1 Tugas Penelitian Awal Marwan Isi
1 Tugas Penelitian Awal Marwan Isi
PENDAHULUAN
Kegiatan belajar mengajar sebagai salah satu masalah rutin yang umumnya
dilaksanakan guru di kelas, bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri akan tetapi terkait
dengan berbagai faktor dan unsur. Oleh karena itu eksistensi seorang guru tidak
media yang diperlukan akan tetapi juga kemampuan menciptakan kondisi belajar
yang kondusif.
Selama ini perhatian sangat besar ditujukan pada upaya memberikan materi
individu dan suasana kelas yang sesungguhnya sangat mempengaruhi proses belajar
mengajar.
kurang meningkatkan motivasi dan aktivitas siswa. Masih banyak tenaga pendidik
di kelas, sehingga suasana belajar terkesan kaku dan didominasi oleh guru. Dalam
penyampaian materi biasanya guru menggunakan tipe ceramah dimana siswa hanya
duduk, mencatat dan mendengarkan apa yang disampaikan guru dan sedikit peluang
bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian suasana pembelajaran menjadi tidak
1
Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
menuntut adanya partisifasi aktif dari seluruh siswa. Jadi kegiatan belajar berpusat
pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator didalamnya agar suasana kelas
lebih hidup.
kooperatif memberikan kesempatan pada siswa untuk saling berinteraksi. Siswa yang
mengalami proses belajar yang sangat efektif yang bisa memberikan hasil belajar
yang jauh lebih maksimal daripada kalau dia mendengarkan penjelasan guru.
Belum maksimalnya hasil belajar pada mata pelajaran fisika yang diperoleh
siswa kelas X SMA Negeri 2 Kota Bengkulu, juga diakibatkan dari cara belajar siswa
yang masih salah. Selama ini siswa belajarnya dengan cara menghafal (rote learning)
perolehan skor nilai hasil belajar dari ulangan harian / ulangan blok sangat rendah,
yaitu berkisar antara 60% sampai dengan 70% di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal) yang sudah ditetapkan. Berarti hanya sekitar 30% sampai dengan 40%
yang sudah tuntas. Belajar dikatakan tuntas bila siswa telah mencapai prestasi belajar
atau nilai dengan skor ≥ 60. Dengan demikian hasil belajar fisika siswa kelas X SMA
2
Bertolak dari pandangan bahwa belajar adalah mengalami sesuatu, prosesnya
berbagai aspek situasi itu untuk tujuan-tujuan yang nyata bagi siswa. Oleh karena itu
pembelajaran konsep fisika yang sulit dipahami, peneliti akan mencoba memberikan
B. Identifikasi Masalah
siswa.
belajar siswa.
3
1. Proses pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa dalam mata pelajaran fisika khususnya pada konsep energi dan
usaha.
berikut :
motivasi belajar siswa pada mata pelajara fisika khususnya dalam konsep
2. Apakah proses kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran fisika khususnya dalam konsep energi dan usaha.
D. Tujuan Penelitian
1. Meningkatkan motivasi belajar fisika pada konsep energi dan usaha melalui
proses pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas X SMA Negeri 2
Kota Bengkulu.
2. Meningkatkan hasil belajar fisika pada konsep energi dan usaha melalui proses
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Kota
Bengkulu.
4
1. Bagi guru, kegiatan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat menciptakan
situasi belajar mengajar yang efektif dan efisien (suasana belajar yang
belajar partisipatif dan menjadi lebih hidup, maka hasil belajarnya pun
meningkat.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pengalaman dapat berupa situasi belajar yang sengaja diciptakan oleh orang lain atau
situasi yang tercipta begitu adanya. Peristiwa belajar yang terjadi karena dirancang
oleh orang lain di luar diri individu sebagai pebelajar biasa disebut proses
Istilah belajar berarti suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku pada diri
individu yang biasanya terjadi setelah adanya interaksi dengan sumber belajar,
sumber belajar ini dapat berupa buku, lingkungan, guru atau sesama teman. Menurut
proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan
sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti
kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar”.
siswa untuk belajar. Hal ini tidak harus berupa proses transformasi pengetahuan dari
6
kegiatan. Kegiatan tersebut tidak ada gunanya jika tidak mengarah pada tujuan
tertentu”
Kegiatan belajar mengajar sebagai salah satu bentuk pendidikan yang multi
variable sudah tentu dalam proses penyelenggaraannya akan turut dipengaruhi serta
Faktor tersebut menurut Muhibin Syah (1995 : 132) secara umum terbagi atas
(1) Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa seperti
halnya minat, bakat dan kemampuan.
(2) Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari lingkungan disekitar siswa
seperti keadaan keluarga, latar belakang ekonomi dan kemampuan guru
dalam mengajar.
(3) Faktor pendekatan mengajar, berupa upaya belajar siswa yang meliputi
strategi dan metode yang digunakan dalam melakukan kegiatan
pembelajaran.
dibutuhkan suatu formula bentuk pembelajaran yang utuh dan tentu saja menyeluruh,
dalam arti proses pembelajaran melibatkan aktivitas siswa. Jadi pada hakekatnya,
belajar adalah wujud keaktifan siswa walaupun derajatnya tidak sama antara siswa
satu dengan yang lainnya dalam suatu proses belajar mengajar di kelas. Tetapi
terdapat banyak keaktifan yang tak dapat dilihat dengan mata atau tak dapat diamati,
atau akomodasi untuk memperoleh ilmu pengetahuan baru. Jadi yang dimaksud siswa
belajar secara aktif adalah belajar dengan melibatkan keaktifan mental walaupun
merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.
Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar.
Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan puncak proses belajar (Dimyati, 1999 : 3).
Sementara itu, Ahmadi (1984 : 35) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah
hasil yang dicapai dalam suatu usaha, dalam hal ini usaha hasil belajar berupa
perwujudan prestasi belajar siswa yang dapat dilihat pada nilai setiap mengikuti tes.
Menurut Sudjana (1999 : 25), hasil belajar pada dasarnya adalah perubahan
tingkah laku atau keterampilan yang berupa pengetahuan, pemahaman, sikap dan
lingkungan. Hasil belajar dipengaruhi 2 faktor, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
Faktor ini meliputi faktor fisiologis maupun psikologis. Faktor fisiologis antara
lain: cacat badan, kesehatan dan sebagainya. Faktor psikologis antara lain
dan sebagainya.
Faktor ini datangnya dari luar diri siswa, faktor ini melipui faktor keluarga,
laboratorium.
8
Hasil belajar dapat digolongkan pada hasil yang bersifat penguasaan sesaat dan
berkelanjutan harus dilakukan terus menerus dalam hampir setiap kegiatan belajar.
Agar hasil belajar yang dicapai oleh siswa tinggi dan berkualitas, tujuan
pengajaran yang dicapai juga tinggi, sangat dipengaruhi oleh proses interaksi antara
guru dan siswa. Interaksi antara guru dan siswa akan baik bila komunikasi antara
dalam suatu proses pembelajaran yang sering digunakan adalah berupa tes hasil
belajar. Tes hasil belajar disusun berdasarkan tujuan penggunaan tes itu sendiri,
misalnya dalam bentuk pretes dan postes. Pretes adalah tes yang diberikan sebelum
suatu pelajaran dimulai yang bertujuan untuk mengetahui sejauhmana siswa telah
menguasai bahan yang akan diberikan. Sedangkan postes adalah tes yang diberikan
sejauhmana siswa tersebut telah menguasai bahan yang telah diajarkan. Perbedaan
hasil kedua jenis tes ini akan ditentukan oleh kualitas pembelajarannya. Jika proses
pembelajaran baik maka pengaruhnya ialah terdapat perbedaan yang besar antara
postes dengan pretes. Pertanyaan-pertanyaan pada pretes harus dibuat sama dengan
pertanyaan-pertanyaan pada postes, supaya kedua hasil tes ini dapat dibandingkan.
9
B. Motivasi Belajar
Menurut Tita Rosita (1995 : 102) “Motivasi adalah dorongan dasar yang
menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang
yang menggerakan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam
dirinya”.
membangkitkan motivasi siswa untuk belajar, sebab jika tidak ada dorongan dalam
diri siswa untuk belajar, maka proses pembelajaran tidak akan efektif. Siswa yang
termotivasi belajar akan berpartisipasi secara aktif dalam pelajaran yang berlangsung
tanpa rasa terpaksa, tetapi secara sukarela atas inisiatif sendiri. Sebagai akibat dari hal
ini maka hasil belajar yang dicapai akan lebih lama diserap, karena dengan adanya
motivasi belajar tersebut maka dorongan dalam diri siswa akan terpenuhi; dan siswa
akan merasa puas dengan hasil belajar yang dirasakan sebagai pemenuhan kebutuhan.
Dalam kegiatan belajar di kelas ada tiga hal pokok yang perlu diperhatikan
yaitu: 1) kemana siswa menuju pada akhir kegiatan, 2) bagaimana caranya agar siswa
tiba pada sasaran yang dituju, 3) bagaimana agar dapat diketahui apakah sasaran yang
dituju itu sudah tercapai atau belum. Agar melalui ketiga hal tersebut guru harus
belajar”. Oleh karena itu maka guru harus membangkitkan motivasi belajar siswa
terlebih dahulu sebelum proses pembelajaran dimulai. Selanjutnya Ratna Wilis Dahar
10
(1985 : 8) mengemukakan bahwa Motivasi juga dapat berfungsi untuk membantu
jalan untuk mencapai tujuan belajar. Dalam hal ini diharapkan siswa dapat
yang dipelajarinya.
ekstrinsik dan motivasi instrinsik. Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang timbul dari
luar diri individu, baik yang disebabkan oleh orang lain maupun oleh keadaan alam
motivasi yang timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa tekanan dari luar.
Menurut Ratna Wilis Dahar (1985 : 13) “Motivasi instrinsik jauh lebih kuat dari
disadari oleh individu yang terlibat, tanpa desakan atau dorongan apapun”. Motivasi
instrinsik dapat mengubah sikap seseorang dari malas menjadi giat belajar. Motivasi
beranggapan bahwa mata pelajaran fisika itu sulit. kemungkinan lainnya adalah
model pembelajaran yang digunakan masih berorientasi pada guru sehingga siswa
belum terlibat aktif secara maksimal dalam proses pembelajaran, oleh karena itu
maka perlu upaya untuk membangkitkan motivasi belajar dan meningkatkan kualitas
11
pendekatan yang sesuai, antara lain dengan menggunakan model pembelajaran
C. Pembelajaran Kooperatif
kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling
belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum
tidak sama dengan sekedar belajar kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran
dilakukan asal-asalan”.
memperhatikan dua prinsip inti berikut. Yang pertama adalah adanya saling
kepada anggota lain dalam mencapai tujuan kelompok, misalnya menyelesaikan tugas
12
accountability). Di sini setiap anggota kelompok harus memiliki kontribusi aktif
yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas
penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada
lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus
Menurut Anita Lie (2004 : 69), “siswa bekerja dengan sesama siswa dalam
Para anggota dari kelompok yang berbeda dengan topik yang sama bertemu
untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lian tentang topik pembelajaran
yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada kelompok
asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompoknya apa yang telah mereka pelajari
13
beragam latar belakang, misalnya dari segi prestasi, jenis kelamin, suku,
agama, status sosial dan lain-lain. Kelompok ini disebut kelompok asal.
3. Setiap siswa yang mendapat sub topik yang sama berkumpul membentuk
tim ahli. Tim ahli membahas sub topik masing-masing dan menjadi ahli
menjadi ahli mengajar teman satu tim mereka tentang sub topik yang
mereka kuasai.
membuat rangkuman. Guru bisa juga memberikan tes pada kelompok. Tapi
I
ABCD ABCD ABCD ABCD
Keterangan :
I : Kelompok asal
II : Kelompok ahli
14
E. Gambaran Umum Konsep Energi dan Usaha
Kompetensi dasar yang harus disampaikan pada konsep energi dan usaha yang
sehari-hari.
merupakan besaran skalar, energi bersifat kekal yang berarti tidak dapat diciptakan
atau dimusnahkan, tetapi energi hanya dapat berubah dari bentuk energi yang satu ke
1. Bentuk-bentuk Energi
antara lain energi kimia, energi kalor, energi bunyi, energi cahaya, energi listrik,
Konversi energi adalah perubahan suatu bentuk energi ke bentuk energi lain.
Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, tetapi hanya dapat
15
4. Sumber-sumber Energi.
Sumber energi ada yang dapat diperbarui dan ada yang tidak dapat diperbarui.
Sumber energi yang tidak dapat diperbarui ialah sumber energi yang jika sudah habis
tidak dapat diadakan lagi. Sumber energi yang dapat diperbarui ialah sumber energi
5. Usaha
Usaha (W) adalah hasil kali antara gaya dengan perpindahan yang searah gaya.
Benda dikatakan melakukan usaha jika ada gaya (F) yang bekerja dan ada
perpindahan (S).
Usaha dirumuskan W = F X S
16
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) atau dalam bahasa
untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dan hasil belajar siswa yang berkaitan
dengan proses pembelajaran di kelas, khususnya pada pemahaman konsep energi dan
A. Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran
2009-2010 di SMA Negeri 2 Kota Bengkulu tanggal 3-4 Februari sebanyak 4 kali
pertemuan yang dibagi menjadi 2 siklus. Siklus I sebanyak 2 kali pertemuan dan
siklus II sebanyak 2 kali pertemuan. Jumlah jam pelajaran fisika di SMA Negeri 2
Kota Bengkulu dalam satu minggu adalah 4 jam (2 jam pelajaran pagi dan 2 jam
pelajaran sore).
Subjek yang diteliti adalah siswa kelas XH Perempuan sebanyak 28 siswa (laki-
laki dan perempuan). Peneliti mengambil subjek siswa kelas ini mengingat
17
B. Prosedur Pelaksanaan Tindakan Kelas
yang akan dilakukan dalam PTK ini menggunakan model yang dikembangkan oleh
tersebut atau biasa disebut siklus (putaran) terdiri dari empat komponen yang meliputi
: (a) perencanaan (planning), (b) aksi/tindakan (acting), (c) observasi (observing), (d)
peneliti anggap sudah cukup dengan dokumen yang sudah ada. Jadi dalam siklus ini
Prosedur penelitian tindakan kelas ini secara garis besar dapat dilihat
1. Data
Sumber data penelitian ini adalah siswa, sedangkan jenis data yang didapatkan
dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif yang meliputi :
• Jawaban angket
Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, angket, pretes, dan postes pada
19
a. Observasi
aktivitas belajar yang meliputi frekuensi aktivitas dan peningkatan kerjasama antar
b. Angket
Angket digunakan untuk melihat motivasi siswa dari pembelajaran yang telah
dilakukan, dimana angket adalah merupakan tanggapan dari seluruh siswa terhadap
lembar observasi. Oleh karena itu di lengkapi lagi dengan jurnal harian / catatan
harian yang merupakan alat bantu perekam yang paling sederhana yang memuat
Data tes hasil belajar berupa data kuantitatif yang di peroleh melalui pretes
sebelum diadakan tindakan pada masing-masing siklus dan postes setelah berakhirnya
setiap siklus. Hal ini dimaksudkan agar setiap berakhirnya disetiap siklus dapat
diketahui kemajuan dan perkembangan yang didapat oleh siswa melalui pembelajaran
20
pemahaman materi pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Data
hasil tes tersebut bisa di jadikan acuan, pertimbangan, bahan refleksi, untuk
Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Data Observasi
A
− X 100% , dimana A = Jumlah siswa yang melakukan
B kegiatan
B = Jumlah siswa keseluruhan
b. Data Angket
Peneliti menentukan nilai setiap siswa dari hasil pretes dan postes masing-
masing siklus dengan pemberian nilai skala 100, dimana KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal) untuk pelajaran fisika adalah 60. Kemudian menentukan banyaknya siswa
yang mendapat nilai diatas atau sama dengan 60 (siswa yang sudah tuntas).
21
Banyaknya siswa yang mendapat nilai ≥ 60 di hitung persentasenya dengan
menggunakan rumus :
Sementara skor nilai rata-rata diperoleh dengan cara menjumlahkan skor nilai
Peneliti sebagai orang yang terlibat secara aktif dalam pelaksanaan tindakan,
dan juga guru lain sebagai observer menyimpulkan dan mendeskripsikan kejadian
22
BAB IV
meningkatkan motivasi serta aktivitas siswa dan hasil belajar yang diperoleh siswa.
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan dua siklus yaitu siklus I dan
siklus II. Di awal setiap siklus diadakan pretes I dan pretes II, demikian pula diakhir
setiap siklus diadakan postes yaitu postes I dan postes II setelah proses pembelajaran
A. Siklus I.
1. Aktivitas Belajar
Pada pertemuan pertama di siklus I, yaitu hari Rabu pagi tanggal 3 Februari
2010, dilakukan pretes siklus I, setelah melakukan pretes siswa berada pada tatanan
empat orang setiap kelompok dan satu kelompok terdiri dari lima orang, kemudian
guru membagikan LKS kepada setiap siswa dalam kelompok tersebut, setelah siswa
sesuai dengan LKS yang akan dikerjakannya, terbagi dalam empat kelompok ahli
23
Dalam melaksanakan pembelajaran dengan diskusi di kelompok ahli peneliti
diskusi kelompok dan membuat rangkuman yang ditulis dalam buku catatan masing-
masing. Pada pertemuan pertama ini belum nampak adanya aktivitas siswa yang
yang dianggap lebih pandai dari dirinya. Berdasar data hasil observasi, diperoleh 7
orang siswa (28 %) yang bekerjasama, 4 orang siswa (16 %) yang bertanya, 6 orang
siswa (24 %) yang mengemukakan pendapat dalam diskusi dan 7 orang siswa yang
membuat rangkuman. Sedangkan 3 siswa tidak hadir di kelas dengan alasan sakit dan
siswa.
Pada pertemuan kedua di siklus I yang dilaksanakan pada hari rabu sore
tanggal 3 Februari 2010 guru meminta siswa untuk berada pada tatanan kelompok
asal, kemudian secara bergiliran siswa diminta untuk menjelaskan hasil diskusi pada
kelompok ahli kepada temannya di kelompok asal. Pada pertemuan kedua ini siswa
sudah mulai terlihat aktif. Aktivitas kelas pada pertemuan kedua ini sudah ada
(40 %), bertanya 8 orang siswa (32 %), aktivitas yang mengemukakan pendapat 9
orang siswa (36 %), dan yang membuat rangkuman 12 orang siswa (48 %). 3 siswa
masih tidak dapat hadir dalam kegiatan penelitian. Persentase aktivitas kelas secara
24
keseluruhan yaitu 68 %. Dibandingkan dengan pertemuan pertama, sudah ada
25
26 262626Ð26<Ÿ26ˆŒr.
pertemuan pertama siklus I, tepatnya hari Rabu pagi, 3 Februari 2010 , siswa
diberikan tes awal berupa pretes I yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal
sebelum diadakan proses pembelajaran tentang energi dan perubuhannya. Hasil pretes
I ternyata diperoleh skor nilai rata-rata 44,20 dan persentase ketuntasan belajar
sebesar 28 % yaitu hanya 7 orang siswa yang sudah tuntas dari 25 siswa. Hal ini
secara umum masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal yang telah ditetapkan yaitu
60. Walaupun demikian skor nilai ini masih dianggap wajar, karena memang belum
28%, maka dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam melakukan suatu upaya untuk
adanya peningkatan hasil belajar setelah diberi tindakan, siswa diberikan postes I
yang dilaksanakan hari Rabu sore tanggal 3 Februari 2010. Berdasarkan hasil dari
postes I diperoleh skor nilai rata-rata 64,60 dan persentase ketuntasan belajar
mencapai 76 %, yaitu sebanyak 19 siswa yang sudah tuntas, dan hanya 6 orang siswa
26
3. Refleksi
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari lembar observasi di siklus
memberikan hasil yang cukup memuaskan sesuai dengan target yang diharapkan.
Hal ini dapat dikatakan adanya peningkatan persentase aktivitas kelas. Secara
hal ini aktivitas kelas sudah termasuk kategori aktif, karena kriteria keaktifan kelas
dikatakan cukup apabila proses aktivitas kelas berkisar antara 50 – 75%. Namun ada
beberapa jenis aktivitas siswa yang masih dianggap rendah, yaitu aktivitas dalam hal
belum menguasai betul materi pelajaran yang sedang dibahas, sehingga timbul rasa
sendiri ataupun menyanggah pendapat orang lain. Oleh karena itu nampaknya perlu
ada pendekatan guru terhadap siswa untuk bisa merangsang atau menumbuhkan rasa
percaya diri bagi siswa dengan cara belajar yang maksimal dan menjelaskan bahwa
hal ini masih sedang taraf belajar. Siswa juga perlu dilatih keberanian mentalnya
untuk mau mencoba aktif dalam hal mengemukakan pendapat, ataupun ada
keberanian menyanggah, apabila hal itu tidak sesuai dengan konsep yang dia yakini
27
Adapun hasil belajar yang diperoleh melalui postes I, setelah berakhirnya
pembelajaran pada pertemuan di siklus I, diperoleh skor nilai rata-rata kelas sebesar
dengan hasil pretes I, terdapat peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 20,40 dan
dan bisa dikatakan memenuhi kategori berhasil, karena siswa yang mencapai nilai
diatas 60 (diatas KKM yang telah ditetapkan) sudah lebih dari 75%. Dengan
kooperatif tipe jigsaw cukup besar sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa dan pada akhirnya hasil belajarnyapun meningkat. Berbeda dengan hasil
belajar yang diperoleh sebelumnya selalu dibawah target (dibawah KKM) dimana
proses pembelajarannya hanya penjelasan langsung dari guru melalui papan tulis.
Dengan demikian hal ini perlu dipertahankan untuk proses pembelajaran pada
B. Siklus II
1. Aktivitas Belajar
Pada pertemuan pertama di siklus II, yaitu hari Kamis pagi tanggal 4 Februari
2010 dilanjutkan kembali proses pembelajaran mengenai konsep usaha dan daya.
bekerjasama sebanyak 12 orang siswa (48 %), bertanya 9 orang siswa (36 %), yang
28
sebanyak 15 orang siswa (60 %). 3 orang siswa masih tidak hadir dikarenakan sakit
pertemuan terakhir dari seluruh aktivitas penelitian ini, yang dilaksanakan pada hari
Kamis sore tanggal 4 Februari 2010. Ternyata suasana belajar semakin terlihat
kondusif, karena hampir seluruhnya siswa terlibat dalam aktivitas pembelajaran baik
pendapat. Hasil yang diperoleh dari lembar observasi bahwa yang bekerjasama yaitu
sebanyak 13 orang siswa (52 %) yang bertanya dan 11 orang siswa (44 %) yang
mencapai 88 %. 3 orang siswa masih tidak hadir dikarenakan sakit dan kegiatan
sekolah di luar.
2. Hasil Belajar
yang dipelajari di siklus II ini adalah usaha dan daya. Hasil yang diperoleh dari
pretes II memberikan skor nilai rata-rata kelas sebesar 50,60 dan ketuntasan belajar
siswa mencapai 48 %, yaitu 12 orang siswa yang sudah tuntas dari 25 orang siswa.
postes II dengan ketuntasan belajar sebesar 84 % dan nilai rata – rata sebesar 72,00.
Kenaikan dari pretes ke postes sebesar 36 % dan kenaikan nilai rata – ratanya sebesar
21,40.
29
3. Motivasi
siklus I sampai siklus II, siswa diberikan angket isian untuk mengetahui motivasi
siswa dalam model pembelajaran tipe jigsaw, karena dengan adanya motivasi belajar
tersebut akan ada dorongan belajar dalam diri siswa. Dari angket yang diberikan pada
siswa diantaranya ditanyakan merasa senang kegiatan belajar fisika, belajar fisika
dengan diskusi kelompok menyenangkan, merasa senang belajar dari teman, merasa
lebih mudah memahami penjelasan dari teman dan perlunya kegiatan seperti yang
dilakukan dikembangkan, dengan opsi pilihan setuju, ragu-ragu dan tidak setuju.
Berdasar hasil angket yang diberikan kepada siswa diperoleh hasil siswa yang
senang dengan kegiatan belajar fisika 19 orang siswa setuju (76 %), 5 orang siswa
ragu-ragu (20 %) dan 1 orang siswa tidak setuju (4 %), sedangkan belajar dengan
diskusi kelompok 23 orang siswa setuju (92 %), 2 orang siswa ragu-ragu (8 %), yang
merasa senang belajar dari penjelasan teman 23 orang siswa setuju (92 %), 2 orang
siswa ragu-ragu (8 %), yang merasa mudah memahami penjelasan teman 20 orang
siswa setuju (80 %), 3 orang siswa ragu-ragu (12 %), dan 2 orang siswa tidak setuju
(8 %), dan yang berpendapat perlu dikembangkan sebanyak 21 orang siswa setuju
4. Refleksi
30
Setelah proses pembelajaran ditempuh sebanyak 4 kali pertemuan mulai dari
siklus I sampai siklus II maka berdasarkan analisis data kegiatan siswa diperoleh
peningkatan aktivitas siswa yang cukup berarti. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
Pertemuan 1 2 1 2
Prosen Aktivitas Kelas (%) 36 68 72 88
Adapun hasil belajar (ketuntasan belajar dan skor nilai rata-rata) yang
diperoleh setelah proses pembelajaran di siklus I dan siklus II melalui postes I dan
I 28 % 76 % 48 %
II 48 % 84 % 36 %
31
Skor Nilai Rata-rata Skor Nilai Rata-rata
Siklus Perbedaan
Pretes Postes
I 44,20 64,60 20,40
Berdasarkan data tabel tersebut di atas, secara umum dikatakan bahwa hasil
belajar meningkat. Kenyataan ini bisa dijelaskan bahwa proses pembelajaran pada
konsep eneri dan perubahannya serta usaha dan daya dengan menggunakan model
pembelajaran tipe jigsaw menarik bagi siswa, sehingga siswa termotivasi untuk
Hal ini juga terlihat dari hasil angket siswa yang dapat dilihat pada tabel
32
Persentase
Jumlah
Pernyataan
No Pernyataan Responden
Responden
S RR TS % % %
Saya senang dengan kegiatan belajar
1 19 5 1 76 20 4
fisika
Belajar fisika dengan diskusi kelompok
2 23 2 - 92 8 -
menyenangkan
Saya merasa senang belajar dari
3 23 2 - 92 8 -
penjelasan teman
Saya merasa mudah memahami
4 20 3 2 80 12 8
penjelasan dari teman
Menurut saya kegiatan belajar ini perlu
5 21 4 - 84 16 -
dikembangkan
Jumlah 424 64 12
Rata-rata Persentase (%) 85 13 2
Dari tabel diatas terlihat motivasi yang dimiliki siswa dengan belajar tipe
jigsaw sangat menyenangkan, maka pembelajaran akan dirasakan lebih efektif dan
antara motivasi siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan hasil belajar
setelah proses pembelajaran dilaksanakan. Jadi bisa dikatakan apabila siswa aktif
pada saat diskusi membahas materi pembelajaran, baik dalam hal bertanya ataupun
mengemukakan pendapat, maka berarti siswa sudah mengerti dan paham apa yang
33
BAB V
34
A. Simpulan
tentang proses pembelajaran pada konsep energi dan usaha dengan menggunakan
belajar siswa dapat dilihat dari aktivitas belajar siswa dan angket siswa. Di
meningkatkan hasil belajar konsep energi dan usaha. Peningkatan hasil belajar
B. Saran
Saran-saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian tindakan kelas ini
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, agar siswa lebih termotivasi minat
35
2. Siswa hendaknya lebih bergairah dan lebih termotivasi serta lebih aktif dalam
DAFTAR PUSTAKA
36
Anita Lie, (2004), Cooperative Learning, Jakarta, Grasindo.
Ratna Wilis Dahar (1986), Interaksi Belajar Mengajar IPA, Jakarta, Universitas
Terbuka, Depdikbud
Sudjana, N. (1989), Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar,
Bandung, Sinar Baru.
37