Anda di halaman 1dari 12

Pembahasan Birokrasi

MAKALAH

Makalah ini merupakan tugas dalam Mata Kuliah Teori Organisasi Umum
semester ganjil tahun akademik 2011/2012 di Universitas Sriwijaya

Oleh :

Ardi Yudha Mahendra


Herdy Irawan
Ria Tama Hera
M Septhyadi Anandar

09111003001
09111003005
09111003049
09111003063

Kelompok 1
Kelas SI-1A

JURUSAN SISTEM INFORMASI

FAKULTAS ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Jalan Palembang-Prabumulih Km. 32 (OI) 30663 Telp : (0711) 580069
Inderalaya
2011

Kata Pengantar

Asslamualaikum Waramatullahi Wabarakatuh.


Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat izin dan ridho-Nyalah kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan pembahasan tentang Birokrasi pada mata kuliah

Teori Organisasi Umum.


Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan informasi tentang pembahasan
birokrasi dan penjabarannya serta contohnya.
Adapun data-data yang kami dapat untuk menyelesaikan makalah ini diperoleh dari situssitus web, blog, serta forum yang terpercaya.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari banyak pihak-pihak yang telah membantu ,
baik dalam bentuk dukungan moril maupun material, sehingga makalah ini dapat kami selesaikan
tepat pada waktunya. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Allah SWT dan
Bapak KMH Thamrin, S.E, M.M selaku dosen pengajar serta teman-teman yang senantiasa
membantu.
Kami juga menyadari bahwa tugas ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari Dosen dan teman-teman. Selain itu
kami berharap agar makalah ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi mahasiswa Universitas
Sriwijaya.
Wasslamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Palembang, 28 November 2011

Penyusun

Daftar Isi

Kata Pengantar
Daftar Isi

ii

BAB 1 Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Permasalahan

1
2

C. Tujuan 2
D. Manfaat

BAB 2 Pembahasan
A. Pengertian Birokrasi

B. Teori-teori Birokrasi

C. Ciri-ciri dan Asas Birokrasi

D. Kisah Sukses Reformasi Biokrasi Sragen


E. Karakteristik Struktural Birokrasi

BAB 3 Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran

Daftar Pustaka

iii

BAB 1
Pendahuluan

A. Latar Belakang

Kebutuhan akan pemerintahan yang efektif adalah suatu keniscayaan bagi tiap
masyarakat/negara, apapun model, bentuk negara dan ideologi yang diadopsi dan bagaimanapun
cara mereka memandang sejauh mana batas keterlibatan atau peran pemerintah dalam menangani
urusan-urusan rakyatnya, terutama untuk mencapai tujuan kesejahteraan rakyat.
Dalam kacamata pembangunan sosial sebagai suatu pendekatan, cara pandang perspektif
institusional, yang berupaya untuk memobilisir berbagai institusi sosial termasuk pasar, masyarakat
dan pemerintah/negara untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, manempatkan peran
pemerintah di jajaran terdepan. Posisi pemerintah yang memiliki peran yang besar tersebut juga
semakin menunjukkan urgensi terhadap pemerintah yang efektif baik dalam memobilisir berbagai
institusi sosial maupun menjalankan fungsi utamanya sebagai pemberi pelayanan kepada
masyarakat.
Pemerintahan yang efektif dalam wacana politik dan pemerintahan dicirikan salah satunya
adalah bersifat desentralistik, bukan yang sentralistik berlebihan. Ini disebabkan adanya
kekhawatiran bahwa sentralisasi kekuasaan cenderung akan menimbulkan tirani. Maka di sini
dibutuhkan adanya pemerintahan daerah (berdasar azas desentralisasi) yang juga berperan sebagai
alat untuk mengakomodasikan pluralitas di dalam suatu negara modern.
Keberadaan/pembentukan daerah otonom melalui desentralisasi pada hakekatnya adalah
untuk menciptakan efisiensi dan inovasi dalam pemerintahan. Dalam konteks pelayanan sebagai
salah satu fungsi hakiki pemerintahan, pelaksanaan asas desentralisasi melalui pemberian otonomi
kepada daerah dapat membuat penyediaan pelayanan publik juga menjadi lebih efektif dan efisien.
Hal ini menurut Rondinelli dalam Kurniawan dapat terjadi terutama karena melalui otonomi terjadi
optimalisasi hirarkhi dalam penyampaian layanan akibat dari penyediaan pelayanan publik
dilakukan oleh institusi yang merniliki kedudukan lebih dekat dengan masyarakat sehingga
keputusan-keputusan strategis dapat lebih mudah dibuat; juga karena adanya penyesuaian layanan

terhadap kebutuhan dan kondisi yang ada di tingkat lokal sehingga alokasi anggaran dapat
disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi yang ada di wilayahnya.
Kondisi ideal tersebut tampaknya masih cukup sulit untuk diwujudkan di Indonesia karena
sejumlah alasan. Salah satu determinan yang menjadi sorotan oleh berbagai kalangan adalah bahwa
birokrasi peninggalan orde baru yang cenderung lemah dan lamban, akan menghambat pelaksanaan
otonomi daerah. Dalam kondisi yang demikian, maksud penyelenggaran otonomi daerah
(penyediaan pelayanan yang efektif dan efisien. serta pemerintahan yang efisien, inovatif) yang
bermuara pada kesejahteraan masyarakat tentu akan sukar dicapai.

B. Permasalahan
Permasalahan dalam pembahasan birokrasi

ini menyangkut segala aspek

pelaksanaan birokrasi di Indonesia, tata cara melaksanakan birokrasi, tugas atau asas yang
harus dilaksanakkan dalam birokrasi di suatu negara, serta contoh-contohnya.

C. Tujuan
Agar pembaca memahami apa pengertian birokrasi, bagaimana birokrasi itu dan tau
lebih jelas dalam pelaksanaan birokrasi serta contoh-contohnya.

D. Manfaat
Pembaca dapat mengetahui dan mengerti apa itu birokrasi dan pelaksanaannya di
Indonesia dan juga supaya dapat memberikan pengetahuan lebih dalam tatacara
berorganisasi.

BAB 2
Pembahasan
A. Pengertian Birokrasi

Birokrasi adalah alat kekuasaan bagi yang menguasainya, dimana para pejabatnya
secara bersama-sama berkepentingan dalam kontinuitasnya. Ditinjau dari sudut etimologi, maka
perkataan birokrasi berasal dari kata bureau dan kratia (Yunani), bureau artinya meja atau kantor
dan kratia artinya pemerintahan. Jadi birokrasi berarti pelayanan yang diberikan oleh pemerintah
dari meja ke meja. Max Weber memandang Birokrasi sebagai suatu istilah kolektif bagi suatu badan
yang terdiri atas pejabat-pejabat atau sekelompok yang pasti dan jelas pekerjaannya serta
pengaruhnya dapat dilihat pada semua macam organisasi.
Secara teoritis birokrasi adalah alat kekuasaan untuk menjalankan keputusan-keputusan
politik, namun dalam prakteknya birokrasi telah menjadi kekuatan politik yang potensial yang dapat
merobohkan kekuasaan. Birokrasi juga merupakan alat politik untuk mengatur dan mewujudkan
agenda-agenda politik, sifat kekuasaan aparat birokrasi sebenarnya bukan tanpa kendali tetapi tetap
dibatasi oleh perangkat kendali dari luar dan dari dalam. Birokrasi juga dapat dibedakan dengan dua
tipe, yaitu tipe birokrasi klasik dan birokrasi perilaku.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Birokrasiadalah sistem pemerintahan yang
dijalankan oleh pegawai pemerintah karena telah berpegang pada hierarki dan jenjang jabatan.
Berbagai tokoh pun menumpahkan pemikirannya tentang pengertian birokrasi. Berikut ini adalah
beberapa pengetian birokrasi dari sejumlah tokoh :

Bintoro Tjokroamidjoyo

Birokrasi adalah tipe organisasi yang dipergunakan pemerintahan modern untuk pelaksanaan
berbagai tugas-tugasnya yang bersifat spesialisasi, dilaksanakan dalam sistem administrasi dan
khususnya oleh aparatur pemerintah

Soerjono Soekamto

Birokrasi merupakan suatu organisasi yang dimaksud untuk mengerahkan tenaga dengan teratur dan
terus menerus, untuk mencapaii suatu tujuan tertentu.

Max Weber menggambarkan birokrasi sebagai suatu organisasi yang memiliki beberapa
karakteristik yang dirangkum oleh Martin Albrow ke dalam empat ciri utama, yaitu :

Adanya suatu struktur hirarki, termasuk pendelegasian wewenang dari atas ke bawah dalam

organisasi.
Adanya serangkaian posisi-posisi jabatan, yang masing-masing memiliki tugas dan

tanggung jawab yang tegas.


Adanya-aturan, regulasi-regulasi, dan standar-standar formal yang mengatur tata kerja

organisasi dan tingkah laku para anggotanya.


Adanya personel yang secara teknis memenuhi syarta yang dipekerjakan atas dasar karier,
dengan promosi yang didasarkan pada kualifikasi dan penampilan.

Hubungan birokrasi dengan masyarakat Indonesia :

Birokrasi pemerintahan umum

Birokrasi yang berkenaan dengan fungsi-fungsi dasar pemerintahan dan keamanan, hukum dan
ketertiban, perpajakan, dan intelejen. Birokrasi menjalankan fungsi dan peranan mereka dengan
oreintasi pengaturan (regulative orientations) yang cukup ketat, luas, dan efektif.

Birokrasi pembangunan

Birokrasi menjalankan fungsi dan peranan untuk mendorong perubahan dan pertumbuhan
dalam berbagai sektor kehidupan masyarakat. Pada hakikatnya, birokrasi diharapkan mampu
berperan dalam aspek pengaturan dan pelayanan secara bersamaan.

Birokrasi pelayanan

Birokrasi yang menjalankan peranan pelayanan secara langsung kepada masyarakat.

B. Teori-Teori Birokrasi
Max Weber, seorang sosiolog Jerman menulis sebuah alasan yang menggambarkan bentuk
birokrasi sebagai cara ideal mengatur organisasi pemerintahan melalui prinsip-prinsip bentuk
birokrasi antara lain harus terdapat adanya struktur hirarkis formal pada setiap tingkat dan di bawah
kontrol dan dikendalikan dalam sebuah hirarki formal atas dasar dari perencanaan pusat dan
pengambilan keputusan, manajemen dengan aturan yang jelas adanya pengendalian melalui aturan
yang memungkinkan agar keputusan yang dibuat pada tingkat atas akan dapat dilaksanakan secara
konsisten oleh semua tingkat di bawahnya, organisasi dengan fungsional yang khusus pekerjaan
yang harus dilaksanakan oleh mereka yang benar merupakan ahli kemudian disusun dalam unit-unit
berdasarkan jenis pekerjaan yang akan dilakukan berdasarkan keahlian, mempunyai sebuah misi
target yang akan dituju atau yang sedangkan dilaksanakan dalam upaya agar tujuan agar organisasi

ini dapat melayani kepentingan yang akan diberdayakan termasuk dalam misi untuk melayani
organisasi itu sendiri harus melalui perhitungan pencapaian pada tujuan, perlakuan secara
impersonal idenya agar memperlakukan semua pelaksana dan kepentingan diperlakukan secara sama
sama dan tidak boleh dipengaruhi oleh perbedaan individu, bekerja berdasarkan kualifikasi teknis
merupakan perlindungan bagi pelaksana agar dapat terhindar dari pemecatan sewenang-wenang
dalam saat menjalankan tugasnya. Akan tetapi, menurut Cyril Northcote Parkinson seorang
sejarawan angkatan laut Inggris yang menulis bahwa Weber kurang menyadari bahwa manajemen
dan staf profesional akan cenderung tumbuh mengikuti pada tingkat yang tidak diprediksi oleh garis
organisasi sedangkan David Osborne dan Ted Gaebler menyarankan bahwa birokrasi harus berubah
menjadi birokrasi yang lebih memperhatikan partisipasi masyarakat, adanya kerja tim serta kontrol
rekan sekerja dan atasan bukan lagi merupakan dominasi atau kontrol. Berikut rangkuman dari teoriteori birokrasi.

C. Ciri-ciri dan Asas Birokrasi

Birokrat dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya harus dilandasi persepsi


dan kesadaran hukum yang tinggi, adapun ciri-ciri birokrasi, yaitu :
1. Adanya pelaksanaan prinsip-prinsip organisasi dengan sepenuhnya;
2. Adanya peraturan yang benar-benar ditaati;
3. Para pejabat bekerja dengan penuh perhatian menurut kemampuan masing-masing
(sense of belonging);
4. Para pejabat terikat oleh disiplin;
5. Para pejabat diangkat berdasarkan syarat-syarat teknis berdasarkan peraturan (meryt
system);
6. Adanya pemisahan yang tegas antara urusan dinas dan urusan pribadi.
Dalam melaksanakan birokrasi negara, setiap pejabat dalam melaksanakan tugasnya
dilengkapi dengan dua asas, yaitu:
1.

Asas Legalitas

Asas ini berarti tidak ada satu pun perbuatan atau keputusan dari pejabat atau para birokrat yang
bersangkutan, boleh dilakukan tanpa dasar suatu ketentuan undang-undang, untuk itu para
pejabat atau para birokrat harus memperhatikan delapan unsur legalitas, yaitu peraturan tertulis,
penyebaran atau penggunaan peraturan, tidak berlaku surut, peraturan bisa dimengerti, tidak
bertentangan satu sama lain, tidak menuntut diluar kemampuan orang, tidak sering berubah-ubah
dan sesuai antara peraturan dan pelaksanaannya.
2.

Asas Freies Ermessen atau Diskresi


Artinya pejabat atau para birokrat tidak boleh menolak mengambil keputusan dengan alasan
tidak ada peraturan, oleh karena itu diberikan kebebasan untuk mengambil keputusan menurut
pendapatnya sendiri asalkan tidak melanggar asas legalitas.
Dalam setiap hal yang dikerjakan oleh aparatur administrasi negara, dapat dilihat apa yang

menjadi hak, kewajiban, tanggung jawab serta peranan aparatur administrasi negara. Adapun hak
dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seorang aparatur administrasi negara (birokrat) adalah :
1. Wajib atau taat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku;
2. Wajib membuat suatu kebijaksanaan terhadap suatu hal walaupun tidak ada peraturan
yang mengaturnya, hal ini sesuai dengan freies ermessen;
3. Harus sesuai dengan susunan pembagian tugas;
4. Wajib melaksanakan prinsip-prinsip organisasi;
5. Wajib melaksanakan Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik (AAUPB).
D. Kisah Sukses Reformasi Birokrasi Sragen
Reformasi birokrasi adalah satu dari tiga langkah yang diambil oleh Pemkab Sragen dalam
mewujudkan Smart Regency. Dua langkah yang lain adalah pelayanan prima dan pemberdayaan
masyarakat.
Dalam mewujudkan reformasi birokrasi dalam jajarannya, Pemkab Sragen melakukan
beberapa

langkah

di

antaranya

: Pertama, perubahan

paradigma

dilayani

menjadi

melayani. Sikap ambtenaar PNS diubah menjadi sikap melayani. Kedua, mewujudkan efektifitas
penyelenggaraan pemerintahan dengan mengoptimalkan peran satuan kerja/dinas & inovasi
kelembagaan. Misalnya : pembentukan Kantor Pelayanan Terpadu, Tim marketing, Tim Pemantau
Fisik. Ketiga, pengelolaan Keuangan yang efisien dengan Memangkas kegiatan rutin yang tidak

efisien Keempat, desentralisasi kewenangan ke Kecamatan/desa melalui small management. Kelima,


memanfaatkan IT untuk e-government.

E. Karakteristik Struktural Birokrasi


birokrasi digunakan agar dapat meningkatkan efektivitas administrasi organisasi.organisasi
birokrasi yang ideal menyertakan delapan karakteristik struktural antara lain :

Aturan-aturan yang disahkan, regulasi, dan prosedur yang distandarkan dan arah tindakan
anggota

organisasi

dalam

pencapaian

tugas

organisasi.

Weber

menggambarkapengembangan rangkaian kaidah dan panduan spesifik untuk merencanakan

tugas dan aktivitas organisasi.


spesialisasi peran anggota organisasi memberikan peluang kepada divisi pekerja untuk
menyederhanakan aktivitas pekerja dalam menyelesaikan tugas yang rumit. Dengan
memecah tugas-tugas yang rumit ke dalam aktivitas khusus tersebut, maka produktivitas

pekerja dapat ditingkatkan.


hirarki otoritas organisasi formal dan legitimasi peran kekuasaan anggota organisasi
didasarkan pada keahlian pemegang jabatan secara individu, membantu mengarahkan
hubungan intra personal di antara anggota organisasi guna menyelesaikan tugas-tugas

organisasi.
pekerjaan personil berkualitas didasarkan pada kemampuan tehnik yang mereka miliki dan
kemampuan untuk melaksanakan tugas yang dibebankan kepada mereka. Para manajer
harus mengevaluasi persyaratan pelamar kerja secara logis, dan individu yang berkualitas

dapat diberikan kesempatan untuk melakukan tugasnya demi perusahaan.


mampu tukar personil dalam peran organisasi yang bertanggung jawab memungkinkan
aktivitas organisasi dapat diselesaikan oleh individu yang berbeda. Mampu tukar ini
menekankan pentingnya tugas organisasi yang relatif untuk dibandingkan dengan anggota

organisasi tertentu yang melaksanakan tugasnya-tugasnya.


impersonality dan profesionalisme dalam hubungan intra personil di antara anggota
organisasi mengarahkan individu ke dalam kinerja tugas organisasi. Menurut prinsipnya,
anggota organisasi harus berkonsentrasi pada tujuan organisasi dan mengutamakan tujuan
dan kebutuhan sendiri. Sekali lagi, ini menekankan prioritas yang tinggi dari tugas-tugas
organisasi di dalam perbandingannya dengan prioritas yang rendah dari anggota organisasi

individu.
uraian tugas yang terperinci harus diberikan kepada semua anggota organisasi sebagai garis
besar tugas formal dan tanggung jawab kerjanya. Pekerja harus mempunyai pemahaman
yang jelas tentang keinginan perusahaan dari kinerja yang mereka lakukan.

rasionalitas dan predictability dalam aktivitas organisasi dan pencapaian tujuan organisasi
membantu meningkatkan stabilitas perusahaan. Menurut prinsip dasarnya, organisasi harus
dijalankan dengan kaidah dan panduan pemangkasan yang logis dan bisa diprediksikan.

BAB 3
Penutup
A. Kesimpulan
Peningkatan kualitas kerja dalam suatu organisasi sangat bergantung pada Birokrasi,
kebijakan kompensasi dan gaji yang didapat guna menghindari penyalahgunaan wewenang.
Sejatinya, Manusia adalah tetap manusia yang mempunyai keinginan lebih dan keserakahan, kualitas
kerja akan sangat berpengaruh pada pengembangan diri dan kepribadian individual, artinya akan
sangat berarti jika kita membangun pribadi yang jujur dan amanah guna menghasilkan SDM yang
betul-betul berkualitas.

B. Saran
Penerapan hukum dalam kinerja suatu organisasi harus lebih di tingkatkan agar tiap pekerja
sadar bahwa ada hak dan kewajiban yang harus di jalankan secara seimbang. Selain itu fasilitas
pekerja juga harus selalu diperbaharui dengan jangka waktu dan ketepatan guna dalam bekerja, hal
itu pasti akan menimlbulkan efeksifitas positif dalam suatu perusahaan atau organisasi.

Daftar Pustaka

http://newblueprint.wordpress.com/2008/10/23/reformasi-birokrasi-studi-kasussragen/
http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/10/pengertian-birokrasi.html
http://gudangmakalah.blogspot.com/2009/09/tesis-strategi-efisiensibirokrasi.html

Anda mungkin juga menyukai