I.
KETOASIDOSIS DIABETIK
A. Definisi
Ketoasidosis diabetik
(KAD)
adalah
keadaan
dekompensasi
f. Stres emosional
g. Penggunaan obat-obatan (diuretic, steroid, dll)
D. Patofisiologi
Pada saat terjadi defisiensi insulin, peningkatan level glukagon,
katekolamin dan kortisol akan menstimulasi produksi glukosa hepatik
melalui mekanisme peningkatan glikogenolisis dan glukoneogenesis.
Hiperkortisolemia akan menyebabkan peningkatan proteolisis, sehingga
menyediakan
prekursor
asam
amino
yang
dibutuhkan
untuk
diabetik
sebagai
komplikasi
akut
DM
dan
segera
kemungkinan
kolesistitis,
iskemia
usus,
appendicitis,
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
ketoasidosis
diabetik
bersifat
multifaktorial
Jika Na+ > 155 mEq/L ganti cairan dengan NaCl 0,45%
2. Insulin
Terapi insulin akan menurunkan hormon glukagon, sehingga
menekan produksi benda keton di hati, pelepasan asam lemak bebas dari
jaringan lemak, pelepasan asam amino dari jaringan otot dan
meningkatkan utilisasi glukosa oleh jaringan.
Insulin regular diberikan setelah 2 jam rehidrasi cairan. Pemberian
insulin regular adalah sebagai berikut:
Jika GDS <200 kurangi kecepatan drip insulin atau ganti dengan D5%
Jika GDS sudah stabil 200-300mg/dl selama 12 jam berikan drip 1-2
U/jam lalu dititrasi secara sliding scale, sesuai tabel berikut:
GDS (mg/dl)
RI (unit)
<200
200-250
250-300
10
300-350
15
>350
20
Drip 100 mmol dalam 400 ml H2O infuse dalam 200 ml/jam bila
pH <6,9ulangi pemberian tiap 2 jam sampai pH > 7,0
Drip 50 mmol dalam 200 ml H2O infuse dalam 200 ml/jam bila pH
6,9-7,0ulangi pemberian tiap 2 jam sampai pH > 7,0
4. Kalium
Jika K serum < 3,3 mEq/L, jangan berikan insulin dan berikan 40
mEq/L K/jam (2/3 KCl dan 1/3 KPO4 ) sampai K 3,3 mEq/L
Jika K serum 3,3 tapi < 5 mEq/L berikan 20-30 mEq K dalam
tiap cairan IV (2/3 KCl dan 1/3 KPO4)
H. Komplikasi
Komplikasi yang paling sering dari KAD adalah hipoglikemia oleh
karena penanganan yang berlebihan dengan insulin, hipokalemia yang
disebabkan oleh pemberian insulin dan terapi asidosis dengan bikarbonat,
DM tidak terdiagnosis
C. Gejala
Klinis :
reserpin,
steroid,
klorpromazin,
hidralazin,
dilantin,
simetidin,dan haloperidol.
5. Mempunyai factor pencetus misalnya infeksi, penyakit kardiovaskuler,
aritmia, perdarahan, gangguan keseimbangan cairan, pancreatitis,
koma hepatic dan operasi.
10
D. Penatalaksanaan
Penatalaksanaannya serupa dengan KAD, hanya saja cairan yang
diberikan cairan hipotonis. Penatalaksanaannya meliputi 5 pendekatan,
yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
HONK.
Dimana
sebaiknya
dimulai
dengan
memperkirakan deficit cairan (biasanya 100-200 ml/kgbb, atau total ratarata 9L). Penggunaan cairan isotonis akan menyebabkan overload cairan
sehingga pada awalnya sebaiknya diguyur NaCL 1 L/jam, lalu untuk
sisanya dapat diberikan dalam 12-48 jam selanjutnya. Pemberian cairan
dapat dikatakan cukup bila kadar glukosa darah mulai turun, jika tidak
dapat diturunkan sebesar 75-100mg/dL/jam kemungkinan penggantian
cairan kurang atau menunjukkan adanya kemungkinan gangguan ginjal.
Dapat diberikan D5% jika kadar glukosa 200-250 mg% untuk
mempertahankan kadar glukosa agar resiko edema serebri berkurang.
Untuk pemberian insulin dan elektrolit sama seperti halnya pada
tatalaksana KAD yang telah dipaparkan sebelumnya. Selain itu kita juga
harus mengidentifikasi dan mengatasi faktor penyebab, walaupun tidak
direkomendasikan untuk memberi antibiotik pada semua pasien yang
dicurigai mengalami infeksi, namun terapi antibiotik dianjurkan sambil
menunggu hasil kultur pada pasien usia lanjut dan pada pasien dengan
hipotensi.
E. Komplikasi
Komplikasi dari terapi yang tidak adekuat meliputi Oklusi vaskuler,
infark miokard, low-flow syndrome, DIC, dan rabdomiolisis. Overhidrasi
dapat menyebabkan adult respiratory distress syndrome dan edema serebri
yang jarang ditemukan namun dapat berakibat fatal.
11
III.
Tabel 3. Indikasi terapi inisial dan target tekanan darah penderita hipertensi pada
penderita diabetes mellitus.
Menurut JNC 8 pilihan terapi paling baik untuk penderita hipertensi
yang disertai dengan diabetes mellitus adalah pemberian obat-obatan
golongan ACE inhibitor, ARB, Diuretik tiazid, dan CCB. Menurut
rekomendasi ADA (American Diabetic Association) 2013 pemberian obatobatan golongan ARB atau ACE inhibitor merupakan pilihan terbaik.
Berikut dibawah ini adalah algoritma penatalaksanaan hipertensi dan
pemilihan pengobatan menurut JNC 8:
12
13
IV.
14
zat penyerap
15
18,
2013;
cited
26
june
2015].
Available
from:
http://jnc8.jamanetwork.com
7. PMC US National Library of Medicine National Institute of Health. ABC of
Wound Healing: Wound Dressing. [Published online April 1, 2006; cited 26
June
2015].
Available
from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1420733/
16
17