Anda di halaman 1dari 8

soknya Hari Kencan

Kyaaaa! Gue sekarang lagi milih-milih baju buat kencan ma Walden, gak sabar banget. Baju
mana yang bagus ya? Gue mengobrak-abrik isi lemari gue dan disana cuman terdapat bajubaju cowok. Gue nyesel gak pernah beli baju cewek.
Persetan dengan baju, yang penting muka gue OK.
Chole! Ada yang nunggu kamu teriak Mama dari luar.
Iya ma, bentar! jawab gue.
Gue keluar dengan terburu-buru, dan ketika mau ketemu sama Walden, seekor tuyul berdiri
di depan gue dengan wajah yang sok.
Siapanya kak? Tanya Sandy.
Pacar dong, gue udah punya pacar lo dek. Ganteng kan? Aduhh kakak mu ini punya pacar
lo ujar gue sambil mencubit pipi Sandy.
S-sakit kak lepasin! teriaknya dan akhirnya gue lepasin. Ada yang mau sama lo? Ya
ampun tu mata cowok salah kali, harus gue sadar kan
Gue bisa melihat Sandy di depan gue langsung menemui Walden yang sedang duduk di
ruang tamu.
Woi bang. Kok lo mau sama ni cewek jadi-jadian? Tanya Sandy langsung.
Gue melihat Walden tersenyum tenang. Kekuatan cinta kali ujarnya dan melihat gue.
Udah siap? Yok kita pergi
Kekuatan cinta? ujar Sandy.
Iya, kamu nanti kalau udah besar merasakan itu ujar Walden.
Gue senang banget, Walden kayaknya sayang banget sama Sandy, aduh gue makin naksir
sama Walden. Eh tunggu? Kapan gue naksir Walden?

Gue langsung menaiki kuda besi Walden, motor gitu motor. Dia memberi gue helm dan
berkata Ini cuman buat kamu. Gila romantis banget kan? Gue senang banget!
Gue hanya menikmati pemandangan dan udara yang menerpa wajah gue. Gue sama sekali
gak tau tujuan gue kemana, gue hanya mengikuti Walden.
Udah sampai suara Walden yang mengejutkan gue.
Gue melihat bar, kenapa gue dibawa ke bar? Dan ni tempat sunyi banget. Oh jangan-jangan
Walden mau menikmati berdua dengan gue.
Walden menarik lengan gue secara kasar, wajahnya berubah gak secerah di rumah,
suaranya tadi pun sangat dingin. Ada apa?
Ketika masuk ke dalam, gue melihat disana sudah ada segerombolan cowok yang pernah
gue habisi dengan Yuta dan Oli, jangan bilang mereka teman Walden? Gue harus minta
maaf!
MAAF TELAH MEMUKUL KALIAN DULU! AKU GAK TAU KALAU KALIAN TEMANNYA WALDEN!
teriak gue dan membungkuk.
Heee? Lo kira gue mau pacaran sama lo, Chole Errita? Aduh polos banget. Gue cuman mau
balas dendam sama lo. Wah segampang gini ya? kata seseorang dengan dingin.
Gue menoleh ke arah suara, yang mengucapkan ada Walden. Jadi semua ini adalah bohong?
Tapi kan, dia bilang suka dengan gue? Jadi itu semua bohong?
Jadi itu semua..? kata gue dengan suara bergetar.
Sial, kenapa suara gue bergetar?!
Yah benar itu bohong. Gue cuman mau balas dendam doang. Soalnya lo udah habisi
anggota gue semua, dan itu membuat gue dendam dengan lo. Gue gak mengira lo
segampang ini ujarnya dengan senyuman yang menurut gue gak ada gantengnya sama
sekali.
Jika lo emang mau gitu, ya sudah terserah apa yang mau lo lakuin ke gue ujar gue.

Ada sesuatu yang menyakitkan di dalam diri gue, tapi gue gak tau. Gue ingin marah,
nangis, semua tercampur dalam satu. Tapi itu sama sekali gak gue ketahui yang mana
sakit.
Memikirkan itu membuat gue sama sekali gak tau kalau tangan, kaki dan badan gue sudah
diikat. Apa sampai sini aja?
Benar? Wah gue rasa gue bisa nyiksa lo sekarang. Iya kan teman-teman? Gimana kalau
kita tampar atau mukul duluan?
Pertanyaan Walden dijawab dengan jawaban mereka yang antusias. Apa benar gue sampai
sini aja? Buat Sandy maafin kakak mu, mama papa maaf chole gak bisa beri apa apa, Yuta,
seharusnya gue dengerin lo ya dan jaga Oli buat gue.
Yuta POV
Gue udah tau kalau begini jadinya. Eits kalian bingung kenapa gue tau? Soalnya gue dan Oli
mengikuti Chole yang sedang berkencan rupanya Chole diperangkap oleh Walden. Cowok
sialan itu benar-benar buat gue marah.
Yuta, ini jadinya gimana? Tanya Oli.
Tenang aja. Lihat aja dulu ujar gue.
Kampret tu cowok, berani nyentuh Chole gue buat dia mati.
Yuta, kenapa kamu khawatir banget sama Chole? Kamu suka dengan dia? Tanya Oli yang
membuat gue kaget.
Suka? Gue suka sama Chole? Gimana bisa Oli nyimpulkan gitu?
Oli. Kok kamu nanya gitu? Tanya gue heran
Soalnya, kalau aku seperti Chole, apa kamu khawatir? Kamu sebenarnya nganggap Chole
itu apa sih? Tanyanya dan bisa gue perhatikan wajahnya cemburu.

Gue mengusap kepala Oli pelan. Sebenarnya, aku nganggap Chole itu adik. Kamu tau kan
aku punya adik? Dan mukanya persis Chole, entah kenapa aku ingin menjaga Chole. Kalau
kamu, kamu dan aku sudah di hubung benang merah ujar gue.
Wajah Oli kembali cerah, yah gue sayang sama Chole tapi hanya sayang kakak ke adik,
beda dengan Oli, gue gak mau ninggalin Oli dan ingin selalu bersamanya.
Oke kalau gitu! Aku harus nyelamatin adik ipar ku! ujarnya bersemangat.
Lucu melihat tingkah Oli yang sedikit kekanak-kanakkan dan beringas ketika berkelahi.
Oke! Ayo kita selamatin! ujar gue bersemangat.
Gue dan Oli langsung memasukki tempat tersebut. Sebenarnya kami tidak berdua, kalian
tau kalau Oli mempunyai tempat latihan karate? Dan Oli memanggil mereka untuk
menyelamatkan Chole.
Chole POV
Ketika Walden ingin memukuli gue, tiba-tiba saja segerombolan orang masuk dan bisa gue
lihat disana ada Yuta dan Oli, mereka memang baik!
Anggota Yuta dan Oli langsung menghabisi Anggota Walden tanpa kasihan, dan Yuta
langsung menyerang Walden, Oli membuka tali yang sudah membuat tangan, kaki,
semuanya merah.
Kamu baik-baik aja, Le? Tanya-nya
Iya aku baik-baik aja jawab gue dan langsung memeluk Oli.
Tangan gue gemeteran, sial gue benar benar ketakutan dan air mata tidak bisa gue tahan
lagi.
Oli membawa gue ke mobilnya, menenangkan gue.
Yang gue pikirkan apa yang akan terjadi di dalam sana? Yuta dan Walden kelahi, bisa gue
lihat Oli sedikit gelisah.
Semoga Yuta gak apa-apa.

Walden.. selamat tinggal


Beberapa tahun kemudian (kayak sinetron aja)
Walden POV
Awalnya gue bertujuan untuk balas dendam, dan membuat dia memohon kepada gue. Itu
awalnya, sekarang gue termakan omongan gue.
Sial, gue masih mengingat dia menangis dalam pelukan pacar si kampret. Si kampret itu
Yuta dan lo tau siapa pacarnya kan? Seharusnya gue gak usah terlalu keji sama Chole.
Dia cewek bodoh, lugu, dan polos. Kadang tingkahnya membuat gue ketawa, sial, sial, gue
nyesal telah melakukan ini.
Sial, kenapa gue masih ingat dia?
Tok tok tok
Masuk! ujar gue.
Sekarang gue udah kerja sebagai CEO, dan berarti gue bukan anak sma lagi. Menikah? Gue
belum menikah, yang gue tunggu hanyalah Chole.
Gue bisa lihat siapa yang masuk, si kampret datang kemari.
Ada apa disini? Tanya gue dingin.
Gue mau bilang doang, Chole akan balik ke Indonesia besok. Jika lo mau nemuin dia lo
bisa jemput dia di bandara. Jika nggak lo bakal nyesal, dia balik ke Indonesia disuruh mama
untuk menghadiri pernikahan ujar Yuta dan berbalik pergi meninggalkan gue
Chole? Nikah? Apa ini hukuman buat gue?!
Gue akan pergi gumam gue.
- Besoknya -

Gue buru-buru menjemput Chole, sial si kampret gak beri tau jam berapa Chole kesini, jadi
mau gak mau gue nelpon si kampret.
Gue sampai di bandara, sedikit gugup ketemu Chole, apa dia seperti yang dulu atau sudah
berubah?
Ketika gue mencari Chole, tiba-tiba mata gue terpaku dengan sosok wanita yang sedang
menunggu jemputan. Apa itu Chole?
Gue mendekat ke arahnya, melihatnya dan gue yakin dia Chole!
Chole Errita? Tanya gue
Eh iya? Tukang supir yang disuruh Yuta ya? Soalnya tadi Yuta bilang ada yang jemput aku
ujarnya polos.
Kampret, kenapa harus bilang tukang supir?! Dan Chole tetap gadis polos.
Ah iya. Ayo mbak biar saya angkut barangnya ujar gue.
Persetan dengan tukang supir, biarin aja gini daripada gue ngaku kalau gue Walden, dia
bakal lari.
Sampai di mobil gue memasuki barang dan membuka pintu buat si nyonya.
Darimana mbak? Tanya gue
Dari Jerman, pak. Nama bapak siapa sih pak? Rasanya muka bapak familiar banget
katanya
Eh? Perasaan mbak aja deh jawab gue gugup.
Oh gitu ya katanya singkat.
Emang ada urusan apa di Jerman, mbak? Tanya gue.
Aku mau lihat anak dari temanku, pak. Yuta sama Oli nikah jadi mereka punya anak. Ih iri
deh udah nikah, aku aja belum nikah punya pacar aja gak ujarnya.

Belum punya pacar? Si kampret bohong?!


Oh emang dulu punya pacar mbak? Yes! Ini pertanyaan pasti ampuh.
Punya, tapi dia cuman manfaatin doang, pak. Padahal aku masih cinta loh sampai
sekarang ujarnya.
Apa itu gue? Mantan terindahnya?
Emang siapa nama cowok itu mbak? Tanya gue penasaran.
Walden, pak. Aku rasa dia udah nikah deh, soalnya dengan tabiat gitu pasti udah. Dia
hamilin anak orang karena sering gonta ganti pasangan dan tu keluarga cewek minta
tanggung jawab ujarnya.
Kenapa lo harus bayangin gitu?!
Gak kok, Rita. Saya belum menikah sama sekali dan masih nunggu kamu ujar gue.
Eh? Maksudnya? Tanya-nya bingung
Saya Walden ujar gue.
Chole POV
Gue diam seperti patung, sial. Jadi gue curhat sama Walden bukan pak supir?! Kenapa yuta
gak bilang?!
Kamu? Kamu Walden? Bohong kan
Benar aku Walden
Gue bisa melihat Walden meminggirkan mobil, dia turun dan membuka pintu gue. Kami
sampai di tempat yang indah. Kenapa dia ajak kesini?
Aku nunggu kamu, Rit. Sungguh maafkan aku dulu ujar-nya.
Apa aku bisa percaya? Tanya gue ragu.

Tentu. Kamu bisa percaya, tanya Yuta aku tidak pernah bermain wanita lagi. Aku selalu
nunggu kamu
Kamu gak manfaatin aku lagi?
Gak. Aku benar-benar cinta sama kamu, Rita. Apa kamu mau menjadi pendampingku
untuk selamanya?
Maksudnya dia ngajak gue buat jadi pembantunya?!
Maksud lo gue jadi pembantu lo?!
Bukan. Ya ampun kamu masih aja polos. Maksud aku, apa kamu mau menjadi istri-ku?
GILAAA GUE DILAMAR?!
Ya aku mau

Anda mungkin juga menyukai