STATUS PENDERITA
I.
Identifikasi Penderita
Nama
: Ny. RL
Usia
: 42 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status Perkawinan
: Bercerai
Suku / Bangsa
: Jawa
Pendidikan
: Tidak Sekolah
Pekerjaan
Agama
: Islam
Alamat
Rimau
Datang ke RS
Cara ke RS
: Diantar keluarga
RS.
dr.
Ernaldi
Bahar
Riwayat Psikiatri
Riwayat psikiatri diperoleh dari:
1. Autoanamesiss
a. Selasa, 7 November 2012
b. Sabtu, 10 November 2012
c. Selasa, 13 November 2012
d. Sabtu, 15 November 2012
2. Alloanamnesis ( Adi, 20 tahun, anak pasien)
a. Selasa, 7 November 2012
b. Sabtu, 15 November 2012.
A. Sebab Utama
1
pasien untuk keluar rumah. Pasien juga sering terlihat berbicara sendiri
seakan-akan ada teman yang mengajaknya mengobrol. Suatu hari, pasien
nampak marah-marah dan mengoceh-ngoceh meminta cerai pada suami,
kemudian oleh suami dikabulkannya permintaan cerai tersebut karena suami
sudah lelah dituduh selingkuh terus, kemudian oleh suami diceraikanmya
Talak 1 pasien tersebut.
Sejak 1 bulan yang lalu pasien pergi sendiri dari rumah, pasien pergi ke
sungai lilin, kerumah adiknya. Di sungai lilin, pasien sering pergi ke luar
rumah, mencari rumah yang baru, kemudian dia ingin membeli rumah
seharga 800 juta rupiah, dan akan menjual rumah lamanya yang padahal
harga rumah lamanya tidak sesuai dengan rumah yang ingin ia beli, dan
pasien merasa punya uang banyak.
Sejak 1 minggu SMRS, pasien jadi semakin mengoceh-ngoceh tentang
mantan suami dan anak-anaknya yang sudah tidak perduli lagi pada nya,
pasien juga sering keluar rumah sendiri dan tidak pulang-pulang ke pulau
rimau, akhirnya pasien dijemput di Sungai Lilin dan akhirnya keluarga
memutuskan membawa pasien ke RS ERBA Palembang.
Kurang lebih 1 minggu selama di rawat di RSJ ERBA Palembang, pasien
berubah curiga bahwa sekarang mantan suami pasien sudah beristri lagi,
anak-anak tidak menjenguknya karena sudah lupa pada dirinya, dan anakanak lebih sayang pada ibu yang baru, pasien menyangkal bahwa ia sakit.
Pasien juga curiga bahwa tas dan telpon genggamnya di ambil oleh orang
yang mengikat tangan dan kakinya sewaktu baru datang di kamar inapnya di
rumah sakit ini.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat trauma kepala (-)
- Riwayat kejang/ epilepsi (-)
- Riwayat alergi obat (-)
-Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif :
Riwayat penggunaan Zat Psikoaktif disangkal.
- Riwayat Penyakit Sistemik :
Riwayat DM (-)
d. Agama
Pasien beragama islam dan semenjak pasien sakit, pasien sudah
jarang solat.
e. Aktivitas sosial
Menurut anak pasien, pasien adalah seorang ibu rumah tangga,
lebih banyak mengurus rumah.
f. Riwayat keluarga
Pasien merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara, memiliki
2orang kakak dan satu orang adik perempuan. Terdapat anggota
keluarga pasien yang memiliki gangguan jiwa yang sama, yaitu
ayah pasien.
: Appropriate
Keserasian
C. Pembicaraan
Bicara lancar, spontan, jumlah cukup, volume suara naik-turun, intonasi
cukup, artikulasi jelas dan isi pembicaraan kadang tidak dapat
dimengerti.
D. Gangguan Persepsi
Dari hasil wawancara :
-
E. Pikiran
Bentuk pikiran
1. Produktivitas : Pikiran yang cepat dan menjawab dengan cepat.
2. Kontinuitas
: asosiasi longgar.
Daya ingat
Jangka Panjang :
Tilikan
Derajat 1, pasien menyangkal menderita penyakit.
I. Reliabilitas
Secara
umum,
dapat
dipercaya
baik
alloananmnesis
maupun
autoanamnesis.
IV.
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Status Gizi
: terlihat cukup
TD
: 110/70 mmHg
Pulse
: 94x/menit
RR
: 20x/menit
Suhu
: Aferbis
Mata
Cor
Pulmo
Abdomen
Ekstrimitas
Kulit
B. Status Neurologis
GCS 15
-
: Negatif
V.
Motorik
: 5/5/5/5
Sensorik
: Baik
Refleks fisiologis
: normal
Refleks patologis
perempuan berusia 42 tahun, agama islam, suku Jawa, pekerjaan ibu rumah
tangga, status bercerai. Pasien dirawat dengan keluhan sering mengoceh dan
marah-marah, dan mudah curiga.
Pada pemeriksaan status mental pada tanggal 8 November 2012 didapatkan
seseorang perempuan , penampilan sesuai dengan usia, berbadan kurus, perawatan
diri cukup. Perilaku dan aktivitas psikomotorik pasien selama wawancara pasien
duduk dengan gelisah di kursi. Kontak mata pasien dengan pemeriksa kurang,
emosinya tidak terkendali. Sikap terhadap pemeriksa, pasien kurang kooperatif
dalam bercerita dan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pemeriksa. Pasien
menolak untuk wawancara yang lebih lanjut. Pasien menyangkal bila ia sakit.
Mood irritable, afek appropriate, pembicaraan dengan afek sesuai. Pada gangguan
persepsi ditemukan halusinasi visual dan auditorik. Bentuk pikiran non realistik,
10
isi pikir waham curiga , waham kebesaran dan waham kejar, dengan proses isi
pikir asosiasi longgar, RTA terganggu dengan tilikan derajat satu. Pada
pemeriksaan fisik Interna dan pemeriksaan yang lain tidak ditemukan kelainan.
VI.
Formulasi Diagnosis
Aksis I :
Berdasarkan anamnesis, riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan,
pada pasien ini ditemukan adanya pola perilaku, pikiran, dan perasaan yang
secara klinis bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan
hendaya (disability) dalam fungsi pekerjaan dan sosial. Dengan demikian
berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami
suatu gangguan jiwa.
Selain itu, berdasarkan anamnesis riwayat penyakit medis, pasien
tidak pernah mengalami trauma kepala atau penyakit lainnya yang secara
fisiologis dapat menimbulkan disfungsi otak sebelum menunjukkan gejala
gangguan jiwa. Oleh karenanya, gangguan mental organik dapat
disingkirkan (F00-09). Pada pasien tidak didapatkan riwayat penggunaan
alkohol atau zat psikoaktif sebelum timbul gejala penyakit yang
menyebabkan perubahan fisiologis otak, sehingga kemungkinan adanya
gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif
dapat
disingkirkan (F10-19).
Pada pasien terdapat adanya gangguan dalam penilaian realita karena
adanya psikopatologi gangguan persepsi yaitu halusinasi auditorik dan
visual. Gangguan isi pikir yaitu waham curiga, waham kebesaran dan
waham kejar. Juga tidak pernah mengalami perasaan sedih atau senang yang
berlebihan dan menetap dalam periode tertentu. Gejala tersebut dialami
pasien selama kurang lebih dari 6 bulan, sehingga dapat digolongkan
kedalam gangguan psikotik kelompok skizofrenia (F20), maka berdasarkan
PPDGJ III ditegakkan diagnosis untuk aksis I adalah Skizofrenia
Paranoid (F20.00).
Aksis II
11
kelainan.
Aksis IV
Pada pasien untuk aksis IV yaitu Masalah support primary group
Aksis V
GAF pada saat ini adalah 70-61, adanya beberapa gejala ringan dan
menetap dan diabilitas ringan, misalnya pekerjaan, hubungan dengan
keluarga dan proses pikir.
VII.
Diagnosis Multiaksial
Aksis I
Aksis II
Aksis III
Aksis IV
Aksis V
Mood
: Irritable
Afek
: Appropriate
Keserasian
: Sesuai
Isi pikir
12
RTA
: Terganggu
Tilikan
: Derajat 1
gejala-
X.
Prognosis
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad Sanationam
: dubia ad bonam
Ad Fungsionam
: dubia ad bonam
Rencana Terapi
A. Psikofarmaka
Risperidone 2 x 2 mg
B. Psikoterapi
bahwa
13
XI.
Pandangan Islam
Islam juga menganjurkan umatnya untuk berobat dan mendatangi dokter
spesialis. Hal ini tercermin dari nasihat Rasulullah kepada Saad bin Abi Waqash
ketika menderita sakit untuk mendatangkan seorang dokter Arab, yaitu Al-Harist
bin Kaldah. Nabi kemudian berkata kepada Saad bin Abi Waqash:
Sesunggunya engkau terkena penyakit, maka datangkanlah Al-Harist bin
Kaldah, saudara bani Tsaqif, karen dia sesungguhnya dokter yang pandai memilih
pengobatan (HR. Abu Daud).
14
BAB II
DISKUSI
Diagnosis skizofrenia paranoid ditegakkan atas dasar adanya gangguan
persepsi halusinasi auditorik dan visual serta gangguan isi pikir berupa waham
curiga dan waham kejar, hal ini telah berlangsung sekitar 6 bulan yang lalu.
Pengobatan pada pasien ini dipilih risperidone dengan dosis awal 2 mg
diberikan 2 kali perhari. Karena risperidon merupakan obat antipsikotik atipikal
dengan efek samping yang minimal.
Indikasi pemberiannya adalah terapi pada skizofrenia akut dan kronik serta
pada kondisi psikosis yang lain, dengan gejala-gejala tambahan (seperti;
halusinasi, delusi, gangguan pola pikir, kecurigaan dan rasa permusuhan) dan atau
dengan gejala-gejala negatif yang terlihat nyata (seperti; blunted affect, menarik
diri dari lingkungan sosial dan emosional, sulit berbicara). Juga mengurangi gejala
afektif (seperti; depresi, perasaan bersalah dan cemas) yang berhubungan dengan
skizofrenia. Aktivitas antipsikosis diperkirakan melalui hambatan terhadap
reseptor serotonin dan dopamine.
Pemberian obat-obatan antipsikotik diberikan dari dosis terkecil yang
menimbulkan efek terapeutik, dalam hal ini pemberian Risperidone yaitu :
2 mg/hari, 1-2 x sehari, jika belum ada perbaikan, dinaikkan menjadi
4 mg/hari, 1-2 x sehari, jika belum ada perbaikan, dinaikkan menjadi
6 mg/hari, 1-2 x sehari. Dosis umum Risperidon adalah 3-6 mg per hari.
Trihexylphenidil diberikan apabila terjadi efek samping ekstrapiramidal.
Semua antagonis reseptor dopamin berkaitan dengan efek samping ekstra
piramidal. Hal ini disebabkan karena berkurangnya aktivitas dopamin pada
ganglia basalis, yang diakibatkan karena afinitasnya terhadap reseptor D2.
Selain menggunakan terapi psikofarmaka, pasien juga ditunjang dengan
psikoterapi. Psikoterapi suportif berujuan agar pasien merasa aman, diterima, dan
dilindungi. Psikoterapi suportif dapat diberikan pada pasien yang mengalami
15
16
TABEL FOLLOW UP
Selasa, 7ovember
2012
Merlopam 2 x 1 mg
Trihexipenidil 2 x 2 mg
Senin, 22 Oktober
2012
Selasa, 23 Oktober
2012
Rabu, 24 Oktober
2012
18
DAFTAR PUSTAKA
1
DIAGRAM
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
19
Pergi
kerumah adikn
Sering keluar r
Pergi keluar ru
Masih sering m