Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sampai saat ini ikterus masih merupakan masalah pada neonatus yang sering dihadapi
tenaga kesehatan terjadi pada sekitar 25-50% neonatus cukup bulan dan lebih tinggi pada
neonatus kurang bulan. Oleh sebab itu memeriksa ikterus pada neonatus harus dilakukan
pada waktu melakukan kunjungan neonatal/pada saat memeriksa bayi diklinik.
Melihat kondisi tersebut sebagai bidan sebaiknya bertugas untuk memberikan asuhan
kebidanan dengan masalah ikterus. Bidan dapat beberapa hal untuk membantu
meringankan keadaan psikologis ibu dengan kondisi penyakitnya. Misalnya bidan
melakukan dukungan mental dan psikologis untuk rasa cemas yang dialami ibu. Hal ini
bisa menenangkan ibu.
Mengingat banyaknya masalah kejadian Ikterus di Indonesia terutama di daerah
Surabaya maka perlu penanganan yang memadai untuk mencegah terjadinya masalah
Ikterus maupun komplikasi lebih lanjut agar dapat menekan dan menurunkan angka
kesakitan dan kematian bayi, maka penulis merasa tertarik untuk membahas mengenai
masalah Asuhan Kebidanan Pada By.Ny.F dengan Ikterus Patologis di Ruang Bayi
RSIA Soerya Sepanjang.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis dapat mengembangkan dan menerapkan pola pikir secara ilmiah dalam
memberikan asuhan kebidanan secara nyata serta mendapatkan pengetahuan
dalam memecahkan masalah khususnya pada Ikterus Patologis, sesuai judul
Asuhan Kebidanan Pada By.Ny.F dengan Ikterus Patologis di Ruang Bayi
RSIA Soerya Sepanjang.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang akan dicapai adalah mampu melakukan :
a. Pengkajian dan menganalisa data klien dengan Ikterus Patologis.
b. Merumuskan diagnosa kebidanan dan menentukan prioritas masalah pada
klien.
c. Menyusun rencana asuhan kebidanan secara menyeluruh.
d. Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan.
e. Merencanakan asuhan yang menyeluruh untuk pasien berdasar masalah yang
ada dan langkah-langkah sebelumnya.
f. Evaluasi asuhan kebidanan.

1.3 Metode Penulisan


1. Pendekatan Diskriptif
Dengan menggunakan metode pendekatan masalah dalam asuhan kebidanan yang
meliputi pengkajian dan analisa data, menetapkan diagnosa/masalah aktual dan
potensial, mengidentifikasi tindakan dan mengevaluasi asuhan kebidanan pada klien
dengan kista ovarium serta mendokumentasikan.
2. Teknik Pengumpulan Data dan Pengidentifikasian
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik
secara

langsung

untuk

menggali

masalah

yang

dihadapi

sehingga

dapat

mengidentifikasi diagnosa, kebutuhan, hingga dapat mengevaluasi asuhan yang telah


diberikan.
3. Sumber data primer dan data sekunder
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari klien, sedangkan data sekunder
yaitu data yang diperoleh dari orang terdekat dari klien untuk mendukung data primer,
misalnya suami/istri, dan keluarga.
1.4 Lokasi
Ruang Bayi Rumah Sakit Ibu Dan Anak (RSIA) Soerya Sepanjang.
1.5 Waktu
Tanggal 19 Januari 2014
1.6 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika yang digunakan untuk menulis laporan ini terdiri dari :
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Metode Penulisan
1.4 Lokasi
1.5 Waktu
BAB II
2.1

LANDASAN TEORI
Konsep Dasar Ikterus
2.1.1 Pengertian
2.1.2 Klasifikasi
2.1.3 Etiologi
2.1.4 Tanda dan Gejala
2.1.5 Penyebab Ikterus
2.1.6 Faktor Risiko
2.1.8 Patologis
2.1.8 Penatalaksanaan
2.1.9 Terapi Sinar Pada Ikterus Bayi Baru Lahir
2.1.10 Komplikasi
2.1.11 Mencegah Ikterus Pada Bayi
2.1.12 Kremer Ikterus

2.2

Asuhan Kebidanan Pada Ikterus Patologis


2.2.1

Pengkajian

2.2.2

Interpretasi Data

2.2.3

Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial

2.2.4

Identifikasi Kebutuhan Segera

2.2.5

Intervensi

2.2.6

Implementasi

2.2.7

Evaluasi

BAB III TINJAUAN KASUS


Langkah I. Pengkajian Data
Langkah II. Identifikasi Diagnosa, Masalah dan Kebutuhan
Langkah III. Diagnosa Masalah Potensial Dan Antisipasi
Langkah IV. Kebutuhan Akan Tindakan Segera Dan Kolaborasi
Langkah V. Intervensi
Langkah VI. Implementasi
Langkah VII. Evaluasi

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Ikterus Patologis


2.1.1 Pengertian
Ikterus adalah keadaan transisional normal yang mempengaruhi hingga 50% bayi
aterm yang mengalami peningkatan progresif pada kadar bilirubin tak terkongjugasi
dan ikterus pada hari ketiga (Myles, 2009).
Kata ikterus (jaundice) berasal dari kata Perancis jaune yang berarti kuning. Ikterus
adalah perubahan warna kulit, sklera mata atau jaringan lainnya (membran mukosa)
yang menjadi kuning karena pewarnaan oleh bilirubin yang meningkat kadarnya dalam
sirkulasi darah. Bilirubin merupakan produk utama pemecahan sel darah merah oleh
sistem retikuloendotelial. Kadar bilirubin serum normal pada bayi baru lahir < 2 mg/dl.
Pada konsentrasi > 5 mg/dl bilirubin maka akan tampak secara klinis berupa pewarnaan

kuning pada kulit dan membran mukosa yang disebut ikterus. Ikterus akan ditemukan
dalam minggu pertama kehidupannya. Dikemukakan bahwa angka kejadian ikterus
terdapat pada 50% bayi cukup bulan (aterm) dan 75% bayi kurang bulan (preterm).
(Winkjosastro, 2007).
2.1.2 Klasifikasi
A. Ikterus fisiologis adalah :
a. Ikterus yang timbul pada hari kedua atau ketiga lalu menghilang setelah
b.
c.
d.
e.
f.

sepuluh hari atau pada akhir minggu kedua.


Tidak mempunyai dasar patologis
Kadarnya tidak melampaui kadar yang membahayakan
Tidak mempunyai potensi menjadi kern-ikterus
Tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi
Sering dijumpai pada bayi dengan berat badan lahir rendah.
Ikterus baru dapat dikatakan fisiologis apabila sesudah pengamatan dan

pemeriksaan selanjutnya tidah menunjukkan dasar patologis dan tidak


mempunyai potensi berkembang menjadi kern-icterus. Kern-icterus (ensefalopati
biliaris) ialah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada
otak.(Sarwono, 2008)
B. Ikterus Patologis
Suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang
mempunyai potensi untuk menimbulkan kern ikterus kalau tidak ditanggulangi
dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang patologis. Brown
menetapkan hiperbilirubinemia bila kadar bilirubin mencapai 12 mg% pada
cukup bulan, dan 15 mg% pada bayi kurang bulan. (Sarwono, 2002).
a. Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama
b. Ikterus dengan kadar bilirubin > 12,5 mg% pada neonatus cukup bulan atau >
10 mg% pada neonatus kurang bulan.
c. Ikterus dengan peningkatan kadar bilirubin > 5 mg% per hari.
d. Ikterus pada BBLR yang terjadi hari ke 2-7
e. Ikterus pada BBLR dengan pewarnaan kuning melebihi/melewati daerah
muka.
f. Ikterus yang cenderung menjadi patologik adalah :
- Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama setelah lahir

Peningkatan kadar bilirubin serum sebanyak 5 mg % atau lebih setiap 24


jam
Ikterus yang disertai :
a. Berat lahir kurang dari 2000 gram
b. Masa gestasi kurang dari 36 minggu
c. Asfiksia,hipoksia,dan sindroma gawat nafas pada neonatus
d. Infeksi
e. Trauma lahir pada kepala
f. Hipoglikemia ,
g. Hiperosmolaritas dara
h. Proses hemolisis
i. Ikterus klinis yang menetap setelah bayi berusia kurang dari 8 hari atau
14 hari

2.1.3 Etiologi
Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir, karena :
a. Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan berumur
lebih pendek.
b. Produksi bilirubin serum yang berlebihan. Hal ini melebihi kemampuan bayi untuk
mengeluarkannya, misalnya pada hemolisis yang meningkat pada inkompatibilitas
darah Rh, AB0, golongan darah lain, defisiensi enzim G-6-PD, piruvat kinase,
perdarahan tertutup dan sepsis.
c. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi akibat dari gangguan fungsi hepar.
Gangguan ini dapat disebabkan oleh bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat
asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak terdapatnya enzim glukoronil transferase
(sindrom criggler-Najjar). Penyebab lain yaitu defisiensi protein.
d. Gangguan transportasi karena kurangnya albumin yang

mengikat

bilirubin.Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkat ke hepar.


Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat misalnya salisilat,
sulfafurazole. Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin
indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekat ke sel otak.
e. Gangguan ekskresi yang terjadi akibat sumbatan dalam liver (karena infeksi atau
kerusakan sel liver). Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau
diluar hepar. Kelainan diluar hepar biasanya disebabkan oleh kelainan bawaan.
Obstruksi dalam hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab
lain.

2.1.4 Tanda dan Gejala


Gejala hiperbilirubinemia dikelompokkan menjadi :
1. Gejala akut :
Gejala yang dianggap sebagai fase pertama kernikterus pada neonatus adalah
letargi, tidak mau minum dan hipotoni.
2. Gejala kronik :
Tangisan yang melengking (high pitch cry) meliputi hipertonus dan opistonus
(bayi yang selamat biasanya menderita gejala sisa berupa paralysis serebral
dengan atetosis, gengguan pendengaran. Gejala utamanya adalah kuning di kulit,
konjungtiva dan mukosa. Disamping itu dapat pula disertai dengan gejala-gejala:
a. Dehidrasi, Asupan kalori tidak adekuat (misalnya: kurang minum, muntahmuntah)
b. Pucat, Sering berkaitan dengan anemia hemolitik (mis. Ketidakcocokan
golongan darah ABO, rhesus, defisiensi G6PD) atau kehilangan darah
ekstravaskular.
c. Trauma lahir, Bruising, sefalhematom (peradarahan kepala), perdarahan
tertutup lainnya.
d. Pletorik (penumpukan darah). Polisitemia, yang dapat disebabkan oleh
keterlambatan memotong tali pusat.
e. Letargik dan gejala sepsis lainnya.
f. Petekiae (bintik merah di kulit). Sering dikaitkan dengan infeksi congenital,
sepsis atau eritroblastosis.
g. Mikrosefali (ukuran kepala lebih kecil dari normal) Sering berkaitan dengan
h.
i.
j.
k.
l.
2.1.5

anemia hemolitik, infeksi kongenital, penyakit hati


Hepatosplenomegali (pembesaran hati dan limpa)
Omfalitis (peradangan umbilikus)
Hipotiroidisme (defisiensi aktivitas tiroid)
Massa abdominal kanan (sering berkaitan dengan duktus koledokus)
Feses dempul disertai urin warna coklat. Pikirkan ke arah ikterus obstruktif.

Penyebab Ikterus
a. Hemolisis akibat inkompatibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus, defisiensi G6PD,
b.
c.
d.
e.
f.

sferositosis herediter dan pengaruh obat.


Infeksi, septikemia, sepsis, meningitis, infeksi saluran kemih, infeksi intra uterin.
Polisitemia.
Ekstravasasi sel darah merah, sefalhematom, kontusio, trauma lahir.
Ibu diabetes.
Asidosis.

g. Hipoksia/asfiksia.
h. Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik.
i. Produksi yang berlebihan, misalnya pada pemecahan darah (hemolisis) yang
berlebihan pada incompatibilitas (ketidaksesuaian) darah bayi dengan ibunya.
j. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi akibat dari gangguan fungsi liver.
k. Gangguan transportasi karena kurangnya albumin yang mengikat bilirubin.
l. Gangguan ekskresi yang terjadi akibat sumbatan dalam liver (karena infeksi atau
kerusakan sel liver.
2.1.6

Faktor Risiko
Faktor risiko untuk timbulnya ikterus neonatorum:
1. Faktor Maternal
a. Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia, Native American,Yunani)
b. Komplikasi kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO dan Rh)
c. Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik.
d. ASI
2. Faktor Perinatal
a. Trauma lahir (sefalhematom, ekimosis)
b. Infeksi (bakteri, virus, protozoa)
3. Faktor Neonatus
a. Prematuritas
b. Faktor genetik
c. Polisitemia
d. Obat (streptomisin, kloramfenikol, benzyl-alkohol, sulfisoxazol)
e. Rendahnya asupan ASI
f. Hipoglikemia
g. Hipoalbuminemia

2.1.7

Patologis
1. Pigmen kuning ditemukan dalam empedu yang terbentuk dari pemecahan
hemoglobin oleh kerja heme oksigenase, biliverdin reduktase,dan agen pereduksi
nonenzimatik dalam sistem retikuloendotelial.
2. Setelah pemecahan hemoglobin,bilirubin tak terkonjugasi diambil oleh protein
intraseluler Y protein dalam hati.pengambilan tergantung pada aliran darah
hepatik dan adanya ikatan protein.
3. Bilirubin yang tak terkonjugasi dalam hati diubah atau terkonjugasi oleh enzim
asam uridin difosfoglukuronat uridin diphosphoglucuronic acid (UPGA) glukuronil
transferase menjadi bilirubin mono dan diglucuronida yang polar larut dalam air
(bereaksi direk).

4. Bilirubin yang terkonjugasi yang larut dalam air dapat dieliminasi melalui ginjal
dengan konjugasi bilirubin masuk dalam empedu melalui membran kanalikular
kemudian ke sistem gastointestinal dengan diaktifkan oleh bakteri menjadi
urobilinogen dalam tinja dan urin.beberapa bilirubin diabsorbsi kembali melalui
sirkulasi enterohepatik.
5. Warna kuning dalam kulit akibat dari akumulasi pigmen bilirubin yang larut dalam
lemak, tak terkonjugasi,non polar (bereaksi indirek)
6. Pada bayi dengan hyperbilirubinemia kemungkinan merupakan hasil dari defisiensi
atau tidak aktifnya glukuronil transferase.rendahnya pengambilan dalam hepatik
kemungkinan karena penurunan protein hepatik sejalan dengan penurunan darah
hepatik.
7. Jundice yang terkait dengan pemberian ASI merupakan hasil dari hambatan kerja
glukoronil transferase oleh pregnanediol atau asam lemak yang terdapat dalam ASI
terjadi 4- 7 hari setelah lahir dimana terdapat tkenaikan bilirubin tak terkonjugasi
dengan kadar 25 30mg/dl selama minggu ke 2- ke 3.biasanya bisa mencapai usia
4

minggu

dan

menurun

setelah

10

minggu.

Jika

pemberian

ASI

dilanjutkan,hyperbilirubinemia akan menurun berangsur angsur dapat menetap


selama 3-10 minggu pada kadar yang lebih rendah.jika pemberian ASI dihentikan,
kadar bilirubin serum akan turun dengan cepat biasanya 1-2 hari dan pengganti ASI
dengan susu formula mengakibatkan penurunan bilirubin serum dengn cepat,
sesudahnya pemberian ASI dapat dimulai lagi dan hyperbilirubin tidak kembali ke
kadar yang tinggi seperti sebelumanya.
8. Bilirubin yang patologi tampak ada kenaikan bilirubin dalam 24 jam pertama
kelahiran.sedangkan untuk bayi dengan ikterus fisiologis muncul antara 3-5 hari
sesedah kelahiran.

2.1.8

Penatalaksanaan
a. Bawa segera ke tenaga kesehatan untuk memastikan kondisi ikterus pada bayi kita
masih dalam batas normal (fisiologis) ataukah sudah patologis.
b. Dokter akan memberikan pengobatan sesuai dengan analisa penyebab yang
mungkin. Bila diduga kadar bilirubin bayi sangat tinggi atau tampak tanda-tanda
bahaya, dokter akan merujuk ke RS agar bayi mendapatkan pemeriksaan dan
perawatan yang memadai.

c. Di rumah sakit, bila diperlukan akan dilakukan pengobatan dengan pemberian


albumin, fototerapi (terapi sinar), atau tranfusi tukar pada kasus yang lebih berat.

2.1.9

Terapi Sinar Pada Ikterus Bayi Baru Lahir


Pengaruh sinar terhadap ikterus pertama-tama diperhatikan oleh salah seorang
perawat di salah satu rumah sakit di Inggris. Perawat tersebut melihat bahwa bayi
yang mendapatkan sinar matahari di bangsalnya ternyata ikterusnya lebih cepat
menghilang dibandingkan dengan bayi lainnya. Cremer (1958) yang mendapatkan
laporan tersebut mulai melakukan penelitian mengenai pengaruh sinar terhadap
hiperbilirubinemia ini. Dari penelitiannya terbukti bahwa disamping sinar matahari,
sinar lampui tertentu juga mempunyai pengaruh dalam menurunkan kadar bilirubin
pada bayi prematur yang diselidikinya. Terapi sinar tidak hanya bermanfaat untuk
bayi kurang bulan tetapi juga efektif terhadap hiperbilirubinemia oleh sebab lain.
Pengobatan cara ini menunjukkan efek samping yang minimal, dan belum pernah
dilaporkan efek jangka panjang yang berbahaya. Dalam perawatan bayi dengan terapi
sinar, yang perlu diperhatikan:
a. Diusahakan bagian tubuh bayi yang terkena sinar dapat seluas mungkin dengan
membuka pakaian bayi.
b. Kedua mata dan kemaluan harus ditutup dengan penutup yang dapat
memantulkan cahaya agar tidak membahayakan retina mata dan sel reproduksi
bayi.
c. Bayi diletakkan 8 inci di bawah sinar lampu. Jarak ini dianggap jarak yang
terbaik untuk mendapatkan energi yang optimal.
d. Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah setiap 18 jam agar bagian tubuh bayi yang
e.
f.
g.
h.

terkena cahaya dapat menyeluruh.


Suhu bayi diukur secara berkala setiap 4-6 jam.
Kadar bilirubin bayi diukur sekurang-kurangnya tiap 24 jam.
Hemoglobin harus diperiksa secara berkala terutama pada bayi dengan hemolisis.
Pengawasan nutisi/ASI

2.1.10 Komplikasi
Setiap pengobatan selalu akan menimbulkan efek samping. Dalam penelitian
yang dilakukan selama ini, tidak ditemukan pengaruh negatif terapi sinar terhadap

tumbuh kembang bayi. Efek samping hanya bersifat sementara, dan dapat
dicegah/diperbaiki dengan memperhatikan tata cara penggunaan terapi sinar.
Kelainan yang mungkin timbul karena terapi sinar antara lain:
a. Peningkatan kehilangan cairan tubuh bayi. Karena itu pemberian cairan harus
diperhatikan dengan sebaik-baiknya. Bila bayi bisa minum ASI, sesering mungkin
berikan ASI.
b. Frekwensi buang air besar meningkat karena hiperperistaltik.
c. Timbul kelainan kulit yang bersifat sementara pada muka, badan,
dan alat gerak.
d. Kenaikan suhu tubuh.
e. Kadang pada beberapa bayi ditemukan gangguan minum, rewel,
yang hanya bersifat sementara.
Komplikasi biasanya bersifat ringan dan tidak sebanding dengan
manfaat penggunaannya. Karena itu terapi sinar masih merupaka
pilihan dalam mengatasi hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir.
2.1.11

Mencegah Ikterus Pada Bayi


Ikterus dapat dicegah sejak masa kehamilan, dengan cara pengawasan kehamilan

dengan baik dan teratur, untuk mencegah sedini mungkin infeksi pada janin, dan
hipoksia(kekurangan oksigen) pada janin di dalam rahim. Pada masa persalinan, jika
terjadi hipoksia, misalnya karena kesulitan lahir, lilitan tali pusat, dan lain-lain, segera
diatasi dengan cepat dan tepat. Sebaiknya, sejak lahir, biasakan anak dijemur dibawah
sinar matahari pagi sekitar jam 7 jam 8 pagi setiap hari selama 15 menit dengan
membuka pakaiannya.
2.1.12 Kremer Ikterus

Gambar 1. Derajat Kremer Ikterus


Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat
pada lengan, tungkai, tangan dan kaki pada hari kedua, maka digolongkan sebagai
ikterus sangat berat dan memerlukan terapi sinar secepatnya. Tidak perlu menunggu
hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar.
2.2 Asuhan Kebidanan Pada Kista Ovarium
Proses manajemen asuhan kebidanan menurut varney terdiri dari 7 langkah
dimana setiap langkah ini disempurnakan secara periodik, ketujuh langkah manajemen
kebutuhan varney adalah sebagai berikut :
2.2.1 Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
Mengumpulkan data adalah menghimpun informasi tentang klien/orang yang
minta asuhan. Pengumpulan data mengenai seseorang tidak akan selesai jika setiap
informasi yang dapat diperoleh hendak dikumpulkan. Maka dari itu sebelumnya harus
mempertanyakan : data apa yang cocok dalam situasi kesehatan seseorang pada saat
bersangkutan. Data yang tepat adalah data yang relefan dengan situasi yang sedang
ditinjau. Data yang mempunyai pengaruh atas/ berhubungan dengan situasi yang
sedang ditinjau.
Kegiatan pengumpulan data dimulai saat klien masuk dan dilanjutkan secara terus
menerus selama proses asuhan kebidanan berlangsung. Data secara garis besar, di

klasifikasikan menjadi data subjektif dan objektif. Pada waktu mengumpulkan data
subyektif bidan harus mengembangkan antar personal yang efektif dengan pasien/klien
yang diwawancarai, lebih memperhatikan hal -hal yang menjadi keluhan utama pasien
dan yang mencemaskan berupaya mendapat data fakta yang sangat bermakna dalam
kaitan dengan masalah pasien.
A. Data subyektif :
Data diambil dari pasien yang didapat dari anamnesa antara petugas kesehatan dengan
pasien antara lain :
a. Identitas data pasien dan orangtua
Menurut darwan budi suyanto, identitas merupakan bagian terpenting dalam suatu
anamesis. Identitas diperlukan untuk memastikan bahwa anak yang diperiksa
benar-benar adalah anak yang dimaksud.
b. Alasan datang/kunjungan
Pada pengkajian alasan kunjungan meliputi apa yang menjadi alasan pasien untuk
datang ke rumah sakit yaitu apakah bayi baru lahir ataukah ada alasan bahwa
pasien datang dengan keluhan seperti malas minum, earna kulit bayi kuking atau
ada alasan yang lainnya.
c. Keluhan utama
Anamesis ini dimulai dengan keluhan utama yaitu keluhan atau gejala yang
menyebabkan pasien dibawa oleh orangtua berobat misalnya orang tua mengeluh
tubuh bayi kuning ataupun bayi malas minum.
d. Riwayat perkawinanan
Pengkajian riwayat perkawinan meliputi usia menikah, lama pernikahan, menikah
berapa kali, dan status pernikahan syah atau tidak.
e. Riwayat obstetri
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, hamil ke berapa, umur
kehamilan, jenis kelamin, jenis persalinan, penolong komplikasi persalinan dan
keadaannya.
f. Riwayat Kehamilan
Berapa kali ANC, imunisasi TT, merasakan gerakan janin pertama, keluhan pada
TM I, II, dan TM III, HPHT, serta HPL.
g. Riwayat persalinan
Riwayat perslainan harus ditanya denga teliti termasuk tanggal, tempat kelahiran,
siapa yang menolong misalnya dokter, bidan atau dukun, cara kelahiran misalnya
spontan ,dibantu dengan alat, atau secara SC, umur kehamilannya (UK) apakah <
37 minggu (preterem) atau > 37 minggu (aterem), adanya kehamilan ganda,

keadaan segera setelah lahir dan morbiditas pada kelahiran pada hari pertama
misalnya apakah bayi mengalami asfiksia,hipotermi atau ikterus dalam 24 jam.
Masa kehamilan pasien juga perlu ditanyakan apakah cukup bulan atau tidak.
h. Riwayat penyakit
Riwayat penyakit meliputi riwayat penyakit keluarga, keturunan kembar, dan
riwayat operasi
i. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Pengkajian pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari meliputi pola nutrisi pada
neonatus dengan ikterus diberikan lebih banyak nutrisi berupa ASI eksklusif
dengan frekuensi secara on demand atau paling tidak 3 jam sekali, pola eliminasi
pada bayi dengan ikterus biasanya feses berwarna kuning, personal hygiene, dan
istirahat.
j. Data psikolososial
Data psikososial misalnya seperti apakah kehadiran bayinya disambut dengan baik
atau tidak, siapa yang merawatnya apakah bayi dirawat oleh kedua orang tua
kandung, oleh neneknya, atau diasuh oleh orang lain.
B. Data obyektif :
a. Pemeriksaan umum
Pada pemeriksaan umum terdiri dari:
Keadaan umum :
Kesadaran pasien :
TTV meliputi
: - Nadi
- Tensi
- Suhu
- Respirasi
b. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
1. Kepala : Adakah caput susadenum, bagaimana warna rambut, terdapat bekas
luka atau tidak, bagaimana keadaan suturanya.
2. Wajah : Terdapat pucat, odem atau tidak pada muka, pewarnaan pada muka
bagaimana apakah pucat, kuning, atau biru.
3. Mata : Cekung atau tidak, pewarnaan pada konjungtiva pucat, kemerahan atau
putih, dan warna sklera kuning atau merah muda.
4. Mulut dan gigi : Apakah terdapat karies atau tidak, mulut bersih atau tidak,
berwarna pucat, biru,atau kemerahan.
5. Leher :adakah pembesaran pada Kelenjar tyroid, kelenjar limfe, dan getah
bening .
6. Dada : Ada tarikan dinding dada atau tidak, simetris atau tidak, serta
pewarnaan pada bagian dada apakah kuning atau kemerahan.

7. Abdomen : Kembung atau tidak, keadaan talipusat apakah kering atau


basah,terdapat tanda-tanda infeksi talipusat atau tidak, pewarnana pada bagian
abdomen kuning atau kemerahan, serta dinding abdomen.
8. Genetalia : Ada lubang ureter, atau adanya kelainan pada bagian genetalia
untuk jenis kelamin laki-laki apakah ada penis,apakah ada 2 testis dalam 1
scrotum apakah penis berlubang di ujung dan untuk jenis kelamin perempuan
apakah labia mayora kanan dan kiri menutupi labia minora kanan dan kiri atau
tudak, terdapat wagina atau tidak,terdapat clitoris atau tidak.
9. Anus : Berlubang apa tidak
10. Ekstrimitas : Adanya kelainan pada bagian ektrimitas seperti pembengkak
pada bagian kaki dan tangan adakah fraktur pada bagian ekstremitas serta
pewarnaan pada bagian ekstremitas apakah kuning atau tidak.
Palpasi : Setelah diinspeksi dilakukan pemeriksaan lanjut dengan meraba telapak
tangan sehingga dapat ditentukan bentuk, besar , tepi permukaan serta konsistensi
organ.
Perkusi : Tujuan nya untuk mengetahui perbedaan suara ketuk
sehingga dapat ditentukan batas batas suatu organ pada paru,
jantung dan hati.

c. Pemeriksaan Penunjang
Melakukan pemeriksaan

penunjang

untuk

mengetahui

jenis

penyakit

2.2.2 Langkah II : Interpretasi Data Dasar


Dilakukan indentifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan
kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang dikumpulkan.
Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau
diagnosa yang spesifik.
2.2.3 Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa Atau Masalah Potensial
Mengidentifikasikasikan masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan
rangkaian masalah dan diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan

diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila


memungkinkan dilakukan penceghan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dan
bersiap siap bila diagnosa/ masalah potensial ini benar-benar terjadi.
2.2.4 Langkah IV : Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan Segera
Beberapa data menunjukan situasi emergensi dimana bidan perlu tindakan segera
demi keselamatan bayi dan balita, beberapa data menunjukan situasi yang memerlukan
konsultasi dengan tim kesehatan lain. Bidan mengevaluasi situasi setiap pasien untuk
menentukan asuhan pasien yang paling tepat.
2.2.5 Langkah V : Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh
Pada langkah ini direcanakan asuhan yangmenyeluruh ditentukan oleh langkah
sebelumnya.Langka ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau
masalah yang telah diidentifikasi atau antisipasi, pada langkah ini informasi/data dasar
yang tidak lengkap dilengkapi.
2.2.6 Langkah VI : Implementasi
Rencana asuhan yang menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah 5
dilaksanakan secara efesien dan aman. Dalam langkah ini bidan dapat berkolaborasi
dengan dokter dalam manajemen asuhan bagi pasien yang mengalami komplikasi.
2.2.7 Langkah VII : Evaluasi
Adalah merupakan tahap akhir dari proses asuhan kebidanan untuk menilai
tentang kriteria hasil yang dicapai, apakah sesuai dengan rencana atau tidak dalam
evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP, yang dimaksud SOAP adalah sebagai
berikut:
S

: Subyektif
Yang didapatkan dari keluhan klien

O : Obyektif
Yang didapatkan dari hasil pemeriksaan oleh petugas yang terkait.

A : Assesment
Berisi kesimpulan dari data subyektif dan obyektif yang menunjukkan
keberhasilan tindakan yang telah dilakukan ataupun masalah yang baru muncul.
P

: Planning
Merupakan perencanaan lanjut dan tindakan yang sudah dilakukan dengan
berpedoman pada tingkat keberhasilan yang telah dicapai (Depkes RI, 1995 :
11).

BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN
PADA By.Ny.F DENGAN IKTERUS PATOLOGI
DI RUANG BAYI RSIA SOERYA SEPANJANG

Tanggal/Jam : 19-01-2014 / 09.00 WIB


Tempat

: Ruang Bayi

No Register

: 241294

I.

PENGKAJIAN DATA
A. Data Subyektif
1.

Biodata

Nama Bayi : By. Ny. F


Umur : 8 jam
Tgl./Jam Lahir : 19 Januari 2014 / 01.00 WIB

Jenis Kelamin : Laki-laki


BB Lahir : 1.700 gr
Panjang Badan : 39 cm

2.

Nama Istri

: Ny. F

Nama Suami : Tn. M

Umur

: 27 tahun

Umur

: 35 tahun

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia

Pendidikan

: SMA

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: IRT

Pekerjaan

: Swasta

Penghasilan

:-

Penghasilan

: Rp. 700.000/bln

Alamat

: Jl.Pramuka 02/02,

Alamat

: Jl. Pramuka 02/02

Keluhan utama
Bayi umur 8 jam dengan, nampak kekuningan didaerah kepala dan leher,
facces berwarna seperti dempul, perut membuncit pembasaran pada hati, tidak
mau minum dan reflek moro lemah.

3.

Riwayat Kehamilan
Pada kehamilan ibu lebih berhati-hati terhadap kesehatan diri dan janinnya.
Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya di bidan Praktek Swasta
sebanyak TM I = 1 kali,TM II = 2 kali, TM III = 3 kali.Pada saat hamil ibu
tidak pernah mengalami pendarahan,tekanan darah tinggi atau sakit yang lain,
ibu tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan selain yang diberikan pada saat
periksa. Selama kehamilan ibu tidak memperoleh Imunisasi TT sama sekali.
4.

Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan tidak pernah atau menderita penyakit menahun, menurun
dan menular seperti hipertensi, jantung, TBC, paru-paru dan penyakit
kelamin.

5. Riwayat Persalinan
a. Tanggal/ jam persalinan
: 19 Januari 2014 / 01.00 WIB
b. Cara persalinan
: Persalinan spontan pervaginam
c. Lama persalinan

Kala I
Kala II
Kala II
Kala IV

: 10 Jam
: 30 menit
: 15 menit
: 2 jam setelah persalinan

d. Penolong persalinan

: Bidan

B. Data Obyektif
1.

Pemeriksaan umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran

: Composmentis

c. Tanda vital
Temp

: 36,50 C

Nadi

: 120 x/menit

PB

: 39 cm

BB

: 1.700 gram

RR

: 44 x/menit

2. Pemeriksaan Fisik
a.

b.

c.

Kepala
UUB
UUK
Moulage
Sucadeneum
Bentuk kepala
Keadaan tubuh
Mata
Bentuk mata
Strabismus
Pupil mata
Sklera
Keadaan
Hidung

:
:
:
:
:
:

datar
datar
O
tidak ada
simetris
tidak ada kelainan

: simetris
: tidak ada
: Normal
: ikterik
: bersih

d.

Bentuk

: simetris

Pernafasan cuping hidung

: tidak ada

Keadaan

: bersih

Lubang hidung

: lengkap

Warna kulit

: Pucat kekuningan

Mulut
Bentuk

: simetris

Reflek hisap

Bibir

e.

baik
: lengkap atas/bawah

Gusi

: normal

Warna bibir

: pucat

Telinga
Posisi

: simetris kanan-kiri, dan telinga teraba lunak

Keadaan
Warna kulit
f.

g.

: bersih, tidak ada sumbatan


: pucat agak kekuningan

Leher
Pembesaran vena / kelenjar

: tidak ada

Pergerakan leher

: dapat bergerak kekanan-kekiri

Warna kulit

: kuning

Dada
Posisi : simetris
Mamae : Ada

h.

Perut
Posisi

: simetris

Tali pusat

: basah

Tidak ada pembesaran dan benjolan

i.

Punggung bokong
Tidak ada benjolan dan tidak terdapat spina bifida

j.

Ekstrimitas
Jari tangan

: Lengkap

Posisi dan bentuk

: Simetris kanan-kiri

Jari kaki

: Lengkap

Pergerakan

: Aktif

Warna kulit pucat, kuku, tangan dan kaki berwarna agak kekuningan

k.

Genetalia
Lengkap, terdapat testis dan skrotum sudah turun
Jenis kelamin

: laki-laki

Anus

: positif, tidak ada sumbatan

3. Reflek
a.

Mencari (rooting)

: kurang baik

b.

Menghisap (sucking)

: kurang baik

c.

Menelan (swalowing)

: kurang baik

d.

Reflek kaki (stapping)

: baik

e.

Menggenggam (graping) : baik

f.

Reflek morro

: baik

3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan lab, kadar bilirubin serum 100 umol/l

II.
Ds

IDENTIFIKASI DIAGNOSA, MASALAH DAN KEBUTUHAN


Dx
: By.Ny.F DENGAN IKTERUS PATOLOGI
:

Anak lahir tanggal 19 Januari 2014 pukul 01.00 WIB

DO

Masalah

Tanda-tanda vital

: a.

Temp

: 36,50 C

Nadi

: 120 x/menit

PB

: 39 cm

BB

: 1.700 gram

RR

: 44 x/menit

APGAR SCORE

: 8-9

Penurunan kadar bilirubin


Dasar : terdapat warna kuning pada bagian kepala dan leher, hasil
pemeriksaan lab kadar bilirubinnya 100 umol/dl
b.

Perawatan tali pusat


Dasar : tali pusat masih basah

Kebutuhan

: a. Pemenuhan nutrisi yang adekuat


b. Penyinaran pada dengan lampu fluorensi sebanyak 10 buah
masing-masing 20 watt dan menjamur/menyinarkan bayi di
bawah sinar matahari pagi selama 10-15 menit antara pukul
07.00-08.00 WIB
c. Merawat tali pusat agar tetap kering dan membungkusnya dengan
kassa steril.

III. DIAGNOSA MASALAH POTENSIAL DAN ANTISIPASI


1.

Potensial terjadinya ikterus pada derajat yang lebih lanjut


Dasar :
a.

Dari hasil pemeriksaan lab didapatkan kadar serum bilirubin indirek 100 umol/l
(derajat I)

b.
2.

Terdapat warna kuning pada daerah muka, leher dan kuku


Potensial terjadinya pemindahan mikro organisme pada tali pusat

Dasar : tali pusat masih basah

IV.

KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA DAN KOLABORASI


-

V.

Kolaborasi bila ada komplikasi.

INTERVENSI
Tanggal

Diagnosa

19-01-2014

Jam

: 09.30 WIB

: By.Ny.F, dengan masalah nampak kekuningan didaerah kepala


dan leher, facces berwarna seperti dempul, perut membuncit
pembasaran pada hati, tidak mau minum dan reflek moro lemah.

Tujuan

- Ikterus patologi dapat diatasi

Kriteria

- Ikterus patologi sembuh


- Tidak timbul komplikasi lain
- Ku baik, kesadaran composmentis
- Tanda tanda vital normal
T : 60-89/40-50 mmHg
N : 120-160/menit
S : 36,5 - 37C
R : 40 60 kali/menit

Intervensi :
1. Mengajarkan ibu untuk perawatan tali pusat.
R/ Ibu bisa menjaga kebersihan tali pusat bayi,agar tidak terjadi infeksi.
2. Mengajarkan ibu untuk membungkus bayinya dengan benar
R/ membantu mengurangi hipotermi.
3. Beritahu hasil pemeriksaan dan tentang ikterus patologi.
R/ Ibu mengerti tentang keadaan bayinya.
4. Lakukan kolaborasi dengan dokter anak dan tenaga medis lain
R/ masalah dapat segera ditangani dan bayi cepat sembuh.
5. Membantu ibu untuk menyusui bayinya sesegera mungkin.
R/ agar bayi mendapatkan asupan nutrisi dengan baik.
VI. IMPLEMENTASI

Tanggal

: 19-01-2014

Diagnosa

Jam

: 09.40 WIB

: By.Ny.F, dengan masalah nampak kekuningan didaerah kepala


dan leher, facces berwarna seperti dempul, perut membuncit
pembasaran pada hati, tidak mau minum dan reflek moro lemah.

Implementasi :
Jam 09.40

Jam 09.45

Jam 09.50

Jam 09.55
Jam 10.00

1. Tali pusat dalam keadaan kering,tali pusat dibungkus dengan kasa


steril,kebersihan harus selalu dijaga dengan cara segera mengganti kasa
jika kotor.
2. Menjelaskan pada ibu agar selalu dapat menjaga kehangatan
bayinya,dengan cara mengajarkan ibu untuk menyelimuti bayinya
dengan benar.
3. Menjelaskan pada ibu bahwa ikterus patologi adalah Suatu keadaan
dimana kadar bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang
mempunyai potensi untuk menimbulkan kern ikterus kalau tidak
ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan
yang patologis.Yang dapat disembuhkan dengan pengobatan yang
tepat.
4. Melakukan kolaborasi dengan dokter anak dan tenaga medis lain untuk
penanganan lebih lanjut.
5. Menjelaskan pada ibu tentang pentingnya pemberian asupan ASI pada
bayi,agar sistem imunitas bayi baik.Dan agar bayi tidak kehilangan
cairan.

VII. EVALUASI
Tanggal

: 22-01-2014

Jam

Diagnosa

: a. Ibu mengatakan bayinya sudah mau menyusui

: 08.00 WIB

By.Ny.F, dengan masalah nampak kekuningan didaerah kepala dan


leher, facces berwarna seperti dempul, perut membuncit pembasaran
pada hati, tidak mau minum dan reflek moro lemah.

b. Ibu mengatakan bayinya sudah sering BAK


c. Ibu mengatakan bayinya sering menangis
O

: Tanda-tanda vital
RR
Suhu

: 45 x/menit
: 37,60 C

BB

: 2900 gram

PB

: 50 cm

Nadi

: 128 x/menit

a.Tanda-tanda ikterus sudah berkurang:


1. Warna kulit sudah tampak kemerahan
2. Sklera masih berwarna kuning
3. Hasil lab : Kadar bilirubin 60 umol/dl
b. Tali pusat sudah layu dan terlihat terawat baik
c. Bayi sudah mau menyusu
d. Perut bayi tidak kembung
e. Eliminasi
: BAK 7-8 x/hari
BAB 2-3 x/hari
Reflek
1.
2.
3.
4.
5.
6.

:
Mencari (Rooting)
Menghisap (sucking)
Menelan (swallowing)
Reflek kaki (stapping)
Menggenggam (graping)
Reflek moro

:
:
:
:
:
:

baik
baik
baik
baik
baik
baik

: Bayi baru lahir Ny.F dengan ikterus derajat I

: 1. Mandikan bayi dengan mandi lap 2 kali sehari.


2. Merawat tali pusat
3. Berikan penyuluhan pada ibu dan keluarga tentang :
a. Personal hygiene bayi
b. Pemberian ASI eksklusif
c. Pertahankan suhu tubuh
4. Tetap anjurkan ibu untuk menghangatkan bayinya dibawah sinar
matahari pagi untuk menurunkan kadar bilirubin.

HARI KE-7
Tanggal
WIB
Diagnosa

: a.

: 29-01-2014

Jam

: 09.00

: By.Ny.F, dengan masalah nampak kekuningan didaerah kepala dan


leher, facces berwarna seperti dempul, perut membuncit pembasaran pada
hati, tidak mau minum dan reflek moro lemah.

Ibu mengatakan bayinya tidak rewel, bayi tidur 16 jam

b.

Ibu mengatakan bayinya BAK 7-8 kali sehari, BAB 2 x sehari

c.

Ibu mengatakan bayinya hanya minum ASI saja setiap jam.

: a. Keadaan umum baik


Tanda-tanda vital :
RR

: 50 x/menit

Suhu

: 37,20 C

Nadi

: 130 x/menit

b.

Eliminasi

BB

: 3100 gram

PB

: 50 cm

: BAK 7-8 x/hari

BAB 2 x/hari
c.

Reflek

d.
e.
A

1.

Mencari (Rooting)

2.

Menghisap (sucking)

3.

Menelan (swallowing)

4.

Reflek kaki (stapping)

5.

Menggenggam (graping) : baik

6.

Reflek moro

: baik

: baik
: baik
: baik

: baik

Warna kulit kemerahan, sklera masih tampak ikterik, tandatanda ikterus sudah berkurang
Tali pusat sudah lepas.

: Bayi baru lahir normal umur 7 hari dengan ikterus patologi.


Kebutuhan

: a. Perawatan bayi sehari-hari


b. Pemberian ASI eksklusif
c. Penyuluhan tentang imunisasi

: a.

Lakukan perawatan bayi sehari-hari :


Mandikan bayi dengan mandi rendam 2 x sehari karena tali pusat sudah puput.
b. Sarankan ibu untuk membawa anaknya secara rutin ke posyandu untuk
memantau tumbuh kembang bayi.

c.

HARI KE-14

Anjurkan ibu untuk memberikan ASI saja sampai usia 6 bulan

Tanggal
WIB

: 12-02-2014

Diagnosa

: By.Ny.F, dengan masalah nampak kekuningan didaerah kepala dan


leher, facces berwarna seperti dempul, perut membuncit pembasaran pada
hati, tidak mau minum dan reflek moro lemah.

: a.

Jam

: 08.00

Ibu mengatakan bayi minum ASI dengan kuat

b.

Ibu mengatakan bayinya hanya minum ASI saja tiap jam

c.

Ibu mengatakan bayinya BAK 7-8 kali sehari, BAB 2 x sehari

: a. Keadaan umum baik


Tanda-tanda vital :
RR

: 52 x/menit

BB

: 3100

PB

: 50 cm

gram
Suhu

: 37,00 C

Nadi

: 128 x/menit

b. Eliminasi

: BAK 7-8 x/hari


BAB 2 x/hari

d.

Reflek

: 1.

Mencari (Rooting)

2.

Menghisap (sucking)

: baik

3.

Menelan (swallowing)

: baik

4.

Reflek kaki (stapping)

: baik

5.

Menggenggam (graping)

6.

Reflek moro

Warna kulit kemerahan, sklera tidak ikterik

: Bayi baru lahir normal umur 14 hari,dengan ikterus patologi.


Kebutuhan

: a. Perawatan bayi sehari-hari


b.

: baik

Pemberian ASI eksklusif

: baik
: baik

c.
P

: a.

Penyuluhan tentang imunisasi

Ajarkan ibu untuk perawatan bayi sehari-hari :


1.

Mandikan bayi, dengan mandi rendam 2 x sehari

2.

Anjurkan pada ibu jika terdapat tanda-tanda bahaya :


Suhu tinggi, kejang, diare, dan lain-lain segera bawa ke pusat kesehatan

b.

Anjurkan pada ibu untuk memberikan ASI saja

c. Sarankan pada ibu untuk membawa anaknya ke posyandu secara rutin untuk
memantau tumbuh kembang bayi.

Anda mungkin juga menyukai