PENDAHULUAN
Infeksi Saluran Napas Bawah Akut (ISNBA) masih menjadi masalah
kesehatan yang utama terutama di negara-negara berkembang dan menimbulkan
angka kesakitan dan kematian yang tinggi. ISNBA dapat dijumpai dalam berbagai
bentuk, tersering adalah pneumonia. Pneumonia merupakan proses infeksi akut yang
mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Juga bisa didefinisikan peradangan yang
mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus
respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan
pertukaran gas setempat dengan gejala-gejala batuk, demam dan sesak nafas. 1,2,3,5
Secara klinis pneumonia dapat diklasifikasikan sebagai suatu peradangan paru
yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit, dan lain-lain).
Secara anatomis pneumonia dapat diklasifikasikan sebagai pneumonia lobaris,
pneumonia
segmentalis,
dan
pneumonia
lobularis
yang
dikenal
sebagai
Pemeriksaan foto polos thoraks merupakan salah satu pemeriksaan penunjang dalam
menegakkan diagnosis pneumonia. Gambaran yang berbeda dari thorax dapat
diperoleh dengan merubah orientasi relatif tubuh dan arah pancaran x-ray.1,2
BAB II
LAPORAN KASUS
1.1
1.2
IDENTITAS
Nama
: Ny. S
Usia
: 59 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pendidikan Terakhir
: SD
Pekerjaan
Status
: Menikah
Alamat
: Rengasdengklok, Karawang
: Sunda / Islams
: 00595939
Tanggal Masuk
: 2 Juli 2015
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan di bangsal rengasdengklok pada tanggal 17 Juni 2015
secara autoanamnesis.
Keluhan Utama
Demam sejak 3 minggu SMRS.
Keluhan Tambahan
Menggigil, batuk, keringat dingin, nafsu makan menurun, nyeri kepala, nyeri
ulu hati, berat badan menurun, mual, muntah, sesak, BAB hitam.
Riwayat Lingkungan
Pasien mengaku di lingkungan tempat tinggalnya tidak ada yang
mengalami hal serupa.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan di bangsal Rengasdengklok pada tanggal 3 Juli
2015.
KU
Kesadaran
Status Gizi
Tanda Vital
- Nadi
: 72 x/menit reguler
- Pernapasan
- Suhu
: 37,4o C
- TD
: 120/80 mmHg
Mata : Konjungtiva anemis (-)/(-), sklera ikterik (-)/(-), sekret (-)/(-), pupil
isokor dengan diameter 3 mm/3 mm, RCL (+)/(+), RCTL (+)/(+), ptosis (-)/(-),
nistagmus (-) /(-), lagoftalmus (-)/(-)
Telinga, Hidung,Tenggorokan
Telinga :
- Inspeksi :
Preaurikuler : hiperemis (-)/(-)
Postaurikuler : hiperemis (-)/(-), abses (-)/(-), massa (-)/(-)
Liang telinga : lapang, serumen (+)/(+), otorhea (-)/(-)
Hidung :
- Inspeksi : deformitas (-), kavum nasi lapang, sekret (-)/(-), deviasi septum (-)/
(-), edema (-)/(-)
- Palpasi : nyeri tekan pada sinus maksilaris (-)/(-), etmoidalis(-)/(-), frontalis(-)/
(-)
Tenggorokan dan rongga mulut :
- Inspeksi :
Lidah : pergerakan simetris, plak (-)
Palatum mole dan uvula simetris pada keadaan diam dan bergerak, arkus
faring simetris, penonjolan (-)
Tonsil : T1/T1, kripta (-)/(-), detritus(-)/(-), hiperemis (-)
Dinding anterior faring licin, hiperemis (-)
Pursed lips breathing (-), karies gigi (-), kandidisasis oral (-)
Leher
Tiroid dan KGB tidak teraba membesar
Tidak terdapat peningkatan JVP
Trakea teraba di tengah dan tidak ada deviasi
Thoraks
- Paru
Inspeksi : penggunaan otot bantuan nafas (-)/(-), retraksi sela iga (-/-), bentuk
dada normal, pergerakan kedua paru simetris statis dan dinamis
Palpasi : ekspansi dada simetris, vocal fremitus menguat pada lapang paru
dextra, pelebaran sela iga (-)/(-)
Perkusi :
Redup pada lapang paru dextra, Sonor pada lapang paru sinistra
Batas paru hati : pada garis midklavikula kanan sela iga V
Batas paru lambung : pada garis aksilaris anterior kiri sela iga VIII
Auskultasi : suara nafas vesikuler (+/+), wheezing (+/-), ronki (+/-)
- Jantung
Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : pulsasi ictus cordis teraba pada 1 cm di medial linea midklavikula
sinistra ICS V, thrill (-)
Perkusi : batas jantung kanan pada ICS IV linea sternalis dekstra, batas
jantung kiri pada ICS V linea midklavikula sinistra.
Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : datar, ikterik (-), venektasi (-), smiling umbilicus (-), caput
medusae (-), sikatriks (-).
Auskultasi : BU (+) normal
Palpasi : supel, nyeri tekan epigastrium (+), massa (-), Hepar tidak teraba,
Lien tidak teraba. Ballotement (-).
Perkusi : timpani, shifting dullnes (-), nyeri ketok CVA (-)/(-)
Ekstremitas
Atas
: Akral teraba hangat, sianosis (-), CRT < 2 detik, edema (-)/(-),
Bawah
deformitas (-)
: Akral teraba hangat, sianosis (-), CRT < 2 detik, edema (-)/(-),
deformitas (-)
1.4
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan hematologi tanggal 2 Juli 2015 di IGD
Parameter
Hemoglobin
Leukosit
Trombosit
Hematokrit
Ureum
Creatinin
Glukosa darah sewaktu
LED
Hasil
11,1 g/dl
5,99 x103/L
98 x 103/L
32,6 %
22,5 mg/dl
0,4 mg/dl
140 mg/dl
Nilai Rujukan
13,0-18,0 g/dl
3,80-10,60 x103/L
150-440 x103/L
40,0-52,0 %
15,0-50,0 mg/dl
0,60-1,10 mg/dl
<140 mg/dl
Foto
: Thorax PA
Deskripsi
Kesan
: - Pneumonia Lobaris
- Susp TB Paru
1.5
DIAGNOSIS KERJA
Pneumonia
Suspek TB Paru Dextra
7
1.6
DIAGNOSIS BANDING
Atelektasis
Tumor paru
1.7 PEMERIKSAAN TAMBAHAN
1.8 PENATALAKSANAAN
IVFD Asering 20 tpm
Inj. Ceftizoxime 2 x 1 g
Inj. Ranitidin 2 x 1 amp
Inj. Ondansetron 3 x 1 amp
Paracetamol 3 x 500 mg iv
1.9 FOLLOW UP
Subyektif
Objektif
Abdomen :
Datar, supel, BU +, shifting dullness (-), NT (-)
Extermitas :
Hangat ++/++, oedema --/-Analisa
Pneumonia
Susp. TB Paru dextra
Planning
Subyektif
Objektif
Hasil
10,3 g/dl
4,99 x103/L
71 x 103/L
29,5 %
80 mm/jam
Nilai Rujukan
13,0-18,0 g/dl
3,80-10,60 x103/L
150-440 x103/L
40,0-52,0 %
0-20 mm/jam
Pneumonia
Susp. TB paru Dextra
Planning
1.10
PROGNOSIS
Ad Vitam
: ad bonam
Ad Functionam
: dubia ad bonam
Ad Sanationam
: dubia ad bonam
10
BAB III
ANALISIS KASUS
Keluhan utama pasien adalah demam sejak 3 minggu sebelum masuk
rumah sakit. Disertai dengan keluhan tambahan berupa Menggigil, batuk,
keringat dingin, nafsu makan menurun, nyeri kepala, nyeri ulu hati, berat
badan menurun, mual, muntah, sesak, BAB hitam. Keluhan demam dapat
disebabkan infeksi pada paru yang menghasilkan reaksi inflamasi. Batuk pada
pasien terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, batuk diperlukan untuk
membuang produk-produk radang keluar. Nyeri ulu hati dan adanya riwayat
BAB hitam ini dapat disebabkan oleh perdarahan saluran cerna bagian atas,
kemungkinan
besar
pasien
mengalami
perdarahan
spontan
akibat
11
BAB IV
PNEUMONIA
A. Anatomi Paru-paru
Paru-paru merupakan organ yang berbentuk kerucut, letaknya
didalam rongga dada (thorax). Kedua paru-paru saling terpisah oleh
mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar,
setiap paru-paru mempunyai apeks dan basis.2,3
Paru-paru kanan dibagi 3 lobus : lobus superior, lobus medius, dan
lobus inferior. Paru-paru kanan terbagi lagi atas 10 segmen : pada lobus
superior terdiri atas 3 segmen yakni segmen pertama adalah segmen apical,
segmen kedua adalah segmen posterior, dan segmen ketiga adalah segmen
anterior. Pada lobus medius terdiri atas 2 segmen yakni segmen keempat
adalah segmen lateral, dan segmen kelima adalah segmen medial. Pada lobus
inferior terdiri atas 5 segmen yakni segmen keenam adalam segmen apical,
segmen ketujuh adalah segmen mediobasal, segmen kedelapan adalah
segmen anteriobasal, segmen kesembilan adalah segmen laterobasal, dan
segmen kesepuluh adalah segmen posteriobasal.2,3
Paru-paru kiri terbagi 2 lobus : lobus superior dan lobus inferior.
Paru-paru kiri terdiri dari 8 segmen : pada lobus superior terdiri dari segmen
pertama adalah segmen apikoposterior, segmen kedua adalah segmen
anterior, segmen ketiga adalah segmen superior, segmen keempat adalah
segmen inferior. Pada lobus inferior terdiri dari segmen kelima segmen
apical atau segmen superior, segmen keenam adalah segmen mediobasal atau
kardiak, segmen ketujuh adalah segmen anterobasal dan segmen kedelapan
adalah segmen posterobasal.2,3
B. Definisi Pneumonia
12
13
Masyarakat
Rumah Sakit
Strepcoccus pneumoniae
Mycoplasma pneumoniae
Haemophilus influenza
Legionella pneumophila
Chlamydia pneumoniae
Anaerob oral (aspirasi)
Adenovirus
Escherichia coli
Klebsiella pneumoniae
Pseudomonas aeruginosa
Staphylococcus aureus
E. Patogenesis
Dalam keadaan sehat pada paru tidak terjadi pertumbuhan mikroorganisme,
keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru. Apabila terjadi
ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, mikroorganisme dan lingkungan, maka
mikroorganisme dapat masuk, berkembang biak dan menimbulkan penyakit. Risiko
terjadinya infeksi pada paru sangat tergantung pada kemampuan mikroorganisme untuk
mencapai dan merusak permukaan epitel saluran napas. Ada beberapa cara
mikroorganisme untuk mencapai dan merusak permukaan saluran nafas :Inokulasi
langsung, penyebaran melalui pembuluh darah, inhalasi bahan aerosol, kolonisasi pada
permukaan mukosa. Terbanyak adalah kolonisasi. Predisposisi: influenza, alkoholisme,
gizi kurang. Komorbid: diabetes melitus, gagal ginjal , gangguan imunitas, PPOK. 2,5,7,8
F. Patologi Anatomi
Terdapat 4 stadium anatomi dari pneumonia lobaris, yaitu:5,6
a) Stadium kongesti, terdiri dari proliferasi cepat dari bakteri dengan
peningkatan vaskularisasi dan eksudasi yang serius, sehingga lobus yang
terkena akan berat, merah penuh dengan cairan. Rongga alveolar
mengandung cairan edema yang berprotein, neutrofil yang menyebar dan
banyak bakteri. Susunan alveolar masih tampak.
b) Stadium hepatisasi merah terjadi oleh karena rongga udara dipenuhi
dengan eksudat fibrinosupuratif yang berakibat konsolidasi kongestif yang
menyerupai hepar pada jaringan paru. Benang-benang fibrin dapat
mengalir dari suatu alveolus melalui pori-pori yang berdekatan.
14
seperti
16
sianosis. Penderita pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi yang
sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri.
c) Tanda pneumonia berupa retraksi, perkusi pekak, fremitus melemah,
suara napas melemah, dan ronki.
d) Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak ekskursi dada tertinggal di
daerah efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah,
suara napas tubuler tepat diatas batas cairan, friction rub, nyeri dada
karena iritasi pleura (nyeri berkurang bila efusi bertambah dan berubah
menjadi nyeri tumpul), kaku kuduk/meningismus (iritasi meningen tanpa
inflamasi) bila terdapat iritasi pleura lobus atas, nyeri abdomen (kadang
terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan
bawah).
I. Penegakan Diagnosis
Diagnosis klinis pneumonia bergantung kepada penemuan kelainan fisis
atau bukti radiologis yang menunjukkan konsuidasi. Klasifikasi diagnosis klinis
pada masa kini dilengkapi faktor patogenesis yang berperan (lingkungan,
pejamu). Diagnosis dan terapi pneumonia dapat ditegakkan berdasarkan kepada
riwayat penyakit yang lengkap, pemeriksaan fisis yang diteliti dan pemeriksaan
penunjang.
2,3,4
Gejala-gejala meliputi:
Gejala Mayor: 1.batuk
2.sputum produktif
3.demam (suhu>37,80c)
Gejala Minor: 1. sesak napas
2. nyeri dada
3. konsolidasi paru pada pemeriksaan fisik
4. jumlah leukosit >12.000/L
Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut
bagian atas selama beberapa hari, kemudian diikuti dengan demam, menggigil,
suhu tubuh kadang-kadang melebihi 40 C, sakit tenggorokan, nyeri otot dan
sendi. Juga disertai batuk, dengan sputum mukoid atau purulen, kadang-kadang
berdarah. Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagian yang sakit tertinggal
waktu bernafas, pada palpasi fremitus dapat mengeras, pada perkusi redup, pada
17
pasien:
bayi
(virus),
muda
(M.
pneumoniae),
dewasa
(S.pneumoniae)
c) Awitan; cepat, akut dengan rusty coloured sputum (S. pneumoniae);
perlahan dengan batuk, dahak sedikit (M. pneumoniae).
Pemeriksaan fisis
Presentasi bervariasi tergantung etiologi, usia dan keadaan klinis. Perhatikan
gejala klinis yang mengarah tipe kuman penyebab/patogenitas kuman dan
tingkat berat penyakit:
a) Awitan akut biasanya oleh kuman patogen seperti S. pneumoniae,
Streptococcus spp. Staphyloccus. Pneumonia virus ditandai dengan
mialgia, malaise, batuk kering dan nonproduktif. Awitan lebih insidious
dan ringan pada orang tua/imunitas menurun misalnya: Klebsiella,
Pseudomonas, Enterobacteriaceae, kuman anerob, jamur.
b) Tanda-tanda fisis pada tipe pneumonia klasik bisa didapatkan berua
demam, sesak napas, tanda-tanda konsulidasi paru (perkusi paru yang
pekak, ronki nyaring, suara pernapasan bronchial). Bentuk klasik pada PK
primer
berupa
bronkopneumonia,
pneumonia
lobaris
atau
umumnya
menandai
adanya
infeksi
bakteri;
leukosit
b)
c)
Silhouette sign (+) : untuk menentukan letak lesi paru ; batas lesi dengan
jantung hilang, berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di
lobus medius kanan.
d)
19
e)
f)
g)
a. Pneumonia lobaris
Terjadi pada seluruh atau satu bagian besar dari lobus paru. Pada foto thorax
PA tampak infiltrate di parenkim paru perifer yang semiopak, homogeny tipis
seperti awan, berbatas tegas, bagian perifer lebih opak di banding bagian
sentral.
Konsolidasi
parenkim
paru
tanpa
melibatkan
jalan
udara
20
Gambar 2. Pneumonia lobaris pada lobus kanan bawah (RLL) posisi PA lateral
(1)
(2)
21
b. Bronkopneumonia
Gambaran radiologis bronkopneumonia: mempunyai bentuk difus
bilateral dengan peningkatan corakan bronkhovaskular dan infiltrat kecil dan
halus yang tersebar di pinggir lapang paru. Bayangan bercak ini sering terlihat
pada lobus bawah.Tampak infiltrate peribronkial yang semi opak dan
inhomogen di daerah hilus yang menyebabkan batas jantung menghilang
(silhoute sign). Tampak juga air bronkogram, dapat terjadi nekrosis dan kavitas
pada parenkim paru. Pada keadaan yang lebih lanjut dimana semakin banyak
alveolus yang telibat maka gambaran opak menjadi terlihat homogen. 1,4
22
(1)
(2)
23
c. Round Pneumonia
Pneumonia ini sering terlihat pada infeksi di masa kanak-kanak dan dapat
menyerupai suatu massa dalam paru. Petunjuk untuk pola ini adalah adanya air
bronchogram di dalam bayangan opak. Round Pneumonia terjadi karena infeksi
mudah menyebar melalui foramen interalveolar. 1,4,5
24
d. Pneumonia interstitial
Pneumonia interstitial ditandai dengan pola linear atau retikuler pada parenkim
paru. Pada tahap akhir, dijumpai penebalan jaringan interstitial sebagai densitas
noduler yang kecil. Infiltrat interstitial, ditandai dengan peningkatan corakan
bronkovaskuler, peribronchial cuffing, dan hiperaerasi 1
e. Atypical pneumonia
25
26
Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA
Atelektasis
Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak
sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang
tidak mengandung udara dan kolaps. Memberikan gambaran yang mirip dengan
pneumonia tanpa air bronchogram. Namun terdapat penarikan jantung, trakea, dan
mediastinum ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal
space menjadi lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru
yang sakit. Sehingga akan tampak thorax asimetris. 1,4,5
27
Efusi Pleura
Memberi
gambaran
yang
mirip
dengan
pneumonia,
tanpa
air
28
keganasan, insufisiensi renal, penyakit saraf kronik, dan penyakit hati kronik, kebiasaan
merokok, pasca infeksi virus, keadaan imunodefisiensi, kelemahan atau kelainan struktur
organ dada dan penurunan kesadaran. Juga adanya tindakan invasive seperti infuse,
intubasi, trakeostomi atau pemasangan ventilator.
Etiologi pneumonia berbeda-beda pada berbagai tipe dari pneumonia dan hal ini
berdampak kepada obat yang akan diberikan. Mikroorganisme penyebab tersering adalah
bakteri S. Pneumoniae.
Gambaran radiologi pneumonia adalah konsolidasi rongga udara akibat rongga
udara alveolar terisi dengan eksudat inflamatorik yang disebabkan infeksi sehingga akan
menyebabkan peningkatan densitas paru dan tampak berwarna putih atau tampak sebagai
bayangan opak fokal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rasad, Sjariar. 2008. Radiologi Diagnostik, Edisi Kedua, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta
2. Aru W, Bambang, Idrus A, Marcellus, Siti S, ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II. Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM; 2007.
3. Price, Sylvia A., Wilso, Loraine M. 2008. Patofisiologi, Konsep klinis ProsesProses Penyakit, Buku II, edisi keempat. Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
4. Palmer, dkk. 2010, Petunjuk Membaca Foto untuk Dokter Umum, EGC, Jakarta
5. Wibisono, Jusuf M. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru, Balai penerbit FK
UNAIR, Surabaya
6. American thoracic society. Guidelines for management of adults with Guidelines
for the Management of Adults with Hospital-acquired, Ventilator-associated, and
Healthcare-associated Pneumonia. Am J Respir Crit.Care Med 2005; 171: 388-416.
30
7. Perhimpunan
Dokter
Paru
Indonesia.
2003.
Pedoman
Diagnosis
dan
2003.
Pedoman
Diagnosis
dan
Dokter
Paru
Indonesia.
31