BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gagal jantung adalah tahap akhir dari perjalanan penyakit jantung dan
merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas pada pasien penyakit jantung.
Gagal Jantung adalah suatu keadaan dimana terjadi ketidakmampuan jantung
untuk memompakan darah dalam jumlah yang memadai untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh atau kemampuan tersebut hanya dapat terjadi
dengan tekanan pengisian jantung yang tinggi, atau keduanya. Gagal jantung
kongestif adalah suatu keadaan gagal jantung kiri dalam jangka waktu yang lama
diikuti dengan gagal jantung kanan ataupun sebaliknya1.
Di Amerika, gagal jantung adalah penyebab tersering untuk dirawat inap
pada pasien usia lebih dari 65 tahun dengan insidensi 10 per 1000. Kira-kira
670.000 kasus baru gagal jantung terdiagnosa tiap tahun dan sekitar 277.000
kematian dalam setahun disebabkan oleh gagal jantung. Prevalensi gagal jantung
meningkat seiring dengan usia, dimana prevalensinya sebanyak 1-2% pada
populasi dibawah 55 tahun dan meningkat sampai 10% untuk populasi diatas 75
tahun2.
Regurgitasi mitral adalah suatu kelainan katup yang menyebabkan aliran
darah balik dari ventrikel kiri ke atrium kiri. Angka kejadian regurgitasi mitral di
Amerika Serikat adalah 5 dari 10.000 orang. Penyakit degenarasi miksomatosa
telah menggantikan kedudukan penyakit jantung rematik sebagai penyebab utama
abnormalitas katup mitral3.
Di Indonesia penyebab terbanyak regurgitasi mitral adalah demam rematik
yang meninggalkan kerusakan yang menetap, tetapi sekitar 30% dari regurgitasi
mitral tidak memiliki riwayat demam rematik yang jelas. Pembagian dari
regurgitasi mitral berdasarkan penyebab nya adalah reguritasi mitral primer dan
sekunder.
Penatalaksanaan dari regurgitasi mitral ini dapat berupa tatalaksana secara
farmakologis dan pembedahan. Tatalaksana ini dilakukan berdasarkan derajat
keparahan dari regurgitasi mitral yang ada. Terdapat kriteria untuk dilakukan
operasi mitral valve repair atau replacement. Dimana salah satu kriteria dilakukan
pembedahan katup mitral adalah berdasarkan derajat disfungsi ventrikel kiri yang
dilihat dari left ventricular ejection fraction(LVEF) atau end diatolic volume
(ESD)4.
Pada pasien yang tidak diterapi, kematiaannya disebabkan oleh gagal
jantung yang progresif yaitu oleh penurunan fungsi ventrikel kiri ( LVD = left
ventricular dysfunction ) hal ini dapat diukur melalui ekokardiogram, dimana
angka kejadiannya mencapai 60-70% dari kasus yang ada. Penyebab kematian
lainnya adalah karena emboli sistemik(20-30%), emboli pulmonal(10%), dan
infeksi (1-5%). Pada regurgitasi mitral, akan ditemukan adanya overload pada
ventrikel kiri, maka pada otot jantung akan ditemukan adanya dilatasi ventrikel
kiri. Hipertrofi yang terjadi pada miosit akan mempengaruhi ukuran diameter
transversal miosit4.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana temuan klinis, klasifikasi, serta penatalaksanaan regurgitasi mitral
dan gagal jantung kongestif RSUP H. Adam Malik Medan?
1.3. Tujuan Laporan Kasus
1. Untuk memahami tinjauan ilmu teoritis tentang regurgitasi mitral dan
lllllgagal jantung kongestif.
2. Untuk mengintegrasikan ilmu kedokteran yang telah didapat terhadap
kasus regurgitasi mitral dan gagal jantung kongestif.
3.Untuk mengetahui gambaran klinis, perjalanan penyakit, penatalaksanaan,
ffdan tindakan rehabilitasi pada pasien yang menderita regurgitasi mitral
dddan gagal jantung kongestif.
1.4. Manfaat Penulisan
Beberapa manfaat yang didapatdari penulisan laporan kasus ini adalah:
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.1.1
c.
d.
Etiologi
Ada banyak kondisi yang dapat menyebabkan gagal jantung, diantaranya5:
Penyakit Jantung iskemik
- sindrom koroner akut
Valvular
- Stenosis valvular
- Regurgitasi valvular
- Endokarditis
- Diseksi aorta
Miopatia
- Post-partum kardiomiopati
- Miokarditis akut
Hipertensi/aritmia
- Hipertensi
- Aritmia akut
e. Gagal sirkulasi
- Anemia
2.1.3
Patofisiologi
Etiologi dari gagal jantung kronis dapat dikelompokkan dalam 3 kategori:
akibat
abnormalitas
pengosongan
ventrikel
(akibat
gangguan
Impaired contractility
1.
a.
b.
2.
a.
b.
3.
Heart Failure
menyebabkan dispnea. Dispnea hanya dapat terjadi bila pasien berbaring datar
(ortopnea) karena cairan terdistribusi ke paru. Dispnea episodik yang
menyebabkan pasien terbangun di malam hari disebut paroxysmal nocturnal
dypnoea.
Bila
keadaan
ini
berat,
maka
peningkatan
tekanan
kapiler
Diagnosa
a. Anamnesis
Dari anamnesis dapat ditelusuri faktor resiko dari gagal jantung seperti
hipertensi,
diabetes
melitus,
gangguan
metabolik
(adiposit
abdomen,
10
Paroksismal
nokturnal
dispnea
b. Kriteria Minor
Edema ekstremitas
Batuk malam hari
Dispnoea deffort
Hepatomegali
Efusi pleura
Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal
Takikardi > 120 x/menit
Ronki paru
Kardiomegali
Edema paru akut
Gallop S3
Refluks Hepatojugular
11
c. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologis
Echocardiogram
Dengan menggunakan
Doppler,
dapat
memberikan
12
X-ray dada
13
interlobular)
Tekanan 25 30 mmHg bayangan opak pada lapangan
paru akibat edema alveolar
Selain
itu
ditemukan
kardiomegali,
efusi
pleura,
b. Pemeriksaan laboratorium
Marker khusus
14
15
16
NYHA
Class I
NYHA
Class
II
NYHA
Class
merasa
III
NYHA
nyaman
ketika
istirahat
tetapi
Class
IV
adalah stage dari gagal jantung oleh The American College of Cardiology
Foundation (ACCF) / American Heart Association (AHA) dan klasifikasi
17
fungsional
oleh
New
York
Heart
Association
(NYHA)5.
2.1.5
Penatalaksanaan
18
berat badannya agar tetap ideal, pengurangan berat badan pada pasien dengan
obesitas, dan hentikan kebiasaan merokok5.
dan
memacu
Obat
Captopril
Enalapril
Lisinopril
Benazepril
Quinapril
Dosis inisial
6,25 mg tid
2,5 mg perhari
2,5 mg perhari
2,5 mg
2,5-5 mg perhari
Dosis
pemeliharaan
25-50 mg tid
10 mg bid
5-20 mg perhari
5-10 mg bid
5-10 mg perhari
19
Pe
ni
ng
Do
ka
Ob
sis
at
Pe
Do
rio
ta
sis
de
aw
tar
tit
al
do
get
ras
sis/
ha
Bis
1,2
ri
2,5
10
opr
olo
mg
3,7
gu-
5 :
bul
5:
an
mg
Mi
ng
7,5
:
10
Me
top
mg
mg
10,
15
Mi
15,
ng
rol
30,
mg
gu-
ol
50,
bul
75,
an
10
0
Ca
12,
mg
25,
20
Mi
rve
5/2
50,
ng
dil
10
mg
gu-
ol
mg
0,
bul
20
20
an
Ne
3,1
mg
6,2
50
Mi
biv
25
5 :
olo
mg
12,
gu-
5 :
bul
25
an
mg
ng
:
50
mg
d. Diuretik
Obat
Loop
diuretics
- Furosemid
- Bumetanid
- Torasemid
Rekom
Efek samping
endasi harian
maksimum
20-
250
Hipokalemia
Hiponatremia
40 mg
500 mg
Hiperurikemia,
0,5
5-10
intoleransi glukosa, ggn
-1 mg
mg
Do
sis Inisial
Tiazid
HCT
Metolazon
Indapamid
5-
100-
asam basa
10 mg
25
200 mg
50-75
mg
mg
gneaemia
Hiponatremia
2,5
10 mg
Hipokalemia/hipoma
21
mg
2,5
2,5 mg
Diuretik
hemat K
- Amilorid
- Triamteren
- Spironolact
on
2,5
mg
25
mg
Hiperurikemia,
intoleransi
mg
20 mg
100 mg
50 mg
glukosa,
ggn
asam basa
Hiperkalemia, rash
Hiperkalemia
Hiperkalemia,
ginaekomastia
26
mg
e. Glikosida Jantung
samping anoreksia, mual, muntah, nyeri lambung, delirium, rasa lelah, malaise,
bingung5.
f. Vasodilator lain
22
vasodilator kuat yang bekerja pada arteri dan vena sehingga menurunkan afterload
dan preload5.
g. Antagonis Angiotensin II
Obat
Candesartan
Valsartan
2.1.6
Dosis
4-32 mg/24 jam
80-320 mg
Prognosis
Suatu keadaan dimana terdapat aliran darah balik dari ventrikel kiri ke
dalam atrium kiri pada saat sistol, akibat tidak menutupnya katup mitral secara
sempurna3.
23
24
25
mendapatkan
sirkulasi
yang
normal
dan
untuk
26
27
2.2.3
Manifestasi Klinis
2.2.4
Penatalaksanaan
aorta.
menguntungkan.
Pengurangan
Pasien
afterload
dengan
dengan
fibrilasi
ACEI
atrium
bersifat
menerima
sesak nafas terutama muncul saat beraktifitas hal ini terjadi dikarenakan
rendahnya cardiac output. Juga dapat terjadi perasaan cepat lelah dan
lemah. Pasien dengan regurgitasi mitral yang berat atau pada pasien
dengan disfungsi kontraktilitas ventrikel kiri dapat ditemukan orthopnea
atau paroxysmal nocturnal dyspnea7.
Pasien dengan MR kronik ringan biasanya asimptomatik. Ketika
MR memburuk, pasien mengalami kelelahan, dispnea saat beraktifitas,
ortopnea, dan edema pulmonal sebagai akibat dari gagal LV progresif dan
peningkatan tekanan kapiler pulmonal. Terbentuknya fibrilasi atrium
umum terjadi karena dilatasi LA9.
28
29
30
Gambar
3.3.
Bagan
Diagnosis
Dan
Penatalaksanaan
Regurgitasi Mitral9
Pemeriksaan Penunjang
Pada
pemeriksaan
penunjang
elektrokardiografi,
gambaran
regurgitasi mitral tidak ada yang spesifik, namun fibrilasi atrial sering
ditemukan pada regurgitasi mitral karena kelainan organik. Pada keadaan
dengan irama sinus, tandatanda dilatasi atrium kiri (LAH) dan dilatasi
atrium kanan (RAH) bisa ditemukan apabila sudah ada hipertensi
pulmonal yang berat. Tandatanda hipertrofi ventrikel kiri (LVH) bisa juga
ditemukan pada regurgitasi mitral kronik9.
Pada pemeriksaan foto thoraks akan dijumpai tanda-tanda
pembesaran atrium kiri dan ventrikel kiri. Selain itu akan dijumpai
tandatanda hipertensi pulmonal atau edema paru yang dapat dijumpai pada
regurgitasi mitral kronik. Sedangkan pada regurgitasi mitral akut, biasanya
akan dijumpai gambaran pembesaran jantung yang kurang jelas walaupun
sudah ada tanda-tanda gagal jantung kiri.
Pada pemeriksaan ekokardiografi adalah suatu alat diagnostik yang
utama pada pemeriksaan pasien dengan regurgitasi mitral. Dengan alat ini
dapat diketahui lesi katup mitral, derajat atau beratnya regurgitasi mitral.
Selain itu juga bisa mengetahui fungsi ventrikel kiri dan atrium kiri,
derajat keparahan, mekanisme dari kerusakan pada katup. Color Doppler
melalui transthoracic echocardiogram ( TTE ) dapat melihat aliran darah
dari ventrikel ke atrium selama sistolik. Faktor-faktor yang menentukan
berat ringannya pada regurgitasi mitral pada echocardiography adalah
sistolik reversal of flow pada vena pulmonalis dan pengisian ruang atrium
oleh regurgitant jet regurgitasi mitral.
Derajat beratnya regurgitasi mitral dapat diukur dalam persentase
dari stroke volume ventrikel kiri yang mengalir balik ke atrium kiri
( Regurgitant fraction ). Tekhnik pengukuran regurgitant fraction dengan
31
32
33
Penatalaksanaan Farmakologis
Terapi farmakologis dilakukan untuk mengurangi gejala yang
34
antikoagulan
juga
dibutuhkan
setelah
dilakukan
Penatalaksanaan Pembedahan
Terapi pembedahan yang bisa dilakukan pada regurgitasi mitral
Sebelum
replacement
dilakukannya
rekonstruksi
ataupun
gagal
sebelum
35
Class I
Class IIa
36
Class IIb
Valve repair can be considered for patients with chronic severe secondary
Class III
Valve surgery is not indicated for asymptomatic patients with MR and
preserved LV function (LVEF >60% and ESD <40 mm) in whom
significant doubt about the feasibility of repair exists
Isolated MV surgery is not indicated for patients with mild to moderate MR
Abbreviations: ESD: endsystolic diameter; LVEF: left ventricular ejection
fraction; PASP: pulmonary artery systolic pressure
37
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama pasien
: Rosnaini
38
No. RM
Jenis kelamin
: Perempuan
Umur
: 45 tahun
Pekerjaan
: Karyawan Honorer
Masuk tanggal
: 31 Agustus 2014
Keluhan Utama
: Sesak Nafas
: 00.61.50.41
Anamnesa
- Keluhan ini dialami pasien sejak 1 bulan ini dan memberat dalam 2 hari
terakhir. Sesak nafas muncul saat os istirahat. Sesak nafas tidak
berhubungan dengan cuaca, dan at allergen. Riwayat terbangun tengah
malam karena sesak nafas dijumpai. Riwayat menggunakan 2-3 bantal untuk
mengurangi sesak nafas dijumpai. Riwayat kaki bengkak, dan jantung
berderbar-debar dijumpai sejak 1 tahun terakhir, bersifat hilang timbul.
Riwayat badan lemas tidak dijumpai. Riwayat nyeri di dada tidak dijumpai.
- o.s juga mengeluhkan batuk sejak 3 bulan yang lalu. Batuk berdarah
dijumpai, dahak berwarna merah segar dengan frekuensi 5x sehari, sebanyak
1 sendok makan. Riwayat berkeringat pada malam hari hari disangkal.
Penurunan berat badan dalam 3 bulan terakhir dijumpai sebanyak 5kg
disertai penurunan nafsu makan. Riwayat merokok tidak dijumpai.
39
Status Presens :
Keadaan umum
Tekanan Darah
HR
: 88 x/menit
RR
: 22 x/menit
Suhu
: 36.5 oC
Sianosis (-), ortopnu (-), dispnu (+), ikterus (-), edema (+), pucat (-)
: sedang
: 100/70 mmHg
Pemeriksaan Fisik :
Kepala
Leher
Dinding toraks
: Inspeksi
: Simetris fusiformis
Palpasi
Perkusi
lapangan paru
Auskultasi
Jantung
Radiasi:
: Suara pernafasan
: bronkial di
axilla
Paru
lapangan paru
kanan
40
Abdomen
: Palpasi
Asites (-)
Ekstremitas
: Superior
Inferior
Akral : hangat
Darah lengkap :
Hb
Leukosit
Eritrosit
Trombosit
Ht
pH
pCO2
pO2
Bikarbonat (HCO3)
41
Base Exess
Saturasi O2
Troponin T
CK-MB
KGD sewaktu
Ginjal :
Ureum
Kreatinin
Elektrolit:
Natrium
Kalium
Klorida
42
Interpretasi rekaman EKG: Atrial fibrilation, QRS rate 180 x/i, QRS
axis RAD, P wave (-), PR interval (-), QRS duration 0.04, ST changes
(-), Q patologis (-), LVH (-), VES (-)
Kesan EKG : AF RVR + RAD
43
44
1.
2.
3.
4.
Interpretasi Ekokardiografi:
Katup-katup: MR severe, MS mild, TR sevre, AR mild, PR mild. PH
moderate.
Fungsi sistolik: LV baik, EF 60%.
Dimensi ruang jantung LA, RV, RA dilatasi.
Kontraksilitas RV menurun. Efusi perikardium moderate.
1
2
3
45
1
2
3
4
Differensial Diagnosa :
Penyakit Paru Obstruktif Kronis
TB Paru
Emboli pulmonal
Sirosis hepatis
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pengobatan :
Bed Rest
O2 2 4 L/i
IVFD NaCl 0.9% 10 gtt/i (mikro)
Inj Furosemide 20 mg/6 jam
Inj Ceftriaxone 1gr/12 jam
Spironolactone 1 x 25 mg
Digoxin 1 x 0,25 mg
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
TA
FOLLOW UP PASIEN
O
46
31-
Ses
ak
nap
as
(+)
Jant
ung
ber
deb
ardeb
ar
Bat
uk
1-
Ses
ak
nap
as
(+)
Jant
ung
ber
deb
ardeb
ar
Sens : CM
HR : 130-150
x/i, irreguler
Temp : 36,50C
TD : 101/82
mmHg
RR : 28x/i
Kepala :
Mata : Anemis
(+)Ikterik -/Leher : TVJ R+3
cm H2O
Toraks : Cor : S1
S2 (N),
murmur (+)
PSM grade 3/6
apex axilla,
gallop (-)
Pulmo : SP:
vesikuler ,
ST : ronki basah
basal(+/+)
Ronki kasar (+)
di lap. Paru kiri
Abdomen
:
Soepel,
Ekstremitas
:Akral
hangat,
oedem pretibial
(+)
Sens : CM
HR : 100 x/i,
irreguler
Temp : 35,90C
TD : 140/80
mmHg
RR : 24x/i
Kepala :
Mata : Anemis
(+)Ikterik -/Leher : TVJ R+2
cm H2O
CHF fc IV ec
VHD
AF
RVR Pneu
moni a
Bed Rest
O2 2 4 L/i
IVFD NaCl 0.9%
10 gtt/i (mikro)
Inj Furosemide 20
mg/6 jam
Inj Ceftriaxone
1gr/12 jam
Spironolactone 1 x
25 mg
- Digoxin 1 x 0,25
mg
CHF fc IV ec
VHD
AF
RVR Pneu
moni a
Renca
na:
EKG
serial,
cek
darah
lengka
p,
HST,
RFT,
BTA
3x.
elektro
lit,
konsul
paru
Bed Rest
O2 2 4 L/i
IVFD NaCl 0.9%
10 gtt/i (mikro)
Inj Furosemide 20
mg/6 jam
Inj Ceftriaxone
1gr/12 jam
Spironolactone 1 x
25 mg
- Digoxin 1 x 0,25
mg
47
Bat
uk
2-
Ses
ak
nap
as
(+)
Jant
ung
ber
deb
ardeb
ar
Bat
uk
Toraks : Cor : S1
S2 (N),
murmur (+)
PSM grade 3/6
apex axilla,
gallop (-)
Pulmo : SP:
vesikuler ,
ST : ronki basah
basal(+/+)
Ronki kasar (+)
di lap. Paru kiri
Abdomen
:
Soepel, BU (+)
Ekstremitas
:Akral
hangat,
oedem pretibial
(+)
Sens : CM
HR : 90 x/i,
irreguler
Temp : 36,70C
TD : 120/70
mmHg
RR : 24x/i
Kepala :
Mata : Anemis
(+)Ikterik -/Leher : TVJ R+2
cm H2O
Toraks : Cor : S1
S2 (N),
murmur (+)
PSM grade 3/6
apex axilla,
gallop (-)
Pulmo : SP:
vesikuler ,
ST : ronki basah
basal(+/+)
Ronki kasar (+)
di lap. Paru kiri
CHF fc IV ec
VHD
AF
RVR Pneu
moni a
Bed Rest
O2 2 4 L/i
IVFD NaCl 0.9%
10 gtt/i (mikro)
Inj Furosemide 20
mg/6 jam
Inj Ceftriaxone
1gr/12 jam
Spironolactone 1 x
25 mg
- Digoxin 1 x 0,25
mg
Renca
na:
echoca
rdiogr
aphy
48
3-
Ses
ak
nap
as
(+)
Jant
ung
ber
deb
ardeb
ar
Bat
uk
(+)
Abdomen
:
Soepel, BU (+)
Ekstremitas
:Akral
hangat,
oedem pretibial
(+)
Sens : CM
HR : 90 x/i,
irreguler
Temp : 36,70C
TD : 120/70
mmHg
RR : 24x/i
Kepala :
Mata : Anemis
(+)Ikterik -/Leher : TVJ R+2
cm H2O
Toraks : Cor : S1
S2 (N),
murmur (+)
PSM grade 3/6
apex axilla,
gallop (-)
Pulmo : SP:
vesikuler ,
ST : ronki basah
basal(+/+)
Ronki kasar (+)
di lap. Paru kiri
Abdomen
:
Soepel, BU (+)
Ekstremitas
:Akral
hangat,
oedem pretibial
(+)
CHF fc IV ec
VHD
AF
RVR Pneu
moni a
Bed Rest
O2 2 4 L/i
IVFD NaCl 0.9%
10 gtt/i (mikro)
Inj Furosemide 20
mg/6 jam
Inj Ceftriaxone
1gr/12 jam
Spironolactone 1 x
25 mg
- Digoxin 1 x 0,25
mg
49
4-
Ses
ak
nap
as
(+)
Jant
ung
ber
deb
ardeb
ar
Bat
uk
(+)
5-
Ses
ak
nap
as
(+)
Jant
ung
ber
deb
ardeb
ar
Sens : CM
HR : 110 x/i,
irreguler
Temp : 37,20C
TD : 110/70
mmHg
RR : 24x/i
Kepala :
Mata : Anemis
(-)Ikterik -/Leher : TVJ R+2
cm H2O
Toraks : Cor : S1
S2 (N),
murmur (+)
PSM grade 3/6
apex axilla,
gallop (-)
Pulmo : SP:
vesikuler ,
ST : ronki basah
basal(+/+)
Ronki kasar (+)
di lap. Paru kiri
Abdomen
:
Soepel, BU (+)
Ekstremitas
:Akral
hangat,
oedem pretibial
(+)
Sens : CM
HR : 110 x/i,
irreguler
Temp : 37,20C
TD : 120/80
mmHg
RR : 24x/i
Kepala :
Mata : Anemis
(-)Ikterik -/Leher : TVJ R+2
cm H2O
CHF fc
III- IV ec
MR
sevT R
sev, MS
mild, AR
mild, PR
mild, PH
mod
AF
RVR
Pneu
moni
a
Bed Rest
O2 2 4 L/i
IVFD NaCl 0.9%
10 gtt/i (mikro)
Inj Furosemide 20
mg/6 jam
Inj Ceftriaxone
1gr/12 jam
Ciprofloxacin dripp
200mg/12 jam
Spironolactone 1 x
25 mg
Digoxin 1 x 0,25
mg
Captopril 3 x 6,25
mg
Codein 3 x 20 mg
CHF fc
III- IV ec
MR
sevT R
sev, MS
mild, AR
mild, PR
Bed Rest
O2 2 4 L/i
IVFD NaCl 0.9%
10 gtt/i (mikro)
Inj Furosemide 20
mg/6 jam
Inj Ceftriaxone
1gr/12 jam
Ciprofloxacin dripp
200mg/12 jam
Spironolactone 1 x
25 mg
Digoxin 1 x 0,25
mg
50
Bat
uk
ber
dar
ah
(+)
6-
Ses
ak
nap
as
(+)
Jant
ung
ber
deb
ardeb
ar
Bat
uk
ber
dar
ah
(+)
Toraks : Cor : S1
S2 (N),
murmur (+)
PSM grade 3/6
apex axilla,
gallop (-)
Pulmo : SP:
vesikuler ,
ST : ronki basah
basal(+/+)
Ronki kasar (+)
di lap. Paru kiri
Abdomen
:
Soepel, BU (+)
Ekstremitas
:Akral
hangat,
oedem pretibial
(+)
Sens : CM
HR : 86 x/i,
irreguler
Temp : 37,20C
TD : 110/70
mmHg
RR : 24x/i
Kepala :
Mata : Anemis
(-) Ikterik -/Leher : TVJ R+2
cm H2O
Toraks : Cor : S1
S2 (N),
murmur (+)
PSM grade 3/6
apex axilla,
gallop (-)
Pulmo : SP:
vesikuler ,
ST : ronki basah
basal(+/+)
Ronki kasar (+)
di lap. Paru kiri
AF
RVR
Pneu
moni
a
CHF fc
III- IV ec
MR
sevT R
sev, MS
mild, AR
mild, PR
mild, PH
mod
AF
RVR
Pneu
moni
a
Bed Rest
O2 2 4 L/i
IVFD NaCl 0.9%
10 gtt/i (mikro)
Inj Furosemide 20
mg/8 jam
Inj Ceftriaxone
1gr/12 jam
Ciprofloxacin dripp
200mg/12 jam
Spironolactone 1 x
25 mg
Digoxin 1 x 0,25
mg
Captopril 3 x 6,25
mg
Codein 3 x 20 mg
51
8-
Ses
ak
nap
as
(+)
Jant
ung
ber
deb
ardeb
ar
Bat
uk
ber
dar
ah
(+)
Abdomen
:
Soepel, BU (+)
Ekstremitas
:Akral
hangat,
oedem pretibial
(+) berkurang
Sens : CM
HR : 86 x/i,
irreguler
Temp : 37,20C
TD : 110/70
mmHg
RR : 24x/i
Kepala :
Mata : Anemis
(-) Ikterik -/Leher : TVJ R+2
cm H2O
Toraks : Cor : S1
S2 (N),
murmur (+)
PSM grade 3/6
apex axilla,
gallop (-)
Pulmo : SP:
vesikuler ,
ST : ronki basah
basal(+/+)
Ronki kasar (+)
di lap. Paru kiri
Abdomen
:
Soepel, BU (+)
Ekstremitas
:Akral
hangat,
oedem pretibial
(+) berkurang
CHF fc
III- IV ec
MR
sevT R
sev, MS
mild, AR
mild, PR
mild, PH
mod AF
RVR
Pneu
moni
a
Bed Rest
O2 2 4 L/i
IVFD NaCl 0.9%
10 gtt/i (mikro)
Inj Furosemide 20
mg/8 jam
Inj Ceftriaxone
1gr/12 jam
Ciprofloxacin dripp
200mg/12 jam
Spironolactone 1 x
25 mg
Digoxin 1 x 0,25
mg
Captopril 3 x 6,25
mg
Codein 3 x 20 mg
Alprazolam 1 x
0,25 mg (malam)
52
9-
Ses
ak
nap
as
(+)
Bat
uk
(+)
10-
Ses
ak
nap
as
(+)
Bat
uk
(+)
Sens : CM
HR : 86 x/i,
irreguler
Temp : 37,20C
TD : 110/70
mmHg
RR : 24x/i
Kepala :
Mata : Anemis
(-) Ikterik -/Leher : TVJ R+2
cm H2O
Toraks : Cor : S1
S2 (N),
murmur (+)
PSM grade 3/6
apex axilla,
gallop (-)
Pulmo : SP:
vesikuler ,
ST : ronki basah
basal(+/+)
Ronki kasar (+)
di lap. Paru kiri
Abdomen
:
Soepel, BU (+)
Ekstremitas
:Akral
hangat,
oedem pretibial
(+) berkurang
Sens : CM
HR : 86 x/i,
irreguler
Temp : 37,20C
TD : 110/70
mmHg
RR : 24x/i
Kepala :
Mata : Anemis
(-) Ikterik -/Leher : TVJ R+2
cm H2O
CHF fc
III- IV ec
MR
sevT R
sev, MS
mild, AR
mild, PR
mild, PH
mod AF
RVR
Pneu
moni
a
Bed Rest
O2 2 4 L/i
IVFD NaCl 0.9%
10 gtt/i (mikro)
Inj Furosemide 20
mg/8 jam
Inj Ceftriaxone
1gr/12 jam
Ciprofloxacin dripp
200mg/12 jam
Spironolactone 1 x
25 mg
Digoxin 1 x 0,25
mg
Captopril 3 x 6,25
mg
Codein 3 x 20 mg
Alprazolam 1 x
0,25 mg (malam)
CHF fc
III- IV ec
MR
sevT R
sev, MS
mild, AR
mild, PR -
Bed Rest
O2 2 4 L/i
IVFD NaCl 0.9%
10 gtt/i (mikro)
Furosemide 2 x 40
mg
Ciprofloxacin dripp
200mg/12 jam
Spironolactone 1 x
25 mg
Digoxin 1 x 0,25
mg
Codein 3 x 20 mg
Alprazolam 1 x
53
11-
Ses
ak
nap
as
(+)
Bat
uk
(+)
Toraks : Cor : S1
S2 (N),
murmur (+)
PSM grade 3/6
apex axilla,
gallop (-)
Pulmo : SP:
vesikuler ,
ST : ronki basah
basal(+/+)
Ronki kasar (+)
di lap. Paru kiri
Abdomen
:
Soepel, BU (+)
Ekstremitas
:Akral
hangat,
oedem pretibial
(+) berkurang
Sens : CM
HR : 86 x/i,
irreguler
Temp : 37,20C
TD : 110/70
mmHg
RR : 24x/i
Kepala :
Mata : Anemis
(-) Ikterik -/Leher : TVJ R+2
cm H2O
Toraks : Cor : S1
S2 (N),
murmur (+)
PSM grade 3/6
apex axilla,
gallop (-)
Pulmo : SP:
vesikuler ,
ST : ronki basah
basal(+/+)
Ronki kasar (+)
di lap. Paru kiri
mild,
PH
mod
AF
RVR
Pneu
moni
a
CHF fc
III- IV ec
MR
sevT R
sev, MS
mild, AR
mild, PR
mild, PH
mod
AF
RVR
Pneu
moni
a
0,25 mg (malam)
Bed Rest
O2 2 4 L/i
IVFD NaCl 0.9%
10 gtt/i (mikro)
Furosemide 2 x
40mg
Ciprofloxacin dripp
200mg/12 jam
Inj Gentamisin 80
mg / 12 jam
Spironolactone 1 x
25 mg
Digoxin 1 x 0,25
mg
Codein 3 x 20 mg
Alprazolam 1 x
0,25 mg (malam)
54
Abdomen
:
Soepel, BU (+)
Ekstremitas
:Akral
hangat,
oedem pretibial
(+) berkurang
DISKUSI KASUS
Anamnesis:
CHF
Kriteria Major
Ronki paru
Kardiomegali
55
Gallop S3
Refluks hepatojugular
Kriteria Minor
Edema ekstremitas
Dispnoea deffort
Hepatomegali
Efusi pleura
Pemeriksaan Penunjang:
Foto toraks:
Fungsinya terbatas untuk diagnosa gagal jantung, namun lebih berguna dalam
pemerksaan paru-paru akibat peningkatan tekanan atrium kiri. Tekanan atrium
kiri yang normal adalah 10 mmHg.
Tekanan 20 mmHg Kerley B lines (garis pendek pada perifer lapangan paru
bawah yang menunjukkan edema interlobular)
Tekanan 25 30 mmHg bayangan opak pada lapangan paru akibat edema alveolar
Ekokardiografi:
1.
2.
3.
4.
Pada pasien:
BAB 4
KESIMPULAN
Bed Rest
O2 2 4 L/i
Spironolactone 1 x 25 mg
Digoxin 1 x 0,25 mg
Captopril 3 x 6,25 mg
Codein 3 x 20 mg
DAFTAR PUSTAKA
9. American Heart Association. Guideline for the Management with Valvular Heart
Disease. Journal of the American College of Cardiology. 2014. Available from:
http://circ.ahajournals.org/
10. Swiss Medical Weekly. Mitral Regurgitation. Departments of Cardiology and
Cardiovascular Surgery : Switzerland. 2010.
11. Robert O.D. Braunwalds Heart Disease, A Textbook of Cardiovascular Medicine
9th Edition, Vol I. Elsevier Saunders: 2012.