Gout Athritis
Gout Athritis
A. Definisi
Menurut American College of Rheumatology, gout adalah suatu penyakit dan potensi
ketidakmampuan akibat radang sendi yang sudah dikenal sejak lama, gejalanya biasanya
terdiri dari episodik berat dari nyeri infalamasi satu sendi. Gout adalah bentuk inflamasi
arthritis kronis, bengkak dan nyeri yang paling sering di sendi besar jempol kaki. Namun,
gout tidak terbatas pada jempol kaki, dapat juga mempengaruhi sendi lain termasuk kaki,
pergelangan kaki, lutut, lengan, pergelangan tangan, siku dan kadang di jaringan lunak dan
tendon. Biasanya hanya mempengaruhi satu sendi pada satu waktu, tapi bisa menjadi semakin
parah dan dari waktu ke waktu dapat mempengaruhi beberapa sendi. Gout merupakan istilah
yang dipakai untuk sekelompok gangguan metabolik yang ditandai oleh meningkatnya
konsentrasi asam urat (hiperurisemia).
Secara umum asam urat adalah sisa metabolisme zat purin yang berasal dari makanan
yang kita konsumsi. Purin sendiri adalah zat yang terdapat dalam setiap bahan makanan yang
berasal dari tubuh makhluk hidup. Dengan kata lain, dalam tubuh makhluk hidup terdapat zat
purin ini, lalu karena kita memakan makhluk hidup tersebut, maka zat purin tersebut
berpindah ke dalam tubuh kita. Berbagai sayuran dan buah-buahan juga terdapat purin. Purin
juga dihasilkan dari hasil perusakan sel-sel tubuh yang terjadi secara normal atau karena
penyakit tertentu
Gout dapat bersifat primer, sekunder, maupun idiopatik. Gout primer merupakan akibat
langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan atau akibat penurunan ekskresi asam
urat. Gout sekunder disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebihan atau ekskresi
asam urat yang berkurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat-obatan tertentu
sedangkan gout idiopatik adalah hiperurisemia yang tidak jelas penyebab primer, kelainan
genetik, tidak ada kelainan fisiologis atau anatomi yang jelas.
B. Etiologi
Hiperurisemia primer adalah kelainan molekular yang masih belum jelas diketahui.
Berdasarkan data ditemukan bahwa 99% kasus adalah gout dan hiperurisemia primer. Gout
primer yang merupakan akibat dari hiperurisemia primer, terdiri dari hiperurisemia karena
penurunan ekskresi (80-90%) dan karena produksi yang berlebih (10-20%). Hiperurisemia
karena kelainan enzim spesifik diperkirakan hanya 1% yaitu karena peningkatan aktivitas
de novo
Kedua, penurunan pemakaian ulang menyebabkan peningkatan jumlah PRPP yang
tidak dipergunakan. Peningkatan jumlah PRPP menyebabkan biosintesis de novo
meningkat.
Ketiga, kekurangan enzim HPRT menyebabkan hipoxantine tidak bisa diubah
kembali menjadi IMP, sehingga terjadi peningkatan oksidasi hipoxantine menjadi
asam urat.
Gout sekunder dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu kelainan yang menyebabkan
C. Faktor resiko
Hiperurisemia (konsentrasi asam urat dalam serum yang lebih besar dari 7,0 mg/dl) dapat
menyebabkan penumpukan kristal monosodium urat. Peningkatan atau penurunan kadar asam
urat serum yang mendadak mengakibatkan serangan gout. Apabila kristal urat mengendap
dalam sebuah sendi, maka selanjutnya respon inflamasi akan terjadi dan serangan gout pun
dimulai. Apabila serangan terjadi berulang-ulang, mengakibatkan penumpukan kristal
natrium urat yang dinamakan tofus akan mengendap dibagian perifer tubuh seperti ibu jari
kaki, tangan, dan telinga.
Pada kristal monosodium urat yang ditemukan tersebut dengan imunoglobulin yang
berupa IgG. Selanjutnya imunoglobulin yang berupa IgG akan meningkat fagositosis kristal
dengan demikian akan memperlihatkan aktivitas imunologik.
akut yang terjadi pada pangkal ibu jari kaki. Namun, gejala-gejala tersebut dapat juga terjadi
pada sendi lain seperti tumit, lutut dan siku. Dalam kasus encok kronis, dapat timbul tofus
(tophus), yaitu endapan seperti kapur pada kulit yang membentuk tonjolan yang menandai
pengendapan kristal asam urat
F. Diagnosis
Gold standard dalam menegakkan gout arthritis adalah ditemukannya kristal urat MSU
(Monosodium Urat) di cairan sendi atau tofus. Untuk memudahkan diagnosis gout arthritis
akut, dapat digunakan kriteria dari ACR (AmericanCollege Of Rheumatology) tahun 1977
sebagai berikut :
-
G. Diagnosis Banding
Pseudogout, Artritis Septik, Artritis Rheumatoid
H. Pemeriksaan penunjang
-
LED, CRP
Radiologi sendi
I. Tatalaksana
Terapi Farmakologi
Obat penurun asam urat (OPA) harus dipertimbangkan pada pasien dengan 1 atau
lebih tophi, sama dengan atau lebih dari 2 kali serangan pertahun, penyakit ginjal kronis/PGK
(stadium 2 atau lebih) atau pasien dengan riwayat kencing batu (urolithiasis). Penggunaan
OPA direkomendasikan dengan memberikan allopurinol atau febuxostat; sedangkan
probenecid direkomendasikan sebagai terapi alternatif lini pertama jika allopurinol atau
febuxostat dikontraindikasikan atau tidak ditoleransi pasien. OPA dapat dimulai pada saat
serangan gout akut, kadar asam urat darah dimonitor setiap 2-5 minggu selama titrasi OPA
dan setiap 6 bulan setelah target laboratorium (<6 mg/dL) telah tercapai.
Dosis awal Allupurinol jangan melebihi 100 mg/hari dan pasien dengan PGK stadium
4 atau lebih harus diberikan dosis awal 50 mg/hari. Dosis selanjutnya dititrasi/disesuaikan
setiap 2 - 5 minggu untuk mencapai target yang diinginkan dan dapat ditingkatkan hingga
lebih dari 300 mg/hari asalkan pasien diedukasi dan dimonitor efek samping yang mungkin
timbul.
OAINS, colchicine atau kortikosteroid oral. Dosis rekomendasi untuk kortikosteroid oral
termasuk prednisone dan prednisolone adalah 0,5 mg/kg/hari untuk 5-10 hari atau 2-5 hari
dengan dosis tersebut diikuti 7-10 hari penurunan dosis secara bertahap sebelum dihentikan.
Alternatif lain adalah dengan suntikan intramuskuler tunggal dengan triamcinolone 60 mg
yang dapat dilanjutkan dengan pemberian prednisolone atau prednisone oral. Injeksi
triamcolone acetonide bermanfaat pada pasien yang sulit menelan atau memiliki kepatuhan
yang buruk dengan pemberian sediaan oral.
Jika pasien dengan serangan gout akut tidak mengalami perbaikan nyeri sekurangnya
20 % dalam waktu 24 jam atau sekurangnya 50 % setelah lebih dari 24 jam dengan terapi
farmakologi, dosis alternatif haruslah dipertimbangkan. Jika diagnosis gout telah dipastikan,
maka terapi harus diganti atau ditambahkan obat kedua.
Colchicine dapat dimulai dengan dosis 0,5-0,6 mg 1-2 kali sehari, jika pasien tidak
dapat mentoleransi dengan pemberian colchicine maka prednisone atau prednisolone dosis
rendah dapat diberikan dengan dosis 10 mg/ hari. Terapi profilaksis dapat dilanjutkan hingga
6 bulan. Untuk pasien tanpa tophi, terapi profilkasis dapat dihentikan pada bulan ke 3 setelah
target asam urat darah tercapai. Untuk pasien dengan tophi dan target asam urat darah telah
tercapai, terapi profilaksis dapat dihentikan setelah 6 bulan
Terapi non-farmakologi
Berikut ini contoh-contoh tindakan yang dapat berkontribusi dalam menurunkan
kadar asam urat:
DAFTAR PUSTAKA
Dincer, H. Erhan; 2002. Asymptomatic hyperuricemia: To treat or not to treat. Cleveland
Clinic Journal Of Medicine Vol. 69 No. 8
Doherty, Michael; 2009, New insights into the epidemiology of gout, Available from:
rheumatology.oxfordjournals.org [Accessed May 17, 2011]
Haris, Zakiah K .2005. Pengetahuan dan Perilaku Ibu Rumah Tangga Mengenai Arthritis
Gout. Majalah Kedokteran Indonesia, Volum: 55
Luk A J and Simkin PA. 2005. Epidemiologi of Hyperuricemia and Gout, The American
Journal of Managed Care, Vol 11, : 11 : 435 442.
Michael CA., Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Jakarta, EGC, Edisi 4,
1995: 1243 7
Misnadiarly, Asam Urat Hiperurisemia - Arthritis Gout, Jakarta, Pustaka Obor Populer,
2007: 9 92
Murray RK, Granner DK, Mayesh PA, Rodwell VW. Biokimia Harper. Jakarta:
EGC;1995.h.401-11