Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
REPUBLIK INDONESIA
Menimbang
dan
pengelolaan
sistem
irigasi
kepada
pengembangan
dan
pengelolaan
sistem
irigasi
guna
memberikan
dasar
dan
tuntunan
dalam
dimaksud
pada
huruf
perlu
disusun
Undang
Nomor
23
Tahun
2014
tentang
2014
Nomor
244,
Tambahan
Lembaran
Negara
tentang
tentang
Kementerian
Pekerjaan
Umum
dan
Perumahan
-3-
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan:
1.
Air adalah semua air yang terdapat didalam dan atau berasal dari sumbersumber air, baik yang terdapat diatas maupun dibawah permukaan tanah,
tidak termasuk dalam pengertian ini air yang terdapat di laut.
2.
Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang
terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah.
3.
4.
5.
Daerah irigasi adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari satu jaringan
irigasi.
6.
merupakan
satu
kesatuan
yang
diperlukan
untuk
penyediaan,
8.
9.
Operasi
jaringan
irigasi
adalah
upaya
pengaturan
air
irigasi
dan
menyusun
rencana
tata
tanam,
menyusun
sistem
golongan,
-4-
11. Penyediaan air irigasi adalah penentuan volume air per satuan waktu yang
dialokasikan dari suatu sumber air untuk suatu daerah irigasi yang
didasarkan waktu, jumlah, dan mutu sesuai dengan kebutuhan untuk
menunjang pertanian dan keperluan lainnya.
12. Pembagian air irigasi adalah kegiatan membagi air di bangunan bagi dalam
jaringan primer dan/atau jaringan sekunder.
13. Pemberian air irigasi adalah kegiatan menyalurkan air dengan jumlah
tertentu dari jaringan primer atau jaringan sekunder ke petak tersier.
14. Penggunaan air irigasi adalah kegiatan memanfaatkan air dari petak tersier
untuk mengairi lahan pertanian pada saat diperlukan.
15. Pembuangan air irigasi, selanjutnya disebut drainase, adalah pengaliran
kelebihan air yang sudah tidak dipergunakan lagi pada suatu daerah irigasi
tertentu.
16. Pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan
jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar
pelaksanaan operasi dan mempertahankan kelestariannya.
17. Pengamanan jaringan irigasi adalah upaya menjaga kondisi dan fungsi
jaringan irigasi serta mencegah terjadinya hal-hal yang merugikan terhadap
jaringan dan fasilitas jaringan, baik yang diakibatkan oleh ulah manusia,
hewan, maupun proses alami.
18. Rehabilitasi jaringan irigasi adalah kegiatan perbaikan jaringan irigasi guna
mengembalikan fungsi dan pelayanan irigasi seperti semula.
19. Masyarakat petani adalah kelompok masyarakat yang bergerak dalam bidang
pertanian, baik yang telah tergabung dalam organisasi perkumpulan petani
pemakai air maupun petani lainnya yang belum tergabung dalam organisasi
perkumpulan petani pemakai air.
20. Perkumpulan petani pemakai air yang selanjutnya disebut
P3A adalah
-5-
21. Gabungan petani pemakai air yang selanjutnya disebut GP3A adalah
kelembagaan sejumlah P3A yang bersepakat bekerja sama memanfaatkan air
irigasi dan jaringan irigasi pada daerah layanan blok sekunder, gabungan
beberapa blok sekunder, atau satu daerah irigasi.
22. Induk perkumpulan petani pemakai air yang selanjutnya disebut IP3A adalah
kelembagaan
sejumlah
GP3A
yang
bersepakat
bekerja
sama
untuk
memanfaatkan air irigasi dan jaringan irigasi pada daerah layanan blok
primer, gabungan beberapa blok primer, atau satu daerah irigasi.
23. Penanggung jawab kegiatan adalah Pemerintah Pusat, pemerintah daerah
provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, badan usaha, badan sosial,
kelompok masyarakat, atau perseorangan yang melaksanakan pembangunan,
peningkatan, operasi, pemeliharaan atau rehabilitasi jaringan irigasi di suatu
wilayah tertentu.
24. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil
Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
25. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah otonom.
26. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pengelolaan sumber daya air.
27. Gubernur adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
Daerah tingkat provinsi.
28. Bupati/Walikota
adalah
kepala
daerah
sebagai
unsur
penyelenggara
-6-
(2)
partisipasi
masyarakat
petani/P3A/GP3A/IP3A
dalam
(2)
(1)
(2)
(3)
(4)
-7-
Pasal 5
Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi yang dilaksanakan oleh badan
usaha, badan sosial, atau perseorangan diselenggarakan dengan memperhatikan
kepentingan masyarakat di sekitarnya dan mendorong peran serta masyarakat
petani.
Pasal 6
(1)
Pengembangan
dan
pengelolaan
sistem
irigasi
dilaksanakan
dengan
pendayagunaan sumber daya air yang didasarkan pada keterkaitan antara air
hujan, air permukaan, dan air tanah secara terpadu dengan mengutamakan
pendayagunaan air permukaan.
(2)
dan
pengelolaan,
dengan
memperhatikan
kepentingan
pemakai air irigasi dan pengguna jaringan irigasi di bagian hulu, tengah, dan
hilir secara selaras.
Pasal 7
(1)
-8-
-9-
c. memberikan
persetujuan
pembangunan,
pemanfaatan,
pengubahan,
BAB II
PARTISIPASI MASYARAKAT PETANI/P3A/GP3A/IP3A DALAM PENGEMBANGAN
SISTEM IRIGASI
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 10
(1)
(2)
Dalam
menyelenggarakan
dimaksud
pada
ayat
(1),
pengembangan
masyarakat
sistem
irigasi
sebagaimana
petani/P3A/GP3A/IP3A
dapat
(4)
- 10 -
Pasal 12
Partisipasi masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dalam pengembangan sistem
irigasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3), dilakukan melalui tahapan
sosialisasi dan konsultasi publik, survai, investigasi dan desain, pengadaan tanah,
pelaksanaan
konstruksi,
serta
persiapan
dan
pelaksanaan
operasi
dan
pemeliharaan.
Bagian Kedua
Sosialisasi dan Konsultasi Publik
Pasal 13
(1)
Sosialisasi dan
konsultasi publik
dilakukan
sebelum melaksanakan
(3)
persetujuan
atau
penolakan
terhadap
rencana
pembangunan
pemerintah
daerah
provinsi,
dan/atau
pemerintah
daerah
kabupaten/kota.
(4)
Usulan,
saran,
persetujuan
atau
penolakan
dari
masyarakat
tertulis
dan
dituangkan
dalam
bentuk
catatan
rapat
yang
pemerintah
daerah
kabupaten/kota
dan
wakil
masyarakat
Dalam
hal
masyarakat
petani/P3A/GP3A/IP3A
menolak
sebagaimana
- 11 -
(6)
(1)
Sebelum
melaksanakan
desain
jaringan
irigasi
dan
primer
pembangunan
sekunder,
dan/atau
penanggung
peningkatan
jawab
kegiatan
(3)
Hasil
pembuatan
desain
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(2),
(5)
(6)
- 12 -
(7)
Hasil
penyempurnaan
dituangkan
dalam
desain
bentuk
sebagaimana
catatan
rapat
dimaksud
yang
pada
ayat
ditandatangani
(6),
oleh
(2)
secara
sukarela
sebagian
tanah
miliknya
untuk
Bagian Kelima
Pelaksanaan Konstruksi
Pasal 16
Pelaksanaan konstruksi untuk pembangunan dan/atau peningkatan jaringan
irigasi primer dan sekunder dapat dilaksanakan dengan cara swakelola atau
kontraktual.
Pasal 17
(1)
(2)
- 13 -
(3)
dan/atau
peningkatan
jaringan
irigasi
primer
dan
(2)
pada
daerah
irigasinya
berdasarkan
kesepakatan
kerjasama
kesepakatan
petani/P3A/GP3A/IP3A
dan
kerjasama
wakil
antara
kontraktor
wakil
dengan
masyarakat
diketahui
oleh
Kesepakatan kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (3), paling sedikit
memuat:
a. rincian pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh kontraktor; dan
b. bentuk partisipasi masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dalam pekerjaan
pembangunan
dan/atau
peningkatan
jaringan
irigasi
primer
dan
- 14 -
(2)
(3)
Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi izin prinsip alokasi air,
izin lokasi, dan persetujuan terhadap rencana/desain jaringan irigasi primer
dan sekunder yang didasarkan pada norma, standar, pedoman, dan manual
yang dikeluarkan oleh Menteri sesuai dengan kewenangannya dalam
pengelolaan sumber daya air.
(4)
Izin
sebagaimana
memperhatikan
dimaksud
kemampuan
pada
ayat
(3),
kelembagaan,
dapat
diberikan
kemampuan
setelah
teknis,
dan
uji
pengaliran,
pemberdayaan
P3A,
dan
kelengkapan
sarana
(3)
(4)
- 15 -
(5)
(6)
(1)
Dalam rangka pemenuhan tingkat layanan irigasi secara efektif, efisien, dan
berkelanjutan dapat dilakukan modernisasi irigasi.
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
- 16 -
pemberian
masukan
mengenai
pengubahan
rencana
tata
tanam,
pemberian/pembagian
air
dalam
hal
terjadi
perubahan
(1)
berpartisipasi
dalam
kegiatan
penelusuran
jaringan
irigasi,
- 17 -
(2)
(3)
(4)
(1)
Dalam
rangka
pelaksanaan
pekerjaan
pemeliharaan
jaringan
irigasi,
ditetapkan waktu dan bagian jaringan irigasi yang harus dikeringkan setelah
melakukan konsultasi dengan wakil P3A/GP3A/IP3A dalam komisi irigasi.
(2)
(3)
selambat-lambatnya
30
(tiga
puluh)
hari
sebelum
pengeringan dilaksanakan.
Bagian Keempat
Pengamanan Jaringan Irigasi
Pasal 26
(1)
(2)
- 18 -
(3)
(4)
Dalam hal terjadi kerusakan jaringan irigasi akibat bencana atau kejadian
lain yang tidak dapat ditangani sendiri, masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A
segera menyampaikan
(2)
Rehabilitasi
jaringan
irigasi
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1),
(4)
(1)
uji
pengaliran,
pemberdayaan
P3A,
dan
kelengkapan
sarana
- 19 -
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(1)
(2)
(3)
a.
P3A/GP3A/IP3A; atau
b.
- 20 -
(4)
Hal yang tidak mempunyai dampak secara kolektif dan bersifat sukarela
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dapat berupa kontribusi material, dana
untuk
membantu
pelaksanaan
pekerjaan
pembangunan,
dan/atau
(2)
P3A/GP3A/IP3A
secara
demokratis,
transparan,
dan
(4)
Masyarakat
petani
secara
perseorangan
dapat
berpartisipasi
dalam
sekunder terhadap hal yang tidak mempunyai dampak secara kolektif dan
bersifat sukarela.
(5)
Hal yang tidak mempunyai dampak secara kolektif dan bersifat sukarela
sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dapat berupa kontribusi material,
dana untuk membantu pelaksanaan pemeliharaan, rehabilitasi jaringan
irigasi primer, dan/atau jaringan irigasi sekunder.
Bagian Kedua
Tata Laksana Partisipasi
Pasal 31
pengelolaan
jaringan
irigasi
primer
dan
jaringan
irigasi
sekunder
pemberian
informasi
petani/P3A/GP3A/IP3A
yang
seluas-luasnya
sebelum
melaksanakan
kepada
setiap
masyarakat
tahapan
dalam
- 21 -
b.
c.
d.
e.
f.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai/Balai Wilayah Sungai atau Kepala Dinas
Provinsi yang melaksanakan tugas pembantuan operasi dan pemeliharaan
jaringan irigasi atau pejabat yang ditunjuk, menandatangani kesepakatan
bersama partisipasi dengan P3A/GP3A/IP3A; dan
g.
- 22 -
BAB V
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
Pasal 32
(1)
Kegiatan
pemantauan
pengembangan
dan
dan
evaluasi
pengelolaan
jaringan
terhadap
irigasi
penyelenggaraan
dimaksudkan
untuk
(3)
pemantauan
dilaksanakan
secara
terus-menerus
dan
berkesinambungan; dan
b.
(4)
digunakan
sebagai
acuan
dalam
melaksanakan
perbaikan
pada
- 23 (2)
(3)
BAB VII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 34
Menteri, gubernur, dan bupati/walikota dapat saling bekerja sama dalam
pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi primer dan sekunder atas dasar
kesepakatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 35
Sebagian wewenang Menteri dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang
pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7 ayat (1), dapat diselenggarakan oleh pemerintah daerah provinsi, pemerintah
daerah
kabupaten/kota,
atau
pemerintah
desa
sesuai
dengan
peraturan
perundang-undangan.
Pasal 36
(1)
oleh
pemerintah
daerah
provinsi
atau
pemerintah
daerah
- 24 -
Ketentuan
mengenai
tahapan
pelaksanaan
partisipasi
masyarakat
sistem
irigasi
yang
telah
ada
sebelum
ditetapkannya
Menteri
Pekerjaan
Umum
Nomor
65/PRT/M/1993
tentang
- 25 -
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 27 Mei 2015
MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
M. BASUKI HADIMULJONO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 10 Juni 2015
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
YASONNA H. LAOLY
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 869