Anda di halaman 1dari 64

Kegawatdaruratan

Peritonitis Difus ec.


Apendisitis Perforasi
pada Anak
Pembimbing: dr. Akhyar H. Nasution,
Sp.
An, KAKV
Presentator:
Grace Dio Margaretha 100100081
Michael J D Purba
100100179
Gina Kristina P
100100183

Bab 1
Pendahuluan

Latar Belakang

Apendisitis

Tanda dan
Keluhan
Utama
Gejala
Tanda dan
Keluhan
Utama
Gejala

RAPID SEQUENCE INTUBATION


(RSI)

Bab 2
Tinjauan Pustaka

ANATOMI
Apendiks

Apendisitis
Apendisitis

Etiologi
Hiperplasia Limfoid

Patofisiologi

Staging
Early Stage

Phlegmonous

DIAGNOSIS
Anamnesis

Pemfis (Perkusi)

DIAGNOSA
BANDING

Gastroenteritis
Demam Dengue
Kelainan Ovulasi
Infeksi Panggul
Kehamilan diluar kandungan
Endometriosis
Urolitiasis

PENATALAKSANA
Penatalaksanaan
Operasi
Pemberian
Penggantian
Tatalaksana
Diet
Defekasi
Appendektomi
Tinggi
yang
Antibiotik
Serat
Elektrolit
Cairan
teratur
AN

Konservat
if

KOMPLIKASI
Komplikasi 93% terjadi pada anak-anak
dan 40-75% pada orang tua.
Komplikasi lebih sering terjadi pada anak
dikarenakan
anak
memiliki
dinding
appendiks yang masih tipis, omentum
lebih pendek dan belum berkembang
sempurna. Sedangkan pada orang tua
akibat gangguan pembuluh darah.
Jenis Komplikasi:
Abses
Perforasi

Konsep Dasar Anestesia


Anestesia keadaan tidak sadar yang
bersifat sementara karena pemberian obat
dengan tujuan untuk menghilangkan nyeri
saat proses pembedahan.

Persiapan Pasien (Kunjungan Pra-Anestesi)

Tujuan
Sarana perkenalan,
edukasi, informed
consent
Mengurangi
morbiditas dan
mortalitas
Cepat mengembalikan
pasien paska operasi
Mengurangi biaya
pengobaran
Meningkatkan
pelayanan kesehatan

Hal yang perlu


diperhatikan
Identitas
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan
Penunjang
Klasifikasi status
fisik
Asupan oral
Pra-medikasi

Anamnesis

Kelas Mallampati

Pemeriksaan Penunjang

Klasifikasi Status Fisik Menurut


ASA

nduksi
tesi Umum

Rapid Sequence Intubation


(RSI)

Upaya mengendalikan jalan napas dalam keadaan gawat darura

S: cope
T: ube
A: irway
tubes
T: ape
I: ntroducer
C: onnector
S: uction

Bab 3
Laporan Kasus

Anamnesis
DAH, 6 tahun, 20 kg

TIME
SEQUENCE

Pemeriksaan Fisik dan Penanganan


di IGD RSUP HAM
Tanda dan Gejala

Kesimpulan

Penanganan

Hasil

A (airway)
Snoring (-)
Gargling (-)
Crowing (-)

Airway clear, tidak


terdapat obstruksi
jalan napas

Triple airway maneuver


(head tilt, chin lift, jaw
thrust) untuk menjaga
patensi jalan napas

Airway tetap clear

B (breathing)
Napas spontan
SP/ST: vesikuler/ (-)
SaO2: 97%
RR: 36x/i

Takipnea

Oksigen via nasal


kanul 2-4 L/i

RR: 30x/i, SaO2 98%

C (circulation )
CRT <2"
Akral hangat
t/v cukup
TD: 100/60 mmHg
HR = 114 x/i, reg

Takikardia

Pasang 1 IV line 20G


Pemberian cairan
Ringer Laktat
Pemasangan Foley
catheter

TD: 100/70 mmHg, HR:


100x/i, reg, UOP:
110cc, warna: kuning
pekat

D (dissability)
Sens: compos mentis
Kesadaran: A (Awake)

Pasien sadar penuh

Keep A-B-C clear

Pasien tetap sadar


penuh

E (exposure)

Tidak dijumpai trauma


Tidak dijumpai edema

Selimuti pasien,
supaya mencegah
hiportermi

Thoraks dan Abdomen


tidak dijumpai jejas
Hipotermia dicegah

SECONDARY SURVEY
B1 : Airway : clear, snoring / gurgling /crowing: -/-/-, RR: 30x/mnt ,
SP: vesikuler/ronkhi (-), wheezing (-), Mallampati : I, GL bebas,
Riwayat asma (-) alergi (-), batuk (-), sesak (-).
B2 : Akral : H/M/K, TD : 100/70 mmHg, HR : 100 x/mnt, reguler,
T/V kuat/cukup. Temp : 38C
B3 : Sens : kompos mentis, Pupil: isokor 2 mm/2 mm, RC +/+,
kejang (-)
B4 : UOP : BAK 110 cc kateter terpasang, warna : kuning pekat
B5 : Inspeksi: simetris, distensi (+); palpasi: nyeri tekan seluruh perut
(+) defens muskular (+); perkusi: hipertimpani; auskultasi: peristaltik
(+) melemah. Mual (+) Muntah (+).
B6 : Oedem (-), Fraktur : (-)

Penanganan di IGD
O2 dengan
NPO
Nilai
Pantau
Pasang
Beri
antibiotik
sejak
derajat
urine
IV line
dan
pasien
nasal
fiksasi
dehidrasi:
output
dengan
spektrum
kanul
direncanakan
NGTbor
2-4
Dehidrasi
untuk
luas
besar
L/i dekompresi
operasi
(iv
Ringan
cath no
(3-5%)
20 G)

Kriteria Dehidrasi Menurut


Pierce
Ringan

Sedang

Berat

CNS

Normal
haus

Mengantuk,
apatis, respon
lambat, anoreksia,
aktivitas

Refleks tendon
anestesi, akral
distal, stupor-coma

CV

Takikardia

Takikardia,
hipotensi
ortotastik, nadi
lemah, vena
kolaps

Sianosis,
hipotensis, akral
dingin, nadi tidak
teraba, detak
jantung jauh

Jaringa
n

Mukosa lidah
mengering,
turgor turun

Mukosa lidah
kering, IIdah kecil,
lunak dan keriput,
turgor

Atonia, mata
cowong, turgor

Urine

Pekat

Pekat, Sedikit

Oliguria

Defisit

3-5 % BB

6-8 % BB

10% BB

Pemeriksaan Laboratorium
(17 April 2015)
Jenis pemeriksaan

Hasil

Rujukan

11,9 g%

11,7-16,1

26,57.103/mm3

4,5-11,0.103

34,2%

38-44%

480.000

150-450.103

HEMATOLOGI
Hemoglobin (HGB)
Leukosit (WBC)
Hematokrit
Trombosit (PLT)
FAAL HEMOSTASIS
PT

11,8 (13,7) detik

APTT

21,5 (32,8) detik

TT

13,6 (17,5) detik

INR

0,86

GINJAL
Ureum
Kreatinin

20,70 mg/dL

<71 mg/dL

0,38 mg/dL

0,50-0,90 mg/dL

ELEKTROLIT
Natrium (Na)
Kalium (K)
Klorida (Cl)
FUNGSI HATI
Albumin
URINALISIS
Warna
Glukosa
Bilirubin
Keton
Berat Jenis
pH
Protein
Urobilinogen
Nitrit
Leukosit
Darah
Sedimen Urin
Epitel
Eritrosit
Leukosit
Cast
Kristal

131 mEq/L
3,3 mEq/L
95 mEq/L

135-155 mEq/L
3,6-5,5 mEq/L
96-106 mEq/L

3,6 g/dl

3,8-5,4g/dl

kuning jernih
1,010
6,5
+
-

kuning
+/1,005-1,030
5-8
-

0-1/ lpb
0-1/ lpb
1-3/lpb
-

<3/ lpb
<6/ lpb
-

Foto Thoraks (17 April 2015)

USG Abdomen (17 April 2015)

DIAGNOSIS DAN
Diagnosis: Diffuse peritonitis ec. Appendisitis Perforasi
RENCANA ANESTESI

Teknik Anestesia
Inj.Atracurium
15ETT
mg
Maintenance
Persiapan
Pre
Premedikasi:
Intubasi
oksigenasi
dengan
RSIdengan
(Rapid
O2
100%
no.5,5
,O2,
Sequence
2 air,
L/menit
Cuff
Isofluran
Intubation)
dikembangkan,
via
fiksasi
Posisi:
Suction
head
aktif
up
dengan
30
spuit
5cc
Inj.
Propofol (2-10
40 mgmcg/kgBB): 3 mcgx20= 60 mcg
Inj Fentanyl

Induksi:

Durante Operasi

Lama operasi: 3 jam


TD: 70-105 / 60-70 mmHg
HR: 80-90 x/i
RR: 14-16 x/i
Sp O2: 98-99%
Cairan: RL 500 cc
Perdarahan: 250 cc 15% EBL
Penguapan dan Maintenance: (2+4) x
20 kg x 3jam = 360 cc
UOP: 90 cc (1,5 cc/jam)

KEADAAN PASCA OPERASI


B1 : Airway : clear, snoring / gurgling /crowing: -/-/-, RR: 22x/mnt ,
SP: vesikuler/ronkhi (-), wheezing (-), Mallampati : I, GL bebas,
Riwayat asma (-) alergi (-), batuk (-), sesak (-).
B2 : Akral : H/M/K, TD : 110/60 mmHg, HR : 92 x/mnt, reguler,
T/V kuat/cukup. Temp : 36,5C
B3 : Sens : kompos mentis, Pupil: isokor 2 mm/2 mm, RC +/+,
kejang (-)
B4 : UOP : BAK 100 cc kateter terpasang, warna : kuning jernih
B5 : Inspeksi: simetris, luka tertutup verband(+); palpasi: soepel;
perkusi: timpani; auskultasi: peristaltik (+) normal.
B6 : Oedem (-), Fraktur : (-)

Post Operasi

Bila mual/muntah:
Antibiotik:
Cairan:
Diet:
nyeri:
Minum
IVFD
Metronidazole
Inj.
sedikit-sedikit,
RLNovalgin
20gtt/i makro
400
500
Makan
mg/
mg/12
24
Biasa
jam
jam bila
dan peristaltik
Ceftriaxone
(+)
500m

Bab 4
Masalah dan
Pembahasan

Pre-operasi
Masalah

Pembahasan

1. Pasien young children

Disiapkan alat dan

(usia 2-12 tahun)


berbeda secara
anatomis, fisiologis, dan
psikologis dari orang
dewasa Risiko
morbiditas dan
mortalitas lebih tinggi
diperlukan strategi
pembedahan dan
anastesi khusus.

obat emergensi sesuai


dengan ukuran dan
dosis pada young
children.

Perbedaan antara Anak dengan


Dewasa

Pre-operasi
Masalah

Pembahasan

2. Pasien
emergensi
tidak puasa
(lambung
dianggap penuh
risiko aspirasi
meningkat

Pasien NPO sejak


diputuskan operasi
Pasang NGT dan
suction aktif
dengan spuit 3cc
sebelum induksi
Teknik RSI (Rapid
Sequence
Intubation) dengan
sellick manuever

Pre-operasi
Masalah
3. Pasien emergensi
semua tahapan
dilakukan secepat
mungkin
4. Anak sulit diintubasi
(mulut kecil, lidah
besar, epiglotis tinggi)

Pembahasan
Teknik intubasi dengan RSI
(Rapid Sequence
Intubation)
Diintubasi dengan posisi
sniffing position,
mengganjal bahu
menggunakan gulungan
handuk dan menaikkan
meja. Dipersiapkan juga
ETT dan sungkup dengan
berbagai ukuran dipilih
yang paling sesuai dengan
ukuran pasien.

Pre-operasi
Masalah
5. Pasien peritonitis
distensi abdomen
peningkatan tekanan
intragastrik risiko
regurgitasi dan
aspirasi meningkat
6. Pasien mengalami
leukositosis akibat
reaksi infeksi/inflamasi

Pembahasan
Dekompresi lambung
dengan pemasangan NGT
Suction aktif dengan
spuit 3cc sebelum induksi

Antibiotik adekuat
berspektrum luas:
Metronidazole 250 mg/ 8
jam
Ceftriaxone 400mg/ 8jam

Pre-operasi
Masalah
7. Pasien peritonitis
dehidrasi

Pembahasan
Tentukan status hidrasi
pasien menurut kriteria
Pierce

Dehidrasi
Ringan
Tentukan defisit cairan
3-5% BB (600-1.000 cc)
Rehidrasi dengan RL
Rehidrasi
cepat
dan
rehidrasi lambat
Pantau urine output (12cc/kgBB/jam)
dan
hemodinamik

Durante Operasi
Masalah

Pembahasan

1. Nyeri durante
operasi
takikardi

Diberikan
analgetik
adekuat:
Pra-medikasi: Inj
Fentanyl (2-10
mcg/kgBB): 3 mcg
x 20= 60 mcg
Rumatan: Inj
Fentanyl 20mcg /
setengah jam

Durante Operasi
Masalah

Pembahasan

2. Operasi laparotomy
operasi besar yang
pendarahan banyak

Pantau pendarahan
durante operasi dengan
menghitung:
Estimation Blood Volume
(EBV) :80 cc x 20 kg = 1600
cc
Estimation Blood Loss (EBL):
10%= 160cc
20%= 320 cc
30%= 480 cc

Menentukan derajat
pendarahan dan cairan
pengganti derajat
pendarahan kelas I dan
diberikan cairan kristaloid
(dan koloid bila perlu)
sesuai volume darah yang

Durante Operasi
Masalah

Pembahasan

3. Operasi
laparotomy + anak
(luas permukaan
tubuh dan kulit
tipis) penguapan
jumlah besar

Balans cairan:
Penguapan: 46cc/kgBB/jam
Rumatan: 2cc/kgBB/jam
360cc

Target UOP: 1-2


cc/kgBB/jam

Durante Operasi
Masalah

Pembahasan

4. Permukaan kulit anak


yang tipis, permukaan
tubuh
yang
luas,
cadangan lemak yang
kurang, paparan luka
operasi dengan suhu
ruangan,
dan
pencucian
organ
dengan cairan irigasi
hipotermia.

Cegah hipotermi
dengan
Selimuti dengan
warmer blanket
Matikan atau
naikkan suhu
pendingin ruangan
Beri cairan yang
telah dihangatkan

Post Operasi
Masalah

Pembahasan

1. Nyeri paska
operasi

Memberikan
analgetik adekuat
sesuai dengan VAS
pasien
VAS 3: Inj. Novalgin
400mg /8jam

Post Operasi
Masalah

Pembahasan

2. Infeksi paska
operasi

Antibiotik empirik
sebelum hasil kultur
keluar:
Metronidazole 500 mg/
24 jam
Ceftriaxone 500mg/
8jam

Setelah hasil kultur


keluar, ganti antibiotik
sesuai dengan hasil uji
resistensi.

Post Operasi
Pembahasan
Masalah
2. Infeksi paska
operasi

Antibiotik empirik
sebelum
hasil
kultur keluar:
Metronidazole
500 mg/ 24 jam
Ceftriaxone
500mg/ 8jam
Setelah hasil kultur
keluar,
ganti
antibiotik
sesuai
dengan hasil uji

Bab 5
Kesimpulan

KESIMPULAN
Apendisitis: suatu reaksi inflamasi akut
dan infeksi dari apendiks yang menjadi
kondisi gawat darurat yang memerlukan
pembedahan segera khususnya pada
anak-anak

Komplikasi : abses, perforasi , dan peritonitis.


Bila pasien peritonitis kehilangan cairan dan
elektrolit akibat dehidrasi, syok, dan gangguan
sirkulasi diperlukan resusitasi diikuti
pembedahan segera (emergency).
Pada kasus kegawatdaruratan peritonitis akibat
apendisitis perforasi dipilih teknik anestesi
umum, dengan menggunakan endotrakeal tube
(ETT). Teknik rapid sequence intubation (RSI)
merupakan pilihan untuk mengendalikan jalan


THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai