Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
Penyakit infeksi mata perlu mendapat pertolongan segera dan adekuat, agar
tidak mengganggu penglihatan terlalu lama atau tidak berakibat gangguan
penglihatan dan kebutaan.
Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian putih
mata dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan
timbulnya berbagai macam gejala, salah satunya adalah mata merah.
Beberapa tipe konjungtivitis dan penyebabnya antara lain adalah oleh bakteri,
klamidia, virus, riketsia, penyebab yang berkaitan dengan penyakit sistemik,
jamur, parasit, imunologis, sebab kimia atau iritatif lainnya, penyebab yang tidak
diketahui dan sekunder oleh karena dakriosistitis atau kanalikulitis. Diantara
penyebab-penyebab tersebut, yang paling sering diketemukan di masyarakat
adalah konjungtivitis disebabkan Streptococcus pneumoniae, Haemophilus
influenzae, Staphylococcus aureus, Neisseria meningitidis, kebanyakan strain
adenovirus manusia, herpes simplex virus tipe 1 and 2, and dua picornaviruses.
Dua agen yang ditularkan secara seksual yang dapat menyebabkan konjungtivitis
adalah Chlamydia trachomatis and Neisseria gonorrhoeae.
Konjungtivitis biasanya akan mengenai kedua belah mata, meskipun dapat
dimulai dari satu mata dan menyebar ke mata lainnya dalam 1 atau 2 hari. Juga
mungkin bersifat asimetris, yakni pengaruhnya lebih berat hanya pada satu mata.
Ciri khasnya adalah mata merah, keluar kotoran mata dalam jumlah banyak,
berwarna kuning kehijauan dan produksi air mata juga berlebihan sehingga mata
sangat berair.
Peradangan pada konjungtiva merupakan penyakit mata yang paling sering
dijumpai di seluruh dunia. Hal tersebut disebabkan antara lain oleh karena lokasi
anatomisnya yang menyebabkan konjungtiva sering terekspos oleh berbagai
macam mikroorganisme dan faktor stress lingkungan lainnya. Beberapa
mekanisme berfungsi sebagai pelindung permukaan mata dari faktor-faktor
eksternal, seperti pada lapisan film permukaan, komponen akueus, pompa kelopak
mata, dan air mata. Pertahanan konjungtiva terutama oleh adanya tear film pada
konjungtiva yang berfungsi melarutkan kotoran dan bahan yang toksik kemudian
mengalirkannya melalui saluran lakrimalis ke meatus nasi inferior. Disamping itu

tear film juga mengandung beta lysine, lisosim, IgA, IgG yang berfungsi
menghambat pertumbuhan kuman. Apabila kuman mampu menembus pertahanan
tersebut maka terjadilah proses infeksi pada konjungtiva.
Boleh dikatakan masyarakat sudah sangat mengenal jenis penyakit ini.
Penyakit ini dapat menyerang semua umur. Konjungtivitis yang disebabkan oleh
mikro- organisme (terutama virus dan kuman atau campuran keduanya) ditularkan
melalui kontak dan udara. Dalam waktu 12 sampai 48 jam setelah infeksi mulai,
mata menjadi merah dan nyeri. Jika tidak diobati bisa terbentuk ulkus kornea,
abses, perforasi mata bahkan kebutaan. Untuk mengatasi konjungtivitis bisa
diberikan tablet, suntikan maupun tetes mata yang mengandung antibiotik.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Konjungtivitis Bakterial
Etiologi dan Patofisiologi
Konjungtivitis bakteri dapat dibagi menjadi empat bentuk,
yaitu hiperakut, akut, subakut dan kronik.
Konjungtivitis bakteri hiperakut biasanya disebabkan oleh
N.gonnorhoeae, N.kochii dan N.meningitides. Bentuk yang akut
biasanya

disebabkan

oleh

Streptococcus

pneumonia

dan

Haemophilus aegyptyus. Penyebab yang paling sering pada bentuk


konjungtivitis

bakteri

subakut

adalah

H.influenza

dan

E.coli,

sedangkan bentuk kronik paling sering terjadi pada konjungtivitis


sekunder atau pada pasien dengan obstruksi duktus nasolakrimalis.
Konjungtivitis bakterial biasanya mulai pada satu mata
kemudian mengenai mata yang sebelah melalui tangan dan dapat
menyebar ke orang lain.
Manifestasi Klinis
Gejala penting konjungtivitis adalah sensasi benda asing, yaitu
tergores atau panas, sensasi penuh di sekitar mata, gatal dan
fotofobia. Sensasi benda asing dan tergores atau terbakar sering
berhubungan dengan edema dan hipertrofi papiler yang biasanya
menyertai hiperemi konjungtiva. Adanya nyeri menandakan inflamasi
pada kornea.
Tanda penting konjungtivitis adalah hiperemia, mata berair,
produksi cairan eksudat, pseudoptosis, hipertrofi papiler, kemosis
(edem stroma konjungtiva), folikel (hipertrofi lapis limfoid stroma),
pseudomembranosa dan membran, granuloma, dan adenopati preaurikuler.
Gejala-gejala yang timbul pada konjungtivitis bakteri biasanya
dijumpai injeksi konjungtiva baik segmental ataupun menyeluruh.

Selain itu sekret pada kongjungtivitis bakteri biasanya lebih purulen


daripada konjungtivitis jenis lain, dan pada kasus yang ringan sering
dijumpai edema pada kelopak mata. Ketajaman penglihatan
biasanya tidak mengalami gangguan pada konjungtivitis bakteri
namun mungkin sedikit kabur karena adanya sekret dan debris pada
lapisan air mata, sedangkan reaksi pupil masih normal. Gejala yang
paling khas adalah kelopak mata yang saling melekat pada pagi hari
sewaktu bangun tidur.
Konjungtivitis bacterial yang ditandai dengan eksudat purulen
disebabkan

oleh

N.gonorroeae,

N.kochii

dan

N.meningitidis.

Konjungtivitis menigococcus kadang-kadang terjadi pada anak-anak.


Konjungtivitis mukopurulen sering terdapat dalam bentuk epidemik
dan disebut mata merah oleh orangawam. Penyakit ini ditandai
dengan hiperemi konjungtiva secara akut, dan jumlah eksudat
mukopurulen sedang.
Komplikasi
Pembentukan jaringan parut di konjungtiva paling sering terjadi
dan dapat merusak kelenjar lakrimal aksesorius dan penyumbatan
duktus lakrimal. Hal ini dapat mengurangi komponen humour aquor
prakornea secara drastis dan juga komponen mukosa karena
kehilangan sebagian sel goblet. Jaringan parut juga dapat mengubah
bentuk palpebra superior dan menyebabkan trikiasis dan entropion
sehingga bulu mata dapat menggesek kornea dan menyebabkan
ulserasi, infeksi dan parut pada kornea. Ulserasi kornea marginal
dapat terjadi pada infeksi N.gonorroeae, N.kochii, N.meningitidis,
H.aegyptius, S.aureus dan M.catarralis. Jika produk toksik dari
N.gonorroeae berdifusi melalui kornea masuk camera anterior, dapat
timbul iritistoksik.
Penatalaksanaan
1. Non Farmakologi

Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien


harus diajari bagaimana cara menghindari kontaminasi mata yang
sehat atau mata orang lain. Perawat dapat memberikan intruksi pada
pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit dan kemudian
menyentuh mata yang sehat, mencuci tangan setelah setiap kali
memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain lap, handuk,
dan sapu tangan baru yang terpisah untuk membersihkan mata yang
sakit.
2. Farmakologi
Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bakterial tergantung
temuan agen mikrobiologinya. Sebelum mendapatkan hasil kultur
bakteri penyebab konjugtivitis dilakukan penatalaksanaan terapi
empirik.3 Terapi sistemik diberikan pada pasien dengan infeksi
N.gonorrhoeae and N.meningitidis. Norfloxacin 1.2 gm sehari selama
5 hari, Cefoxitim 1.0 gm or cefotaxime 500 mg. IV atau ceftriaxone
1.0 gm IM perhari selama 5 hari, atau Spectinomycin 2.0 gm IM
selama 3 hari. Antibiotik topikal seperti tetes mata chloramphenicol
(1%), gentamycin (0.3%) atau framycetin 3-4 kali sehari. bila tidak
merepon dapat diberikan antibiotik topikal seperti ciprofloxacin
(0.3%), ofloxacin (0.3%) atau gatifloxacin (0.3%).
Irigasi conjunctival dengan larutan
suatu

sehari

membantu

dengan

garam fisiologis dua kali

pemindahan

material

yang

mengganggu. pemberian Anti-Inflammatory dan obat penghilang


sakit seperti ibuprofen dan paracetamol dapat diberi selama 2-3 hari
untuk mengurangi keluhan yang dialami pasien. Pemberian steroids
tidak

direkomendasikankarena

dapat

memperberat

infeksi

ke

jaringan kornea.

2.2

Gentamicin Topikal
Definisi :
Gentamicin topikal adalah obat tetes mata, untuk mengobati
infeksi mata yang disebabkan oleh bakteri, yang diproduksi oleh
Indofarma.
Gentamicin merupakan antibiotik golongan aminoglikosida.
Golongan aminoglikosida mempunyai sifat toksikologis yang serupa.
Ototoksisitas

merupakan

pembatasan

utama

pemakaiannya,

gentamicin biasanya dianggap lebih toksik terhadap cabang


vestibular saraf kranial kedelapan.
Interaksi Obat :
Penisilin,

Sefalosporin. Ampoterisin

B,

Diuretik

dapat

meningkatkan efek Nefrotoksik.


Digunakan dengan obat Nefrotoxic yang lain trermasuk
Aminoglikosida, Vancomycin, dan beberapa Ciclosporin, Cisplatin,
dan fludarabin dan atau obat yang berpotensi ototoxic seperti Asam
etacrinic, dan furosemid, dapat meningkatkan resiko toksisitas
aminoglikosida. Pemberian anti emetic seperti Dimenhydrinate
mungkin menunjukkan gejala awal ototoxic vestibular. Hal ini juga
berkaitan dengan obat lain yang berkerja memblok neuromuscular.
Blok neuromuscular dari aminoglikosida itu dapat memprovokasi
depresi nafas yang berat pada pasien yang mendapatkan anestesi
umum atau yang mendapat opiod. Kemungkinan teori antibakterial
aminoglikosida dapat diturunkan dengan antibakterial bakteriostatik
tapi beberapa kombinasi dapat berhasil. Sejak awal amniglikosida
bertentangan dengan Betalactam. Antibakterial ini seharusnya
diberikan secara terpisah. Antagonis in vivo telah dilaporkan hanya
pada beberapa pasien dengan kerusakan pada ginjal yang berat,

tetapi hal ini masih diabaikan. Aminoglikosida memperlihatkan


aktivitas yang bersinergi dengan betalactam in vivo. Eskresi ginjal
darinzalticabine dapat dikurangi oleh aminoglikosida. Untuk laporan
parah dari hypocalcaemia dalam pasien menerima aminoglykosida
dan biphosphonates. Gentamicin dapat menghambat aktivitas alfagalaktosida dan tidak boleh digunakan dengan algasidase alfa atau
beta
Farmakokinetik :
-

Gentamisin sebagai polikation bersifat sangat polar, sehingga


sangat sukar diabsorpsi melalui saluran cerna. Gentamisin
dalam bentuk garam sulfat yang diberikan IM baik sekali
absorpsinya. Kadar puncak dicapai dalam waktu sampai 2
jam. Sifat polarnya menyebabkan aminoglikosid sukar masuk
sel. Kadar dalam sekret dan jaringan rendah, kadar tinggi dalam
korteks ginjal, endolimf dan perilimf telinga, menerangkan
toksisitasnya terhadap alat tersebut.

Ekskresi gentamisin berlangsung melalui ginjal terutama dengan


filtrasi glomerulus. Gentamisin diberikan dalam dosis tunggal
menunjukkan jumlah ekskresi renal yang kurang dari dosis yang
diberikan. Karena ekskresi hampir seluruhnya berlangsung
melalui

ginjal,

maka

keadaan

ini

menunjukkan

adanya

sekuestrasi ke dalam jaringan. Walaupun demikian kadar dalam


urin mencapai 50-200 g/mL, sebagian besar ekskresi terjadi
dalam 12 jam setelah obat diberikan.
-

Gangguan fungsi ginjal akan menghambat ekskresi gentamisin,


menyebabkan terjadinya akumulasi dan kadar dalam darah lebih
cepat

mencapai

kadar

toksik.

menimbulkan masalah pada

Keadaan

ini

tidak

saja

penyakit ginjal, tetapi

perlu

diperhatikan pula pada bayi terutama yang baru lahir atau


prematur, pada pasien yang usia lanjut dan pada berbagai
keadaan, yang disertai dengan kurang sempurnanya fungsi

ginjal. Pada gangguan faal ginjal t gentamisin cepat


meningkat. Karena kekerapannya terjadi nefrotoksisitas dan
ototoksitas

akibat

akumulasi

gentamisin,

maka

perlu

penyesuaian dosis pada pasien gangguan ginjal.


Farmakodinamik :
Farmakodinamik gentamisin mirip dengan orang-orang dari
aminoglikosida lainnya. Dalam semua studi yang dijelaskan di bagian
Farmakokinetik, gentamisin diberikan sebagai garam sulfat, dosis
dan konsentrasi obat yang dinyatakan dalam gentamisin.

Absorbsi
Setelah pemberian IM dosis tunggal gentamisin 1 mg/kg

pada orang dewasa dengan fungsi ginjal normal, puncak plasma


gentamisin konsentrasi 4-7,6 g/mL tercapai dalam waktu 30-90
menit. Ketika dosis yang sama diberikan oleh IV infus selama 2 jam,
konsentrasi plasma yang sama puncak obat dapat dicapai. Pada
bayi, puncak plasma gentamisin konsentrasi 3-5 g/mL biasanya
mencapai 30-60 menit setelah dosis IM tunggal 2,5 mg/kg.
Konsentrasi

CSF

administrasi

intratekal

gentamisin

menyusul (persiapan injeksi gentamisin sulfat tanpa bahan pengawet


untuk digunakan intratekal tidak lagi tersedia secara komersial di
Amerika Serikat) tergantung pada dosis yang diberikan, tempat
suntikan, volume di mana dosis diencerkan, dan ada atau tidak
adanya obstruksi aliran CSF. Mungkin ada interpatient variasi dalam
konsentrasi dicapai. Dalam satu studi pada orang dewasa, injeksi
intralumbar dari dosis tunggal mg 3-4 dari gentamisin menghasilkan
obat konsentrasi rata-rata CSF dari 6,2 g/mL pada 24 jam. Dalam
studi

lain,

administrasi

intratekal

dari

mg

gentamisin

mengakibatkan konsentrasi CSF dari obat 19-46 g/mL selama 8


jam dan kurang dari 3 g/mL pada 20 jam. Setelah pemberian
intralumbar, mungkin ada difusi atas terbatas obat, mungkin karena

arah aliran CSF. Administrasi intraventricular biasanya menghasilkan


konsentrasi tinggi sepanjang SSP.

Eliminasi
Penghapusan plasma paruh gentamisin biasanya 2-3 jam

pada orang dewasa dengan fungsi ginjal normal dan dilaporkan


berkisar 24-60 jam pada orang dewasa dengan gangguan ginjal
berat. Plasma paruh eliminasi rata-rata 3-3,5 jam gentamisin pada
bayi 1 minggu sampai 6 bulan dan 5,5 jam dalam penuh panjang
bayi dan bayi prematur yang besar kurang dari 1 minggu usia. Pada
bayi prematur kecil, plasma setengah-hidup adalah sekitar 5 jam
pada mereka dengan berat lebih dari 2 kg, 8 jam pada mereka 1,5-2
kg berat, dan 11,5 jam pada mereka dengan berat badan kurang dari
1,5 kg.
Pada orang dewasa dengan fungsi ginjal normal, 50-93%
dari dosis tunggal IM gentamisin diekskresikan tidak berubah oleh
filtrasi glomerular dalam waktu 24 jam. Konsentrasi urin Puncak
gentamisin bisa berkisar 113-423 g/mL 1 jam setelah dosis IM
tunggal 1 mg/kg pada orang dewasa dengan fungsi ginjal normal.
Pemulihan lengkap dosis dalam urin membutuhkan sekitar 10-20 hari
pada pasien dengan fungsi ginjal normal, dan penghapusan terminal
setengah-hidup lebih dari 100 jam telah dilaporkan pada orang
dewasa dengan fungsi ginjal normal setelah IM diulang atau
administrasi IV obat.
Kimia dan Stabilitas :

Kimia
Gentamisin adalah antibiotik aminoglikosida yang diperoleh

dari budaya Micromonospora purpurea. Obat yang tersedia secara


komersial adalah campuran dari garam-garam sulfat dari gentamisin
C1, C2, dan C1A, semua 3 komponen tampaknya memiliki aktivitas
antimikroba yang sama. Sulfat gentamisin terjadi sebagai bubuk
putih untuk penggemar dan larut dalam air dan larut dalam alkohol.

Gentamisin sulfat injeksi untuk IM atau IV administrasi adalah solusi,


jelas tak berwarna agak kuning. Natrium hidroksida dan / atau asam
sulfat dapat ditambahkan selama pembuatan untuk menyesuaikan
pH untuk 3-5,5. Abbott dan sulfat gentamisin Baxter dalam suntikan
natrium klorida 0,9% memiliki pH perkiraan 4 dan 4,5 (kisaran: 35,5), masing-masing, dan osmolarities perkiraan 284 dan 308
mOsm/L, masing-masing.

Stabilitas
Gentamisin injeksi sulfat umumnya harus disimpan pada

suhu kurang dari 40 C, lebih disukai antara 15-30 C, kecuali


dinyatakan khusus oleh produsen, pembekuan harus dihindari. Para
produsen (Baxter) dari suntikan gentamisin sulfat tersedia secara
komersial dalam natrium klorida 0,9% di Viaflex Plus menyatakan
bahwa suntikan ini memiliki tanggal kedaluwarsa dari 18 bulan
setelah tanggal pembuatan. Sulfat gentamisin stabil selama 24 jam
pada suhu kamar di sebagian infus cairan IV termasuk natrium
klorida 0,9% atau injeksi dekstrosa 5%. Negara produsen yang
gentamisin sulfat injeksi untuk IM atau IV administrasi tidak boleh
dicampur dengan obat lain.
Beberapa

suntikan

tersedia

secara

komersial

sulfat

gentamisin (misalnya, Baxter Viaflex Plus, McGaw s PAB , Abbott


Lifecare ) disediakan dalam wadah plastik. Air dapat menyerap dari
dalam beberapa wadah plastik ke dalam overwrap dalam jumlah
cukup untuk secara substansial mempengaruhi solusi. Solusi dalam
kontak dengan wadah plastik bisa melarutkan beberapa komponen
kimia mereka dalam jumlah yang sangat kecil (misalnya, bis (2ethylhexyl) phthalate [BEHP, DEHP] dalam hingga 5 ppm) dalam
periode berakhirnya suntikan, namun, keselamatan plastik telah
dikonfirmasi pada hewan menurut tes USP biologis untuk wadah
plastik serta oleh penelitian jaringan toksisitas budaya.
Indikasi :

10

Pengobatan topikal infeksi-infeksi mata yang disebabkan


oleh bakteri yang sensitif terhadap gentamicin, antara lain untuk
infeksi-infeksi konjungtivitis, blefaritis, blefarokonjungtivitis, keratitis,
keratokonjungtivis, dakriosititis, ulkus kornea, meibomianiatis akut,
episkleritis.
Dosis :
Gentamicin (generic) Tetes mata 0.3%, Salep mata 0.3%,
Tetes mata dan telinga 3 mg/mL (K).
Posologi :
Pengobatan ini digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri
( seperti blepharitis, konjungtivitis) pada mata dan kulit sekitar mata.
Selain itu juga digunakan untuk pencegahan infeksi pada trauma
mata dan pembedahan.
a. Tetes mata
1 2 tetes pada mata yang sakit setiap 4 jam. Pada infeksi
yang berat berikan 2 tetes setiap jam.
b. Salep mata
Aplikasikan salep sepanjang 1,25 cm pada mata yang sakit
2 3 kali per hari.
Tetes mata dan salep mata digunakan 10 menit setelah
penggunaan obat mata topikal lainnnya, terutama obat penurun
tekanan intra-ocular.
Cara penggunaan:
a. Aplikasikan secara topical pada mata baik berupa solution,
suspensi, ataupun tetes

dan jangan digunakan untuk injeksi

subkonjungtiva.
b. Hindari penggunaan lensa kontak dikarenakan lensa kontak
dapat

menyerap

bahan-bahan

yang

terdapat

di

dalam

gentamicin tetes dan salep


c. Selalu mencuci tangan sebelum meggunakan gentamicin tetes
dan hindari sentuhan pada ujung penetes untuk mencegah
kontaminasi
d. Jika kita lupa atau melewatkan pemberian gentamicin tetes,
segera berikan ketika ingat.

Namun ketika telah mendekati


11

waktu pemberian berikutnya, jangan memberikan dua kali dosis


dalam waktu tang berdekatan.
Peringatan dan Perhatian :
Hentikan pengobatan bila terjadi iritasi atau sensitifasi.
Dapat terjadi pertumbuhan yang berlebihan dari microorganisme
yang tidak rentan pada pemakaian jangka panjang; begitu terjadi
super-infeksi, hentikan pengobatan dan berikan terapi yang sesuai.
Dapat

terjadi

adanya

alergi-silang

diantara

aminoglikosida.

Pemakaian pada anak-anak berusia kurang dari 6 tahun dan pada


wanita hamil atau menyusui keamanannya belum diketahui. Bagi
pasien yang memerlukan terapi antibiotika sistemik dan lokal,
prioritas

harus

diberikan

pada

pengobatan

sistemik.

Untuk

menghindari timbulnya resistensi tidak disarankan menggunakan


antibiotika lokal bersama-sama dengan antibiotika sistemik sejenis.
Dapat

menyebabkan

penglihatan

kabur

sementara.

Bila

menggunakan obat ini, jangan mengemudi atau menjalankan mesin.


Efek Samping :
Terjadi iritasi ringan pada mata, rasa pedih, panas, gatal,
dan dermatitis.
Aminoglikosida dapat menyebabkan ototoksisitas ireversibel
kumulatif

yang

mengenai

kedua

koklea

(berupa

penurunan

pendengaran, awalnya pada nada tinggi dan dapat kurang jelas


terlihat karena pengenalan bicara bergantung lebih besar pada nada
dengan frekuensi yang lebih rendah) dan sistem vestibular (berupa
pusing atau vertigo).
Nefrotoksisitas reversibel dapat terjadi dan telah dilaporkan
kejadian gagal ginjal akut, dengan penggunaan obat nefrotoksik
lainnya. Gangguan ginjal biasanya ringan, meskipun dapat terjadi
ATN dan nefritis interstisial. Penurunan GFR biasanya ditemukan
beberapa hari setelah penggunaan atau bahkan terjadi setelah terapi
dihentikan. Juga terjadi gangguan elektrolit (hipomagnesemia,
hipokalsemia, dan hipokalemia).

12

Aminoglikosida mempunyai sifat blokade neuromuskular dan


telah dilaporkan adanya depresi pernapasan dan kelumpuhan otot,
terutama setelah absorpsi dari permukaan serosa.
Reaksi hipersensitivitas terjadi terutama setelah penggunaan
lokal,

dan

dapat

terjadi

reaktivitas

silang

antar

golongan

aminoglikosida. Reaksi anafilaktik terhadap gentamicin dapat terjadi,


namun

sangat

jarang.

Beberapa

reaksi

hipersensitivitas

berhubungan dengan adanya sulfit pada sediaan parenteral, dan


juga dilaporkan telah terjadi syok endotoksik.
Efek lain gentamicin yang jarang dilaporkan termasuk
diskrasia darah, purpura, mual muntah, stomatitis, dan tanda-tanda
disfungsi hepar seperti peningkatan kadar aminotransferase serum
dan konsentrasi bilirubin serum. Juga terjadi neurotoksisitas dengan
gejala neuropati perifer dan sentral termasuk ensefalopati, letargi,
halusinasi, kejang, dan depresi.
Atrofi atau nekrosis lemak diaporkan terjadi pada tempat
injeksi. Juga dilaporkan adanya iritasi meningeal, arachnoiditis,
poliradikulitis, dan ventrikulitis setelah pemberian aminoglikosida
secara

intratekal,

intrasisternal,

atau

intraventrikular.

Injeksi

subkonjungtival gentamicin dapat menyebabkan nyeri, hiperemi, dan


edema konjungtiva, sedangkan iskemia retina yang berat terjadi
setelah injeksi intraokular.
Penanganan

efek

samping:

aminoglikosida

dapat

dihilangkan dengan cara hemodialisis atau dialisis peritoneal dengan


kadar yang lebih sedikit. Garam kalsium yang diberikan secara
intravena dapat digunakan untuk melawan blokade neuromuskular.
Efek samping tetes mata gentamisin: pandangan kabur, rasa yang
tidak biasa seperti pahit, kecut. Efek samping yang lebih jarang
terjadi: blefaritis, dermatitis, mata kering, sakit kepala, hiperemia,
ocular discharge, rasa tidak nyaman pada mata, keratitis okular,
nyeri pada mata, pruritus okular, dan rinitis. Pada kasus yang lebih
jarang terjadi: reaksi alergi, alopesia, nyeri dada, konjungtivitis, diare,

13

diplopia, mengantuk, mulut kering, dispnea, dispepsia, kelelahan


mata, keratokonjungtivitis, keratopati, nyeri ginjal, mual, faringitis,
mata berair, dan gatal-gatal.
Kontraindikasi :
Gentamicin merupakan kontraindikasi dari pasien dengan
mempunyai riwayat hipersensitivitas terhadap gentamicin atau
mempunyai hipersensitivitas terhadap aminoglikosid. Gentamicin
harus dihindari pada pasien dengan myasthenia gravis dan harus
mendapatkan pemantauan ketat pada pasien Parkinson dan kondisi
lainnya yang dikarakteristikkan dengan kelemahan otot.
Resiko

dari

ototoksisitas

dan

nefrotoksisitas

dari

aminoglikosid meningkat pada konsentrasi plasma yang tinggi dan


oleh sebab itu secara umum penentuan dosis dibutuhkan monitoring
secara individual. Pada pasien yang menerima regimen dosis
standar multiple dari gentamicin, dosis harus disesuaikan untuk
menghindari puncak konsentrasi plasma diatas 10 g/mL, atau
melalui konsentrasi (segera sebelum dosis selanjutnya) diatas 2
g/mL. Monitoring penting pada pasien yang menerima dosis tinggi
atau prolonged courses, pada balita dan orang tua dan pada pasien
dengan gangguan fungsi ginjal, yang secara umum membutuhkan
dosis yang diminimalkan. Monitoring juga penting dilakukan pada
pasien dengan cystic fibrosis atau obesitas yang signifikan.
Gangguan fungsi hepar atau fungsi pendengaran, bacteremia, panas
dan terlalu sering terpapar suara yang keras ternyata menurut
penelitian dapat meningkatkan resiko ototoksisitas. Deplesi volume
atau hipotensi, penyakit liver, atau jenis kelamin perempuan
merupakan faktor resiko tambahan untuk nefrotoksisitas sehingga
dibutuhkan penilaian regular fungsi auditori dan ginjal.
Aplikasi

topical

gentamicin

pada

telinga

merupakan

kontraindikasi pada pasien suspek perforasi pada telinga.


Penggunaan

aminoglikosid

selama

kehamilan

dapat

merusak saraf cranialis kedelapan dari janin.

14

BAB III
KESIMPULAN
Penyakit infeksi mata perlu mendapat pertolongan segera dan adekuat,
agar tidak mengganggu penglihatan terlalu lama atau tidak berakibat gangguan
penglihatan terlalu lama atau tidak berakibat gangguan penglihatan dan kebutaan.
Gejala penting konjungtivitis adalah sensasi benda asing, yaitu
tergores atau panas, sensasi penuh di sekitar mata, gatal dan fotofobia.
Sensasi benda asing dan tergores atau terbakar sering berhubungan

15

dengan edema dan hipertrofi papiler yang biasanya menyertai hiperemi


konjungtiva. Adanya nyeri menandakan inflamasi pada kornea.
Tanda penting konjungtivitis adalah hiperemia, mata berair,
produksi cairan eksudat, pseudoptosis, hipertrofi papiler, kemosis
(edem stroma konjungtiva), folikel (hipertrofi lapis limfoid stroma),
pseudomembranosa dan membran, granuloma, dan adenopati preaurikuler.
Gejala-gejala yang timbul pada konjungtivitis bakteri biasanya
dijumpai injeksi konjungtiva baik segmental ataupun menyeluruh.
Selain itu sekret pada kongjungtivitis bakteri biasanya lebih purulen
daripada konjungtivitis jenis lain, dan pada kasus yang ringan sering
dijumpai edema pada kelopak mata. Ketajaman penglihatan
biasanya tidak mengalami gangguan pada konjungtivitis bakteri
namun mungkin sedikit kabur karena adanya sekret dan debris pada
lapisan air mata, sedangkan reaksi pupil masih normal. Gejala yang
paling khas adalah kelopak mata yang saling melekat pada pagi hari
sewaktu bangun tidur.
Konjungtivitis bacterial yang ditandai dengan eksudat purulen
disebabkan

oleh

N.gonorroeae,

N.kochii

dan

N.meningitidis.

Konjungtivitis menigococcus kadang-kadang terjadi pada anak-anak.


Konjungtivitis mukopurulen sering terdapat dalam bentuk epidemik
dan disebut mata merah oleh orangawam. Penyakit ini ditandai
dengan hiperemi konjungtiva secara akut, dan jumlah eksudat
mukopurulen sedang.
Pengobatan pada konjungtivitis bakteri meliputi non farmakologi
seperti

pasien

harus

diajari

bagaimana

cara

menghindari

kontaminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Perawat dapat
memberikan intruksi pada pasien untuk tidak menggosok mata yang
sakit dan kemudian menyentuh mata yang sehat, mencuci tangan
setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan
kain lap, handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah untuk
membersihkan mata yang sakit.

16

Untuk farmakologinya dibagi menjadi pengobatan sistemik,


misalnya dengan Norfloxacin 1.2 gm sehari selama 5 hari, Cefoxitim
1.0 gm or cefotaxime 500 mg. IV atau ceftriaxone 1.0 gm IM perhari
selama 5 hari, atau Spectinomycin 2.0 gm IM selama 3 hari.
Antibiotik

topikal

seperti

tetes

mata

chloramphenicol

(1%),

gentamycin (0.3%) atau framycetin 3-4 kali sehari. bila tidak merepon
dapat diberikan antibiotik topikal seperti ciprofloxacin (0.3%),
ofloxacin (0.3%) atau gatifloxacin (0.3%). Pengobatan diatas
khususnya ditujukan kepada N.gonorrhoeae and N.meningitidis. Bisa
juga dengan irigasi conjunctival dengan larutan garam fisiologis dua
kali suatu sehari.
Untuk topikalnya bisa menggunakan gentamycin. Dengan dosis
Gentamicin (generic) Tetes mata 0.3%, Salep mata 0.3%, Tetes mata
dan telinga 3 mg/mL (K). Untuk Tetes mata 1 2 tetes pada mata
yang sakit setiap 4 jam. Pada infeksi yang berat berikan 2 tetes
setiap jam. Untuk Salep mata, aplikasikan salep sepanjang 1,25 cm
pada mata yang sakit 2 3 kali per hari.

DAFTAR PUSTAKA

17

Anda mungkin juga menyukai