

DM

: Ibu, pernahki ada rasa curiga ?

: Curiga apa?

DM

: Curiga ada yang mau menyakiti, atau meracuni makanankah ?

: Kadang-kadang

DM

: Waktu di sini atau sebelumnya ?

: Sebelumnya

DM

: Dia bilang apa ?

: Entahlah, dia kaya ada rasa dendam, tapi saya tidak merasa bersalah, orang jail

DM

: Bagaimana hubungan dengan suamita ?

: Waktu itu lancar-lancar aja (suara bergetar). Tapi sempat ribut 1 hari.

DM

: Kenapa ?

: Masalahnya saya dibilang fitnah orang tuanya, padahal saya ngga pernah fitnah orang
tuanya, entah omongan dari mana itu. Bahkan sebelum keluar dari rumah tu saya pamit
sama orang tuanya.

DM

: Dimana?

: Di Banda Aceh

DM

: Kenapaki dikasi masuk ke rumah sakit bu?

: Apa.. sama kaya gini juga.

DM

: Kenapa ?

: Waktu itu sering berantem

DM

: Sama siapaki berantem ?

: Sama suami

DM

: Kapanki masuk rumah sakit bu ?

: 2 tahun yang lalu, kurang lebih 2 tahun yang lalu

DM

: Kenapaki bisa erantem sampe masuk rumah sakit ?

: Mungkin karena ada pengaruh orang ketiga, ngga tau

DM

: Apa yang dokter bilang ?

: *diam*

DM

: Apa yang suamita bilang ?

: Waktu itu saya dijemput pulang, tapi saya ngga mau, batin saya sakit

DM

: Suamita yang... (belum selesai bicara)

: Tapi bukan suami, yang bikin sakit tuh bukan suami (suara bergetar)

DM

: Siapa yang bikinki sakit bu ? ada orang lain?

: Kemungkinan ada orang lain

DM

: Orang lainnya cewe atau cowo ?

: Bisa jadi suami istri juga

DM

: Sering mereka datangiki ?

: Sekarang sudah tidak

DM

: 2 tahun yang lalu datangki sama kita ?

: Bukan, bukan, 2 tahun yang lalu hampir sama kejadiannya

DM

: Pernahki dikasi obat waktu di rumah sakit yang dulu ?

: Pernah

DM

: Warna apa?

: Warna pink, putih, orens

DM

: Berapa lamaki makan obatnya bu ?

: Slama 2 bulan waktu itu

DM

: Setelah itu tidak ?

: Setelah itu berobat jalan

DM

: Tapi masih kita minum obatnya bu ?

: Beberapa bulan sebelum ke Jakarta berhenti minum

DM

: Tapi pas di Jakarta lanjut minum obat ?

: Lanjut berobat waktu tiu, cuman suami saya sarankan berhenti agar ngga kecanduan
obat gitu.

DM

: Dimana anakta bu ?

: Di Jakarta, mungkin sama ayahnya, sama neneknya (sambil menangis)

DM

: Rinduki sama keluargata?

: Rindu sama anak (sambil menangis). Pengen cepet-cepet pulang dokter.

DM

: Ibu seringji dihubungi sama keluargata ?

: Kalo dijenguk sering, sama adek dan kakak ipar, karna merek di Palopo

DM

: Apa kita rasa sekarang bu ?

: Agak lega, ngga kaya baru-baru ke sini.

Anda mungkin juga menyukai