Anda di halaman 1dari 7

Monitoring Cairan Infus Menggunakan Modul Radio Frekuensi

YS 1020 UB Dengan Frekuensi 433 MHZ


Abdy Muslim#1, Iwan Setiawan,ST,MT#2, Budi Setiyono,ST,MT#3
#

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro


jl. Prof Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia
#1

@abdi.mslm@gmail.com
setiaone.iwan@gmail.com
#3
Budisty@gmail.com

#2

Abstrak Seringkali dalam suatu rumah sakit jumlah


pasien tidak seimbang dengan jumlah petugas mediknya,
khususnya pada bagian pelayanan keperawatan yang bertugas
24 jam memantau kondisi pasien rawat inap satu per satu.
Akibat keterbatasan itu kemungkinan kelalaian petugas jaga
sangat bisa terjadi, terutama pada pemantauan kondisi cairan
infus pasien. Dalam tugasnya memantau kondisi infus pasien
biasanya perawat harus memeriksa kondisi infus pasien tiap
waktu yang telah diperkirakan sebelumnya, sehingga perawat
harus mondar-mandir memeriksa keadaan dari infus pasien.
Melihat kenyataan yang ada, maka pada tugas akhir ini
dibuat suatu sistem monitoring cairan infus secara terpusat yang
dapat mengontrol laju cairan infus pasien berbasis
mikrokontroler AtMega8535 dengan metode pengontrolan
proposional-derivatif dan dapat memberikan informasi
mengenai kondisi cairan infus pasien aktual kepada petugas
medik
secara terpusat menggunakan Radio frekuensi
YS1020UB sebagai sarana komunikasi antara mikrokontroler
dengan komputer.

Maka pada tugas akhir ini akan dibuat sebuah alat berbasis
mikrokontroler yang dapat mengotrol kestabilan tetesan cairan
infus pasien dan dapat memberikan informasi kondisi cairan
infus pasien secara realtime secara terpusat kepada petugas
medik di suatu rumah sakit.
II. DASAR TEORI
Dasar teori dari makalah monitoring cairan infus secara
terpusat ini mencakup:
A. Infus
Infus cairan intravena ( intravenous fluids infusion ) adalah
pemberian sejumlah cairan kedalam tubuh, melalui sebuah
jarum, kedalam sebuah pembuluh vena (pembuluh balik)
untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan
dari tubuh.

B. Komponen Sistem Infus


Infus terdiri dari beberapa komponen utama yaitu :
Kata kunci cairan infus, laju cairan, Atmega8535, kontrol 1) Botol infus : merupakan wadah dari cairan infus, biasa
proposional-derivatif, Rf YS1020UB
dijumpai dijual dalam tiga ukuran 500mL, 1000mL dan
1500mL .
I. PENDAHULUAN
2) Selang infus : merupakan sarana tempat mengalirnya
Seiring perkembangan zaman saat ini dan meningkatnya
cairan infus .
keperluan manusia akan suatu sistem yang dapat berkerja 3) Klem selang infus : merupakan bagian untuk mengatur
secara otomatis dan handal dalam membantu pekerjaan
laju aliran dari cairan infus, dengan mempersempit atau
manusia dalam kehidupan sehari-hari, meliputi berbagai
memperlebar jalur aliran pada selang.
bidang kehidupan seperti bidang Industri, pangan, komunikasi, 4) Jarum infus : Sarana masuknya cairan infus dari selang
olah raga, pelayanan publik, kesehatan dan berbagai bidang
infus menuju pembulu vena.
lainnya.
Seringkali dalam suatu rumah sakit jumlah pasien tidak
seimbang dengan jumlah petugas mediknya, khususnya pada
bagian pelayanan keperawatan yang bertugas 24 jam
memantau kondisi pasien rawat inap satu per satu. Akibat
keterbatasan itu kemungkinan kelalaian petugas jaga sangat
bisa terjadi, terutama pada pemantauan kondisi cairan infus
(1)
(2)
pasien. Dalam tugasnya memantau kondisi infus pasien
biasanya perawat harus memeriksa kondisi infus pasien tiap
waktu yang telah diperkirakan sebelumnya, sehingga perawat
harus mondar-mandir memeriksa keadaan dari infus pasien.
(3)
(4)
Gambar 1.komponen-komponen sistem infus
Apabila terjadi masalah pada infus seperti selang infus
macet atau cairan infus habis, petugas jaga tidak
C. Prinsip Kerja Sistem Infus
mengetahuinya sebelum ada laporan dari kerabat yang
Prinsip kerja dari cairan infus sama seperti sifat dari air
menjaga pasien.
yaitu mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih
rendah dipengaruhi oleh gaya grafitasi bumi sehingga cairan

akan selalu jatuh kebawah. Pada sistem infus laju aliran infus
diatur melalui klem selang infus, jika klem digerakan untuk
mempersempit jalur aliran pada selang maka laju cairan akan
menjadi lambat ditandai dengan sedikitnya jumlah tetesan
infus/menit yang keluar dan sebaliknya bila klem digerakan
untuk memperlebar jalur aliran pada selang infus maka laju
cairan infus akan menjadi cepat ditandai dengan banyaknya
jumlah tetesan infus/menit.

Photodioda merupakan salah satu contoh photodetektor,


yaitu sebuah alat opto elektronika yang dapat mengubah
cahaya datang menjadi besaran listrik. Photodioda adalah
suatu alat yang dibuat yang berfungsi berdasarkan
kepekaannya terhadap cahaya. Photodioda adalah komponen
elektronika dengan sambungan P-N yang dirancang untuk
beroperasi dengan bias mundur (reverse bias).

Gambar 4. Rangkaian bias mundur pada photodioda

F. LED Infra-Merah
Dioda infra-merah atau biasa disebut LED infra-merah
adalah sebuah komponen yang terbuat dari solid-state
Germanium Arsenide yang memancarkan sinar radiasi
(cahaya) ketika diberi tegangan bias maju (forward bias).
Gambar 2. Ilustrasi cara kerja infus pasien

D. Pengendali Proposiona Derivatif


Pengendali PD adalah suatu sistem pengendali yang
merupakan gabungan antara pengendali proporsional dan
derivatif. Dalam waktu kontinyu, sinyal keluaran pengendali
PD dapat dirumuskan sebagai berikut :

G. Komparator
Komparator merupakan rangkaian elektronik yang dapat
membandingkan suatu input dengan referensi tertentu untuk
menghasilkan output berupa dua nilai yaitu high dan low.
Suatu komparator mempunyai dua masukan yang terdiri dari
tegangan acuan (Vreferensi) dan tegangan masukan (Vinput)
serta satu tegangan ouput (Voutput).

(1)
atau
(2)

Gambar 5. Simbol komparator


(2.2)

dengan

u(t )

= sinyal keluaran pengendali PID

KP

= konstanta proporsional

Td

= waktu turunan

= konstanta turunan

d
e (t )

H. Inverter Schmitt Triger


Inverter schmitt triger adalah rangkaian penguat dimana
outputnya mempunyai perbedaan fasa
dengan inputnya
dan memiliki dua threshold voltage, yaitu threshold voltage
ketika inputnya adalah transisi turun, dan threshold voltage
lain untuk input yang naik.

= sinyal kesalahan (ref-output)

Jadi, fungsi alih pengendali PD (dalam domain s) dapat


dinyatakan sebagai berikut.

Gc (s) = K p + K d s

(3)

Gambar 3. Diagram blok pengendali PID.

E. Sensor Photodioda

Gambar 6. Histerisi voltage treshold

I. Radio frekuensi YS1020UB


RF YS-1020UB merupakan modul komunikasi yang sangat
aman, mempunyai 8 kanal dengan frekuensi yang berbeda,
frekuensi yang digunakan pada sistem ini adalah 433 Mhz.
Jarak jangkauan komunikasi sekitar 800 meter pada baudrate
9600 bps dan maksimum 2000 meter dengan baudrate 1200
bps.
Gambar 9. Desain mekanik (a) penggerak dan (b) penjepit selang infus

2)

Sistem

Minimum

AVR

ATMega8535
Gambar 7. Modul RF YS-1020UB

III. PERANCANGAN
Perancangan alat pada tugas akhir ini
meliputi
perancangan perangkat keras dan perancangan perangkat
lunak.
A. Perancangan Perangkat Keras
Perancangan perangkat keras pada sistem monitoring cairan
infus secara terpusat meliputi mikrokontroler ATmega8535,
sensor tetesan cairan infus, rangkaiaan komparator, rangkaian
anti-bounching, LCD, motor servo, radio frekuensi YS1020UB, komunikasi serial K125R dan rangkaian catu daya
yang digunakan berasal dari trafo sedangkan untuk bagian
radio frekuensi penerima menggunakan su mber tegangan
yang berasal dari usb yang terdapat pada laptop.

Gambar 10. Alokasi port pada mikrokontroler

Penggunaan (alokasi) port mikrokontroler yang digunakan.


PA.0-PA.7 digunakan keypad matriks 4x4, PA0-PA3 sebagai
input dan PA.4-PA.7 sebagai output . Port B yang digunakan
hanya satu port yaitu PB.0 sebagai port yang diberikan
masukan dari output pengkondisi sinyal pembacaan sensor
tetesan cairan infus.
Port C digunakan untuk menampilkan data ke LCD
sedangkan port D yang digunakan hanya tiga port yaitu PD.0
dan PD.1 port yang digunakan sebagai komunikasi serial Tx
dan Rx dari RF YS-1020UB. Lalu PD.5 dihubungkan dengan
pwm dari motor servo.

Gambar 8. Diagram blok sistem monitoring cairan infus secara terpusat

1) Desain Mekanik
Sistem monitoring cairan infus secara terpusat ini memiliki
bagian berupa pengontrol dari jumlah tetesan cairan infus,
pada bagian inilah yang terdapat mekanik yang mengantikan
fungsi dari klem infus. Terdiri dari dua bagian yaitu bagian
penggerak penjepit selang infus dan bagian penjepit selang
infus.
Bagian penggerak penjepit selang infuse ini terdiri dari
motor servo posisi yang telah dimodifikasi agar dapat
melakukan gerakan menutup dan membuka.
Sedangkan bagian penjepit selang infus merupakan bagian
pengganti dari klem infus, berfungsi untuk mempersempit
dan memperlebar jalur aliran infus, dengan mempersempit
jalur aliran infus akan mengakibatkan jumlah tetesan cairan
infus akan semakin berkurang dan begitu pula sebaliknya
semakin lebar jalur aliran infus maka semakin banyak jumlah
tetesan cairan infus.

3)

Sensor Tetesan Cairan Infus


Sensor pendeteksi tetesan cairan infus ini terdiri dari satu
buah LED infra merah dan sensor photodioda, LED inframerah digunakan sebagai pemancar sedangkan photodioda
digunakan sebagai penerima, sensor ini berkerja pada
tegangan 3,5 -5 Volt.

Gambar 11. Rangkaian sensor tetesan cairan infus

1) Program utama
4) Rangkaian Komparator
Bagian utama dari rangkaian komparator ini adalah ic
LM339 ic ini memiliki empat buah komparator dengan empat
output, pada rangkaian ini yang digunakan hanya satu
komparator saja, yaitu komparator no 2.
rangkaian
komparator ini dibutuhkan karena sinyal keluaran dari sensor
tetesan tidak dapat menghasilkan tegangan yang dapat dibaca
oleh mikrokontroler yaitu logika high dan low.

Program utama adalah program yang menggambarkan


secara keseluruhan dari program yang dijalankan
mikrokontroler dan dapat dilihat pada flowchart berikut ini :

Gambar 12. Rangkaian komparator

5)

Rangkaian Anti-Bouncing
Rangkaian anti bouncing ini terdiri dari bagian untama yaitu
ic 74HC14, ic ini terdiri dari 6 buah inverter dengan schmitt
trigger, tapi pada rangkaian ini yang digunakan hanya 1
inverting Schmitt trigger. Tegangan Vcc yang diberikan
sebesar 5 Volt, sedangkan untuk Vin berasal dari keluaran
rangkaian komparator.

Gambar 15. Flowchart program utama

C. Perancangan Perangkat Lunak Pada Komputer


Pembuatan perangkat lunak pada komputer dibuat dengan
menggunakan software MS Visual C# 2010 dan perancangan
dari aplikasi monitoring kondisi infus pasien pada komputer
secara keseluruhan dapat dilihat pada flowchart berikut ini :

Gambar 13. Rangkaian anti-bouncing

B. Perancangan Perangkat Lunak Pada Mikrokontroler


Bahasa pemograman mikrokontroler yang digunakan adalah
bahasa C dengan kompiler CodeVisionAVR versi 2.03.9. dan
metode kontrol yang digunakan untuk aplikasi ini adalah
kontrol Proporsional Derivatif (PD). Berikut ini blok diagram
yang menjadi acuan dalam perancangan program.

Gambar 16. Flowchart aplikasi monitoring kondisi infus


Gambar 14. Diagram blok system control cairan infus

Berikut desain dari aplikasi monitoring kondisi infus pasien


pada komputer :

2) Pengujian Pengkondisi Sinyal


Terdapat dua rangkaian pengkondisi sinyal sensor yaitu
rangkaian komparator dan rangkaian anti-bouncing .
a) Rangkaian Komparator
Pengujian pertama dilakukan tanpa menghubungkan
komparator dengan Vout sensor, dan diukur tegangan Vout
komparator pada Rref berbeda dengan Vref 4,7 dan
didapatkan data sebagai berikut :
TABEL I
NILAI VOUT KOMPARATOR

Gambar 17. Desain aplikasi monitoring kondisi infus pasien

Setelah desain aplikasi dibuat maka dilakukanlah


pemograman terhadap komponen-komponen toolbox pada
desain tersebut sesuai dengan rancangan yang program yang
ditampilkan pada flowcahart program utama.
IV. PENGUJIAN DAN ANALISA
Pengujian dan analisa dilakukan pada perangkat keras dan
perangkat lunak dari tugas akhir monitoring cairan infus ini.
A. Pengujian Perangkat Keras
Pengujian perangkat keras dilakukan untuk membuktikan
bahwa perangkat keras tersebut dapat berkerja dengan baik.
1) Pengujian Sensor Tetesan Infus
Untuk pengujian dilakukan dengan cara memberi sekat
kertas diantara photodioda dan LED-IR dan diukur
tegangannya dan didapatkan data sebagai berikut :

Gambar 18. Ilustrasi pengujian sensor tetesan infus

Saat disekat tegangan output sensor = 4,7V


Saat tidak disekat tegangan output sensor = 1,73V
Dari data yang didapatkan menunjukan bahwa sensor tersebut
dapat berkerja dengan baik.

No
1
2
3
4
5

R referensi
3,6 Kohm
10,55 Kohm
20,6 Kohm
30,04 Kohm
50,6 Kohm

Tegangan keluaran
0,45 V
0,476 V
3,32 V
3,32 V
3,31 V

Pengujian kedua dilakukan dengan memberi komparator


tegangan masukan dari Vout sensor dan dicarai nilai Rref
yang ideal untuk menghasilkan logika high dan low dan
didapatkan data sebagai berikut:
Rref = 12, 39 Kohm
Vref = 4,7 V (catu daya)
Vin saat mendeteksi
= 4,8 V
Vin tidak mendeteksi
= 1,73
Vout saat mendeteksi
= 3,4 V
Vout tidak mendeteksi
= 0, 16 V
Dari data Vout komparator menunjukan komparator dapat
berkerjan dengan baik yaitu jika Vin>Vref = Vout High dan
jika Vin<Vref = Vout Low.
b) Rangkaian Anti-bouncing
Pengujian rangkaian anti bouncing ini dilakukan dengan
mengukur tegangan keluaranya, dan didapatkan data sebagai
berikut:
Vout rangkaian anti-bouncing saat tidak terhubung
dengan output dari komparator = 0,21 V
Vout rangkaian anti-bouncing saat terhubung dengan
output komparator = 4,04 V
Vout saat mendeteksi = 0,12
Vout saat tidak mendeteksi
= 4,7 V
Dari data yang didapat menunjukan bahwa rangkaian antibouncing ini memang sebuah rangkaian inverting schmitt
trigger yang memiliki dua voltage treshold.
B. Pengujian Perangkat Lunak
1) Pemilihan kontrol Proposional Derivatif
Pemilihan jenis kontrol tidak akan lepas dari pemodelan
dari suatu sistem, pada pengontrol tetesan cairan infus ini
pemodelan sistem akan digunakan sebagai patokan untuk
menentukan untuk memilih jenis kontrol yang digunakan.

Gambar 21. grafik tetes infus dengan SP=5tetes/menit


Dari pengujian selama 1 jam diperoleh data pada tampilan
LCD berupa jumlah tetesan infus aktual, dari data tersebut
dapat diketahui rata-rata jumlah tetesan/menit

Gambar 19. Sistem kontrol cairan infus

Setelah melakukan pemodelan sistem maka didapatkanlah


hasil akhir berupa fungsi alih sebagai berikut :
Q( s)
K
=
Co ( s )
S

Gambar 22. Data infus pada LCD dengan SP 5

(4)

Fungsi alih tersebut merupakan model intregrator dengan


proses reverse, berarti plan ini termasuk dalam model
IPDT(Intregrating Plus Dead Time) dengan sifat prosesnya
reverse.

rata - rata tetes nfus/menit

rata - rata tetes nfus/menit

Jumlah infus pada LCD


Waktu yang digunakan
300 tetes
=
= 5 tetes/men it
60 menit
=

SP = 50 Tetes/Menit

Gambar 20. Relasi antara Co dengan qout pada plan


pengontrol cairan infus (proses reverse).
Dari gambar dapat dijelaskan bahwa sistem pengontrol
cairan infus ini bila diberi sinyal kontrol dengan nilai tetap
maka akan menghasilkan nilai qout(laju cairan) yang makin
lama makin menurun lajunya ditandai dengan berkurangnya
jumlah tetes infus.
Model IPDT fluida biasanya dapat dikontrol dengan kontrol
P atau PD. Pada pengujianya didapatkan hasil yang lebih baik
ketika menggunakan kontrol PD dibanding kontrol P saja,
Sehingga pengontrolan cairan infus digunakan kontrol PD.
2)

Pengujian Kontrol Proposional dan Derivatif


Setelah melakukan uji coba maka didapatkan setting
dengan nilai KP = 0,03 dan KD = 1 dengan menggunakan
nilai inilah pengontrolan infus akan di-setting. Pada makalah
hanya akan dibahas dua pengujian yaitu dengan set point 5
tetes/menit dan 50 tetes/menit

SP = 5 Tetes/Menit
Pada pengujian 5 tetes/menit dapat dilihat pada gambar 21
tetesan infus cendrung stabil dalam waktu yang lama, hal ini
dikarenakan laju aliran infus yang sangat lambat yang yang
mengakibatkan terjadinya perubahan ketinggian dari cairan
infus tidak terjadi dalam waktu yang cepat sehingga jumlah
tetesan infus cendrung stabil dalam waktu yang lama.

Gambar 23. Grafik tetes infus SP=50tetes/menit


Pada pengujian 50 tetes/menit dapat dilihat pada gambar
tetesan infus cendrung tidak stabil dalam waktu yang lama, ini
dikarenakan perubahan ketinggian dari cairan infus terjadi
dalam waktu yang cepat sehingga grafik cendrung berosilasi .

Gambar 24. Data infus pada LCD dengan SP 50 tetes/menit


Dari data pada LCD maka dapat diketahui
3070tetes
rata - rata tetes nfus/menit =
= 50,32 tetes/menit
61 menit

3) Pengujian Aplikasi Monitoring kondisi Infus Pasien Pada


Komputer
Pada aplikasi ditampilkan data berupa sisa infus, data
sisa infus ini penting karena menginformasikan kepada
petugas medik untuk mengganti infus bila telah habis. Untuk
mengetahui kepresisian data sisa infus, maka dilakukan
dengan membandingkan pengukur berat infus dengan data
yang tertampil pada aplikasi monitoring.

TABEL II
PERBANDINGAN DATA BERAT INFUS

No

Pada Aplikasi

Berar bersih

konversi

1
2

464 ml

470 gram

460, 78 ml

378 ml

385 gram

377,45 ml

254 ml

260 gram

254,9 ml

193 ml

195 gram

191,17 ml

Keterangan : Diketahui 1 ml infus = 1,02 gram


Berat bersih = berat pada timbangan berat botol

Penggunaan sensor tambahan yang dapat mendeteksi


ketinggian cairan infus pada botol infus akan memberikan
informasi yang lebih akurat mengenai kondisi cairan infus
aktual pada botol untuk pusat monitoring.
Untuk menambah tingkat keamanan penggunaan dari
sistem monitoring cairan infus ini dapat dilakukan dengan
menambahkan sensor yang dapat mendeteksi gelembung
udara pada selang infus .
Pada satu bangsal biasanya terdapat banyak pasien
sehingga dapat dikembangkan dengan membuat banyak
pengontrol cairan infus tetapi hanya menggunakan satu
pasang Rf YS1020UB saja.
Monitoring
juga
dapat
dikembangkan
dengan
mengkombinasikan monitoring kondisi pasien yang lain
seperti panas tubuh dan detak jantung pasien.

Konversi
Dari pengujian error yang terjadi berkisar 1-4 ml, ini
mungkin disebabkan penggunaan timbangan berat biasa yang
kurang akurat tetapi data yang tertampil pada aplikasi masih
layak untuk menginformasikan sisa infus yang sebenarnya.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perancangan, analisis dan pengujian pada
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Kontrol proposional derivatif dapat menghasilkan
pengontrolan yang baik adalah dengan nilai KP 0,03 dan
KD 1.

Pengaruh yang terjadi bila memperbesar nilai KP


lebih dari 0,03 akan menyebabkan pergerakan membuka
dan menutup pengontrol cairan infus menjadi cepat dan
sebaliknya bila terlalu kecil dari 0,03 pengontrol cairan
infus menjadi sangat lambat.
Pengaruh yang terjadi bila memperbesar nilai KD lebih
dari 1 akan menghasilkan error yang steady pada titik
tertentu yang jauh dari nilai set point, Sedangkan bila
terlalu kecil dari 1 akan membuat sulitnya grafik tetesan
untuk stabil dan terjadi banyak osilasi.
Semakin besar nilai set point tetes infus/menit yang
digunakan maka perubahan ketinggian cairan infus akan
cepat mengalami perubahan dan perubahan ketinggian
yang cepat akan berpengaruh pada jumlah tetesan cairan
infus.

Set point infus/menit memiliki range dari


1 tetes/menit 50 tetes/menit, dari pengujian tanpa
umpan balik didapatkan bahwa tetesan dengan range 1
tetes/menit 15 tetes/menit akan lebih lama stabil
dibandingkan range 16 tetes/menit 50 tetes/menit.
B. Saran
Sebagai masukan guna pengembangan lebih lanjut dari
tugas akhir ini, maka penulis memberikan beberapa saran
sebagai berikut :
Untuk dapat membandingkan keunggulan metode
pengontrolan tetesan infus/menit ini dapat dilakukan
dengan menggunakan plan yang sama tetapi dengan
metode kontrol yang berbeda seperti pengontrolan dengan
menggunakan metode fuzzy.

DAFTAR PUSTAKA
[1]

[2]
[3]
[4]
[5]
[6]

[7]
[8]
[9]
[10]
[11]

Bejo, Agus, C&AVR Rahasia Kemudahan Bahasa C dalam


Mikrokontroler ATMega8535. Penerbit Graha Ilmu,
Yogyakarta 2008.
Kusyati, Eni, Ketrampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan
Dasar. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta 2006.
Ogata, Katsuhiko, Teknik Kontrol Automatik Jilid 1, Diterjemahkan
Oleh Ir. Edi Leksono, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1994.
Oppenheim, Alan V. , Willsky, Alan S, Sinyal dan Sistem, edisi ke 2 ,
Penerbit Erlangga, Jakarta 2000.
Setiawan, Iwan, Kontrol PID untuk Proses Industri, Elex Media
Komputindo, Jakarta, 2008
Wardhana L, Belajar Sendiri Mikrokontroler AVR Seri ATMega8535
Simulasi, Hardware, dan Aplikasi, Penerbit Andi,
Yogyakarta, 2006.
----------, ATmega 8535 Data Sheet, http://www.atmel.com, Januari
2010.
----------, Code Vision AVR Data Sheet, http://www.hpinfotech.com,
Maret 2011.
----------, 74HC/HCT14 Hex inverting schmitt trigger Data Sheet,
http://www.alldatasheet.com,Oktober 2010.
----------, LM339 Data Sheet, http://www.alldatasheet.com,Oktober
2010.
----------, Quad Single Supply Comparators Data Sheet,
http://www.alldatasheet.com,Oktober 2010.

BIODATA MAHASISWA
Abdy Muslim (L2F 309 012)
Saat ini sedang melanjutkan studi
pendidikan strata I di Jurusan Teknik Elektro,
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Konsentrasi Kontrol.

Mengetahui dan mengesahkan,


Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II

Iwan Setiawan, ST, MT


Budi Setiyono, ST, MT
NIP.197309262000121001 NIP.197005212000121001
Tanggal:____________
Tanggal: ___________

Anda mungkin juga menyukai