URAIAN TEORITIS
Bentuk utama dari komunikasi antar pribadi adalah komunikasi tatap muka, dimana
komunikasi ini biasanya merupakan suatu rangkaian pertukaran pesan antara dua individu dalam
proses komunikasi, serta diantara individu tersebut berhasil menjalin suatu kontak. Kontak itu
berhasil karena antara individu yang melakukan komunikasi tersebut saling mempertukarkan
pesan secara bergantian dan berbalas-balasan. Keberadaan interaksi antar individu inilah yang
menunjukkan bahwa komunikasi antar pribadi menghasilkan suatu umpan balik pada tingkat
keterpengaruhan tertentu. Aksi dan reaksi secara langsung terlihat karena jarak fisik partisipan
yang dekat sekali. Interaksi dalam komunikasi antar pribadi, dapat menghasilkan berupa suatu
perubahan pendapat, sikap, perilaku dan tindakan tertentu.
Cassagrande dalam (Liliweri, 1991:48) berpendapat seseorang melakukan komunikasi
dengan orang lain karena :
1) Setiap orang memerlukan orang lain untuk saling mengisi kekurangan dan membagi
kelebihan.
2) Setiap orang terlibat dalam proses perubahan yang relatif cepat.
3) Interaksi hari ini merupakan spectrum pengalaman masa lalu dan menjadikan orang
mengatisipasi masa depan.
4) Hubungan yang diciptakan jika berhasil merupakan pengalaman yang baru.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Cassagrade, dapat disimpulkan bahwa
keinginan berkomuniakasi secara pribadi disebabkan oleh dorongan pemenuhan kebutuhan yang
belum dan tidak dimiliki seseorang sebelumnya.
II.1.2 Fungsi dan Tujuan Komunikasi Antarpribadi
Fungsi dan tujuan komunikasi antar pribadi yaitu berusaha meningkatkan hubungan
insani (human relation), menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi
ketidakpastian serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain (Cangara, 2004:33).
Komunikasi antar pribadi juga dapat meningkatkan hubungan kemanusiaan diantara pihak-pihak
yang melakukan komunikasi.
a) Komunikasi antar pribadi melibatkan perilaku yang spontan, perilaku ini timbul karena
kekuasaan emosi yang bebas dari campur tangan kognisi.
b) Komunikasi antar pribadi harus menghasilkan umpan balik agar mempunyai interaksi dan
koherensi, artinya suatu komuikasi antar pribadi harus ditandai dengan adanya umpan balik
serta adanya interaksi yang melibatkan suatu perubahan di dalam sikap, perasaan, perilaku
dan pendapat tertentu.
c) Komunikasi antar pribadi biasanya bersifat intrintik dan ekstrinsik. Intrinstik merupakan
suatu standar perilaku yang dikembang oleh seseorang sebagai panduan melaksanakan
komunikasi, sedangkan ekstrinsik yaitu aturan lain yang ditimbulkan karena pengaruh
kondisi sehingga komunikasi antar manusia harus diperbaiki atau malah harus berakhir.
d) Komunikasai antar pribadi menunjukan adanya suatu tindakan. Sifat yang dimaksud adalah
suatu hubungan sebab akibat yang dilandasi adanya tindakan bersama sehinnga
menghasilkan proses komunikasi yang baik.
e) Komunikasai antar pribadi menunjukan adanya suatu tindakan. Sifat yang dimaksud adalah
suatu hubungan sebab akibat yang dilandasi adanya tindakan bersama sehinnga
menghasilkan proses komunikasi yang baik.
II.2 Down Syndrome
II.2.1 Pengertian Down Syndrome
Istilah Down syndrome digunakan untuk menyebut anak-anak yang mempunyai
kemampuan intelektual dibawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan inteligensi serta
ketidakcakapan dalam interaksi sosial, yang diakibatkan oleh adanya kelainan pada kromosom.
Jumlah kromosom yang dimiliki penderita down syndrome tidak terdiri dari dua kromosom
sebagaimana mestinya melainkan kromosomnya berjumlah tiga, sehingga mengakibatkan anak
mengalami penyimpangan fisik. Down syndrome merupakan bagian dari ketunagrahitaan yaitu
kelainan yang terjadi pada mental dan kognitif yang dialami oleh penderitanya.7
Anak berkebutuhan khusus seperti anak down syndrome ini sangat memerlukan
perhatian ektra dari orang disekitarnya terutama orangtua dan keluarga. Tidak mudah untuk
menghadapi dan menerima kondisi yang dialami anak down syndrome, karena selain bentuk fisik
dan kemampuan kognitif yang berbeda dari anak lainnya, pada umumnya anak down syndrome
juga bermasalah dengan perilaku hiperaktif, serta emosi yang cendrung labil.
Setiap anak yang terlahir ke dunia ini merupakan makhluk yang unik, karena itu
pendekatan pada masing-masing anak juga harus berbeda, begitu pula pada anak yang terlahir
dengan keterbatasan yang terpenting adalah bagaimana upaya meningkatkan quality of life dari
anak berkebutuhan khusus ini.
Anak down syndrome biasanya banyak dilahirkan oleh ibu yang sudah berumur di atas
30 tahunan. Namun, tidak menutup kemungkinan ibu yang masih berumur di bawah 30 tahun
juga dapat melahirkan anak yang mengalami down syndrome. Hal ini terjadi biasanya akibat dari
sel telur wanita yang telah dibentuk pada saat wanita tersebut masih dalam kandungan dan akan
dimatangkan satu per satu setiap bulan pada saat wanita tersebut akil balik, sehingga pada saat
wanita menjadi tua, kondisi sel telur tersebut kadang-kadang menjadi kurang baik dan pada
waktu dibuahi oleh sel telur laki-laki, sel benih ini mengalami pembelahan yang kurang
sempurna. Oleh karena itu, Pencegahan dapat dilakukan dengan pemeriksaan kromosom melalui
amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal kehamilan. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk mendeteksi apakah ada kelainan pada kromosom, ada beberapa pemeriksaan
yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan fisik kromoson dengan ultrasonography dan
Pemeriksaan darah. Hal ini dianggap paling ekeftif karena sampai saat ini belum ditemukan
metode pengobatan yang paling efektif untuk mengatasi kelainan ini.8
1) Keterbatasan Intelegensi
Intelegensi merupakan fungsi kompleks yang dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
mempelajari informasi dan keterampilan menyesuaikan diri dengan masalah serta situasi
kehidupan yang baru. Kapasitas belajar anak down syndrome lebih bersifat abstrak seperti
berhitung dan belajarnya tanpa pengertian.
2) Keterbatasan Sosial
Disamping memiliki keterbatasan intelegensi, anak down syndrome juga memiliki
kesulitan dalam mengurus diri sendiri dalam masyarakat. Anak down syndrome cendrung
tidak mampu memikul tanggungjawab sosial dengan bijaksana sehingga mereka selalu
harus dibimbing dan diawasi. Mereka juga melakukan sesuatu tanpa memikirkan
akibatnya.
3) Keterbatasan fungsi mental lainnya
Anak down syndrome memiliki waktu lebih lama untuk menyelesaikan reaksi pada
situasi yang baru dikenalnya dan ada umumnya anak down syndrome memiliki
keterbatasn dalam penguasaan bahasa. Mereka bukannya mengalami kerusakan artikulasi
tetapi pusat pengelolaan (perbendaharaan kata) yang kurang berfungsi sebagaimana
mestinya.
Selain hal diatas, terdapat juga beberapa karakteristik fisik dari anak down syndrome
yang bisa di amati secara langsung yaitu 9:
a)
b)
c)
d)
e)
Para penderita down syndrome pada kelompok ini adalah merupakan kategori anak down
syndrome yang cukup bisa diberikan pendidikan akademis dan biasanya kemampuan
intelegensi pada down syndrome kategori ini cukup baik.
pukul
dari proses, yang bukan struktur untuk membekukan proses tersebut yang akhirnya akan
menghilangkan intisari dari hubungan sosial.
Ralph LaRossa dan Donald C. Reitzes juga mencatat tujuh asumsi yang mendasari teori
interaksi simbolik, yang memperlihatkan tiga tema besar yaitu (West dan Turner, 2008:96),
(1) Pentingnya makna bagi perilaku manusia,
a. Manusia bertindak terhadap orang lain berdasarkan makna yang diberikan orang lain
pada mereka.
b. Makna yang diciptakan dalam interaksi antar manusia.
c. Makna dimodifikasi melalui proses interpretif.
(2) Pentingnya konsep mengenal diri,
a. Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain.
b. Konsep diri memberikan sebuah motif penting untuk berperilaku.
(3) Hubungan antara individu dan masyarakat
a. Orang dan kelompok-kelompok dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial.
b. Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial.
Karya Mead yang paling terkenal, berjudul Mind, Self, and Society menggaris bawahi
tiga konsep kritis yang dibutuhkan dalam menyusun sebuah diskusi tentang teori interaksionisme
simbolik. Tiga konsep itu saling mempengaruhi satu sama lain dalam term interaksionisme
simbolik. Pikiran manusia (mind) dan interaksi sosial (self dengan orang lain) digunakan untuk
menginterpretasikan dan memediasi masyarakat (society) (Elvinaro, 2007:136). Untuk lebih jelas
ketiga konsep tersebut dijabarkan sebagai berikut :
a) Pikiran (Mind)
Pikiran merupakan kemampuan untuk menggunakan simbol yang mempunyai makna
sosial yang sama dan itu dikembangkan melalui interaksi dengan orang lain. Manusia memiliki
konsep pemikiran yang dinyatakan sebagai percakapan di dalam diri sendiri. Salah satu hal
penting yang diselesaikan individu melalui pemikiran adalah pengambilan peran atau
kemampuan secara simbolik menempatkan dirinya sendiri dalam diri khayalan orang lain (West
dan Turner, 2008:104-105).
Seorang individu dapat mengembangkan apa yang disebut dengan pikiran melalui
bahasa dan ini membuat individu tersebut mampu menciptakan setting interior bagi masyarakat
yang dilihatnya dan beroperasi di luar diri individu tersebut. Bahasa tergantung pada simbol
signifikan atau simbol-simbol yang memunculkan makna yang sama bagi orang banyak.
b) Diri (Self)
Diri merupakan kemampuan untuk merefleksikan diri kita sendiri dari perspektif orang
lain. Individu mempunyai kemampuan untuk menjadi subjek dan objek bagi dirinya sendiri
dengan menggunakan bahasa. Subjek atau diri yang bertindak sebagai I dan objek atau diri yang
mengalami sebagai Me. Dimana I bersifat spontan, impulsif, dan kreatif sedangkan Me lebih
reflektif dan peka secara sosial (West dan Turner, 2008:107).
c) Masyarakat (society)
Cara manusia untuk mengartikan dunia dan diri sendiri yang berhubungan erat dengan
masyarakatnya. Ada dua bagian penting masyarakat yang mempengaruhi pikiran dan diri
seorang individu yaitu particular others (orang lain secara khusus) merujuk pada individu yang
signifikan bagi individu lain seperti orangtua serta keluarga dan generalized others (orang lain
secara umum) yang merujuk pada cara pandang dari sebuah kelompok sosial sebagai suatu
keseluruhan (West dan Turner, 2008:108).
budaya, nilai, ekonomi, serta faktor lainnya membuat tipe keluarga ini menjadi tidak lagi khas.
Tipe keluarga yang paling khas saat ini adalah tipe keluarga campuran, yaitu keluarga yang
terdiri dari dua orang dewasa dan anak-anak mereka tetapi karena perceraian, perpisahan,
kematian ataupun adopsi, sehingga anak-anak mungkin menjadi salah satu produk dari orangtua
biologis atau hanya salah satu orangtua yang membesarkan mereka.
Keluarga besar yang biasanya termasuk paman, bibi, sepupu, kakek, nenek dan lain
sebaginya juga mempengaruhi komunikasi dalam keluarga. Keluarga merupakan tempat dimana
sesorang dibesarkan, tidak peduli apa jenisnya itulah yang dinamakan keluarga asal, dari sini
sesorang diajarkan aturan dan keterampilan tentang komunikasi interpersonal dan cara
mengembangkan asumsi dasar tentang sebuah hubungan.
Para peneliti komunikasi interpersonal telah mengembangkan empat pendekatan yang
berbeda untuk mempelajari komunikasi interpersonal dalam keluarga yaitu 12 :
diantaranya dipengaruhi oleh ekonomi, lingkungan sekitar, agama, pekerjaan dan pengaruh
eksternal lainnya.
5. Sistem keluarga adaptif
Keluarga beradaptasi terhadap perubahan, beberapa keluarga melakuakan hal ini lebih
baik daripada yang lain. Kemampuan untuk mengontrol dan menyesuaikan diri terhadap
perubahan, akan tetapi tetap saja tergantung pada seberapa baik keluarga berkomunikasi.
Anggota keluarga harus mengumpulkan serta menggunakan informasi agar berfungsi secara
efektif dalam suatu sistem keluarga. Selain memperoleh informasi pribadi diantara mereka
sendiri, keluarga juga harus mengumpulkan dan memproses informasi dari sumber luar.
Sehingga keluarga siap untuk menerima segala perubahan yang terjadi.
Selain sistem keluarga, terdapat satu cara lagi untuk memgatasi konflik yang terjadi di
dalam keluarga yaitu melalui model interaksi keluarga circumplex. Cara ini dipandag paling
eketif untuk mengatasi konflik diantara anggota keluarga sebab berkaitan dengan model interaksi
yang digunakan keluarga sehingga dapat mempengaruhi komunikasi.
Para terapis keluarga berpandangan bahwa orang tidak bahagia datang dari keluarga
dimana ada banyak orang lain yang bahagia. Mereka mencoba untuk mengidentifikasi penyebab
masalah dalam sebuah keluarga disfungsional dan para terapis keluarga ini menemukan bahwa
sumber utamanya adalah masalah keluarga yang bersumber pada sistem keluarga yang
diterapkan. Namun, masalah ini dapat diatasi dengan model interaksi keluarga circumplex, yang
mana model ini bertujuan untuk menjelaskan bahwa sebuah dinamika dalam keluarga dapat
berfungsi efektif serta dapat pula disfungsi dalam sebuah sistem keluarga.13
Model interaksi circumplex memiliki tiga model dimensi dasar yang berfokus pada
kemampuan adaptasi, kohesi, dan komunikasi. Kemampuan beradaptasi ini ditampilkan oleh
model circumplex mulai dari bersifat kacau sampai bersifat kaku yang mengacu pada
kemampuan keluarga untuk memodifikasi dan merespon suatu perubahan dalam struktur
kekuasaan. Bagi beberapa keluarga, sebuah tradisi, stabilitas, dan perspektif historis penting
untuk menimbulkan rasa nyaman dan kesejahteraan. Akan tetapi, keluarga lain yang tidak terikat
tradisi dianggap lebih mampu beradaptasi dengan keadaan baru.
Kohesi mengacu pada ikatan emosional dan perasaan kebersamaan yang menjadi
pengalaman bersama keluarga. Pada model interaksi circumplex hal ini dimulai dari sebuah
ikatan keluarga yang bersifat sangat ketat, sampai pada ikatan terlibat atau memilih untuk tidak
terlibat. Sebuah sistem keluarga yang dinamis, faktor kohesi yang terdapat dalam keluarga
biasanya bergerak naik dan turun, mulai dari yang bersifat terlepas sampai pada kisaran yang
bersifat untuk terlibat didalamnya.
Elemen kunci yang ketiga dalam model circumplex adalah komunikasi, melalui
komunikasi sebuah keluarga mampu beradaptasi dengan perubahan dan mempertahankan
hubungan baik diantara anggota keluarga. Hal ini dimulai dari hubungan yang bersifat terlibat
sampai pada hubungan yang bersifat terlepas. Komunikasi menjaga sebuah keluarga agar tetap
berperan sebagai suatu sistem yang saling mempengaruhi.
Model circumplex ini membantu seorang individu dalam memahami hubungan antara
kekompakan keluarga, adaptasi dan komunikasi keluarga, pada tahap perkembangan keluarga
yang berbeda. Sebuah keluarga yang seimbang memiliki jumlah moderat kohesi dan kemampuan
beradaptasi yang lebih. Keluarga yang seimbang biasanya juga lebih mampu beradaptasi dengan
keadaan yang berubah-ubah. Maka tidak mengherankan, apabila keluarga yang seimbang
biasanya memiliki kemampuan komunikasi yang lebih baik.
Keterampilan komunikasi yang efektif memainkan peranan penting dalam membantu
sebuah keluarga mengubah tingkat kohesifitas atau adaptasi. Keterampilan ini meliputi mengenai
hal mendengarkan secara aktif, pemecahan masalah, empati dan dukungan. Keluarga yang
mengalami disfungsional merupakan keluarga yang tidak mampu beradaptasi atau mengubah
tingkat kohesi dalam keluarganya dan selalu menampilkan keterampilan komunikasi yang buruk.
Biasanya keluarga disfungsional, kebanyakan para anggota keluarganya menyalahkan orang lain
atas masalah yang dialami keluarga mereka, anggota keluarga saling mengkritik satu sama lain,
dan di antara anggota keluarga tidak ada yang menjadi pendengar yang baik. Maka disinilah
model circumplex sangat berpengaruh besar dalam merubah sistem keluarga dalam keluarga
yang disfungsional agar dapat mengatasi konflik yang terjadi.