Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan belajar mengajar sebagai salah satu masalah rutin yang umumnya

dilaksanakan guru di kelas, bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri akan tetapi terkait

dengan berbagai faktor dan unsur. Oleh karena itu eksistensi seorang guru tidak

hanya diukur dari penguasaan materi pelajaran atau menyiapkan perangkat-perangkat

media yang diperlukan akan tetapi juga kemampuan menciptakan kondisi belajar

yang kondusif.

Selama ini perhatian sangat besar ditujukan pada upaya memberikan materi

sebanyak-banyaknya kepada siswa, sangat jarang diperhatikan perbedaan-perbedaan

individu dan suasana kelas yang sesungguhnya sangat mempengaruhi proses belajar

mengajar.

Berdasar pengamatan di lapangan, proses pembelajaran di sekolah dewasa ini

kurang meningkatkan motivasi dan aktivitas siswa. Masih banyak tenaga pendidik

yang menggunakan tipe konvensional secara monoton dalam kegiatan pembelajaran

di kelas, sehingga suasana belajar terkesan kaku dan didominasi oleh guru. Dalam

penyampaian materi biasanya guru menggunakan tipe ceramah dimana siswa hanya

duduk, mencatat dan mendengarkan apa yang disampaikan guru dan sedikit peluang

bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian suasana pembelajaran menjadi tidak

kondusif sehingga siswa menjadi pasif.

1
Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

menuntut adanya partisifasi aktif dari seluruh siswa. Jadi kegiatan belajar berpusat

pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator didalamnya agar suasana kelas

lebih hidup.

Belajar kooferatif merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan

pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Belajar

kooperatif memberikan kesempatan pada siswa untuk saling berinteraksi. Siswa yang

saling menjelaskan pengertian suatu konsep pada temannya sebenarnya sedang

mengalami proses belajar yang sangat efektif yang bisa memberikan hasil belajar

yang jauh lebih maksimal daripada kalau dia mendengarkan penjelasan guru.

Belum maksimalnya hasil belajar pada mata pelajaran fisika yang diperoleh

siswa kelas X SMA Negeri 2 Kota Bengkulu, juga diakibatkan dari cara belajar siswa

yang masih salah. Selama ini siswa belajarnya dengan cara menghafal (rote learning)

bukan dimengerti atau dipahami sehingga tidak menghasilkan pembelajaran yang

bermakna (meaningful learning). Berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya

perolehan skor nilai hasil belajar dari ulangan harian / ulangan blok sangat rendah,

yaitu berkisar antara 60% sampai dengan 70% di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan

Minimal) yang sudah ditetapkan. Berarti hanya sekitar 30% sampai dengan 40%

yang sudah tuntas. Belajar dikatakan tuntas bila siswa telah mencapai prestasi belajar

atau nilai dengan skor ≥ 60. Dengan demikian hasil belajar fisika siswa kelas X SMA

Negeri 2 Kota Bengkulu masih belum maksimal.

2
Bertolak dari pandangan bahwa belajar adalah mengalami sesuatu, prosesnya

dapat berupa berbuat, bereaksi, mengalami sesuatu, menghayati sesuatu. Mengalami

sesuatu berarti menghayati situasi-situasi yang sebenarnya dan mereaksi terhadap

berbagai aspek situasi itu untuk tujuan-tujuan yang nyata bagi siswa. Oleh karena itu

dalam proses pembelajaran diperlukan suatu metode pembelajaran yang dapat

membangkitkan motivasi belajar siswa. Maka untuk memecahkan permasalahan

pembelajaran konsep fisika yang sulit dipahami, peneliti akan mencoba memberikan

upaya melalui pembelajaran kooperatif dengan tipe jigsaw.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian di atas, peneliti dapat

mengidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut :

1. Situasi belajar siswa akan lebih kondusif dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

2. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw membangkitkan motivasi

belajar siswa dalam mata pelajaran fisika.

3. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw membangkitkan aktivitas belajar

siswa.

4. Motivasi belajar siswa dapat meningkatkan hasil belajar.

5. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil

belajar siswa.

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah.

a. Masalah dalam penelitian ini penulis batasi pada :

3
1. Proses pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan motivasi

belajar siswa dalam mata pelajaran fisika khususnya pada konsep energi dan

usaha.

2. Proses pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar

fisika khususnya pada konsep energi dan usaha.

b. Dalam penelitian ini penulis memberikan perumusan masalah sebagai

berikut :

1. Apakah proses pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan

motivasi belajar siswa pada mata pelajara fisika khususnya dalam konsep

energi dan usaha.

2. Apakah proses kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa

pada mata pelajaran fisika khususnya dalam konsep energi dan usaha.

D. Tujuan Penelitian

Dari permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Meningkatkan motivasi belajar fisika pada konsep energi dan usaha melalui

proses pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas X SMA Negeri 2

Kota Bengkulu.

2. Meningkatkan hasil belajar fisika pada konsep energi dan usaha melalui proses

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Kota

Bengkulu.

E. Manfaat Hasil Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut :

4
1. Bagi guru, kegiatan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat menciptakan

situasi belajar mengajar yang efektif dan efisien (suasana belajar yang

kondusif), mengetahui strategi pembelajaran yang bervariasi dan inovatif serta

meningkatkan pemahaman guru dalam melakukan tindakan kelas. Sebagai

upaya untuk mengatasi pembelajaran yang konvensional, dan pada akhirnya

dapat meningkatkan mutu proses belajar mengajar di kelas.

2. Bagi siswa, kegiatan pembelajaran dengan tipe jigsaw dapat meningkatkan

motivasi belajar, dan meningkatkan kegairahan belajar, karena bisa menarik

perhatian siswa dengan anggota kelompoknya yang akan menimbulkan suasana

belajar partisipatif dan menjadi lebih hidup, maka hasil belajarnya pun

meningkat.

3. Bagi sekolah, penelitian ini dapat membantu memperbaiki proses

pembelajaran, khususnya mata pelajaran fisika, sehingga sekolah bisa

memfasilitasi segala keperluan untuk kelancaran proses pembelajaran tersebut.

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar

Belajar pada dasarnya merupakan peristiwa yang bersifat individual yakni

terjadinya perubahan tingkah laku sebagai dampak dari pengalaman individu.

Pengalaman dapat berupa situasi belajar yang sengaja diciptakan oleh orang lain atau

situasi yang tercipta begitu adanya. Peristiwa belajar yang terjadi karena dirancang

oleh orang lain di luar diri individu sebagai pebelajar biasa disebut proses

pembelajaran. Proses ini biasa dirancang oleh guru.

Istilah belajar berarti suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku pada diri

individu yang biasanya terjadi setelah adanya interaksi dengan sumber belajar,

sumber belajar ini dapat berupa buku, lingkungan, guru atau sesama teman. Menurut

pendapat Nana Sudjana ( 1985 : 5) mengemukakan bahwa : “Belajar adalah sesuatu

proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan

sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti

berubah pengetahuan, pemahaman, sikap, dan tingkahlaku, keterampilan, kecakapan,

kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar”.

Adapun istilah mengajar adalah menciptakan situasi yang mampu merangsang

siswa untuk belajar. Hal ini tidak harus berupa proses transformasi pengetahuan dari

guru kepada siswa. Aa Rooyakkers (1984 : 13 ) mengatakan bahwa : “Proses

mengajar adalah menyampaikan bahan pelajaran yang berarti melaksanakan beberapa

6
kegiatan. Kegiatan tersebut tidak ada gunanya jika tidak mengarah pada tujuan

tertentu”

Kegiatan belajar mengajar sebagai salah satu bentuk pendidikan yang multi

variable sudah tentu dalam proses penyelenggaraannya akan turut dipengaruhi serta

melibatkan faktor-faktor lain.

Faktor tersebut menurut Muhibin Syah (1995 : 132) secara umum terbagi atas

tiga macam berupa :

(1) Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa seperti
halnya minat, bakat dan kemampuan.
(2) Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari lingkungan disekitar siswa
seperti keadaan keluarga, latar belakang ekonomi dan kemampuan guru
dalam mengajar.
(3) Faktor pendekatan mengajar, berupa upaya belajar siswa yang meliputi
strategi dan metode yang digunakan dalam melakukan kegiatan
pembelajaran.

Dengan demikian, untuk menciptakan proses pembelajaran yang tepat

dibutuhkan suatu formula bentuk pembelajaran yang utuh dan tentu saja menyeluruh,

dalam arti proses pembelajaran melibatkan aktivitas siswa. Jadi pada hakekatnya,

belajar adalah wujud keaktifan siswa walaupun derajatnya tidak sama antara siswa

satu dengan yang lainnya dalam suatu proses belajar mengajar di kelas. Tetapi

terdapat banyak keaktifan yang tak dapat dilihat dengan mata atau tak dapat diamati,

misalnya menggunakan hasanah ilmu pengetahuannya untuk memecahkan masalah,

memilih teorama-teorama untuk membuktikan proposisi, melakukan asimilasi dan

atau akomodasi untuk memperoleh ilmu pengetahuan baru. Jadi yang dimaksud siswa

belajar secara aktif adalah belajar dengan melibatkan keaktifan mental walaupun

dalam banyak hal diperlukan keaktifan fisik.


7
Setelah berakhirnya proses pembelajaran biasanya diperoleh hasil belajar yang

merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.

Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar.

Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan puncak proses belajar (Dimyati, 1999 : 3).

Sementara itu, Ahmadi (1984 : 35) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah

hasil yang dicapai dalam suatu usaha, dalam hal ini usaha hasil belajar berupa

perwujudan prestasi belajar siswa yang dapat dilihat pada nilai setiap mengikuti tes.

Menurut Sudjana (1999 : 25), hasil belajar pada dasarnya adalah perubahan

tingkah laku atau keterampilan yang berupa pengetahuan, pemahaman, sikap dan

aspek lain lewat serangkaian kegiatan membaca, mengamati, mendengar, meniru,

menulis, dan lain sebagainya, sebagai bentuk pengalaman individu dengan

lingkungan. Hasil belajar dipengaruhi 2 faktor, yaitu faktor internal dan faktor

eksternal.

a. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa)

Faktor ini meliputi faktor fisiologis maupun psikologis. Faktor fisiologis antara

lain: cacat badan, kesehatan dan sebagainya. Faktor psikologis antara lain

berupa motivasi, minat, reaksi, konsentrasi, organisasi, repetisi, komprehensif,

dan sebagainya.

b. Faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa)

Faktor ini datangnya dari luar diri siswa, faktor ini melipui faktor keluarga,

sekolah, dan masyarakat. Ketersediaan sarana dan prasarana atau adanya

laboratorium.

8
Hasil belajar dapat digolongkan pada hasil yang bersifat penguasaan sesaat dan

penguasaan berkelanjutan. Penguasaan sesaat contohnya pengetahuan tentang fakta,

teori, istilah-istilah, pendapat dan sebagainya. Hasil belajar yang bersifat

berkelanjutan harus dilakukan terus menerus dalam hampir setiap kegiatan belajar.

Penguasaan berkelanjutan misalnya keterampilan tertentu dalam mengolah suatu

produk, menyelesaikan perhitungan dan sebagainya.

Agar hasil belajar yang dicapai oleh siswa tinggi dan berkualitas, tujuan

pengajaran yang dicapai juga tinggi, sangat dipengaruhi oleh proses interaksi antara

guru dan siswa. Interaksi antara guru dan siswa akan baik bila komunikasi antara

guru dan siswa juga berjalan dengan baik.

Kemudian untuk mengukur hasil belajar dalam penentuan keberhasilan siswa

dalam suatu proses pembelajaran yang sering digunakan adalah berupa tes hasil

belajar. Tes hasil belajar disusun berdasarkan tujuan penggunaan tes itu sendiri,

misalnya dalam bentuk pretes dan postes. Pretes adalah tes yang diberikan sebelum

suatu pelajaran dimulai yang bertujuan untuk mengetahui sejauhmana siswa telah

menguasai bahan yang akan diberikan. Sedangkan postes adalah tes yang diberikan

sesudah suatu pelajaran selesai diajarkan, tujuannya adalah untuk mengetahui

sejauhmana siswa tersebut telah menguasai bahan yang telah diajarkan. Perbedaan

hasil kedua jenis tes ini akan ditentukan oleh kualitas pembelajarannya. Jika proses

pembelajaran baik maka pengaruhnya ialah terdapat perbedaan yang besar antara

postes dengan pretes. Pertanyaan-pertanyaan pada pretes harus dibuat sama dengan

pertanyaan-pertanyaan pada postes, supaya kedua hasil tes ini dapat dibandingkan.

9
B. Motivasi Belajar

Menurut Tita Rosita (1995 : 102) “Motivasi adalah dorongan dasar yang

menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang

yang menggerakan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam

dirinya”.

Agar pembelajaran menjadi lebih berkualitas maka guru harus dapat

membangkitkan motivasi siswa untuk belajar, sebab jika tidak ada dorongan dalam

diri siswa untuk belajar, maka proses pembelajaran tidak akan efektif. Siswa yang

termotivasi belajar akan berpartisipasi secara aktif dalam pelajaran yang berlangsung

tanpa rasa terpaksa, tetapi secara sukarela atas inisiatif sendiri. Sebagai akibat dari hal

ini maka hasil belajar yang dicapai akan lebih lama diserap, karena dengan adanya

motivasi belajar tersebut maka dorongan dalam diri siswa akan terpenuhi; dan siswa

akan merasa puas dengan hasil belajar yang dirasakan sebagai pemenuhan kebutuhan.

Dalam kegiatan belajar di kelas ada tiga hal pokok yang perlu diperhatikan

yaitu: 1) kemana siswa menuju pada akhir kegiatan, 2) bagaimana caranya agar siswa

tiba pada sasaran yang dituju, 3) bagaimana agar dapat diketahui apakah sasaran yang

dituju itu sudah tercapai atau belum. Agar melalui ketiga hal tersebut guru harus

menciptakan kondisi yang dapat merangsang timbulnya motivasi belajar siswa.

Menurut Ratna Wilis Dahar (1985 : 8) “Motivasi berfungsi mengikat perhatian

siswa, menggiatkan semangat belajar, menyediakan kondisi yang optimal untuk

belajar”. Oleh karena itu maka guru harus membangkitkan motivasi belajar siswa

terlebih dahulu sebelum proses pembelajaran dimulai. Selanjutnya Ratna Wilis Dahar

10
(1985 : 8) mengemukakan bahwa Motivasi juga dapat berfungsi untuk membantu

siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, khususnya untuk menemukan

jalan untuk mencapai tujuan belajar. Dalam hal ini diharapkan siswa dapat

menyelesaikan tugas yang diberikan dalam kelompoknya mengenai materi pelajaran

yang dipelajarinya.

Berdasarkan penyebab timbulnya, ada dua jenis motivasi; yaitu motivasi

ekstrinsik dan motivasi instrinsik. Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang timbul dari

luar diri individu, baik yang disebabkan oleh orang lain maupun oleh keadaan alam

dan lingkungan. Seperti keluarga, masyarakat, sekolah. Motivasi instrinsik yaitu

motivasi yang timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa tekanan dari luar.

Menurut Ratna Wilis Dahar (1985 : 13) “Motivasi instrinsik jauh lebih kuat dari

pada motivasi ekstrinsik, karena timbulnya motivasi instrinsik ini sepenuhnya

disadari oleh individu yang terlibat, tanpa desakan atau dorongan apapun”. Motivasi

instrinsik dapat mengubah sikap seseorang dari malas menjadi giat belajar. Motivasi

ekstrinsik dapat membantu timbulnya motivasi instrinsik, yang berpengaruh lebih

kuat terhadap keberhasilan belajar.

Kemungkinan penyebab rendahnya motivasi belajar siswa diantaranya, siswa

beranggapan bahwa mata pelajaran fisika itu sulit. kemungkinan lainnya adalah

model pembelajaran yang digunakan masih berorientasi pada guru sehingga siswa

belum terlibat aktif secara maksimal dalam proses pembelajaran, oleh karena itu

maka perlu upaya untuk membangkitkan motivasi belajar dan meningkatkan kualitas

pembelajaran fisika agar hasil pembelajaran menjadi bermakna perlu menggunakan

11
pendekatan yang sesuai, antara lain dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif (cooperative learning).

C. Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

yang mendukung pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kooperatif adalah salah

satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran

kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota

kelompok yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas

kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling

membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif,

belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum

menguasai bahan pelajaran.

Menurut Anita Lie (2004 : 29), “Model pembelajaran cooperative learning

tidak sama dengan sekedar belajar kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran

cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang

dilakukan asal-asalan”.

Penerapan pembelajaran kooperatif akan memberikan hasil yang efektif kalau

memperhatikan dua prinsip inti berikut. Yang pertama adalah adanya saling

ketergantungan yang positif. Semua anggota dalam kelompok saling bergantung

kepada anggota lain dalam mencapai tujuan kelompok, misalnya menyelesaikan tugas

dari guru. Prinsip yang kedua adalah tanggungjawab pribadi (individual

12
accountability). Di sini setiap anggota kelompok harus memiliki kontribusi aktif

dalam bekerja sama.

D. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ( Model Tim Ahli )

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif

yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas

penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada

anggota lain dalam kelompoknya. Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa

tanggungjawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang

lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus

siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya .

Dengan demikian, jigsaw juga dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Menurut Anita Lie (2004 : 69), “siswa bekerja dengan sesama siswa dalam

suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah

informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi”.

Para anggota dari kelompok yang berbeda dengan topik yang sama bertemu

untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lian tentang topik pembelajaran

yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada kelompok

asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompoknya apa yang telah mereka pelajari

sebelumnya pada pertemuan tim ahli.

Langkah-langkah Jigsaw adalah sebagai berikut :

1. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok. Tiap kelompok beranggotakan 4

sampai dengan 6 orang. Sebaiknya kelompok terdiri atas siswa dengan

13
beragam latar belakang, misalnya dari segi prestasi, jenis kelamin, suku,

agama, status sosial dan lain-lain. Kelompok ini disebut kelompok asal.

2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda

3. Setiap siswa yang mendapat sub topik yang sama berkumpul membentuk

tim ahli. Tim ahli membahas sub topik masing-masing dan menjadi ahli

dalam topik itu.

4. Setelah selesai berdiskusi dalam tim ahli, anggota kembali ke kelompok

asal masing-masing. Kemudian secara bergantian, tiap siswa yang telah

menjadi ahli mengajar teman satu tim mereka tentang sub topik yang

mereka kuasai.

5. Kelompok asal mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, atau

membuat rangkuman. Guru bisa juga memberikan tes pada kelompok. Tapi

pada saat mengerjakan tes siswa tidak boleh bekerja sama.

Bagan pengelolaan siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

I
ABCD ABCD ABCD ABCD

II AAAA BBBB CCCC DDDD

Keterangan :

I : Kelompok asal

II : Kelompok ahli

14
E. Gambaran Umum Konsep Energi dan Usaha

Kompetensi dasar yang harus disampaikan pada konsep energi dan usaha yang

tercantum dalam standar isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di kelas X

semester genap adalah : Menjelaskan hubungan bentuk energi dan

perubahannya, prinsip usaha dan energi serta penerapannya dalam kehidupan

sehari-hari.

Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja atau usaha. Energi

merupakan besaran skalar, energi bersifat kekal yang berarti tidak dapat diciptakan

atau dimusnahkan, tetapi energi hanya dapat berubah dari bentuk energi yang satu ke

bentuk yang lain.

1. Bentuk-bentuk Energi

Beberapa bentuk energi yang biasa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari,

antara lain energi kimia, energi kalor, energi bunyi, energi cahaya, energi listrik,

energi nuklir, dan energi mekanik.

2. Perubahan energi (Konversi Energi).

Konversi energi adalah perubahan suatu bentuk energi ke bentuk energi lain.

Alat atau benda yang melakukan konversi energi disebut converter.

3. Hukum Kekekalan Energi

Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, tetapi hanya dapat

berubah bentuk dari energi yang satu ke energi yang lain.

15
4. Sumber-sumber Energi.

Sumber energi ada yang dapat diperbarui dan ada yang tidak dapat diperbarui.

Sumber energi yang tidak dapat diperbarui ialah sumber energi yang jika sudah habis

tidak dapat diadakan lagi. Sumber energi yang dapat diperbarui ialah sumber energi

yang jika sudah habis, dapat diadakan kembali.

5. Usaha

Usaha (W) adalah hasil kali antara gaya dengan perpindahan yang searah gaya.

Benda dikatakan melakukan usaha jika ada gaya (F) yang bekerja dan ada

perpindahan (S).

Usaha dirumuskan W = F X S

16
BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) atau dalam bahasa

Inggris disebut Classroom Action Research ( CAR ). Penelitian ini dimaksudkan

untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dan hasil belajar siswa yang berkaitan

dengan proses pembelajaran di kelas, khususnya pada pemahaman konsep energi dan

konsep usaha dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw .

Langkah-langkah yang ditempuh mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan

penelitian akan dijabarkan dalam uraian berikut ini.

A. Setting Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran

2009-2010 di SMA Negeri 2 Kota Bengkulu tanggal 3-4 Februari sebanyak 4 kali

pertemuan yang dibagi menjadi 2 siklus. Siklus I sebanyak 2 kali pertemuan dan

siklus II sebanyak 2 kali pertemuan. Jumlah jam pelajaran fisika di SMA Negeri 2

Kota Bengkulu dalam satu minggu adalah 4 jam (2 jam pelajaran pagi dan 2 jam

pelajaran sore).

Subjek yang diteliti adalah siswa kelas XH Perempuan sebanyak 28 siswa (laki-

laki dan perempuan). Peneliti mengambil subjek siswa kelas ini mengingat

karakteristiknya cenderung lebih aktif dibandingkan dengan kelas lain.

17
B. Prosedur Pelaksanaan Tindakan Kelas

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), adapun tahapan

yang akan dilakukan dalam PTK ini menggunakan model yang dikembangkan oleh

Kurt Lewin seperti disebutkan dalam Dikdasmen (2003:18) bahwa tahap-tahap

tersebut atau biasa disebut siklus (putaran) terdiri dari empat komponen yang meliputi

: (a) perencanaan (planning), (b) aksi/tindakan (acting), (c) observasi (observing), (d)

refleksi (reflecting). Karena singkatnya penugasan penelitian ini, tahap perencanaan

peneliti anggap sudah cukup dengan dokumen yang sudah ada. Jadi dalam siklus ini

langsung ke tindakan awal.

Prosedur penelitian tindakan kelas ini secara garis besar dapat dilihat

dalam tabel berikut ini :

Tabel 1 : Siklus Kegiatan Penelitian

Siklus Tindakan • Melaksanakan KBM yang mengacu pada


I rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah
disiapkan.
• Melakukan evaluasi dalam bentuk tes
kemampuan pemahaman konsep yang
dipelajari.
Pengamatan Melakukan observasi dengan menggunakan
format observasi
Refleksi • Melakukan evaluasi tindakan yang telah
dilakukan meliputi efektifitas waktu yang
telah dilaksanakan.
• Membahas hasil tindakan.
• Memperbaiki pelaksanaan tindakan yang
telah dilakukan yang belum mencapai
sasaran.
• Evaluasi tindakan.
Indikator • Instrument-instrumen yang telah disiapkan
keberhasilan siklus I pada siklus I dapat dilaksanakan semua
• Siswa mampu melaksanakan KBM dengan
18
aktifitas yang tinggi.
• Siswa mampu menunjukan bentuk-bentuk
energi dan contohnya dalam kehidupan
sehari-hari.
Siklus Perencanaan • Identifikasi masalah dan penetapan alternatife
II pemecahan masalah
• Pengembangan program tindakan II
Tidakan • Pelaksanaan program tindakan II
Pengamatan • Pengumpulan data tindakan II
Refleksi • Evaluasi tindakan II
Indicator • Instrument-instrumen yang telah disiapkan
keberhasilan siklus II pada siklus II dapat terlaksanakan semua
• Aktifitas siswa dalam KBM meningkat.
• Motivasi siswa dalam KBM meningkat
• Hampir 100 % pencapaian hasil belajar
menunjukan peningkatan.

C. Data dan Teknik Pengumpulan Data

1. Data

Sumber data penelitian ini adalah siswa, sedangkan jenis data yang didapatkan

dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif yang meliputi :

• Data hasil pretes dan postes

• Hasil observasi terhadap proses Kegiatan Belajar-Mengajar

• Jawaban angket

• Jurnal harian/catatan lapangan

2 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, angket, pretes, dan postes pada

tiap siklus dan dilengkapi jurnal harian (catatan harian).

19
a. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa selama kegiatan

pembelajaran berlangsung, dari observasi tersebut dapat dilihat peningkatan

aktivitas belajar yang meliputi frekuensi aktivitas dan peningkatan kerjasama antar

siswa dalam pelaksanaan pembelajaran.

b. Angket

Angket digunakan untuk melihat motivasi siswa dari pembelajaran yang telah

dilakukan, dimana angket adalah merupakan tanggapan dari seluruh siswa terhadap

kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan, bermanfaat atau dapat dirasakan oleh

siswa dalam rangka meningkatkan aktivitas dan hasil belajar.

c. Jurnal Harian (Catatan Harian)

Seluruh kegiatan dalam proses pembelajaran tidak semuanya tercantum dalam

lembar observasi. Oleh karena itu di lengkapi lagi dengan jurnal harian / catatan

harian yang merupakan alat bantu perekam yang paling sederhana yang memuat

perilaku khusus siswa maupun permasalahan yang dapat di jadikan pertimbangan

bagi pelaksanaan langkah-langkah berikutnya.

d. Data Tes Hasil Belajar

Data tes hasil belajar berupa data kuantitatif yang di peroleh melalui pretes

sebelum diadakan tindakan pada masing-masing siklus dan postes setelah berakhirnya

setiap siklus. Hal ini dimaksudkan agar setiap berakhirnya disetiap siklus dapat

diketahui kemajuan dan perkembangan yang didapat oleh siswa melalui pembelajaran

20
pemahaman materi pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Data

hasil tes tersebut bisa di jadikan acuan, pertimbangan, bahan refleksi, untuk

merencanakan pelaksanaan pada siklus berikutnya.

3. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a. Data Observasi

Data obsevasi ini di ambil melalui pengamatan yang dilakukan oleh

kolaborator sebagai observer, yang dilakukan pada saat berlangsungnya kegiatan

pembelajaran di kelas. Pengolahannya dengan menggunakan rumus :

A
− X 100% , dimana A = Jumlah siswa yang melakukan
B kegiatan
B = Jumlah siswa keseluruhan

b. Data Angket

Menganalisis data hasil angket dengan menggunakan rumus sebagai berikut

Jumlah responden actual


−−−−−−−−−−−−−−−−−−− X 100 %
Jumlah seluruh responden
c. Data Tes Hasil Belajar

Peneliti menentukan nilai setiap siswa dari hasil pretes dan postes masing-

masing siklus dengan pemberian nilai skala 100, dimana KKM (Kriteria Ketuntasan

Minimal) untuk pelajaran fisika adalah 60. Kemudian menentukan banyaknya siswa

yang mendapat nilai diatas atau sama dengan 60 (siswa yang sudah tuntas).
21
Banyaknya siswa yang mendapat nilai ≥ 60 di hitung persentasenya dengan

menggunakan rumus :

Jumlah siswa yang tuntas


X 100 %
Jumlah seluruh siswa

Sementara skor nilai rata-rata diperoleh dengan cara menjumlahkan skor nilai

seluruh siswa dibagi dengan jumlah siswa.

d. Data Jurnal Harian

Peneliti sebagai orang yang terlibat secara aktif dalam pelaksanaan tindakan,

dan juga guru lain sebagai observer menyimpulkan dan mendeskripsikan kejadian

selama penelitian berlangsung baik pada siklus I maupun siklus II.

22
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini berupaya untuk mengungkapkan hasil implementasi dari proses

pembelajaran dengan model kooperatif learning tipe jigsaw dalam rangka

meningkatkan motivasi serta aktivitas siswa dan hasil belajar yang diperoleh siswa.

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan dua siklus yaitu siklus I dan

siklus II. Di awal setiap siklus diadakan pretes I dan pretes II, demikian pula diakhir

setiap siklus diadakan postes yaitu postes I dan postes II setelah proses pembelajaran

berakhir atau setelah diberi tindakan.

Hasil penelitian dan beberapa temuan saat pelaksanaan berlangsung beserta

pembahasannya akan diuraikan pada masing-masing siklus berikut ini :

A. Siklus I.

1. Aktivitas Belajar

Pada pertemuan pertama di siklus I, yaitu hari Rabu pagi tanggal 3 Februari

2010, dilakukan pretes siklus I, setelah melakukan pretes siswa berada pada tatanan

kelompok masing-masing yang terdiri dari enam kelompok yang beranggotakan

empat orang setiap kelompok dan satu kelompok terdiri dari lima orang, kemudian

guru membagikan LKS kepada setiap siswa dalam kelompok tersebut, setelah siswa

mendapatkan bagian LKS masing-masing siswa bergabung dalam kelompok ahli

sesuai dengan LKS yang akan dikerjakannya, terbagi dalam empat kelompok ahli

untuk melakukan diskusi.

23
Dalam melaksanakan pembelajaran dengan diskusi di kelompok ahli peneliti

dibantu oleh observer mengamati beberapa aktivitas siswa, diantaranya kerjasama

dalam kelompok, bertanya, mengemukakan pendapat pada saat berlangsungnya

diskusi kelompok dan membuat rangkuman yang ditulis dalam buku catatan masing-

masing. Pada pertemuan pertama ini belum nampak adanya aktivitas siswa yang

mencolok, namun siswa lebih cenderung untuk memperhatikan penjelasan temannya

yang dianggap lebih pandai dari dirinya. Berdasar data hasil observasi, diperoleh 7

orang siswa (28 %) yang bekerjasama, 4 orang siswa (16 %) yang bertanya, 6 orang

siswa (24 %) yang mengemukakan pendapat dalam diskusi dan 7 orang siswa yang

membuat rangkuman. Sedangkan 3 siswa tidak hadir di kelas dengan alasan sakit dan

kegiatan sekolah di luar sekolah. Persentase aktivitas belajar secara keseluruhan

diperoleh sebesar 36 %. Data tersebut diperoleh melalui lembar observasi kegiatan

siswa.

Pada pertemuan kedua di siklus I yang dilaksanakan pada hari rabu sore

tanggal 3 Februari 2010 guru meminta siswa untuk berada pada tatanan kelompok

asal, kemudian secara bergiliran siswa diminta untuk menjelaskan hasil diskusi pada

kelompok ahli kepada temannya di kelompok asal. Pada pertemuan kedua ini siswa

sudah mulai terlihat aktif. Aktivitas kelas pada pertemuan kedua ini sudah ada

peningkatan dibandingkan pertemuan pertama. Aktivitas kerjasama 10 orang siswa

(40 %), bertanya 8 orang siswa (32 %), aktivitas yang mengemukakan pendapat 9

orang siswa (36 %), dan yang membuat rangkuman 12 orang siswa (48 %). 3 siswa

masih tidak dapat hadir dalam kegiatan penelitian. Persentase aktivitas kelas secara

24
keseluruhan yaitu 68 %. Dibandingkan dengan pertemuan pertama, sudah ada

peningkatan aktivitas kelas sebesar 32 %.

25
26 262626Ð26<Ÿ26ˆŒr.

Pada awal kegiatan penelitian, sebelum pelaksanaan pembelajaran pada

pertemuan pertama siklus I, tepatnya hari Rabu pagi, 3 Februari 2010 , siswa

diberikan tes awal berupa pretes I yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal

sebelum diadakan proses pembelajaran tentang energi dan perubuhannya. Hasil pretes

I ternyata diperoleh skor nilai rata-rata 44,20 dan persentase ketuntasan belajar

sebesar 28 % yaitu hanya 7 orang siswa yang sudah tuntas dari 25 siswa. Hal ini

menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman konsep energi dan perubahannya

secara umum masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal yang telah ditetapkan yaitu

60. Walaupun demikian skor nilai ini masih dianggap wajar, karena memang belum

diajarkan (belum dilakukan proses pembelajaran di kelas). Waktu yang digunakan

untuk pretes I adalah 30 menit.

Berdasarkan hasil pretes I yang diperoleh, yaitu ketuntasan belajar hanya

28%, maka dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam melakukan suatu upaya untuk

meningkatkan pemahaman konsep energi dan perubahannya dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Setelah proses pembelajaran yang berlangsung di siklus I, untuk mengetahui

adanya peningkatan hasil belajar setelah diberi tindakan, siswa diberikan postes I

yang dilaksanakan hari Rabu sore tanggal 3 Februari 2010. Berdasarkan hasil dari

postes I diperoleh skor nilai rata-rata 64,60 dan persentase ketuntasan belajar

mencapai 76 %, yaitu sebanyak 19 siswa yang sudah tuntas, dan hanya 6 orang siswa

yang belum tuntas.

26
3. Refleksi

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari lembar observasi di siklus

I, bahwa setelah proses pembelajaran yang dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan

( setelah diberi tindakan ), ternyata penerapan pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw konsep energi dan perubahannya

memberikan hasil yang cukup memuaskan sesuai dengan target yang diharapkan.

Hal ini dapat dikatakan adanya peningkatan persentase aktivitas kelas. Secara

keseluruhan aktivitas belajar di siklus I meningkat dari 36 % menjadi 68 %. Dalam

hal ini aktivitas kelas sudah termasuk kategori aktif, karena kriteria keaktifan kelas

dikatakan cukup apabila proses aktivitas kelas berkisar antara 50 – 75%. Namun ada

beberapa jenis aktivitas siswa yang masih dianggap rendah, yaitu aktivitas dalam hal

aktivitas mengemukakan pendapat. Hasil prediksi diperkirakan bahwa siswa masih

belum menguasai betul materi pelajaran yang sedang dibahas, sehingga timbul rasa

tidak percaya diri atau suatu keragu-raguan untuk mengemukakan pendapatnya

sendiri ataupun menyanggah pendapat orang lain. Oleh karena itu nampaknya perlu

ada pendekatan guru terhadap siswa untuk bisa merangsang atau menumbuhkan rasa

percaya diri bagi siswa dengan cara belajar yang maksimal dan menjelaskan bahwa

hal ini masih sedang taraf belajar. Siswa juga perlu dilatih keberanian mentalnya

untuk mau mencoba aktif dalam hal mengemukakan pendapat, ataupun ada

keberanian menyanggah, apabila hal itu tidak sesuai dengan konsep yang dia yakini

(misalkan dari buku sumber).

27
Adapun hasil belajar yang diperoleh melalui postes I, setelah berakhirnya

pembelajaran pada pertemuan di siklus I, diperoleh skor nilai rata-rata kelas sebesar

64,60 dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 76 %. Apabila dibandingkan

dengan hasil pretes I, terdapat peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 20,40 dan

peningkatan prosestase ketuntasan belajar sebesar 48 %. Peningkatan ini cukup besar

dan bisa dikatakan memenuhi kategori berhasil, karena siswa yang mencapai nilai

diatas 60 (diatas KKM yang telah ditetapkan) sudah lebih dari 75%. Dengan

demikian bahwa pengaruh proses pembelajaran dengan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw cukup besar sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar

siswa dan pada akhirnya hasil belajarnyapun meningkat. Berbeda dengan hasil

belajar yang diperoleh sebelumnya selalu dibawah target (dibawah KKM) dimana

proses pembelajarannya hanya penjelasan langsung dari guru melalui papan tulis.

Dengan demikian hal ini perlu dipertahankan untuk proses pembelajaran pada

pertemuan selanjutnya di siklus II.

B. Siklus II

1. Aktivitas Belajar

Pada pertemuan pertama di siklus II, yaitu hari Kamis pagi tanggal 4 Februari

2010 dilanjutkan kembali proses pembelajaran mengenai konsep usaha dan daya.

Persentase aktivitas siswa secara keseluruhan meningkat dari pertemuan sebelumnya

yaitu 68 % menjadi 72 %. Peningkatannya sebesar 4 %. Pada pertemuan ini, yang

bekerjasama sebanyak 12 orang siswa (48 %), bertanya 9 orang siswa (36 %), yang

mengemukakan pendapat 11 orang siswa (44 %) dan yang membuat rangkuman

28
sebanyak 15 orang siswa (60 %). 3 orang siswa masih tidak hadir dikarenakan sakit

dan kegiatan sekolah di luar.

Kemudian dilanjutkan dengan petemuan kedua di siklus II, sekaligus sebagai

pertemuan terakhir dari seluruh aktivitas penelitian ini, yang dilaksanakan pada hari

Kamis sore tanggal 4 Februari 2010. Ternyata suasana belajar semakin terlihat

kondusif, karena hampir seluruhnya siswa terlibat dalam aktivitas pembelajaran baik

yang bertanya, yang menjawab, yang menyanggah ataupun yang mengemukakan

pendapat. Hasil yang diperoleh dari lembar observasi bahwa yang bekerjasama yaitu

sebanyak 13 orang siswa (52 %) yang bertanya dan 11 orang siswa (44 %) yang

mengemukakan pendapat 12 orang siswa (48 %) dan yang membuat rangkuman

sebanyak 19 orang siswa (76 %). Persentase aktivitas kelas keseluruhannya

mencapai 88 %. 3 orang siswa masih tidak hadir dikarenakan sakit dan kegiatan

sekolah di luar.

2. Hasil Belajar

Pretes II dilakukan sebelum pelaksanaan pembelajaran di siklus II. Konsep

yang dipelajari di siklus II ini adalah usaha dan daya. Hasil yang diperoleh dari

pretes II memberikan skor nilai rata-rata kelas sebesar 50,60 dan ketuntasan belajar

siswa mencapai 48 %, yaitu 12 orang siswa yang sudah tuntas dari 25 orang siswa.

Setelah pembelajaran dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan, diperoleh hasil dari

postes II dengan ketuntasan belajar sebesar 84 % dan nilai rata – rata sebesar 72,00.

Kenaikan dari pretes ke postes sebesar 36 % dan kenaikan nilai rata – ratanya sebesar

21,40.

29
3. Motivasi

Setelah proses pembelajaran ditempuh sebanyak 4 kali pertemuan mulai dari

siklus I sampai siklus II, siswa diberikan angket isian untuk mengetahui motivasi

siswa dalam model pembelajaran tipe jigsaw, karena dengan adanya motivasi belajar

tersebut akan ada dorongan belajar dalam diri siswa. Dari angket yang diberikan pada

siswa diantaranya ditanyakan merasa senang kegiatan belajar fisika, belajar fisika

dengan diskusi kelompok menyenangkan, merasa senang belajar dari teman, merasa

lebih mudah memahami penjelasan dari teman dan perlunya kegiatan seperti yang

dilakukan dikembangkan, dengan opsi pilihan setuju, ragu-ragu dan tidak setuju.

Berdasar hasil angket yang diberikan kepada siswa diperoleh hasil siswa yang

senang dengan kegiatan belajar fisika 19 orang siswa setuju (76 %), 5 orang siswa

ragu-ragu (20 %) dan 1 orang siswa tidak setuju (4 %), sedangkan belajar dengan

diskusi kelompok 23 orang siswa setuju (92 %), 2 orang siswa ragu-ragu (8 %), yang

merasa senang belajar dari penjelasan teman 23 orang siswa setuju (92 %), 2 orang

siswa ragu-ragu (8 %), yang merasa mudah memahami penjelasan teman 20 orang

siswa setuju (80 %), 3 orang siswa ragu-ragu (12 %), dan 2 orang siswa tidak setuju

(8 %), dan yang berpendapat perlu dikembangkan sebanyak 21 orang siswa setuju

(84%), sedangkan 4 orang siswa ragu-ragu (16 %).

4. Refleksi

30
Setelah proses pembelajaran ditempuh sebanyak 4 kali pertemuan mulai dari

siklus I sampai siklus II maka berdasarkan analisis data kegiatan siswa diperoleh

peningkatan aktivitas siswa yang cukup berarti. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel berikut ini :

Tabel 2 : Persentase Aktivitas Kelas

Siklus Siklus I Siklus II

Pertemuan 1 2 1 2
Prosen Aktivitas Kelas (%) 36 68 72 88

Peningkatan persentase aktivitas kelas ini, ternyata bisa terwujud apabila

proses pembelajarannya diperbaiki dan disempurnakan.

Adapun hasil belajar (ketuntasan belajar dan skor nilai rata-rata) yang

diperoleh setelah proses pembelajaran di siklus I dan siklus II melalui postes I dan

postes II dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3 : Persentase Ketuntasan Belajar

Siklus Pretes Postes Perbedaan

I 28 % 76 % 48 %

II 48 % 84 % 36 %

Tabel 4 : Skor Nilai Rata-rata Kelas

31
Skor Nilai Rata-rata Skor Nilai Rata-rata
Siklus Perbedaan
Pretes Postes
I 44,20 64,60 20,40

II 50,60 72,00 21,40

Berdasarkan data tabel tersebut di atas, secara umum dikatakan bahwa hasil

belajar meningkat. Kenyataan ini bisa dijelaskan bahwa proses pembelajaran pada

konsep eneri dan perubahannya serta usaha dan daya dengan menggunakan model

pembelajaran tipe jigsaw menarik bagi siswa, sehingga siswa termotivasi untuk

mempelajari materi pembelajaran secara sungguh-sungguh dengan belajar sendiri

disamping memperhatikan penjelasan temannya dan penjelasan guru yang

memberikan bimbingan dalam diskusi.

Hal ini juga terlihat dari hasil angket siswa yang dapat dilihat pada tabel

angket siswa berikut ini :

Tabel 5 : Motivasi Siswa

32
Persentase
Jumlah
Pernyataan
No Pernyataan Responden
Responden
S RR TS % % %
Saya senang dengan kegiatan belajar
1 19 5 1 76 20 4
fisika
Belajar fisika dengan diskusi kelompok
2 23 2 - 92 8 -
menyenangkan
Saya merasa senang belajar dari
3 23 2 - 92 8 -
penjelasan teman
Saya merasa mudah memahami
4 20 3 2 80 12 8
penjelasan dari teman
Menurut saya kegiatan belajar ini perlu
5 21 4 - 84 16 -
dikembangkan
Jumlah 424 64 12
Rata-rata Persentase (%) 85 13 2

Dari tabel diatas terlihat motivasi yang dimiliki siswa dengan belajar tipe

jigsaw sangat menyenangkan, maka pembelajaran akan dirasakan lebih efektif dan

efisien dalam menyampaikan materi pelajaran atau mengajarkannya, sehingga

tercipta suasana belajar yang kondusif.

Berdasarkan uraian, bahwa proses pembelajaran konsep energi dan usaha

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terdapat hubungan

antara motivasi siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan hasil belajar

setelah proses pembelajaran dilaksanakan. Jadi bisa dikatakan apabila siswa aktif

pada saat diskusi membahas materi pembelajaran, baik dalam hal bertanya ataupun

mengemukakan pendapat, maka berarti siswa sudah mengerti dan paham apa yang

sedang dipelajarinya, sehingga hasil belajarnya pun cukup memuaskan. Dengan

demikian apabila pemahaman konsep sudah baik/meningkat, maka bisa dipastikan

hasil belajarnya pun baik pula / meningkat.

33
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

34
A. Simpulan

Berdasarkan analisis, temuan dan pembahasan yang diuraikan pada Bab IV

tentang proses pembelajaran pada konsep energi dan usaha dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Peningkatan motivasi

belajar siswa dapat dilihat dari aktivitas belajar siswa dan angket siswa. Di

siklus I dari 36 % menjadi 68 %. Di siklus II dari 72 % menjadi 88 %. Dan

dari hasil angket siswa rata-rata 85 % setuju.

2. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat

meningkatkan hasil belajar konsep energi dan usaha. Peningkatan hasil belajar

dapat dilihat dari ketuntasan belajar siswa. Ternyata di siklus I ada

peningkatan ketuntasan belajar sebesar 48 % , yaitu dari 28 % menjadi 76 %.

Dan di siklus II meningkat sebesar 36 % , yaitu dari 48 % menjadi 84 %.

B. Saran

Saran-saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian tindakan kelas ini

adalah sebagai berikut :

1. Guru hendaknya mengadakan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, agar siswa lebih termotivasi minat

belajarnya sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.

35
2. Siswa hendaknya lebih bergairah dan lebih termotivasi serta lebih aktif dalam

berfartisifasi dalam diskusi dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

3. Penelitian selanjutnya mengambil tema analisis semua materi pelajaran fisika

yang cocok menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. (1984), Didaktik Metodik, Semarang, C.V. Toha Putera

36
Anita Lie, (2004), Cooperative Learning, Jakarta, Grasindo.

Dimyati, (1999), Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, P.T. Rineka Cipta.

Mendiknas, (2006), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta Pusat


Kurikulum Balitbang Depdiknas.

Muhibin Syah, (1995), Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Bandung,


Remaja Rosdakarya

Ratna Wilis Dahar (1986), Interaksi Belajar Mengajar IPA, Jakarta, Universitas
Terbuka, Depdikbud

Rooyakkers, A. (1984), Mengajar dengan Sukses, Bandung, Gramedia.

Sudjana, N. (1989), Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar,
Bandung, Sinar Baru.

Suhardjono, Azis Hoesein, dkk. (1996) Pedoman Penyusunan Karya Ilmiah di


Bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi
Widyaiswara. Jakarta : Depdikbud, Dikdasmen.

Suhardjono, (2006), Laporan Penelitian Sebagai KTI, makalah pada pelatihan


peningkatan mutu guru dalam pengembangan profesi di Pusdiklat Diknas
Sawangan, Jakarta, Februari 2006.

Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supardi (2006) , Penelitian Tindakan


Kelas, Jakarta, Bumi Aksara.

Tita Rosita, (1994), Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, Universitas Terbuka,


Depdikbud

37

Anda mungkin juga menyukai