ITS Undergraduate 17506 Paper
ITS Undergraduate 17506 Paper
BPA3
BT 4
BT 3
BT 2
BPA2
BT 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Desa Padi merupakan salah satu dari
beberapa desa yang termasuk wilayah
kecamatan Gondang, kabupaten Mojokerto.
Desa Padi berada di dataran tinggi yang sejuk.
Pada umumnya, sebagian besar mata
pencaharian masyarakat adalah petani, di
antaranya petani padi, palawija dan sayuran.
Untuk mencukupi kebutuhan para petani, di
Desa Padi terdapat Dam Padi Pomahan yang
berasal dari aliran sungai Pikatan dan
berfungsi sebagai pengairan irigasi
5.
6.
1.4
Batasan Masalah
1. Masalah kerusakan saluran yang akan
mempengaruhi debit tidak dibahas
2. Tidak dilakukan perhitungan secara detail
pada konstruksi sipil hanya sebatas
dimensi bangunan
3. Tidak dilakukan perhitungan secara detail
pada perangkat pembangkit
4. Perhitungan bangunan pembangkit hanya
menghitung satu bangunan saja
5. Tidak merencanakan pendistribusian
listrik
1.5
Manfaat
Rumusan Masalah
1. Berapa besar debit andalan yang dapat
direncanakan?
2. Berapa besar ketinggian (head) yang
dapat dimanfaatkan?
3. Berapa besar angkutan sedimen yang
diperbolehkan ?
4. Bagaimana desain bangunan pembangkit
yang sesuai untuk PLTMH tersebut?
5. Berapa besarnya daya listrik yang dapat
dihasilkan dari bangunan terjun (BT2BT4) pada saluran irigasi primer Padi
Pomahan?
6. Bagaimana
analisa
ekonomi
dari
pembangunan PLTMH tersebut?
1.3
Tujuan
1. Dapat diketahui besar debit andalan yang
dapat digunakan
2. Dapat diketahui besar ketinggian (head)
yang dapat digunakan
3. Dapat diketahui besarnya angkutan
sedimen yang diperbolehkan
4. Dapat menentukan desain yang sesuai di
lokasi PLTMH tersebut
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Analisa Data
Debit yang tersedia merupakan debit pada
saluran irigasi. Pengaruh pola tanam dan alam
menyebabkan debit yang terjadi dapat berubah-ubah,
namun perubahan yang terjadi tidaklah besar. Sehingga
perlu diperhatikan untuk penyesuaian dari pola
penggunaan pembangkit listrik ke pola tanam yang
berlaku di daearah tersebut.
Debit andalan adalah debit yang dapat
diperhitungan untuk keperluan tertentu ( irigasi, air
minum, PLTA ) sepanjang tahun dengan resiko yang
telah diperhitungkan. Untuk data-data debit pada
saluran irigasi sebaiknya minimal selama 10 tahun dan
merupakan data terbaru.
Untuk penyajian data akan digunakan analisa
statistik sebagai gambaran dari kecenderungan
penyediaan debit selama satu tahun. Langkah-langkah
yang dilakukan adalah :
1. Merangking data dari urutan yang
terbesar sampai yang terkecil
2. Mencari selisih data terkecil dan
terbesar sebagai jarak data (R)
3. Mencari jumlah data (n)
4. Mencari jumlah kelas data (k)
K = 1 + 3,3 log n
5. Mencari kelas interval (i)
i=R/k
(2-3)
Heff
= tinggi efektif (m)
(O.F. Patty. Tenaga Air, Erlangga,
Jakarta, 1995)
2.3.
(2-6)
Q=
dimana :
x (b+zh)h
(2-7)
2.3.3.
Q
v
A
R
= debit (m3/dt)
= kecepatan aliran (m/dt)
= luas penampang (m2)
= jari-jari hidrolis (m)
2.3.4.
b
h
z
2.3.5.
(2-17)
(2-18)
= 1,95
= 0,2
(2-19)
(2-20)
2.3.5.
Analisa Sedimen
Dalam perencanaan PLTA salah satu yang perlu
diperhatikan adalah sedimen yang diijinkan masuk
melewati turbin. Batasan diameter sedimen ditentukan
menurut jenis PLTA yang akan direncanakan yaitu:
0,2 0,5 mm untuk PLTA tekanan rendah
0,1 0,2 mm untuk PLTA tekanan sedang
0,01 0,05 mm untuk PLTA tekanan tinggi
(O.F. Patty. Tenaga Air, Erlangga,
Jakarta, 1995)
Jadi air yang dimanfaatkan untuk PLTMH
maksimum memiliki diameter butiran sedimen sebesar
0,5 mm, karena PLTMH termasuk pada kategori PLTA
tekanan rendah.
2.3.7. Perencanaan bak pengendap
Bak pengendap diperlukan apabila besarnya
dimensi butir sedimen yang terangkut pada saluran
existing lebih besar daripada dimensi butir sedimen
maksimum yang diijinkan. Hal ini perlu diperhatikan
untuk melindungi turbin dari kerusakan akibat
sedimen. Untuk mengetahui ukuran butir sedimen yang
terkandung dalam aliran didapat dengan mengambil
(2-21)
(2-22)
(V) = L x B x h
Kontrol :
Waktu turun butir (t)
Volume Bak (V)
=
=Qxt
(2-23)
(2-24)
(2-25)
dimana :
d = diameter butir (mm)
a = 36 bila d > 1 mm
44 bila 1 mm > d > 0,1 mm
51 bila d < 0,1 mm
2.3.8. Perencanaan kantong pasir
Kantong penangkap pasir merupakan
bagian dari bak pengendap sedimen yang
berfungsi untuk menampung endapan sedimen
yang mengendap dalam bak pengendap sedimen.
Rumusan yang digunakan dalam perencanaan
dimensi kantong pasir adalah:
A = b.h
(2-27)
(2-28)
dimana:
A = luas penampang basah saluran (m2)
b = lebar dasar saluran (m)
h = ketinggian muka air (m)
v = kecepatan aliran air (m/detik)
i = kemiringan kantong pasir
Agar pembilasan dapat dilakukan
dengan baik maka kecepatan harus tetap
dijaga dalam kondisi sub kritis.
(2-29)
Dari diagram Camp efisiensi
kantong lumpur untuk berbagai diameter
sedimen dapat ditentukan, dengan panjang (L)
dan kedalaman air rencana (h), serta
kecepatan bak pengendap (v) , maka
kecepatan endap rencana dapat disesuaikan:
(2-30)
Untuk menghitung efisiensi
pembilasan dapat digunakan grafik efisiensi
pembilasan.
(2-34)
dimana:
D = diameter pipa pesat USBR
Qandalan = debit andalan (m3/dt)
v = kecepatan aliran (m/dt)
Diameter pipa yang didapat
disesuaikan dengan diameter yang
tersedia di pasar.
Selanjutnya diameter tersebut,
disesuaikan dengan nilai kecepatan
aliran air dalam pipa pesat yaitu dengan
rumus :
(2-35)
dimana:
v = kecepatan aliran dalam pipa pesat (m/dt)
Q = debit rencana (m3/dt)
A = luas penampang pipa (m2)
D = diameter (m)
b. Perencanaan tebal pipa pesat
Dalam penentuan tebal pipa pesat
diperhitungkan gaya akibat tekanan air
dalam pipa yang arahnya tegak lurus
aliran air. Perhitungan pipa pesat
dirumuskan :
o.
(2-36)
).(
Dengan :
s
.{(
) - } . baja
Gw =
. . . w
(2-40)
(2-41)
..t
(2-43)
(2-44)
(s
)
(2-45)
(2-46)
sn
a
.
= 0,5 sudut perletakan
Gs
(2-47)
ae
(2-49)
Perletakan
Baja
Besi Cor
Baja
Baja
Baja
Memakai roda
(rol) diatas baja
Beton/pasangan batu
Beton
Baja (tanpa pelicin)
Baja (dilicin dengan grafit)
Baja (dilicin dengan gemuk)
Koefisien
Gesek
0,45 0,5
0,5 0,75
0,3 0,5
0,2 0,22
0,12 0,15
0,05 0,1
(2-48)
(2-50)
= tekanan air
w .Heff (kg/m2)
(netto) (m)
= tebal pipa (m)
2.4.
= Koefisien profil
s
= Lebar profil dari arah aliran (m)
b
= Jarak antar profil saringan ( m )
v
= Kecepatan aliran ( m/dt )
g
= Gravitasi bumi, diambil 9,81 m/dt
Entrance Condition
Gate in thin wall unsuppressed
contraction
Gate in thin wall-bottom and side
suppressed
Gate in thin wall-corners rounded
Square cornered entrances
Stighly rounded entrances
Fully rounded entrance r/D 0.15
Circular bellmouth entrances
Square bellmouth entrances
Inward projecting entrances
Loss Condition Ke
Max. Min. Average
1.80
1.00
1.50
1.20
0.50
1.00
1.00
0.70
0.60
0.27
0.10
0.20
0.93
0.10
0.40
0.18
0.08
0.04
0.07
0.56
0.50
0.50
0.25
0.10
0.05
0.16
0.80
2,42
1,83
1,67
1,03
0,92
0,76
1,79
10
2.6.
(2-56)
( Ir. Angrahini M.Sc, Hidrolika)
dimana :
Hl= Kehilangan energi karena belokan pipa ( m)
V = Kecepatan aliran pada pipa ( m/dt )
g = Gravitasi bumi ( 9,81 m/dt )
Kb = Koefisien kehilangan energi yang nilainya
tergantung seperti pada dibawah ini
Tabel 2.5 Nilai koefisien pada belokan
Harga koefisien kehilangan tinggi energi
Bentuk
belokan
D
r/D 1
(b)
= tot . P . t
(2-57)
= t . g . tr . g . Q . Heff . t
(2-58)
(O.F. Patty.Tenaga Air,Erlangga,Jakarta, 1995)
dimana :
E
= Energi Listrik ( KWH )
P
= daya yang dihasilkan generator ( KW )
t = effisiensi turbin
g = effisiensi generator
tr = effisiensi transformator
g
= gravitasi bumi, diambil 9,81 m/dt
Q = Debit ( m/dt )
Heff = Tinggi jatuh efektif ( m )
t
= waktu ( jam )
2.6.2.
11
12
Analisa
debit
andalan
meliputi
perhitungan debit andalan yang dapat
dipakai untuk PLTMH ( Lihat pada bab
II 2.1).
o Menghitung kemampuan tenaga air
Kemampuan tenaga air dihitung untuk
mengetahui daya yang dihasilkan ( Lihat
pada bab II 2.2 ).
o Menentukan desain dan merencanakan
bangunan pembangkit
Kegiatan ini meliputi perhitungan dan
perencanaan pipa pesat, turbin, serta
estimasi head losses yang terjadi (Lihat
pada bab II 2.3).
o Menghitung besarnya kehilangan energi
Pada praktek di lapangan, head yang
tersedia mengalami kehilangan energi.
Kehilangan energi yang diperhitungkan
antara lain : kehilangan energi akibat
entrance, kehilangan energi akibat gesekan
sepanjang pipa, kehilangan energi akibat
belokan pipa ( Lihat pada bab II 2.4 ).
o Menghitung produksi listrik yang dapat
dihasilkan
Dari data-data yang sudah diolah akan dapat
dihitung produksi listrik yang dihasilkan dari
perencanaan PLTMH ini ( Lihat pada bab II
2.5 ).
o Menghitung perhitungan ekonomi
Untuk mengetahui apakah pembuatan
PLTMH tersebut layak untuk dilaksanakan
( Lihat pada bab II 2.6 ).
3.5. Kesimpulan dan Saran
Merupakan hasil dari analisa data,
perencanaan dan jawaban atas permasalahan yang
ada.
YES
Frekuensi
Komulatif
6
3,881
3,441
3,661
11
17
4,722
3,440
3,000
3,220
22
39
10,833
2,999
2,559
2,779
39
78
21,667
2,558
2,118
2,338
39
117
32,500
2,117
1,677
1,897
43
160
44,444
1,676
1,236
1,456
52
212
58,889
1,235
0,795
1,015
82
294
81,667
0,794
0,354
0,574
66
360
100,000
Frekuensi
Probabilitas
(%)
1,667
Duration Curve
4.5
3.5
NO
Meliputi :
- Bangunan Intake
- Saluran Pengarah (Head Race)
- Bak Pengendap (Settling Basin)
- Bak Penenang (Forebay)
- Pipa Pesat (Penstok)
- Turbin dan Generator
Nilai
Tengah
4,102
2.5
1.5
Q80
1,050
0.5
0
0
P = probabilitas
m = frekwensi komulatif data kelas
n = jumlah data total
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Probabilitas (%)
13
100
= 6,31 0,631
= 5,679m
Rating Curve
dimana :
Heff = tinggi jatuh efektif
Hbruto = tinggi bruto
Hlosses = tinggi kehilangan energi
0,7
0,6
0,5
dimana :
h
A
Q
14
A
2
(m )
0
0,6
1,2
1,8
2,4
3
P
(m)
R
(m)
6
6,2
6,4
6,6
6,8
7
0
0,097
0,188
0,273
0,353
0,429
Q
v
(m/dt) (m3/dt)
0,00
0,000
0,21
0,126
0,33
0,393
0,42
0,757
0,50
1,199
0,57
1,705
h (m )
0,4
0,37
0,3
0,2
0,1
1,05
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20
1,40
1,60
1,80
2,00
2,20
2,40
2,60
2,80
Q ( m3/dt )
3,00
3,20
h2
h
b
P
Maka :
v
= 1,05
= 1,02 m 1 m
= 2(1,02) = 2,04 m 2 m
= 2h + b
= 2(1) + 2 = 4 m
=
=
0,5
=
=
=
S
= 0,000144
Tabel 4.3. Data teknis saluran pengarah
= 0,382 m
Nilai debit yang melimpah didapat dengan
mengetahui debit tiap segmen sejarak x yang dihitung
dari hilir ke hulu bangunan pelimpah. Koefisien debit
() untuk mercu pelimpah harus diambil 5% lebih kecil
daripada koefisien untuk mercu tegak. Koefisien debit
() untuk pelimpah yang dipilih adalah 0,5. Nilai tinggi
mercu c diambil 0,17 m. Sehingga didapat perhitungan:
= 0,094 m3/detik
= 1,144 m3/detik
= 2,220 m2
= 0,3685 m
Dengan cara yang sama dapat disusun dalam tabel
dengan nilai Q0 dan h0 diganti dengan nilai Qx dan hx
perhitungan sebelumnya.
Tabel 4.4. Hasil perhitungan bangunan pelimpah
samping
15
= 0,480 m
= 1,95
= 1,95 x 0,480
= 0,936 m 1m
= 0,2
= 0,2 x 0,480
= 0,096 m 0,1 m
=
=
= 10,96 m 11m
16
Volume Bak
(V)
=LxBxh
= 11 x 4 x 1,46
= 64,24 m3
Kontrol :
Waktu turun butir
(t)
=
=
= 48,7 dt
Volume Bak
(V)
=Qxt
= 1,.050 x 48,7
= 51,14 m3 < 64,24 m3 OK
Kemiringan energi :
Luas penampang
(A)
=hxb
= 1,46 x 4
= 5,84 m2
Keliling penampang basah
(P)
= b + 2h
= 4 + (2 x 1,46)
= 6,92 m
Jari-jari hidrolis
(R)
=
Koefisien manning
(n)
= 0,015 (beton)
Kemiringan bak pengendap
(in)
=
=
Notasi
Nilai
Satuan
Debit rencana
1,050
m3 /dt
vn
0,18
m/dt
Kecepatan kritis
vcr
0,197
m/dt
11
1,46
64
m3
Kemiringan dasar
in
0,0000092
koefisien manning
0,015
= 0,015 (beton)
is
=
=
Notasi
Nilai
Satuan
bs
11
hs
0,175
Luas permukaan
As
0,525
m2
Kemiringan dasar
is
0,0027
koefisien manning
0,015
Konstruksi
= 0,0000092
Konstruksi
Parameter
Lebar kantong pasir
= 0,0027
17
V =
V =
V = 33,49 m3
dimana:
D
= diameter pipa pesat
Qandalan = debit andalan (m3/dt)
v
= kecepatan aliran (m/dtk)
Nilai diameter pipa baja yang diambil disesuaikan
dengan diameter yang tersedia di pasaran. Sehingga
diameter yang diambil adalah 30 inchi atau sebesar
0,762 meter. Sehingga kecepatan aliran dalam pipa
pesat yang terjadi adalah :
4.3.11.
= 0,17
18
= 1,17 m
Nilai MOL yang dipakai diukur dari muka air saat
debit minimum Qmin = 0,210 m3/detik yaitu 0,14 meter.
Sehingga perlu dicari nilai selisih dari ketinggian muka
air minimum dan muka air saat debit andalan, yaitu:
h = handalan - hmin
=1 0,33 = 0,67 meter
Sehingga jika diukur dari muka air debit andalan,
dibutuhkan ketinggian:
hMOL= h + MOL
= 0,67 + 1,17 = 1,84 meter
Elevasi muka air pada posisi pengambilan pipa
pesat adalah:
z1 (akibat pintu)
z = 0,16 meter
z2 (kemiringan saluran pengarah sebelum
drempel)
z = L . 0,000144
= 17 . 0,000144
= 0,00245 meter
z3 (akibat alat ukur drempel)
z
= 1/3 H
= 1/3 . 0,455
= 0,152 meter
z4 (kemiringan saluran pengarah setelah
drempel)
z = L . 0,000144
= 9 . 0,000144
= 0,0013 meter
. 0,
= 0,0001503 m
= 0,150 mm
Tebal pipa harus ditambah sekitar 1 3 mm
untuk cadangan karena karat pada pipa.
Syarat minimum tebal pipa perlu diperhatikan
dimana :
Sampai dengan diameter 0,8 m .... 5 mm
Sampai dengan diameter 1,5 m .... 6 mm
Sampai dengan diameter 2,0 m .... 7 mm
(O.F. Patty. Tenaga Air, Erlangga, Jakarta, 1995)
Sehingga diambil ketebalan pipa minimum yaitu 5
mm. Dengan penambahan penebalan pipa, sehingga
tebal pipa rencana didapat:
=5+3
= 8 mm
Sehingga memenuhi syarat pipa tipis, yaitu:
20
20
95,25
20 OK
d. Tegangan yang terjadi pada pipa pesat
d.1. Perletakan
Pada perletakan akan terjadi momen maksimum
yang terjadi karena berat dari pipa dan air
sepanjang jarak dari perletakan. Sehingga dari
perencanaan diusahakan agar nilai dari jarak
perletakan tidak akan memberikan tegangan yang
melebihi tegangan ijin baja.
Untuk berat pipa per meter adalah:
Gs = 0,25{(D+2) - D} . baja
= 0,25{(0,762+2 . 0,007) - 0,762} 7.850
= 132,753 kg/m
Untuk air per meter adalah:
Gw = 0,25 x D x w
= 0,25 x0,762 x 1.000
= 456,037 kg/m
Sehingga momen maksimum yang didapat adalah:
Gs + Gw) . ( b
M=
=
= 7.046,127 kgm
dimana :
M
B
Gs
w
Gw
baja
).(
(D)
D + 2)
D + 2)
(0,
0,
+ 2. 0,00 )
= 0,00322 m3
dimana :
S = Momen perlawanan (m3)
I
= Momen Inersia pipa (m4)
D = Diameter pipa (m)
kg/m2...OK
karena
perubahan
19
=
kg/cm2
kg/cm2..OK
dimana :
E = Modulus elastis baja (2,1. 106 kg/cm2)
= 1,2 . 10-5/C
t = perubahan temperatur (dianggap suhu di
kamar = 25C)
d.3. Pergeseran pipa dan perletakan
Pergeseran disebabkan karena terjadinya
pemuaian dan penyusutan pada bagian perletakan.
Sebelum mendapatkan nilai tegangan yang terjadi
perlu dicari nilai yang lain, yaitu:
Gaya geser pada perletakan
0,00
= 40.564
kg/m2
kg/m2 ..OK
dimana :
f = Faktor koefisien diambil sebesar 0,25
e = Lebar packing
Pa = Tekanan air = w .Heff (kg/m2)
= Tebal pipa (m)
d.6.Gaya tekan pada pipa sambungan
Tegangan pada pipa sambungan
diketahui, yaitu:
=
ini
dapat
=
= 11.358 kg/m2
= 293,992 kg
Luas tebal pipa
A=
=
= 0,0169 m2
Titik tangkap gaya geser
2R sin
a =R.
0,762
R
sin45
= 0,381 .
= 0,006 m
dimana :
F
f
A
a
S
D
kg/m2.....OK
dimana :
Pa
= Tekanan air = w .Heff (kg/m2)
(bruto) = 2 (netto) (m)
(netto) = Tebal pipa (m)
4.3.13. Perencanaan turbin
a. Pemilihan jenis turbin
Pada saat merencanakan jenis turbin,
faktor yang paling menentukan adalah besar
debit dan beda tinggi yang tersedia. Dengan
debit andalan sebesar 1,05 m3/dt dan tinggi
jatuh efektif 5,679 meter, maka jenis turbin
yang digunakan adalah Cross Flow T-15 500
yang memiliki spesifikasi dengan tinggi jatuh
efektif 5 100 meter dan debit 300 2.000
liter/detik.
F.a
kg/m2
kg/m2OK
. 0,7
=
kg/m
kg/m ...OK
dimana :
Gs
= Berat pipa per meter (kg/m)
20
= 0,0036 m
dimana :
hr = Kehilangan energi sepanjang pipa ( m )
= Koefisien profil
s = Lebar profil dari arah aliran (m)
b = Jarak antar profil saringan ( m )
v = Kecepatan aliran ( m/dt )
g = Gravitasi bumi, diambil 9,81 m/dt
= Sudut kemiringan saringan
Profil
120 = N
N
dimana :
Ns = Putaran spesifik turbin (rpm)
P
= Daya Listrik (HP)
N
= Putaran jenis turbin (rpm)
Heff = tinggi jatuh efektif (m)
Dengan putaran jenis turbin yang telah
diketahui dan dari daftar standar kecepatan putar
sinkron, jumlah katup dan frekwensi yang
digunakan yaitu:
N
119 =
Ns = N
1,83
1,67
1,03
0,92
0,76
g
1,79
120 f
p
120 f
f
0,992 =
P
Dengan cara coba-coba dari daftar standar
kecepatan putaran didapat nilai frekwensi (f) 50 Hz
dan jumlah katup (P) 52.
dimana :
N = Kecepatan putaran jenis (rpm)
F = Frekuensi (Hz)
p = Nomor dari pasangan katup generator
4.4. Estimasi kehilangan Energi
4.4.1. Kehilangan energi karena saringan
kasar
Posisi saringan kasar berada sebelum pipa
pesat, sehingga kehilangan energi yang terjadi
tidak mengurangi tinggi yang ada. Hanya saja
nilai ini digunakan untuk memberikan gambaran
tentang pengaruh dari saringan kasar terhadap
muka air di hulu. Dengan digunakan profil bulat
dengan diameter 1 cm dan jarak 5 cm, kehilangan
energi yang terjadi adalah:
= 0.007 m
dimana :
He = Kehilangan energi pada entrance ( m )
Ke= Koefisien bentuk mulut
v= Selisih kecepatan sebelum dan sesudah
entrance ( m/dt )
g= Gravitasi bumi, diambil 9,81 m/dt
21
0,0125
4
3.5
Debit (m 3 /dt)
2.5
1.5
Q80
1,050
1
0.56
0.51
0.5
= 0,532 m
dimana :
Hf = Kehilangan energi sepanjang pipa ( m )
F = Koefisien gesek pipa
l = panjang pipa (m)
v = Kecepatan pada pipa ( m/dt )
g = Gravitasi bumi, diambil 9,81 m/dt
D = Diameter pipa ( m )
10
20
30
40
50
60
70
80
22
= 0,032 m
100
dimana :
90
Probabilitas (%)
= 0,12951
23
x 100% = 77,41%
Analisa debit
Dari data debit operasional irigasi
saluran primer Padi Pomahan selama 10
tahun terakhir didapat debit andalan yang
bisa digunakan sebagai PLTMH adalah
sebesar 1,05 m3/detik.
2. H bruto
= 6,47 m
Kehilangan energi :
Akibat entrance = 0,007 m
Akibat gesekan sepanjang pipa
= 0,532 m
Akibat belokan pipa = 0,032 m
24
x 100% = 77,41%
5.2. Saran
Beberapa batasan sengaja diambil agar tugas akhir
perencanaan ini dapat diselesaikan dengan waktu yang
terbatas, sehingga penulis berharap pembaca yang
hendak menyusun Tugas Akhir bertema sama :
1. Perlu menggunakan literatur yang tebaru
untuk menunjang pengerjaan
2. Melakukan perhitungan terperinci terhadap
bangunan sipil yang lain dan strukturnya
untuk melengkapi pengerjaan.
3. Melakukan perhitungan ekonomi secara
terperinci agar bisa diketahui hasil yang lebih
mendekati kenyataan.
25