Bahan Lapkas Gabung Siap
Bahan Lapkas Gabung Siap
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan satu dari tiga orang di
seluruh dunia pada tahun 2001, meninggal karena penyakit kardiovaskular.
Sementara, sepertiga dari seluruh populasi dunia saat ini berisiko tinggi untuk
mengalami major cardiovascular events. Pada tahun yang sama, WHO mencatat
sekitar 17 juta orang meninggal karena penyakit ini dan melaporkan bahwa sekitar 32
juta orang mengalami serangan jantung dan stroke setiap tahunnya. Di Amerika setiap
tahun 1 juta pasien dirawat di rumah sakit karena angina pectoris tak stabil; dimana 6
sampai 8 persen kemudian mendapat serangan infark jantung yang tak fatal atau
meninggal dalam satu tahun setelah diagnosis ditegakkan.1
Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau penyakit kardiovaskular saat ini
merupakan salah satu penyebab utama dan pertama kematian di negara maju dan
berkembang, termasuk Indonesia. Di Indonesia dilaporkan PJK (yang dikelompokkan
menjadi penyakit sistem sirkulasi) merupakan penyebab utama dan pertama dari
seluruh kematian, yakni sebesar 26,4%, angka ini empat kali lebih tinggi dari angka
kematian yang disebabkan oleh kanker (6%). Dengan kata lain, lebih kurang satu
diantara empat orang yang meninggal di Indonesia adalah akibat PJK.1
Penyakit jantung koroner adalah suatu penyakit jantung yang disebabkan
karena kelainan pembuluh darah koroner. Terminologi sindrom koroner akut
berkembang selama 10 tahun terakhir dan telah digunakan secara luas. Hal ini
berkaitan dengan patofisiologi secara umum yang diketahui berhubungan dengan
kebanyakan kasus angina tidak stabil dan infark miokard. Sebagai respon terhadap
injury dinding pembuluh, terjadi agregasi platelet dan pelepasan isi granuler yang
menyebabkan agregasi platelet lebih lanjut, vasokonstriksi dan akhirnya pembentukan
trombus.2,3
Sindrom koroner akut merupakan keadaan darurat jantung dengan manifestasi
klinis rasa tidak enak didada atau gejala lain sebagai akibat iskemia miokardium.
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2
2.1 Definisi
Menurut WHO, penyakit jantung koroner adalah gangguan pada miokardium
karena ketidakseimbangan antara aliran darah koroner dengan kebutuhan oksigen
miokardium sebagai akibat adanya perubahan pada sirkulasi koroner yang dapat
bersifat akut (mendadak) maupun kronik (menahun).4,5
Manifestasi klinik PJK yang klasik adalah angina pektoris. Angina pektoris
ialah suatu sindroma klinis di mana didapatkan sakit dada yang timbul pada waktu
melakukan aktivitas karena adanya iskemik miokard. Hal ini menunjukkan bahwa
telah terjadi > 70% penyempitan arteri koronaria. Angina pektoris dapat muncul
sebagai angina pektoris stabi (APS) dan keadaan ini bisa berkembang menjadi lebih
berat dan menimbulkan sindroma koroner akut (SKA).6
Penyakit jantung koroner dapat terdiri dari:
dan keluhan ini dapat berkurang bila istirahat atau dengan obat nitrogliserin.6,7
Sindroma Koroner Akut (SKA)
Sindroma klinik yang mempunyai dasar patofisiologi, yaitu berupa adanya
erosi, fisur atau robeknya plak arterosklerosis sehingga menyebabkan
trombosis intravaskular yang menimbulkan ketidakseimbangan pasokan dan
kebutuhan oksigen miokard.6,7,8
Pasien dengan angina yang masih baru dalam 2 bulan, dimana angina cukup
berat dan frekuensi cukup sering, lebih dari 3 kali per hari.
Pasien dengan angina yang bertambah berat, sebelumnya angina stabil, lalu
serangan angina muncul lebih sering dan lebih lama ( >20 menit), dan lebih
koroner
yang
sebelumnya
mempunyai
penyempitan
yang
minimal.
Plak
aterosklerotik terdiri dari inti yang mengandung banyak lemak dan pelindung
jaringan fibrotik (fibrotic cap). Plak yang tidak stabil terdiri dari inti banyak
mengandung lemak dan adanya infiltrasi sel makrofag. Biasanya ruptur terjadi pada
tepi plak yang berdekatan dengan intima yang normal atau pada bahu dari timbunan
lemak. Terjadinya ruptur menyebabkan aktivasi, adhesi dan agregasi platelet dan
menyebabkan aktivasi terbentuknya trombus. Bila trombus menutup pembuluh darah
100% akan terjadi infark dengan elevasi segmen ST, sedangkan bila trombus tidak
menyumbat 100% dan hanya menimbulkan stenosis yang berat akan terjadi angin tak
stabil.
b.
terjadinya angina tak stabil. Terjadinya trombosis setelah plak terganggu disebabkan
karena interaksi yang terjadi antara lemak, sel otot polos, makrofag dan kolagen. Inti
lemak merupakan bahan terpenting dalam pembentukan trombus yang kaya
trombosit, sedangkan sel otot polos dan sel busa (foam cell) yang ada dalam plak
berhubungan dengan ekspresi faktor jaringan dalam plak tak stabil. Setelah
berhubungan dengan darah, faktor jaringan berinteraksi dengan faktor VIIa untuk
memulai kaskade reaksi enzimatik yang menghasilkan pembentukan trombin dan
fibrin.
Sebagai reaksi terhadap gangguan faal endotel, terjadi agregasi platelet dan
platelet melepaskan isi granulasi sehingga memicu agregasi yang lebih luas,
vasokonstriksi dan pembentukkan trombus. Faktor sistemik dan inflamasi ikut
berperan dalam perubahan terjadinya hemostase dan koagulasi dan berperan dalam
memulai trombosis yang intermiten, pada angina tak stabil.
c.
Vasospasme
Terjadinya vasokonstriksi juga mempunyai peran penting pada angina tak
stabil. Diperkirakan adanya disfungsi endotel dan bahan vasoaktif yang diproduksi
oleh platelet berperan pada perubahan dalam tonus pembuluh darah dan
menyebabkan spasme. Spasme yang terlokalisir seperti pada angina prinzmetal juga
5
dapat menyebabkan angina tak stabil, dan mempunyai peran dalam pembentukan
trombus.
d.
Erosi pada plak tanpa ruptur
Terjadinya penyempitan juga dapat disebabkan karena terjadinya poliferasi
dan migrasi dari otot polos sebagai reaksi terhadap kerusakan endotel; adanya
perubahan bentuk dan lesi karena bertambahnya sel otot polos dapat menimbulkan
penyempitan pembuluh dengan cepat dan keluhan iskemia.
e.
Kadang bisa karena : emboli, kelainan kongenital, penyakit inflamasi
sistemik.10
arteri koroner mengalami kekakuan atau menyempit akibat aterosklerosis dan tidak
dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan oksigen dan
kemudian akan terjadi iskemia (kekurangan suplai darah) miokardium. Adanya
endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi NO (nitrat oksid) yang
berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktif. Dengan tidak adanya fungsi
ini dapat menyebabkan otot polos berkontraksi dan timbul spasmus koroner yang
memperberat penyempitan lumen karena suplai oksigen ke miokard berkurang.
Penyempitan atau blok ini belum menimbulkan gejala yang begitu nampak bila belum
mencapai 75%. Bila penyempitan lebih dari 75% serta dipicu dengan aktifitas
berlebihan maka suplai darah ke koroner akan berkurang. Oleh karena itu, sel-sel
miokardium mulai menggunakan glikolisis anaerob untuk memenuhi kebutuhan
eneginya. Proses pembentukan energi ini sangat tidak efisien dan menyebabkan
terbentuknya asam laktat. Asam laktat menurunkan pH miokardium dan
menyebabkan nyeri yang berkaitan dengan angina pektoris. Apabila kebutuhan energi
sel-sel jantung berkurang, suplai oksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot kembali ke
proses fosforilasi oksidatif untuk membentuk energi. Proses ini tidak menghasilkan
asam laktat. Dengan menghilangnya penimbunan asam laktat, nyeri angina pektoris
mereda. Dengan demikian, angina pektoris adalah suatu keadaan yang berlangsung
singkat.11
2.4 Klasifikasi
2.4.1 Klasifikasi CCS untuk Angina Pektoris
Klasifikasi CCS (Canadian Cardiovascular Society) digunakan untuk menilai
berat ringannya angina pada penderita penyakit jantung coroner.19
Kelas CCS
CCS I
Keterangan
Pasien dengan penyakit jantung koroner tanpa limitasi aktivitas
CCS II
CCS IV
hari
Pasien dengan penyakit jantung koroner dengan ketidakmampuan
untuk melakukan aktivitas apapun tanpa menimbulkan gejala
angina. Angina timbul dalam keadaan istirahat atau tanpa
melakukan aktivitas
2.
3.
Kelas I angina yang berat untuk pertama kali atau semakin bertambahnya
nyeri dada.
Kelas II angina pada waktu istirahat dan terjadinya subakut dalam 1 bulan tapi
ada serangan angina dalam waktu 48 jam terakhir.
Kelas III angina pada waktu istirahat dan terjadinya secara akut baik sekali
atau berulang dalam waktu 48 jam terakhir. 7
Keadaan klinis :
1.
2.
3.
Kelas A angina tak stabil sekunder, karena adanya anemia, infeksi atau febris
Kelas B angina tak stabil primer, tak ada faktor ekstra cardiac.
Kelas C angina yang timbul setelah seranga infark miokard7
Intensitas pengobatan :
1.
2.
3.
bawah atau perut bagian atas. Rasa nyeri biasanya tidak lebih dari 10 menit.1,12
Mekanisme Nyeri Dada
Rasa nyeri di daerah dada dan perut di pengaruhi oleh saraf intercostales (T 1), nervus sympatikus dan nervus parasimpatikus. Rasa nyeri jantung
12
biasanya dirasakan dari Th1-4, yang dinamakan serabut sensorik atau viseral
averen. Badan sel berada di dalam ganglion posterior yang sama, sehingga
bila di daerah viseral mengalami suatu cidera maka rasa nyeri tersebut akan
terasa di bagian perifer.13
9
b. Pemeriksaan Fisik
Sewaktu angina dapat tidak menunjukkan kelainan. Pada auskultasi dapat terdengar
derap atrial atau ventrikel dan murmur sistolik di daerah apeks. Frekuensi denyut
jantung dapat menurun, menetap, atau meningkat pada waktu serangan angina.14
c. Pemeriksaan Laboratorium
Penanda jantung yang digunakan yang paling penting untuk diagnosis
sindrom koroner akut adalah pemeriksaan troponin T dan I (cTn T, I) serta CKMB.
Menurut European Society of Cardiology (ESC) dan American College of Cardiology
(ACC) dianggap terdapat mionekrosis bila cTn T dan I positif dalam 24 jam. cTn
tetap positif dalam 2 minggu.8,17
CKMB kurang spesifik untuk diagnosis karena ditemukan juga pada otot
skeletal, tapi berguna untuk diagnosis iskemia akut dan akan meningkat dalam
beberapa jam, kembali normal dalam 48 jam. 8,17
Kenaikan CRP dalam SKA berhubungan dengan mortalitas jangka panjang.
Marker yang lain seperti amioid A, interleukin-6 belum rutin dipakai dalam diagnosis
SKA. 8,17
d. Pemeriksaan Penunjang
Elektrokardiografi
Pemeriksaan EKG digunakan untuk diagnosis dan stratifikasi risiko pasien
dengan angina tak stabil. Adanya depresi segmen ST yang baru menunjukkan
kemungkinan iskemia akut. Gelombang T terbalik juga merupakan tanda adanya
iskemi atau NSTEMI. Perubahan gelombang T dan ST tidak spesifik seperti depresi
segmen ST kurang dari 0,5 mm dan gelombang T terbalik kurang dari 2 mm tidak
spesifik untuk iskemia. 4% pasien dengan angina tak stabil memiliki gambaran EKG
yang normal dan 1-6% pasien NSTEMI memiliki gambaran EKG yang normal. 8,17
Exercise Test
Pasien yang telah stabil dengan terapi medikamentosa dan memiliki resiko
tinggi perlu dilakukan pemeriksaan exercise test dengan menggunakan treadmill, bila
hasilnya negative maka prognosisnya baik tetapi bila hasilnya positif atau depresi
segmen ST menjadi lebih dalam maka dianjurkan melakukan pemeriksaan angiografi
koroner untuk menilai apakah perlu dilakukan tindakan revaskularisasi koroner. 8,17
Ekokardiografi
10
2.7 Penatalaksanaan
1. Tindakan Umum
11
12
secara
subkutan
dan
tidak
membutuhkan
pemeriksaan
laboratorium.
Direct Thrombin Inhibitors
Direct Thrombin Inhibitors secara teoritis mempunyai kelebihan karena
bekerja langsung mencegah pembentukan bekuan darah, tanpa dihambat oleh
plasma protein maupun platelet factor 4. Hirudin dapat menurunkan angka
kematian dan infark miokard, tetapi komplikasi perdarahan bertambah.
Bivalirudin telah disetujui untuk menggantikan heparin pada pasien angina tak
stabil yang menjalani PCI. Hirudin maupun bivalirudin dapat menggantikan
heparin bila ada efek samping trombositopenia akibat heparin (HIT). 15
d. Tindakan revaskularisasi pembuluh koroner
14
15
c.
d.
2.9 Komplikasi
a.
Infark miokardium (IM) adalah kematian sel-sel miokardium yang terjadi
akibat kekurangan oksigen yang berkepanjanga. Hal ini adalah respon letal
terakhir terhadap iskemia miokardium yang tidak teratasi. Sel-sel
miokardium mulai mati setelah sekitar 20 menit mengalami kekurangan
oksigen. Setelah periode ini, kemampuan sel untuk menghasilkan ATP secara
b.
c.
16
Prognosis
Pada angina tidak stabil bila dapat di diagnosis dengan tepat dan cepat serta
memberikan pengobatan yang tepat dan agresif maka dapat menghasilkan prognosis
yang baik. Namun bila tidak dapat menimbulkan kematian.8
Skor GRACE digunakan untuk menilai resiko pada sindrom coroner akut
(SKA) seperti NSTEMI, STEMI, dan Angina Tidak Stabil. Skor ini lebih akurat
karena berasal dari registrasi multinational pada pasien yang tidak dipilih, termasuk
di rumah sakit Eropa, Asia, dan America utara, America Selatan, Australia, dan New
Zealand. Penilaian risiko harus dilakukan pada saat masuk rumah sakit dan penting
karena memberikan gambaran tentang kemungkinan kematian di rumah sakit dan
juga rencana pengobatan yang tepat di NSTEMI dan tidak stabil angina.20
Delapan parameter yang digunakan untuk menghitung skor GRACE yaitu,
umur pasien, denyut nadi, tekanan darah sistolik, kelas kilip, serum creatinine,
cardiac arrest di Rumah Sakit, kelainan pada deviasi segment ST pada EKG dan
peningkatan petanda jantung. 20
1. Umur
Umur
30
30-39
40-49
50-59
60-69
70-79
80-89
90
Skor
0
8
25
41
58
75
91
100
2. Heart rate
17
Skor
0
3
9
15
24
38
46
Skor
58
53
43
34
24
10
0
4. Kelas Killip
Kelas Killip
I (No heart failure)
II (Crackles audible in lower half of lung field)
III (Crackles audible in whole lung field)
IV (Cardiogenic shock)
Skor
0
20
39
59
5. Serum creatinine
Serum creatinine (mol/L)
0-34
35-70
71-105
106-140
141-176
177-353
354
18
Skor
1
4
7
10
13
21
28
Skor
0
39
Skor
0
28
Skor
0
14
Kita bisa menilai risiko dengan penjumlahan skor untuk semua delapan
parameter. 20
Total skor
Penilaian resiko
Resiko rendahkematian di Rumah Sakit kurang
100
dari 1%
Resiko sedang kematian di Rumah Sakit dari 1101-170
9%
Resiko tinggi kematian di Rumah Sakit lebih dari
171
9%
dengan perawatan medis. Sebaliknya, pasien risiko menengah dan tinggi dengan
NSTEMI atau angina tidak stabil harus dirawat dengan beberapa obat-obatan dan
dipertimbangkan untuk angiografi koroner dini dan revaskularisasi. 20
Revaskularisasi dapat dilakukan baik dengan intervensi koroner perkutan
(PCI) atau dengan bypass arteri koroner grafting (CABG). 20
Rencana penatalaksanaan STEMI tidak tergantung pada stratifikasi risiko.
Semua pasien dengan STEMI harus segera diobati dengan terapi reperfusi dengan
primary percutaneous coronary intervention (PCI) bersama dengan beberapa obat. Di
mana PCI tidak dapat dicapai dalam waktu 120 menit dari diagnosis atau PCI tidak
tersedia, terapi trombolitik (streptokinase, alteplase, tenecteplase, atau reteplase)
dapat diberikan. 20
Total skor
60
70
80
90
100
110
120
130
140
150
160
170
180
190
200
210
220
20
230
240
250
36
44
52
BAB 3
LAPORAN KASUS
3.1 IDENTITAS PASIEN
Nama
: Mr.M
Umur
: 54 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Suku
: Aceh
Pekerjaan
: Pedangang
Alamat
CM
: 1-04-93-23
Tanggal Masuk
: 24 April 2015
Tanggal Pemeriksaan
: 24 April 2015
3.2 ANAMNESIS
a.
Keluhan Utama
: nyeri dada
b.
Keluhan Tambahan
: mual
c.
Usia 54 tahun
Jarang berolahraga
Merokok
Obesitas
Kesadaran
: Compos Mentis
22
Tekanan Darah
: 150/70 mmHg
Nadi
: 75 x/menit, reguler
Frekuensi Nafas
: 21 x/menit
Temperatur
: 36,7 0C (aksila)
Berat badan
: 72 kg
Tinggi badan
: 162 cm
IMT
: 27, 43 (obes 1)
b. Status General
Kulit
Warna
: Sawo matang
Turgor
: cepat kembali
Ikterus
: (-)
Anemia
: (-)
Sianosis
: (-)
Kepala
Bentuk
: Kesan Normocephali
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
Bibir
Gigi
: Karies (-)
Lidah
Mukosa
: Basah (+)
Tenggorokan
Faring
: Hiperemis (-)
Mulut
23
Leher
Bentuk
: Kesan simetris
Peningkatan TVJ
Axilla
Pembesaran KGB (-)
Thorax
Thorax depan dan belakang
1.
Inspeksi
Bentuk dan Gerak
Tipe Pernafasan
: Abdominal Thoracal
Retraksi
: (-)
2. Palpasi
- Pergerakan dada simetris
- Nyeri tekan (-/-)
- Stem fremitus kanan sama dengan stem fremitus kiri
3. Perkusi
- Sonor pada kedua lapangan paru
4. Auskultasi
-
Jantung
Inspeksi
Palpasi
sinistra
Perkusi
Auskultasi
: Bunyi jantung 1 (S1) dan 2 (S2) normal, BJ1>BJ2, mumur (-), gallop
(-)
Abdomen
Inspeksi
: Distensi (-)
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Genetalia
Ekstremitas
-
Akral hangat
CRT < 2 detik
Edema (-/-)
Tampak sianosis pada kuku (-)
Deformitas (-)
Laboratorium
Hasil
Nilai rujukan
11,8
37
4,5
231
9,1
83
26
32
50
14 -17 gr/dl
45-55%
4,7-6,1 x 106/mm3
150 - 450 x 103/mm3
4.1-10.5 x 103/mm3
80-100 fL
27-31 pg
32-36 %
<15 mm/jam
25
8
0
59
23
10
0-6%
0-2%
50 - 70 %
20 - 40 %
2-8%
6,9
193
55
60
3,5-7,2 mg/dl
<200 mg/dl
<200 mg/dl
<200 mg/dl
0,18
20
<1,5 ng/ml
<25 U/L
3.4.2 Elektrokardiografi
- Segmen ST
ST elevasi
ST depresi
- T inverted
- Q patologis
- Hipertrofi
- VES
Kesimpulan
:
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
:Sinus ritme,
kesan normal
HR:
98x/menit,
27
normoaxis,
Penemuan :
Katup normal
Ruang jantung normal
Fungsi Sistolik ventrikel kiri normal, EF 59%
Fungsi Diastolik ventrikel kiri abnormal relaksasi
Hipokinetik anterolateral
Hipertrofi konsentrik ventrikel kiri
Kesimpulan : Penyakit jantung koroner
3.5 Diagnosis Kerja : Angina Pektoris Tak Stabil CCS II, TIMI skor 2
3.6 Penatalaksanaan
Non-Medikamentosa
a. Tirah baring
Medikamentosa
a. Tree way
b. Inj. Arixtra 2,5 mg/24 jam
c. Clopidogrel 300 mg, selanjutnya 1x75 mg
d. Aspilet 4x 80 mg, selanjutnya 1x80 mg
e. ISDN 3x5mg
f. Simvastatin 1x40 mg
3.7 PROGNOSIS
Quo ad Vitam
: Dubia ad bonam
Quo ad Functionam
: Dubia ad bonam
28
BAB IV
ANALISA KASUS
4.1 Analisa kasus
Diagnosa Angina pektoris tidak stabil pada kasus ini ditegakkan dari
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Dari anamnesis keluhan utama nyeri dada. Nyeri dada yang dirasakan pasien
seperti rasa panas dan tertimpa beban berat. Nyeri dada yang di rasakan juga menjalar
ke bahu dan punggung. Keluhan nyeri dada timbul pada saat pasien berkerja, keluhan
berlangsung >20 menit dan tidak berkurang dengan istirahat. Keluhan nyeri dada
sudah dirasakan selama 3 bulan memberat 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
Pasien memiliki kebiasaan merokok sejak usia 15 tahun. Pasien sehari menghabiskan
1 bungkus rokok per hari. Pasien juga mengalami mual dan berkeringat ketika
mengalami nyeri dada.
29
Pasien dengan angina yang bertambah berat, sebelumnya angina stabil, lalu
serangan angina muncul lebih sering dan lebih lama ( >20 menit), dan lebih
BAB 5
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Sindrom koroner akut (SKA) merupakan keadaan darurat jantung dengan
manifestasi klinis rasa tidak enak di dada atau gejala lain sebagai akibat iskemia
miokardium. SKA terdiri atas angina pektoris tidak stabil, infark miokard akut (IMA)
yang disertai elevasi segmen ST, dan IMA tanpa elevasi segmen ST. Ketiga penyakit
tersebut mempunyai mekanisme patofisiologi yang sama, yaitu disebabkan oleh
terlepasnya plak yang merangsang terjadinya agregasi trombosit dan trombosis,
sehingga pada akhirnya akan menimbulkan stenosis berat atau oklusi pada arteri
koroner dengan atau tanpa emboli. Sedangkan letak perbedaan antara angina tak
stabil, infark Non-elevasi ST dan dengan elevasi ST adalah dari jenis trombus yang
menyertainya. Angina tak stabil dengan trombus mural, Non-elevasi ST dengan
thrombus
inkomplit/nonklusif,
sedangkan
pada
elevasi
ST
adalah
trobus
komplet/oklusif.
Diagnosis sindrom koroner akut didapatkan melalui anamnesis, pemeriksaan
fisik, serta pemeriksaan penunjang berupa elektrokardiogram dan biomarker jantung.
31
Perbedaan angina tak stabil dan infark tanpa elevasi segmen ST (NSTEMI)
ialah iskemi yang timbul cukup berat sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada
miokardium, sehingga adanya petanda kerusakan miokardium dapat diperiksa.
Diagnosis angina tak stabil bila pasien mempunyai keluhan iskemi sedangkan
tak ada kenaikan troponin maupun CK-MB, dengan ataupun tanpa perubahan ECG
untuk iskemi, seperti adanya depresi segmen ST ataupun elevasi sebentar atau
adannya gelombang T yang negatif.9
Penatalaksanaan pada pasien angina pectoris tidak stabil terdapat empat
kategori terapi, yaitu antiiskemik, antikoagulan, antiplatelet dan revaskularisasi
koroner.
FOLLOW UP PASIEN
25 April 2015
S= nyeri dada (+), pusing (+), mual (-), muntah (-) ,nafsu makan BAB (-), BAK (+),
O= vital sign
Tekanan darah
: 140/80 mmhg
Frekuensi jantung
: 78 kali/menit
Frekuensi nafas
: 20 kali/menit
Temperatur
: 36,4 C
b) Status General
Kulit : coklat, turgor (-), parut, cacar (-), sianosis (-), ikterus (-), edema (-),
anemis (-)
Kepala : rambut hitam, bulat, kesan normocephali.
Mata : konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik, pupil bulat, isokor, reflek
cahaya +/+.
32
o Palpasi
meningkat.
o Perkusi
: sonor +/+
batas paru-hati: peranjakan sonor-pekak di ICS 5
o Auskultasi
Jantung :
o Inspeksi
33
o Palpasi
midclavicula sinistra.
o Perkusi
A=
o Inspeksi
o Palspasi
o Perkusi
o Auskultasi
Genitalia
Anus
Ekstremitas
Otot
Terapi=
Clopidogrel 1x75 mg
Aspilet 1x80 mg
34
ISDN 3x5 mg
Diovan 1x80 mg
26 April 2015
S= nyeri dada (-), mual (-), muntah (-), nafsu makan BAB (+), BAK (+),
O= vital sign
Tekanan darah
: 140/80 mmhg
Frekuensi jantung
: 78 kali/menit
Frekuensi nafas
: 20 kali/menit
Temperatur
: 36,4 C
b) Status General
Kulit : coklat, turgor (-), parut, cacar (-), sianosis (-), ikterus (-), edema (-),
anemis (-)
Kepala : rambut hitam, bulat, kesan normocephali.
Mata : konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik, pupil bulat, isokor, reflek
cahaya +/+.
Hidung : sekret -/-, sekret (-)
Telinga : sekret -/-, membran timpani utuh
Mulut : dalam batas normal
35
o Palpasi
meningkat.
o Perkusi
: sonor +/+
batas paru-hati: peranjakan sonor-pekak di ICS 5
o Auskultasi
Jantung :
o Inspeksi
o Palpasi
midclavicula sinistra.
o Perkusi
36
A=
o Inspeksi
o Palspasi
o Perkusi
o Auskultasi
Genitalia
Anus
Ekstremitas
Otot
Terapi=
Clopidogrel 1x75 mg
Aspilet 1x80 mg
ISDN 3x5 mg
Diovan 1x80 mg
37
27 April 2015
S= nyeri dada (-), mual (-)
O= vital sign
Tekanan darah
: 130/80 mmhg
Frekuensi jantung
: 72 kali/menit
Frekuensi nafas
: 20 kali/menit
Temperatur
: 36,4 C
b) Status General
Kulit : coklat, turgor (-), parut, cacar (-), sianosis (-), ikterus (-), edema (-),
anemis (-)
Kepala : rambut hitam, bulat, kesan normocephali.
Mata : konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik, pupil bulat, isokor, reflek
cahaya +/+.
Hidung : sekret -/-, sekret (-)
Telinga : sekret -/-, membran timpani utuh
Mulut : dalam batas normal
Bibir : sianosis (-), pucat (- ).
Lidah : beslag (-), tremor (-), sariawan (+)
Gigi geligi : struktur gigi atas dan bawah normal, kariers (-).
Tonsil : Hiperemis (-)
38
o Palpasi
meningkat.
o Perkusi
: sonor +/+
batas paru-hati: peranjakan sonor-pekak di ICS 5
o Auskultasi
Jantung :
o Inspeksi
o Palpasi
midclavicula sinistra.
o Perkusi
Abdomen :
39
A=
o Inspeksi
o Palspasi
o Perkusi
o Auskultasi
Genitalia
Anus
Ekstremitas
Otot
Terapi=
Clopidogrel 1x75 mg
Aspilet 1x80 mg
ISDN 3x5 mg
Diovan 1x80 mg
28 April 2015
S= nyeri dada (-), mual (-)
O= vital sign
40
Tekanan darah
: 140/80 mmhg
Frekuensi jantung
: 78 kali/menit
Frekuensi nafas
: 20 kali/menit
Temperatur
: 36,5 C
b) Status General
Kulit : coklat, turgor (-), parut, cacar (-), sianosis (-), ikterus (-), edema (-),
anemis (-)
Kepala : rambut hitam, bulat, kesan normocephali.
Mata : konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik, pupil bulat, isokor, reflek
cahaya +/+.
Hidung : sekret -/-, sekret (-)
Telinga : sekret -/-, membran timpani utuh
Mulut : dalam batas normal
Bibir : sianosis (-), pucat (- ).
Lidah : beslag (-), tremor (-), sariawan (+)
Gigi geligi : struktur gigi atas dan bawah normal, kariers (-).
Tonsil : Hiperemis (-)
Faring : Hiperemis (-)
Leher : tidak terdapat kaku kuduk, vena jugularis tidak teraba pulsasi,
tekanan tidak meningkat, pembesaran kelenjar getah bening (-), massa (-).
41
Thoraks :
o Inspeksi
o Palpasi
meningkat.
o Perkusi
: sonor +/+
batas paru-hati: peranjakan sonor-pekak di ICS 5
o Auskultasi
Jantung :
o Inspeksi
o Palpasi
midclavicula sinistra.
o Perkusi
Abdomen :
o Inspeksi
o Palspasi
o Perkusi
o Auskultasi
42
Genitalia
Anus
Ekstremitas
Otot
A=
angina pektoris tidak stabil CCS 2, TIMI skor 2
Terapi=
Clopidogrel 1x75 mg
Aspilet 1x80 mg
ISDN 3x5 mg
Diovan 1x80 mg
29 April 2015
S= nyeri dada (-), mual (-)
O= vital sign
Tekanan darah
: 140/80 mmhg
Frekuensi jantung
: 78 kali/menit
Frekuensi nafas
: 20 kali/menit
Temperatur
: 36,5 C
43
b) Status General
Kulit : coklat, turgor (-), parut, cacar (-), sianosis (-), ikterus (-), edema (-),
anemis (-)
Kepala : rambut hitam, bulat, kesan normocephali.
Mata : konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik, pupil bulat, isokor, reflek
cahaya +/+.
Hidung : sekret -/-, sekret (-)
Telinga : sekret -/-, membran timpani utuh
Mulut : dalam batas normal
Bibir : sianosis (-), pucat (- ).
Lidah : beslag (-), tremor (-), sariawan (+)
Gigi geligi : struktur gigi atas dan bawah normal, kariers (-).
Tonsil : Hiperemis (-)
Faring : Hiperemis (-)
Leher : tidak terdapat kaku kuduk, vena jugularis tidak teraba pulsasi,
tekanan tidak meningkat, pembesaran kelenjar getah bening (-), massa (-).
Thoraks :
o Inspeksi
o Palpasi
meningkat.
44
o Perkusi
: sonor +/+
batas paru-hati: peranjakan sonor-pekak di ICS 5
o Auskultasi
Jantung :
o Inspeksi
o Palpasi
midclavicula sinistra.
o Perkusi
Abdomen :
o Inspeksi
o Palspasi
o Perkusi
o Auskultasi
Genitalia
Anus
Ekstremitas
45
Otot
A=
angina pektoris tidak stabil CCS 2, TIMI skor 2
Terapi=
Clopidogrel 1x75 mg
Aspilet 1x80 mg
ISDN 3x5 mg
Diovan 1x80 mg
30 April 2015
S= nyeri dada (-), mual (-)
O= vital sign
Tekanan darah
: 130/80 mmhg
Frekuensi jantung
: 72 kali/menit
Frekuensi nafas
: 20 kali/menit
Temperatur
: 36,5 C
b) Status General
Kulit : coklat, turgor (-), parut, cacar (-), sianosis (-), ikterus (-), edema (-),
anemis (-)
Kepala : rambut hitam, bulat, kesan normocephali.
46
Mata : konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik, pupil bulat, isokor, reflek
cahaya +/+.
Hidung : sekret -/-, sekret (-)
Telinga : sekret -/-, membran timpani utuh
Mulut : dalam batas normal
Bibir : sianosis (-), pucat (- ).
Lidah : beslag (-), tremor (-), sariawan (+)
Gigi geligi : struktur gigi atas dan bawah normal, kariers (-).
Tonsil : Hiperemis (-)
Faring : Hiperemis (-)
Leher : tidak terdapat kaku kuduk, vena jugularis tidak teraba pulsasi,
tekanan tidak meningkat, pembesaran kelenjar getah bening (-), massa (-).
Thoraks :
o Inspeksi
o Palpasi
meningkat.
o Perkusi
: sonor +/+
batas paru-hati: peranjakan sonor-pekak di ICS 5
o Auskultasi
Jantung :
47
o Inspeksi
o Palpasi
midclavicula sinistra.
o Perkusi
o Inspeksi
o Palspasi
o Perkusi
o Auskultasi
Genitalia
Anus
Ekstremitas
Otot
A=
angina pektoris tidak stabil CCS 2, TIMI skor 2
Terapi=
Clopidogrel 1x75 mg
Aspilet 1x80 mg
48
ISDN 3x5 mg
Diovan 1x80 mg
01 Mei 2015
S= nyeri dada (-), mual (-)
O= vital sign
Tekanan darah
: 140/80 mmhg
Frekuensi jantung
: 72 kali/menit
Frekuensi nafas
: 20 kali/menit
Temperatur
: 36,5 C
b) Status General
Kulit : coklat, turgor (-), parut, cacar (-), sianosis (-), ikterus (-), edema (-),
anemis (-)
Kepala : rambut hitam, bulat, kesan normocephali.
Mata : konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik, pupil bulat, isokor, reflek
cahaya +/+.
Hidung : sekret -/-, sekret (-)
Telinga : sekret -/-, membran timpani utuh
Mulut : dalam batas normal
Bibir : sianosis (-), pucat (- ).
49
o Palpasi
meningkat.
o Perkusi
: sonor +/+
batas paru-hati: peranjakan sonor-pekak di ICS 5
o Auskultasi
Jantung :
o Inspeksi
o Palpasi
midclavicula sinistra.
o Perkusi
50
o Inspeksi
o Palspasi
o Perkusi
o Auskultasi
Genitalia
Anus
Ekstremitas
Otot
A=
angina pektoris tidak stabil CCS 2, TIMI skor 2
Terapi=
Clopidogrel 1x75 mg
Aspilet 1x80 mg
ISDN 3x5 mg
Diovan 1x80 mg
02 Mei 2015
S= nyeri dada (-), mual (-)
51
O= vital sign
Tekanan darah
: 130/80 mmhg
Frekuensi jantung
: 72 kali/menit
Frekuensi nafas
: 20 kali/menit
Temperatur
: 36,5 C
b) Status General
Kulit : coklat, turgor (-), parut, cacar (-), sianosis (-), ikterus (-), edema (-),
anemis (-)
Kepala : rambut hitam, bulat, kesan normocephali.
Mata : konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik, pupil bulat, isokor, reflek
cahaya +/+.
Hidung : sekret -/-, sekret (-)
Telinga : sekret -/-, membran timpani utuh
Mulut : dalam batas normal
Bibir : sianosis (-), pucat (- ).
Lidah : beslag (-), tremor (-), sariawan (+)
Gigi geligi : struktur gigi atas dan bawah normal, kariers (-).
Tonsil : Hiperemis (-)
Faring : Hiperemis (-)
52
Leher : tidak terdapat kaku kuduk, vena jugularis tidak teraba pulsasi,
tekanan tidak meningkat, pembesaran kelenjar getah bening (-), massa (-).
Thoraks :
o Inspeksi
o Palpasi
meningkat.
o Perkusi
: sonor +/+
batas paru-hati: peranjakan sonor-pekak di ICS 5
o Auskultasi
Jantung :
o Inspeksi
o Palpasi
midclavicula sinistra.
o Perkusi
Abdomen :
o Inspeksi
o Palspasi
53
o Perkusi
o Auskultasi
Genitalia
Anus
Ekstremitas
Otot
A=
angina pektoris tidak stabil CCS 2, TIMI skor 2
Terapi=
Clopidogrel 1x75 mg
Aspilet 1x80 mg
ISDN 3x5 mg
Diovan 1x80 mg
03 Mei 2015
S= nyeri dada (-), mual (-)
O= vital sign
Tekanan darah
: 130/80 mmhg
Frekuensi jantung
: 72 kali/menit
Frekuensi nafas
: 20 kali/menit
54
Temperatur
: 36,5 C
b) Status General
Kulit : coklat, turgor (-), parut, cacar (-), sianosis (-), ikterus (-), edema (-),
anemis (-)
Kepala : rambut hitam, bulat, kesan normocephali.
Mata : konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik, pupil bulat, isokor, reflek
cahaya +/+.
Hidung : sekret -/-, sekret (-)
Telinga : sekret -/-, membran timpani utuh
Mulut : dalam batas normal
Bibir : sianosis (-), pucat (- ).
Lidah : beslag (-), tremor (-), sariawan (+)
Gigi geligi : struktur gigi atas dan bawah normal, kariers (-).
Tonsil : Hiperemis (-)
Faring : Hiperemis (-)
Leher : tidak terdapat kaku kuduk, vena jugularis tidak teraba pulsasi,
tekanan tidak meningkat, pembesaran kelenjar getah bening (-), massa (-).
Thoraks :
o Inspeksi
55
o Palpasi
meningkat.
o Perkusi
: sonor +/+
batas paru-hati: peranjakan sonor-pekak di ICS 5
o Auskultasi
Jantung :
o Inspeksi
o Palpasi
midclavicula sinistra.
o Perkusi
Abdomen :
o Inspeksi
o Palspasi
o Perkusi
o Auskultasi
Genitalia
Anus
56
Ekstremitas
Otot
A=
angina pektoris tidak stabil CCS 2, TIMI skor 2
Terapi=
Clopidogrel 1x75 mg
Aspilet 1x80 mg
ISDN 3x5 mg
Diovan 1x80 mg
57