Anda di halaman 1dari 27

Metodologi Penelitian

Kerangka teori, kerangka konsep dan variabel


Andreas Sudarmadi (10.2008.136)
Claudia Merdiasi (10.2009.060)
D-2
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen krida Wacana
Jl.Arjuna utara No.6 Kebon Jeruk, Jakarta 11510
E-mail: claudiamerdiasi@ymail.com

PENDAHULUAN
Penelitian adalah suatu usaha penyelidikan yang hati-hati dan secara teratur terhadap
suatu objek tertentu untuk memperoleh suatu kebenaran atau bukti kebenaran.
Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk memahami dan
memecahkan masalah secara ilmiah, sistematis dan logis. Pada penelitian kesehatan
berorientasikan atau memfokuskan kegiatan pada masalah-masalah yang timbul
dibidang kesehatan/kedokteran dan sistem kesehatan.Berdasarkan metode yang
digunakan, penelitian kesehatan dapat digolongkan menjadi dua kelompok besar yaitu
metode penelitian survei dan metode penelitian eksperimen. Penelitian survei adalah
suatu penelitian yang dilakukan tanpa melakukan intervensi terhadap subjek
penelitian. Dalam survei penelitian dilakukan pada sebagian dari populasi ( sampel ),
sedangkan penelitian eksperimen adalah peneliti melakukan percobaan terhadap
variabel independennya. Langkah-langkah dalam penatalaksanaan survei yaitu
menentukan tujuan penelitian, hipotesis, kerangka teori dan kerangka konsep,
variabel, definisi operasional, desain penelitian, subjek penelitian, alat ukur,
pengolahan data, kesimpulan dan laporan.1
-1-

PEMBAHASAN

2.1 Kerangka Teori


Menurut kamus Bahasa Indonesia Poerwadarminta, teori adalah pendapat yang
dikemukakan sebagai suatu keterangan mengenai sesuatu peristiwa (kejadian), dan
asasasas, hukumhukum umum yang menjadi dasar sesuatu kesenian atau ilmu
pengetahuan; serta pendapat cara cara dan aturanaturan untuk melakukan sesuatu.
Kerangka teoritis adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu
teori dengan faktorfaktor penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu.
Kerangka Teori atau Kerangka Pikir atau Landasan Teori adalah kesimpulan dari
Tinjauan Puskata yang berisi tentang konsep-konsep teori yang dipergunakan atau
berhubungan dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Kerangka teori berisi
prinsip-prinsip teori yang memengaruhi dalam pembahasan. Prinsip-prinsip teori itu
berguna untuk membantu gambaran langkah dan arah kerja. Kerangka teori itu harus
dapat menggambarkan tata kerja teori. Penyusunan teori merupakan tujuan utama dari
ilmu karena teori merupakan alat untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena yang
diteliti. Teori selalu berdasarkan fakta, didukung oleh dalil dan proposisi. Secara
defenitif, teori harus berlandaskan fakta empiris karena tuijuan utamanya adalah
menjelaskan dan memprediksikan kenyataan atau realitas. Suatu penelitian dengan
dasar teori yang baik akan membantu mengarahkan si peneliti dalam upaya
menjelaskan fenomena yang diteliti.1,2,3
Teori memberikan konstribusi terhadap penilitian antara lain:
- teori meningkatkan keberhasilan penelitian karena teori dapat menghubungkan
penemuan-penemuan yang nampaknya bebeda- beda kedalam suatu keseluruhan
serta memperjelas proses-proses yang terjadi didalamnya.
- Teori dapat memberikan penjelasan terhadap hubungan-hubungan yang diamati
dalam suatu penelitian.

-2-

- Teori dapat memandu penelitian sehingga penelitian yang dilakukan


memberikan hasil yang diharapkan.4

2.2 Kerangka konsep


Dari hasil kerangka teori serta masalah penelitian yang telah dirumuskan tersebut
maka dikembangkan suatu kerangka konsep penelitian. Yang dimaksud dengan
kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan
antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya atau antara variabel yang satu
dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti. Jadi variabel adalah simbol
atau lambang yang menunjukkan nilai atau bilangan dari konsep. Variabel adalah
yang bervariasi.
Konsep adalah suatu abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan suatu
pengertian. Oleh sebab itu, konsep tidak dapat diukur dan diamati secara langsung.
Agar dapat diamati dan dapat diukur, maka konsep tersebuh harus dijabarkan ke
vriabel-variabel. Dari variabel itulah konsep dapat diamati dan diukur. Kerangka
konsep penelitian ini di diperlukan agar memperoleh gmbaran secara jelas ke arah
mana penelitian dapatberjalan, atau data apa yang dikumpulkaan.
Contoh: sehat adalah suatu konsep, isilah ini mengungkapkan sejumlah observasi
tentang hal-hal atau gejala yangmencerminkan kerangka keragaman kondisi kesehatan
seorang. Untuk mengetahui apakah seseoraang itu sehat atau tidak sehat maka
pengukuran konsep sehat tersebut harus melalui konstruk atau variabel-variabel,
misalnya tekanan darah, denyut nadi, Hb darah, kolesterol, gula darah dan sebagainya.
Tekanan darah, denyut nadi, Hb dan sebagainya ini adalah variabel-varibel yang
digunakan untuk mengukur atau mengoservasi apakah seorang tersebutsehat atau
tidak sehat.

-3-

Sosial ekonomi adalah suatu konsep, dan untuk mengukur sosial ekonomi keluarga
misalnya harus melalui variabel tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan keluaraga
dan sebagainya. Kerangka konsep penelitian pada

dasarnya adalah kerangka

hubungan antara konsep-konsep yangt ingin diamati atau diukur melalui penelitian
yang akan dilakukan. Kerangka konsep ini dikembangkan atau diacukan ke pada
tujuan penelitian yang telah dirumuskan, serta didasari oleh kerangka teori yang telah
di sajikan dalam tinjauan kepustakaan sebelumnya. Dengan perkataan lain kerangka
konsep adalah merupakan formulasi atau simplifikasi dari kerangka teori atau teoriteori yang mendukung penelitia tersebut. Oleh sebab itu, kerangka konsep ini terdiri
dari variabel-variabel serta hubungan variabel yang satu dengan yang lain. Dengan
adanya kerangka konsep akan mengarahkan kita untuk menganalisis hasil
penelitian.1,4,5

2.3 Variabel penelitian


Variabel didefinisikan sebagai karakteristik subyek penelitian yang berubah dari satu
subyek ke subyek lain. Yang dimaksud dengan variabel adalah karakteristik suatu
subyek, bukan subyek atau bendanya sendiri. Variabel mengandung pengertian ukuran
atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan
yang dimiliki oleh kelompok lain. Variabel digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian
tertentu, misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan,
pengetahuan, pendapatan, penyakit dan sebagainya. Variabel juga dapat diartikan
sebagai konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai. Misalnya badan, sosial,
ekonomi, mahasiswa dan sebagainya.Selanjutnya konsep ini dapat diubah menjadi
variabel dengan cara memusatkan aspek tertentu. Misalnya:
a. Badan (konsep) berat badan, tinggi badan (variabel)

-4-

b. Mahasiswa ( konsep) jenis kelamin mahasiswa, umur mahasiswa, prestasi


mahasiswa (variabel).
c. Darah (konsep) tekanan darah.1,5,6
Berdasarkan sifatnya variabel dapat dibedakan menjadi:
a. variabel kontinu
variabel yang dapat ditentukan nilainya dengan jarak jangkau tertentu dengan desimal
yang tidak terbatas. Misalnya berat badan, tinggi badan, pendapatan dan sebagainya.
Misalnya seorang anak mempunyai tinggi 1,47 meter dengan berat badan 54,25
kilogram.1,4
b. variabel deskrit
konsep yang nilainya tidak dapat dinyatakan dalam bentuk pecahan atau desimal.
Variabel ini sering juga dinyatakan sebagai kategori.jika mempunyai dua kategori
dinamakan variabel dikotomi. Misalnya jenis kelamin, terdiri dari dari laki-laki atau
perempuan. Status perkawinan, sudah menikah dan belum menikah. Jika ada lebih
dari dua kategori disebut juga vriabel politomi. Tingkat pendidikan adalah variabel
politomi, bisa SD, SMP, SMA, perguruan tinggi dan sebagainya. Jumlah anak hanya
bisa: 3,4 atau 10. tidak mungkin ada jumlah anak 4,4 dan sebagainya.1,4,6
Berdasarkan hubungan fungsional atau perannya variabel dibedakan menjadi:
1. Variabel tunggal
Variabel ini berdiri sendiri, tidak ada variabel lain yang mendampingi. Variabel
tunggal seperti ini digunakan pada penelitian deskriptif sebagai contoh penelitian
tentang lama rawat pasien post sectio di RS jakarta memiliki variabel tunggal yaitu
lama hari rawat.1
2. Variabel bebas dan variabel tergantung
Yang dimaksud dengan variabel bebas adalah variabel yang bila ia berubah akan
mengakibatkan perubahan variabel lain; variabel yang berubah akibat perubahan
variabel bebas ini disebut sebagai variabel tergantung. Dengan

perkataan lain

independent variable merupakan variabel risiko atau sebab, dan dependent variable
merupakan variabel akibat atau efek.
Contoh:
1. pemberian obat A menyebabkan penurunan tekanan darah
2. perbedaan kadar kolesterol pada siswa lelaki dan perempuan.

-5-

Pada contoh pertama pemakaian obat A merupakan variabel bebas, sedangkan tekanan
darah adalah variabel tergantung. Dalam contoh kedua, kadar kolesterol serum adalah
variabel tergantung, sedangkan jenis kelamin merupakan variabel bebas.
Dalam hubungan antar-variabel perlu dipahami bahwa satu jenis variabel dapat
berfungsi berbeda, bergantung kepada konteks penelitian. Misalnya dalam penelitian
tentang faktor resiko terjadinya hipertensi, hipertensi merupakan variabel tergantung (
dengan variabel bebas atau risiko misalnya faktor keturunan, konsumsi garam,
merokok,kegemukan, kebiasaan olahraga dan lain-lain). Akan tetapi dalam penelitian
tentang penyebab kematian pada manula, hipertensi merupakan salah satu variabel
bebas sedangkan variabel tergantung adalah kematian. Perlu ditekankan bahwa
meskipun namanya variabel bebas -tergantung atau variabel prediktor-efek atau
kausa outcome namun perlu diingat bahwa terdapatnya hubungan antara variabel
bebas dengan variabel tergantung tidak selalu merupakan hubungan sebab-akibat.5
3. Variabel perancu( confounding )
Variabel perancu adalah jenis variabel yang berhubungan dengan variabel bebas dan
variabel tergantung, tetapi bukan merupakan variabel antara. Identifikasi variabel
perancu ini amat penting oleh karena bila tidak, ia dapat membawa kita kesimpulan
yang salah misalnya disimpulkan tidak ada hubungan antar variabel padahal
sebenarnnya hubungan tersebut tidak ada atau sebaliknya, disimpulkan tidak ada
hubungan padahal sebenarnya hubungan tersebut ada. Variabel pengganggu dapat
terjadi dengan dua cara yaitu membuat suatu perbedaan tersebut tidak ada atau
menyembunyikan suatu perbedaan yang sebenarnya ada.
Sebagai contoh kita tinjau penelitian yang mencari hubungan antara kebiasaan
minum kopi dan kejadian penyakit jantung koroner; peneliti ingin menguji hipotesis
bahwa PJK lebih sering terjadi pada peminum kopi. Disini yang bertidak sebagai
variabel bebas adalah kebiaaan minum kopi dan variabel tergantungnya adalah
variabel perancu, oleh karena

-6-

kebiasaan minum kopi berhubungan dengan kebiasaan merokok; perokok

lebih sering minum kopi daripada bukan perokok.


- Kebiasaan merokok diketahui berhubungn dengan PJK.
Jadi kebiasaan merokok memenuhi syarat sebagai perancu oleh karena ia mempunyai
hubungan dengan kebiasaan minum kopi dengan kejadian PJK. Apabila kebiasaan
merokok ini tidak diindentifikasi, mungkin akan ditemukan hubungan positif antara
kebiasaan minum kopi dengan kejadian PJK, misalnya diperoleh data bahwa subyek
yang gemar minum kopi lebih banyak yang menderita PJK dibanding dengan subyek
yang tidak gemar minum kopi dengan kejadian PJK, namun ada hubungan antara
kebiasaan merokok dengan PJK; perokok banyak yang minum kopi, jadi seolah-olah
kebiasaan minum kopi berhubungan dengan kejadian PJK, namun ada hubungan
antara kebiasaan merokok dengan PJK; perokok banyak yang minum kopi, jadi
seolah-olah kebiasaan minum kopi berhubungan dengan kejadian PJK.4,5
4. variabel intervening
Variabel ini berada ditengah antara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel ini
dipengaruhi oleh variabel bebas secara langsung dan sisi lain variabel ini
mempengaruhi variabel terikat. Sebagai dan disisi lain variabel ini mempengaruhi
variabel terikat. Sebagai contoh variabel ini pada penelitian tentang hubungan antara
pola mkan dan kadar Hb ibu hamil dipengaruhi pola makannya dan kadar Hb akan
mempengaruhi kemungkinan terjadinya perdarahan post partum.3
5. variabel pendahulu ( eksternus)
Variabel ini ada atau terjadi mendahului dua variabel yang saling berhubungan
tersebut menjadi tidak ada. Sebagai contoh dari sebuah penelitian di instalasi gawat
darurat RS cipto mangunkusumo jakarta disimpulkan bahwa kejadian KPD lebih
banyak terjadi pada primigravida dibandingkan multigravida. Benarkah demikian?
Terkesan primigravida lebih beresiko dibangdingkan multigravida. Tetapi setelah
dimasukkan variabel eksternus yaitu aktivitas sehari-hari. Hasilnya multigravida
lebih berhati-hati dalam beraktivitas dibandingkan primigravida. Jadi yang

-7-

berpengaruh besar pada kejadian KPD bukan status gravida tetapi bagaimana aktivitas
sehari-hari dilakukan.1,3
6. variabel aktif
Variabel yang dimanipulaasi oleh peneliti dinamakan variabel aktif. Jika seorang
peneliti memanipulasikan metode mengajar, cara menghukum, adalah variabelvariabel aktif, karena variabel ini dapat dimanipulasikan.
7. variabel atribut
Ada juga variabel-variabel yang tidak bisa dimanipulasikan.

Variabel

demikiandinamakan variabel atribut. Variabel-variabel atribut umumnya merupakan


karakteristik manusia seperti intelegensia, jenis kelamin, status sosial, pendidikan,
sikap dan sebagainya.4
Ditinjau dari segi korelasi antar variabel dalam penelitian, terdapat beberapa bentuk
korelasi antara lain:
1. Korelasi simetris, yaitu terjadi apabila antar dua variabel ada hubungan, tetapi
tidak ada mekanisme saling mempengaruhi, masing-masing bersifat mandiri.
Contohnya hubungan antara tinggi dan berat badan, merupakan variabel
tergantung dari variabel bebas pertumbuhan.
2. Korelasi asimetris, ialah korelasi antar dua variabel dengan satu variabel
(bebas bersifat mempengaruhi varibel yang lain (terikat). Contoh: tingginya
kadar lipoprotein berat jenis rendah (Low density lipoprotein) dalam darah akan
mengakibatkan aterosklerosis.

3. Korelasi timbal balik, korelasi antar dua variabel yang atar keduanya saling
mempengaruhi. Contoh: korelasi antara malnutrisi dengan malabsorbsi.
Malabsorbsi

akan

mengakibatkan

malnutrisi,

sementara

malnutrisi

mengakibatkan atropi selaput lendir usus yang mengakibatkan malabsorbsi.7

-8-

Pada variabel dapat berskala kategorikal ( yang dibagi menjadi skala nominal dan
ordinal) dan skala numerik ( yang dapat dibedakan menjadi skala interval dan rasio).
Pembagian jenis variabel ini tidak hanya penting dalam proses melakukan pengukuran
tetapi juga dalam analisis data.
1. Skala pengukuran pada variabel kategorikal ada dua yaitu skala nominal dan skala
ordinal.
a) Skala Nominal
Pengukuran paling lemah tingkatannya, terjadi apabila bilangan atau lambanglambang-lambang lain digunakan untuk mengkalsifikasikan obyek pengamatan.
Misal : Jenis kelamin, hanya membedakan laki-laki dan perempuan tanpa melihat
tingkatan atau urutan tertentu.4,5
b) Skala Ordinal
Pengukuran ini tidak hanya membagi objek menjadi kelompok-kelompok yang tidak
tumpang tindih, tetapi antara kelompok itu ada hubungan (rangking). Jadi dari
kelompok yang sudah ditentukan dapat diurutkan menurut besar kecilnya. Dengan
kata lain, data skala ordina mempunyai urutan kategori yang bermakna, tetapi tidak
ada jarak yang terukur diantara kategori.
Misal: Tingkat pendidikan.4,5,6
2. variabel dengan skala pengukuran numerik umumnya disajikan dalam bentuk tabel
dan grafik. Skala pengukuran pada variabel numerik ada dua yaitu skala interval dan
ratio.
a) Skala Interval
Kalau di dalam skala ordinal kita hanya dapat menentukan urutan dari kelompok
maka di dalam skala interval selain membagi objek menjadi kelompok tertentu dan

-9-

dapat diurutkan juga dapat ditentukan jarak dari urutan kelompok tersebut dan tidak
mempunyai titik nol absolut.
Misal: Suhu normal badan Andi biasanya 32 0C. Ketika dia menderita demam, suhu
tubuhnya menjadi 37 0C. Berarti suhu Andi lebih panas 50C daripada suhu normal.
Nol derajat celcius bukan 0 absolut, artinya walaupun nilainya 0 bukan berarti suhu
menjadi normal, tetapi tetap ada nilainya. Tetapi jika suhu tubuh dalam skala Kelvin
(0K), termasuk dalam skala rasio karena memiliki 0 absolut/mutlak.4,5
b) Skala Rasio
Dengan skala rasio kita dapat mengelompokkan data, kelompok itu pun dapat
diurutkan dan jarak antara urutan pun dapat ditentukan. Selain itu, sifat lain untuk
data dengan skala rasio kelompok tersebut dapat diperbandingkan (ratio). Hal ini
disebabkan karena skala rasio mempunyai titik nol mutlak.
Misal : Usia Responden pada penelitian.1,4,5

- 10 -

SKALA PENGUKURAN
NUMERIK/NON
KATEGORIKAL/KUALITATIF/DIKO
KATEGORIKAL/KUANTITATIF/KON
NTINYU
TINYU
Nominal
Jenis kelamin

Rasio
Berat badan

Golongan darah

Umur

Status Pernikahan

Tinggi badan

Agama

Kadar gula darah

Kota

Kadar kolesterol
Lama tinggal di suatu kota

Ordinal
Tingkat pendidikan

Interval
Suhu badan (oC)

Klasifikasi kadar kolesterol

Tingkat Kecerdasan (IQ)

Sikap
Tingkat Pengetahuan
Derajat Keganasan Kanker
Tingkat Kesembuhan

Tabel 1.

- 11 -

Skala pengukuran variabel

2.4

Desain Penelitian

Jenis penelitian surveyy yang biasa dikenal adalah suvey deskriptip yang disebut juga
sebagai explanatory study atau studi menjelajah dan survey analitik atau explanatory
study.
Survei Deskriptip
Survei ini diarahkan untuk menjelaskan atau menguraikan keadaan dalam suatu
komunitas atau masyarakat. Misalnya, prevalensi karies gigi untuk golongan umur 8
tahun di Daerah Khusus Ibukota Jakarta pada tahun 1999 adalah 60% dengan tingkat
keparahan sedang. Disini ada informasi mengenai apa,dimana, dan kapan untuk
menjawab pertanyaan bagaimana atau how.
Survei deskriptif umumnya digunakan untuk menelaah gejala atau masalah yang
sedang hangat dialami, menelaah kasus yang ingin dijelskan secara tepat, melihat
insidens atau prevalesni penyakit tertentu guna perencanaan program pelayanan
kesehatan.
urutan langkap penelitian deskriptif adalah
1.
Memilih masalah yang akan diteliti
2.
Merumuskan dan membuat batasan masalah yang akan diteliti, dan
berdasarkan masalah tersebut diadakan studi pendahuluan untuk mendapatkan
informasi dan teori yang diapaki sebagai dasar menyusun konsep penelitian.
3.
Merumuskan dan memilih alat ukur dan teknik pengumpulan data.
4.
Menentukan kriteria atau kategori untuk klasifikasi data.
5.
Mengadakan kalibrasi untuk menghindari bias antar-peneliti bila peneliti lebih
dari satu orang, selanjutnya uji coba alat ukur dan keabsahan alat ukur tersebut.
6.
Melaksanakan pengumpulan data.
7.
mengolah dan menganalisis data.
8.
menyimpulkan dan menjelaskan hasil penelitian dalam laporan penelitian
Survei yang bersifat analitik
survei ini berusaha menjawab pertanyaan bagaimana atau how dan mengapa atau wht
karena penelitian ini berusaha menjelaskan bagaimana dan mengapanya suatu
keadaan. Misalnya, Mengapa masyarakat Kampung Ambon kelurahan Kayu Putih,
Kecamatan Pulo Gadung, Jakarta Timur kurang memanfaatkan fasilitas kesehatan gigi
di balai kesehatan Masyarakat FKUI? Mengapa anak-anak sekolah dasar negeri
kebersihan giginya buruk? Di sini peneliti mencoba menjelaskan. Survey analitik
terdiri atas:
a.
Penelitian potong-lintang atau cross sectional study

- 12 -

Jenis penelitian ini berusaha mempelajari dinamika hubungan atau korelasi antara
faktor-faktor resiko dengan dampak atau efeknya. Faktor risiko dan dampak atau
efeknya di observasi pada saat yang sama, artinya setiap subyek penelitian diobservasi
hanya satu kali saja dan faktor risiko serta dampak diukur menurut keadaan atau
status pada saat diobservasi.
Bagan 1.1 Skema penelitian potong lintang

besar rasio prevalensi dengan potongan lintanng adalah :


(rumus Rp=)
angka rasio prevalensi memberi gambaran tentang prevalensi suatu penyakit di dalam
populasi yang berkaitan dengan faktor risiko yang dipelajari atau yang timbul akibat
faktor-faktor resiko tertentu.
Langkah-langkah penelitian potong lintang adalah sebagai berikut :
1.
Mengidentifikasi variabel-variabel penelitian dengan memilah antara faktor
resiko dan yang termasuk dampak serta faktor risiko yang tidak dipelajari dampaknya
untuk mengendalikan pengaruhnya. Misalnya, antara variabel gizi anak, kebiasaan
mengisap ibu jari, dan kebiasaan bernapas melalui mulut dihubungkan dengan
prognati dan maloklusi gigi.
2.
Setelah variabel teridentifikasi,

dilakukan

penelitian

kembali

untuk

mengetahui apakah masih ada variabel luar yang mungkin berpengaruh atau
berhubungan dengan variabel yang telah teridentifikasi. Juga diteliti apakah
pengaruhnta dapat dikontrol. Bila tidak dapat dikontrol, model yang telah ditetapkan
perlu dirancang ulang. selanjutnya apakah subyek penelitian sudah sesuai dengan
tujuan penelitian ? apakah seluruh populasi diambil sebagai sampel atau hanya

- 13 -

sebagian saja? apabila populasi terlalu besar, perlu dihitung besarnya sampel dengan
rumus, antara lain:
Rumus ini untuk populasi besar, yaitu lebih dari 10.000 subyek penelitian.
pxq
apabila populasi subyek penelitian kurang dari 10.000 maka rumus yang dipakai :
3.

Menetapkan subyek penelitian dengan memperhatikan atau mengusahakan

variabilitas, yaitu dengan cara memaksimalkan variabilitas faktor resiko yang


dipelajari dan meminimalkan variabilitas faktor resiko yang tidak dipelajari.
4.
melaksanakan analisi hubungan atau perbedaan proporsi antar-kelompok hasil
observasi.
keterbatasan penelitian potong lintang adalah :
1.
Dibutuhkan subyek penelitian yang relatif besar atau banyak dengan asumsi
variabel bebas yang berpengaruh cukup banyak.
2.
Kurang dapat menggambarkan proses perkembangan penyakit secara tepat.
3.
Faktor-faktor resiko tidak dapat diukur secara akurat dan akan mempengaruhi
hasil penelitian.
4.
nilai prognosanya atau prediksinya lemah atau kurang tepat.
5.
korelasi faktor resiko dengan dampaknya adalah paling lemah bila
dibandingkan dengan rancangan penelitian yang lainnya.
6.
kesimpulan hasil penelitian berkaitan dengan kekuatan rancangan yang
disusun sangat berpengaruh, umumnya kekuatan rancangan yang baik adalah sekitar
40% artinya hanya sebesar 40% variabe bebas atau faktor resiko mampu menjelaskan
variabel terikat atau dampak, sisanya yaitu 60% tidak mampu dijelaskan dengan
model yang dibuat.
Rancangan penelitian kasus-kontrol
Rancangan penelitian ini ada yang menyebutnya sebagai studi retrospektif, meskipun
istilah ini kurang tepat. Penelitian ini berusaha melihat ke belakang, yaitu data digali
dari dampak (efeknya) atau akibat yang terjadi. Kemudia dari dampak tersebut
ditelusuri variabel-variabel penyebabnya atau variabel yang mempengaruhinya.
penelitian epidemiologi kasus kontrol ini hasil korelasinya lebih tajam dan mendalam
bila dibandingkan dengan rancangan penelitian potong-lintang, sebab menggunakan
subyek kontrol atau subyek dengan dampak positif dicarikan kontrolnya dan subyek
dengan dampak negatif juga dicari kontrolnya. kemudia variabel penyebab atau yang
berpengaruh ditelusuri lebih dulu, baru kemudian faktor resiko atau variabel yang
berpengaruh diamati secara retrospektif.

- 14 -

keuntungan rancangan kasus kontrol dibanding rancangan potong lintang, kasus


kontrol mempunyai kelebihan, yaitu variabel bebasnya atau faktor resiko dapat
dibatasi, justru keterbatasan jumlah faktor risiko akan meningkatkan potensi
rancangan. selain itu tingkat keabsahan rancangan kasus kontrol lebih tinggi, untuk
mempelajari perkembangan atau etiologi penyakit. yang dimaksud dengan matching
adalah pemilihan subyekkontrol dengan karakteristik semirip mungkin dengan kasus.
hal ini penting untuk mengendalikan faktor resiko yang perlu dikendalikan misalnya
karakteristik jenis kelamin, umur, pendidikan yang dapat atau dikehendaki untuk
dikendalikan.
Tahap pertama : mengindentifikasi variable dependen (efek) dan variable-variabel
independen (factor risiko)
variable dependen : malnutrisi
variable independen : perilaku ibu dalam memberikan makanan.
variable independen yang lain : pendidikan ibu, pendapatan keluarga, jumlah
anak dsb.

Tahap kedua : menetapkan objek penelitian, yaitu populasi dan sampel

penelitian. Objek penelitian di sini adalah pasangan ibu dan balita daerah mana yang
dianggap menjadi populasi dan sampel penelitian ini.

Tahap ketiga : mengindentifikasikan kasus, yaitu anak balita yang menderita

malnutrisi. Yang dimaksud kasus di sini adalah anak balita yang memenuhi criteria
malnutrisi yang telah ditetapkan. Misalnya berat per umumnya kurang dari 75%
standar Havard. Kasus diambil dari populasi yang telah ditetapkan.

Tahap keempat : pemilihan subjek sebagai control, yaitu pasangan ibu-ibu

dengan anak balita mereka. Pemilihan control hendaknya didasarkan kepada


kesamaan karakteristik subjek pada kasus. Misalnya cirri-ciri masyarakatnya, social
ekonominya, letak geografis dsb. Pada kenyataannya memang sulit untuk memilih
kelompok control yang mempunyai karakteristik yang sama dengan kelompok kasus.
Oleh sebab itu sebagian besar cirri-ciri tersebut kiranya dapat dianggap mewakili.

Tahap kelima : melakukan pengukuran secara retrospektif, yaitu dari kasus

(anak balita yang malnutrisi) itu diukur atau dinyatakan kepada ibunya dengan
,menggunakan metode recall mengenai perilaku atau kebiasaan memberikan
makanan kepada anaknya. Recall disini maksudnya menanyakan kepada ibu anak
balita kasus tentang jenis-jenis makanan serta jumlahnya yang diberikan kepada anak

- 15 -

balita selama periode tertentu. Biasanya menggunakan metode 24 jam (24 hours
recall).

Tahap keenam : melakukan engolahan dan analisis data. Analisis data

dilakukan dengan membandingkan proporsi perilaku ibu yang baik dan yang kurang
baik dalam hal memberikan makanan kepadsa anaknya pada kelompok kasus, dengan
proporsi perilaku ibu yang sama pada kelompok control. Dari sini akan diperoleh
bukti atau tidak adanya hubungan antara perilaku pemberian makanan dengan
malnutrisi pada anak balita.
Kelebihan Rancangan Penelitian Case Control
a. Adanya kesamaan ukuran watu antara kelompok kasus dengan kelompok control
b. Adanya pambatasan atau pengndalian factor resiko sehingga hasil penilitian lebih
tajam disbanding dengan hasil rancangan cross sectional
c. Tidak menghadapi kendala etik seperti pada penelitian eksperimen atau cohort
d. Tidak memerlukan waktu lama (lebih ekonomis)
Kekurangan Rancangan Penelitian Case Control
a. Pengukuran variable yang retrospektif, objektifitas dan reliabilitasnya kurang
karena subjek penelitian harus mengingat kembali factor-faktor risikonya,
b. Tidak dapat diketahui efek variable luar karena secara teknis tidak dapat
dikendalikan
c. Kadang-kadang sulit memilih control yang benar-benar sesuai dengan kelompok
kasus karena banyaknya factor resiko yang harus dikendalikan.
Penelitian kohort atau sering disebut penelitian prospektif adalah suatu penelitian
survey (non eksperimen) yang paling baik dalam mengkaji hubungan antara factor
resiko dengan efek (penyakit). Faktor resiko yang akan dipelajari diidentifikasi dulu
kemudian diikuti ke depan secara prospektif timbulnya efek yaitu penyakit atau salah
satu indicator status kesehatan. Contoh klasik studi kohort adalah Framingham Heart
Study.
Rancangan penelitian kohort disebut juga sebagai survey prospektif meskipun
sesungguhnya kurang tepat. Rancangan penelitian ini merupakan rancangan penelitian
epidemiologis noneksperimental yang paling kuat mengkaji hubungan antara faktor
risiko dengan dampak atau efek suatu penyakit.

- 16 -

Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan longitudinal ke depan, dengan


mengkaji dinamika hubungan antara faktor risiko dengan efek suatu penyakit.
Pendekatan yang dilakukan adalah mengidentifikasi faktor risiko, kemudian
dinamikanya diikuti atau diamati sehingga timbul suatu efek atau penyakit.
Kesimpulan hasil penelitian diketahui dengan membandingkan subyek yang
mempunyai efek positif (sakit) antara kelompok subyek dengan faktor risiko positif
dan faktor risiko negative (kelompok kontrol).

Kelebihan penelitian Kohort :


a.

Dapat membandingkan dua kelompok, yaitu kelompok subyek dengan faktor

risiko positif dan subyek dari kelompok control sejak awal penelitian.
b.

Secara langsung menetapkan besarnya angka risiko dari waktu ke waktu.

c.

Keseragaman observasi terhadap faktor risiko maupun efek dari waktu ke waktu.

Kekurangan penelitian Kohort :


a.

Memerlukan waktu penelitian yang relative cukup lama.

b.

Memerlukan sarana dan prasarana serta pengolahan data yang lebih rumit.

c.

Kemungkinan adanya subyek penelitian yang drop out sehingga mengurangi

ketepatan dan kecukupan data untuk dianalisis.


d.

Menyangkut etika sebab faktor risiko dari subyek yang diamati sampai terjadinya

efek, menimbulkan ketidaknyamanan bagi subyek.


Contoh penelitian retrospektif kohort: penelitian yang dilakukan oleh National
Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) yang bertujuan untuk menguji
hipotesis bahwa energy yang dihasilkan oleh video display terminal (VDTs)
dimungkinkan dapat menybabkan keguguran secara spontan.
referensi (Budiharto. metodologi penelitian kesehatan gigi. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2011.h.1-47.)

2.5

Konsep Penelitian Tuberkulosis

Berdasarkan tujuan penelitian dan tinjauan pustaka maka kerangka konsep penelitian
ini adalah :

- 17 -

Definisi Konsep :
1. Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB Paru
yang membedakan seseorang dengan lainnya, meliputi : umur, jenis kelamin, status
perkawinan, pekerjaan dan pengetahuan.
2. Motivasi adalah suatu perasaan, pikiran dan dorongan atau daya penggerak yang
berasal dari dalam diri penderita TB Paru maupun yang berasal dari kekuatan di luar
pribadi penderita yang menyebabkan kepatuhan berobat penderita TB Paru, meliputi :
dukungan keluarga, peran PMO, dorongan petugas, dan rasa tanggung jawab.
3. Kepatuhan berobat penderita TB Paru adalah ketaatan penderita TB Paru dalam
menelan obat pada tahap intensif sesuai jadwal yang ditentukan yaitu selama 2 bulan
dan menaati segala nasihat dari petugas kesehatan.

2.6 Usulan Penelitian TBC


Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien TBC dalam meminum obat
serta efektivitas dari PMO dan program wajib puskesmas di wilayah K.

- 18 -

2.7 Tuberkulosis
Data yang dilaporkan WHO Indonesia menempati urutan nomor tiga setelah
india dan cina yaitu dengan angka 1,7 juta orang Indonesia, menurut teori apabila
tidak diobati, tiap satu orang penderita tuberkulosis akan menularkan pada sekitar 10
sampai 15 orang dan cara penularannya dipengaruhi berbagai factor.
Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah.
Tuberkulosis paru (TBC) adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberkulosa. Penularan kuman dipindahkan melalui udara ketika
seseorang sedang batuk, bersin, yang kemudian terjadi droplet. Seseorang penderita
TBC akan mengalami tanda dan gejala seperti kelelahan, lesu, mual, anoreksia,
penurunan berat-badan, haid tidak teratur pada wanita, demam sub febris dari
beberapa minggu sampai beberapa bulan, malam batuk, produksi sputum
mukuporolent atau disertai darah, nafas bunyi crakles (gemercik), Wheezing (mengi).
Keringat banyak malam hari, kedinginan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi tuberkulosis menurut
Alsagaff (2001) adalah adanya sumber infeksi (sering kontak dengan penderita),
penurunan daya tahan tubuh (pasien infeksi HIV, pengguna obat-obat terlarang atau
alkohol), faktor lingkungan (pemukiman yang penuh, kumuh), virulensi tinggi dan
jumlah basil banyak (perilaku buang dahak sembarangan), faktor imunologis, faktor
psikologis, dan kelompok sosio ekonomi rendah (nutrisi dan sebagainya).
Penatalaksanaan TBC meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Penatalasanaan secara promotif yaitu Peningkatan kesehatan diberikan pada individu
dan keluarga baik yang kontak dengan penderita TBC maupun tidak, adapun cara-cara
untuk meningkatkan kesehatan terkait dengan TBC meliputi hal-hal : menghindari
factor resiko, mengelola stress, menjaga kebersihan diri (Personal higiene), nutrisi
yang seimbang, imunisasi, pemeriksaan rutin (laboratorium).
Pengetahuan penderita TBC dan keluarga pada tingkatan tahu adalah mengingat
penyebab kambuhnya batuk, tertarik menjadi tahu setelah melihat iklan obat batuk
dan dengan obat batuk tersebut gejala batuk bisa reda. Contoh dari pengetahuan
tingkat kedua (memahami) adalah mampu menjelaskan tanda dan gejala penyakit
TBC, ataupun penyakit lainya. Pengetahuan yang terkait pada aplikasi misalnya
adalah seorang penderita atau keluarga yang mampu memilih berobat secara rutin ke
puskesmas atau Balai Paru untuk pengobatan sakit TBC.
- 19 -

2.7.1

Epidemiologi
Di Negara industri diseluruh dunia ,angka kesakitan dan kematian akibat

penyakit TBC menunjukkan penurunan. Tetapi sejak tahun 1980an,grafik menetap


dan meningkat di daerah dengna prevalensi HIV tinggi. Morbiditias tinggi biasanya
terdapat pada kelompok masyarakat dengan social ekonomi rendah dan prevalensinya
lebih tinggi pada daerah perkotaan daripada pedesaan.
Menurut hasil SKRT (survei kesehatan rumah tangga) tahun 1986 ,penyakit
tuberculosis di Indonesia merupakan penyebab kematian ke-3 dan menduduki urutan
ke-10 penyakit terbanyak di masyarakat. SKRT tahun 1992 menunjukkan jumlah
penderita penyakit tuberculosis semakin meningkat dan menyebabkan kematian
terbanyak yaitu pada urutan kedua. Pada tahun 1999 di Jawa Tengah, penyakit
tuberculosis menduduki urutan ke-6 dari 10 penyakit rawat jalan di rumah sakit,
sedangkan menurut SURKERNAS 2001, TBC menempati urutan ke-3 penyebab
kematian (9,4%).
WHO memperikrakan terjadi kasus TBC sebanyak 9 juta per tahun di seluruh
dunia pada tahun 1999, dengan jumlah kematian sebanyak 3 juta orang per tahun.Dari
seluruh kematian tersebut, 25% terjadi di Negara berkembang. Sebanyak 75% dari
penderita berusia 15-50 tahun (usia produktif). WHO menduga kasus TBC di
Indonesia merupakan nomor 3 terbesar di dunia setelah Cina dan India. Prevalensi
TBC secara pasti belum diketahui. Asumsi prevalensi BTA(+) di Indonesia adalah 130
per 100.000 penduduk. WHO menyatakan 22 negara dengan beban TBC tertinggi di
dunia 50% nya berasal dari Negara Negara Afrika dan Asia serta Amerika. Penyakit
ini menyerang semua golongan umur dan jenis kelamin, serta mulai merambah tidak
hanya pada golongan social ekonomi rendah saja. Profil kesehatan Indonesia tahun
2002 menggambarkan persentase penderita TBC sebesar adalah usia 25-34 tahun
(23,67%). Gambaran di seluruh dunia menunjukkan bahwa morbiditas dan mortalitas
meningkat sesuai dengna bertambahnya umur dan pada pasien berusia lanjut
ditemukan bahwa penderita laki laki lebih banyak daripada wanita. Laporan dari
seluruh provinsi di Indonesia pada tahun 2002 menunjukkan bahwa dari 76.230
penderita

TBC

BTA+

perempuan(43,21%).1,2

- 20 -

terdapat

43.249

laki-laki

(56,79%)

dan

32,936

Anak yang pernah terinfeksi TBC mempunyai risio menderita penyakit ini
sepanjang hidupnya sebesar 10%. Di Amerika Serikat dan Kanada, peningkatan TB
pada anak berusia 0-4 tahun adalah 19%,sedangkan pada usia 5-15 tahun adalah 40%.
Pada tahun 1998-2002 dari jumlah seluruh kasus TB anak dari tujuh Rumah Sakit
Pusat Pendidikan di Indonesia selama 5 tahun adalah penyandang TB dengan angka
kematian yang bervariasi dari 0%-14,1%. Kelompok usia terbanyak adalah 12-60
bulan (42,9%) sedangkan untuk bayi <12 bulan didapatkan 16,5%. Karena sulitnya
menegakkan diagnosis TB pada anak, data TB anak sangat terbatas,termasuk di
Indonesia. Untuk mengatasi kesulitas tersebut, WHO sedang melakukan upaya
dengan cara membuat consensus diagnosis di berbagai Negara. Dengan adanya
consensus ini, diharapkan diagnosis TB anak dapat ditegakkan, sehingga
kemungkinan

overdiagnosis atau underdiagnosis dapat diperkecil dan angka

prevalens pastinya diketahui. Dari seluruh penderita tersebut, angka kesembuhan


hanya mencapai 70,03% dari 85% yang ditargetkan. Rendahnya angka kesembuhan
disebabkan

oleh

ekonomi),petugas

beberapa
(perilaku,

faktor, yaitu

penderita(perilaku,karakteristik,social

keterampilan)

ketersediaan

obat,lingkungan,

PMO(pengawas minum obat) serta virulensi dan jumlah kuman.3

Interaksi host,agent dan environment


Dewasa ini wawasan mengenai diagnosis, gejala ,pengobatan dan pencegahan TBC suatu penyakit
infeksi menular terus berkembang. Sejalan dengan itu, maka perlu dipelajari faktor-faktor
penentu yang saling berinteraksi sesuai dengan tahapan perjalanan alamiah.1
1. Periode Prepatogenesis
a. Faktor Agent ( Mycobacterium tuberculosis)

Karakteristik alami dari agen TBC hampir bersifat resisten terhadap desinfektan
kimia atau antibiotik dan mampu bertahan hidup pada dahak yang kering untuk jangka waktu yang
lama. Kuman ini bersifat tahan asam. Pada Host ,daya infeksi dan kemampuan tinggal
sementara Mycobacterium Tuberculosis sangat tinggi. Patogenesis hampir rendah dan
daya virulensinya tergantung dosis infeksi dan kondisi Host . Sifat resistensinya
merupakan problem serius yang sering muncul setelah

penggunaan kemoterapi

moderm,sehingga menyebabkan keharusan mengembangkan obat baru.


Umumnya sumber infeksinya berasal dari manusia dan ternak (susu) yang terinfeksi.
Untuk transmisinya bisa melalui kontak langsung dan tidak langsung, serta transmisi

- 21 -

kongenitalyang jarang terjadi. Bila agen penyebab penyakit dengan pejamu berada dalam
keadaan seimbang, maka seseorang berada dalam keadaan sehat. Perubahan
keseimbangan akan menyebabkan seseorang sehat atau sakit. 1,4
b. Faktor lingkungan
Distribusi geografis TBC mencakup seluruh dunia dengan variasi kejadian yang
besar dan prevalensi menurut tingkat perkembangannya. Penularannya pun berpola
sekuler tanpa dipengaruhi musim dan letak geografis. Keadaan sosial-ekonomi merupakan
hal penting pada kasus TBC. Pembelajaran sosiobiologis menyebutkan adanya
korelasi positif antara TBC dengan kelas sosial yang mencakup pendapatan,
perumahan, pelayanan kesehatan, lapangan pekerjaan dan tekanan ekonomi. Pada
lingkungan biologis dapat berwujud kontak langsung dan berulang-ulang dengan
hewanternak yang terinfeksi adalah berbahaya.
Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan nonfisik.

Lingkungan fisik antara lain seperi keadaan geografis dan lingkungan tempat
tinggal. Sanitasi lingkungan perumahan sangat berkaitan dengan penularan
penyakit.

Rumah

dengan

pencahayaan

yang

kurang

memudahkan

perkembangan sumber penyakit. Sinar matahari mengandung sinar ultra violet


yang bisa membunuh kuman penyakit. Aliran udara berkaitran dengan
penularan penyakit. Rumah denan ventilasi yang baik akan menyulitkan
pertumbuhan kuman penyakit. Pertukaran udara dapat memecah dan menugrai

konsentrasi kuman di udara.


Lingkungan nonfisik meliputi social, budaya, ekonomi dan politik.
Lingkungan social masyarakat berpengaruh pada tingkat pengetahuan sikap
dan praktek masyarakat dalam bidang kesehatan. Kemampuan ekonomi
masyarakt biasanya tercermin pad akondisi lingkungan perumaha seperti
sarana air minum , dan kondisi rumah. Pemimpin dengan tingkat kepedulian
tinggi

terhadap kesehatan masyarakat akan mendukung dalam bentuk

komitmen dari dana untuk penanggulangan penyakit. 1


c. Faktor Host
Hal yang perlu diketahui tentang pejamu meliputi karakteristik, gizi, daya tahan
tubuh, higieni , dan pengobatan. Penurunan daya tahan tubuh akan menyebabkan
bobot agen penyebab penyakit menjadi lebih berat sehingga seseorang menjadi sakit.
Umur merupakan faktor terpenting dari Host pada TBC.

- 22 -

Terdapat 3 puncak kejadian dankematian ; (1) paling rendah pada awal anak
(bayi) dengan orang tua penderita, (2) paling luas pada masa remaja dan dewasa muda sesuai
dengan pertumbuhan, perkembangan fisik-mental dan momen kehamilan pada wanita, (3)
puncak sedang pada usia lanjut. Pria lebih umum terkena, kecuali pada wanita dewasa
muda yang diakibatkan tekanan psikologis dan kehamilan yang menurunkan resistensi.
Penduduk pribumi memiliki laju lebih tinggi daripada populasi yang mengenal TBC sejak
lama, yang disebabkan rendahnya kondisi sosioekonomi. Kebiasaan sosial dan pribadi
turut memainkan peranan dalam infeksi TBC, sejak timbulnya ketidakpedulian dan
kelalaian. Status gizi,kondisi kesehatan secara umum, tekanan fisik-mental dan
tingkah laku sebagai mekanismepertahanan umum juga berkepentingan besar.
Imunitas spesifik dengan pengobatan infeksiprimer memberikan beberapa resistensi,
namun sulit untuk dievaluasi.1,4

2. Periode Pathogenesis (Interaksi Host-Agent)


Interaksi terutama terjadi akibat masuknya Agent ke dalam saluran respirasi
dan pencernaan Host .Contohnya Mycobacterium melewati barrier plasenta, kemudian
berdormansi sepanjang hidup individu, sehingga tidak selalu berarti penyakit klinis.
Infeksi berikut seluruhnya bergantung pada pengaruh interaksi dari Agent,Host dan
Lingkungan.

Pada rantai penularan atau skema diatas, prinsip memutuskan rantai penularan
penyakit menular adalah memotong garis penghubung di antara host-agentenvironment dan bila penyakit diketahui ditularkan melalui vector, maka garis yang
menghubungkan vector dengan agent host dan environment juga harus diputuskan.
Sebagai contoh memutuskan garis antra agent dan host dengan melakukan imunisasi
sehingga host menjadi imun, memberikan pengobatan kepada penderita secara
adekuat sehingga terjadi konversi bakteri(+) menjadi (-) sehingga penderita menjadi
tidak menularkan lagi. Antara agent dan environment dengna melakukan sanitasi air
minum (pada diare) sehingga di dalam air tidak mengandung agent lagi. Penyehatan
lingkungan pemukiman misalnya membuat rumah sehat sehingga sinar matahari dapat
masuk , ventilasi udara yang baik dapat membuat agent menjadi tidak dapat hidup
sekaligus host juga dapat hidup secara seimbang di lingkungan yang sehat. Pada
pengobatan TBC yang terjadi adalah pasien umumnya tidak patuh minum obat yang
- 23 -

direncanakan selama 6 bulan, sehingga akan menimbulkan resistensi dan kekambuhan


yang lebih parah,di Puskesmas diberikan pengobatan dengan Pengawasan Minum
Obat(PMO) sehingga obat yang diberikan benar benar diminum sampai selesai.1

Penularan
Penyakit

tuberculosis

yang

disebabkan

oleh

kuman

Mycobacterium

tuberculosis ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seorang pasien TBC batuk
dan percikan ludah yang mengandung bakteri tersebut terhirup oleh orang lain saat
bernapas. Bila penderita batuk, bersin, atau berbicara saat berhadapan dengan orang
lain,basil tuberculosis tersembur dan terhisap ke dalam paru orang sehat. Masa
inkubasinya selama 3-6 bulan.
Risiko terinfeksi berhubungan dengan lama dan kualitas papran dengan
sumber infeksi dan tidak berhubungan dengna faktor genetic dan faktor pejamu
lainnya. Risiko tertinggi berkembangnya penyakit yaitu pada anak berusaia di bawah
3 tahun , risiko rendah pada masa kanak-kanak, dan meningkat lagi pada masa
remaja,dewasa muda, dan usia lanjut. Bakteri masuk ke dalam tubuh manusia melalui
saluran pernapasan dan bisa menyebar ke bagian tubuh lain melalui peredaran
darah,pembuluh limfe atau langsung ke orang terdekatnya.
Setiap satu BTA positif akan menularkan kepada 10-15 orang lainnya,
sehingga kemungkinan setiap kontak untuk tertular TBC adalah 17%. Hasil studi
lainnya melaporkan bahwa kontak terdekat (misalnya keluarga serumah) akan dua
kali lebih berisiko dibandingkan kontak biasa (tidak serumah). Seorang penderita
dengan BTA+ yang derajat positifnya tinggi berpotensi menularkan penyakit ini.
Sebaliknya penderita dengan BTA(-) dianggap tidak menularkan. Angka risiko
penularan infeksi TBC di Amerika Serikat adalah sekitar 10/10.000 populasi. Di
Indonesia angka ini sebesar 1-3% yang berarti di antara 100 penduduk terdapat 1-3
warga yang akan terinfeksi TBC. Setengah dari mereka BTAnya akan positif(0,5%).
Apabila kita menemukan seorang anak dengan TB, maka harus dicari sumber
penularan yang menyebabkan anak tersebut tertular Tb. Sumber penularan adalah
orang dewasa yang menderita TB aktif dan kontak erat dengan anak tersebut.
Pelacakan sumber infeksi dilakukan dengan cara pemeriksaan radiologis dan BTA
sputum. Sebaliknya jika ditemukan pasien TB dewasa aktif, maka anak disekitarnya

- 24 -

atua yang kontak erat harus ditelusur ada atau tidaknya infeksi TB (pelacakan
sentrifugal). Pelacakan tersebut dilakuakn dengan cara anamnesis, pemeriksaan fisikm
dan pemeriksaan penunjang yaitu uji tuberkulin. 1,3
1. dapus

1=Widoyono.Penyakit

Tropis,Epidemiologi,Penularan,Pencegahan&Pemberantasan. Jakarta:
Penerbit Erlangga;2008.h.1-21.
2. Ranuh
IGN,Suyitni
H,Hadinegoro

SRS,Kartasasmita

CB,

Ismoedijanto.Pedoman imunisasi di Indonesia.ed 3.Jakarta:Badan


Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia;2008.4-5,131.

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Langkah-langkah dalam penelitian yaitu menentukan tujuan penelitian, hipotesis,
kerangka teori dan kerangka konsep, variabel, definisi operasional, desain penelitian,
subjek penelitian, alat ukur, pengolahan data, kesimpulan dan laporan. Kerangka
teoritis adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori
dengan faktorfaktor penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Teori
dapat memandu penelitian sehingga penelitian yang dilakukan memberikan hasil yang
diharapkan. Dari hasil kerangka teori serta masalah penelitian yang telah dirumuskan

- 25 -

tersebut maka dikembangkan suatu kerangka konsep penelitian. Yang dimaksud


dengan kerangka konsep penilitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau
kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya atau antara variabel yang satu
dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti. Variabel digunakan sebagai
ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang
suatu konsep pengertian tertentu, misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, status
perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Notoatmodjo S. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.


h.83-113.
2. Arifin Z. Dasar-dasar penulisan karya ilmiah. Jakarta: Gramedia Wigiasarana
Indonesia;2008.h. 56-57.
3. Suyanto. Metodologi dan aplikasi penelitian keperawatan. Jakarta: Nuha
Medika; 2011.h.22-26.
4. Nazir M. Metode penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia:2009.h.25,149-160.

- 26 -

5. Sastroasmoro S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Ed-3. Jakarta:


Sagung seto; 2008.h. 59-61, 255-261.
6. Azwar A, Prihartono J. Metodologi penelitian kedokteran dan kesehatan
masyarakat. Jakarta: Binarupa akara;2005.h. 23-24.
7. Budiarto E. Metodologi penelitian kedokteran. Jakarta: Buku kedokteran
EGC;2002.h.29.

- 27 -

Anda mungkin juga menyukai