Anda di halaman 1dari 20

Journal Reading

Bayi Lahir Akhir / Cukup Prematur Berada pada Peningkatan


Resiko untuk Hasil Positif pada Screening Autisme di Usia 2
Tahun

Pembimbing :
dr. H.R. Setyadi, Sp.A

Diterjemahkan oleh:
Reza Gharba Anggara
030.09.199

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


RSUD KARDINAH KOTA TEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
MARET 2015

LEMBAR PENGESAHAN

JOURNAL READING

Bayi Lahir Akhir / Cukup Prematur Berada pada Peningkatan


Resiko untuk Hasil Positif pada Screening Autisme di Usia 2
Tahun
Disusun dan diterjemahkan oleh:
Reza Gharba Anggara
030.09.199

Menyetujui:

Pembimbing,

Koordinator Kepanitraan Klinik,

dr. H.R. Setyadi, Sp.A

dr. Erna Khaeriyah

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya,
penyusun dapat menyelesaikan jurnal tentang Bayi Lahir Akhir / Cukup Prematur Berada
pada Peningkatan Resiko untuk Hasil Positif pada Screening Autisme di Usia 2 Tahun ini
tepat pada waktunya.
Jurnal ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas kepanitraan klinik bagian
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti di RSU Kardinah.
Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. H.R. Setyadi, Sp.A atas
bimbingannya dalam menyusun jurnal ini serta teman-teman dan semua pihak yang ikut
membantu dalam menyelesaikan jurnal ini sehingga dapat selesai pada waktunya.
Saya menyadari bahwa jurnal ini masih jauh dari sempurna, dan atas segala
keterbatasan yang saya miliki, maka semua saran dan kritik yang membangun akan saya
terima. Besar harapan saya semoga jurnal yang saya susun ini dapat memberikan manfaat
yang besar bagi teman-teman klinik, pembaca dan saya sendiri.
Tegal, Maret 2015

Penyusun

Bayi Lahir Akhir / Cukup Prematur Berada pada Peningkatan Resiko


untuk Hasil Positif pada Screening Autisme di Usia 2 Tahun

Alexa Guy, BSc, MRes. Sarah E. Seaton, BSc, MSc. Elaine M. Boyle, MD, PhD. Elizabeth S.
Draper, PhD. David J. Field, DM. Bradley N. Manktelow, PhD. Neil Marlow, DM, FMedSci.
Lucy K. Smith, PhD dan Samantha Johnson, PhD, CPsychol, AFBPsS.

Tujuan Untuk menilai prevalensi dari screening hasil positif menggunakan Modified
Checklist for Autism in Toddlers (M-CHAT) kuesioner dan dengan tindak lanjut berupa
wawancara pada bayi lahir akhir dan cukup prematur (LMPT; 32-36 minggu) dengan kontrol
berupa bayi lahir cukup bulan.
Desain penelitian Populasi berdasarkan studi kohort prospektif dari 1.130 LMPT dan 1.255
bayi lahir cukup bulan. Orang tua menyelesaikan kuesioner M-CHAT di usia 2 tahun. Orang
tua dari bayi dengan hasil positif pada kuesioner ditindaklanjuti dengan wawancara telepon
untuk mengklarifikasi item kuesioner yang gagal. Kuesioner M-CHAT dinilai kembali, dan
bayi diklasifikasikan sebagai positif benar atau positif palsu. Neurosensorik, kognitif, dan
perilaku hasil dinilai dengan menggunakan laporan orangtua.
Hasil Orang tua dari 634 (57%) LMPT dan 761 (62%) bayi lahir cukup bulan menyelesaikan
kuesioner M-CHAT. Bayi LMPT memiliki risiko lebih tinggi hasil positif screening kuesioner
dibandingkan dengan kontrol (14,5% vs 9,2%; risiko relatif [RR] 1,58; 95% CI 1,18, 2.11).
Setelah tindak lanjut, secara signifikan bayi LMPT lebih memiliki hasil screening positif
sejati daripada bayi kontrol (2,4% vs 0,5%; RR 4,52; 1,51, 13,56). Hal ini tetap signifikan
setelah bayi dengan gangguan neurosensorik dikeluarkan (2,0% vs 0,5%; RR 3,67; 1,19,
11,3).
Kesimpulan bayi LMPT memiliki peningkatan risiko untuk screening autis positif secara
signifikan. M-CHAT diikuti tindak lanjut wawancara sangat penting sebagai skrining untuk
gangguan spektrum autisme terutama hal ini sangat membingungkan dalam populasi
prematur. Bayi dengan hasil positif palsu beresiko untuk masalah kognitif dan perilaku (J
Pediatr 2015; 166: 269-75).

Kelahiran preterm (<37 minggu) dan berat lahir rendah (<2500 g) telah lama
diidentifikasi sebagai faktor risiko untuk spektrum autisme Gangguan Spektrum Autisme
(Autism Spectrum Disorder). Dibandingkan dengan prevalensi rata-rata 0,6% pada populasi
umum, peningkatan prevalensi ASD telah didokumentasikan di antara 4% -8% dari anak
yang lahir sangat premature (<28 minggu), ekstrim prematur (<26 minggu), atau dengan
berat lahir sangat rendah (<1000 g), dan di antara 1% -5% dari anak-anak dengan berat lahir
rendah. Meskipun bayi yang lahir terlambat dan agak prematur (LMPT; 32-36 minggu)
tercakup hingga 84% dari semua kelahiran prematur, hasil jangka panjang anak-anak ini
hanya baru-baru ini saja dipelajari. Secara khusus, studi tentang risiko ASD telah
menghasilkan hasil yang bertentangan.
Modified Checklist for Autism in Toddlers (M-CHAT) kuesioner untuk orangtua, secara
luas digunakan untuk screening adanya autisme pada masa bayi. Sampai dengan 10% dari
balita pada populasi umum memiliki screening M-CHAT positif, dengan demikian,
dianjurkan bahwa wawancara tindak lanjut dilakukan untuk meningkatkan spesifisitas.
Wawancara ini ditunjukkan untuk mengurangi tingkat screening positif dan secara substansial
meningkatkan nilai prediktif positif untuk ASD. Meskipun demikian, penelitian kohort
kelahiran prematur terbaru yang telah menggunakan M-CHAT tidak memasukkan metode
seperti ini.
Dalam studi ini, 26% dari bayi yang lahir <1500 gram, 21% dari bayi yang lahir <28
minggu, dan 41% dari mereka yang lahir <26 minggu memiliki hasil screening positif MCHAT di usia 2 tahun dengan menggunakan kuesioner saja. Layar positif palsu yang konon
menjadi sangat umum di kalangan bayi prematur mengingat tingginya prevalensi gangguan
neurosensorik, yang menghalangi anak-anak dari menampilkan perilaku yang akan dinilai.
Belum ada penelitian yang menggunakan M-CHAT kuesioner bersama dengan tindak lanjut
wawancara untuk memeriksa hasil screening positif palsu pada bayi prematur.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi prevalensi positif M-CHAT
diantara bayi LMPT. Kami berhipotesis bahwa akan ada peningkatan signifikan dari
screening M-CHAT positif pada bayi LMPT daripada bayi yang lahir cukup bulan, bahwa
screening M-CHAT positif akan tetap signifikan meningkat setelah penerapan wawancara
tindak lanjut dan setelah pengeluaran anak dengan gangguan neurosensorik, dan bahwa
tingkat screening positif palsu akan lebih tinggi pada bayi LMPT dibandingkan bayi yang
lahir cukup bulan.

Metode
Ibu dari semua bayi yang lahir pada 32-36 minggu kehamilan dari tanggal 1 September
2009 sampai 31 Desember 2010 dalam wilayah geografis di East Midlands (Inggris)
diundang untuk berpartisipasi dalam studi ini. Sebuah kelompok sampel kontrol secara acak
dari bayi yang lahir pada 37-42 minggu kehamilan juga direkrut pada periode dan wilayah
geografis yang sama. Kelahiran cukup bulan yang memenuhi syarat diidentifikasi
berdasarkan random sampling dari tanggal dan waktu kelahiran bayi dalam populasi yang
sama pada tahun sebelumnya. Ibu dari semua kehamilan ganda dengan cukup bulan diundang
untuk berperan serta. Bayi dengan kelainan kongenital mayor direkrut juga tetapi kemudian
dikeluarkan dari penelitian tersebut.
Studi ini disetujui oleh Komite Etik Pelayanan Penelitian Kesehatan Nasional
Derbyshire. Informed consent diperoleh dari ibu segera setelah melahirkan. Ibu-ibu
diwawancara di rumah sakit atau di rumah tak lama setelah dibolehkan pulang untuk
informasi tentang, demografi, faktor gaya hidup sosial, dan kesehatan antenatal. Informasi
mengenai faktor obstetrik diperoleh dari catatan dan data medis ibu, data terkait neonatal
berasal dari catatan bayi pada saat pulang. Tindak lanjut kuesioner diselesaikan oleh ibu pada
6 dan 12 bulan setelah kelahiran. Pada saat usia 2 tahun, orang tua menyelesaikan kuesioner
tentang kesehatan anak mereka dan pembangunan termasuk M-CHAT. Tindak lanjut telepon
wawancara dilakukan oleh seorang psikolog studi (AG).
M-CHAT adalah kuesioner orangtua berisi 23 pertanyaan untuk identifikasi perilaku
awal yang terkait dengan ASD di anak anak berusia 16-30 bulan. Bayi yang gagal lebih dari 2
dari 6 pertanyaan kritikal (critical fail) atau lebih dari 3 pertanyaan keseluruhan (non-critical
fail), merupakan screening positif untuk risiko ASD; critical fail memprediksi adanya ASD
dengan spesifisitas lebih besar. Dimana gagal pada 3 pertanyaan, ini diberi kode nol
(passed) dan kuesioner itu dinilai seperti biasa. Data dikeluarkan untuk anak-anak dengan >3
pertanyaan yang hilang yang hasil screeningnya negatif pada item yang telah selesai; anakanak dengan >3 pertanyaan yang hilang dengan hasil screening positif akan difollow up.
Proses screening 2 tahap yang direkomendasikan diadopsi dari M-CHAT, dimana tindak
lanjut wawancara akan melalui telefon dengan orang yang mengasuh anak yang dengan hasil
positif pada screening. Hal ini dirancang oleh penulis M-CHAT untu lebih mendapatkan
informasi detail pada setiap item yang gagal untuk memisahkan hasil positif palsu dengan
hasil yang mengindikasikan ASD, dan juga untuk menurunkan angka rata-rata positif palsu.
Wawancara ini biasanya berlangsung 5-15 menit, dan bebas digunakan untuk kepentingan
klinikal, pembelajaran, ataupun penelitian. Setelah wawancara selesai, M-CHAT akan dinilai
ulang dan anak-anak dengan hasil positif setelah follow up dikatakan positif sejati sedangkan
yang lain merupakan positif palsu.
Variabel demografi ibu termasuk usia, etnis, dan bahasa. Sebuah indeks komposit skor
sosial ekonomi (SES) dihitung dengan menggunakan 5 indeks sosial ekonomi dari ibu yaitu
dari pendidikan terakhir ibu, status pekerjaan-sosial, status tinggal bersama, kepemilikan
rumah, dan kepemilikan mobil. Dan ini dinilai dalam skala 4 poin, dan total dari skor social
ekonomi index (dengan rentang 0-12) ditentukan. Ibu kemudian dikategorikan menjadi 3
3

kelompok resiko. Resiko kecil (total SES indeks 0-2), resiko menengah (3-5), dan resiko
tinggi (>6). Para ibu ditanyakan tentang perasaan cemas dan depresi saat kehamilan, yang
mana nanti akan dibagi menjadi tidak dan agak atau sangat cemas atau tertekan. Data
obstetric dikumpulkan termasuk riwayat merokok, penggunaan obat rekreasional, infeksi saat
kehamilan, diabetes, preeclampsia, robek membrane saat sebelum persalinan, pengunaan
kortikosteroid saat kehamilan, induksi persalinan, cara melahirkan, dan antenatal Doppler.
Data-data neonatal seperti jenis kelamin, umur kehamilan, kehamilan multiple, berat badan
lahir, kecil masa kehamilan (ditentukan dengan menggunakan grafik pertumbuhan antenatal
yang dimodifikasi), alat bantu nafas, jaundice yang membutuhkan fototerapi, penggunaan
antibiotic, hipoglikemia, ultrasound kranial, penemuan dalam MRI dan status makan saat
pulang.
Data-data diatas kemudian dikumpulkan sebagai bagian dari 2 tahun penelitian yang
digunakan untuk mengeksplor karakteristik anak dengan dengan hasil positif palsu. Gerakan
bayi, komunikasi, penglihatan dan pendengaran dinilai oleh orang tua sebagai kerusakan
yang sedang atau parah dalam domain tersendiri menggunakan standard tersendiri. Orang tua
juga menyelesaikan Parents Report of Childrens Abilities Revised untuk menentukan
perkembangan kognitif dan berbahasa yang ditentukan dalam Parent Report Composite score
(rentang nilai 0-158). Skor PRC yang <49 menentukan bahwa ada kerusakan dalam kognitif.
Orang tua juga menyelesaikan Brief Infant Toddler Social Emotional Assessment, sebuah
laporan dari orang tua untuk menentukan masalah kelakuan dan kompetensi sosioemosional.
Total skor masalah (skor yang semakin tinggi mengindikasian masalah yang semakin besar)
dan total skor sosioemosional (skor yang semakin rendah mengindikasikan kompetensi yang
semakin rendah) dihitung dan dibandingkan dengan hasil yang normal untuk
mengidentifikasi anak dengan masalah perilaku (skor >75 persentil) dan kemampuan yang
tertunda (skor <15 persentil).
Analisis Statistik
Analisis dilakukan dengan menggunakan Stata v 12 (Stata Corp, College Station,
Texas). Hubungan antara karakteristik ibu dan bayi baru lahir dan yang tidak merespon 2
tahun follow-up dilaporkan sebagai relative risk (RR) dengan 95% CI. Hubungan antara bayi
LMPT dengan prevalensi hasil postif MCHAT juga dilaporkan menggunakan RR (95% CI).
Untuk mengeksplorasi factor resiko untuk hasil positif sejati dan karakteristik bayi dengan
positif palsu, variable yang bermacam-macam yang berhubungan dengan demografi,
obstetric, dan factor neonates dikuantifikasi oleh RR (95% CI) untuk variable kategori dan
sampel uji t independent digunakan untuk menurunkan perbedaan rata-rata untuk variable
kontinyu. Semua nilai P adalah 2

Hasil
Selama masa penelitian, 1130 (84%) LMPT dan 1255 (79%) dipilih bayi-bayi yang lahir
terlambat (>36 minggu). Pada usia yang kedua berbagai kuesioner didapatkan darib651
(58%) LMPT and 771 (62%) bayi yang lahir terlambat / term-born. 19 bayi diantaranya
memiliki gangguan bawaan dan 8 bayi lainnya tanpa M-CHAT kuesioner, tidak
diikutsertakan datanya. Pada sampel terakhir telah termasuk didalamnya adalah 634 (57%)
LMPT dan 761 (62%) bayi lahir terlambat. Bayi dari LMPT, 88 (14%) cukup prematur (3233 minggu) dan 548 (86%) prematur akhir. Para ibu yang tidak melengkapi kuesioner MCHAT kebanyakan merupakan ibu-ibu berusia <25 tahun, bukan kulit putih, memiliki
pengetahuan & kesehatan mental yang kurang dan ber-resiko sosial ekonomi tinggi.
Kesetaraan pada layar Positive M-chat kuesioner
Kuesioner M-CHAT telah dilengkapi oleh 24.6 bulan (kisaran 23,3-33,3 bulan) untuk bayi
LMPT dan 24.6 bulan (kisaran 23.3-30.2 bulan) untuk kontrol (P=.73). pada kuesioner itu
sendiri, proporsi yang begitu tinggi dan signifikan atas bayi LMPT memiliki hasil yang
positif dibandingkan dengan kontrol (14.5% vs 9.2%; table III) diantara 92 bayi LMPT
dengan hasil positif, 5 (5.4%) memiliki ketidaksesuaian motorik, 1 (1.1% ketidaksesuaian
daya pandang dan 3 (3.3%) ketidaksesuaian pendengaran. Secara keseluruhan, 27 (4.3%)
LMPT dan 13 (1.7%) kelahiran yang terkpntrol memiliki kesalahan yang kritis.

Kepastian dari data yang di follow up melalui telepon


Dari 162 bayi dengan hasil positif, pengasuh dari 26 tidak dapat dihubungi untuk di tindak
lanjuti, satu memilikidiagnosa klinis ASD dan telah diklasifikasilan dengan hasil positif yang
benar. Follow up data sudah dilakukan, oleh karena itu, tersedia 79 (86%) LMPT dan 58
(83%) kontrol. Wawancara telah dilakukan pada yang berusia rata-rata 29.2 bulan (kisaran
24.2-40.2 bulan) untuk bayi LMPT dan 29.2 bulan (kisaran 24.2-41.7 bulan) untuk kontrol
(P=.93). Rata-rata perbedaan usia antara penyelesaian kuesioner dan follow up wawancara
sudah 4.4 bulan (kisaran 0.0-6.7 bulan) untuk bayi LMPT dan 4.6 bulan (kisaran 0.2-17.7
bulan) untuk kontrol (P=.77).
Tidak ada perbedaan grup yang signifikan dari bayi dengan hasil kuesioner positif yang telah
di follow up.
Kesetaraan dari hasil positif benar setelah follow up
Setelah di follow up, secara signifikan proporsi yang lebih tinggi dari bayi LMPT memiliki
hasil positif (LMPT n=15 [2.4%] vs kontrol n=4 [0.5%]). Nilai dari hasil positif benar
5

swecara signifikan lebih tinggi diantara LMPT daripada bayi yang lahir terlambat (10.3% vs
7.2%) dan secara keseluruhan 12 (1.99%) LMPT dan 3 (0.4%) bayi lahor terlambat memiliki
kesalahan kritis. Dari 15 bayi LMPT dengan hasil positif benar, tidak ada yang memiliki
gangguan penglihatan ataupun gangguan pendengaran, tetapi 3 (20.0%) memiliki gangguan
motorik. Setelah memisahkan bayi dengan gangguan neurosensorik, bayi LMPT tetap
memiliki kesetaraan lebih tinggi yang signifikan dari hasil positif.
Faktor resiko untuk hasil positif benar dalam bayi LMPT
faktor resiko untuk hasil positif benar telah dieksplor dalam bayi LMPT. Telah diberikan
nomor kecil dengan hasil positif benar (n=15), signifikansi atas asosiasi dengan jumlah
variabel tidak bisa diperkirakan. Walaupun tidak ada asosiasi yang signifikan dengan faktor
yang telah bdiperkirakan, data disajikan pada tabel IV untuk tujuan deskriptif. Terutama, usia
ibu hamil diatas 35 tahun, kesehatan mental yang kurang dan tidak memberikan ASI secara
umum diasosiasikan dengan hasil positif benar.

Karakteristik bayi dengan hasil positif salah


Ada dua grup yang telah digabungkan untuk menguji karakteristik dari bayi dengan hasil
positif salah (n=118). Dibandingkan dengan bayi-bayi dengan hasil negatif, mereka dengan
hasil positif salah secara signifikan lebih memiliki sama sekali gangguan komunikasi, sikap
dan realisasi sosioemosional pada usia 2 tahun.

Diskusi
Sesuai dengan hipotesa kami, bayi-bayi LMPT secara signifikan berada pada resiko /
kecenderungan tinggi hasil positif kuesioner M-CHAT dibanding dengan bayi yg lahir
terlambat (term-born) dan ini menyisakan hasil yang signifikan setelah pengaplikasian
wawancara follow up dan setelah bayi-bayi dengan gangguan neurosensory tidak
diikutsertakan. Ada kenaikan angka dalam sekuel prematur yang telat dan prematur cukup,
kemudian studi terakhir juga menunjukan bahwa ada hasil yang berlawanan digabungkan
dengan kelahiran prematur meningkat melewati usia kehamilan 32-36 minggu.
Dengan ini kita tahu bahwa spektrum akan kelainan dapat meluas kepada resiko awal akan
perilaku yang mengindikasikan pada resiko terjadinya ASD: 2,4% pad abayi-bayi LMPT
memiliki hasil positif benar dibandingkan dengan 0,5% dari kontrol, mendekati 4.5 kali lipat
meningkatnya resiko. Tanpa mengikutsertakan bayi-bayi dengan gangguan neurosensori,
kelahiran LMPT telah digabungkan dengan 3.7kali pengingkatan resiko akan hasil positif
benar.
Untuk antisipasi, hal ini jelas lebih kecil dari 21%-41% rata-rata hasil kuesioner M-CHAT si
studi sebelumnya pada bayi-bayi terlalu prematur. Studi-studi ini tidak termasuk didalamnya
grup acuan untuk mengestimasi RR, mereka juga tidak mengikutsertakan wawancara follow
up M-CHAT. Item-item pada M-CHAT bisa jadi salah sebagaimana hasil atas ganggugan
syaraf perkembangan yang pada umunya selalu dihubungkan dengan kelahiran prematur,
masalah interpretasi item pada pengasuh yang kurang kemampuan bahasa inggrisnya, atau
karena kesalahan instruksi, perkembangan yang terlambat namun terjadi beberapa kali dapat
menjadi gejala ASD. Hasil positif salah telah meningkat ke poin ini tanpa dibandingkan
dengan grup acuan untuk menguatkan penemuan ini.
Hal ini mempelihatkan bahwa hasil positif salah M-CHAT secara signifikan lebih tinggi
diantara bayi LMPT daripada kontrol term-born dan wawancara follow up mengurangi secara
keseluruhan hasil positif untuk hasil yang signifikan dalam LMPT dibanding bayi-bayi termborn.

Penemuan ini menyajikan bukti empiris bahwa seleksi ASD secara khusus dibaurkan dengan
populasi kelahiran prematur. Efek ini cenderung akan makin terlihat dengan meningkatnya
kelahiran kurang bulan dimana usian kandungan berbanding lurus dengan keluaran untuk
8

sistem neurosensorik. Ketika hanya menggunakan M-CHAT, hasilnya harus diinterpretasikan


dengan hati-hati dan di sertai informasi klinis lainnya ketika melakukan pengujian terhadap
bayi lahir prematur.
Hasil positif M-CHAT yang signifikan untuk diagnosa ASD pada pada bayi-bayi prematur
tidak diketahui. Hal ini sepertinya menjadikan validitas prediktif menjadi lebih kecil daripada
populasi umumnya sebagaimana perilaku yang dinilai dalam M-CHAT akan
merepresentasikan perkembangan terlambat yang seringkali di asosiasikan dengan kelahiran
prematur, daripada gangguan sosio komunikatif dan perilaku khas dan berulang yang
merupakan karakteristik dari ASD. Meskipun demikian, kamitelah menguji hasil positif benar
yang mana didalamnya terdapat item M-CHAT salah telah di periksa melalui wawancara by
phone dengan tujuan membedakan ciri autistik dengan masalah perkembangan lainnya.
Sehingga, kita dapat meyakini bahwa peningkatan nilai hasil positif benar yang
diindentifikasi disini bisa menjadi indikasi akan meningkatnya resiko untuk ASD diantara
bayi-bayi lahir dengan LMPT.
Etiology akan ASD pada anak-anak prematur masih kurang dipahami. Berbagai diagnosa
yang ada menjadi ide awal dari munculnya perkembangan neuro sebagai hasil dari
penyimpangan perkembangan otak pada anak-anak prematur dan bisa juga mendasari ASD
pada anak-anak LMPT yang telah berkurang volume otaknya dan juga luka intracranial
diantara kelahiran di usia kehamilan serupa. Walupun begitu, faktor-faktor lain yang
diasosiasikan dengan kelahiran LMPT dan ASD bisa jadi berhubungan dengan hal-hal seperti
kehamilan di usia dini, induksi saat persalinan, peradangan saat perinatal dan preeclampsia.
Berdasarkan hasil jumlah bayi-bayi dengan hasil positif benar, kita tidak dapat mengambil
multivariabel analisis untuk menyesuaikan faktor-faktor yang kemungkinan membaurkan
hubungan antara ASD dan kelahiran LMPT.
Ketika kami mengeksplorasi lebih jauh menggunakan analisis variatif, tidak ada faktor yang
secara signifikan berhubungan dengan hasil positif benar. Bagaimanapun, hal ini menarik
untuk diperhatikan bahwa kehamilan usia dini (> 35yrs), kesehatan mental yang kurang baik
dan tidak memberikan asi eksklusif pada akhirnya menjadi sangat signifikan dan sebelumnya
telah dihubungkan dengan ASD pada sampel populasi dan prematur. Pada khususnya, tidak
adanya asupan ASI dapat menjadi penyebab utama akan gejala ASD pada anak prematur
ekstrim, walaupun mekanisme penyebab yang memicunya belum begitu jelas.
Tingginya nilai akan hasil positif salah tidak meniadakan kegunaan dari seleksi ASD pada
populasi prematur. Serupa dengan hasil nlaporan yang sebelumnya, kami telah menunjukan
bahwa bayi-bayi dengan hasil M-CHAT positif salah cenderung masuk dalam kelompok
beresiko kognitif dan masalah sikap di usia 2 tahun. Secara spesifik, bayi-bayi ini beresiko 3
kali lebih besar mengalami keterlambatan kompetensi sosioemosional dan ganguan tingkah
laku, sebagimana hasilnya nanti akan menjadi pemicu gangguan psikiatrik. Seleksi pada bayi
ASD bisa jadi memilki kegunaan klinis untuk mengidentifikasi kelompok anal-anak yang
beresiko, tidak hanya beresiko pada ASD, tapi di masa kedepannya juga akan berpengaruh
pada kesulitan belajar dan kesehatan mental.

Kekuatan dari penelitian ini diperlihatkan dengan besarnya jumlah koleksi data yang
disajikan, populasi berdasarkan geografis pada LMPT infants dan juga populasi kelahiran
cukup bulan. Disertakannya wawancara M-CHAT follow up merupakan kekuatan khusus dari
penelitian ini dan secara signifikan telah menjadi tambahan literatur pada penelitian ini.
Bagian kecil dari prospektif data telah dikumpulkan tentang kesehatan antenatal ibu, sosial
ekonomi dan karakteristik demografis dan proses persalinan. Bagaimanapun tetap ada
batasannya. Meratanya hasil positif pada populasi umum adalah kecil. Sebagai contoh,
walaupun memiliki 634 LMPT dan 761 bayi cukup bulan, tetap ada tidak cukup untuk
mendeteksi efek respon pada kehamilan dan untuk menginvestigasi perbedaan dalam
kelompok pada meratanya hasil positif diantara bayi-bayi LMPT. Walaupun kami
mengobservasi pada jumlah yang sedikit dari hasil positif, secara cukup kelahiran prematur
dibandingkan dengan bayi-bayi lahir telat bulan. Tetap tidak ada kemampuan yang cukup
untuk membangun hipotesa apakah hasil ini merupakan benar perbedaan atau kekeliruan
data. Ditambaha lagi, kurangnya kemampuan untuk mengevaluasi faktor pada hasil positif
benar.
Kami tidak dapt mengikutsertakan hasil asesment diagnosa dari penelitian sebelumnya dan
oleh sebab itu tidak dapat memastikan permasalahan pada hasil positif benar. Disamping
usaha yang intensif untuk memaksimalisasi nilai follow up, M-CHAT kuesioner telah
diterima pada 60%bayi-bayi yang diikutsertakan pada penelitian ini. Para ibu yang tidak
nenjadi responden lebih beresiko sosial ekonomi dan mental yang lemah dan juga kesehatan
pada umumnya. Kami sebelumnya telah melaporkan bahwa para ibu yang tidak
diikutsertakan pada penelitian ini tinggal didaerah sosial ekonomi yang lebih buruk. Faktor
ini mungkin akan berdampak pada kerataan hasil yang telah diobservasi. Misalnya, hasil
penelitian kami mungkin akan merendahkan hasil yang sebenarnya pada hasil ASD positif
dalam populasi.

10

11

12

13

DAFTAR PUSTAKA

1. Guinchat V, Thorsen P, Laurent C, Cans C, Bodeau N, Cohen D. Pre-,peri- and


neonatal risk factors for autism. Acta Obstetricia et GynecologicaScandinavica
2012;91:287-300.
2. Larsson HJ, Eaton WW, Madsen KM, Vestergaard M, Oleson AV, Agerbo E, et al.
Risk factors for Autism: perinatal factors, parental psychiatric history, and
socioeconomic status. Am J Epidemiol 2005;161:916-25.
3. Elsabbagh M, Divan G, Koh YJ, Kim YS, Kauchali S, Marcin C, et al. Global
prevalence of autism and other pervasive developmental disorders. Autism Res
2012;5:160-79.
4. Treyvaud K, Ure A, Doyle LW, Lee KJ, Rogers CE, Kidokoro H, et al. Psychiatric
outcomes at age seven for very preterm children: rates and predictors. J Child Psychol
Psychiatry 2013;54:772-9.
5. Johnson S, Hollis C, Kochhar P, Hennessy E, Wolke D, Marlow N. Autism spectrum
disorders in extremely preterm children. J Pediatr 2010;156:525-31.e2.
6. Hack M, Taylor HG, Schlichter M, Andreias L, Drotar D, Klein N. Behavioral
outcomes of extremely low birth weight children at age 8 years. J Dev Behav Pediatr
2009;30:122-30.
7. Elgen I, Sommerfelt K,Markestad T. Population based, controlled study Of behavioral
problems and psychiatric disorders in low birthweight children at 11 years of age.
Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed 2002;87:F128-32.
8. Pinto-Martin JA, Levy SE, Feldman JF, Lorenz JM, Paneth N, Whitaker AH.
Prevalence of autism spectrum disorder in adolescents born weighing <2000 grams.
Pediatrics 2011;128:883-91.
9. Indredavik MS, Vik T, Heyerdahl S, Kulseng S, Fayers P, Brubakk AM. Psychiatric
symptoms and disorders in adolescents with low birth weight. Arch Dis Child
2004;89:F445-50.
10. Shapiro-Mendoza CK, Lackritz EM. Epidemiology of late and moderate preterm
birth. Semin Fetal Neonatal Med 2012;17:120-5.
11. Moster D, Lie RT, Markestad T. Long-term medical and social consequences of
preterm birth. N Engl J Med 2008;359:262-73.
12. Schendel D, Bhasin TK. Birth weight and gestational age characteristics of children
with autism, including a comparison with other developmental disabilities. Pediatrics
2008;121:1155-64.
13. Buchmayer S, Johansson S, Johansson A, Hultman CM, Sparen P, Cnattingius S. Can
association between preterm birth and autism be explained by maternal or neonatal
morbidity? Pediatrics 2009;124:e817-25.
14. Hwang YS, Weng SF, Cho CY, Tsai WH. Higher prevalence of autism in Taiwanese
children born prematurely: a nationwide population-based study. Res Dev Disabil
2013;34:2462-8.
15. Kuzniewicz MW, Wi S, Qian Y, Walsh EM, Armstrong MA, Croen LA. Prevalence
and neonatal factors associated with autism spectrum disorders in preterm infants. J
Pediatr 2014;164:20-5.
14

16. de Jong M, Verhoeven M, van Baar AL. School outcome, cognitive functioning, and
behavior problems in moderate and late preterm children and adults: a review. Semin
Fetal Neonatal Med 2012;17:163-9.
17. Robins DL, Fein D, Barton ML, Green JA. The Modified Checklist for Autism in
Toddlers: an initial study investigating the early detection of autism and prevasive
developmental disorders. J Autism Dev Disord 2001;31:131-44.
18. Robins DL. Screening for autism spectrum disorders in primary care settings. Autism
2008;12:537-56.
19. Kleinman JM, Robins DL, Ventola PE, Pandey J, Boorstein HC, Esser EL, et al. The
Modified Checklist for Autism in Toddlers: a follow-up study investigating the early
detection of autism spectrum disorders. J Autism Dev Disord 2008;38:827-39.
20. Johnson S, Marlow N. Preterm birth and childhood psychiatric disorders. Pediatr Res
2011;69(5 Pt 2):11R-8R.
21. Limperopoulos C, Bassan H, Sullivan NR, Soul JS, Robertson RL, Moore M, et al.
Positive screening for autism in ex-preterm infants: prevalence and risk factors.
Pediatrics 2008;121:758-65.
22. Kuban KCK, OShea TM, Allred EN, Tager-Flusberg H, Goldstein DJ, Leviton A.
Positive Screening on the Modified Checklist for Autism in Toddlers (M-CHAT) in
extremely low gestational age newborns. J Pediatr 2009;154:535-40.
23. Moore T, Johnson S, Hennessy E, Marlow N. Screening for autism in extremely
preterm infants: problems in interpretation. Dev Med Child Neurol 2012;54:514-20.
24. Johnson S, Marlow N. Positive screening results on the modified checklist for autism
in toddlers: implications for very preterm populations. J Pediatr 2009;154:478-80.
25. Luyster RJ, KubanKCK,OShea TM, Paneth N, Allred EN, Leviton A, et al The
Modified Checklist for Autism in Toddlers in extremely low gestational age
newborns: individual items associated with motor, cognitive, vision and hearing
limitations. Paediatr Perinat Epidemiol 2011;25:366-76.
26. Quigley MA, Poulsen G, Boyle E, Wolke D, Field D, Alfirevic Z, et al. Early term and
late preterm birth are associated with poorer school performance at age 5 years: a
cohort study. Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed 2012;97:F167-73.
27. Robins DL. Modified Checklist for Autism in Toddlers (M-CHAT) Follow-up
Interview. 1999.
28. The Office for National Statistics. Standard Occupational Classification 2010. Volume
3. The National Statistics Socioeconomic Classification User Manual. London:
Palgrave Macmillan; 2010.
29. Gardosi J, Francis A. Gestation Network. GROW version 5.16: Gestation Network
2013.
30. British Association of Perinatal Medicine. Report of a BAPM/RCPCH Working
Group: Classification of health status at 2 years as a perinatal outcome. London:
BAPM; 2008.
31. Johnson S, Marlow N, Wolke D, Davidson L, Marston L, OHare A, et al. Validation
of a parent report measure of cognitive development in very preterm infants. Dev Med
Child Neurol 2004;46:389-97.
32. Briggs-Gowan MJ, Carter AS. BITSEA Brief Infant-Toddler Social and Emotional
Assessment. San Antonio, TX: Harcourt Assessment Inc; 2006.

15

33. Zou G. A modified poisson regression approach to prospective studies with binary
data. Am J Epidemiol 2004;159:702-6.
34. Gurka MJ, LoCasale-Crouch J, Blackman JA. Long-term cognition, achievement,
socioemotional, and behavioral development of healthy late-preterm infants. Arch
Pediatr Adolesc Med 2010;164:525-32.
35. Boyle EM, Poulsen G, Field DJ, Kurinczuk JJ, Wolke D, Alfirevic Z, et al. Effects of
gestational age at birth on health outcomes at 3 and 5 years ofage: population based
cohort study. BMJ 2012;344:e896.
36. van Baar AL, Vermaas J, Knots E, de Kleine MJK, Soons P. Functioning at school age
of moderately preterm children born at 32 to 36 weeks gestational age. Pediatrics
2009;124:251-7.
37. Kerstjens JM, de Winter AF, Bocca-Tjeertes IF, ten Vergert EM, Reijneveld SA, Bos
AF. Developmental delay in moderately pretermborn children at school entry. J
Pediatr 2011;159:92-8.
38. Stephens BE, Bann CM, Watson VE, Sheinkopf SJ, Peralta-Carcelen M, Bodnar A, et
al. Screening for autism spectrum disorders in extremely preterm infants. J Dev Behav
Pediatr 2012;33:535-41.
39. Dereu M, Roeyers H, Raymaekers R, Meirsschaut M, Warreyn P. How useful are
screening instruments for toddlers to predict outcome at age 4? General development,
language skills, and symptom severity in children with a false positive screen for
autism spectrum disorder. Eur Child Adolesc Psychiatry 2012;21:541-51.
40. Hofheimer JA, Sheinkopf SJ, Eyler LT. Autism risk in very preterm infantsnew
answers, more questions. J Pediatr 2014;164:6-8.
41. Indredavik MS, Skranes JS, Vok T, Heyerdahl S, Romundstad P, Myhr GE, et al.
Low-birth-weight adolescents: Psychiatric symptoms and cerebral MRI abnormalities.
Pediatr Neurol 2005;33:259-66.
42. Johnson S, Marlow N. Growing up after extremely preterm birth: lifespan mental
health outcomes. Semin Fetal Neonatal Med 2014;19:97-104.
43. Healy E, Reichenberg A, Nam KW, Allin MP, Walshe M, Rifkin L, et al. Preterm birth
and adolescent social functioning-alterations in emotionprocessing brain areas. J
Pediatr 2013;163:1596-604.
44. Movsas TZ, Pinto-Martin JA, Whitaker AH, Feldman JF, Lorenz JM, Korzeniewski
SJ, et al. Autismspectrumdisorder is associated with ventricular enlargement in a
lowbirth weight population. J Pediatr 2013;163:73-8.
45. Kinney HC. The near-term (late preterm) human brain and risk for periventricular
leukomalacia: a review. Semin Perinatol 2006;30:81-8.
46. Meldrum SJ, Strunk T, Currie A, Prescott SL, Simmer K, Whitehouse AJ. Autism
spectrum disorder in children born preterm-role of exposure to perinatal
inflammation. Frontiers Neurosci 2013;7:123.
47. Gregory SG, Anthopolos R, Osgood CE, Grotegut CA, Miranda ML. Association of
autism with induced or augmented childbirth in North Carolina Birth Record (19901998) and education research (1997-2007) databases. JAMA Pediatr 2013;167:95966.
48. Parner ET, Baron-Cohen S, Lauritsen MB, Jorgensen M, Schieve LA, YearginAllsopp M, et al. Parental age and autism spectrum disorders. Ann Epidemiol
2012;22:143-50.
16

49. Johnson S, Hollis C, Hennessy E, Kochhar P, Wolke D, Marlow N. Screening for


autism in preterm children: diagnostic utility of the Social Communication
Questionnaire. Arch Dis Child 2011;96:73-7.
50. Briggs-Gowan MJ, Carter AS. Social-emotional screening status in early childhood
predicts elementary school outcomes. Pediatrics 2008;121:957-62.
51. Wolke D, Sohne B, Ohrt B, Riegel K. Follow-up of preterm children: important to
document dropouts. Lancet 1995;345:447.
52. Kramer MS, Wilkins R, Goulet L, Seguin L, Lydon J, Kahn SR, et al. Investigating
socioeconomic disparities in preterm birth: evidence for selective study participation
and selection bias. Paediatr Perinat Epidemiol 2009;23:301-9.

17

Anda mungkin juga menyukai