Anda di halaman 1dari 20

BAB I

STATUS PENDERITA
I.

Identifikasi Penderita
Nama

: Ny. RL

Usia

: 42 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Status Perkawinan

: Bercerai

Suku / Bangsa

: Jawa

Pendidikan

: Tidak Sekolah

Pekerjaan

: Ibu Rumah tangga

Agama

: Islam

Alamat

: Jl. Kapten Abdullah, Lr. Perguruan Rt 34, Pulau

Rimau
Datang ke RS

: Selasa, 7 November 2012, pukul 11.00 wib.

Cara ke RS

: Diantar keluarga

Tempat Pemeriksaan : Poli klinik

RS.

dr.

Ernaldi

Bahar

Palembang dan di bangsal Kenanga RS. dr. Ernaldi


Bahar Palembang.
II.

Riwayat Psikiatri
Riwayat psikiatri diperoleh dari:
1. Autoanamesiss
a. Selasa, 7 November 2012
b. Sabtu, 10 November 2012
c. Selasa, 13 November 2012
d. Sabtu, 15 November 2012
2. Alloanamnesis ( Adi, 20 tahun, anak pasien)
a. Selasa, 7 November 2012
b. Sabtu, 15 November 2012.

A. Sebab Utama
1

Pasien sering mengoceh-ngoceh sendiri dan mudah curiga


B. Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak kurang lebih 6 bulan yang lalu, penderita sering mengoceh-ngoceh.
Pasien sering cemburu pada suaminya sejak salah seorang tetangga yang
baru pindah dan bertandang kerumah dan saat itu sedang ada suami pasien
dirumah. Pasien sering curiga terutama pada suaminya, pasien sering
mengoceh terutama tentang suaminya yang selingkuh dan sudah punya
perempuan idaman lain. Kemudian pasien merasa ada bisikan-bisikan yaitu
suara tetangga yang mengatakan pada dirinya

bahwa suaminya sudah

punyak anak dengan wanita tersebut. Sebelumnya wanita yang dicemburui


itu membawa anaknya bertandang kerumah bersama suami wanita tersebut.
Biasanya pada malam hari pasien tidak dapat tidur kemudian ia akan jalan
mondar-mandir di dalam rumahnya atau di halaman rumahnya. Namun
pasien masih dapat mengurus diri. Pasien sering marah-marah juga pada
tetangga yang lain, karena ia merasa tetangga sering mengolok-ngolok
dirinya stres. Os merasa orang-orang disekitarnya tidak menyukai
perilakunya tersebut. Sebelumnya pasien pernah di bawa berobat ke dukun
oleh suaminya, namun oleh penderita ditanggapinya bahwa setiap dukun
datang selalu ada wanita yang dicemburuinya itu yang juga ikut untuk
mengguna-gunainya. Pasien pernah dibawa berobat ke dokter saraf, namun
setiap meminum obat tersebut os merasa jantungnya seperti terbakar dan
sakit, kemudian oleh Os obat dibuang dan di bakarnya,
Sejak 3 bulan yang lalu, pasien sering mendengar suara tawon dan
merasa melihat tawon akan mengejarnya pasien, pasien nampak ketakutan
juga berteriak-teriak meminta-minta tolong, padahal menurut keluarga
tawon itu tidak ada. Menurut anak pasien, pasien juga tidak mau solat,
pasien mengaku takut dengan mukena yang berwarna putih, karena warna
putih identik dengan warna hantu. Pasien memang memiliki rasa takut bila
mendengar isu-isu tentang hantu. Pasien jadi lebih sensitif, tanpa alasan
yang jelas pasien suka marah-marah dirumah dan menuduh orang-orang
disekitarnya termasuk anaknya

akan mengurung pasien dan melarang

pasien untuk keluar rumah. Pasien juga sering terlihat berbicara sendiri
seakan-akan ada teman yang mengajaknya mengobrol. Suatu hari, pasien
nampak marah-marah dan mengoceh-ngoceh meminta cerai pada suami,
kemudian oleh suami dikabulkannya permintaan cerai tersebut karena suami
sudah lelah dituduh selingkuh terus, kemudian oleh suami diceraikanmya
Talak 1 pasien tersebut.
Sejak 1 bulan yang lalu pasien pergi sendiri dari rumah, pasien pergi ke
sungai lilin, kerumah adiknya. Di sungai lilin, pasien sering pergi ke luar
rumah, mencari rumah yang baru, kemudian dia ingin membeli rumah
seharga 800 juta rupiah, dan akan menjual rumah lamanya yang padahal
harga rumah lamanya tidak sesuai dengan rumah yang ingin ia beli, dan
pasien merasa punya uang banyak.
Sejak 1 minggu SMRS, pasien jadi semakin mengoceh-ngoceh tentang
mantan suami dan anak-anaknya yang sudah tidak perduli lagi pada nya,
pasien juga sering keluar rumah sendiri dan tidak pulang-pulang ke pulau
rimau, akhirnya pasien dijemput di Sungai Lilin dan akhirnya keluarga
memutuskan membawa pasien ke RS ERBA Palembang.
Kurang lebih 1 minggu selama di rawat di RSJ ERBA Palembang, pasien
berubah curiga bahwa sekarang mantan suami pasien sudah beristri lagi,
anak-anak tidak menjenguknya karena sudah lupa pada dirinya, dan anakanak lebih sayang pada ibu yang baru, pasien menyangkal bahwa ia sakit.
Pasien juga curiga bahwa tas dan telpon genggamnya di ambil oleh orang
yang mengikat tangan dan kakinya sewaktu baru datang di kamar inapnya di
rumah sakit ini.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat trauma kepala (-)
- Riwayat kejang/ epilepsi (-)
- Riwayat alergi obat (-)
-Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif :
Riwayat penggunaan Zat Psikoaktif disangkal.
- Riwayat Penyakit Sistemik :

Riwayat hipertensi (-).

Riwayat tumor otak (-)

Riwayat nyeri kepala (-)

Riwayat demam lama (-)

Riwayat DM (-)

Riwayat asma (-)

D. Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Selama kehamilan tidak ada gangguan kesehatan, dilahirkan normal
saat usia kehamilan 9 bulan, dilahirkan di rumah dukun.
2. Masa Kanak-kanak (0-3 tahun)
Tumbuh kembang pasien sama dengan anak sebayanya.
3. Masa Pertengahan (3-11 tahun)
Pasien merupakan anak yang baik namun sensitif dan mudah curiga.
4. Masa Kanak Akhir dan Remaja
Pasien tumbuh seperti anak seusianya. Pasien memiliki sifat mudah
curiga, sensitif, mudah tersinggung dan kurang pemaaf.
5. Masa Dewasa
a. Riwayat pendidikan
Pasien tidak sekolah
b. Riwayat pekerjaan
Pasien hanya dirumah, sebagai ibu rumah tangga.
c. Riwayat pernikahan
Pasien menikah pada tahun 1988 dengan laki-laki pilihan sendiri.
Suami pasien adalah seorang supir, jarang di rumah, sehingga
hubungan rumah tangga kurang harmonis. Pasien dikaruniai 3
orang anak. 1 orang anak perempuan dan 2 orang anak laki-laki.
Pada bulan Agustus, pasien bercerai dengan suaminya, suaminya
mengabulkan permintaan istrinya untuk
dituduh punya selingkuhan terus.

bercerai, suami lelah

d. Agama
Pasien beragama islam dan semenjak pasien sakit, pasien sudah
jarang solat.
e. Aktivitas sosial
Menurut anak pasien, pasien adalah seorang ibu rumah tangga,
lebih banyak mengurus rumah.
f. Riwayat keluarga
Pasien merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara, memiliki
2orang kakak dan satu orang adik perempuan. Terdapat anggota
keluarga pasien yang memiliki gangguan jiwa yang sama, yaitu
ayah pasien.

: Ayah kandung pasien, 76 tahun


: Pasien , 42 tahun.
g. Situasi kehidupan sekarang
Sekarang pasien tinggal dengan adiknya. Status ekonomi
pasien menengah ke bawah.
h. Persepsi pasien tentang diri dan lingkungannya
Pasien menggambarkan dirinya sebagai seorang peremuan
biasa. Pasien berharap bisa megurus sendiri rumah tangganya dan
memelihara anak dan hartanya jauh-jauh dari mantan suami dan
istri baru mantan suaminya (pasien mengaku bahwa suami sudah
menikah lagi padahal tidak).
i. Persepsi keluarga tentang diri pasien

Anak pasien menggambarkan pasien sebagai orang yang


baik dan ramah, namun memang cenderung pemarah dan mudah
curiga serta sensitif. Anak pasien berharap pasien bisa sembuh,
karena ia berharap ibu bisa seperti dulu lagi. Menurut anak pasien,
kehidupan pasien tidak pernah merasakan kebahagaian karena
sakitnya ini.
j. Riwayat pelanggaran hukum
Pasien tidak pernah melakukan tindakan pelanggaran hukum
maupun berurusan dengan pihak berwajib.
III.

Pemeriksaan Status Mental


Pemeriksaan di lakukan pada tanggal 8 November 2012
A. Gambaran Umum :
Penampilan
Pasien berjenis perempuan berusia 42 tahun dengan penampilan
sesuai dengan usia. Pada saat wawancara pasien menggunakan
kerudung hitam, baju kaos berwarna biru dan celana dasar hitam serta
menggunakan sandal jepit berwarna hijau. Perawatan diri cukup baik.
Perilaku dan Akitivitas psikomotor
-

Selama wawancara pasien duduk dengan gelisah di kursi. Kontak


mata pasien dengan pemeriksa kurang, emosinya tidak terkendali.

Sikap terhadap pemeriksa


Pasien kurang kooperatif dalam bercerita dan menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh pemeriksa. Pasien menolak untuk wawancara yang
lebih lanjut. Pasien menyangkal bila ia sakit.
B. Mood dan afek
Mood : Irritable
Afek

: Appropriate

Keserasian

: serasi dalam hal pikiran, perasaan, dan perilaku

C. Pembicaraan
Bicara lancar, spontan, jumlah cukup, volume suara naik-turun, intonasi
cukup, artikulasi jelas dan isi pembicaraan kadang tidak dapat
dimengerti.
D. Gangguan Persepsi
Dari hasil wawancara :
-

Halusinasi Auditorik (+)

Halusinasi Visual (+)

E. Pikiran
Bentuk pikiran
1. Produktivitas : Pikiran yang cepat dan menjawab dengan cepat.
2. Kontinuitas

: asosiasi longgar.

3. Hendaya berbahasa : Tidak ada


Isi pikiran
Ditemukan waham curiga (+), waham kejar (+), waham kebesaran (+)
F. Sensorium dan kognitif
Taraf kesadaran
Compos mentis, Kesiagaan baik
Orientasi
Waktu

: Baik, pasien dapat membedakan waktu saat pagi,


siang dan malam.

Tempat: Baik, pasien mengetahui bahwa dirinya berada di


RS ERBA Palembang.
Personal

: Baik, Pasien dapat mengenali dokter pemeriksa,


koas, perawat, dan istrinya.

Daya ingat
Jangka Panjang :

Baik pasien dapat mengingat keluarga besarnya dan kisah


pernikahannya.
Jangka sedang :
Baik, pasien dapat mengingat dengan siapa ia datang dan kapan ia
datang ke RS ERBA Palembang.
Jangka pendek :
Baik, pasien dapat mengingat kemana ia pergi sebelum dibawa ke
RS ERBA Palembang.
Jangka Segera :
Baik, pasien tidak mengalami kesulitan untuk mengulang 6 angka
maju dan selanjutnya mundur.
Konsentrasi dan perhatian
Baik, pasien tidak mengalami kesalahan saat melakukan penguarangan
100-7 dan seterusnya serta mengeja kata dunia dari belakang.
Kemampuan membaca dan menulis
Pasien dapat membaca dan menulis
Kemampuan visuospasial
Baik, pasien dapat mengambarkan jam dan memperlihatkan arah jarum
panjang dan jarum pendek dengan baik.
Pikiran abstrak
Baik, pasien dapat mengartikan peribahasa sederhana yang diberikan
oleh pemeriksa Tak ada gading yang tak retak maupun peribahasa
lain.
Intelegenesia dan kemampuan informasi
Baik, pasien dapat menjawab dengan benar nama presiden RI dan
nama presiden pertama RI.
Kemampuan menolong diri sendiri
Baik, pasien masih bisa berpakaian serta masih dapat makan, minum,
dan mandi sendiri.
G. Pengendalian impuls

Selama wawancara yang pertama pasien kurang dapat mengendalikan


diri dan berperilaku. Pasien menolak diwawancarai lebih lanjut, dan
menyangkal bahwa is sakit.
H. Daya Nilai dan tilikan
Daya Nilai Sosial
Baik, pasien bersikap sopan terhadap dokter, koas, perawat dan seluruh
penghuni bangsal kenanga
Penilaian Realita
Terganggu, karena pasien kurang mampu membedakan antara hal
yang nyata dan tidak nyata.

Tilikan
Derajat 1, pasien menyangkal menderita penyakit.

I. Reliabilitas
Secara

umum,

dapat

dipercaya

baik

alloananmnesis

maupun

autoanamnesis.
IV.

Pemeriksaan Diagnosa Lebih Lanjut

Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 8 November 2012.


A. Status Interna
Keadaan Umum

: Baik

Kesadaran

: Compos Mentis

Status Gizi

: terlihat cukup

Tanda tanda vital

TD

: 110/70 mmHg

Pulse

: 94x/menit

RR

: 20x/menit

Suhu

: Aferbis

Mata

: Konjungtiva tidak anemik, Sklera tidak ikterik


Thorax

Cor

: Bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)


9

Pulmo

: Vesikuler kiri dan kanan, wheezing dan rhonki (-)

Abdomen

: Tidak ada nyeri tekan, bising usus normal

Ekstrimitas

: Akral hangat, capillary refill time <2, edema (-)

Kulit

: dalam batas normal

B. Status Neurologis
GCS 15
-

: membuka mata spontan (4)

: berbicara spontan (5)

M : gerakan sesuai perintah (6)

Tanda Rangsangan Meningeal

: Negatif

Tanda efek ekstrapiramidal

: Tidak ada tremor, bradikinesia (-),


dan rigiditas (-).

V.

Motorik

: 5/5/5/5

Sensorik

: Baik

Refleks fisiologis

: normal

Refleks patologis

: tidak ditemukan refleks patologis

Ikhtisar Penemuan Bermakna


Berdasarkan wawancara didapatkan informasi bahwa pasien seorang

perempuan berusia 42 tahun, agama islam, suku Jawa, pekerjaan ibu rumah
tangga, status bercerai. Pasien dirawat dengan keluhan sering mengoceh dan
marah-marah, dan mudah curiga.
Pada pemeriksaan status mental pada tanggal 8 November 2012 didapatkan
seseorang perempuan , penampilan sesuai dengan usia, berbadan kurus, perawatan
diri cukup. Perilaku dan aktivitas psikomotorik pasien selama wawancara pasien
duduk dengan gelisah di kursi. Kontak mata pasien dengan pemeriksa kurang,
emosinya tidak terkendali. Sikap terhadap pemeriksa, pasien kurang kooperatif
dalam bercerita dan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pemeriksa. Pasien
menolak untuk wawancara yang lebih lanjut. Pasien menyangkal bila ia sakit.
Mood irritable, afek appropriate, pembicaraan dengan afek sesuai. Pada gangguan
persepsi ditemukan halusinasi visual dan auditorik. Bentuk pikiran non realistik,

10

isi pikir waham curiga , waham kebesaran dan waham kejar, dengan proses isi
pikir asosiasi longgar, RTA terganggu dengan tilikan derajat satu. Pada
pemeriksaan fisik Interna dan pemeriksaan yang lain tidak ditemukan kelainan.

VI.

Formulasi Diagnosis
Aksis I :
Berdasarkan anamnesis, riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan,
pada pasien ini ditemukan adanya pola perilaku, pikiran, dan perasaan yang
secara klinis bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan
hendaya (disability) dalam fungsi pekerjaan dan sosial. Dengan demikian
berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami
suatu gangguan jiwa.
Selain itu, berdasarkan anamnesis riwayat penyakit medis, pasien
tidak pernah mengalami trauma kepala atau penyakit lainnya yang secara
fisiologis dapat menimbulkan disfungsi otak sebelum menunjukkan gejala
gangguan jiwa. Oleh karenanya, gangguan mental organik dapat
disingkirkan (F00-09). Pada pasien tidak didapatkan riwayat penggunaan
alkohol atau zat psikoaktif sebelum timbul gejala penyakit yang
menyebabkan perubahan fisiologis otak, sehingga kemungkinan adanya
gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif

dapat

disingkirkan (F10-19).
Pada pasien terdapat adanya gangguan dalam penilaian realita karena
adanya psikopatologi gangguan persepsi yaitu halusinasi auditorik dan
visual. Gangguan isi pikir yaitu waham curiga, waham kebesaran dan
waham kejar. Juga tidak pernah mengalami perasaan sedih atau senang yang
berlebihan dan menetap dalam periode tertentu. Gejala tersebut dialami
pasien selama kurang lebih dari 6 bulan, sehingga dapat digolongkan
kedalam gangguan psikotik kelompok skizofrenia (F20), maka berdasarkan
PPDGJ III ditegakkan diagnosis untuk aksis I adalah Skizofrenia
Paranoid (F20.00).
Aksis II

11

Pada pasien ini didapatkan informasi yang bermakna dari riwayat


premorbid, riwayat kehidupan pribadi pada masa kanak, remaja, dan dewasa
yaitu ia punya mudah curiga sehingga untuk aksis II F 60.0 Gangguan
Kepribadian paranoid.
Aksis III
Pada

pasien ini berdasarkan pemeriksaan fisik tidak ditemukan

kelainan.
Aksis IV
Pada pasien untuk aksis IV yaitu Masalah support primary group
Aksis V
GAF pada saat ini adalah 70-61, adanya beberapa gejala ringan dan
menetap dan diabilitas ringan, misalnya pekerjaan, hubungan dengan
keluarga dan proses pikir.
VII.

Diagnosis Multiaksial
Aksis I

: F20.0 Skizofrenia Paranoid (F20.00)

Aksis II

: F60.0 Gangguan Kepribadian Paranoid

Aksis III

: Tidak ada diagnosis

Aksis IV

: Masalah support primary group

Aksis V

: GAF Current 70-61


MRS GAF Scale 80-71

VIII. Daftar Masalah


A. Organobiologik
Ada faktor genetik gangguan kejiwaan (Ayah kandung pasien)
B. Psikologik

Mood

: Irritable

Afek

: Appropriate

Keserasian

: Sesuai

Gangguan Persepsi : Halusinasi auditorik (+) , halusinasi visual (+)

Isi pikir

: Waham curiga (+), waham kejar (+)

12

RTA

: Terganggu

Tilikan

: Derajat 1

C. Lingkungan dan Sosioekonomi


Kurangnya pengetahuan keluarga, mengenai penyakit pasien,

gejala-

gejalanya, faktor-faktor yang memberatkan lainnya. Selain itu, masalah lingkungan


sosial, bagaimana hubungan ia dengan para tetangganya. Sekarang pasien tinggal

dengan adiknya. Status ekonomi pasien menengah ke bawah.


IX.

X.

Prognosis

Ad vitam

: dubia ad bonam

Ad Sanationam

: dubia ad bonam

Ad Fungsionam

: dubia ad bonam

Rencana Terapi
A. Psikofarmaka
Risperidone 2 x 2 mg

B. Psikoterapi

Memberikan pengertian dan penjelasan pada pasien yang bersifat


komunikatif, edukatif dan informatif tentang keadaan pasien

bahwa

pasien harus bisa mengendalikan diri dan mau mematuhi pengobatan


demi kepentingan si pasien tersebut sehingga pasien dapat menjaga
kepatuhan minum obat, mengerti tentang gangguan yang dideritanya dan
juga menyadari bahwa ada kemungkinan bahwa keluhan-keluhan yang
dideritanya disadari oleh faktor psikologis dan dapat meminta bantuan
psikiatri pada saat pasien membutuhkannya.

Mengembalikan kepercayaan diri pasien pada fungsi optimal terutama


dalam kehidupan sosioekonomi, sehingga pasien bisa menjalani aktivitas
sehari-hari dan merawat kebersihan diri dengan baik tanpa disuruh.

13

Memberikan dukungan untuk meningkatkan rasa percaya diri individu,


perbaikan fungsi sosial, dan pencapaian kualitas hidup yang baik serta
memotivasi penderita agar tidak merasa putus asa dan semangat dalam
menjalani hidup.

Memberikan penjelasan yang bersifat komunikatif, informatif dan


edukatif mengenai penyebab penyakit pasien, gejala-gejalanya, faktorfaktor yang memberatkan, dan bagaimana cara pencegahannya. Pada
keluarga.

Sehingga keluarga bisa menerima

dan mengerti keadaan

pasien serta mendukung proses terapi dan mencegah kekambuhan.


Menjelaskan pada keluarga bahwa pasien perlu dukungan penuh, perlu
dirangkul dan di ajak berkomunikasi dengan lebih sabar lagi, jangan di
kurung maupun jangan membuat pasien merasa di kucilkan, karena hal
tersebut dapat memparah keadaan pasien.

Keluarga diharapkan mampu mengawasi kepatuhan pasien untuk kontrol


minum obat maupun kontrol berobat jika obat habis untuk memantau
perjalanan penyakit pasien dan tindak lanjut dari pengobatan yang
didapat pasien.

XI.

Pandangan Islam
Islam juga menganjurkan umatnya untuk berobat dan mendatangi dokter

spesialis. Hal ini tercermin dari nasihat Rasulullah kepada Saad bin Abi Waqash
ketika menderita sakit untuk mendatangkan seorang dokter Arab, yaitu Al-Harist
bin Kaldah. Nabi kemudian berkata kepada Saad bin Abi Waqash:
Sesunggunya engkau terkena penyakit, maka datangkanlah Al-Harist bin
Kaldah, saudara bani Tsaqif, karen dia sesungguhnya dokter yang pandai memilih
pengobatan (HR. Abu Daud).

14

BAB II
DISKUSI
Diagnosis skizofrenia paranoid ditegakkan atas dasar adanya gangguan
persepsi halusinasi auditorik dan visual serta gangguan isi pikir berupa waham
curiga dan waham kejar, hal ini telah berlangsung sekitar 6 bulan yang lalu.
Pengobatan pada pasien ini dipilih risperidone dengan dosis awal 2 mg
diberikan 2 kali perhari. Karena risperidon merupakan obat antipsikotik atipikal
dengan efek samping yang minimal.
Indikasi pemberiannya adalah terapi pada skizofrenia akut dan kronik serta
pada kondisi psikosis yang lain, dengan gejala-gejala tambahan (seperti;
halusinasi, delusi, gangguan pola pikir, kecurigaan dan rasa permusuhan) dan atau
dengan gejala-gejala negatif yang terlihat nyata (seperti; blunted affect, menarik
diri dari lingkungan sosial dan emosional, sulit berbicara). Juga mengurangi gejala
afektif (seperti; depresi, perasaan bersalah dan cemas) yang berhubungan dengan
skizofrenia. Aktivitas antipsikosis diperkirakan melalui hambatan terhadap
reseptor serotonin dan dopamine.
Pemberian obat-obatan antipsikotik diberikan dari dosis terkecil yang
menimbulkan efek terapeutik, dalam hal ini pemberian Risperidone yaitu :
2 mg/hari, 1-2 x sehari, jika belum ada perbaikan, dinaikkan menjadi
4 mg/hari, 1-2 x sehari, jika belum ada perbaikan, dinaikkan menjadi
6 mg/hari, 1-2 x sehari. Dosis umum Risperidon adalah 3-6 mg per hari.
Trihexylphenidil diberikan apabila terjadi efek samping ekstrapiramidal.
Semua antagonis reseptor dopamin berkaitan dengan efek samping ekstra
piramidal. Hal ini disebabkan karena berkurangnya aktivitas dopamin pada
ganglia basalis, yang diakibatkan karena afinitasnya terhadap reseptor D2.
Selain menggunakan terapi psikofarmaka, pasien juga ditunjang dengan
psikoterapi. Psikoterapi suportif berujuan agar pasien merasa aman, diterima, dan
dilindungi. Psikoterapi suportif dapat diberikan pada pasien yang mengalami

15

gangguan proses kognitif, gangguan dalam penilaian realita, gangguan proses


pikir, serta adanya gangguan dalam melakukan hubungan dengan orang lain.
Prognosis penderita ini adalah dubia dan gejala ini bisa berulang karena
adanya riwayat gangguan psikiatri dalam keluarga. Bila pasien taat menjalani
terapi, adanya motivasi penderita untuk sembuh, serta adanya dukungan dari
keluarga yang cukup maka akan membantu perbaikan pasien.

16

TABEL FOLLOW UP
Selasa, 7ovember
2012

KU baik, os tampak tenang, kontak (+), os bisa makan,


minum, mandi dan tidur. Waham curiga (+) Halusinasi
(+). TD = 110/70 mmHg.
Emosi : stabil
Th/ :
Inj. Lodomer 2 x 1 ampul
Inj. Valdimex 2 x 1 ampul
Risperidone 2 x 2 mg
Merlopam 2 x 1 mg
Trihexipenidil 2 x 2 mg
Rabu, 8 November KU baik, os tampak tenang, kontak (+), os bisa makan,
2012
minum, mandi dan tidur. Waham curiga (+) Halusinasi
(+)
TD = 110/70 mmHg.mmHg.
Emosi : stabil
Th/ :
Risperidone 2 x 2 mg
Merlopam 2 x 1 mg
Trihexipenidil 2 x 2 mg
Kamis, 9 November KU baik, os tampak tenang, kontak (+), os bisa makan,
2012
minum, mandi dan tidur. Halusinasi (+) TD = 110/70
mmHg.mmHg.
Emosi : stabil
Th/ :
Risperidone 2 x 2 mg
Merlopam 2 x 1 mg
Trihexipenidil 2 x 2 mg
Jumat, 10
KU baik, os tampak bingung, kontak (+), os bisa
November 2012
makan, minum, mandi dan tidur. Bisikan (+). TD =
150/80 mmHg.
Emosi : stabil
Th/ :
Risperidone 2 x 2 mg
Merlopam 2 x 1 mg
Trihexipenidil 2 x 2 mg
Sabtu, 10
KU, os tampak gelisah dan bingung, kontak (+), os
November 2012
tidak bisa mengurus diri dan tidak bisa tidur, Waham
curiga (+) Halusinasi (+). TD = 110/70 mmHg.
Emosi : stabil
Th/ :
Risperidone 2 x 2 mg
17

Merlopam 2 x 1 mg
Trihexipenidil 2 x 2 mg

Senin, 22 Oktober
2012

Selasa, 23 Oktober
2012

Rabu, 24 Oktober
2012

KU baik, kontak (+), bisa tidur, Waham curiga (+)


Halusinasi (+). TD = 110/70 mmHg.halusinasi visual
dan auditorik (+). TD 150/80 mmHg.
Emosi : stabil
Th/ :
Risperidone 2 x 2 mg
Merlopam 2 x 1 mg
Trihexipenidil 2 x 2 mg
KU, os tampak gelisah dan bingung, kontak (+), os
tidak bisa mengurus diri dan tidak bisa tidur, Waham
curiga (+) Halusinasi (-). TD = 110/70 mmHg.
Emosi : stabil
Th/ :
Risperidone 2 x 2 mg
Merlopam 2 x 1 mg
Trihexipenidil 2 x 2 mg
KU, os tampak tenang dan mau pulang, kontak (+), os
bisa mengurus diri dan bisa tidur, Waham curiga (+)
Halusinasi (-). TD = 110/70 mmHg.
Emosi : stabil
Th/ :
Risperidone 2 x 2 mg
Merlopam 2 x 1 mg
Trihexipenidil 2 x 2 mg

18

DAFTAR PUSTAKA
1

Sadock BJ and Sadock VA. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry:


Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, Lippincott Williams & Wilkins 10th
Edition. 2007.

Dadang Hawari. Alquran Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Jiwa. Jogjakarta:


PT Dhana Bhakti Prima Yasa. 2004.

Depkes RI. Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi ke-III.


Jakarta. 1993.

Jager M, Hintermayr M, Bottlender R, Strauss A, Mller HJ, Course and


outcome of first-admitted patients with acute and transient psychotic
disorders (ICD-10:F23) Focus on relapses and social adjustment, Eur Arch
Psychiatry Clin Neurosci. 2003.

Kusumanto Styonegoro, dalam Dadang Hawari. Alquran Ilmu Kedokteran


dan Kesehatan Jiwa. Jogjakarta: PT Dhana Bhakti Prima Yasa. 2004.

Mahar Mardjono dalam Dadang Hawari. Alquran Ilmu Kedokteran dan


Kesehatan Jiwa. Jogjakarta: PT Dhana Bhakti Prima Yasa. 2004.

Marneros A, Pillmann F, Haring A, Balzuweit S, Blink R, Features of acute


and transient psychotic disorders, Eur Arch Psychiatry Clin Neurosci. 2003.

Maslim Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik edisi ketiga. Penerbit


bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK- Atma Jaya. Jakarta, 2007.

Tim Psikiatri FKUI. 2005. Buku Ajar: Psikiatri. Jakarta: FK UI Press.

DIAGRAM
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT

19

Pergi
kerumah adikn
Sering keluar r
Pergi keluar ru
Masih sering m

Anda mungkin juga menyukai