PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Rumusan Masalah
C.
Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
B.
1.
TBC Paru
2.
Tuberculosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru misalnya: pleura
(selaput paru), selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe,
tulang, persendihan, kuilit, usus, ginjal, saluran kemih, alat kelamin, dan lain-lain.
Berdasarkan tingkat kepercayaannya, TBC Ekstra Paru dibagi menjadi 2 yaitu:
C.
D.
Individu dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau respon inadekuat
sistem imun, maupun karena infeksi ulang dan aktivasi bakteri dorman. Dalam
kasus ini tuberkel ghon memecah, melepaskan bahan seperti keju ke bronki.
Bakteri kemudian menyebar di udara, mengakibatkan penyebaran lebih lanjut.
Paru yang terinfeksi menjadi lebih membengkak mengakibatkan
bronkopnemonia lebih lanjut (Smeltzer, 2001).
E.
penyakit pada satu sisi dan penjamu pada sisi yang lain dengan lingkungan
sebagai penumpunya.
Kuman tuberkulosis jika terkena cahaya matahari akan mati dalam waktu 2 jam,
selain itu kuman tersebut akan mati oleh tinctura iodi selama 5 menit dan juga
oleh ethanol 80 % dalam waktu 2 sampai 10 menit serta oleh fenol 5 % dalam
waktu 24 jam. Mycobacterium tuberculosis seperti halnya bakteri lain pada
umumnya, akan tumbuh dengan subur pada lingkungan dengan kelembaban
yang tinggi. Air membentuk lebih dari 80 % volume sel bakteri dan merupakan
hal essensial untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup sel bakteri.
Kelembaban udara yang meningkat merupakan media yang baik untuk bakteribakteri patogen termasuk tuberkulosis.
Agent adalah penyebab yang essensial yang harus ada, apabila penyakit timbul
atau manifest, tetapi agent sendiri tidak sufficient/memenuhi syarat untuk
menimbulkan penyakit. Agent memerlukan dukungan faktor penentu agar
penyakit dapat manifest. Agent yang mempengaruhi penularan penyakit
tuberkulosis paru adalah kuman Mycobacterium tuberculosis. Agent ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pathogenitas, infektifitas dan
virulensi.
Host
tinggi, dimana seorang penderita rata-rata dapat menularkan kepada 2-3 orang
di dalam rumahnya.
Besar resiko terjadinya penularan untuk rumah tangga dengan penderita lebih
dari 1 orang adalah 4 kali dibanding rumah tangga dengan hanya 1 orang
penderita tuberkulosis.
Hal yang perlu diketahui tentang host atau penjamu meliputi karakteristik; gizi
atau daya tahan tubuh, pertahanan tubuh, higiene pribadi, gejala dan tanda
penyakit dan pengobatan. Karakteristik host dapat dibedakan antara lain; Umur,
jenis kelamin, pekerjaan, keturunan, pekerjaan, keturunan, ras dan gaya hidup.
Host atau penjamu; manusia atau hewan hidup, termasuk burung dan
anthropoda yang dapat memberikan tempat tinggal atau kehidupan untuk agent
menular dalam kondisi alam (lawan dari percobaan). Host untuk kuman
tuberkulosis paru adalah manusia dan hewan, tetapi host yang dimaksud dalam
penelitia ini adalah manusia. Beberapa faktor host yang mempengaruhi
penularan penyakit tuberkulosis paru adalah; kekebalan tubuh (alami dan
buatan), status gizi, pengaruh infeksi HIV/AIDS.
Environment
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri host baik benda mati,
benda hidup, nyata atau abstrak, seperti suasana yang terbentuk akibat
interaksi semua elemen-elemen termasuk host yang lain. Lingkungan terdiri dari
lingkungan fisik dan non fisik, lingkungan fisik terdiri dari; Keadaan geografis
(dataran tinggi atau rendah, persawahan dan lain-lain), kelembaban udara,
temperatur atau suhu, lingkungan tempat tinggal.
Adapun lingkungan non fisik meliputi; sosial, budaya, ekonomi dan politik yang
mempengaruhi kebijakan pencegahan dan penanggulangan suatu penyakit.
F.
Penyakit TBC pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : status
sosial ekonomi, status gizi, umur dan jenis kelamin untuk lebih jelasnya dapat
kita jelaskan seperti uraian dibawah ini:
Status Gizi.
Umur.
Penyakit TB-Paru paling sering ditemukan pada usia muda atau usia produktif (15
50) tahun. Dewasa ini dengan terjadinya transisi demografi menyebabkan usia
harapan hidup lansia menjadi lebih tinggi. Pada usia lanjut lebih dari 55 tahun
sistem imunologis seseorang menurun, sehingga sangat rentan terhadap
berbagai penyakit, termasuk penyakit TB-Paru.
Jenis Kelamin.
Penyakit TB-Paru cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin laki-laki
dibandingkan perempuan. Menurut WHO, sedikitnya dalam jangka waktu
setahun ada sekitar 1 juta perempuan yang meninggal akibat TB-Paru, dapat
disimpulkan bahwa pada kaum perempuan lebih banyak terjadi kematian yang
disebabkan oleh TB-Paru dibandingkan dengan akibat proses kehamilan dan
persalinan.
Pada jenis kelamin laki-laki penyakit ini lebih tinggi karena merokok tembakau
dan minum alkohol sehingga dapat menurunkan sistem pertahanan tubuh,
sehingga lebih mudah terpapar dengan agent penyebab TB-Paru.
G.
H.
Batuk : Terjadi karena adanya infeksi pada bronkus. Dimulai dari batuk
kering kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif
(menghasilkan sputum). Pada keadaan lanjut berupa batuk darah karena
terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada ulkus
dinding bronkus.
Sesak nafas (Dyspnea) : Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang
sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru.
Malaise (keadaan lesu) : Dapat berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan),
berat badan menurun, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam.
I.
Yang menjadi petunjuk awal dari tuberkulosis adalah foto rontgen dada. Penyakit
ini tampak sebagai daerah putih yang bentuknya tidak teratur dengan latar
belakang hitam. Rontgen juga bisa menunjukkan efusi pleura atau pembesaran
jantung (perikarditis).
Pemeriksaan dahak, cairan tubuh atau jaringan yang terinfeksi. Dengan ebuah
jarum diambil contoh cairan dari dada, perut, sendi atau sekitar jantung.
Mungkin perlu dilakukan biopsi untuk memperoleh contoh jaringan yang
terinfeksi.
J.
K.
Isoniazid (H)
Isoniazid (dikenal dengan INH) bersifat bakterisid, efektif terhadap kuman dalam
keadaan metabolik aktif, yaitu kuman yang sedang berkembang. Efek samping
yang mungkin timbul berupa neuritis perifer, hepatitis rash, demam Bila terjadi
ikterus, pengobatan dapat dikurangi dosisnya atau dihentikan sampai ikterus
membaik. Efek samping ringan dapat berupa kesemutan, nyeri otot, gatal-gatal.
Pada keadaan ini pemberian INH dapat diteruskan sesuai dosis.
b.
Rifampisin (R)
Pirazinamid (P)
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan
suasana asam. Efek samping pirazinamid adalah hiperurikemia, hepatitis,
atralgia.
d.
Streptomisin (S)
Ethambutol (E)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan adalah dengan kita telah mengetahui
apa itu penyakit Tuberculosis, kita dapat lebih menjaga lagi kesehatan kita yaitu
dengan selalu menjaga lingkungan dan kesehatan diri kita sendiri supaya tetap
bersih, mengingat bahwa penyakit ini adalah penyakit menular yang sangat
berbahaya dan angka kematiannya cukup tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
http://fildza.wordpress.com/2008/04/24/penyakit-tuberkulosis/
http://id.wikipedia.org/wiki/Tuberkulosis
http://jundul.wordpress.com/2008/09/14/penularan-tbc/
http://medicastore.com/tbc/penyakit_tbc.htm
http://www.infopenyakit.com/2007/12/penyakit-tuberkulosis-tbc.html
http://www.totalkesehatananda.com/tuberculosis6.html
http://www.scribd.com/doc/32087430/makalah-TBC