OLEH :
BAB I
PENDAHULUAN
Abses merupakan salah satu respon tubuh terhadap adanya infeksi. Abses adalah infeksi yang
terlokalisir, manifestasinya berupa peradangan, pembengkakan yang nyeri jika ditekan, atau kerusakan
jaringan setempat. Abses biasanya memiliki ukuran kecil dan terbatas, berfluktuasi, berwarna merah
didaerah sekitarnya, membulat, mengkilap, dan terjadi peningkatan suhu disekitar daerah infeksi. Abses
odontogenic digolongkan menjadi akut dan kronis. Pada abses akut ditandai oleh pembengkakan jaringan
gingival yang berbentuk bulat/oval, menimbulkan rasa nyeri, berwarna merah, edematous, halus, dan
kadang-kadang dapat disertai dengan demam dan limfadenopati regional. Abses kronik terbentuk setelah
penyebaran infeksi dapat dikendalikan oleh drainase spontan, respon hospes, ataupun terapi sehingga
biasanya tidak menimbulkan rasa nyeri atau hanya menimbulkan rasa nyeri tumpul tanpa keterlibatan
sistemik dan limfadenopati regional.
BAB II
ISI
Abses odontogenik merupakan suatu proses infeksi yang terjadi pada daerah periapikal dan
jaringan periodontal. Karies, penyakit periodontal dan pulpitis merupakan awal dari abses odontogenik
dan dapat menyebar dari gigi ke prossesus alveolaris, jaringan yang lebih dalam dari muka, rongga mulut,
kepala, dan leher.
Abses odontogenik adalah terkumpulnya pus pada gigi atau struktur didekatnya dan terjadi pada
jaringan di sekitar area inflamasi. Abses odontogenik digolongkan menjadi akut dan kronis.
Abses akut umumnya berupa eksaserbasi lesi periodontal inflamasi kronis, namun bisa juga
dikarenakan
penyebaran infeksi dari ruang pulpa kea rah periapikal. Abses akut ditandai oleh
pembengkakan jaringan gingival yang berbentuk bulat/oval, menimbulkan rasa nyeri, berwarna merah,
edematous, halus dan kadang-kadang dapat disertai dengan demam dan limfadenopati regional. Factorfaktor yang mempengaruhinya antara lain tingginya jumlah dan kemampuan virulensi bakteri yang ada,
dikombinasikan dengan penurunan resistensi jaringan dan kurangnya drainase spontan. Drainase tersebut
dapat dihambat oleh morfologi saku periodontal yang dalam, debris, atau epithelium dari saku yang
susunannya padat sehingga menyumbat orifisium saku. Eksudat dapat dikeluarkan menggunakan tekanan
ringan.
Abses kronis terbentuk setelah penyebaran infeksi dapatdikendalikan oleh drainase spontan,
respon hospes, ataupun terapi. Jika homeostatis antara hospes dan infeksi tercapai, pasien hanya memiliki
sedikit gejala maupun tidak ada gejala sama sekali, namun dapat juga terdapat nyeri tumpul, hal ini
disebabkan oleh tanda-tanda klinis berupa poket periodontal, inflamasi, dan saluran fistula.
Abses kronis
Tidak menimbulkan rasa nyeri
Eksudasi
Posisi gigi
Eksudasi
Gigi terangkat dari soket dan
Limfadenopati
Keterlibatan sistemik
terdapat mobilitas
Regional
Peningkatan suhu tubuh
Tidak ada
Tidak ada keterlibatan sistemik
Rasa sakit
Etiologi
Flora normal rongga mulut terdiri dari bakteri gram positif dan gram negative (aerob dan
anaerob). Kebanyakan infeksi yang berasal dari rongga mulut bersifat campuran (polimikrobial).
Umumnya terdiri dari dua kelompok mikroorganisme atau lebih. Infeksi tahap awal bisa dimulai oleh
bakteri aerob sedangkan bakteri anaerob baru berperan pada infeksi yang sudah lanjut. Streptococci
aerob dan anaerob, Bacteroides, fusobacterium,Ekinella, dan flora gabungan aerob dab anaerob
merupakan organism yang banyak ditemukan pada infeksi odontogenik termasuk pada pasien yang sehat
Bakteri anaerob yang ditemukan pada pemeriksaan sebagai penebab infeksi odontogenik adalah
coccus gram positif anaerob (peptococcus, peptostreptococcus, ruminococcus dan sarcina), coccus gram
negative anaerob (veilnella, acidaminococcus, dan megasphera), batang gram negative anaerob
(eubacterium, actinomyces, propionibacterium, Bifidobacterium, lactobacillus dan arachnia) dan batang
gram positif anaerob (bacteroides, Fusobacterium,Leptotrichia dan selemonas).
Sebagai petunjuk klinis adanya peran bakteri anaerob yaitu adanya eksudat berbau busuk ,
jaringan nekrosis disertai adanya gas, kresipitasi subkutan atau jaringan berubah warna menjadi hitam
atau gangrene, pembentukan pseudomembran, tampak infeksi dekat atau ada hubungannya dengan
orofaring.
Penyebab umum abses odontogenik ini adalah kesehatan mulut yang buruk, tehnik pembersihan
mulut yang salah, dan trauma pada rongga mulut. Kondisi medis yang buruk seperti kelainan autoimun
(sjogrens syndrome) atau kondisi dengan system imun yang buruk seperti diabetes, setalah radiasi atau
setelah kemoterapi dapat menjadi factor predisposisi terjadinya abses.
Gambaran klinis
Suatu abses adalah infeksi yang terlokalisir, manifestasinya berupa peradangan , pembengkakan
yang nyeri jika ditekan, atau kerusakan jaringan setempat. Abses ini memiliki ukuran kecil dan terbatas,
berfluktuasi, berwarna merah didaerah sekitarnya, membulat, mengkilap, dan terjadi peningkatan suhu di
sekitar daerah sekitar.
Ukuran abses periapikal dimulai dari diameter 1cm sampai cukup besarhingga dapat menutupi
vestibulum. Abses ginggiva terlihat sebagai suatu pembengkakan yang terlokalisir yang besar dan
pergeseran papilla interdental yang jelas. Abses perikoronal terlihat sebagai pembengkakan yang terjadi di
atas gingival yang menutupi gigi yang erupsi sebagian.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiografi dapat membantu melihat adanya karies, restorasi yang tidak baik,
perawatan saluran akar sebelumnya, resorbsi akar, fraktur akar, radiolusen pada periapikal, pelebaran
ruang ligament periodontal, dan kehilangan tulang alveolar.
Pemeriksaan radiografi yang dapat dilakukan sebagai pemeriksaan penunjang yaitu radogafi
periapikal, bitewing, panoramic, dan oklusal. Pada keadaan abses terlihat gambaran radiolusen yang difus
pada daerah sekitar gigi.
Abses Periapikal
Abses periapikal sering juga disebut abses dento-alveolar, terjadi di daerah periapikal gigi
yang sudah mengalami kematian dan terjadi keadaan eksaserbasi akut. Mungkin terjadi segera setelah
kerusakan jaringan pulpa atau setelah periode laten yang tiba-tiba menjadi infeksi akut dengan gejala
inflamasi, pembengkakan, dan demam. Mikroba penyebab infeksi umumnya berasal dari pulpa, tetapi
juga bias berasal sistemik (bakterimia).
2.
Abses
periodontal
disebabkan
oleh
kerusakan
ligament
periodonsium
sehingga
f.
j.
penekanan.
Abses Spasium Submandibula
Spasium ini terletak dibagian bawah m.mylohioid yang memisahkannya dari spasium
sublingual. Lokasi ini dibawah dan medial bagian belakang mandibula. Dibatasi oleh
m.hioglosus dan m. digastrikus dan bagian posterior oleh m. pterigoid eksternus. Berisi
kelenjar ludah submandibula yang meluas ke dalam spasium sublingual. Juga berisi kelenjar
limfe submaksila. Pada bagian luar ditutup oleh fasia superficial yang tipis dan ditembus oleh
arteri submaksilaris eksterna.
Infeksi pada spasium ini dapat berasal dari abses dentoalveolar, abses periodontal, dan
perikoronitis yang berasal dari gigi premolar atau molar mandibula
k. Abses Sublingual
Spasium sublingual dari garis median oleh fasia yang tebal, terletak diatas m.milohioid, dan
bagian medial dibatasi oleh m.genioglossus dan lateral oleh permukaan lingual mandibula.
Gejala klinis ditandai dengan pembengkakan dasar mulut dan lidah terangkat, bergeser ke sisi
normal. Kelenjar sublingual akan tampak menonjol karena terdesak oleh akumulasi pus
l.
pembedahan atau infeksi mediastinum yang disebabkan oleh peradangan purulen akut
jaringan ikat. Secara klinis, trakea dan kerongkongan yang disebabkan oleh perforasi
traumatic, esophagus anastomotic fistula. Komplikasi patologis yang disebabkan oleh trauma
atau operasi trakea atau kerongkongan, gas dan zat inflamasi kedalam mediastinum jaringan
ikat longgar dan menyebar ke seluruh jaringan ikat longgar sepanjang mediastinum, dan
akhirnya mediastinum.
Ketika pembentukan nanah abses mediastinum dapat dipecah kedalam rongga pleura dan
empiema nanah pneumotoraks, gas dapat mencapai tubuh sepanjang jaringan ikat longgar
pembentukan subkutan emphysema. Abses mediastinum sering rumit oleh infeksi dari lobus
kanan atas.
Diagnosis
Untuk mengetahui penyebab abses dan menentukan rencana perawatan yang tepat, dibutuhkan
diganosi banding antara bases periodontal dan abses periapikal.
Abses periapikal
Abses periodontal
Etiologi
Penyakit peridontal
Saku periodontal
dengan
yang dangkal
angular
kehilangan
tulang
periodontal
dan
radiolusen furkasi
Vitalitas gigi
Non vital
Pembengkakan
dengan
vital
terlokalisir
pembentukan
saluran
Pembengkakan
melibatkan
jaringan
umumnya
gingiva,
fistula
Terapi
Prinsip utama terapi abses odontogenik adalah melakukan pembedahan drainase dan menghilangkan
penyebab dari infeksi. Tujuan utamanya adalah menghilangkan pulpa nekrotik dan saku periodontal yang
dalam. Tujuan yang kedua adalah menghilangkan pus dan nekrotik debris. Pada perawatan abses
periapikal, prinsip pertamanya yaitu membersihkan ruang pulpa dengan melakukan perawatan
endodontic, yang selanjutnya melakukan insisi dan drainase.. bila abses sudah fluktuan dan menonjol,
harus dilakukan drainase. Bila ada kerusakan tulang yang cukup parah, maka gigi perlu dicabut. Bila gigi
dapat dipertahankan , dapat dilakukan pembuatan flap dan cacat tulang yang berhubungan dengan abses
dikuret
Komplikasi
Komplikasi abses odontogenik dapat menyebabkan kehilangan gigi, penyebaran abses ke jaringan
lunak, penyebaran abses ke tulang rahang dan penyebaran ke area lain dari tubuh.
Abses odontogenik dapat berkembang ke ruang fasial. Proses pengikisan pada infeksi dapat
menyebabkan tulang menjadi tipis hingga menyebabkan tulang menjadi tipis hingga mengakibatkan
infeksi pada jaringan sekitar. Kebanyakan infeksi odontogenik menembus tulang hingga mengakibatkan
abses vestibular, dan terkadang dapat pula langsung mengikis spasia wajah dan mengakibatkan infeksi
spasia wajah. Abses odontogenik yang opaling sering berlanjut menjadi infeksi spasia wajah adalah
komplikasi dari abses periapikal. Pus yang mengandung bakteri pada abses periapikal akan berusaha
keluar dari apeks gigi, menembus tulang, dan akhirnya ke jaringan sekitarnya, salah satunya adalah spasia
wajah.
Abses odontogenik pada jaringan lunak pada maksilla dapat berkembang menjadi abses bibir
atas, abses fossa kaninus, abses ruang bukal, abses ruang infratemporal dan abses submasseter. Sedangkan
pada mandibulla dapat berkembang menjadi abses ruang submandibullar, abses ruang sublingual, abses
ruang submental, abses ruang para pharyngeal, abses ruang parotid, dan ludwings angina.
BAB III
PENUTUP
Abses adalah infeksi akut yang terlokalisir pada rongga yang berdinding tebal, manifestasinya
berupa peradangan, pembengkakan yang nyeri jika ditekan, dan kerusakan jaringan setempat. Komplikasi
abses odontogen dapat menyebabkan masalah yang lebih berat dan kematian. Prinsip utama terapi abses
adalah melakukan pembedahan drainase dan menghilangkan penyebab dari infeksi.