Kejang Demam Edit
Kejang Demam Edit
DISKUSI STATUS
FAKULTAS KEDOKTERAN
FEBRUARI 2014
UNIVERSITAS HALUOLEO
KEJANG DEMAM
Oleh :
Muhammad hasbul
K1A1 09047
Pembimbing
dr. Hj . Musyawarah . Sp. A
KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien
: An. A
Umur
: 43 HARI
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Suku
: Tolaki
BBL
: 3100
PBL
: 37 cm
Masuk RS
: 11 Februari 2014
Nama Ayah
: Wandi
Pekerjaan
: Wiraswasta
Nama Ibu
: Puspa
Pekerjaan
: IRT
ANAMNESIS
Pasien datang dengan keluhan demam sejak 1 hari sebelum masuk RS. Demam
yang diawali dengan panas tinggi, dirasakan terus menerus, disertai kejang.
Kejang yang dirasakan seluruh badan dan lama kejangnya lebih kurang 10 menit
dan mengalami penurunan kesadaran setelah kejang. Kejang dialamai sebanyak 5
kali. sebelumnya pasien batuk disertai lendir, muntah sebanyak 3 kali. Muntah
yang dikeluarkan berupa air susu, tidak ada darah. BAB dan BAK dalam batas
normal. Riwayat kejang sebelumnya (-), riwayat kejang dalam keluarga (-) ,
riwayar imunisasi belum pernah.
PEMERIKSAAN FISIS
Keadaan Umum
: Sakit Sedang
Nadi
: 130x/menit
Pernapasan
: 68 x/menit
Suhu
: 38, 5
Berat Badan
: 2,4 kg
Panjang Badan
: 49 cm
Pucat
: (-)
Sianosis
: (-)
Ikhterus
: (-)
Tonus
:-
Busung/edema
: (-)
KEADAAN SPESIFIK
Kulit
Gigi
: caries : (-)
----
----
----
----
Kepala
: mesocephal
Muka
: Simetris Kiri=kanan
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
Bibir
Lidah
: tidak kotor
Sel. Mulut
Leher
DADA
PARU-PARU
Inpeksi
: simetris kiri=kanan
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: vesikuler,
Bunyi Tambahan wheezing (-), Ronkhi kasar (+)
JANTUNG
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
ABDOMEN
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Hepar
: tidak teraba
Lien
: tidak teraba
Kelenjar limfe
Alat kelamin
Alat gerak
Tasbeh
: (-)
Col.vertebralis
: Kesan normal
Refleks patologis
: (-)
Pemeriksaan Laboratorium
: (-)
RESUME
: sakit sedang
Nadi
: 130/ Menit
Pernapasan
: 68/Menit
Suhu
: 38,5c
Berat Badan
: 2,4 kg
Mata
: Cekung (+)
ABDOMEN
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Hepar
: tidak teraba
Lien
: tidak teraba
Kelenjar limfe
DIAGNOSIS KERJA
Kejang Demam + BP
PENATALAKSANAAN
IVFD D5 mg 10 tpm
Ceftriaxon 2x250 mg
Dexametaxon 3x 1/3 mg
Luminal 2x1/2 mg
Sanmol 4x3/4 cc
Stesolid rectal 5 mg (bila kejang)
Diazepam injeksi 2 cc (bila kejang)
Inhalasi combiven
A. PENDAHULUAN
Kejang demam ini merupakan gangguan kejang yang paling lazim pada
masa anak, dengan prognosis yang sangat baik secara seragam. Namun, kejang
demam dapat menandakan penyakit infeksi akut serius yang mendasari seperti
sepsis atau meningitis bakterial sehingga setiap anak harus diperiksa secara
cermat dan secara tepat diamati penyebab1.
Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering
dijumpai pada anak, terutama pada golongan umur 6 bulan sampai 4 tahun.
Hampir 3% daripada anak yang berumur dibawah umur 5 tahun pernah menderita
kejang demam.
B. DEFINISI
Kejang demam atau disebut juga febrile Convulsion adalah bangkitan
kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rekal diatas 38oC) yang
disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Terjadi pada 2-4 % anak berumur 6
bulan
sampai
5 tahun. Anak
yang
EPIDEMIOLOGI
1. Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun.
2. Insiden tertinggi pada umur 18 bulan.
3. Dari semua kasus kejang demam, sekitar 80% merupakan kejang demam
sederhana dan 20% kejang demam kompleks.
4. Kejang pertama terbanyak di usia 17-23 bulan.
D.
ETIOLOGI
Penyebab yang pasti dari terjadinya kejang demam tidak diketahui.
Kejang demam biasanya berhubungan dengan demam yang tiba-tiba tinggi dan
kebanyakan terjadi pada hari pertama anak mengalami demam.
Kejang berlangsung selama beberapa detik sampai beberapa menit.
Kejang demam cenderung ditemukan dalam satu keluarga, sehingga diduga
melibatkan faktor keturunan (faktor genetik). Kadang kejang yang berhubungan
dengan demam disebabkan oleh penyakit lain, seperti keracunan, meningitis atau
ensefalitis. (8)
Infeksi virus saluran pernapasan atas, roseola dan otitis media akut adalah
penyebab kejang demam yang paling sering.(1) Atau infeksi oleh virus herpes
manusia 6 juga sering menyebabkan kejang demam pada anak-anak. Disentri
karena Shigella juga sering menyebakan demam tinggi dan kejang demam pada
anak-anak.(8)
Beberapa hal yang merupakan faktor resiko berulangnya kejang demam adalah:
(9,10)
a. Usia < 15 bulan saat kejang demam pertama
b. Riwayat kejang demam dalam keluarga
c. Kejang demam terjadi segera setelah mulai demam atau saat suhu sudah
relatif normal
d. Riwayat demam yang sering
e. Kejang pertama adalah complex febrile seizure (kejang fokal, hanya
melibatkan salah satu bagian tubuh), berlangsung > 15 menit, dan atau
berulang dalam waktu singkat (selama demam berlangsung).
Resiko berulangnya kejang demam adalah 10% tanpa faktor resiko, 25%
dengan 1 faktor resiko, 50% dengan 2 faktor resiko, dan dapat mencapai 100%
dengan = 3 faktor resiko.(9)
E. PATOFISIOLOGI
Sel dan organ otak memerlukan suatu energy yang didapat dari
metabolisme untuk mempertahankan hidupnya. Bahan baku terpenting untuk
metabolism otak adalah glukosa. Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui
proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sifat proses ini adalah oksidasi
dimana oksigen disediakan dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan ke
otak melalui sistem kardiovaskuler.(2,7)
Sel memiliki suatu membran dengan dua permukaan yaitu permukaan
dalam dan permukaan luar oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion
natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion Klorida (Cl-). Akibatnya
konsentrasi Kalium dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi natrium rendah,
sedangkan diluar selneuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis
dan konsentrasi ion di dalam dan luar sel, maka terdapat perbedaan potensial yang
disebut potensial membrane dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan
potensial membran ini diperlukan energy dan bahan enzim Na-K-ATPase yang
terdapat pada permukaan sel.(2,7)
Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya: (2,7)
1. Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraseluler.
2. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi, atau
aliran listrik dari sekitarnya.
3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan.
Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari
seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Dan pada
kondisi demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolism
basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Jadi pada kenaikan
suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel
neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion
Natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik.
Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel
maupun ke membran sel lainnya dengan bantuan bahan yang disebut
neurotransmitter dan terjadilah kejang.(2,7)
Tiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda, ini tergantung dari
tinggi rendahnya ambang kejang seorang anak menderita kejang pada kenaikan
suhu tubuh tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, dapat terjadi
kejang pada suhu 38C, sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi
kejang baru terjadi pada suhu 40 C atau lebih. Dari kenyataan ini dapatlah
disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang
kejang yang rendah, sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada
tingkat suhu berapa penderita kejang. (2,7)
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya
dan tidak meninggalkan gejala sisa. Namun pada kejang demam yang berlangsung
lama (> 15 menit) biasanya terjadi apnea (henti nafas), meningkatnya kebutuhan
oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia,
hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi
arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin
meningkat disebabkan meningkatnya aktivitas otot dan selanjutnya menyebabkan
metabolime otak meningkat. Rangkaian kejadian di atas merupakan faktor
penyebab sehingga terjadi kerusakan neuron otak selama belangsungnya kejang
lama. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan
hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler lalu timbul edema otak
sehingga terjadi kerusakan sel neuron otak. (2,7)
Kerusakan di daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan
kejang yang berlangsung lama; dapat menjadi "matang" dikemudian hari sehingga
terjadi serangan epilepsi yang spontan. Jadi, jelaslah bahwa kejang demam yang
berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak sehingga terjadi
epilepsi. (2,7)
F. MANIFESTASI KLINIS
Terjadinya bangkitan kejang demam pada bayi dan anak kebanyakan
bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan
oleh infeksi di luar sistem saraf pusat, misalnya karena Tonsillitis, Bronchitis atau
Otitis Media Akut. Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama
sewaktu demam, berlangsung singkat, dengan sifat bangkitan kejang berbentuk
tonik, klonik, tonik-klonik, fokal atau akinetik.(11)
Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti untuk sesaat
anak tidak memberikan reaksi apapun, tetapi setelah beberapa detik atau menit
anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa ada kelainan neurologi.(11)
Ada 2 bentuk kejang demam, yaitu: (6,12)
1. Kejang Demam Sederhana (Simple Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala
klinis sebagai berikut:
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang
Pungsi Lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau
klinisnya tidak jelas. Maka tindakan pungsi lumbal dikerjakan dengan ketentuan
sebagai berikut:
Bayi kurang dari 12, diharuskan
Bayi antara 12-18 bulan, dianjurkan
Bayi > 18 bulan, tidak rutin kecuali bila ada tanda-tanda meningitis.
3.
Elektroensefalografi
Tidak direkomendasikan, kecuali pada kejang yang tidak khas (misalnya
kejang demam komplikasi pada usia > 6 tahun atau kejang demam fokal).
4.
Pencitraan
Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti Computed tomography scan (CT-
Scan) atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak
rutin dan hanya atas indikasi, seperti:
Kelainan neurologi fokal yang menetap (hemiparesis)
Paresis nervus VI
Papiledema
H. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dari kejang demam antara lain penyakit infeksi pada
sistem susunan saraf seperti meningitis,ensefalitis, dan abses otak. (6)
I. PENATALAKSANAAN
-
datang kejang sudah berhenti.Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang
paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan
intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan
kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 20
mg.(6,14)
Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau dirumah adalah
diazepam rektal, dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,7 mg/kg atau diazepam rektal
5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untukanak
dengan berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg
untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak di atas usia 3 tahun
(lihat gambar 1). (6,14)
Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat
diulangi lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan intravena waktu 5 menit.
Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke
rumah sakit. (6,14)
Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5
mg/kg. Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena
dengan dosis awal 10-20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang
dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari,
dimulai 12 jam setelah dosis awal. (6,14)
Dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat intensif
untuk diberikan anastesi umum dengan thiopental yang diberikan oleh seorang
ahli anastesi. Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung
dari jenis kejang demamnya, apakah kejang demam sederhana atau kompleks dan
faktor resikonya. (6,14)
-
orang tua cirri-ciri serangan yang relativ tidak berbahaya pada kejang demam dan
mengajarkan mereka bagaimana mengenali dan menangani serangan yang terjadi
di kemudian hari; bagaimana menggunakan antipiretik secara aman dan efektif.
(15)
a.
Antipiretik
Kejang demam terjadi pada saat demam, maka tujuan utama pengobatan
adalah mencegah demam meningkta. Berikan Paracetamol 10mg/kgBB/hari setiap
4-6 jam atau ibuprofen 5-10 mg/kgBB/hari tiap 4-6 jam. Selain itu juga dapat
diberikan kompres air hangat bila suhu lebih dari 39oC dan kompres air biasa bila
suhu lebih dari 38oC.(6)
b.
Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam
atau dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5oC.
(14)
-
dosis, asam valproat 15-40 mg/kgBB dalam 2 atau 3 kali pemberian. Adapun
indikasi pemberian obat adalah sebagai berikut: (2)
Kejang lebih dari 15 menit
Ada kelainan neurologiknyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya
hemoparesis, paresis todd, serebral palsy, retradarsi mental, dan
hidrosefalus.
Kejang fokal
Dipetimbangkan bila:
Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam
Kejang terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
Kejang lebih dari atau sama dengan 4 kali dalam setahun
Penyebab dari kejang demam baik KDS maupun Epilepsi yang diprovokasi
demam biasanya adalah infeksi pada traktus respiratorius bagian atas dan otitis
media akut. Pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat akan sangat berguna
untuk menurunkan demam, yang pada gilirannya akan menurunkan resiko
terjadinya kejang. Anak yang datang dengan kejang demam pertama kali
sebaiknya dilakukan pemeriksaan punksi lumbal. Hal ini perlu untuk
Kejang merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada saat
kejang sebagian orang tua beranggapan bahwa anaknya telah meninggal.
Kecemasan ini harus dikurangi dengan cara diantaranya: (14)
Dalam penanganan kejang demam, orang tua harus mengupayakan diri setenang
mungkin dalam mengobservasi anak. Beberapa hal yang harus diperhatikan
adalah sebagai berikut: (9)
napas.
Jangan memegangi anak untuk melawan kejang.
Sebagian besar kejang berlangsung singkat dan tidak memerlukan
penanganan khusus.
Jika kejang terus berlanjut selama 10 menit, anak harus segera dibawa ke
fasilitas kesehatan terdekat. Sumber lain menganjurkan anak untuk
dibawa ke fasilitas kesehatan jika kejang masih berlanjut setelah 5 menit.
Ada pula sumber yang menyatakan bahwa penanganan lebih baik
dilakukan secepat mungkin tanpa menyatakan batasan menit (4).
Setelah kejang berakhir (jika < 10 menit), anak perlu dibawa menemui
dokter untuk meneliti sumber demam, terutama jika ada kekakuan leher,
muntah-muntah yang berat, atau anak terus tampak lemas.
Jika anak dibawa ke fasilitas kesehatan, penanganan yang akan dilakukan selain
poin-poin di atas adalah sebagai berikut: (9)
Luka yang terjadi pada saat kejang karena terjatuh atau tidak disengaja
Menggigit lidahnya sendiri
Menghirup cairan atau aspirasi, pneumonia.
Luka karena kejang yang lama dan complicated
Efek samping dari terap pengobatan untuk mengobati dan mencegah
kejang.
K. PENCEGAHAN
Kejang bisa terjadi jika suhu tubuh naik atau turun dengan cepat. Pada
sebagian besar kasus, kejang terjadi tanpa terduga atau tidak dapat dicegah.
Dulu digunakan obat anti kejang sebagai tindakan pencegahan pada anak-anak
yang sering mengalami kejang demam. Tetapi hal ini sekarang sudah jarang
dilakukan. (8)
Kepada anak-anak yang cenderung mengalami kejang demam, pada saat
mereka menderita demam, bisa diberikan diazepam (baik yang melalui mulut
maupun melalui rektal). (8)
L. PROGNOSIS
1.
Kematian
Dengan penanganan kejang yang cepat dan tepat, prognosa biasanya baik, tidak
sampai terjadi kematian. Dalam penelitian ditemukan angka kematian KDS 0,46
% s/d 0,74 %. (17)
2.
Terulangnya Kejang
Epilepsi
Angka kejadian Epilepsi ditemukan 2,9 % dari KDS dan 97 % dari Epilepsi yang
diprovokasi oleh demam. Resiko menjadi Epilepsi yang akan dihadapi oleh
seorang anak sesudah menderita KDS tergantung kepada faktor :
a.
b.
c.
Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor di atas, maka kemungkinan mengalami
serangan kejang tanpa demam adalah 13 %, dibanding bila hanya didapat satu
atau tidak sama sekali faktor di atas. (17)
4.
Hemiparesis
Retardasi Mental
Ditemukan dari 431 penderita dengan KDS tidak mengalami kelainan IQ,
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
Mansjoer Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Kedua.
Anurogo, Dito. Jurus Sakti Penakluk Kejang Buah Hati. [online] 2008 [cited
from: URL:http//wwwaappolicy.aapublication.org
10. FKUMS. Kejang Demam (Febris Convulsi). [online] 2007 [cited 7 Desember
2010]; Available from: URL:http//www.kedokteran.ums.ac.id
11. Admin. Kejang Demam Pada Anak. [online] 2007 [cited 7 Desember 2010];
Available from: URL:http//www.medlinux.blogspot.com
12. Suharso, Darto. Kejang Demam. [online] 2006 [cited 7 Desember 2010];
Available from: URL:http//www.pediatrik.com
13. Johston, Michael V. Febrile Seizures. Text Book of pediatrics 17 th Ed.
California; Saunders. p.586
14. A-Z,Midis. Anak Kejang Demam. [online] 2010 [cited 28 Desember 2010];
Available from: URL:http//www.klikdokter.com
15. Roy Meadow , Simon Newell. Pediatrika Edisi ketujuh. Jakarta; Erlangga:
2002. hal. 112-4
16. Selamihardja, Nenny. Tetaplah Tenang Jika Anak Anda Kejang Demam.
[online]
2010
[cited
28
Desember
2010];
Available
from:
URL:http//www.indomedia.com/intisari
17. Admin. Kejang Demam Pada Anak. [online] 2009 [cited 28 Desember 2010];
Available from: URL:http//www.midlinux.com