Perbedaan
Ramuan
Ramuan
Fitofarmaka
Saintifikasi Jamu
(komposisi) Tidak ada batasan berapa
hendaknya terd
iri
dari
dapat
beberapa
terdiri
dari
simplisia,/sediaan
(lima)
simplisia/sediaan
galenik.
Simplisia
masing-
masing
tersebut
sekurang-kurangnya
berdasar
Dukungan
penelitian
dipertanggung
keamanan
dan
tersebut
harus
mencakup
berbagai
tahap
sistematik.
Tahap-
Penapisan
farmakologik
belum
aktivis
diperlukan
terdapat
bila
petunjuk
mengenai khasiat.
b. Bila
telah ada
mengenai
petunjuk
khasiat
maka
Sediaan
(formulasi).
6. Penapisan Fitokimia dan
Standarisasi Sediaan.
7 Pengujian klinik.
Sediaan
Sediaan Oral :
Serbuk ; Rajangan ; Kapsul
(ekstrak ) ; Tablet ( ekstrak )
; Pil ( ekstrak ) ; Sirup ;
Sediaan terdispersi ( emulsi /
suspensi ).
Sediaan Topikal :
Salep / Krim ( ekstrak ) ;
sebagai
program
Saintifikasi
ramuan
simplisia
kering
(untuk
dijadikan
jamu
godhogan),
Terstandar,
Linimenta
bentuk
Bedak ; Param.
uji
Suppositoria ( ekstrak ) ;
( ekstrak ) ;
bahan
Obat
Herbal
ekstrak
dalam
tanaman
tunggal,
Level
Phytopharmaceut
ical
pengembangan
obat
dari
tanaman
dan
senyawa
alam
lainnya sekarang
menjadi
daerah
yang signifikan
dari
penelitian
untuk
pengembangan
obat
baru
dengan
dasar
historis suara.
Can be reciped
by doctor
berupa
simplisia
yang
telah
terbukti
terstandarisasi
dengan
uji
klinik berjumlah
6
berupa
fitofarmaka.
Terdiri dari tidak
lebih
dari
bahan herbal
http://www.uel.ac.uk/study/courses/phytopharmaceuticals.htm
http://www.b2p2toot.litbang.depkes.go.id/v110606/index.php?
mod=menu.page&id_menu=106
khasiat
dan
lingkup
saintifikasi
jamu
diutamakan
untuk
upaya
ramuan
yang
tergabung
dalam
Asosiasi
ramuan
yang
tergabung
dalam
Asosiasi
dan
(3)
hanya
merupakan
tenaga
penunjang
dalam
Pasal 5
Saintifikasi Jamu.
Harus aman, sesuai dg MMI, farmakope indo dan harus dibuktikan
secara empiris.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 03/MENKES/PER/2010.
4. Apa saja tahapan2 scientifikasi jamu?
Keterangan:
Studi etnomedisin dan etnofarmakologi pada kelompok etnis
masyarakat tertentu.
- dapat diidentifikasi jenis tanaman,
- bagian tanaman yang digunakan ramuan tradisional yang
dipakai
maupun
yang
potensial
untuk
dilakukan
uji
manfaat
dan
keamanan.
Untuk formula yang sudah turun temurun dan terbukti aman,
maka dapat langsung pada tahap uji klinik fase 2 (WHO-TDR,
2005). Komnas SJ sepakat untuk uji klinik fase 2 dalam rangka
melihat efikasi awal dan keamanan, cukup menggunakan pre-
komplementer.
Hasil akhir uji klinik Saintifikasi Jamu adalah Jamu Saintifik, yang
menunjukkan bahwa Jamu uji mempunyai nilai manfaat dan
terbukti
aman.
Apabila
perusahaan
farmasi
akan
fitofarmaka
sesuai
dengan
peraturan
yang
berlaku.
Untuk formula jamu baru (bukan turun-temurun), maka tahapan
uji klinik sebagaimana obat modern tetap harus diberlakukan,
yakni uji pre-klinik, uji klinik fase 1, fase 2, dan fase 3. Namun
kesehatan formal.
Bentuk sediaan yang dapat dipakai sebagai
adalah
untuk
mendapatkan
bukti
ilmiah
tentang
Menko
Perekonomian
juga
meluncurkan
roadmap
dikeluarkan
peraturan
"Tinggal
bagaimana
para
akademisi,
peneliti
dan
sediaan
jamu
dan
adanya
inkubasi
teknologi.
Untuk
jamu
di
masyarakat,
baik
masyarakat
sebagai
mulai dirasakan,
dengan
suatu
terobosan
dengan
diterbitkannya
Permenkes
003/PERMEN/I/2010
berbasis pelayanan.
dokter praktik jamu se Jawa Bali, dan didapatkan 159 dokter dari
profesi seminat, dan sebanyak 76,9 % melakukan praktik dengan
obat tradisional atau jamu, sebagai alternatif
maupun sebagai
komplementer.
Meskipun pelayanan jamu sudah banyak digunakan oleh
tenaga kesehatan profesional , namun banyak tenaga profesional
kesehatan
yang
menyangsikan
terhadap
keamanan
dan
renstranya
mempunyai
Bina Yankestradkom,
cakupan
kab/kota
yang
alternatif
(SBR-TPKA)
dari
Kepala
Dinas
Kesehatan Propinsi.
d. Memiliki surat tugas sebagai tenaga pengobat komplementer
alternatif (ST-TPKA/SIK-TPKA) dari Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
PERATURAN
MENTERI
KESEHATAN
REPUBLIK
INDONESIA
faktor-faktor
lain
yang
secara
objektif
dapat
Hampir
memasukkan
sebagian
wanita
besar
hamil
uji
sebagai
klinik
subjek
obat
tidak
mengingat
masing-masing
1).pengobatan
Apasien
kelompok
memenuhi
pengobatan.
b. Rancangan silang/rancangan
design)
sama
dibandingkan
pengacakan
subjek
(Gambar
kriteria
(RCT-cross-over
pengobatan/perlakuan
ditentukan
secara
acak.
secara
Untuk
selang-seling
menghindari
yang
kemungkinan
yang
dapat
berakibat
fatal
dan
serius.Yang
perlu
yang
sama
dalam
mendapatkan
yang
sama
untuk
mendapatkan
obat
uji
atau
untuk
menghindari
bias
(pracondong)
pada
terhadap
proses
terapetik
yang
Sebagai
contoh
adalah
tekananndarah,
yang
utama
penilaian
adalah
penurunan
panas,
terjadi
tidak
tetapi
saja
juga
menilai
menilai
kemanfaatan
segi
suatu
keamanan
gagal) maka salah satu uji statistikanya adalah kai kuadrat (Chisquare). Untuk menguji ada tidaknya perbedaan angka rata-rata
(mean) antara 2 kelompok uji, maka digunakan uji-t (Students ttest). Metode statistika yang akan digunakan untuk analisis data uji
klinik harus sudah disiapkan saat pengembangan protokol, untuk
menghindari ketidaktepatan uji statistika dan interpretasi hasil.
Ganiswara,
S.G.,
Setiabudi,
R.,
Suyatna,
F.D.,
Elexmedia Computindo.
Katzung.1989.Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 3.EGC:
Jakarta.
8. Tahapan2 uji klinik?
IV
setelah
obat
dipasarkan
masih
dilakukan
studi
terapeutik
dan
pengalaman
jangka
panjang
dalam
hamil
karena
dapat
menyebabkan
kecacatan
janin.