PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara global terdapat 200 kasus gangguan ginjal per sejuta penduduk. 8 juta
di antara jumlah populasi yang mengalami gangguan ginjal berada dalam tahap gagal
ginjal kronis. Penelitian sebelumnya mengatakan terdapat hubungan antara
mengalami gagal ginjal dengan timbulnya gangguan psikiatri pada pasien (Cohen et
al., 2004). Kondisi ini bisa terjadi pada kasus gagal ginjal akut maupun yang kronis.
Penyakit apapun yang berlangsung dalam kehidupan manusia dipersepsikan
sebagai suatu penderitaan dan mempengaruhi kondisi psikologis dan sosial orang
yang mengalaminya. Akan tetapi petugas kesehatan sering kali cenderung
memisahkan aspek biologis dari aspek psikososial yang dialami pasien (Leung, 2002).
Aspek psikososial menjadi penting diperhatikan karena perjalanan penyakit
yang kronis dan sering membuat pasien tidak ada harapan. Pasien sering mengalami
ketakutan, frustasi dan timbul perasaan marah dalam dirinya. (Harvey S, 2007).
Penelitian oleh para profesional di bidang penyakit ginjal menemukan bahwa
lingkungan psikososial tempat pasien gagal ginjal tinggal mempengaruhi perjalanan
penyakit dan kondisi fisik pasien (Leung, 2002).
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah asuhan keperawatan pada gagal ginjal kronis?
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini diharapkan pembaca mampu
mengidentifikasi apakah yang dimaksud dengan gagal ginjal kronis dan
bagaimanakah asuhan keperawatannya.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
Faktor resiko meliputi:
Ketidakseimbangan cairan mempengarui volume sirkulasi, kerja
miokardial, dan tahanan vaskuler sistemik.
Gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung (ketidakseimbangan
elektrolit, hipoksia).
Akumhulasi toksin (urea), klasifikasi jaringan lunak (deposit Ca+ fosfat).
2. Resiko tinggi terhadap cidera.
Faktor resiko meliputi:
Penekanan produksi/sekresi eritropoietin; penururnan produksi dan SDM
hidupnya; gungguan factor pembekuan, peningkatan kerapuhan kapiler.
3. Perubahan proses berpikir b/d perubahan fisiologis; akumulasi toksin (contoh
urea, amonia), asidosis metabolic, hipoksia, ketidakseimbangan elektrolit,
kalsifikasi metastatic pada otak.
4. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit.
Factor resiko meliputi:
Ganguan status metabolic, sirkulasi (anemia dengan iskemia jaringan) dan
sensasi(neuropati perifer).
5. Resiko tinggi terhadap perubahan membram mukosa oral.
Factor resiko meliputi:
Kurang/penurunan salvias, pembatasan cairan.
Iritasi kimia, perubahan urea dalam saliva menjadi amonia.
6. Kurang pengetahuan [kebutuhan belajar], tentang kondisi, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan b/d keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat, salah
interpretasi informasi.
7. Ketidakpatuhan b/d Sistem nilai pasien: Keyakinan kesehatan, pengaruh budaya.
Perubahan mental; kurang/menolak sistem pendukung/sumber. Kompleksitas,
biaya, efek samping terapi.
B. Intervensi Keperawatan
No.
1.
Diagnosa Keperawatan
Resiko tinggi terhadap
penurunan curah jantung
Tujuan
Intervensi
Rasional
Kriteria Hasil :
1. Mandiri
1. S3/s4 dengan tonus
Auskultasi
bunyi
jantung
dan
mempertahankan curah
muffled, takikardia,
paru.
Evaluasi
adanya
edema
jantung dengan TD dan
frekuensi jantung tidak
perifer/kongesti
vaskular
dan
frekuensi jantung dalam batas
teratur, takipnea, gemerisik,
keluhan
dispnea.
normal; nadi perifer kuat dan
mengi, dan edema/ distensi
sama dengan waktu pengisian.
jugular menunjukan ggk.
2. Kaji adanya/derajat
2. Hipertensi bermakna dapat
hipertensi: awasi td:
terjadi karena gangguan
perhatikan perubahan
pada sistem aldosteron
postural, contoh duduk,
renin-angiotensin
berbaring, berdiri.
(disebabkan oleh disfungsi
ginjal ). Meskipun
hipertensi umum,hipertensi
ortostatik dapat tejadi
sehubungan dengan defisit
cairan, respons terhadap
obat anti hipertensi, atau
tamponade perikardial
3. Selidiki keluhan nyeri dada,
uremik.
perhatikan lokasi, radiasi.
3. Hipertensi dan gjk kronis
Beratnya (skala 0-10) dan
dapat menyebabkan
apakah tidak menetap dengan
im,kurang lebih pasien ggk
inspirasi dalam dan posisi
dengan dealisis mengalami
terlentang.
perikarditis, potensial resiko
4. Evaluasi bunyi jantung
efusi
perikardial/tamponade.
4. Adanya hipertensi tiba-tiba.
Nadi paradoksik,
penyempitan tekanan nadi,
penurunan/tak adanya nadi
perifer. Distensi jugular
nyata, pucat , dan
penyimpangan mental cepat
menunjukan tanponade,
yang merupakan
kedaruratan medik.
Tindakan/intervensi
Kaji tingkat aktivitas,
respons terhadap aktivitas.
5. Kelelahan dapat menyertai
gjk juga anemia.
6. Ketidak seimbangan dapat
mengganggu konduksi
elektrikal dan fungsi
jantung.
7. Berguna dalam
mengidentifikasi terjadinya
8. Berikan obat anti hipertensi,
gagal jantung atau
contoh prazozin (minipress),
kalsifikasi jaringan lunak.
kaptopril (capoten), klonodin 8. Menurunkan tahanan
(catapres), hidralazin
vaskular sistemik dan/atau
(apresoline).
pengeluaran renin untuk
9. Bantu dalam
perikardiosentesis sesuai
indikasi.
menurunkan kerja
miokardial dan membantu
mencegah GJK dan/ atau
IM.
9. Akumulasi cairan dalam
kandung perikardial dapat
mempengaruhi pengisian
jantung dan kontraktilitas
miokardial mengganggu
curah jantung dan potensial
reriko henti jantung.
10. Penurunan ureum toksik
dan memperbaiki ketidak
seimbangan elektrolit dan
kelebihan cairan dapat
membatasi atau mencegah
manifestasi jantung,
termasuk hipertensi dan
efusi perikardial.
1. Dapat menunjukan anemia ,
dan respos jantung untuk
memper-tahankan
oksigenasi sel.
3.
Perubahan proses
2.
4.
5.
terjadi dengan
kekacauan/peka minor dan
berkembang perubahan
kepribadian atau
ketidakmampuan untuk
mengamisilasi informasi
dan berpartisipasi dalam
keperawatan. Kewaspadaan
terhadap perubahan
memberikan kesempatan
untuk evaluasi dan
intervensi.
Memberikan perbandingan
untuk mengevaluasi
perkembangan/ perbaikan
gangguan.
Meminimalkan rangsangan
lingkungan untuk
menurunkan kelebihan
sensori/peningkatan
kekacauan saat mencegah
devripasi sensori.
Gangguan tidur dapat
mengganggu kemampuan
kognitif lebih lanjut.
Perbaikan peningkatkan/
ketidakseimbangan dapat
mempengaruhi
kognitif/mental.
4.
Kriteria hasil :
mempertahankan kulit utuh,
menunjukkan prilaku atau
teknik untuk mencegah
kerusakan/cidera kulit.
1. Mandiri
Insfeksi kulit terhadap
perubahan warna, torgor,
vaskuler. Perhatikan
kemerahan, ekskoriasi.
Observasi terhadap ekimosis,
purpura.
2. Pantau masukan cairan dan
2. Mendeteksi adanya
hidrasi kulit dan membran
dehidrasi atau hidrasi
mukosa.
berlebihan yang
mempengaruhi sirkulasi dan
integritas jaringan pada
3. Inspeksi area tergantung
tingkat seluler.
terhadap edema.
3. Jaringan edema lebih
4. Kolaborasi
cenderung rusak/robek.
Berikan matras busa/flotasi 4. Menurunkan tekanan lama
5.
Kriteria Hasil :
mempertahankan integritas
membram mukosa,
mengidentifikasi/melakukan
intervensi khusus untuk
meningkatkan kesehatan
mukosa oral.
1. Mandiri
Inspeksi rongga mulut;
perhatikan kelembaban,
karakter saliva, adanya
inflamasi, ulserasi,
leukoplakia.
2. Berikan perawatan mulut
sering/cuci dengan larutan
asam asetik 25%; berikan
permen karet, permen keras,
mint pernapasan antara
makan.
3. Kolaborasi
Berikan obat-obatan sesuai
indikasi, mis., antihistamin:
kiproheptadin (periaktin).