Anda di halaman 1dari 11

Tugas Bedah Mulut

ABSES RONGGA MULUT

OLEH :

DESSY ROSDAHYANTI, SKG ( 04104707002 )


PUTRI FERINA APRILIA ( 04114707051 )

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014

BAB I
PENDAHULUAN

Abses merupakan salah satu respon tubuh terhadap adanya infeksi. Abses adalah infeksi yang
terlokalisir, manifestasinya berupa peradangan, pembengkakan yang nyeri jika ditekan, atau kerusakan
jaringan setempat. Abses biasanya memiliki ukuran kecil dan terbatas, berfluktuasi, berwarna merah
didaerah sekitarnya, membulat, mengkilap, dan terjadi peningkatan suhu disekitar daerah infeksi. Abses
odontogenic digolongkan menjadi akut dan kronis. Pada abses akut ditandai oleh pembengkakan jaringan
gingival yang berbentuk bulat/oval, menimbulkan rasa nyeri, berwarna merah, edematous, halus, dan
kadang-kadang dapat disertai dengan demam dan limfadenopati regional. Abses kronik terbentuk setelah
penyebaran infeksi dapat dikendalikan oleh drainase spontan, respon hospes, ataupun terapi sehingga
biasanya tidak menimbulkan rasa nyeri atau hanya menimbulkan rasa nyeri tumpul tanpa keterlibatan
sistemik dan limfadenopati regional.

BAB II
ISI

Abses odontogenik merupakan suatu proses infeksi yang terjadi pada daerah periapikal dan
jaringan periodontal. Karies, penyakit periodontal dan pulpitis merupakan awal dari abses odontogenik
dan dapat menyebar dari gigi ke prossesus alveolaris, jaringan yang lebih dalam dari muka, rongga mulut,
kepala, dan leher.
Abses odontogenik adalah terkumpulnya pus pada gigi atau struktur didekatnya dan terjadi pada
jaringan di sekitar area inflamasi. Abses odontogenik digolongkan menjadi akut dan kronis.
Abses akut umumnya berupa eksaserbasi lesi periodontal inflamasi kronis, namun bisa juga
dikarenakan

penyebaran infeksi dari ruang pulpa kea rah periapikal. Abses akut ditandai oleh

pembengkakan jaringan gingival yang berbentuk bulat/oval, menimbulkan rasa nyeri, berwarna merah,
edematous, halus dan kadang-kadang dapat disertai dengan demam dan limfadenopati regional. Factorfaktor yang mempengaruhinya antara lain tingginya jumlah dan kemampuan virulensi bakteri yang ada,
dikombinasikan dengan penurunan resistensi jaringan dan kurangnya drainase spontan. Drainase tersebut
dapat dihambat oleh morfologi saku periodontal yang dalam, debris, atau epithelium dari saku yang
susunannya padat sehingga menyumbat orifisium saku. Eksudat dapat dikeluarkan menggunakan tekanan
ringan.
Abses kronis terbentuk setelah penyebaran infeksi dapatdikendalikan oleh drainase spontan,
respon hospes, ataupun terapi. Jika homeostatis antara hospes dan infeksi tercapai, pasien hanya memiliki
sedikit gejala maupun tidak ada gejala sama sekali, namun dapat juga terdapat nyeri tumpul, hal ini
disebabkan oleh tanda-tanda klinis berupa poket periodontal, inflamasi, dan saluran fistula.

Perbedaan Tanda dan Gejala Abses Akut dan Kronis


Abses akut
Terasa sakit/ tidak nyaman

Abses kronis
Tidak menimbulkan rasa nyeri

Eksudasi
Posisi gigi

Eksudasi
Gigi terangkat dari soket dan

atau nyeri tumpul


Eksudasi intermitten
Gigi sedikit terangkat

Limfadenopati
Keterlibatan sistemik

terdapat mobilitas
Regional
Peningkatan suhu tubuh

Tidak ada
Tidak ada keterlibatan sistemik

Rasa sakit

Etiologi
Flora normal rongga mulut terdiri dari bakteri gram positif dan gram negative (aerob dan
anaerob). Kebanyakan infeksi yang berasal dari rongga mulut bersifat campuran (polimikrobial).
Umumnya terdiri dari dua kelompok mikroorganisme atau lebih. Infeksi tahap awal bisa dimulai oleh
bakteri aerob sedangkan bakteri anaerob baru berperan pada infeksi yang sudah lanjut. Streptococci
aerob dan anaerob, Bacteroides, fusobacterium,Ekinella, dan flora gabungan aerob dab anaerob
merupakan organism yang banyak ditemukan pada infeksi odontogenik termasuk pada pasien yang sehat
Bakteri anaerob yang ditemukan pada pemeriksaan sebagai penebab infeksi odontogenik adalah
coccus gram positif anaerob (peptococcus, peptostreptococcus, ruminococcus dan sarcina), coccus gram
negative anaerob (veilnella, acidaminococcus, dan megasphera), batang gram negative anaerob
(eubacterium, actinomyces, propionibacterium, Bifidobacterium, lactobacillus dan arachnia) dan batang
gram positif anaerob (bacteroides, Fusobacterium,Leptotrichia dan selemonas).
Sebagai petunjuk klinis adanya peran bakteri anaerob yaitu adanya eksudat berbau busuk ,
jaringan nekrosis disertai adanya gas, kresipitasi subkutan atau jaringan berubah warna menjadi hitam
atau gangrene, pembentukan pseudomembran, tampak infeksi dekat atau ada hubungannya dengan
orofaring.
Penyebab umum abses odontogenik ini adalah kesehatan mulut yang buruk, tehnik pembersihan
mulut yang salah, dan trauma pada rongga mulut. Kondisi medis yang buruk seperti kelainan autoimun
(sjogrens syndrome) atau kondisi dengan system imun yang buruk seperti diabetes, setalah radiasi atau
setelah kemoterapi dapat menjadi factor predisposisi terjadinya abses.
Gambaran klinis

Suatu abses adalah infeksi yang terlokalisir, manifestasinya berupa peradangan , pembengkakan
yang nyeri jika ditekan, atau kerusakan jaringan setempat. Abses ini memiliki ukuran kecil dan terbatas,
berfluktuasi, berwarna merah didaerah sekitarnya, membulat, mengkilap, dan terjadi peningkatan suhu di
sekitar daerah sekitar.
Ukuran abses periapikal dimulai dari diameter 1cm sampai cukup besarhingga dapat menutupi
vestibulum. Abses ginggiva terlihat sebagai suatu pembengkakan yang terlokalisir yang besar dan
pergeseran papilla interdental yang jelas. Abses perikoronal terlihat sebagai pembengkakan yang terjadi di
atas gingival yang menutupi gigi yang erupsi sebagian.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiografi dapat membantu melihat adanya karies, restorasi yang tidak baik,
perawatan saluran akar sebelumnya, resorbsi akar, fraktur akar, radiolusen pada periapikal, pelebaran
ruang ligament periodontal, dan kehilangan tulang alveolar.
Pemeriksaan radiografi yang dapat dilakukan sebagai pemeriksaan penunjang yaitu radogafi
periapikal, bitewing, panoramic, dan oklusal. Pada keadaan abses terlihat gambaran radiolusen yang difus
pada daerah sekitar gigi.

Macam-macam Abses Odontogenik


1.

Abses Periapikal
Abses periapikal sering juga disebut abses dento-alveolar, terjadi di daerah periapikal gigi

yang sudah mengalami kematian dan terjadi keadaan eksaserbasi akut. Mungkin terjadi segera setelah
kerusakan jaringan pulpa atau setelah periode laten yang tiba-tiba menjadi infeksi akut dengan gejala
inflamasi, pembengkakan, dan demam. Mikroba penyebab infeksi umumnya berasal dari pulpa, tetapi
juga bias berasal sistemik (bakterimia).
2.

Abses Jaringan Periodontal


Abses periodontal merupakan suatu inflamasi purulen terlokalisir pada jaringan

periodontal. Diklasifikasikan menjadi tiga golongan diagnostic, yaitu:


a. Abses Periodontal

Abses

periodontal

disebabkan

oleh

kerusakan

ligament

periodonsium

sehingga

memungkinkan masuknya bakteri. Abses periodontal dihubungkan dengan sejumlah kondisi


klinis, terutama akibat pembersihan plak yang tidak sempurna. Kondisi abses periodontal
dapat juga tidak berhubungan dengan penyakit periodontal inflamasi seperti perforasi atau
fraktur gigi dan impaksi benda asing. Diabetes mellitus yang tidak terkontrol dengan baik
dinyatakan sebagai salah satu factor predisposisi pembentukan abses periodontal.
Pembentukan abses periodontal dilaporkan menjadi salah satu penyebab utama kehilangan
gigi. Perawatan yang baik dan dilanjutkan dengan pemeliharaan periodontal preventif yang
konsisten, gigi geligi yang mengalami kerusakan tulang signifikan dapat dipertahankan
sampai bertahun-tahun.
b. Abses Gingiva
Abses gingival merupakan lesi inflamasi akut terlokalisir (biasanya superficial) dan terbatas
di daerah papilla interdental dan margin gingival yang disebabkan oleh berbagai macam
sumber, seperti infeksi mikroba plak, trauma, dan impaksi benda asing. Gambaran klinisnya
berupa pembengkakan fluktuan/menonjol, terkadang menimbulkan rasa sakit, berwarna
merah, dan tekstur halus.
c. Abses Perikoronal
Abses perikoronal disebabkan oleh inflamasi operculum jaringan lunak yang menutupi gigi
yang erupsi sebagian. Kondisi ini seringkali ditemukan disekitar gigi molar tiga rahang
bawah. Sama seperti abses gingival, lesi inflamasi dapat disebabkan oleh retensi plak
microbial, impaksi makanan, ataupun trauma.
d. Abses Subperiosteal
Gejala klinis abses subperiosteal ditandai dengan selulitis jaringan lunak mulut dan daerah
maksilofasial. Pembengkakan yang menyebar ke ekstra oral, warna kulit sedikit merah pada
daerah gigi penyebab. Penderita merasakan sakit yang hebat, berdenyut, dan dalam serta tidak
terlokalisir. Pada rahang bawah bila berasal dari gigi premolar atau molar pembengkakan
dapat meluas dari pipi sampai pinggir mandibula, tetapi masih dapat diraba. Gigi penyebab
sensitive pada sentuhan atau tekanan.
e. Abses Submukosa
Abses ini disebut juga abses spasium vestibular, merupakan kelanjutan abses subperiosteal
yang kemudian pus berkumpul dan sampai dibawah mukosa setelah periosteum tertembus.
Rasa sakit mendadak berkurang, sedangkan pembengkakan bertambah besar. Gejala lain
yaitu masih terdapat pembengkakan ekstra oral kadang-kadang disertai demam. Lipatan
mukobukal terangkat, pada palpasi lunak, dan fluktuasi. Bila abses berasal dari gigi insisivus
atas maka sulkus nasolabial mendatar, terangkatnya sayap hidung dan kadang-kadang
pembengkakan pelupuk mata bawah. Kelenjar limfe submandibula membesar dan sakit ketika
palpasi.

f.

Abses Fosa Kanina


Fosa kanina sering merupakan tempat infeksi yang berasal dari gigi rahang atas pada regio ini
terdapat jaringan ikat dan lemak, serta memudahkan terjadinya akumulasi cairan jaringan.
Gejala klinis ditandai dengan pembengkakan pada muka, kehilangan sulkus nasolabialis dan
edema pelupuk mata bawah sehingga tampak tertutup. Bibir atas bengkak, seluruh muka

terasa sakit disertai kulit yang tegang berwarna merah.


g. Abses Spasium Bukal
Spasium bukal berada diantara m. masseter , m. pterigoidus interna, dan m. bucinator. Berisi
jaringan lemak yang meluas ke atas ke dalam diantara otot pengunyah, menutupi fosa
retrozigomatik, dan spasium infratemporal. Abses dapat berasal dari gigi molar kedua atau
ketiga rahang atas masuk ke dalam spasium bukal.
Gejala klinis abses ini terbentuk di bawah mukosa bukal dan menonjol kea rah rongga mulut.
Pada perabaan tidak jelas ada proses supuratif,fluktuasi negative, dan gigi penyebab kadangkadang tidak jelas. Masa infeksi/pus dapat turun ke spasium terdekat lainnya. Pada
pemeriksaan ekstra oral tampak pembengkakan difus, tidak jelas pada perabaan.
h. Abses Spasium Infratemporal
Abses ini jarang terjadi, tetapi bila terjadi sangat berbahaya, dan sering menimbulkan
komplikasi yang fatal. Spasium infratemporal terletak dibawah dataran horizontal arkuszigomatikus dan bagian lateral dibatasi oleh ramus mandibula dan bagian lateral di batasi
oleh ramus mandibula dan bagian dalam oleh m. pterigoid interna. Bagian atas dibatasi oleh
m. pterigoid eksternus. Spasium ini dilalui a. maksilaris interna dan n. mandibula, milohioid,
lingual, bucinator, dan n. chorda timpani. Berisi pleksus venus pterigoid dan juga berdekatan
i.

dengan pleksus faringeal.


Abses Spasium Submasseter
Spasium submasseter berjalan ke bawah dan ke depan diantara insersi otot maseter bagian
superfisialis dan bagian dalam. Spasium ini berupa suatu celah sempit yang berjalan dari tepi
depan ramus antara origo m. masseter bagian tengah dan permukaan tulang. Ke atas dan
belakang antara origo m. masseter bagian tengah dan bagian dalam. Disebelah belakang
dipisahkan dari parotis oleh lapisan tipis lembar fibromuskular. Infeksi pada spasium ini
berasal dari gigi molar tiga rahang bawah, berjalan melalui permukaan lateral ramus ke atas
spasium ini.
Gejala klinis dapat berupa sakit berdenyut diregio ramus mandibula bagian dalam,
pembengkakan jaringan lunak muka disertai trismus yang berjalan cepat, toksik, dan
delirium. Bagian posterior ramus mempunyai daerah tegangan besar dan sakit pada

j.

penekanan.
Abses Spasium Submandibula
Spasium ini terletak dibagian bawah m.mylohioid yang memisahkannya dari spasium
sublingual. Lokasi ini dibawah dan medial bagian belakang mandibula. Dibatasi oleh

m.hioglosus dan m. digastrikus dan bagian posterior oleh m. pterigoid eksternus. Berisi
kelenjar ludah submandibula yang meluas ke dalam spasium sublingual. Juga berisi kelenjar
limfe submaksila. Pada bagian luar ditutup oleh fasia superficial yang tipis dan ditembus oleh
arteri submaksilaris eksterna.
Infeksi pada spasium ini dapat berasal dari abses dentoalveolar, abses periodontal, dan
perikoronitis yang berasal dari gigi premolar atau molar mandibula
k. Abses Sublingual
Spasium sublingual dari garis median oleh fasia yang tebal, terletak diatas m.milohioid, dan
bagian medial dibatasi oleh m.genioglossus dan lateral oleh permukaan lingual mandibula.
Gejala klinis ditandai dengan pembengkakan dasar mulut dan lidah terangkat, bergeser ke sisi
normal. Kelenjar sublingual akan tampak menonjol karena terdesak oleh akumulasi pus
l.

dibawahnya. Penderita akan mengalami kesulitan menelan dan terasa sakit.


Abses Spasium Submental
Spasium ini terletak diantara m.milohioid dan m. plastima, di depannya melintang m.
digastrikus, berisi kelenjar limfe submental. Perjalanan abses belakang dapat meluas ke
spasium mandibula dan sebaliknya infeksi dapat berasal dari spasium submandibula. Gigi
penyebab biasanya gigi anterior atau premolar.
Gejala klinis ditandai dengan selulitis pada region submental. Tahap akhir akan terjadi
supuratif dan pada perabaan fluktuatif positif. Pada pemeriksaan intra oral tidak tampak
adanya pembengkakan. Kadang-kadang gusi disekitar gigi penyebab lebih merah dari
jaringan sekitarnya. Pada tahap lanjut infeksi dapat menyebar juga kearah spasium yang

terdekat terutama kearah belakang.


m. Abses Spasium Parafaringeal
Spasium parafaringeal berbentuk konus dengan dasar kepala dan apeks bergabung dengan
selubung carotid. Bagian luar dibatasi oleh muskulus pterigoid interna dan sebelah dalam
oleh muskulus konstriktor. Sebelah belakang glandula parotis, muskulus prevertebalis, dan
prosesus stiloideus serta struktur yang berasal dari prosesus ini. Kebelakang dari spasium ini
merupakan lokais arteri karotis, vena jugularis, dan nervus vagus, serta struktur saraf spinal,
glosofaringeal, simpatik, hipoglosal, dan kelenjar limfe.
Infeksi pada spasium ini mudah menyebar keatas melalui berbagai foramina menuju bagian
otak. Kejadian tersebut dapat menimbulkan abses otak, meningitis, atau thrombosis sinus.
Bila infeksi berjalan ke bawah dapat melalui selubung karotis sampai mediastinum.
n. Abses Mediastinum
Abses disebabkan Staphylococcus aureus menyerang jaringan atau pembuluh darah dalam
jaringan nekrosis, pencairan, pembentukan akumulasi nanah infeksi purulen akut. Abses
mediastinum mengacu pada lesi di abses mediastinum. Etiologi abses mediastinum adalah
Staphylococcus aureus

menyerang pembuluh jaringan atau darah karena trauma,

pembedahan atau infeksi mediastinum yang disebabkan oleh peradangan purulen akut

jaringan ikat. Secara klinis, trakea dan kerongkongan yang disebabkan oleh perforasi
traumatic, esophagus anastomotic fistula. Komplikasi patologis yang disebabkan oleh trauma
atau operasi trakea atau kerongkongan, gas dan zat inflamasi kedalam mediastinum jaringan
ikat longgar dan menyebar ke seluruh jaringan ikat longgar sepanjang mediastinum, dan
akhirnya mediastinum.
Ketika pembentukan nanah abses mediastinum dapat dipecah kedalam rongga pleura dan
empiema nanah pneumotoraks, gas dapat mencapai tubuh sepanjang jaringan ikat longgar
pembentukan subkutan emphysema. Abses mediastinum sering rumit oleh infeksi dari lobus
kanan atas.
Diagnosis
Untuk mengetahui penyebab abses dan menentukan rencana perawatan yang tepat, dibutuhkan
diganosi banding antara bases periodontal dan abses periapikal.

Diagnose banding antara abses periapikal dan abses periodontal

Abses periapikal

Abses periodontal

Etiologi

Karies atau restorasi yang besar

Penyakit peridontal

Saku periodontal

Tidak terdapat saku periodontal,

Saku periodontal yang dalam

jika ada hanya menunjukkan efek

dengan

yang dangkal

angular

kehilangan

tulang

periodontal

dan

radiolusen furkasi
Vitalitas gigi

Non vital

Lokalisas dan saluran fistula

Pembengkakan
dengan

vital
terlokalisir

pembentukan

saluran

Pembengkakan
melibatkan

jaringan

umumnya
gingiva,

fistula

terkadang disertai fistula.

Terapi
Prinsip utama terapi abses odontogenik adalah melakukan pembedahan drainase dan menghilangkan
penyebab dari infeksi. Tujuan utamanya adalah menghilangkan pulpa nekrotik dan saku periodontal yang
dalam. Tujuan yang kedua adalah menghilangkan pus dan nekrotik debris. Pada perawatan abses
periapikal, prinsip pertamanya yaitu membersihkan ruang pulpa dengan melakukan perawatan
endodontic, yang selanjutnya melakukan insisi dan drainase.. bila abses sudah fluktuan dan menonjol,
harus dilakukan drainase. Bila ada kerusakan tulang yang cukup parah, maka gigi perlu dicabut. Bila gigi
dapat dipertahankan , dapat dilakukan pembuatan flap dan cacat tulang yang berhubungan dengan abses
dikuret
Komplikasi
Komplikasi abses odontogenik dapat menyebabkan kehilangan gigi, penyebaran abses ke jaringan
lunak, penyebaran abses ke tulang rahang dan penyebaran ke area lain dari tubuh.
Abses odontogenik dapat berkembang ke ruang fasial. Proses pengikisan pada infeksi dapat
menyebabkan tulang menjadi tipis hingga menyebabkan tulang menjadi tipis hingga mengakibatkan
infeksi pada jaringan sekitar. Kebanyakan infeksi odontogenik menembus tulang hingga mengakibatkan
abses vestibular, dan terkadang dapat pula langsung mengikis spasia wajah dan mengakibatkan infeksi
spasia wajah. Abses odontogenik yang opaling sering berlanjut menjadi infeksi spasia wajah adalah
komplikasi dari abses periapikal. Pus yang mengandung bakteri pada abses periapikal akan berusaha
keluar dari apeks gigi, menembus tulang, dan akhirnya ke jaringan sekitarnya, salah satunya adalah spasia
wajah.
Abses odontogenik pada jaringan lunak pada maksilla dapat berkembang menjadi abses bibir
atas, abses fossa kaninus, abses ruang bukal, abses ruang infratemporal dan abses submasseter. Sedangkan
pada mandibulla dapat berkembang menjadi abses ruang submandibullar, abses ruang sublingual, abses
ruang submental, abses ruang para pharyngeal, abses ruang parotid, dan ludwings angina.

BAB III
PENUTUP
Abses adalah infeksi akut yang terlokalisir pada rongga yang berdinding tebal, manifestasinya
berupa peradangan, pembengkakan yang nyeri jika ditekan, dan kerusakan jaringan setempat. Komplikasi
abses odontogen dapat menyebabkan masalah yang lebih berat dan kematian. Prinsip utama terapi abses
adalah melakukan pembedahan drainase dan menghilangkan penyebab dari infeksi.

Anda mungkin juga menyukai

  • Berkas Bagian Prosthodonsi
    Berkas Bagian Prosthodonsi
    Dokumen14 halaman
    Berkas Bagian Prosthodonsi
    Putri Ferina Aprilia Syaferi
    Belum ada peringkat
  • Prosiding PDF
    Prosiding PDF
    Dokumen502 halaman
    Prosiding PDF
    muchlis fauzi
    0% (1)
  • Epulis
    Epulis
    Dokumen4 halaman
    Epulis
    Putri Ferina Aprilia Syaferi
    Belum ada peringkat
  • Enukleasi
    Enukleasi
    Dokumen10 halaman
    Enukleasi
    Putri Ferina Aprilia Syaferi
    Belum ada peringkat
  • Asam Mefenamat
    Asam Mefenamat
    Dokumen18 halaman
    Asam Mefenamat
    Putri Ferina Aprilia Syaferi
    Belum ada peringkat
  • PEMBATAS Laporan
    PEMBATAS Laporan
    Dokumen4 halaman
    PEMBATAS Laporan
    Putri Ferina Aprilia Syaferi
    Belum ada peringkat
  • (04111004012) Pattrisha Rae
    (04111004012) Pattrisha Rae
    Dokumen8 halaman
    (04111004012) Pattrisha Rae
    Putri Ferina Aprilia Syaferi
    Belum ada peringkat
  • Candida
    Candida
    Dokumen4 halaman
    Candida
    Putri Ferina Aprilia Syaferi
    Belum ada peringkat
  • Cover Laporan Om
    Cover Laporan Om
    Dokumen1 halaman
    Cover Laporan Om
    Putri Ferina Aprilia Syaferi
    Belum ada peringkat
  • PEMBATAS Laporan
    PEMBATAS Laporan
    Dokumen4 halaman
    PEMBATAS Laporan
    Putri Ferina Aprilia Syaferi
    Belum ada peringkat
  • Halaman Depan
    Halaman Depan
    Dokumen1 halaman
    Halaman Depan
    Putri Ferina Aprilia Syaferi
    Belum ada peringkat
  • PEMBATAS Laporan
    PEMBATAS Laporan
    Dokumen4 halaman
    PEMBATAS Laporan
    Putri Ferina Aprilia Syaferi
    Belum ada peringkat
  • Laporan Oral Medicine
    Laporan Oral Medicine
    Dokumen1 halaman
    Laporan Oral Medicine
    Putri Ferina Aprilia Syaferi
    Belum ada peringkat
  • Ilmu Kesehatan Masyarakat
    Ilmu Kesehatan Masyarakat
    Dokumen19 halaman
    Ilmu Kesehatan Masyarakat
    Putri Ferina Aprilia Syaferi
    Belum ada peringkat
  • Soal UTS FKG
    Soal UTS FKG
    Dokumen8 halaman
    Soal UTS FKG
    Putri Ferina Aprilia Syaferi
    Belum ada peringkat
  • Lembar Pengesahan
    Lembar Pengesahan
    Dokumen2 halaman
    Lembar Pengesahan
    Putri Ferina Aprilia Syaferi
    Belum ada peringkat
  • Gingival Fibromatosis Keturunan
    Gingival Fibromatosis Keturunan
    Dokumen4 halaman
    Gingival Fibromatosis Keturunan
    Putri Ferina Aprilia Syaferi
    Belum ada peringkat
  • Lembar Pengesahan
    Lembar Pengesahan
    Dokumen2 halaman
    Lembar Pengesahan
    Putri Ferina Aprilia Syaferi
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen1 halaman
    Bab I
    Putri Ferina Aprilia Syaferi
    Belum ada peringkat
  • Lembar Pengesahan
    Lembar Pengesahan
    Dokumen2 halaman
    Lembar Pengesahan
    Putri Ferina Aprilia Syaferi
    Belum ada peringkat