546
ind.
P
PEDOMAN
NASIONAL
PROGRAM
PENGENDALIAN
PENYAKIT KUSTA
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DIREKTORAT JENDERAL
PENGENDALIAN PENYAKIT
DAN PENYEHATAN
LINGKUNGAN
2012
614.546
ind.
P
PEDOMAN
NASIONAL
PROGRAM
PENGENDALIAN
PENYAKIT KUSTA
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DIREKTORAT JENDERAL
PENGENDALIAN PENYAKIT
DAN PENYEHATAN
LINGKUNGAN
2012
KATA PENGANTAR
Tim Editor
ii
KATA SAMBUTAN
Derajat kesehatan di
kemajuan yang cukup
Indonesia
saat
ini
telah
mengalami
"
#
$
meningkatnya umur harapan
hidup. Namun demikian Indonesia masih menghadapi beban
ganda karena munculnya beberapa penyakit menular baru
sementara penyakit menular lain belum dapat dikendalikan
dengan tuntas. Salah satu penyakit menular yang belum
sepenuhnya dapat dikendalikan adalah penyakit kusta.
Indonesia sudah terbebas dari masalah penyakit kusta. Hal ini
disebabkan karena dari tahun ke tahun masih ditemukan
sejumlah kasus baru.
Dengan
demikian
bagaimana menjaga
tantangan
yang
dihadapi
adalah
yang
paling
utama
adalah
akibat
&
'
*
+/36
7
*
+ 8 *
9 per 100.000 penduduk turun 35 % dari data tahun 2010.
Saya sangat mendukung Pedoman Nasional Program
Pengendalian Penyakit Kusta yang telah disesuaikan dengan
Enhanced Global Strategy for Further Reducing the Disease
Burden Due to Leprosy (2011-2015) dan visi, misi Kementerian
Kesehatan yang terdapat dalam Renstra 2010-2014.
>
kusta dapat ditemukan secara dini tanpa cacat dan
mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapat
pelayanan yang berkualitas.
iii
Akhir kata saya ucapkan terima kasih atas masukanmasukan dari para
"
buku pedoman ini lebih sempurna dan mudah
dilaksanakan di lapangan.
Jakarta, Oktober
2012 Direktur
Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan
Prof.dr.Tjandra Yoga
Aditama,SpP(K),MARS,DTMH
iv
DAFTAR ISI
BAGIAN PERTAMA : TATA LAKSANA PROGRAM KUSTA DI
INDONESIA
BAB I. SEJARAH PENGENDALIAN PENYAKIT KUSTA..................1
A. PENDAHULUAN.......................................................... 1
B. SEJARAH PENGENDALIAN..........................................1
BAB II. EPIDEMIOLOGI............................................................. 5
A. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT KUSTA................................ 5
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN TERJADINYA KUSTA
8
C. UPAYA PENGENDALIAN PENULARAN......................... 10
BAB III.KEBIJAKAN NASIONAL PENGENDALIAN KUSTA DI INDONESIA
.............................................................................................. 13
A. PENDAHULUAN........................................................ 13
B. SITUASI PENYAKIT KUSTA DI INDONESIA.................. 13
C. KEBIJAKAN NASIONAL PENGENDALIAN KUSTA DI
INDONESIA.............................................................. 14
D. PENGENDALIAN PENYAKIT KUSTA DI KABUPATEN/KOTA
BEBAN RENDAH......................................................15
E. KEGIATAN PROGRAM KUSTA..................................... 17
F. INTEGRASI DAN RUJUKAN KUSTA.......................... 21
BAB IV.PENEMUAN PASIEN...................................................... 25
A. PENEMUAN PASIEN SECARA PASIF (SUKARELA).......25
B. PENEMUAN PASIEN SECARA AKTIF........................ 25
BAB V. KECACATAN DAN REHABILITASI...................................29
A. LATAR BELAKANG.................................................... 29
B. PENGERTIAN............................................................ 29
C. STRATEGI................................................................. 30
D. KEGIATAN................................................................. 30
BAB VI. PENGELOLAAN LOGISTIK...........................................33
A. PENGELOLAAN LOGISTIK MDT.................................33
B. FORMULIR-FORMULIR..............................................36
BAB VII.PROMOSI PENGENDALIAN PENYAKIT KUSTA DAN
KONSELING PASIEN KUSTA............................................39
A. PROMOSI PENGENDALIAN PENYAKIT KUSTA.............39
B. KOMUNIKASI............................................................42
C. KOMUNIKASI INTERPERSONAL................................43
v
D. KONSELING PENYAKIT KUSTA DI UNIT PELAYANAN
KESEHATAN ..49
BAB VIII.PENCATATAN DAN PELAPORAN...................................53
A. PENCATATAN.............................................................53
B. PELAPORAN..............................................................55
BAB IX. SUPERVISI..................................................................57
A. PENGERTIAN SUPERVISI...........................................57
B. TUJUAN SUPERVISI...................................................58
C. TINGKATAN SUPERVISI..............................................58
D. TAHAPAN SUPERVISI.................................................59
BAB X.MONITORING DAN EVALUASI........................................61
A. MONITORING................................................................61
B. EVALUASI..................................................................61
BAGIAN KEDUA : TATALAKSANA PASIEN
BAB XI. DIAGNOSIS, DIAGNOSIS BANDING DAN KLASIFIKASI. .67
A. DIAGNOSIS...............................................................67
B. DIAGNOSIS BANDING...............................................68
C. KLASIFIKASI..............................................................72
BAB XII. PEMERIKSAAN KLINIS DAN CHARTING.......................75
A. PEMERIKSAAN KLINIS...............................................75
B. MENGGAMBAR SIMBOL KELAINAN KUSTA (CHARTING)
86
BAB XIII.PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIS.................................89
A. TUJUAN.....................................................................89
B. PERSIAPAN PENGAMBILAN SKIN SMEAR...................89
C. BEBERAPA KETENTUAN LOKASI PENGAMBILAN
KEROKAN JARINGAN KULIT
90
D. CARA PENGAMBILAN SEDIAAN SLIT SKIN SMEAR.....91
E. CARA PEWARNAAN...................................................93
F. PEMBACAAN.............................................................94
1. BENTUK-BENTUK KUMAN KUSTA YANG DAPAT
DITEMUKAN DALAM LAPANGAN MIKROSKOP
94
2. CARA MELAKUKAN PEMBACAAN SKIN SMEAR......95
vi
C. SEDIAAN DAN SIFAT OBAT......................................102
D. EFEK SAMPING DAN PENANGANANNYA................104
E. MONITORING DAN EVALUASI PENGOBATAN...........108
BAB XV.REAKSI KUSTA..........................................................111
1. REAKSI TIPE 1........................................................112
2. REAKSI TIPE 2........................................................113
3. HUBUNGAN TIPE REAKSI DENGAN KLASIFIKASI.....116
4. TATALAKSANA REAKSI............................................116
5. INDIKASI RUJUKAN PASIEN REAKSI KE RUMAH SAKIT120
6. DIAGNOSIS BANDING REAKSI................................120
BAB XVI.PENCEGAHAN DAN TATA LAKSANA CACAT..............123
A. KEGIATAN PENCEGAHAN CACAT DI RUMAH............128
B. KEGIATAN PENCEGAHAN CACAT YANG DAPAT
DILAKUKAN DI PUSKESMAS...................................137
C. KEGIATAN PENCEGAHAN CACAT YANG DAPAT DILAKUKAN
DI UNIT RUJUKAN...................................................137
LAMPIRAN............................................................................ 139
vii
viii
DAFTAR SINGKATAN
A- MDT
Accompanied MDT
BB
Borderline Borderline
\ '
\ *
BL
Borderline Lepromatous
BTA
BT
Borderline Tuberculoid
] >'
ENL
FEFO
KPD
^_
^`
LL
Lepromatous Lepromatous
LSM
_
`
\
&
&
PB
Pausi Basiler
PCK
PNPM
Masyarakat
PRK
RBM
RFT
>fq
RSK
RJ
Ridley Jopling
SCG
SD
Sindrom dapson
>
SKTM
ix
TT
Tuberculoid Tuberculoid
UPK
! f
DEFINISI OPERASIONAL
Accompanied MDT
untuk PB
Anestesi
'
7
**
cacat
\ *
] >'
Vaksinasi untuk
tuberculosis
mencegah penyakit
satu
tahun per 100.000 jumlah penduduk
Community
Based
Defaulter
ekonomi
\
{
\
mengambil obat lebih
dari 6 bulan sehingga
sesuai waktu yang ditetapkan
Dosis bulanan
Eritema
Nodosum
Leprosum
+
q
yang
terjadi
karena
mekanisme
imunitas
humoral
untuk
berat
xi
Formulir
evaluasi
pengobatan
reaksi berat
Hilangnya
fungsi
saraf
normal ditandai
dengan gangguan sensorik pada
telapak tangan dan telapak kaki,
gangguan motorik
|
saraf tersebut dan gangguan
otonom pada daerah itu
'
|
dari
PB
sebaliknya
menjadi
MB
atau
Indikator
Kartu pasien
Pasien baru
Pasien kusta
%
|
Kasus kusta meragukan adalah orang yang mempunyai
tanda kusta
mempunyai
utama)
^
}
kelopak
cardinal
sign
(tanda
^
^
`
Monitoring
|
baru
Kegiatan memonitor pencatatan dan
pelaporan dengan mencocokkan
data-data kusta yang ada di
Puskesmas, Kabupaten, Provinsi,
Pusat
xii
Masuk kembali
setelah default
f
*
untuk
Paralisis
Lumpuh
layuh,
kehilangan
kemampuan menggerakkan bagian
anggota gerak
Paresis
Lumpuh sebagian
Pindah
Pindahan
Register kohort
Silent
Hilangnya
fungsi
saraf
adanya tanda peradangan
tanpa
xiii
xiv
Bagian Pertama
Tatalaksana
Program Kusta
BAB I
SEJARAH PENGENDALIAN PENYAKIT
KUSTA
A. PENDAHULUAN
Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular
yang menimbulkan masalah yang sangat kompleks.
Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis
tetapi meluas sampai masalah sosial, ekonomi, budaya,
keamanan dan ketahanan nasional.
Penyakit kusta pada umumnya terdapat di negara-negara
yang sedang berkembang sebagai akibat keterbatasan
kemampuan
negara
tersebut
dalam
memberikan
pelayanan yang memadai dalam bidang kesehatan,
pendidikan, dan kesejahteraan sosial ekonomi pada
masyarakat.
termasuk sebagian petugas kesehatan. Hal ini disebabkan
masih kurangnya
*
* *
"
%
*
serta pemulihan
kesehatan dibidang penyakit kusta, maka penyakit kusta
"
masyarakat. Akan tetapi mengingat kompleksnya masalah
penyakit kusta,
*
melalui strategi yang sesuai dengan endemisitas
penyakit
kusta.
Selain
itu
"
untuk meningkatkan kualitas hidup orang yang mengalami
kusta.
B. SEJARAH
Sejarah pemberantasan penyakit kusta di dunia terbagi
dalam 3 zaman yaitu:
1. Jaman Purbakala
Penyakit Kusta telah dikenal hampir 2000 tahun SM.
Hal ini dapat
"
3//
&
//
//
$
"
*
spontan karena pasien merasa rendah diri dan
malu, disamping itu masyarakat menjauhi karena
merasa jijik dan takut.
"
"
>
a. Agama Hindu
$
83// 9
"
b. Agama Kong Hu Cu
Dalam kitab agama Kong Hu Cu, penyakit kusta
disebut Ta Feng
ini dibawah pengaruh
pada umumnya
*
setan
Feng
Shui
yang
"
"
8'
36+9
penyakit kusta.
7
ke-13
dengan
adanya
%
`
mengakibatkan masyarakat sangat patuh dan
takut terhadap penguasa
terjadi pada pasien kusta yang umumnya merupakan
rakyat biasa. Pada waktu itu penyakit dan obat-obatan
belum ditemukan, maka pasien
^
hidup.
3. Jaman Modern
Dengan ditemukannya kuman kusta oleh Gerhard
Armauer Hansen pada tahun 1873, maka dimulailah
era perkembangan baru untuk
*
*
"
"
f
+
3+
&
8 &9
\
\
&
3+
3
\
&
! f
BAB II
EPIDEMIOL
OGI
`
%
%
>
%
"
kesehatan pada masyarakat dan
pengendalian masalah tersebut.
"
aplikasinya
dengan
&
%
penyebab yaitu: pejamu (host9
8agent9
8environment9 melalui suatu proses yang dikenal sebagai
rantai penularan yang terdiri dari
839
8+9
8{9 *
89 *
869 *
"
89 "
"
%
maka intervensi
yang sesuai dapat dilakukan untuk memutuskan mata
rantai penularan tersebut.
A. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT KUSTA
Distribusi angka penemuan kasus baru kusta di dunia
yang terlapor di
! f
+/3+
Tabel 2.1
Situasi kusta menurut regional WHO pada awal tahun 2012 (Di
luar regional Eropa)
Regional
WHO
7%
Amerika
Asia
Mediter
ania
Timur
| \
Total
Jumlah kasus
baru yang
ditemukan
( 3+ {
{ {+
3/ 3{+ 8
{ 8/
39
6 /+
219.075
Jumlah kasus
kusta
awal tahun
36 // 8/
{ /3
33 3 8/
{ 8/
3+9
3 8/
181.941
dalam
Tabel 2.2
Situasi Kusta di wilayah WHO-SEARO pada tahun 2011
Negara
\
\
Korea Utara
Maladewa
Myanmar
Nepal
^
Thailand
&
^
Total
Jumlah kasus
baru yang
ditemukan
(
3.970
23
Jumlah kasus
kusta
127.295
20.023
3
3.082
{ 3
2.178
280
83
160.132
83.187
23.169
2
2.735
+ 3/
1.565
678
72
117.147
awal
tahun
3.300
29
3
1000 atau lebih kasus baru selama tahun 2011.
Delapan belas negara
*
"
Madaga
skar
Mozamb
ique
Myanma
r
Nepal
Nigeria
Filipina
Sudan
S
u
d
Tanzania
Total
%
dari
selu
ruh
Total
dunia
20
04
2.
10
{
3
11.
78
260.
063
3
6
3.
71
+
{
6.
95
5.
27
+
+
1.
99
7
2
-
20
05
1.
87
7.
88
{
3/
1.
65
10.
36
169.
709
19.
69
2.
70
5.
37
3.
57
6.
15
6
/+
3.
13
3
7
2
-
20
06
1.
07
6.
28
{
1.
50
8.
25
139.
252
/
17.
68
1.
53
3.
63
3.
72
+
{
6
2.
51
1.
99
20
07
1.
26
5.
35
39.
12
1.
52
8.
82
137.
685
3
17.
72
3
2.
51
3.
63
6
+
6
+
/+
1.
70
-
20
08
3
3
6
+
{
3
3
3
3
3{
3
3
/
3
3
1.
76
1.
31
3.
36
/
2.
37
1.
97
1.
90
-
20
09
9
3
5.
23
37.
61
1.
59
5.
06
133.
717
3
17.
26
1.
57
1.
19
{
3
{
+
3
1.
79
1.
87
2.
10
-
20
10
1.
07
{
3
{
6/
126.
800
17.
01
1.
52
1.
20
2.
93
3.
11
3.
91
+
/
2.
02
+
{
-
5.
19
388
.53
+
287
.13
{
6
248
.10
3.
10
241
.93
3.
27
234
.44
+
6
228
.78
+
{
215
.93
9
5
407
.79
9
6
299
.03
9
3
265
.66
9
4
258
.13
94
249
.00
9
3
244
.79
9
5
228
.47
201
1
508
3.97
0
33.9
55
3
3
{
127.
295
NA
20.0
32
1.57
7
1.09
7
3.08
2
{3
NA
1.81
8
2.17
8
706
1.79
9
NA
206
.28
94
219
.07
%
Di Myanmar kejadian kusta lepromatosa lebih
sering terjadi pada
\
juga
mengindikasikan hal yang sama, kejadian kusta
lepromatosa
b.
"
>
"
*
menurut umur
sedikit yang
berdasarkan
sulit
diketahui.
Dengan
penyakit sering terkait
prevalensi,
kata
lain
hanya
kejadian
#
umur tertentu untuk terkena penyakit. Kusta diketahui
terjadi pada semua usia berkisar antara bayi sampai
usia lanjut (3 minggu sampai
/
9 ~
%
d.
*
7%
>
perempuan.
"
pada
%
perempuan ke layanan kesehatan sangat terbatas.
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN TERJADINYA
KUSTA
1. Penyebab
Penyebab penyakit kusta yaitu Mycobacterium leprae,
untuk pertama kali ditemukan oleh G.H. Armauer
Hansen pada tahun 1873.
M. Leprae
|
%
(Schwan
cell9
!
pembelahannya sangat lama, yaitu 2-3 minggu.
Di luar tubuh manusia 8
9
in
vivo
pada
suhu 270-300 C.
2. Sumber penularan
Sampai saat ini hanya manusia satu-satunya yang
dianggap sebagai sumber penularan walaupun kuman
kusta dapat hidup pada armadillo,
"
hidung
4. Cara penularan
Kuman kusta mempunyai masa inkubasi rata-rata 2-5
tahun, akan tetapi
dapat juga bertahun-tahun.
Penularan terjadi apabila M. leprae yang
8
9
lain.
*
*
&
"
"
*
/
869
%
dapat meningkatkan perubahan
869
6
{/
"
Contoh:
3//
6
"
8
9 { orang sembuh sendiri tanpa obat, 2 orang
menjadi sakit dimana hal ini belum memperhitungkan
pengaruh pengobatan.
Seseorang dalam lingkungan tertentu akan termasuk
dalam salah satu
"
kelompok terbesar yang telah atau akan menjadi
resisten terhadap kuman kusta.
b. Pejamu yang mempunyai kekebalan rendah terhadap
kuman kusta,
\
*
"
*
\
#
\
'
6/ dengan pemberian dua dosis dapat memberikan
perlindungan terhadap
/
~
"
"
"
10
\
- Vaksinasi
|laksis (Masih dalam pengembangan)
Pengobatan
Menjadi sakit dan
tubuh mereka menjadi tempat perkembangan Mycobacterium
Cara masuk
ke host:
dari saluran nafas
Kasus
Kusta menjadi sumber penula
Cara keluar:
dari saluran nafas
Cara penularan
utama: Melalui percikan droplet
lepra
11
12
BAB III
KEBIJAKAN NASIONAL PENGENDALIAN KUSTA
DI INDONESIA
A. PENDAHULUAN
Upaya pengendalian penyakit kusta di dunia menetapkan
tahun 2000
*
*
ini pada tahun yang sama, akan tetapi
perkembangan 10 tahun terakhir
! f
^`
Global Strategy
!
"#
*
+/3/>+/3
Enhanced
! f
"
"
Tabel 3.1
TREN KASUS KUSTA DI INDONESIA TAHUN 2000 - 2011
TAH
UN
200
0
200
1
200
2
200
3
+//
200
5
200
6
200
7
200
8
KA
SU
S
TER
17.5
39
17.7
12
19.8
55
18.3
37
19.6
66
21.5
37
22.7
63
+3
{/
21.5
38
KA
SU
S
3BA
3
++
16.2
53
15.9
13
16.5
72
19.6
95
18.3
00
17.7
23
3
3
CACAT
TIN
TOT GKA
%
AL
1.23 8,38
1
1.30 8,83
0
1.25 7,70
1
1.27 8,01
5
3
8,63
{/
1.72
2
1.57 8,61
5
1.52 8,62
7
1.66
9,56
8
KASUS
ANAK
TOT
%
AL
3
10,2
0
3
9,96
3
8,92
1.67 10,5
6
1.76 3
3/
3
1.79
9,09
0
1.90 3/
5
3
3
10,2
+ 11,3
9
1.98
7
9
KASUS
MB
TOT
%
AL
11.2 76,6
67
6
33
76,8
{3
12.3 5
76,2
98
12.2 8
76,8
23
12.9 1
78,1
57
15.6 9
39
3
3
80,6
6/
3 3/ 0
79,6
{
0
3
82,1
+
5
200
9
201
0
201
1
21.0
26
3
3
23.1
69
17.2
60
17.0
12
20.0
23
1.81
2
1.82
2
2.02
5
10,.
50
10,7
1
10,1
1
2.07
3
3
/
+
6+
12,0
1
11,1
9
12,2
5
3 +
+
3{
{
16.0
99
+
{
80,7
3
/
/
13
592(
13,0)
Sumater
a
984(2.0
9)
Kalimant
Goront
alo
481 (3.42)
187
(17.6)
M
a
l
597
(56.2)
Sulaw
Utara
esi
394
(17,1)
Papua
P
a
p
831
(105.
1515(50.8)
CDR>10/100000)
Atau
kasus baru> 10
00
CDR <10/100000
Atau kasus baru
<1000
DKI
Jakarta
543
(5.6)
Banten
500 (4,6)
Jawa Barat
2.185(5.0)
2275(7.0)
159 (13.4)
DIY
79 (2.3)
5.284 (14.0)
Bali
114
(2.9)
NTB
370
(8,1)
1338(16.5)
NTT
282 (5.9)
322(14.1)
320 (11.9)
671 (42.6)
"
"
*
3. Strategi
b.
*
*
Pelayanan
kusta
berkualitas,
termasuk
layanan
rehabilitasi, diintegrasikan
dengan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan.
%
`
keluargan
ya.
%
g. Peningkatan dukungan kepada program kusta
melalui penguatan advokasi kepada pengambil
kebijakan dan penyedia layanan lainnya untuk
meningkatkan dukungan terhadap program kusta.
h. Penerapan pendekatan yang berbeda berdasarkan
endemisitas kusta.
4. Sasaran strategis
**
>+
+/36 dibandingkan data tahun 2010.
{6
39 7
< 5 / 100.000
penduduk atau jumlah total penemuan kasus baru
< 30 kasus per tahun selama 3 tahun berturutturut
+9
**
+
6
terakhir sebanyak < 25
kasus
"
39
6 8
+9
2.Tujuan
a. Tujuan Umum:
|
%
b. Tujuan khusus:
39
kusta.
+9
dalam mendeteksi suspek kusta.
{9
pelayanan rujukan dalam tatalaksana pasien kusta.
9
upaya deteksi dini kusta.
69
*
15
3.Kebijakan
\
3/>{/
"
disesuaikan dengan kondisi
8 9 "
setempat.
39
+9
"
"
"
*
dalam penatalaksanaan pasien
kusta.
"
3/
39
>
+9
oleh PRK.
"
mengenai situasi kusta di kabupaten/kota
tersebut
\
39
+9
\
*
9 '
*
9
*9
9 &
9
*9
9 &
{9 ^
"
6
*
"
**
_
>+
"
|
%
_
wasor kabupaten/kota, sehingga dapat dibuat
kesimpulan apakah
16
N
o
1
2
3
5
6
7
8
9
1
1
1
1
3
1
1
Kegiatan
Pelayanan Pasien
Penemuan Suspek
Diagnosis
Penentuan
regimen dan
Pemantauan
Pemeriksaan Kontak
|
reaksi
Penentuan dan
penanganan reaksi
Pemantauan
pengobatan
f
Penyuluhan
Pendukung
Stok MDT
Pengisian kartu pasien
Register Kohort pasien
Pelaporan
Penanggung jawab
Kabupaten/kota
Beb
Beban
an
rendah
PusSe
P
W
mu
kes
R
a
a
mas
K/
Pus
+
-
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+/ +
17
2. Tatalaksana Program
N
Kegiatan
o
1 Rapid Village
2
|
Kabupaten/
Be
Beb
ba
an
+
+
Propi
nsi
+
+
+
lingkungan
3 Pemeriksaan
laborato- rium
+
+
+
pada pasien
Penyuluhan ,
+
+
+
5
+
+
puskesmas
6
Kabupaten,
7 Supervisi
+
+
+
8
*
+
+
+
- ran
9
+
+
+
1 * ^
+
+
+
1 Rehabilitasi
+
+
+
1 medik Sosial
1 Seminar
+
2 dengan FK/
1 Seminar dengan
3 sekolah
+
+
+
*
lain
3. Catatan khusus untuk daerah beban rendah
a. Penemuan pasien (
$
9
%
Pu
sat
+
+
+
+
+
+
+
+
\
% lainnya.
b. Diagnosis
\
non PRK menemukan suspek, harus
dirujuk ke PRK/RSUD/wasor
|
|
18
%
on
%
&') #*
*
Regimen pengobatan diberikan oleh petugas
PRK/RSUD/wasor. Pengobatan selanjutnya diberikan
oleh puskesmas non PRK.
d. Pemantauan Pengobatan (case holding9
Pemantauan pengobatan dilakukan oleh petugas
puskesmas non
%
\
3
*
f
f
\ dipandang mampu petugas puskesmas
non PRK dapat melaksanakan
f
%
Penanganan
pasien
reaksi
oleh
petugas
PRK/RSUD/wasor.
Jika
puskesmas
non
PRK
menemukan pasien reaksi harus dirujuk ke PRK/
RSUD/wasor. Pengobatan reaksi akan diberikan oleh
PRK/RSUD/
wasor,
selanjutnya
pemantauan
pengobatan reaksi dilakukan oleh puskesmas non
PRK.
g. Perawatan diri
Penyuluhan tentang perawatan diri diberikan oleh
PRK/RSUD/ wasor, dan dapat didelegasikan kepada
petugas puskesmas non PRK
*
f&
* *
*
38
86
19
k. Supervisi
Supervisi dari propinsi ke kabupaten maupun
kabupaten ke puskesmas diintegrasikan dengan
program pengendalian penyakit yang lain. Frekuensi
supervisi ke PRK/RSUD dilaksanakan lebih sering
daripada puskesmas non PRK.
8 `9
Penyuluhan perorangan dan kelompok diberikan
oleh puskesmas sedangkan penyuluhan massa di
berikan oleh kabupaten.
&
kabupaten
petugas PRK atau wasor.
*
&
PRK/RSUD, membuat
permohonan dan mengambil ke propinsi dan
mendistribusikan ke PRK/RSUD yang membutuhkan.
*
kabupaten, membuat permohonan obat ke Pusat dan
mendistribusikannya ke kabupaten.
*
*
%
*
unit pelayanan.
Puskesmas mengirim salinan register kohort ke
kabupaten.
Pelaporan
hanya
dilakukan
oleh
kabupaten dan propinsi.
*
`#
*
evaluasi sesuai
dengan tanggung jawab masing-masing. Kegiatan
ini dapat diintegrasikan dengan program lain.
p. Rujukan rehabilitasi medik bagi orang yang pernah
mengalami kusta
persyaratan dan kondisi di lapangan.
20
"
Kegiatan
Peningkatan
kemampuan
|
f&
Tatalaksana
penderita
\
`
Advokasi
f
^
*
`#
Pelaksana
Wasor dan Kasi
Penanggung
Jawab
Kasubdin/Kab
id
PRK/RSUD/wasor
PRK/RSUD/wasor
Wasor dan Kasi
Kasi
Kasi
Kasubdin/Kab
id
Kadinkes
PRK/RSUD/wasor
~f f
Kasubdin/Kabid
Gudang Farmasi /
P2M
PRK/RSUD/wasor
!
Kadinkes
Kasubdin/Kab
id
Kasi
Kasubdin/Kab
id
*
Tata Laksana Program Kusta Di Indonesia
21
#
"
8
"
merupakan
bagian
dari
setempat
(jangkauan
pelayanan,
9
dalam pelayanan kusta.
"
8
diperlukan. Pada umumnya petugas
pelayanan kesehatan
8
9
8
9
kabupaten.
kesehatan
9
di
%
"
Semua petugas kesehatan di daerah ini harus
mengetahui tempat rujukan dan kepada siapa mereka
akan merujuk pasien. Petugas diharapkan dapat
memberi nasehat pada pasien dengan tepat.
Komunikasi yang baik harus tetap dijaga, agar diskusi
tentang kemajuan pasien dapat berlangsung terus.
Kemajuan telekomunikasi (e-mail, mobile phone dan
9
*
22
"
8mobile team9
`
"
! f
"
&
kesehatan
f
&
"
>
%
`
8 `9
untuk pasien dan
anggota keluarga mereka
e. Register pengobatan yang sederhana harus tersedia
%
^
"
"
di sarana pelayanan
kesehatan dasar harus mengetahui kemana dan
bagaimana merujuk pasien
2. Indikasi rujukan
Akan dijelaskan dalam tatalaksana kasus kusta.
*
* *
9 \
program Kelompok Perawatan Diri (KPD/
!
9
69
pengobatan maupun yang sudah RFT
9
masyarakat
9
9
"
23
%
{9
9
8
%9 69
8 f
9
*
39
8protesa, orthesa,
"
+9
{9
9
f
|
%
%
BAB IV
PENEMUAN
PASIEN
*
%
%
A. PENEMUAN PASIEN SECARA PASIF (SUKARELA)
Adalah pasien yang ditemukan karena datang ke
puskesmas/sarana kesehatan lainnya atas kemauan sendiri
atau saran orang lain.
>%
oleh dua aspek yakni:
3
1. Pemeriksaan kontak
Adalah kegiatan penemuan pasien dengan melakukan
kunjungan
8
9
%
a. Tujuan
39
"
+9 Ditemukannya pasien baru sedini mungkin.
b. Sasaran
tetangga di sekitarnya.
c. Kegiatan
39
Untuk pasien baru kunjungan rumah dilakukan seseg
era mungkin
9
|
Tata Laksana Program Kusta Di Indonesia
25
+9
"
"
kartu pasien, alat-alat
pemeriksaan dan obat MDT.
2. Rapid Village Survey (RVS)
a. Tujuan
39
+9
{9
b. Sasaran
c. Pelaksanaan
39 Persiapan
*
pelaksanaan kegiatan survei. Dilakukan on
the job training 8f&9
%
+9 Pelaksanaan
Kegiatan dilaksanakan dalam 2 tahap.
Tahap pertama:
Pertemuan diadakan sesuai dengan tanggal
yang ditetapkan
*
9
9
berikut:
"
"
"
>
penyakit kusta oleh Dokter/ Petugas Puskesmas.
*9 &
"
9
" 8
*
#
|
9
\
"
disesuaikan dengan
kapasitas dan sumber daya yang ada.
Tahap kedua:
9
*
dijaring oleh kelompok
kerja (target suspek adalah minimum 3/
9
%
hari pada suspek di masyarakat umum.
Pasien baru yang ditemukan pada saat
pemeriksaan, dibuatkan kartu dan diberikan
pengobatan serta penyuluhan yang mendalam.
9
*
"
puskesmas dalam kurun waktu 3 - 6 bulan
setelah pertemuan.
26
3. Chase Survey
Chase
*
%
survey
"
%
berbagai sumber tentang keberadaan
suspek kusta di wilayah tersebut. Kegiatan yang
dilakukan adalah pemeriksaan suspek dan penyuluhan
kepada masyarakat di lokasi tersebut.
8 9
a. Tujuan
39
tentang penyakit kusta.
+9
*
b. Sasaran
Guru dan murid SD/ sederajat.
c. Pelaksanaan
Sebelum dilakukan pemeriksaan
terlebih
dahulu diberikan penyuluhan tentang
kusta kepada murid-murid dan guru-guru.
*
Kusta maka perlu dirujuk ke Puskesmas untuk
pemeriksaan lebih lanjut. Jumlah anak yang diperiksa
dan kasus baru yang ditemukan
*
a. Tujuan
39
+9
{9
9
penyakit kusta.
dan bidan desa dalam pengendalian penyakit
kusta.
b. Sasaran
9
masyarakat.
8\
c. Pelaksanaan
39 Pertemuan
dengan
Kepala
Kesehatan
Kabupaten
Dinas
"
^`
\
pelaksana pertemuan.
Tata Laksana Program Kusta Di Indonesia
27
&
^
mengadakan penyuluhan dan
mengharapkan masyarakat yang mempunyai
kelainan di kulit agar memeriksakan diri.
\
"
diperiksa dan bila
terdiagnosa kusta dibuatkan kartu pasien dan
diberi MDT.
7 `^
"
|
8
&
3
pengawasan kader atau keluarga.
28
BAB V
KECACATAN DAN REHABILITASI
A. LATAR BELAKANG
Program pemerintah untuk mengendalikan penyakit kusta
sudah berjalan ke
* *
"
* *
+//
"
* *
akibat kusta justru meningkat sesudah
pengobatan berakhir.
\
|
* *
>
"
%
%
#
%
%
%
Enhance Global strategy ! f
+/33>+/36
"
bagian dari program pengendalian
penyakit kusta.
+/33
|
~
8United
+
/
0
#
yang menyatakan
"
%
( 1
9
"
~ { &
2009 pasal 139 ayat 2
yang menyatakan bahwa Pemerintah wajib menjamin
%
%
%
%
*
Untuk itu, pemerintah
dalam hal ini program pengendalian kusta nasional
bertanggung jawab untuk memenuhi hak klien dalam hal
rehabilitasi.
B. PENGERTIAN
Menurut
2
3
8 9
{
|
4
49
**
-
*
%
9
5+ 6
/
:
"
#
8
%
"
8impairment9
"
Disability
78
%
"
&
* *
29
*
baik serta aktualisasi diri.
C. STRATEGI
1. Membangun kerjasama (networking9
bidang atau tugas diluar tupoksi subdit kusta /
kemenkes / dinkes
2. Menghilangkan berbagai hambatan agar klien bisa
mengakses program
8
9
8f
9
* *
"
{
8
9
bernegosiasi, mempengaruhi, mengendalikan hidup
agar bisa lebih mandiri.
D. KEGIATAN
! f
\
Masyarakat. Dimana kegiatan ini merupakan
kebutuhan minimal yang
%
1. Kesehatan - rehabilitasi medis
a. Memperbaiki sistem rujukan dan mengembangkan
jejaring dengan layanan rehabilitasi medis.
b. Meningkatkan kemampuan petugas tentang
kriteria rujukan,
%
"
8contact person
}
%
"
"
& 9
*
%
8
9
%
8 9
2. Pendidikan
* *
b.
30
%
pemberdayaan sosial ekonomi yang ada di
masyarakat, misalnya
>
8 ~
9
%
untuk mendapatkan pelayanan konseling
Tata Laksana Program Kusta Di
Indonesia