Salam adalah nama pohon penghasil daun rempah yang digunakan dalam masakan Nusantara.
Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Indonesian bay-leaf atau Indonesian laurel, sedangkan
nama ilmiahnya adalah Syzygium polyanthum.
Salam memiliki banyak nama yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
Secara tradisional, daun salam digunakan sebagai obat sakit perut. Daun salam juga dapat
digunakan untuk menghentikan buang air besar yang berlebihan. Pohon salam bisa juga
dimanfaatkan untuk mengatasi asam urat, stroke, kolesterol tinggi, melancarkan peredaran darah,
radang lambung, diare, gatal-gatal, kencing manis, dan lain-lain.
Penggunaan daun salam sebagai obat di atas disebabkan oleh kandungannya yakni pada daun
salam kering terdapat sekitar 0,17% minyak esensial, dengan komponen penting eugenol dan
metil kavikol (methyl chavicol) di dalamnya. Ekstrak etanol dari daun menunjukkan efek
antijamur dan antibakteri, sedangkan ekstrak metanolnya merupakan anti-cacing, khususnya
pada nematoda kayu pinus Bursaphelenchus xylophilus. Kandungan kimia yang dikandung
tumbuhan ini adalah minyak atsiri, tannin, dan flavonoida. Bagian pohon yang bisa
dimanfaatkan sebagai obat adalah daun, kulit batang, akar, dan buah.
Ekstrak daun salam 3 x 250 mg/hari menunjukkan kecenderungan dapat
menurunkan kadar gula darah puasa dan 2 jam setelah makan terutama pada kadar gula darah di
bawah 200 mg/dL walaupun secara statistik perbedaannya tidak signifikan.
Di tilik dari bukti ilmiah, daun salam memiliki khasiat sebagai antikolesterol, antihipertensi dan
hipoglikemik. Dalam penelitiannya, hewan percobaan yang di beri ekstrak daun salam
mengalami penurunan kadar kolesterol jahat (LDL) dan terjadi peningkatan kadar kolesterol
HDL dalam serum darah. Ini di simpulkan bahwa daun salam memiliki khasiat sebagai
antikolesterol. Sementara itu, kandungan kimia pada daun salam yang meliputi flavanoid,
triterpen, tanin, polifenol, alkaloid dan minyak asiri terbukti mampu menurunkan tekanan darah
dan kadar gula dalam darah.
Temulawak
Uraian Tumbuhan
Temulawak merupakan tanaman obat-obatan yang tergolong dalam suku temu-temuan.
Tanaman ini berasal dari Indonesia, khususnya Pulau Jawa, kemudian menyebar ke beberapa
tempat di kawasan wilayah biogeografi Malaysia. Saat ini, sebagian besar budidaya temulawak
berada di Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina. Tanaman ini selain di Asia Tenggara
dapat ditemui pula di China, Indochina, Bardabos, India, Jepang, Korea, Amerika Serikat dan
Beberapa negara Eropa. Nama daerah di Jawa yaitu temulawak, di Sunda disebut koneng gede,
sedangkan di Madura disebut temulabak. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada dataran
rendah sampai ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut dan berhabitat di hutan tropis.
Rimpang temu lawak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang gembur
(Kartika, 2010).
Morfologi Tumbuhan
Temulawak merupakan terna tahunan (perennial) yang tumbuh berumpun, berbatang basah yang
merupakan batang semu yang terdiri atas gabungan beberapa pangkal daun yang terpadu. Tinggi
tumbuhan temulawak sekitar 2 m. daun berbentuk memanjang sampai lanset, panjang daun 5055 cm dan lebarnya sekitar 15 cm, warna daun hijau tua dengan garis coklat keunguan. Tiap
tumbuhan mempunyai 2 helai daun. Tumbuhan temulawak mempunyai ukuran rimpang yang
besar dan bercabang-cabang. Rimpang induk berbentuk bulat atau bulat telur dan disampingnya
terbentuk 3-4 rimpang cabang yang memanjang. Warna kulit rimpang coklat kemerahan atau
kuning tua, sedangkan warna daging rimpang kuning jingga atau jingga kecoklatan. Perbungaan
lateral yang keluar dari rimpangnya, dalam rangkaian bentuk bulir dengan tangkai yang ramping.
Pada umumnya, setiap batang mempunyai daun 2-9 helai, panjang daun 31-84 cm, lebar daun
10-18 cm, dan panjang tangkai daun termasuk helainya sekitar 43-80 cm. bunga berbentuk
bundar memanjang berwarna putih dengan ujung berwarna merah dadu atau merah, panjang
sekitar 1,25-2 cm (Haryanto, 2006). Bunga mempunyai daun pelindung yang banyak dan
berukuran besar, berbentuk bulat telur sungsang yang warnanya beraneka ragam (Wijayakusuma,
2007).
Aroma dan warna khas dari rimpang temulawak adalah berbau tajam dan daging buahnya
berwarna kekuning-kuningan. Memiliki daun yang lebar dan pada setiap helainya dihubungkan
dengan pelepah dan tangkai daun yang agak panjang. Temulawak mempunyai bunga berbentuk
bergerombol dan berwarna kuning tua (Septiatin, 2008.
Sistematika Tumbuhan
Dalam taksonomi tumbuhan Temulawak diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Familia : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Hasil Penelitian
Sari rimpang temulawak mempunyai khasiat sebagai obat penguat (tonik) sehingga dapat digunakan
sebagai bahan campuran jamu. Jamu temulawak ini mempunyai beberapa khasiat yang diantaranya
yaitu sebagai penambah nafsu makan, serta banyak digunakan sebagai obat penambah darah untuk
orang
yang
menderita
kekurangan
darah
atau
anemia
Pada penelitan uji aktivitas hepatoprotektor menggunakan hewan percobaan yang diinduksi
hepatotoksis dengan parasetamol dosis tinggi (2500 mg/Kg BB). Dosis ekstrak rimpang temulawak yang
digunakan adalah dosis rendah 50 mg/Kg BB dan dosis tinggi (250 dan 1000 mg/Kg BB). Disimpulkan
bahwa ekstrak rimpang temulawak dosis rendah tidak menunjukkan aktivitas hepatoprotektor tetapi
pada
dosis
tinggi
dapat
menurunkan
kadar
SGOT
dan
SGPT
Penelitian yang dilakukan oleh Ardhiani (2005) tentang pengaruh pemberian ekstrak rimpang
temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) dan temu hitam (Curcuma aeruginosa Roxb) terhadap
peningkatan berat badan tikus putih jantan galur wistar adalah pada ekstrak temulawak dan ekstrak
temu hitam dosis 140 dan 560 mg/Kg BB pada sepuluh hari ketiga dapat memacu kenaikan berat badan
tikus. Ekstrak rimpang temulawak memberikan kenaikan berat badan yang lebih besar dibandingkan
dengan ekstrak temu hitam. Untuk pengaruh ekstrak etanolik rimpang lempuyang pahit (Zingiber
littorae Val.) dan temulawak beserta kandungan kimianya, perlakuan dengan suspensi ekstrak masingmasing dengan dosis 140; 35 ;8,5 mg/Kg BB ekstrak temulawak memberikan kenaikan berat badan yang
lebih besar dibandingkan dengan ekstrak lempuyang pahit. Ekstrak rimpang temulawak mengandung
kurkumin, demetoksikurkumin, dan sedikit bidesmetoksikurkumin. Eksrak etanolik rimpang temulawak
mengandung senyawa golongan kurkuminoid dan golongan terpen. Komponen minyak atsiri yang
terdapat dalam temulawak adalah kamfer, -eleman, -farnesen, ar-kurkumin, zingiberen, dan
germakron. Pemberian ekstrak temulawak terpurifikasi selama 45 hari dapat menurunkan kadar
kolesterol LDL serum sebesar 32,96% dan menaikkan kolesterol kadar HDL serum sebesar 11,77%
dengan dosis optimal 15 mg/200 g BB tikus putih galur wistar dengan diet lemak tinggi. Hasil penelitian
oleh Purbowanti (2005), pemberian ekstrak temulawak terpurifikasi dengan dosis 45 mg/200 g BB
selama 45 hari mampu menurunkan kadar kolesterol total dan tidak memberikan pengaruh terhadap
berat
badan
tikus
dengan
diet
lemak
tinggi
dan
kolesterol.
Pada penelitian tentang uji efek antagonistik ekstrak heksana rimpang temulawak yang larut etanol
mampu menghambat kontraksi trakea karena pemberian histamin, dosis 0,25 mg/ml=42,9716,66% dan
dosis 0,5 mg/ml=69,7110,35% dan ekstrak etanol rimpang temulawak mampu menghambat kontraksi
trakea karena pemberian histamin, dosis 0,25 mg/ml=46,341 8,03% dan dosis 0,5 mg/ml=87,037,46%.
Untuk uji keteratogenikan minyak atsiri pada rimpang temulawak pemberian suspensi minyak atsiri 10
sampai 100 kali lipat dari dosis terapi yaitu 12mg/Kg BB menunjukkan efek teratogenik berupa cacat
rangka (kelainan penulangan) dan kecacatan mikroskopis (kerusakan seluler) pada janin tikus putih
jantan galur wistar.
ALLOPURINOL
Allopurinol merupakan obat, yang digunakan untuk mengobati asam urat hiperurisemia
atau kelebihan dalam plasma darah serta komplikasi yang dapat timbul dari kondisi ini.
Allopurinol menjadi suatu nukleotida yang menjadi tempat melekatnya ribosil fosfat pada N-1
cincin pirimidin. Sifat dari allopurinol sendiri adalah dapat menghambat biosintesis purin dan
aktifitas xantin oksidase. Xantine oksidase adalah enzim yang bertugas mengubah hipoxanthine
menjadi xanthin kemudian menjadi asam urat. Allopurinol hidroksilasi oleh xanthine oxydase
menjadi metabolit utama yaitu oksipurinol. Melalui penghambatan xanthine oxydase maka
hipoxanhtin dan xanthine diekskresi lebih banyak dalam urin dan kadar asam urat dalam darah
serta
urin
menurun
Dari sinilah allopurinol mulai dikembangkan untuk mengobati penyakit, khususnya pada
Gout arthritis, dalam penelitian dan di klinis dosis allopurinol dapat diberikan mulai dari 100300mg/kgBB perhari, dengan dosis maksimal 500-800mg. contoh-contoh merk dagang yang ada
di Indonesia diantaranya adalah : allopurinol landson, Alluric,Benoxuric100/Benoxuric 300,
Isoric, Nilapur, Ponuric, Pritanol, Puricemiam,Recolfar dan lain-lain.
Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Allopurinol sebaiknya diminum segera setelah makan.
2. Selama menjalani pengobatan menggunakan Allopurinol, disarankan untuk banyak minum air
(kecuali pasien memiliki kondisi tertentu dimana ia tidak boleh minum banyak air). Air
membantu melarutkan asam urat yang sudah mengkristal.
3. Allopurinol sebenarnya lebih disarankan sebagai terapi untuk menjaga agar kadar asam urat
tetap rendah. Bila Allopurinol diberikan pada saat serangan asam urat terjadi, biasanya akan
menambah rasa sakit dan juga bengkak. Umumnya dokter juga akan memberikan obat pereda
rasa nyeri bila Allopurinol tetap harus diberikan pada saat serangan terjadi.
4. Serangan asam urat baru akan berakhir setelah meminum Allopurinol 2-6 minggu. Karena
obat ini butuh waktu kerja yang cukup panjang untuk membuat rasa sakit akibat asam urat
hilang.
5. Bila pasien mengeluhkan kulit kemerahan atau gejala-gejala yang mirip flu selama
menggunakan Allopurinol, hentikan penggunaan Allopurinol dan segeralah konsultasikan
kepada dokter spesialis.
bunga pada umumnya berjumlah lima, berwarna putih kebiruan seperti yang terlihat pada
Gambar 1. Biji dari tanaman ini berbentuk oval dengan warna coklat kehitaman.
jintan hitam dapat melawan rematik dan peradangan (Al-Saleh et al. 2006). Ekstrak jintan hitam
berpotensi meningkatkan sistem kekebalan tubuh, antitumor, antidiabetik, efek menurunkan
kadar lemak, menurunkan kolesterol serum, menurunkan trigliserida, menurunkan lemak total,
meningkatkan serum insulin yang berefek sebagai hipoglikemik, menghambat nekrosis hepar,
renoprotektif, dan menaikan konsentrasi T3 serum yang menurun serta mempunyai efek yang
berpengaruh terhadap sistem saraf (Gilani et al. 2004; Thippeswamy & Naidu 2005; Khanam &
Dewan 2008). Saat ini telah tersedia berbagai produk olahan dari jintan hitam ini, antara lain
dalam bentuk minyak maupun kapsul, seperti terlihat pada Gambar 3 yang merupakan contoh
sediaan ekstrak jintan hitam dalam bentuk minyak.
Kandungan Kimia
Kandungan ekstrak minyak jintan hitam antara lain minyak volatil, minyak campuran, protein,
asam amino, gula reduksi, cairan kental, alkaloid, asam organik, tanin, resin, metarbin, melatin,
serat, mineral, vitamin, tiamin, niasin, piridoksin, asam folat (Landa et al. 2006). Biji dan daun
jintan hitam mengandung saponin dan polifenol. Kandungan biji jintan hitam antara lain:
thymoquinone, thymohydroquinone, dithymoquinone, thymol, carvacrol, nigellicine, nigellidine,
nigellimine-N-oxide dan alpha-hedrin (Hutapea 1994). Komposisi biji jintan hitam disajikan
pada Tabel 1.
Biji jintan hitam juga mengandung logam yang berjumlah sekitar 1 510.8 mg per 100 g biji.
Kandungan logam biji jintan hitam tersaji pada Tabel 2.
Kandungan tokoferol dan polifenol dalam biji jintan hitam menunjukkan adanya senyawa
fenolik. Kandungan tokoferol dan polifenol dari minyak biji jintan hitam tersaji pada Tabel 3.
Biji jintan hitam mengandung asam lemak tak jenuh dalam jumlah yang cukup berarti. Secara
lengkap komposisi asam lemak dan sterol dalam 100 g biji jintan hitam tersaji pada Tabel 4.
Biji jintan hitam dapat direkomendasikan sebagai makanan tambahan yang cukup bergizi.
Kandungan vitamin biji jintan hitam tersaji pada Tabel 5.
Jintan hitam mengandung asam amino esensial dan nonesensial. Komposisi asam amino dalam
100 g biji jintan hitam tersaji pada Tabel 6.
sitokin yang berperan dalam manifestasi respon peradangan, bekerja dengan meningkatkan
sintesis Prostaglandin E2 (PGE2) pada organ sirkumventrikuler di dalam dan di dekat daerah
hipotalamus praoptik dan PGE2 melalui peningkatan AMP siklik memicu hipotalamus untuk
menaikkan suhu tubuh dengan cara meningkatkan pembentukan panas dan mengurangi
hilangnya panas. Peningkatan jumlah sitokin ini dapat memicu terjadinya demam yang dapat
disebabkan oleh infeksi/ akibat kerusakan jaringan, peradangan dan keadaan penyakit lain
(Roberts dan Marrow, 2001).
Kecubung
Posted on May 15, 2012 by ajizabur
Kecubung
(Datura
metel
L.)
Kecubung tersebar luas di Indonesia, terutama di daerah yang beriklim kering. Umumnya
tumbuh liar di tempat terbuka pada tanah berpasir yang tidak begitu lembab, seperti di semak,
padang rumput terbuka, tepi sungai atau ditanam di pekarangan sebagai tumbuhan obat. Aslinya
tanaman ini diperkirakan dari Amerika dan dapat ditemukan di daerah dataran rendah sampai
ketinggian 800 dpl.
Uraian
Tumbuhan
Perdu, setahun, tegak, bagian pangkal umumnya berkayu, bercabang-cabang, tinggi 0.5-2 m,
beracun. Daun tunggal, bertangkai, letak berhadapan. Helaian daun bentuknya bulat telur, ujung
runcing, tepi berlekuk, panjang 6-25 cm, lebar 4.5-20 cm. Bunga tunggal, berbentuk terompet,
tegak, keluar dari ujung tangkai, bunga akan mekar menjelang matahari terbenam dan akan
kuncup sore hari berikutnya. Buahnya buah kotak, berbentuk bulat, berduri tempel dan tajam.
Bijinya banyak, kecil-kecil, gepeng, berwarna kuning kecoklatan.
Kecubung dapat diperbanyak dengan biji.
Sifat
&
Khasiat
Rasanya pahit, pedaas, sifatnya hangat, beracun (toksik), masuk meridian jantung, paru dan
limpa. Kecubung berkhasiat antiasmatik, antibatuk (antitusif), antirematik, penghilang nyeri
(analgesik), afrodisiak dan pemati rasa (anestetik)
Kandungan
Kimia
Kecubung mengandung 0.3-0.4 % alkaloid (sekitar 85 % skopolamin dan 15 % hyoscyamine),
hycoscin dan atropin (tergantung pada varietas, lokasi dan musim). Zat aktifnya dapat
menimbulkan halusinasi bagi pemakainya. Jika alkaloid kecubung diisolasi maka akan terdeteksi
adanya senyawa methyl crystalline yang mempunyai efek relaksasi pada otot gerak.
(Pharmacokinectic summary of ketokonazole. [Online]. [1998?] [cited 2008 May 15];
Available from: URL:http://www.medscape.com/druginfo/pharm?id=54132&name=
Ketokonazol+Topikal&DrugType=1&menuID=PHM&ClassID=N
Dalimartha S. Atlas tumbuhan obat indonesia jilid 2. Jakarta: Trubus Agriwidya;
2000. p. 106-11)
Bagian
yang
Digunakan
Bagian utama yang digunakan adalah bunga. Selain itu, akar dan daun juga berkhasiat sebagai
obat. Tumbuhan ini dapat digunakan secara segar atau setelah dikeringkan.
Indikasi
Bunga digunakan untuk mengatasi:
Kolera,
Sesak napas
Cara
Pemakaian
Untuk obat yang diminum, sediakan 0.3-0.6 g bunga kecubung, lalu rebus. Cara lain, keringkan
bunga, lalu gulung dan bakar, kemudian isap asapnya.
Untuk pemakaian luar, rebus 2-3 kuntum bunga dan gunakan air rebusanya sebagai obat kompres
atau obat cuci pada penyakit rematik, bengkak akibat terbentur atau terpukul (memar), anus
turun (prolapsus ani), jamur kulit, bisul atau sebagai serbuk tabur untuk menghilangkan nyeri,
seperti pada sakit gigi dan bisul. Serbuk akar digunakan untuk menghilangkan nyeri pada sakit
gigi.
Efek
Farmakologis
dan
Hasil
Penelitian
Efek parasimpatolitik perifer menimbulkan gejala jantung berdebar, pupil mata melebar, kulit
dan mulut terasa kering, serta relaksasi otot polos saluran cerna dan saluran napas.
Penekanan
sentral
oleh
atropin,
kadang-kadang
menimbulkan
halusinasi.
Menekan
ganglia
basal.
Pemberian infus 0.5 % daun kecubung dapat menghambat kontraksi (menurunkan amplitudo)
trakea kelinci terpisah secara nyata, sedangkan infus 0.1 % tidak efektif (Alfiah Hayati, Jurusan
Biologi FMIPA UNAIR)
Kecubung tidak hanya berguna sebagai tanaman pembius saja. Khasiat lain yang bisa didapat
dari kecubung ternyata cukup banyak. Beberapa di antaranya adalah sebagai obat sakit gigi dan
asma.
Kecubung (Datura metel L) selama ini dikenal sebagai tanaman yang berefek negatif. Tanaman
yang bunganya berbentuk terompet ini kerap disalahgunakan untuk penghilang kesadaran atau
sebagai zat pembius. Sebab, daun kecubung berkhasiat anestesi. Terutama karena tanaman ini
mengandung metil kristalin yang mempunyai efek relaksasi pada otot lurik.
Bentuknya yang seperti terompet ditambah konotasi negatif, masyarakat Amerika dan Eropa
kemudian menyebutnya sebagai Devil trumpet. Penyalahgunaan tersebut sebenarnya berasal dari
kebiasaan sebuah kelompok masyarakat di India yang menggunakan kecubung untuk membius
korban
persembahan
bagi
dewa.
Bersifat
Menenangkan
Hingga kini, kecubung pun masih dianggap negatif. Padahal, anggapan tersebut tidak terlalu
tepat karena tanaman ini juga memiliki nilai positif. Sejak dulu, masyarakat Tionghoa
menggunakan kecubung sebagai obat selesma. Bisa jadi karena efek pedas, pahit, dan
menghangatkan inilah yang membuat kecubung dimanfaatkan untuk obat flu.
Di India, biji kecubung yang dihaluskan dan dicampur lemak, menjadi obat luar bagi penderita
impotensi. Selain itu, obat tersebut dipercaya mampu menambah daya tahan seksual. Manfaat
lain dari kecubung, selain untuk mengatasi flu dan impotensi, juga baik untuk meredakan asma
dan
sakit
gigi.
Dalam situs Ilmu Pengetahuan dan Teknologi disebutkan bahwa kecubung mengandung senyawa
kimia alkaloid. Senyawa alkaloid tersebut terdiri dari atropin, hiosiamin, dan skopolamin yang
bersifat antikholinergik. Kecubung juga mengandung hiosin, zat lemak, kalsium oksalat,
meteloidina,
norhiosiamina,
norskopolamina,
kuskohigrina,
dan
nikotina.
Dijelaskan oleh Dr. Setiawan Dalimartha, ahli tanaman obat, zat yang bermanfaat sebagai pereda
asma adalah hipociamin dan skopolamin yang besifat antikholinergik. Efek dari zat tersebut
sangat
meringankan
penderita
asma.
Alkaloid dapat melebarkan kembali saluran pernapasan yang menyempit akibat serangan asma.
Lalu, skopolamin juga mempunyai aktivitas depresan untuk susunan saraf pusat, sehingga kerap
digunakan
sebagai
obat
antimabuk.
Harus
Hati-Hati
Yang perlu diperhatikan, penggunaan kecubung bisa berefek samping. Kemungkinan terjadinya
keracunan juga dapat terjadi. Menurut Endah Lasmadiwati, ahli tanaman obat dari Taman
Sringanis Bogor, penggunaan daun kecubung yang hanya diremas dan ditempelkan pada dahi
saja
bisa
membuat
orang
mabuk.
Itu sebabnya, kita harus sangat hati-hati dalam penggunaan kecubung. Paling tidak
berkonsultasilah dengan ahli tanaman obat atau dokter sebelum menggunakan ramuan kecubung.
Gejala keracunan yang biasanya timbul, terutama akibat zat atropin dan skolopamin, adalah
mulut kering, sembelit, sensitif terhadap cahaya, dan sakit mata. Pemberian antasida umumnya
digunakan
untuk
mengatasi
masalah
tersebut.
Kecubung banyak dijumpai di daerah berhawa sejuk. Di beberapa daerah, kecubung dinamai
dengan kucubung (Sunda) dan kacubung (Madura). Kecubung termasuk tumbuhan jenis perdu.
Mahkota
bunganya
mirip
terompet
berwarna
putih
keunguan.
Kecubung berbunga putih dianggap paling beracun dibandingkan dengan jenis lain yang juga
mengandung zat alkaloid. Maka penggunaannya harus sangat hati-hati dan hanya terbatas
sebagai
obat
luar.
Senyawa alkaloid ini terdapat di semua bagian tumbuhan kecubung, mulai dari akar, tangkai,
daun, bunga, buah, hingga bijinya. Namun, kandungan terbesar terdapat pada akar dan biji. Bila
keracunan ramuan kecubung, usahakan jangan sampai tertidur. Minumlah kopi yang keras dan
jangan lupakan untuk menghirup udara segar sebanyak-banyaknya.