PENDAHULUAN
1.1 Maksud
1.1.1 Mengetahui tekstur dan struktur pada batuanan beku non fragmental
1.1.2
nonfragmental
1.1.3 Mengetahui penamaan batuanan beku non fragmental berdasarkan klasifikasi
Russell B. Travis
1.2 Tujuan
1.2.1 Mampu mengetahui tekstur dan struktur pada batuanan beku nonfragmental
1.2.2 Mampu mengetahui mineral mineral yang terdapat pada batuanan bekunon
fragmental
1.2.3 Mampu menamakan batuanan beku non fragmental berdasarkan klasifikasi
Russell B. Travis
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum
hari, tanggal: Jumat, 21 Maret 2014
waktu
: 15. 30 selesai
tempat
: 16. 00 selesai
tempat
BAB II
DASAR TEORI
Petrologi adalah bidang geologi yang berfokus pada studi mengenai batuanan
dan kondisi pembentukannya. Ada tiga cabang petrologi, berkaitan dengantiga tipe
batuanan: beku, metamorf, dan sedimen. Kata petrologi itu sendiri berasaldari kata
Bahasa Yunani petra, yang berarti "batuan". Petrologi batuanan beku berfokus pada
komposisi dan tekstur dari batuanan beku (batuanan seperti granit atau basalt yang
telah mengkristal dari batuan lebur atau magma). Batuanan bekumencakup batuanan
volkanik dan plutonik.
2.1 Pengertian Batuanan Beku
Batuanan beku merupakan batuanan yang terjadi dai pembekuan
larutansilica cair dan pijar, yang kita kenal dengan nama magma. Karena
tidak adanya kesepakatan dari para ahli petrologi dalam mengklasifikasikan
batuanan beku mengakibatkan sebagian klasifikasi dibuat atas dasar yang
berbeda- beda. Perbedaan ini sangat berpengaruh dalam menggunakan klasifikasi
pada berbagai lapangan pekerjaan dan menurut kegunaannya masing-masing.
Bilakita
dapat
menggunakan
klasifikasi
yang
tepat,
maka
kita
akan
terdiri atas kristal-kristal yang tidak sempurna dan bercampur dengan massa
dasar sehinggamembentuk struktur porfiritik. Contoh batuanan ini dalah
Granit porfir dan Diorit porfir.
c.Batuanan beku luar (efusif) terbentuk di dekat permukaan bumi. Proses
pendinginan sangat cepat sehingga tidak sempatmembentuk kristal. Struktur
batuanan ini dinamakan amorf.Contohnya Obsidian, Riolit dan Batuanapung.
Berdasarkan Senyawa kimiaBerdasarkan komposisi kimianya batuanan
beku dapat dibedakan menjadi:
a. Batuanan beku ultra basa memiliki kandungan silika kurang dari45%.
Contohnya Dunit dan Peridotit.
b. Batuanan beku basa memiliki kandungan silika antara 45% - 52%.
Contohnya Gabro, Basalt.
c. Batuanan beku intermediet memiliki kandungan silika antara52%-66 %.
Contohnya Andesit dan Syenit.
d. Batuanan beku asam memiliki kandungan silika lebih dari 66%.Contohnya
Granit, Riolit.Dari segi warna, batuanan yang komposisinya semakin basa
akanlebih gelap dibanding yang komposisinya asam.
Dalam klasifikasi batuanan beku yang dibuat oleh Russel B. Travis, tekstur
batuanan beku yang didasarkan pada ukuran butir mineralnyadapat dibagi menjadi :
a.
Batuanan
dalamBertekstur
faneritik
yang
berarti
mineral-mineral
1. keluarga granit
riolit: bersifat felsik, mineral utama kuarsa,alkali felsparnya melebihi
plagioklas
2. keluarga granodiorit
qz latit: felsik, mineral utama kuarsa, NaPlagioklas dalam komposisi
yang berimbang atau lebih banyak dari K Felspar
3. keluarga syenit
trakhit: felsik hingga intermediet, kuarsa ataufoid tidak dominant tapi
hadir, K-Felspar dominant dan melebihi Na-Plagioklas, kadang plagioklas
juga tidak hadir
4. keluarga monzonit
latit: felsik hingga intermediet, kuarsa ataufoid hadir dalam jumlah kecil,
Na-Plagioklas seimbang ataumelebihi K-Felspar.
Tabel 3.1 Klasifikasi Russel B Travis, 1955
BAB III
LEMBAR DESKRIPSI
: 09
No. Urut
:1
Hari / Tanggal
Jenis Batuanan
: Batuanan Beku
Deskripsi Megaskopis
Warna
Struktur
Tekstur
: Coklat Keabuan
: Masif
Kristalinitas
: Holokristalin
Ukuran Kristal
: 5 mm (WTG,1982)
Granularitas
: Porfiroafanitik
Deskripsi Komposisi
Mineral Kuarsa
: Warna
: Putih
Cerat
: putih
Kekerasan : 7 skala mosh
Kilap
: Kaca
Mineral Plagioklas : Warna
: Putih
Cerat
: putih
Kekerasan : 5-6 skala mosh
Kilap
: lemak
Mineral Biotit
: Warna
: hitam
Cerat
: putih
Kekerasan : 3-3,5 skala mosh
Kilap
: kaca
Kelimpahan mineral:
Mineral
Kuarsa
Kelimpahan (%)
25 %
Plagioklas
Biotit
40%
3%
Petrogenesa :
Dilihat dari warna batuan yang coklat keabuan, dapat diintepretasikan bahwa
batuan ini memiliki komposisi magma intermediet. Mineral yang terbentuk pada
batuan ini berukuran 5 mm, sehingga dapat diintepretasikan pula bahwa batuan ini
terbentuk dalam waktu yang lama. Krstalisasinya holokristalin, dimana semua
komposisi batuan terdiri atas mineral-mineral. Dari ukuran kristal yang termasuk
sedang dengan komposisi batuanan yang mineral semua dapat diintepetasikan bahwa
batuan ini terbentuk di daerah plutonik. Dimana pada daerah ini biasanya mineral
dapat berkembang dengan baik. Menurut zona magmatisme, tempat terbentuknya
batuan ini adalah di zona subduction atau vulcanic acr. Dimana pada zona ini terjadi
asimilasi antara magma asam dan magma basa, sehingga dari pencampuran tersebut
terbentuk magma intermediet. Pada batuan ini terdapat mineral-mineral penyusun
seperti kuarsa, plagioklas, dan biotit, serta masa dasar yang tidak diketahui.
Gambar
A
:
B
Keterangan :
B4 : Biotit
C3 : Plagioklas
E3 : Kuarsa
4
5
6
7
8
9
Nama Batuanan
: 80
No. Urut
:2
Hari / Tanggal
Jenis Batuanan
: Batuanan Beku
Deskripsi Megaskopis
Warna
Struktur
Tekstur
: Abu-abu - kuning
: Masif
Kristalinitas
: Holokristalin
Ukuran Kristal
: 2 mm (WTG,1982)
Granularitas
: Fanerit
Deskripsi Komposisi
Mineral Kuarsa
Mineral
Mineral
Mineral
Mineral
: Warna : Putih
Cerat : putih
Kekerasan: 7 skala mosh
Kilap : Kaca
Plagioklas : Warna : Putih
Cerat : putih
Kekerasan
: 5-6 skala mosh
Kilap : lemak
Biotit
: Warna : hitam
Cerat : putih
Kekerasan: 3-3,5 skala mosh
Kilap : kaca
Hornblende : Warna : hitam
Cerat : hitam
Kekerasan: 5,5-6 skala mosh
Kilap
: kaca
Piroksen : Warna : hitam
Cerat
: putih
Kelimpahan (%)
4%
25%
40%
15%
5%
Petrogenesa :
Dilihat dari warna batuan yang abu-abu sampai kuning, dapat diintepretasikan
bahwa batuan ini memiliki komposisi magma intermediet. Mineral yang terbentuk
pada batuan ini berukuran 2 mm, sehingga dapat diintepretasikan pula bahwa batuan
ini terbentuk dalam waktu yang lama. Krstalisasinya holokristalin, dimana semua
komposisi batuan terdiri atas mineral-mineral. Dari ukuran kristal yang termasuk
sedang dengan komposisi batuan yang terdiri atas mineral-mineral dapat
diintepetasikan bahwa batuan ini terbentuk di daerah hipabisal. Menurut zona
magmatisme, tempat terbentuknya batuan ini adalah di zona subduction atau vulcanic
acr. Dimana pada zona ini terjadi asimilasi antara magma asam dan magma basa,
sehingga dari pencampuran tersebut terbentuk magma intermediet. Pada batuan ini
terdapat mineral-mineral penyusun seperti kuarsa, plagioklas, hornblende, biotit,
piroksen
Gambar
A
:
B
Keterangan :
F3 : Plagioklas
D5 : Piroksen
C3 : Biotit
F5 : Hornblende
D2 : Kuarsa
6
7
8
9
Nama Batuanan
: 11
No. Urut
:3
Hari / Tanggal
Jenis Batuanan
: Batuanan Beku
Deskripsi Megaskopis
Warna
Struktur
Tekstur
: coklat - kuning
: Masif
Kristalinitas
: Holokristalin
Ukuran Kristal
: Sedang (WTG,1982)
Granularitas
: faneroporfiritik
Deskripsi Komposisi
Mineral Kuarsa
Mineral
Mineral
Mineral
Mineral
: Warna : Putih
Cerat : putih
Kekerasan: 7 skala mosh
Kilap : Kaca
Plagioklas : Warna : Putih
Cerat : putih
Kekerasan: 5-6 skala mosh
Kilap : lemak
Biotit
: Warna : hitam
Cerat : putih
Kekerasan: 3-3,5 skala mosh
Kilap : kaca
Hornblende : Warna : hitam
Cerat : hitam
Kekerasan: 5,5-6 skala mosh
Kilap
: kaca
Orthoklas : Warna : Merah daging
Cerat
: putih
Kelimpahan (%)
5%
30%
15%
10%
40%
Petrogenesa :
Dilihat dari warna batuan yang coklat sampai kuning, dapat diintepretasikan
bahwa batuan ini memiliki komposisi magma asam. Krstalisasinya holokristalin,
dimana semua komposisi batuan terdiri atas mineral-mineral. Mineral yang terbentuk
pada batuan ini berukuran sadang, sehingga dapat diintepretasikan pula bahwa batuan
ini terbentuk dalam waktu yang lama. Dari ukuran kristal yang termasuk sedang
dengan komposisi batuan yang terdiri dari mineral-mineral dapat diintepetasikan
bahwa batuan ini terbentuk di daerah plutonik. Dimana terjadi pembentukan mineral
diwaktu yang berbeda, sehingga menciptakan bentukan mineral yang subhedral
dengan granularitas faneroporfiritik. pada daerah ini biasanya mineral dapat
berkembang dengan baik. Menurut zona magmatisme, tempat terbentuknya batuan ini
adalah di zona subduction atau vulcanic acr. Dimana pada zona ini terjadi asimilasi
antara magma asam dan magma basa, sehingga dari pencampuran tersebut terbentuk
magma intermediet. Pada batuan ini terdapat mineral-mineral penyusun seperti
kuarsa, plagioklas, hornblende, biotit, piroksen
Gambar
A
:
B
Keterangan :
E6 : Orthoklas
C5 : Plagioklas
D4 : Hornblende
D6 : Kuarsa
D3 : Biotit
6
7
8
9
Nama Batuanan
:7
No. Urut
:4
Hari / Tanggal
Jenis Batuanan
: Batuanan Beku
Deskripsi Megaskopis
Warna
Struktur
Tekstur
: Hitam
: Masif
Kristalinitas
: Holokristalin
Ukuran Kristal
: 5mm (WTG,1982)
Granularitas
: faneroporfiritik
Deskripsi Komposisi
Mineral Kuarsa
Mineral
Mineral
Mineral
Mineral
: Warna : Putih
Cerat : putih
Kekerasan: 7 skala mosh
Kilap : Kaca
Plagioklas : Warna : Putih
Cerat : putih
Kekerasan
: 5-6 skala mosh
Kilap : lemak
Biotit
: Warna : hitam
Cerat : putih
Kekerasan: 3-3,5 skala mosh
Kilap : kaca
Hornblende : Warna : hitam
Cerat : hitam
Kekerasan: 5,5-6 skala mosh
Kilap
: kaca
Piroksen : Warna : hitam
Cerat
: putih
Kelimpahan (%)
5%
50%
10%
5%
30%
Petrogenesa :
Dilihat dari warna batuan yang hitam, dapat diintepretasikan bahwa batuan ini
memiliki komposisi magma basa. Mineral yang terbentuk pada batuan ini berukuran
5 mm, sehingga dapat diintepretasikan pula bahwa batuan ini terbentuk dalam waktu
yang lama. Kirstalisasinya holokristalin, dimana semua komposisi batuan terdiri atas
mineral-mineral. Dari ukuran kristal yang termasuk sedang dengan komposisi batuan
yang terdiri atas mineral-mineral dapat diintepetasikan bahwa batuan ini terbentuk di
daerah plutonik. Dimana terjadi pembentukan mineral diwaktu yang berbeda,
sehingga menciptakan bentukan mineral yang subhedral dengan granularitas
faneroporfiritik. Menurut zona magmatisme, tempat terbentuknya batuan ini adalah di
MOR dan back arc basin. Dimana pada zona ini terjadi divergen di lempeng
samudera yang mengakibatkan magma naik ke permukaan. Pada umumnya magma
yang berasal dari lempeng samudera bersifat basa. Zona Back arc basin merupakan
suatu cekungan dibelakang zona subduction. Proses ini hampir sama dengan zona
MOR yang terjadi pada lempeng samudera. Pada batuan ini terdapat mineral-mineral
penyusun seperti kuarsa, plagioklas, hornblende, biotit, piroksen
Gambar
A
1
:
B
Keterangan :
C4 : Plagioklas
G6 : Biotit
B6 : Piroksen
D5 : Hornblende
F7 : Kuarsa
6
7
8
9
Nama Batuanan
: BNF 17
No. Urut
:5
Hari / Tanggal
Jenis Batuanan
: Batuanan Beku
Deskripsi Megaskopis
Warna
Struktur
Tekstur
: Hitam kehijauan
: Masif
Kristalinitas
: Holokristalin
Ukuran Kristal
: 6-8mm (WTG,1982)
Granularitas
: Fanerik
Deskripsi Komposisi
Mineral Olivin
: Warna : hijau
Cerat : hijau
Kekerasan: 5-6 skala mosh
Kilap : lemak
Mineral Plagioklas : Warna : Putih
Cerat : putih
Kekerasan
: 5-6 skala mosh
Kilap : lemak
Mineral Piroksen : Warna : hitam
Cerat
: putih
Kekerasan: 5,5-6 skala mosh
Kilap
: kaca
Kelimpahan mineral:
Mineral
Piroksen
Plagioklas
Kelimpahan (%)
35 %
35%
Olivin
25%
Petrogenesa :
Dilihat dari warna batuan yang hitam, dapat diintepretasikan bahwa batuan ini
memiliki komposisi magma basa. Mineral yang terbentuk pada batuan ini berukuran
6-8 mm, sehingga dapat diintepretasikan pula bahwa batuan ini terbentuk dalam
waktu yang lama. Kirstalisasinya holokristalin, dimana semua komposisi batuan
terdiri atas mineral-mineral. Dari ukuran kristal yang termasuk kasar dengan
komposisi batuan yang terdiri atas mineral-mineral dapat diintepetasikan bahwa
batuan ini terbentuk di daerah plutonik. Dimana terjadi pembentukan mineral diwaktu
yang bersamaan, dimana setelah olivin terbentuk, mulailah terbentuk piroksen di
discontinuous series dan terjadi pembentukan plagioklas di continuous series
sehingga menciptakan bentukan mineral yang anhedral dengan granularitas fanerik.
Menurut zona magmatisme, tempat terbentuknya batuan ini adalah di MOR dan back
arc basin. Dimana pada zona ini terjadi divergen di lempeng samudera yang
mengakibatkan magma naik ke permukaan. Pada umumnya magma yang berasal dari
lempeng samudera bersifat basa. Zona Back arc basin merupakan suatu cekungan
dibelakang zona subduction. Proses ini hampir sama dengan zona MOR yang terjadi
pada lempeng samudera. Pada batuan ini terdapat mineral-mineral penyusun seperti
plagioklas, olivin dan piroksen.
Gambar
A
:
B
Keterangan :
F5 : Plagioklas
C6 : Piroksen
C3 : Olivin
4
5
6
7
8
9
Nama Batuanan
: C26
No. Urut
:6
Hari / Tanggal
Jenis Batuanan
: Batuanan Beku
Deskripsi Megaskopis
Warna
Struktur
Tekstur
: coklat - kuning
: Masif
Kristalinitas
: Holokristalin
Ukuran Kristal
: Sedang (WTG,1982)
Granularitas
: Faneroporfiritik
Deskripsi Komposisi
Mineral Kuarsa
Mineral
Mineral
Mineral
Mineral
: Warna : Putih
Cerat : putih
Kekerasan: 7 skala mosh
Kilap : Kaca
Plagioklas : Warna : Putih
Cerat : putih
Kekerasan: 5-6 skala mosh
Kilap : lemak
Biotit
: Warna : hitam
Cerat : putih
Kekerasan: 3-3,5 skala mosh
Kilap : kaca
Hornblende : Warna : hitam
Cerat : hitam
Kekerasan: 5,5-6 skala mosh
Kilap
: kaca
Orthoklas : Warna : Merah daging
Cerat
: putih
Kelimpahan (%)
9%
30%
15%
5%
40%
Petrogenesa :
Dilihat dari warna batuan yang coklat sampai kuning, dapat diintepretasikan
bahwa batuan ini memiliki komposisi magma asam. Krstalisasinya holokristalin,
dimana semua komposisi batuan terdiri atas mineral-mineral. Mineral yang terbentuk
pada batuan ini berukuran sadang, sehingga dapat diintepretasikan pula bahwa batuan
ini terbentuk dalam waktu yang lama. Dari ukuran kristal yang termasuk sedang
dengan komposisi batuan yang terdiri dari mineral-mineral dapat diintepetasikan
bahwa batuan ini terbentuk di daerah plutonik. Dimana terjadi pembentukan mineral
diwaktu yang berbeda, sehingga menciptakan bentukan mineral yang subhedral
dengan granularitas faneroporfiritik. pada daerah ini biasanya mineral dapat
berkembang dengan baik. Menurut zona magmatisme, tempat terbentuknya batuan ini
adalah di zona subduction atau vulcanic acr. Dimana pada zona ini terjadi asimilasi
antara magma asam dan magma basa, sehingga dari pencampuran tersebut terbentuk
magma intermediet. Pada batuan ini terdapat mineral-mineral penyusun seperti
kuarsa, plagioklas, hornblende, biotit, piroksen
Gambar
A
:
B
Keterangan :
E4 : Orthoklas
E6 : Plagioklas
D3 : Biotit
E8 : Hornblande
C2 : Kuarsa
6
7
8
9
Nama Batuanan
BAB IV
PEMBAHASAN
Pratikum Petrologi yang dilaksanakan pada hari Jumat, 21 Maret 2014 dan
Selasa, 25 Maret 2014 membahas tentang batuan beku non fragmental. Batuan beku
non fragmental adalah berupa batuan beku intrusif ataupun aliran lava yang tersusun
atas kristal-kristal mineral. Pada pratikum kali ini di lakukan pengamatan megaskopis
batuan beku non fragmental dan pengamatan mineral-mineral apa saja yang terdapat
pada batuan beku tersebut. Pada pengamatan megaskopis batuan diamati warna,
struktur, tekstur dan bentuk dari mineral tersebut. Pada pendeskripsian mineralnya,
diamati warna, kekerasan, cerat, serta kilap dari mineral tersebut dan juga kelimpahan
mineral dalam batuan. Untuk melakukan penamaan batuanan, digunakan klasifikasi
Russel B Travis, 1955.
dibedakan dengan jelas. Bentuk dari mineral mineral ini seperti kotak-kotak yang
beraturan.
Komposisi mineral yang menyusun batuan ini terdiri atas mineral yang
memiliki warna putih bening dengan kekerasan 7 skala mosh, warna cerat dari
mineral ini adalah putih, dengan kilapnya berupa kilap kaca. Dari pengamatan
diatas dapat diketahui mineral tersebut merupakan kuarsa. Kelimpahan mineral
kuarsa ini pada batuan ini sekitar kurang dari 15%. Mineral lainnya yang menjadi
komposisi batuan adalah mineral dengan warna putih susu, saat di cerat, mineral
ini memiliki kekerasan 5-6 skala mosh dengan warna hasil cerat yang putih dan
memiliki kilap lemak. Dari hasil pengamatan tersebut dapat dikatakan mineral lain
penyusun batuan ini adalah plagioklas. Kelimpahan mineral plagioklas pada
batuan adalah sekitar 30%. Selain kuarsa dan plagioklas ada juga mineral dengan
warna hitam, saat dicerat mineral tersebut memiliki kekerasan 3-3,5 skala mosh
dengan hasil ceratan yang berwarna putih, dari data tersebut dapat disimpulkan
bahwa mineral yang diamati merupakan biotit. Kelimpahan biotit pada batuan ini
adalah sekitar 3%. Berdasarkan Bowens Reaction Series, mineral yang terbentuk
pertama adalah biotit dan plagioklas karena suhu pembentukan antara biotit dan
plagioklas yang cenderung sama. Dimana pada continuous series terbentuk
plagioklas dan di discontinuous terbentuk biotit. Pembentukan mineral selanjutnya
adalah kuarsa yang terbentuk pada suhu kurang dari 600oC.
Dari data pengamatan megaskopis batuan dan mineral kita dapat
menentukan petrogenesa batuan tersebut. Dari warna batuan yang coklat keabuabuan dapat diintepretasikan bahwa batuan ini memiliki komposisi magma
intermediet. Hal tersebut karena pada umumnya batuan yang memiliki komposisi
magma intermediet cenderung memiliki warna yang relatif kelabu, karena pada
magma intermediet kandungan Fe dan Mg nya sudah mulai berkurang dari
sebelumnya dan memiliki kandungan silika yang kurang lebih seimbang dengan
kandungan Fe dan Mg, sehingga warna yang terbentuk cenderung kelabu. Dilihat
dari tekstur kristalitasnya yang holokristalin dengan ukuran kristal 1-5mm yang
dapat dikatakan sedang, lokasi terbentuknya batuan ini adalah di daerah batas akhir
dari plutonik dan lama pembentukannya relatif lama karena ukuran mineral yang
terbentuk dominannya berukuran kasar. Dimana pada daerah plutonik mineral
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Bentuk subhedral yang terbentuk
menandakan terdapatnya mineral yang terbentuk terlebih dahulu sebelum
terbentuknya
tekstur porfiroafanitik, batuan ini memiliki nama Porfir Dasit (Russel B travis,
1955)
Tabel 4.1 Klasifikasi Russel B travis, 1955
karena terlihat bidang batas antara mineral yang satu dengan mineral yang lain
kurang dapat dibedakan dengan jelas.
Komposisi mineral yang menyusun batuan ini terdiri atas mineral yang
memiliki warna putih bening dengan kekerasan 7 skala mosh, warna cerat dari
mineral ini adalah putih, dengan kilapnya berupa kilap kaca. Dari pengamatan
diatas dapat diketahui mineral tersebut merupakan kuarsa. Kelimpahan mineral
kuarsa ini pada batuan ini sekitar kurang dari 5%. Mineral lainnya yang menjadi
komposisi batuan adalah mineral dengan warna putih susu, saat di cerat, mineral
ini memiliki kekerasan 5-6 skala mosh dengan warna hasil cerat yang putih dan
memiliki kilap lemak. Dari hasil pengamatan tersebut dapat dikatakan mineral lain
penyusun batuan ini adalah plagioklas. Kelimpahan mineral plagioklas pada
batuan adalah sekitar 25%. Selain kuarsa dan plagioklas ada juga mineral dengan
warna hitam, saat dicerat mineral tersebut memiliki kekerasan 3-3,5 skala mosh
dengan hasil ceratan yang berwarna putih, dari data tersebut dapat disimpulkan
bahwa mineral yang diamati merupakan biotit. Kelimpahan biotit pada batuan ini
adalah sekitar 40%. Mineral yang berwarna hitam tidak hanya biotit, mineral
lainnya yang berwarna hitam memiliki cerat juga yang berwarna hitam dengan
kekerasan 5,5-6 skala mosh, serta mineral ini memiliki kilap kaca saat terpantul
oleh cahaya. Bentuk dari mineral ini menjarum. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa mineral ini merupakan hornblende. Kelimpahan mineral
hornblende pada batuanan adalah sekitar 15%. Selain itu ada juga mineral yang
berwarna hitam denag kilap lemak, serta cerat berwarna putih dengan kekerasan 56 skala mosh. Mineral ini memiliki bentuk yang tidak beraturan. Sehingga mineral
ini disebut sebagai pyroxen. Kelimpahan pyroxen pada batuan ini adalah 5%.
Berdasarkan Bowens Reaction Series, mineral yang terbentuk pertama adalah
pyroksen yaitu pada suhu sekitar 800-900 oC dilanjutkan dengan terbentuknya
hornblende, kemudian biotit dan plagioklas karena suhu pembentukan antara biotit
dan plagioklas yang cenderung sama. Dimana pada continuous series terbentuk
beda
suhu
pembentukan.
Berdasarkan
warna
batuan
yang
skala mosh, serta mineral ini memiliki kilap kaca saat terpantul oleh cahaya.
Bentuk dari mineral ini menjarum. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa
mineral ini merupakan hornblende. Kelimpahan mineral hornblende pada batuanan
adalah sekitar 10%. Selain itu ada juga mineral dengan warna merah daging yang
memiliki kekerasan 6 skala mosh, dengan cerat putih dan memiliki kilap kaca.
Dari datatrsebut diketahui bahwa mineral tersebut merupakan orthoklas.
Kelimpahan ortoklas pada batuan adalah 40%. Berdasarkan Bowens Reaction
Series, mineral yang terbentuk pertama adalah biotit dan plagioklas karena suhu
pembentukan antara biotit dan plagioklas yang cenderung sama. Dimana pada
continuous series terbentuk plagioklas dan di discontinuous terbentuk biotit.
Pembentukan mineral selanjutnya adalah orthoklas dilanjutkan dengan kuarsa yang
terbentuk pada suhu sekitar 600oC.
Dari data pengamatan megaskopis batuan dan mineral kita dapat
menentukan petrogenesa batuan tersebut. Dari warna batuan yang putih sampai
abu-abu terang dapat diintepretasikan bahwa batuan ini memiliki komposisi
magma asam. Hal tersebut karena pada umumnya batuanan yang memiliki
komposisi magma asam cenderung memiliki warna yang relatif cerah atau terang,
karena pada magma asam kandungan Fe dan Mg nya sudah mulai sedikit dan
memiliki kandungan silika yang lebih banyak, makanya warnanya cenderung
terang. Dilihat dari tekstur kristalitasnya yang holokristalin dengan ukuran kristal
1-5mm yang dapat dikatakan sedang, lokasi terbentuknya batuan ini adalah di
daerah plutonik dan lama pembentukannya lama serta memiliki granularitas
faneroporfiritik. Dimana pada daerah plutonik mineral dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik. Bentuk subhedral yang terbentuk menandakan
terdapatnya mineral yang terbentuk terlebih dahulu sebelum terbentuknya mineral
selanjutnya yang berarti terdapatnya beda waktu pembentukan. Berdasarkan warna
batuan yang mencerminkan sifat magma, batuan dengan sifat magma asam ini
berdasarkan zona magmatisme lokasi terbentuknya dapat di zona continental rift
zone. Dimana pada continental rift zone ini terletak di lempeng benua. Pada saat di
lempeng benua terjadi divergen, magma yang awalnya berada di bawah permukaan
bumi menjadi naik ke permukaan melalui celah-celah renggangan akibat divergen
tersebut. Pada umumnya magma yang berasal dari lempeng benua bersifat asam.
Selain pada continental rift zone, batuanan yang memiliki sifat asam juga dapat
terbentuk pada zona subduksi. Pada zona subduksi magma yang dihasilkan bersifat
intermediet karena terjadi pencampuran antara magma asam dan magma basa,
kemudian magma intermediet yang terbentuk tersebut pada saat naik kepermukaan
dan bersentuhan dengan wall rock di sekitarnya, sehingga terjadi asimilasi magma
yang mana terjadinya pencampuran antara magma intermediet dan wall rock
tersebut sehingga terbentuklah magma yang bersifat asam.
Komposisi mineral yang menyusun batuan ini terdiri atas mineral yang
memiliki warna putih bening dengan kekerasan 7 skala mosh, warna cerat dari
mineral ini adalah putih, dengan kilapnya berupa kilap kaca. Dari pengamatan
diatas dapat diketahui mineral tersebut merupakan kuarsa. Kelimpahan mineral
kuarsa ini pada batuan ini sekitar 5%. Mineral lainnya yang menjadi komposisi
batuan adalah mineral dengan warna putih susu, saat di cerat, mineral ini memiliki
kekerasan 5-6 skala mosh dengan warna hasil cerat yang putih dan memiliki kilap
lemak. Dari hasil pengamatan tersebut dapat dikatakan mineral lain penyusun
batuan ini adalah plagioklas. Kelimpahan mineral plagioklas pada batuan adalah
sekitar besar dari 50%. Selain kuarsa dan plagioklas ada juga mineral dengan
warna hitam, saat dicerat mineral tersebut memiliki kekerasan 3-3,5 skala mosh
dengan hasil ceratan yang berwarna putih, dari data tersebut dapat disimpulkan
bahwa mineral yang diamati merupakan biotit. Kelimpahan biotit pada batuan ini
adalah sekitar 10%. Mineral yang berwarna hitam tidak hanya biotit, mineral
lainnya yang berwarna hitam memiliki cerat juga yang berwarna hitam dengan
kekerasan 5,5-6 skala mosh, serta mineral ini memiliki kilap kaca saat terpantul
oleh cahaya. Bentuk dari mineral ini menjarum. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa mineral ini merupakan hornblende. Kelimpahan mineral
hornblende pada batuanan adalah sekitar 10%. Selain itu ada juga mineral yang
berwarna hitam denag kilap kaca, serta cerat berwarna putih dengan kekerasan 5-6
skala mosh. Mineral ini memiliki bentuk yang tidak beraturan. Sehingga mineral
ini disebut sebagai pyroxen. Kelimpahan pyroxen pada batuan ini adalah 30%.
Berdasarkan Bowens Reaction Series, mineral yang terbentuk pertama adalah
pyroksen yaitu pada suhu sekitar 800-900 oC dilanjutkan dengan terbentuknya
hornblende, kemudian biotit dan plagioklas karena suhu pembentukan antara biotit
dan plagioklas yang cenderung sama. Dimana pada continuous series terbentuk
plagioklas dan di discontinuous terbentuk biotit. Pembentukan mineral selanjutnya
adalah kuarsa yang terbentuk pada suhu dibawah 600oC.
Komposisi mineral yang menyusun batuan ini terdiri atas mineral yang
memiliki warna putih susu, saat di cerat, mineral ini memiliki kekerasan 5-6 skala
mosh dengan warna hasil cerat yang putih dan memiliki kilap lemak. Dari hasil
pengamatan tersebut dapat dikatakan mineral lain penyusun batuan ini adalah
plagioklas. Kelimpahan mineral plagioklas pada batuan adalah sekitar besar dari
35%. Selain itu ada juga mineral yang berwarna hitam-hijau gelap dengan kilap
lemak, serta cerat berwarna putih dengan kekerasan 5-6 skala mosh. Mineral ini
memiliki bentuk yang tidak beraturan.
pyroxen. Kelimpahan pyroxen pada batuan ini adalah 35%. Mineral lainnya
memiliki warna hijau dengan cerat yang juiga hijau, memiliki kekerasan 5,5-6 dan
memiliki kilap lemak. Berdasarkan data, mineral tersebut adalah olivin.
Kelimpahan olivin pada batuan adalah 20%. Berdasarkan Bowens Reaction
Series, mineral yang terbentuk pertama adalah olivin yaitu pada suhu sekitar 1100900 oC dilanjutkan dengan terbentuknya piroksen dan plagioklas, karena suhu
pembentukan antara piroksen dan plagioklas yang cenderung sama. Dimana pada
continuous series terbentuk plagioklas dan di discontinuous terbentuk piroksen.
Dimana mineral tersebut tumbuh dan berkembang pada suhu 900-800 oC.
Dari data pengamatan megaskopis batuan dan mineral kita dapat
menentukan petrogenesa batuan tersebut. Dari warna batuan yang hitam dapat
diintepretasikan bahwa batuan ini memiliki komposisi magma basa. Hal tersebut
karena pada umumnya batuan yang memiliki komposisi magma basa cenderung
memiliki warna yang relatif gelap, karena pada magma basa kandungan dari Fe
dan Mg sangat banyak dan memiliki kandungan silika yang sedikit makanya
warnanya cenderung gelap. Dilihat dari tekstur kristalitasnya yang holokristalin
dengan ukuran kristal 5mm yang dapat dikatakan sedang, lokasi terbentuknya
batuan ini adalah di daerah plutonik dan lama pembentukannya relatif lama karena
ukuran mineral yang terbentuk berukuran sedang. Dimana pada daerah plutonik
sendiri mineral dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Bentuk euhedralsubhedral yang terbentuk menandakan terdapatnya mineral yang terbentuk terlebih
dapat diketahui. Bentuk kristal dari batuan ini termasuk subhedral, karena terlihat
bidang batas antara mineral yang satu dengan mineral yang lain kurang dapat
dibedakan dengan jelas.
Komposisi mineral yang menyusun batuan ini terdiri atas mineral yang
memiliki warna putih bening dengan kekerasan 7 skala mosh, warna cerat dari
mineral ini adalah putih, dengan kilapnya berupa kilap kaca. Dari pengamatan
diatas dapat diketahui mineral tersebut merupakan kuarsa. Kelimpahan mineral
kuarsa ini pada batuan ini sekitar 9%. Mineral lainnya yang menjadi komposisi
batuan adalah mineral dengan warna putih susu, saat di cerat, mineral ini memiliki
kekerasan 5-6 skala mosh dengan warna hasil cerat yang putih dan memiliki kilap
lemak. Dari hasil pengamatan tersebut dapat dikatakan mineral lain penyusun
batuan ini adalah plagioklas. Kelimpahan mineral plagioklas pada batuan adalah
sekitar 25%. Selain kuarsa dan plagioklas ada juga mineral dengan warna hitam,
saat dicerat mineral tersebut memiliki kekerasan 3-3,5 skala mosh dengan hasil
ceratan yang berwarna putih, dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa mineral
yang diamati merupakan biotit. Kelimpahan biotit pada batuan ini adalah sekitar
15%. Mineral yang berwarna hitam tidak hanya biotit, mineral lainnya yang
berwarna hitam memiliki cerat juga yang berwarna hitam dengan kekerasan 5,5-6
skala mosh, serta mineral ini memiliki kilap kaca saat terpantul oleh cahaya.
Bentuk dari mineral ini menjarum. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa
mineral ini merupakan hornblende. Kelimpahan mineral hornblende pada batuanan
adalah sekitar 5%. Selain itu ada juga mineral dengan warna merah daging yang
memiliki kekerasan 6 skala mosh, dengan cerat putih dan memiliki kilap kaca.
Dari datatrsebut diketahui bahwa mineral tersebut merupakan orthoklas.
Kelimpahan ortoklas pada batuan adalah 40%. Berdasarkan Bowens Reaction
Series, mineral yang terbentuk pertama adalah biotit dan plagioklas karena suhu
pembentukan antara biotit dan plagioklas yang cenderung sama. Dimana pada
continuous series terbentuk plagioklas dan di discontinuous terbentuk biotit.