Anda di halaman 1dari 35

PROTEKSI SALURAN DISTRIBUSI

PROTEKSI SALURAN

Klasifikasi Saluran
Tehnik dan Peralatan Proteksi
Dasar Koordinasi dan Kriteria Setting
Proteksi Jaringan Radial
Proteksi Jaringan Loop
Proteksi dengan Relay Jarak
Back-up Protection

KLASIFIKASI SALURAN

KLASIFIKASI SALURAN
1. Saluran Distribusi (umumnya radial, atau feeder)
Tegangan Sub Transmisi 70 kV
Tegangan Menengah 20 kV
Tegangan Rendah 380 / 220 volt
2. Saluran Transmisi (umumnya loop)
Tegangan 70 kV
Tegangan 150 kV
Tegangan 275 kV
Tegangan 500 kV
3. Saluran auxilliary
Masuk ke proteksi generator

KRITERIA PROTEKSI
1. Saluran Distribusi (umumnya radial)
Penyulang-penyulang paling ujung harus paling cepat diisolir
Saluran distribusi harus agak lebih lambat
2. Saluran Transmisi (umumnya loop)
Gangguan harus diisolir secepat mungkin
Pada saat terjadi gangguan, hanya CB/PMT tertentu yang
harus mengisolir jaringan, sehingga seminimal mungkin
terjadi pemadaman
Untuk saluran udara, diprioritaskan ada sistem recloser
Proteksi harus memungkinkan saluran dibebani maksimum
selama waktu tertentu

TEHNIK DAN PERALATAN PROTEKSI

TEKNIK PROTEKSI YANG DIGUNAKAN


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Nondirectional instantaneous overcurrent


Nondirectional Inverse-time overcurrent
Nondirectional definite-time overcurrent
Directional instantaneous overcurrent
Directional Inverse-time overcurrent
Directional definite-time overcurrent
Current Balance
Directional Distance instantaneous atau inverse time
Pilot protection dengan kanal komunikasi

PERALATAN UNTUK MENGISOLIR


GANGGUAN
1.
2.
3.
4.
5.

Circuit Breaker/PMT - Fuse


Disconnecting Switch (DS)
Automatic Circuit Recloser
Sectionalizer
Coordinating Time Interval, terdiri atas
CB, pemutus gangguan: orde waktu 2 8 cycle
Waktu kerja relay: orde waktu puluhan milisecond
Time delay sebagai safety margin

CONTOH KOORDINASI DAN PERALATAN


PENGISOLIR
PROTEKSI SATU ARAH

H
5

Contoh Koordinasi Dan Peralatan Pengisolir


Proteksi 2 arah dengan directional relay

Contoh Koordinasi Dan Peralatan Pengisolir


Proteksi 2 arah dengan directional distance relay

Proteksi Jaringan Distribusi

Dasar Koordinasi dan


Kriteria Setting

PENGATURAN PROTEKSI
Relay Proteksi di Gardu G untuk memproteksi saluran GH
Permasalahan relay jarak pada daerah batas, bisa overreach atau underreach
Relay jarak pada G harus bekerja cepat untuk mengisolir gangguan di saluran GH,
karena relay jarak di G berfungsi sebagai proteksi zone-1
Gangguan di F1 adalah daerah zone-1nya relay G, sedangkan gangguan F2 adalah
gangguan eksternal dan harus diamankan oleh proteksi yang lain (proteksi HS)
Namun karena jaraknya berdekatan, sehingga relay G sulit membedakan gangguan di
F1 atau F2
Solusi: time delay atau kanal komunikasi

CONTOH PENYETELAN RELAY INSTANTANEOUS


Kriteria CB 5 pada gardu G
1. Set pada k x IF maksimum daerah proteksi, k umumnya 1.1 1.3
2. Jika setelan ini > IF maksimum pada gangguan yang dekat (IN), maka non
directional instantaneous bisa digunakan
3. Jika setelan ini < IF maksimum pada gangguan yang dekat (IN), maka
directional instantaneous harus digunakan, atau naikkan setelannya

PENYETELAN RELAY
1. Penyetelan Gangguan Fasa Time OCR
Relay ini biasanya digunakan untuk proteksi kapasitas termal dari
saluran
relay harus tidak bekerja pada arus beban maksimum jangka pendek
(ISTM-short time maximum current) dan arus transient akibat switching
CB
Biasanya pick-up relay diberi margin 1.25 1.5 kali ISTM
2. Penyetelan Gangguan Tanah Time OCR
Relay harus tidak bekerja karena zero sequence unbalance current
Biasanya setelan relay lebih rendah dari relay fasa, umumnya tap 0.5
1.0 cukup memadai.
3. Penyetelan Gangguan Fasa/Tanah Instantaneous OCR
Waktu kerja instant antara 15 50 msec
Tidak boleh overreach dengan relay proteksi lain

PROTEKSI JARINGAN RADIAL

Gardu Distribusi dengan 2 Sumber


Kriteria CB 5 pada gardu G

PENYULANG DENGAN 1 SUMBER

Rele pada sisi sumber :


Zone Proteksi primer (utama):
Antara PMT, fuse ke beban M dan ke recloser M
Zone Back up (Cadangan):
Antara fuse beban M dan bus beban M
Antara recloser R ke Fuse P, S dan W
Recloser R :
Zone primer (utama):
Antara recloser dan fuse pada beban P,S dan W.
Zone Backup (cadangan)
Antara fuse pada P, S ,W dan bus beban masing2
Fuse pada bermacam beban :
Zone proteksi primer (utama):
Antara fuse beban dan bus beban masing-masing
Zone backup (cadangan):
Antara masing-masing bus beban dengan beban

Contoh Koordinasi pada Penyulang dengan 1 Sumber

PENYETELAN RELE
1. Sumber dari 115 kV melalui trafo 115/13.09 kV kapasitas 15/20/25 MVA
Beban maksimum pada 25 MVA = 25000 /(3 x 115) = 125.5 pada 115
kV
Dipilih fuse 125 E, yang bekerja sekitar 600 detik pada arus 250 A.
250 A pada 13 kV = 250 x 115/13.09 = 2196 A
Lihat koordinasinya
2. Arus gangguan di 13 kV
Gangguan 3fasa: 7652 A
Gangguan fasa-tanah: 7765 A
3. Penyulang
Beban penyulang lihat gambar
Gangguan di titik 2, 3, 4 dan 5 lihat gambar
Dipilih fuse 65T dan 100T
Arus beban maksimum 250 A
Diplilih recloser yang bekerja pada arus fasa 560 A (2x lebih sedikit),
untuk gangguan tanah diset 280 A (separuh dari fasa)

PENYETELAN RELE
4. CB pada 13 kV
Arus maksimum lewat CB = 330 A, pilih CT 400/5 A sehingga arus sekunder adalah
4.13 A
OCR extremely inverse time, pilih tap 9, arus = 9x80 = 780 A, 2x lebih sedikit dari
330 A.
OCR tanah pilih tap 4, yang pickup pada 320 A. CTI diatas recloser kira-kira 0.2
detik.
5. Setelan instantaneous
Pilih k=1.2, yang tidak bekerja pada gangguan di titik 2, pickup fasa 7357 A, dan
tanah 6990 A.
Instantaneous unit bisa juga disetel untuk gangguan pad titik 3 (5374 A fasa dan
4763 tanah), pada k=1.2
Namun perlu dipastikan fuse tidak rusak. 100T fuse akan rusak pada arus sekitar
5000 A setelah sekitar 30 msec. jadi fuse akan terbakar sebelum CB membuka,
sehingga fuse tidak bisa digunakan.
Fuse bisa digunakan pada recloser yang bekerja pada instan curve, sehingga sistem
kembali normal tanpa fuse harus diganti
Sectionalizer bisa digunakan untuk mengisolir gangguan permanen, setelah 2x
recloser beroperasi. Sectionalizer bekerja pada saat tidakada arus.

Contoh Koordinasi pada Penyulang dengan 1 Sumber

PERTIMBANGAN PRAKTIS KOORDINASI


RELAY DISTRIBUSI
1. Pertimbangan praktis tentang proteksi distribusi sangat bervariasi
diantara para penyedia jaringan distribusi. Bahkan PLN-pun menganut
pertimbangan praktis yang berbeda, karena adanya perbedaan
pentanahan di sistem 20 kV yang dimiliki PLN.
2. Jika dianut penggunaan relay instantaneous, perlu adanya judgment
untuk menyeimbangkan antara mencegah terjadinya gangguan permanen
yang disebabkan oleh gangguan yang sebenarnya bersifat temporary.
3. Bila pembangkit disambungkan melalui salah satu penyulang,
kemungkinan besar pembangkit tersebut juga akan ikut trip karena
gangguan di dekatnya. Cek contoh proteksi radial sebelumnya.

Pembangkit skala kecil (distributed generator) dan sumber lain


yang terhubung ke jaringan distribusi
1. Secara detail proteksi generatornya akan dibahas dalam bab proteksi pembangkit.
2. Karena pada umumnya distributed generator kapasitasnya sangat kecil, kemungkinan
besar relay arah tidak perlu digunakan, mengingat sumbangan arus dari sistem
distribusi akan masih jauh sangat besar.
3. Sebagian besar penyedia jaringan distribusi, tidak lagi menggunakan teknologi fuse,
mengingat banyaknya komplin karena adanya kerusakan peralatan elektronik.
Sementara, masih ada yang mengkombinasikan fuse dengan relay instantaneous
dengan penyetelan rendah. Relay instantaneous yang diset tinggi memberikan
clearing yang cepat atas adanya gangguan yang menyebabkan arus gangguan besar,
yang akan mengurangi risiko kerusakan pada peralatan.
4. Recloser akan sangat bermanfaat untuk secepatnya recovery sistem setelah adanya
gangguan temporer. Degradasi waktu yang dipakai, biasanya 15 cycles, 15 detik dan
150 detik.
5. Penggunaan programmable relay ataupun digital relay akan sangat membangtu
beberapa skema koordinasi relay, maupun penggunaan sistem recloser.

PROTEKSI JARINGAN LOOP

KOORDINASI RELAY PADA SISTEM LOOP (1)

Rele arah

1.
2.
3.
4.

Gangguan 3 fasa
Baris pertama arus gangguan
Maksimum
Baris kedua arus gangguan
Minimum
Kondisi minimum adalah
Pembangkit di J dan L melayani
Beban rendah

KOORDINASI RELAY PADA SISTEM LOOP (2)


1. Penyetelan untuk relay fasa.
2. Penyetelan relay gangguan tanah, mirip contoh sebelumnya, hanya
menggunakan data gangguan fasa tanah. Tap relay digunakan tap relay
sebesar 1.5 kali dari tap pada relay fasa.
3. Relay arah dipasang pada PMT no 1, 3, 4, 6, 8, 9 dan 10 dengan setiap unit
arah melihat ke arah saluran (bekerja bila arah arus gangguan menuju
saluran).
4. Koordinasi relay searah jarum jam.
a. Relay di 3 harus berkoordinasi dengan relay di 5 dan 8
b. Relay di 8 harus berkoordinasi dengan relay di 10 dan 12
c. Relay di 10 harus berkoordinasi dengan relay di 1, 2 dan 3

5. Koordinasi relay berlawanan arah jarum jam.


a. Relay di 4 harus berkoordinasi dengan relay di 9 dan 12
b. Relay di 9 harus berkoordinasi dengan relay di 5 dan 6
c. Relay di 6 harus berkoordinasi dengan relay di 1, 2 dan 4

Terlihat bahwa kedua loops tidak independent, saling bergantungan


penyetelan / koordinasi relaynya.

KOORDINASI RELAY PADA SISTEM LOOP (3)

1.
2.
3.
4.

Gangguan 3 fasa
Baris pertama arus gangguan
Maksimum
Baris kedua arus gangguan
Minimum
Kondisi minimum adalah
Pembangkit di J dan L melayani
Beban rendah

KOORDINASI RELAY PADA SISTEM LOOP (4)


1. Pada contoh ini sirkit lain adalah relay pada PMT 1, 2, 5 dan 12 serta
pembangkit pada bus J dan L.
2. Untuk simplifikasi, asumsi penyetelan adalah sbb.:..
a. Relay fasa PMT 1: relay pilot yang waktu operasinya tidak melebihi 0.06
detik
b. Relay fasa PMT 5: operating time maksimum pada gangguan 26 adalah
0.24 detik
c. Relay fasa PMT 12: operating time maksimum pada gangguan 37 adalah
0.18 detik
d. Relay fasa PMT 2: operating time maksimum pada gangguan 12 adalah
0.21 detik
3. Dalam menyetel relay mengikuti/dalam suatu loop best practice adalah
dicoba men-set untuk gangguan terdekat kurang dari 0.20 dan minimal
0.20 detik plus CTI untuk gangguan di bus yang jauh.
4. Dimana relay saluran mencakup juga bus yang jauh mempunyai operating
time lebih dari 0.20, penyetelannya harus merupakan jumlah dari waktu
maksimum tersebut ditambah CTI. Dalam contoh ini CTI diambil 0.3 detik.
5. Koordinasi relay dipilih mulai dari relay di PMT 3.

KOORDINASI RELAY PADA SISTEM LOOP (5)

KOORDINASI RELAY PADA SISTEM LOOP (6)

1. Mulai dari relay 3.


2. ISTM = 200 A, maka Tap CT bisa digunakan 250/5. Aus beban maksimum = 200/5 = 4 A di
sekunder. Pilih tap 6, yaitu 6x50 A = 300 A, atau 1.5 kali ISTM
3. Untuk gangguan 26 yaitu bus terjauh, relay 3 waktu operasinya minimal 0.24 + 0.30 = 0.54
detik, dengan asumsi bahwa relay 6 yang memprotek gangguan 26 beroperasi pada 0.24
detik.
4. Relay 3 merasakan arus gangguan maksimum sebesar 1064.6 A, atau 1064.6/300 = 3.55 kali
pickup current, dari kurva time dial 1 memberikan operating time 0.58 detik.
5. Pada gangguan minimum di 26 dengan arus 1021.4/300 = 3.4 kali, bekerja dalam 0.61 detik.
6. Pada maksimum close in di 12, bekerja dalam 0.18 detik (5495.7/300 = 18.32 kali)
7. Pada minimum gangguan ujung saluran di 26 A, bekerja dalam 0.54 detik (1106.6/300 = 3.69
kali), ini tidak perlu diperhatikan,mengingat untuk itu, PMT 6 akan bekerja, dengan relay arah di
3, gangguan di bus 12 relay 3 tidak perlu bekerja

KOORDINASI RELAY PADA SISTEM LOOP (7)

1. Mulai dari relay 8.


2. ISTM = 150 A, maka Tap CT bisa digunakan 200/5. Aus beban maksimum = 150/40 = 3.75 A
di sekunder. Pilih tap 5, yaitu 5x40 A = 200 A, atau 1.33 kali ISTM
3. Dengan relay 3 beroperasi 0.61 detik pada gangguan minimum di 26, relay 8 harus tidak
bekerja lebih dari 0.61 - 0.30 = 0.31 detik, pada gangguan di 26. Waktu kerja relay 10 tidak
diketahui, tetapi untuk sisa relay pada bus L, relay 8 untuk gangguan di 37 harus minimal
bekerja pada 0.18 + 0.30 = 0.48 detik.
4. Gangguan maksimum terdekat di 26 adalah 4384 memberikan tap = 4384/200=21.9.
sedang untuk gangguan bus jauh 37, memberikan tap= 1481.8/200 = 7.41. Dari kurva TD 2
memberikan waktu 0.35 detik untuk gangguan dekat di 26 dan 0.56 detik untuk
gangguanjauh di 37. ini tidak memberikan koordinasi waktu yang baik (hanya beda 0.21
detik).
5. Kembali ke relay 3 dan naikkan TD ke 1.5 dan ini merubah waktu kerja menjadi 0.25 detik
untuk gangguan dekat dan 0.85 detik untuk gangguan jauh yang maksimum. Ini memberikn
0.5 detik lebih lama dari relay 8.

KOORDINASI RELAY PADA SISTEM LOOP (8)

1. Mulai dari relay 10.


2. ISTM = 150 A, maka Tap CT bisa digunakan 200/5. Aus beban maksimum = 150/40
= 3.75 A di sekunder. Pilih tap 5, yaitu pick up pada 5x40 A = 200 A, atau 1.33 kali
ISTM
3. Untuk gangguan dekat di 37, memberikan 4210.4/200 = 5.14 kali. Batas relay 10
adalah kurang dari (0.56-0.30 =0.26 pada gangguan dekat, dan lebih lama dari
(0.25 + 0.30) = 0.56 detik. TD = 1.5 memberikan koordinasi tersebut.

KOORDINASI RELAY PADA SISTEM LOOP (9)


1. Angka-angka akan membingngkan, oleh karena itu koordinasi relai diringkaskan pada
gambar di bawah.
2. Relay pada bus H diulang-ulang untuk menggambarkan koordinasi relay.
3. Angka dalam kurung adalah waktu kerja pada arus minimum pada gangguan jauh dan
gangguan pada ujung saluran.
4. Jika generator tidak beroperasi pada bus J dan L untuk kondisi minimum, tidak ada arus
mengalir lewat PMT 10 dan 6 untuk gangguan bus jauh.
5. Ini berubah setelah relay 4 atau 3 membuka, yang membuat arus gangguan 12d dan 12a,
yaitu gangguan di ujung saluran.
6. Ini adalah penting untuk memastikan bahwa relay bereaksi terhadap gangguan ujung
saluran ini, kalau tidak gangguan tersebut tidak akan dibebaskan.

Anda mungkin juga menyukai