Anda di halaman 1dari 4

Nora Ainul Farida

9 Rabiul Awwal 1436 H

Riwayat Abu dzar Al-Ghifari Radhiyallahu anhu


Nama lengkap beliau yang mashur adalah Jundub bin Junadah Al
Ghifari dengan kuniah Abu Dzar. Abu Dzar Al Ghifari berasal dari Bani
Ghifar, yaitu kabilah Arab suku badui yang tinggal di pegunungan yang
jauh dari peradaban orang- orang kota. Beliau adalah shahabat Rasulullah
Shalallahu alaihi wa salam yang terkenal keilmuan dan kezuhudannya. Ali
bin Abi Thalib radhiyallu anhu berkata bahwa Abu Dzar adalah seorang
penampung ilmu Rasulullah yang orang lain tidak mampu melakukannya.
Terdapat perkataan beliau yang terkenal yaitu, Sungguh Rasulullah telah
wafat meninggalkan kita, dan tidaklah seekor burungpun yang
mengepakkan dua sayapnya di langit kecuali beliau telah menyebutkan
ilmunya kepada kita.
Ketika kabar tentang diutusnya Rasulullah Shalallahu alaihi wa
salam sampai ke telinga Abu Dzar, beliaupun meminta saudaranya yang
bernama Unais pergi ke Mekah untuk memeriksa perihal berita tersebut.
Maka berangkatlah saudara Abu Dzar ke Mekah untuk memeriksa hal
tersebut. Unais pun bertemu dengan Rasulullah di Mekah dan
mendengarkan perkataan- perkataan Beliau Shalallahu alaihi wa salam.
Disampaikanlah apa yang ia dapatkan dari mekah dan disampaikanlah hal
tersebut kepada Abu Dzar. Unais berkata, Aku sungguh telah bertemu
dengan seorang lelaki yang menyeru pada kebaikan dan mencegah dari
perbuatan yang jelek. Dan ucapan- ucapan beliau bukanlah syair.
Setelah mendengar apa yang dikatakan oleh saudaranya, keinginan
Abu Dzar semakin kuat untuk pergi ke Mekah agar dapat bertemu
langsung dengan Rasulullah Shalallahu alaihi wa salam. Maka,
berangkatlah Abu Dzar seorang diri menuju Kota Mekah dengan
perbelakan yang ia punya. Sesampainya di Mekah, beliau menuju Masjidil

Haram untuk mencari sosok Rasulullah seorang diri tanpa bertanya


kepada siapapun. Padahal, Abu Dzar belum pernah melihat sosok
Rasulullah Shalallahu alaihi wa salam.
Abu Dzar berdiam di Masjidil Haram menantikan kesempatan
bersua dengan rasulullah Shalallahu alaihi wa salam. Hingga datanglah
Ali bin Abi Thalib ke Masjidil Haram, dan beliau mengetahui bahwa Abu
Dzar bukanlah orang yang biasanya terlihat di sekitar masjid atau seorang
pendatang. Maka diajaklah Abu Dzar Al Ghifari ke rumah Ali untuk dijamu
sebagai tamu selama tiga hari. Namun, selama itu Ali bin Abi Thalib
maupun Abu Dzar tidak menyinggung perihal seluk beluk Abu Dzar Al
Ghifari. Hingga sampailah pada hari ketiga, Ali bin Abi Thalib mendahului
percakapan dengan menanyakan maksud kedatangan Abu Dzar ke Mekah.
Dengan pertanyaan dari Ali bin Abi thaliblah, Allah membukakan
jalan bagi Abu Dzar untuk bertemu dengan Rasulullah. Allah Subhanahu
wa Taala mempertemukan beliau dengan orang yang tepat. Abu Dzar
mengatakan bahwa jika Ali berjanji untuk merahasiakan maksud
kedatangannya, maka beliau akan bersedia mengungkapkan maksudnya
datang ke Mekah. Ali bin Abi Thalib menyanggupinya. Akhirnya Abu Dzar
mengatakan maksud kedatangannya ke Mekah yang selama ini
disimpannya rapat- rapat. Ali bin Abi thalib segera mengantar Abu Dzar ke
hadapan Rasulullah. Ali bin Abi Thalib mengantar ke tempat Rasulullah
Shalallahu alaihi wa salam dengan menggunakan kode pengamanan
selama perjalanan. Abu Dzar diminta untuk berjalan di belakang Ali bin
Abi Thalib. Jika mereka bertemu dengan bahaya, maka Ali akan berpurapura membenahi sandalnya. Sehingga, Abu Dzar bisa mengetahui hal
tersebut.
Sesampainya di tempat Rasulullah Shalallahu alaihi wa salam, Abu
Dzar segera mengucapkan dua kalimat syahadat. Rasulullah berpesan
agar Abu Dzar kembali ke tempat tinggalnya dan menyembunyikan
keIslamannya. Namun Abu Dzar mengatakan sebaliknya, beliau akan
mengumumkan keIslamannya di depan Kabah di antara khalayak umum.
Segera saja orang- orang Quraisy yang mendengarnya memukuli Abu

Dzar, hingga Hamzah bin Abdul Muthalib menghentikan aksi mereka


dengan mengatakan bahwa laki- laki yang sedang mereka pukuli berasal
dari Bani Ghifar. Kabilah yang tempat tinggalnya selalu dilewati orang
Quraisy saat berdagang. Mendengar hal itu, merekapun menghentikan
aksinya. Keesokan harinya Abu Dzar melakukan hal yang sama di depan
Kabah, lalu beliau dipukuli kembali oleh orang- orang Quraisy dan
dihentikan oleh Hamzah dengan kata- kata yang sama. Akhirnya, Abu
Dzarpun kembali ke perkampungannya untuk mendakwahkan Islam
kepada para penduduk Bani Ghifar hingga Perang Khandak selesai.
Abu Dzar meninggal pada tahun 32 H di daerah Ar- Rabadzah.
Beliau dishalati oleh Abdullah bin Masud bersama rombongan yang lain
ketika mereka pulang dari kuffah. Di antara rombongan itu adalah Hajar
bin Al Adbar, Malik bin Al Harits, dan seorang pemuda Anshar. Malik bin Al
Harits mengatakan bahwa Ummu Dzar istri Abu Dzar mengisahkan
bahwa saat kematian suaminya, dia berkata kepada Abu Dzar,
Bagaimana aku tidak menangis, engkau meninggal di tengah gurun
sedangkan kita tidak memiliki kain yang cukup untuk mengafanimu, aku
juga tidak punya kemampuan untuk memakamkanmu.
Abu Dzar mengatakan, Bergembiralah dan jangan menangis.
Sungguh aku mendengar Rasulullah bersabda, Tidaklah dua orang
muslim yang ditinggal mati dua atau tiga anaknya. Lantas bersabar dan
mengharap pahala dari Allah, lalu mereka melihat neraka selamalamanya. Sedangkan tiga anak kita telah meninggal. Aku juga
mendengar Rasulullah bersabda, Sungguh akan meninggal salah seorang
dari kalian di tengah padang gurun yang akan disaksikan jenazahnya oleh
sekelompok kaum mukminin. Dan semua orang yang telah mendengar
hadits beliau ini telah meninggal di perkampungan atau dalam
pemukiman, kecuali aku. Akulah yang dimaksud Rasulullah. Aku tidak
dusta dan juga tidak didustakan. Maka lihatlah ke jalan.
Ummu Dzar melanjutkan, Aku pun naik ke atas gundukan untuk
melihat- lihat ke jalan, ketika tidak terlihat sesuatu pun, aku kembali.

Begitu berulang- ulang, sampai tiba- tiba aku melihat sekelompok orang di
atas tunggangan mereka.
Ummu Dzar mengisyaratkan agar mereka mendekat. Segera
mereka mendekati Ummu Dzar dan berkata, Wahai hamba Allah, kenapa
engkau?
Ummu Dzar menjawab, Seorang muslim meninggal, apakah kalian
bersedia mengafaninya?
Mereka bertanya, Siapa gerangan yang meninggal?
Ummu Dzar menjawab, Abu Dzar.
Mereka memastikan, Apakah shahabat Rasulullah?
Ummu Dzar mengiyakan. Mereka kembali memastikan dan segera
masuk ke menemui Abu Dzar yang hampir meninggal. Kemudian Abu Dzar
meminta mereka untuk mengafani beliau namun kain kafannya bukan
kain milik orang yang pernah menjadi pejabat, dan tidaklah ada yang
memenuhi syarat kecuali seorang pemuda Anshar. Abu Dzar meninggal
menghadap Rabbul Alamin Allah yang Maha Tinggi yang disaksikan oleh
Abdullah bin Masud beserta rombongannya. Diriwayatkan bahwa
rasulullah Shalallahu alaihi wa salam bersabda, Semoga Allah
merahmati Abu Dzar, hidup sendirian, mati sendirian, dan kelak akan
dibangkitkan sendirian,

Referensi:
www.darussalaf.or.id
virouz007.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai