Anda di halaman 1dari 25

PEMANFAATAN BEDA ENERGI PADA

BANGUNAN TERJUN UNTUK PEMBANGKIT


LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (STUDI
KASUS BANGUNAN TERJUN (BPT2-BPT4)
PADA SALURAN IRIGASI PADI POMAHAN, D.I
PADI POMAHAN, DESA PADI, KECAMATAN
GONDANG, KABUPATEN MOJOKERTO)
Nama Mahasiswa : Galih Eko Putra
NRP
: 3107 100 104
Jurusan
: Teknik Sipil, FTSP-ITS
Dosen Pembimbing :Ir.Abdullah Hidayat,SA.MT
Abstrak
Aliran air yang mengalir dari dataran
tinggi menuju dataran yang lebih rendah memiliki
energi potensial yang bisa dimanfaatkan sebagai
sebuah sumber energi baru. Salah satunya adalah
aliran air pada bangunan terjun yang terdapat
dalam bangunan irigasi. Penerapan teknologi
mikrohidro sebagai pembangkit listrik merupakan
solusi yang tepat untuk memanfaatkan potensi
tersebut. Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro
dapat dibangun dengan syarat perbedaan
ketinggian minimal 2 meter dan debit selalu
tersedia, karena yang digunakan hanya energi
potensialnya, sehingga debit air masih dapat
dimanfaatkan untuk pengairan.
Saluran primer Padi Pomahan yang
terletak di desa Padi, Kecamatan Gondang,
Kabupaten Mojokerto memiliki 3 bangunan terjun
dengan beda elevasi total setinggi 6,31 meter dan
debit minimum 0,363 m3/dt. Sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga
Mikrohidro (PLTMH).
Dengan debit andalan 1,05 m3/dt dari data
debit selama 10 tahun dan tinggi efektif sebesar
5,899 meter serta menggunakan turbin Cross Flow
T-15 500 maka, kehilangan energi akibat bangunan
terjun pada saluran irigasi primer Padi Pomahan
berpotensi menghasilkan daya sebesa 43,105 kW
dan energi 351.228,24 kWh per tahun yang dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik
sekitar PLTMH.

Dam Padi Pomahan memiliki Daerah


Irigasi seluas 4341 ha yang memiliki beragam
bangunan irigasi. Setiap bangunan irigasi
tersebut memiliki potensi yang belum
termanfaatkan.
Salah satunya adalah
bangunan terjun, kehilangan energi pada
bangunan terjun terjadi akibat adanya
perbedaan ketinggian di hulu dan di hilir
saluran. Beda ketinggian dan debit yang
mengalir akan menghasilkan energi, namun
hal ini belum dimanfaatkan. Padahal
kehilangan energi tersebut dapat dimanfaatkan
untuk menghasilkan listrik dengan tenaga air.
Saluran primer Padi Pomahan
memiliki beberapa bangunan terjun, namun
yang dijadikan studi adalah 3 bangunan terjun
(BT2-BT4) yang bila dijumlahkan memiliki
beda ketinggian 6,31 meter dan debit yang
mengalir terus sepanjang tahun, sehingga
menyebabkan kehilangan energi yang cukup
besar. Kehilangan energi akibat bangunan
terjun yang terdapat pada saluran primer Padi
Pomahan dapat dimanfaatkan sebagai
pembangkit listrik tenaga mikrohidro,
sehingga dapat memberikan nilai tambah pada
bangunan terjun tersebut.

BPA3

BT 4
BT 3
BT 2
BPA2
BT 1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Desa Padi merupakan salah satu dari
beberapa desa yang termasuk wilayah
kecamatan Gondang, kabupaten Mojokerto.
Desa Padi berada di dataran tinggi yang sejuk.
Pada umumnya, sebagian besar mata
pencaharian masyarakat adalah petani, di
antaranya petani padi, palawija dan sayuran.
Untuk mencukupi kebutuhan para petani, di
Desa Padi terdapat Dam Padi Pomahan yang
berasal dari aliran sungai Pikatan dan
berfungsi sebagai pengairan irigasi

Gambar 1.1. Peta Sematik DI Padi


Pomahan dan Lokasi Bangunan
Terjun

5.
6.
1.4

Batasan Masalah
1. Masalah kerusakan saluran yang akan
mempengaruhi debit tidak dibahas
2. Tidak dilakukan perhitungan secara detail
pada konstruksi sipil hanya sebatas
dimensi bangunan
3. Tidak dilakukan perhitungan secara detail
pada perangkat pembangkit
4. Perhitungan bangunan pembangkit hanya
menghitung satu bangunan saja
5. Tidak merencanakan pendistribusian
listrik

1.5

Manfaat

Gambar 1.2. Lokasi Desa Padi

Gambar 1.3. Saluran Primer Padi Pomahan


Mikrohidro memiliki kelebihan dari
energi lain, diantaranya : bersih lingkungan,
renewable
energi
(terbarukan),
tidak
konsumtif terhadap pemakaian air, mudah
dioperasikan, biaya operasi rendah, sesuai
untuk daerah terpencil dll. Dengan demikian
teknologi mikrohidro merupakan solusi
terbaik untuk memanfaatkan kehilangan
energi pada bangunan terjun.
1.2

Rumusan Masalah
1. Berapa besar debit andalan yang dapat
direncanakan?
2. Berapa besar ketinggian (head) yang
dapat dimanfaatkan?
3. Berapa besar angkutan sedimen yang
diperbolehkan ?
4. Bagaimana desain bangunan pembangkit
yang sesuai untuk PLTMH tersebut?
5. Berapa besarnya daya listrik yang dapat
dihasilkan dari bangunan terjun (BT2BT4) pada saluran irigasi primer Padi
Pomahan?
6. Bagaimana
analisa
ekonomi
dari
pembangunan PLTMH tersebut?

1.3

Tujuan
1. Dapat diketahui besar debit andalan yang
dapat digunakan
2. Dapat diketahui besar ketinggian (head)
yang dapat digunakan
3. Dapat diketahui besarnya angkutan
sedimen yang diperbolehkan
4. Dapat menentukan desain yang sesuai di
lokasi PLTMH tersebut

Mengetahui daya listrik yang dihasilkan


dari bangunan terjun (BT2-BT4) pada
saluran primer Padi Pomahan
Dapat diketahui manfaat yang didapat
secara ekonomi

Dengan pembangunan PLTMH, maka


kehilangan energi akibat bangunan terjun
(BT2-BT4) pada saluran irigasi primer
Padi Pomahan dapat termanfaatkan.
Diharapkan hasil dari laporan ini dapat
dijadikan sebagai referensi dalam
mendesain PLTMH.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Analisa Data
Debit yang tersedia merupakan debit pada
saluran irigasi. Pengaruh pola tanam dan alam
menyebabkan debit yang terjadi dapat berubah-ubah,
namun perubahan yang terjadi tidaklah besar. Sehingga
perlu diperhatikan untuk penyesuaian dari pola
penggunaan pembangkit listrik ke pola tanam yang
berlaku di daearah tersebut.
Debit andalan adalah debit yang dapat
diperhitungan untuk keperluan tertentu ( irigasi, air
minum, PLTA ) sepanjang tahun dengan resiko yang
telah diperhitungkan. Untuk data-data debit pada
saluran irigasi sebaiknya minimal selama 10 tahun dan
merupakan data terbaru.
Untuk penyajian data akan digunakan analisa
statistik sebagai gambaran dari kecenderungan
penyediaan debit selama satu tahun. Langkah-langkah
yang dilakukan adalah :
1. Merangking data dari urutan yang
terbesar sampai yang terkecil
2. Mencari selisih data terkecil dan
terbesar sebagai jarak data (R)
3. Mencari jumlah data (n)
4. Mencari jumlah kelas data (k)
K = 1 + 3,3 log n
5. Mencari kelas interval (i)
i=R/k

6. Dibagi k kelas dalam jarak


interval kelasi i dan disajikan
dalam tabel
7. Menghitung banyaknya tiap kelas
sesuai dengan intervalnya
8. Menghitung probabilitas tiap kelas
dengan
perumusan California
P=
(2-1)
dimana :
P = probabilitas
m = frekwensi komulatif
data kelas
n = jumlah data total
Selanjutnya data debit tersebut disajikan dalam
bentuk hubungan debit dengan probabilitas yang
disebut dengan duration curve. Dalam perencanaan
PLTMH debit yang digunakan adalah debit andalan
80%. Yaitu besar debit minimal yang terjadi dalam
kurun waktu 80% dari satu tahun.
Dalam penentuan debit andalan perlu
diperhatikan mengenai debit minimum yang mampu
menggerakkan turbin ini bertujuan agar turbin dapat
bekerja sepanjang tahun. Setiap turbin memiliki
karakteristik debit minimum yang berbeda-beda yang
ditentukan dalam besaran persentase dari debit andalan.
2.2.

Perencanaan Kemampuan Tenaga Air


Kapasitas PLTMH ditentukan dari debit yang
dialirkan pembangkit dan tinggi jatuh efektif yang ada.
Debit yang mengalir yang diambil merupakan debit
andalan yang sudah dianalisa sebelumnya. Tinggi jatuh
diusahakan semaksimal mungkin berdasarkan kondisi
medan, struktur bangunan dan muka air pada saluran
dimana PLTMH direncanakan. Sehingga akan didapat
daya yang maksimal.
2.2.1. Tinggi jatuh efektif
Tinggi jatuh air efektif diperoleh
dengan mengurangi tinggi jatuh air bruto
dengan kehilangan tinggi pada saluran air, dapat
dirumuskan :
Heff = Hbruto Hlosses
(2-2)
dimana :
Hbruto
= perbedaan tinggi muka
air di hulu dan di hilir
Hlosses
= tinggi dari tekanan air
yang hilang
2.2.2.

Daya yang dihasilkan


Daya yang dihasilkan dapat menjadi
estimasi awal yang dihitung dari tinggi jatuh
efektif , debit andalan dan massa jenis air dan
beberapa efisiensi alat. Untuk efisiensi alat
tergantung dari jenis turbin yang digunakan,
sehingga untuk turbin yang berbeda akan
memberikan hasil daya yang berbeda pula.
P

= 9,8 x Qandalan x Heff


dimana :
P = daya yang dihasilkan (kW)
Qandalan = debit andalan (m3/dt)

(2-3)

Heff
= tinggi efektif (m)
(O.F. Patty. Tenaga Air, Erlangga,
Jakarta, 1995)
2.3.

Perencanaan Bangunan Pembangkit


2.3.1. Perhitungan muka air
Penggunaan
grafik
hubungan
kedalaman muka air dengan debit yang disebut
dengan rating curve dapat digunakan untuk
menentukan tinggi muka air. Namun perlu
diketahui kecepatan saluran rata-rata, yang
dapat diketahui dari luas penampang basah dan
debit yang mengalir.
Q=VxA
(2-4)
A = (b+zh)h
(2-5)
V =

(2-6)

Q=
dimana :

x (b+zh)h

(2-7)

A `= luas penampang basah (m3)


b = lebar dasar saluran (m)
z = kemiringan tebing
h = kedalaman muka air (m)
Q = debit dalam saluran (m3/detik)
v = kecepatan aliran air (m/detik)
Dari rating curve dapat diketahui
beberapa muka air yang nantinya akan
digunakan dalam perhitungan maupun menjadi
batasan muka air.
2.3.2.

Perencanaan bangunan pengatur


tinggi muka air
Bangunan pengatur tinggi muka air
terletak melintang pada saluran dan berada di
depan pintu pengambil debit/ intake. Bangunan
ini berfungsi untuk mengatur tinggi mukai air di
saluran depan intake sehingga debit yang masuk
intake sesuai dengan perencanaan yaitu debit
andalan. Bangunan pengatur tinggi muka air
direncanakan dengan skot balok. Skot balok
diletakkan melintang saluran setinggi rencana
dan debit yang berlebih akan melimpah melalui
atas balok ke saluran.

2.3.3.

Perencanaan saluran pengarah


Saluran pengarah digunakan untuk
mengarahkan air yang akan masuk menuju ke
saluran terbuka PLTMH, saluran tersebut
direncanakan merupakan saluran terbuka
berbentuk persegi yang mengalirkan debit
sebesar debit andalan.
Direncanakan :
Q=vxA
(2-8)
Q=
(2-9)
(O.F. Patty. Tenaga Air, Erlangga,
Jakarta, 1995)
Dimana :

Q
v
A
R

= debit (m3/dt)
= kecepatan aliran (m/dt)
= luas penampang (m2)
= jari-jari hidrolis (m)

S = kemiringan dasar saluran


n = koefisien kekasaran manning

Dengan cara yang sama dapat disusun


dalam tabel dengan nilai Q0 dan h0 diganti dengan
nilai Qx dan hx perhitungan sebelumnya.

2.3.4.

Perencanaan pintu pengambilan


(intake)
Pintu pengambilan (intake) berfungsi
untuk memasukkan debit rencana dari saluran.
Pintu intake direncanakan dengan tipe pintu
pengambilan aliran tidak tenggelam. Rumus
yang digunakan :
Q=
(2-10)
Dimana :
Q

b
h
z

2.3.5.

Perencanaan bangunan ukur


Bangunan ukur diperlukan untuk
mengukur banyaknya debit air yang akan
digunakan sebagi PLTMH. Bangunan ukur
direncanakan mampu mengukur sampai debit
minimum.
Direncanakan
menggunakan
bangunan ukur tipe drempel dengan perhitungan
sebagai berikut :
Q
=
(2-16)

= debit aliran (m3/dt)


= koefisien debit = 0,8
= lebar pintu (m)
= tinggi bukaan pintu (m)
= selisih tinggi muka air di
hulu dan hilir pintu akibat
kehilangan energi

Perencanaan pelimpah samping


Dalam perencanaan untuk mendapatkan
debit rencana akan digunakan pelimpah samping
untuk mengalihkan kelebihan debit yang tidak
digunakan. Pelimpah samping dibuat di saluran
existing untuk mendapatkan debit rencana.
Metode numeris didasarkan pada cara
pemecahan masalah analitis yang diperkenalkan
oleh Marchi. Debit rencana pelimpah harus
sebesar 50% dari kapasitas maksimum bangunan
di sebelah hilir pelimpah, sehingga :
Qpelimpah = 50% x Qrencana
(2-11)
dimana:
Qpelimpah = debit rencana pelimpah samping
Qrencana = debit andalan

(2-17)

(2-18)

= 1,95
= 0,2

(2-19)
(2-20)

2.3.5.

Nilai debit yang melimpah didapat


dengan mengetahui debit tiap segmen sejarak x
yang dihitung dari sebelah hilir ke hulu
bangunan pelimpah. Koefisien debit untuk
mercu pelimpah harus diambil 5% lebih kecil
daripada koefisien untuk mercu tegak.

Gambar 2.1 Sketsa definisi untuk saluran


dengan pelimpah samping
(2-12)
(2-13)
(2-14)
(2-15)

Gambar 2.2 Bangunan ukur Drempel


2.3.6.

Analisa Sedimen
Dalam perencanaan PLTA salah satu yang perlu
diperhatikan adalah sedimen yang diijinkan masuk
melewati turbin. Batasan diameter sedimen ditentukan
menurut jenis PLTA yang akan direncanakan yaitu:
0,2 0,5 mm untuk PLTA tekanan rendah
0,1 0,2 mm untuk PLTA tekanan sedang
0,01 0,05 mm untuk PLTA tekanan tinggi
(O.F. Patty. Tenaga Air, Erlangga,
Jakarta, 1995)
Jadi air yang dimanfaatkan untuk PLTMH
maksimum memiliki diameter butiran sedimen sebesar
0,5 mm, karena PLTMH termasuk pada kategori PLTA
tekanan rendah.
2.3.7. Perencanaan bak pengendap
Bak pengendap diperlukan apabila besarnya
dimensi butir sedimen yang terangkut pada saluran
existing lebih besar daripada dimensi butir sedimen
maksimum yang diijinkan. Hal ini perlu diperhatikan
untuk melindungi turbin dari kerusakan akibat
sedimen. Untuk mengetahui ukuran butir sedimen yang
terkandung dalam aliran didapat dengan mengambil

sampel sedimen pada saluran yang ditinjau. Setelah


didapat ukuran butir sedimen yang terkandung, langkah
berikutnya adalah mencari kecepatan jatuh sedimen
().

Gambar 2.3 Grafik kecepatan turun butir


Perhitungan dimensi bak penyaring
digunakan perumusan Welikanov yaitu :
Panjang bak pengendap
(L)=

(2-21)

Lebar Bak Pengendap


(B)=
Volume Bak

(2-22)

(V) = L x B x h

Kontrol :
Waktu turun butir (t)
Volume Bak (V)

=
=Qxt

(2-23)
(2-24)
(2-25)

(O.F.Patty.Tenaga Air,Erlangga,Jakarta, 1995)


dimana:
L = Panjang bak pengendap (m)
B = Lebar bak pengendap (m)
= Kecepatan turun butir (m/dt)
Q = Debit rencana (m3/dt)
h = tinggi muka air dalam bak (m)
umumnya diambil sebesar 1,5-4 meter
= didapat dari grafik Welikanov

Gambar 2.4 Grafik Welikanov


v = kecepatan aliran air dalam bak (m/detik)
kecepatan air tidak boleh melebihi
kecepatan kritis, yaitu kecepatan yang
akan menyeret butir sedimen yang telah
mengendap pada dasar bak, menurut
Camp adalah :
(2-26)

dimana :
d = diameter butir (mm)
a = 36 bila d > 1 mm
44 bila 1 mm > d > 0,1 mm
51 bila d < 0,1 mm
2.3.8. Perencanaan kantong pasir
Kantong penangkap pasir merupakan
bagian dari bak pengendap sedimen yang
berfungsi untuk menampung endapan sedimen
yang mengendap dalam bak pengendap sedimen.
Rumusan yang digunakan dalam perencanaan
dimensi kantong pasir adalah:
A = b.h
(2-27)
(2-28)
dimana:
A = luas penampang basah saluran (m2)
b = lebar dasar saluran (m)
h = ketinggian muka air (m)
v = kecepatan aliran air (m/detik)
i = kemiringan kantong pasir
Agar pembilasan dapat dilakukan
dengan baik maka kecepatan harus tetap
dijaga dalam kondisi sub kritis.
(2-29)
Dari diagram Camp efisiensi
kantong lumpur untuk berbagai diameter
sedimen dapat ditentukan, dengan panjang (L)
dan kedalaman air rencana (h), serta
kecepatan bak pengendap (v) , maka
kecepatan endap rencana dapat disesuaikan:
(2-30)
Untuk menghitung efisiensi
pembilasan dapat digunakan grafik efisiensi
pembilasan.

Gambar 2.5. Grafik efisiensi pembilas


2.3.9. Perencanaan periode pengurasan
Secara periodik bak penyaring
harus dibersihkan dari bahan endapan dan

pekerjaan ini tidak boleh menghalangi


kegiatan PLTMH. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara:
Menggunakan lebih dari satu bak
Bak dibersihkan tetapi air tetap jalan
Memakai saluran samping
Untuk
menghitung
volume
sedimen yang tekandung dalam aliran, maka
diambil sampel dari saluran. Dari hasil uji
laboratorium didapat kandungan sedimen per
liter dan Gs, sehingga diketahui volume
sedimen per hari.
Untuk
mengetahui
volume
tampungan kantong pasir digunakan rumus:
V =
(2-31)
dimana:
V = volume kantong pasir (m3)
b = lebar dasar kantong pasir (m)
L = panjang kantong pasir (m)
is = kemiringan dasar kantong pasir
is = kemiringan dasar bak pengendap
Dengan
demikian
periode
pengurasan didapat dengan rumusan:
(2-32)
2.3.10. Perencanaan Pipa Pesat
Pipa pesat adalah suatu pipa tekan yang
berfungsi untuk mengalirkan air dari forebay
atau langsung dari head race tunnel ke turbin.
Selain itu juga untuk menjaga besarnya debit
yang mengalir agar tetap konstan. Saluran pipa
tekan adalah nama umum untuk dasar
terowongan yang digunakan menempatkan pipa
pipa pesat dan blok angker yang akan menahan
pipa pesat tersebut.
Dalam perencanaan pipa pesat ini hal
hal yang perlu diperhatikan adalah:
a. Diameter pipa pesat
b. Tebal pipa pesat
c. Posisi pengambilan
d. Tegangan tegangan yang
terjadi pada pipa pesat
a. Perencanaan diameter pipa pesat
Untuk menghitung diameter pipa
pesat digunakan perumusan USBR.
Dari perumusan USBR didapat bahwa
kecepatan air yang melalui pipa pesat
adalah :
(2-33)
(O.F. Patty. Tenaga Air, Erlangga, Jakarta,
1995)
dimana :
v = kecepatan aliran (m/dt)
g = percepatan gravitasi (m/dt)
Heff = tinggi jatuh efektif (m)
Kecepatan dalam pipa pesat diambil
2 3 m/detik.
Sehingga dengan kecepatan awal yang
ditentukan didapat diameter pipa
pesat:

(2-34)
dimana:
D = diameter pipa pesat USBR
Qandalan = debit andalan (m3/dt)
v = kecepatan aliran (m/dt)
Diameter pipa yang didapat
disesuaikan dengan diameter yang
tersedia di pasar.
Selanjutnya diameter tersebut,
disesuaikan dengan nilai kecepatan
aliran air dalam pipa pesat yaitu dengan
rumus :
(2-35)
dimana:
v = kecepatan aliran dalam pipa pesat (m/dt)
Q = debit rencana (m3/dt)
A = luas penampang pipa (m2)
D = diameter (m)
b. Perencanaan tebal pipa pesat
Dalam penentuan tebal pipa pesat
diperhitungkan gaya akibat tekanan air
dalam pipa yang arahnya tegak lurus
aliran air. Perhitungan pipa pesat
dirumuskan :
o.

(2-36)

(O.F. Patty. Tenaga Air, Erlangga,


Jakarta, 1995)
dan Po adalah:
o . Heff
(2-37)
dimana :
= Tebal pipa pesat (m)
Po = Tekanan yang terjadi pada
pipa (kg/m2)
= massa jenis air (kg/m)
d = Diameter pipa (m)
= Koefisien kekuatan sambungan
las (0,9)
baja = tegangan ijin baja (kg/m2)
Tebal pipa harus ditambah sekitar 1
3 mm untuk cadangan karena karat
pada pipa.
Syarat minimum tebal pipa perlu
diperhatikan dimana :
Sampai dengan diameter 0,8
m .... 5 mm
Sampai dengan diameter 1,5
m .... 6 mm
Sampai dengan diameter 2,0
m .... 7 mm
(O.F. Patty. Tenaga Air, Erlangga,
Jakarta, 1995)

c. Perencanaan posisi pengambilan


Aliran air pada saluran terbuka
menuju ke saluran pipa jika tidak
memiliki kedalaman yang cukup, maka
bisa terjadi pusaran air. Pusaran air ini
akan menyebabkan adanya gelembung
udara yang masuk pipa dan akan
mengganggu kinerja turbin. Sehingga
perlu direncanakan jarak antara muka
air dengan pipa.
Jarak muka air dengan posisi pipa
pesat disebut dengan minimum
operational level (MOL).
Menurut
O.F.Patty,
untuk
menghitung MOL, maka jarak MOL
diukur dari sisi atas pipa dengan
rumusan:
(2-38)
Karena bentuk mulut pengambilan
pipa didesain stream line, rumusan
yang digunakan menjadi:
(2-39)
(O.F.Patty.Tenaga Air,Erlangga,Jakarta, 1995)
dimana :
MOL = Minimum operational level (m)
D
= diameter pipa pesat (m)
v
= kecepatan di saluran(m/detik)
g
= percepatan gravirasi (m/detik2)
Karena terjadi perubahan nilai debit
sepanjang tahun maka nilai muka air
sepanjang tahun juga akan berubah.
Sehingga sebagai acuan menggunakan
muka air dengan debit minimum.

d. Tegangan yang terjadi pada pipa


pesat
d.1. Perletakan
Pada perletakan akan terjadi
momen maksimum karena berat
dari pipa dan air sepanjang jarak
dari perletakan. Sehingga dari
perencanaan diusahakan agar nilai
dari jarak perletakan tidak akan
memberikan
tegangan
yang
melebihi tegangan ijin baja.
Momen maksimum pada pipa
diambil sebesar :
s

).(

Dengan :
s
.{(
) - } . baja
Gw =
. . . w

(2-40)

Gambar 2.6. Skema perletakan pipa pesat baja


(O.F.Patty.Tenaga Air,Erlangga,Jakarta, 1995)
dimana :
M
= momen maksimum (kgm)
b
= jarak perletakan (m)
Gs
= berat pipa sepanjang b (kg/m)
w
= massa jenis air 1000 (kg/m)
Gw = berat air sepanjang b (kg/m)
baja = massa jenis baja 7850 (kg/m)
P
= sudut kemiringan
Momen perlawanan potongan pipa adalah :
( )
)

(2-41)

(O.F.Patty.Tenaga Air,Erlangga,Jakarta, 1995)


dimana :
S = momen perlawanan (cm3)
I = momen Inersia pipa (cm4)
D = diameter pipa (cm)
= tebal pipa pesat (m)
Tegangan yang terjadi pada pipa adalah:
(2-42)
d.2. Perubahan temperatur
Tegangan ini terjadi akibat
perubahan suhu yang timbul dari
pipa, dan bila pipa tersebut terikat
pada dua blok angker dan tidak
mempunyai sambungan muai, maka
tegangan yang terjadi dirumuskan
dengan :

..t

(2-43)

(O.F.Patty.Tenaga Air,Erlangga,Jakarta, 1995)


dimana :
E = modulus elastis baja (2,1x106 kg/cm2)
= 1,2 . 10-5/C
t = perubahan temperatur
d.3. Pergeseran pipa dan perletakan
Perubahan temperatur menyebabkan
pipa akan berubah menjadi lebih panjang
atau
pendek
yang
menimbulkan
pergerakan (bergeser) pada perletakannya.

Gaya geser maksimum terjadi bila benda


pada keadaan hendak bergerak dan selama
bergerak. Perumusan yang digunakan
adalah :
.a

(2-44)
(s
)
(2-45)

(2-46)
sn

a
.
= 0,5 sudut perletakan

Gs

= berat pipa sepanjang b (kg/m)


= tebal pipa (m)
= diameter pipa (m)
= sudut kemiringan
d.5. Expantion joint
Tekanan air mengakibatkan
gaya tekan pada expantion joint,
yaitu pada alat sambungan.
Perumusan tegangan ini adalah :

(2-47)

ae

(2-49)

(O.F. Patty.Tenaga Air,Erlangga,Jakarta, 1995)

Gambar 2.7. Titik tangkap gaya geser


(O.F.Patty.Tenaga Air,Erlangga,Jakarta, 1995)
dimana :
F
= gaya geser pada perletakan (kg)
f
= koefisien gesek pipa
A = luas tebal pipa (m2)
a
= titik tangkap gaya geser (m)
S
= momen perlawanan (kgm)
D = diameter pipa (m)
= tebal pipa pesat (m)
R = jari jari pipa (m)
Untuk penentuan koefisien gesekan dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.1 Nilai koefisien gesek
(O.F. Patty.Tenaga Air,Erlangga,Jakarta, 1995)
Pipa

Perletakan

Baja
Besi Cor
Baja
Baja
Baja
Memakai roda
(rol) diatas baja

Beton/pasangan batu
Beton
Baja (tanpa pelicin)
Baja (dilicin dengan grafit)
Baja (dilicin dengan gemuk)

Koefisien
Gesek
0,45 0,5
0,5 0,75
0,3 0,5
0,2 0,22
0,12 0,15
0,05 0,1

d.4. Berat pipa kosong


Karena pipa miring menekan
pada blok angker, sehingga
penampang pipa di tempat ini
mendapat
tegangan
tekan.
Perumusan tegangan yang dipakai
adalah :
s

(2-48)

(O.F.Patty.Tenaga Air,Erlangga,Jakarta, 1995)


dimana :

Gambar 2.8. Gaya pergesekan pada pipa di


bangunan muai
dimana :

f = faktor koefisien diambil sebesar 0,25


e = lebar packing
Pa tekanan a r w .Heff (kg/m2)
= tebal pipa (m)
d.6. Gaya tekan pada pipa sambungan
Perumusan
tegangan
yang
diakibatkan gaya ini adalah :

(2-50)

(O.F.Patty.Tenaga Air,Erlangga,Jakarta, 1995)

Gambar 2.9. Gaya tekan air pada bagian muai


dimana :
Pa
(bruto)
(netto)

= tekanan air
w .Heff (kg/m2)
(netto) (m)
= tebal pipa (m)

2.3.12. Perencanaan Turbin


Turbin merupakan penyalur energi
potensial air yang dialirkan pada ketinggian
tertentu dengan mengubah tekanan air
menjadi putaran turbin yang berupa energi
kinetik, selanjutnya menggerakkan poros
generator dan menghasilkan energi listrik.

Secara umum turbin dapat


digolongkan menjadi dua kelompok
yaitu :
1. Turbin Impuls
Turbin air yang cara
bekerjanya dengan merubah
seluruh energi air (yang terdiri
dari energi potensial, tekanan,
kecepatan)
yang
tersedia
menjadi energi kinetik untuk
memutar turbin. Turbin impuls
paling sering digunakan pada
aplikasi turbin tekanan sangat
tinggi. Yang termasuk jenis
turbin ini antara lain : Turbin
Pelton dan Turbin Cross-Flow.

turbin berdasarkan tinggi jatuh efektif


dan jumlah debit :
Head yang rendah (h<40 m) tetapi
debit air besar, maka turbin Kaplan
atau Propeller cocok digunakan pada
kondisi ini.
Head yang sedang (30<h<200 m) dan
debit relatif cukup, maka digunakan
turbin Francis atau Cross Flow.
Head yang tinggi (h>200 m) dan
debit sedang, maka digunakan turbin
Pelton.
b. Putaran spesifik dan putaran jenis turbin
Semenjak generator digunakan dan turbin
digabungkan, rata rata kecepatan dari turbin
sama dengan kecepatan generator yang
dinyatakan dengan :
(2-51)
(2-52)

Gambar 2.10. Turbin Pelton dan Turbin Cross-flow


2. Turbin Reaksi
Turbin reaksi digerakkan dengan
air, yang merubah tekanan sehingga
melewati turbin dan menaikkan
energi. Turbin reaksi harus menutup
untuk mengisi tekanan air (pengisap)
atau mereka harus sepenuhnya
terendam dalam aliran air. Turbin
reaksi digunakan untuk aplikasi
turbin dengan head rendah dan
medium. Yang termasuk jenis turbin
reaksi antara lain : Turbin Francis,
Turbin Kaplan, Turbin Propeller.

Gambar 2.11. Turbin Kaplan dan Turbin Francis


a. Pemilihan jenis turbin
Dalam penentuan pemilihan jenis
turbin yang digunakan, maka hal yang
perlu diperhatikan adalah besarnya
tinggi jatuh efektif dan debit rencana.
Untuk pembangkit listrik tenaga
mikrohidro bisa menggunakan berbagai
macam jenis turbin dengan kapasitas
yang disesuaikan. Pemilihan jebis

( Lal, Jagdish, 1975 )


dimana:
Ns = putaran spesifik turbin (rpm)
N = putaran jenis turbin (rpm)
P = daya listrik (HP)
Heff = tinggi jatuh efektif (m)
f = frekuensi
p = nomor dari pasangan katup
generator
Kecepatan turbin ditentukan oleh
kecepatan generator yang digunakan.
Hal ini merupakan ketentuan dasar
pengguna turbin .
Daftar standar kecepatan putar
sinkron generator seperti tabel
dibawah ini:
Tabel 2.2 standar kecepatan sinkron
Jml.Katup
50 (Hz)
60 (Hz)
6
1000
1200
8
750
900
10
600
720
12
500
600
14
429
514
16
375
450
18
333
400
20
300
360
24
250
300
28
214
257
32
188
225
36
167
200
40
150
180
48
125
150
56
107
129
64
94
113
72
83
100
80
75
90
88
68
82

2.4.

Estimasi Kehilangan Energi


Estimasi kehilangan energi / head losses ini
dipergunakan untuk mengontrol kehilangan energi
yang terjadi selama air melalui bangunan pembangkit
yang telah direncanakan. Kehilangan energi dapat
terjadi akibat perubahan penampang pipa, gesekan
sepanjang pipa, entrance maupun belokan pada pipa
pesat.
2.4.1. Kehilangan energi karena saringan kasar
Saringan
kasar
digunakan
untuk
menghindarkan sampah maupun benda-benda lain
yang ikut dalam aliran air yang berpotensi
menyumbat pipa pesat dan mengganggu kerja
turbin. Saringan akan mengurangi energi yang
tergantung dari profil, jarak dan sudut kemiringan
yang digunakan. Sehingga dapat digunakan
perumusan :
(2-53)

(O.F. Patty.Tenaga Air,Erlangga,Jakarta, 1995)


dimana :
Hr
= Kehilangan energi sepanjang pipa (
m)

= Koefisien profil
s
= Lebar profil dari arah aliran (m)
b
= Jarak antar profil saringan ( m )
v
= Kecepatan aliran ( m/dt )
g
= Gravitasi bumi, diambil 9,81 m/dt

= Sudut kemiringan saringan

Gambar 2.12. Posisi dan bentuk profil saringan

Nilai dari koefisien masukan dari bentuk mulut


entrance dapat dilihat dibawah ini:
Tabel 2.4 Nilai koefisien bentuk entrance
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Entrance Condition
Gate in thin wall unsuppressed
contraction
Gate in thin wall-bottom and side
suppressed
Gate in thin wall-corners rounded
Square cornered entrances
Stighly rounded entrances
Fully rounded entrance r/D 0.15
Circular bellmouth entrances
Square bellmouth entrances
Inward projecting entrances

Loss Condition Ke
Max. Min. Average
1.80

1.00

1.50

1.20

0.50

1.00

1.00
0.70
0.60
0.27
0.10
0.20
0.93

0.10
0.40
0.18
0.08
0.04
0.07
0.56

0.50
0.50
0.25
0.10
0.05
0.16
0.80

2.4.3.Kehilangan energi karena gesekan


sepanjang pipa
Pada dinding-dinding pipa terdapat
gesekan yang dapat memperkecil energi.
Besarnya kehilangan energi selain dari panjang
pipa juga tergantung dari nilai lainnya. Sehingga
diambil rumusan:
(2-55)
(Ir. Angrahini M.Sc, Hidrolika)
dimana :
Hf = Kehilangan energi sepanjang pipa ( m )
F = Koefisien gesek pipa
v = Kecepatan pada pipa ( m/dt )
g = Gravitasi bumi, diambil 9,81 m/dt
D = Diameter pipa ( m )
Untuk menentukan nilai f ( koefisien gesek )
dapat digunakan diagram moddy. Sebelum
menentukan harga f terlebih dahulu harus dicari
angka Reynold ( Re ) dari aliran tersebut yang
dapat dirumuskan;
, dan koefisien
kekasaran bahan ( ).

Tabel 2.3 Nilai koefisien profil saringan


profil

2,42

1,83

1,67

1,03

0,92

0,76

1,79

Sumber :(O.F. Patty.Tenaga Air,Erlangga,Jakarta, 1995)

2.4.2. Kehilangan energi pada entrance


Perumusan yang digunakan untuk
menghitung kehilangan energi pada entrance
ialah :
(2-54)
(R.S. Varsney,Hidro Power Structure, 2nd
edition, New Chand & Brosoorkee,1977)
dimana :
He = Kehilangan energi pada entrance ( m )
Ke = Koefisien bentuk mulut entrance
v = Selisih kecepatan sebelum dan sesudah
entrance ( m/dt )
g = Gravitasi bumi, diambil 9,81 m/dt

10

Gambar 2.13. Diagram koefisien gesek


Sumber :(R.S. Varsney,Hidro Power Structure, 2 nd
edition, New Chand & Brosoorkee,1977)
Dalam hal ini angka kekasaran bahan
diambil 46. 10-6 m. v adalah viskositas yang
harganya tergantung dari suhu air yang ada.
Dalam perhitungan ini dianggap bahwa suhu air
adalah 25 C sehingga harga viskositas
kinematisnya 0,89.10-6 m/dt.

2.4.4.Kehilangan energi akibat belokan pipa


Pada bagian-bagian tertentu terdapat
belokan
pipa
yang
bertujuan
untuk
menyesuaikan dengan kontur maupun geometri
dari tempat pemasangan pipa pesat. Kehilangan
energi pada bagian ini dapat dirumuskan :

2.6.

Analisa Perhitungan Ekonomi


Analisa ekonomi dihitung dari harga satuan
listrik per kWh dan nilai kelayakan investasi sebuah
pembangkit bila sudah dioperasikan secara kontinyu.
2.6.1.

(2-56)
( Ir. Angrahini M.Sc, Hidrolika)
dimana :
Hl= Kehilangan energi karena belokan pipa ( m)
V = Kecepatan aliran pada pipa ( m/dt )
g = Gravitasi bumi ( 9,81 m/dt )
Kb = Koefisien kehilangan energi yang nilainya
tergantung seperti pada dibawah ini
Tabel 2.5 Nilai koefisien pada belokan
Harga koefisien kehilangan tinggi energi

Bentuk
belokan
D

r/D 1

Kb 0,30 0,16 0,12 0,11 0,09 0,09 0,08 0,08

(b)

Sumber : (Ir. Angrahini M.Sc, Hidrolika)


2.5.

Perhitungan Energi Listrik


Perhitungan energi listrik didapat dari besarnya
daya listrik dikalikan dengan waktu. Besarnya daya
listrik tergantung dari tinggi jatuh yang ada, debit serta
head losses yang terjadi.
E

= tot . P . t
(2-57)
= t . g . tr . g . Q . Heff . t
(2-58)
(O.F. Patty.Tenaga Air,Erlangga,Jakarta, 1995)
dimana :
E
= Energi Listrik ( KWH )
P
= daya yang dihasilkan generator ( KW )
t = effisiensi turbin
g = effisiensi generator
tr = effisiensi transformator
g
= gravitasi bumi, diambil 9,81 m/dt
Q = Debit ( m/dt )
Heff = Tinggi jatuh efektif ( m )
t
= waktu ( jam )

Harga satuan listrik


Harga satuan listrik bergantung pada
besar biaya dan besar daya yang mempu
dihasilkan selama satu tahun. Besarnya investasi
berasal dari modal sendiri dan peminjaman dari
bank yang nantinya akan dikembalikan dalam
jangka waktu tertentu dengan nilai suku bunga
tertentu. Biaya per tahun berasal dari biaya
operasional dan biaya perawatan selama satu
tahun.
Dalam perhitungan harga satuan listrik,
hal yang perlu diperhatikan adalah efisiensi
penyerapan listrik oleh konsumen. Efisiensi
penyerapan listrik oleh konsumen adalah
besarnya listrik yang mampu dinikmati oleh
konsumen dibagi dengan besarnya energi listrik
yang dihasilkan dari pembangkit. Besarnya nilai
efisiensi penyerapan didapat dari pola
pemakaian listrik pada suatu daerah tertentu.
Biaya per kWh didapatkan dari
rumusan:
Biaya pengembalian pinjaman per tahun :
= (CRF) x (Biaya Pembangunan)
(2-59)
Biaya pengeluaran per tahun:
= (biaya pengembalian pinjaman) x (biaya
operasional dan perawatan)
(2-60)
Energi per tahun:
=(efisiensi jaringan)x(energy kom)
x(total hari)
(2-61)
Biaya per kWh:
(2-62)

2.6.2.

Metode NPV (Nett Present Value)


Metode NPV adalah salah satu metode
untuk menghitung kelayakan suatu proyek
pembangunan untuk direalisasikan. Prinsip
metode NPV adalah menghitung selisih antar
nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang
penerimaan kas bersih dan nilai sisa di masa
yang akan dating. Untuk menghitung nilai
sekarang dari penerimaan kas bersih dan nilai
sisa bergantung pada besarnya tingkat bunga
yang ditetapkan. Apabila nilai dari selisih
tersebut positif, maka proyek layak untuk
direalisasi. Namun bila nilai dari selisih di atas
negative, maka proyek tersebut tidak layak
untuk direalisasikan.
BAB III
METODOLOGI

Gambar 2.14. Grafik perbandingan debit dan efisiensi turbin


(Sumber : Haimerl, L.A., 1960)

Metode yang dipakai dalam studi ini


berdasarkan pada beberapa pokok pikiran, teori, dan
rumusan empiris yang ada pada beberapa literatur yang
diharapkan dapat memperoleh cara untuk mendesain

11

Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro yang tepat.


Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan adalah
sebagai berikut :
3.1. Survey Pendahuluan
Survey pendahuluan dilakukan untuk mengetahui
dan mengidentifikasi seluruh permasalahan yang ada di
lapangan sehingga dapat mengambil langkah-langkah
selanjutnya. Survey pendahuluan dapat dilakukan
dengan cara :
o Meninjau daerah studi
Hal ini dilakukan untuk mengetahui
kondisi sebenarnya daerah yang akan
digunakan untuk studi.
o Wawancara petugas dan warga sekitar
tentang kondisi dan sejarah bangunan irigasi
Langkah ini dilakukan untuk mengetahui
lebih jelas dan lengkap mengenai daerah
studi.
3.2. Studi Literatur
Studi literatur ini dilakukan sebagai acuan untuk
mengetahui langkah-langkah yang pernah dilakukan
atau terkait dengan studi, agar mendapatkan acuan
yang tepat dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Bahan
acuan didapat dari berbagai buku dan sumber referensi
lain yang mendukung.
3.3. Pengumpulan Data
Pengumpulan
data
dilakukan
untuk
menyelesaikan permasalahan yang ada di daerah
studi. Adapun data-data tersebut adalah :
o Skema DI Padi Pomahan
Digunakan untuk mengetahui pembagian
saluran irigasi Padi Pomahan dan
mengetahui letak saluran yang digunakan
untuk studi.
o Data debit minimal 10 tahun pada saluran
irigasi
Digunakan untuk mengetahui berapa
besar debit andalan yang dapat
dihasilkan.
o Data elevasi saluran
Digunakan untuk mengetahui elevasi
saluran yang di tinjau.
o Data dimensi saluran dan bangunan terjun
Digunakan untuk mengetahui dimensi
saluran yang di tinjau dan detail
bangunan terjun.
o Kondisi Existing
Digunakan untuk mengetahui kondisi
daerah studi, yang mempengaruhi desain
dan komponen-komponen mikrohidro
yang dibutuhkan seperti bangunan
intake, pipa pesat, bangunan pembangkit
dll.
3.4. Analisa Data dan Proses Perhitungan
Tahapan analisa data dan proses perhitungan
yang meliputi :
o Analisa debit andalan

12

Analisa
debit
andalan
meliputi
perhitungan debit andalan yang dapat
dipakai untuk PLTMH ( Lihat pada bab
II 2.1).
o Menghitung kemampuan tenaga air
Kemampuan tenaga air dihitung untuk
mengetahui daya yang dihasilkan ( Lihat
pada bab II 2.2 ).
o Menentukan desain dan merencanakan
bangunan pembangkit
Kegiatan ini meliputi perhitungan dan
perencanaan pipa pesat, turbin, serta
estimasi head losses yang terjadi (Lihat
pada bab II 2.3).
o Menghitung besarnya kehilangan energi
Pada praktek di lapangan, head yang
tersedia mengalami kehilangan energi.
Kehilangan energi yang diperhitungkan
antara lain : kehilangan energi akibat
entrance, kehilangan energi akibat gesekan
sepanjang pipa, kehilangan energi akibat
belokan pipa ( Lihat pada bab II 2.4 ).
o Menghitung produksi listrik yang dapat
dihasilkan
Dari data-data yang sudah diolah akan dapat
dihitung produksi listrik yang dihasilkan dari
perencanaan PLTMH ini ( Lihat pada bab II
2.5 ).
o Menghitung perhitungan ekonomi
Untuk mengetahui apakah pembuatan
PLTMH tersebut layak untuk dilaksanakan
( Lihat pada bab II 2.6 ).
3.5. Kesimpulan dan Saran
Merupakan hasil dari analisa data,
perencanaan dan jawaban atas permasalahan yang
ada.

3.6. Diagram Alir

Tabel 4.1. Rekapitulasi data debit dalam 10 tahun


Interval
3
(m /dt)
4,332 - 3,882

YES

Frekuensi
Komulatif
6

3,881

3,441

3,661

11

17

4,722

3,440

3,000

3,220

22

39

10,833

2,999

2,559

2,779

39

78

21,667

2,558

2,118

2,338

39

117

32,500

2,117

1,677

1,897

43

160

44,444

1,676

1,236

1,456

52

212

58,889

1,235

0,795

1,015

82

294

81,667

0,794

0,354

0,574

66

360

100,000

Frekuensi

Probabilitas
(%)
1,667

Duration Curve
4.5

3.5

Debit (m3 /dt)

NO

Meliputi :
- Bangunan Intake
- Saluran Pengarah (Head Race)
- Bak Pengendap (Settling Basin)
- Bak Penenang (Forebay)
- Pipa Pesat (Penstok)
- Turbin dan Generator

Nilai
Tengah
4,102

2.5

1.5
Q80

1,050

0.5

0
0

Gambar 3.1. Flow Chart Pengerjaan Tugas Akhir


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisa Debit
Data yang akan digunakan dalam analisa
merupakan data debit 10 harian selama 10 tahun.
Langkah langkah yang akan diambil adalah:
1. Merangking data dari yang terbesar sampai
terkecil
2. Mencari selisih data terkecil dan terbesar
sebagai jarak data (R)
R= 4,332 0,363 = 3,959 m3/detik
3. Mencari jumalah data yaitu n = 360
4. Mencari jumlah kelas data (k)
1 + 3,3 log n = 1+ 3,3 log 360 = 9,436 9
5. Mencari kelas interval (i)
i = R / k = 3,959 / 9 = 0,4399 0,440
6. Dibagi 9 kelas dalam jarak interval kelas
0,440
7. Menghitung banyaknya data tiap kelas sesuai
dengan intervalnya
8. Menghitung probabilitas tiap kelas dengan
perumusan California
dimana :

P = probabilitas
m = frekwensi komulatif data kelas
n = jumlah data total

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Probabilitas (%)

Gambar 4.1. Duration Curve untuk mencari debit andalan


Untuk mendapatkan nilai debit andalan akan
diambil 80% yaitu pada letak debit 1,050 m3/dt. Nilai
terkecil yang masih sanggup menggerakan turbin
mikrohidro yang dipakai yaitu Cross Flow T15 adalah
nilai 20% dari debit andalan, yaitu :
Qmin = 20% x 1,050 = 0,210 m3/dt
Dari data debit diketahui debit minimal adalah 0,363
m3/dt. Sehingga debit rencana dapat digunakan untuk
pembangkit listrik mikrohidro sepanjang tahun dengan
turbin Cross Flow T 15.
4.2 Perencanaan Kapasitas Tenaga Air
Kapasitas daya ditentukan oleh debit yang
mengalir dalam saluran dan tinggi jatuh yang ada.
4.2.1. Tinggi jatuh efektif
Tinggi jatuh efektif didapat dengan
memperhitungkan kehilangan energi. Dalam
perencanaan awal akan diambil kehilangan energi
sebesar 10% dari tinggi bruto sebagai asumsi
awal.
HBruto =elevasi upstream BT 2 elevasi
downstream BT 4
= (297,52) (291,21)
= 6,31 m
Hlosses = 10% x HBruto
= 10% x 6,31
= 0,631 m
Sehingga perkiraan awal tinggi jatuh efektif
akan diperoleh sebesar
Heff = HBruto - Hlosses

13

100

= 6,31 0,631
= 5,679m

Rating Curve

dimana :
Heff = tinggi jatuh efektif
Hbruto = tinggi bruto
Hlosses = tinggi kehilangan energi

0,7

0,6

0,5

4.2.2. Daya yang dihasilkan


Dari data debit andalan (gambar 4.1) dan
tinggi jatuh efektif akan didapat daya yang
dihasilkan.
P = 9,81 x Qandalan x Heff
= 9,81 x 1,05 x 5,679
= 58,497 kW = 78,4 HP
dimana:
P = daya yang dihasilkan generator (kW)
Qandalan = debit andalan (m3/dt)
Heff
= tinggi efektif (m)
4.3. Perencanaan Bangunan Pembangkit
4.3.1. Perhitungan muka air
Dari data existing di lapangan dapat
dihitung tinggi muka air saat debit rencana yaitu
sebesar debit andalan.
Diketahui :
Lebar dasar saluran (B) = 6 meter
Kemiringan dasar saluran (S) = 0,000367
Koefisien manning (n)
= 0,02
Untuk menghitung kecepatan aliran
dan debit saluran digunakan rumus :
P = b +2h
R = A/P
v =
Q=vxA
Sehingga didapat perbandingan kedalaman
muka air dan debit sebagai berikut :
Tabel 4.2. Hubungan h dan Q
h
(m)
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5

dimana :
h
A
Q

14

A
2

(m )
0
0,6
1,2
1,8
2,4
3

P
(m)

R
(m)

6
6,2
6,4
6,6
6,8
7

0
0,097
0,188
0,273
0,353
0,429

Q
v
(m/dt) (m3/dt)
0,00
0,000
0,21
0,126
0,33
0,393
0,42
0,757
0,50
1,199
0,57
1,705

= ketinggian mukaair (m)


= Luas (m2)
= Debit (m/detik)

h (m )

0,4

0,37
0,3

0,2

0,1

1,05
0,00

0,20

0,40

0,60

0,80

1,00

1,20

1,40

1,60

1,80

2,00

2,20

2,40

2,60

2,80

Q ( m3/dt )

Gambar 4.2. Rating Curve untuk mencari tinggi muka air


Muka air waktu debit andalan yaitu
Qandaalan = 1,050 m3/detik adalah 0,37 meter
4.3.2. Perencanaan bangunan pengatur tinggi
muka air
Bangunan pengatur tinggi muka air
dipasang melintang pada saluran dan berada di
depan pintu pengambil debit/ intake. Bangunan ini
berfungsi untuk mengatur tinggi muka air di
saluran depan intake sehingga debit yang masuk
intake sesuai dengan perencanaan yaitu debit
andalan. Bangunan pengatur tinggi muka air yang
digunakan dalam tugas akhir ini adalah skot balok.
Dari grafik rating curve didapat tinggi muka air
pada saat Qandalan sebesar 0,37 meter, sehingga

elevasi muka air di depan pintu intake adalah


+298,52 + 0,37 = +298,89. Tinggi skot balok
disesuaikan dengan yang ada dipasaran yaitu
(20cm x 10cm) sehingga dipasang 2 skot
balok, jadi tinggi skot balok 0,4 meter dari
dasar saluran.
4.3.3. Perencanaan saluran pengarah
Saluran
pengarah
digunakan
untuk
mengarahkan air yang akan masuk menuju bak
pengendap,
saluran
tersebut
direncanakan
merupakan saluran terbuka berbentuk persegi yang
mengalirkan debit sebesar debit andalan yaitu
1,050 m3/dt.
Direncanakan :
Saluran terbuka berbentuk segiempat dari
pasangan beton dengan data berikut :
Q
= 1,050 m3/dt
b
= 2h
v
= 0,5 m/dt
n
= 0,015 (pasangan beton)
Maka :
Q =vxA
1,05 = 0,5 x A
A
= 2,1 m2
Jadi :
A
=bxh
2,1 = 2h2

3,00

3,20

h2
h
b
P
Maka :
v

= 1,05
= 1,02 m 1 m
= 2(1,02) = 2,04 m 2 m
= 2h + b
= 2(1) + 2 = 4 m
=
=

0,5

=
=

=
S
= 0,000144
Tabel 4.3. Data teknis saluran pengarah

muka air sebesar 0,37 m. Dengan kecepatan 0,48 m/dt


akan didapat nilai tinggi energi yaitu:

= 0,382 m
Nilai debit yang melimpah didapat dengan
mengetahui debit tiap segmen sejarak x yang dihitung
dari hilir ke hulu bangunan pelimpah. Koefisien debit
() untuk mercu pelimpah harus diambil 5% lebih kecil
daripada koefisien untuk mercu tegak. Koefisien debit
() untuk pelimpah yang dipilih adalah 0,5. Nilai tinggi
mercu c diambil 0,17 m. Sehingga didapat perhitungan:

= 0,094 m3/detik
= 1,144 m3/detik
= 2,220 m2

4.3.4. Perencanaan pintu pengambilan (intake)

Pintu pengambilan (intake) berfungsi untuk


memasukkan debit rencana dari saluran existing.
Pintu direncanakan dibuka setinggi 0,37 meter,
yaitu setinggi muka air debit rencana. Karena
pintu selalu dibuka setinggi 0,37 meter, maka
debit air maksimum yang masuk pada pintu
sebesar Qandalan, yaitu sebesar 1,05 m3/dt dan debit
yang melebihi Qandalan akan kembali ke saluran
existing dan melimpah di atas skot balok. Maka
kehilangan energi akibat pintu:
Q=
1,05 = 0,8 x 2 x 0,37 x
1,05 = 0,592 x
z = 0,16 m

4.3.5. Perencanaan pelimpah samping


Penggunaan air untuk menggerakkan turbin dari
saluran irigasi tentunya akan dipengaruhi oleh pola
irigasi. Sehingga untuk mengatasi hal tersebut dibuat
pelimpah samping pada saluran existing untuk
mengalihkan kelebihan sejumlah debit air. Namun
kelebihan air tersebut akan dikembalikan kembali ke
saluran irigasi tanpa mengganggu pola irigasi yang
sudah ada. Dimensi pelimpah samping yang akan
direncanakan sebatas dimensi mulut pelimpah.
Sehingga akan direncanakan yaitu:
Qpelimpah = 50% x Qandalan
= 0,5 x 1,05
= 0,525 m3/dt
Karena debit di sebelah hilir bangunan pelimpah
sebesar debit rencana yaitu 1,05 m3/dt, sehingga tinggi

= 0,3685 m
Dengan cara yang sama dapat disusun dalam tabel
dengan nilai Q0 dan h0 diganti dengan nilai Qx dan hx
perhitungan sebelumnya.
Tabel 4.4. Hasil perhitungan bangunan pelimpah
samping

Sehingga dimensi bangunan pelimpah samping


yang digunakan dengan tinggi mercu 0,17 m dan
panjang 3 m dengan kapasitas melimpah 0,541
m3/detik.
4.3.6. Perencanaan bangunan ukur
Bangunan ukur diperlukan untuk mengukur
banyaknya debit air yang akan digunakan sebagi
PLTMH. Bangunan ukur direncanakan mampu
mengukur sampai debit minimum. Direncanakan
menggunakan bangunan ukur tipe drempel dengan
perhitungan sebagai berikut :
Qandalan = 1,050 m3/dt
B
=2m
v
= 0,5 m/dt
p
= 0,3 m

15

Dari data data tersebut diolah untuk


mendapatkan desain alat ukur drempel.
Q80% = 1,050 m3/dt
Q
=
1,05 = 1,71 x 2 x
= 0,307
h = 0,455 m
> 5 cm (OK)
vo =
=
=
= 0,695 m/dt
=
=
L
r

= 0,480 m
= 1,95
= 1,95 x 0,480
= 0,936 m 1m
= 0,2
= 0,2 x 0,480
= 0,096 m 0,1 m

Setelah didapat desain drempel, maka dikontrol


menggunakan debit minimum saluran yang masuk,
yaitu :
Q20% = 0,210 m/dt
Q
=
0,210 = 1,71 x 2 x
= 0,061
h
= 0,16 m> 5 cm (OK)
Dari perencanaan bangunan drempel tersebut
didapatkan bahwa bangunan drempel mampu
mengukur sampai debit minimum yang masuk ke
saluran. Hasil perencanaan bangunan ukur drempel
sebagai berikut :
Tabel 4.5. Data teknis bangunan ukur drempel

0,01-0,05 mm untuk PLTA tekanan tinggi


Untuk pembangkit listrik tenaga mikrohidro
maka diambil diameter maksimum yang diijinkan
masuk ke dalam turbin sebesar 0,2 mm.
4.3.8. Perencanaan bak pengendap
Direncanakan ukuran bak pengendap
sedimen berdasarkan :
Qandalan
= 1,05 m3/dt
Vsaluran
= 0,5 m/dt
h
= 1,5 m
Diameter sedimen
= 0,2 mm
Kecepatan turun butir = 3 cm/dt = 0,03 m/dt
Kecepatan kritis butir (vkritis) = v
= 44
= 19,68 cm/dt
= 0,197 m/dt < 0,5 m/dt
Karena kecepatan saluran lebih besar
daripada kecepatan kritis, maka diameter butiran
sedimen yang terangkut pada saluran lebih besar
daripada diameter butiran sedimen yang diijinkan
masuk ke turbin sehingga diperlukan bak
pengendap.
Setelah didapat kecepatan kritis butiran
maka direncanakan kecepatan air dalam bak dan
tidak boleh melebihi kecepatan kritis, yaitu sebesar
0,18 m/dt.
Kecepatan dalam bak (vn) = 0,18 m/dt
Perhitungan
dimensi
bak
penyaring
digunakan perumusan Welikanov yaitu :
Lebar Bak Pengendap (B)
=
=
= 3,9 m 4 m
Sehingga didapat B = 4 m dan h = 1,46 m
Dengan harga W = 97%
Dari grafik didapat = 1,5
Panjang bak pengendap
(L)

=
=
= 10,96 m 11m

4.3.7. Perhitungan angkutan sedimen


Perhitungan angkutan sedimen diperlukan
untuk menghitung jumlah sedimen yang terangkut
pada aliran. Beberapa turbin memiliki batasan
diameter sedimen yang diijinkan masuk. Adapun
diameter sedimen yang diijinkan masuk ke turbin
bergantung pada jenis PLTA yang direncanakan,
yaitu:
0,2-0,5 mm untuk PLTA tekanan rendah
0,1-0,2 mm untuk PLTA tekanan sedang

16

Volume Bak
(V)
=LxBxh
= 11 x 4 x 1,46
= 64,24 m3
Kontrol :
Waktu turun butir
(t)
=
=
= 48,7 dt
Volume Bak
(V)
=Qxt
= 1,.050 x 48,7
= 51,14 m3 < 64,24 m3 OK

Kemiringan energi :
Luas penampang
(A)
=hxb
= 1,46 x 4
= 5,84 m2
Keliling penampang basah
(P)
= b + 2h
= 4 + (2 x 1,46)
= 6,92 m
Jari-jari hidrolis
(R)
=

Dari diagram Shields dapat diketahui


bahwa partikel partikel yang lebih kecil dari 5
mm akan terbilas saat pembilasan.
Gambar 4.3. Kemiringan kantong pasir

Tabel 4.7. Data teknis kantong pasir

Koefisien manning
(n)
= 0,015 (beton)
Kemiringan bak pengendap
(in)

=
=

Tabel 4.6. Data teknis bak pengendap


Parameter

Notasi

Nilai

Satuan

Debit rencana

1,050

m3 /dt

Kecepatan dalam bak

vn

0,18

m/dt

Kecepatan kritis

vcr

0,197

m/dt

Lebar bak pengendap

Panjang bak pengendap

11

Tinggi air dalam bak

1,46

Volume bak pengendap

64

m3

Kemiringan dasar

in

0,0000092

koefisien manning

0,015

Saluran persegi dengan pasangan beton

4.3.9. Perencanaan kantong pasir


Untuk asumsi awal dalam menentukan
kemiringan energi di kantong pasir (is), kecepatan
aliran untuk pembilas diambil 1 m/dt.
Debit diambil 50% Qandalan = 0,525 m3/dt
Luas permukaan (As)
=
0,525 m2
Lebar dasar (bs)
=3m
Maka, kemiringan dasar kantong pasir adalah
As
= bs x hs
0,525 = 3 x hs
hs
= 0,175 m
Rs
=
m
n

= 0,015 (beton)

is

=
=

Notasi

Nilai

Satuan

bs

Panjang kantong pasir

11

Tinggi kantong pasir

hs

0,175

Luas permukaan

As

0,525

m2

Kemiringan dasar

is

0,0027

koefisien manning

0,015

Konstruksi

= 0,0000092

Konstruksi

Parameter
Lebar kantong pasir

Saluran persegi dengan pasangan beton

4.3.10. Perencanaan periode pengurasan


Volume tampungan ari bak pengendap
tergantung pada banyaknya sedimen yang masuk dan
mengendap sehingga dapat dihitung periode
pengurasannya. Hasil analisa laboratorium terhadap
sample sedimentasi adalah sebagai berikut :
Konsentrasi sedimen = 176 ppm = 176 mg/l
Vol Sedimen = Kons Sedimen x Qandalan
= 176 mg/l x 1050 l/dt
= 184800 mg/dt
Diket Gs = 2,713
s = Gs x w
= 2,713 x 1000 kg/m3
= 2713 kg/m3
Vol =
=
= 6,81 x 10-5 m3/dt
Volume Sedimen yang terjadi dalam satu hari :
= Vol x 1 hari
= 6,81 x 10-5 m3/dt x ( 24 x 3600 )
= 5,88 m3/hari
Tabel 4.8. Hasil analisa Suspended Load

= 0,0027

Agar pembilasan dapat dilakukan dengan


baik, kecepatan aliran harus dijaga agar tetap
subkritis atau Fr < 1
Fr =
. Ok
Diameter sedimen yang terbilas dicari
dengan menghitung tegangan geser kritisnya:
= x g x hs x is
= 1000 x 9,81 x 0,175 x 0,0027
= 4,63 N/m2

Berdasarkan hasil analisa sedimen di atas, maka


volume sedimen pada saat debit rencana 1,050 m3/dt ,
diperkirakan sebesar 5,88 m3/hari atau 176,4 m3/bulan.
Dari Standart Perencanaan Irigasi KP 02
diketahui kedalaman kantong pasir di bawah saluran
pengendap pasir bervariasi antara 1-10 m untuk
jaringan kecil (sampai 10 m3/dt), sedangkan lebar
bagian bawah kantong bervariasi berdasarkan rencana.
Volume kantong pasir dihitung dengan persamaan
sebagai berikut :

17

V =

V =
V = 33,49 m3

Dengan demikian periode pengurasan adalah


t =
=
= 5,7 hari 6 hari
Efisiensi pengendapan kantong pasir
Dari diagram Camp efisiensi kantong lumpur
untuk berbagai diameter sedimen dapat ditentukan,
dengan panjang (L) 11,5 meter dan kedalaman air
rencana (h) 1,5 meter, serta kecepatan 0,18 m/dt, maka
kecepatan endap rencana dapat disesuaikan:

dimana:
D
= diameter pipa pesat
Qandalan = debit andalan (m3/dt)
v
= kecepatan aliran (m/dtk)
Nilai diameter pipa baja yang diambil disesuaikan
dengan diameter yang tersedia di pasaran. Sehingga
diameter yang diambil adalah 30 inchi atau sebesar
0,762 meter. Sehingga kecepatan aliran dalam pipa
pesat yang terjadi adalah :

4.3.11.

dengan 0 = 0,0234 dari gambar 2.2 diameter


yang sesuai adalah 0,19 mm.
Fraksi rencana 0,2 mm dengan kecepatan
endap () 0,03 m/dt.Efisiensi pengendapan fraksi 0,2
mm dapat dihitung sebagai berikut :
= 0,03 m/dt
0 = 0,0234 m/dt
vn = 0,18 m/dt
=
= 1,28
=

= 0,17

Dari grafik Camp, diperoleh efisiensi 0,97


4.3.12. Perencanaan pipa pesat (penstock)
Penggunaan pipa pesat dalam perencanaan
mikrohidro selain untuk mengarahkan debit air menuju
turbin, juga untuk menjaga besarnya debit yang
mengalir. Ada beberapa besaran yang harus dicari
untuk memastikan agar pipa pesat dapat bekerja secara
optimal.
a. Perencanaan diameter pipa pesat
Perhitungan diameter dilakukan dengan
perhitungan menggunakan perumusan dari
USBR. Nilai dari kecepatan dalam pipa pesat
adalah sebagai berikut:
v = 0,125
= 0,125
= 1,319 m/detik
dimana :
v = kecepatan aliran (m/dtk)
g = percepatan gravitasi (m/dtk)
Heff= tinggi jatuh efektif (m)
Kecepatan dalam pipa pesat diambil nilai 2 3
m/detik. Sehingga dengan diambil nilai 2,5 m/detik
didapat diameter pipa pesat :

18

b. Perencanaan posisi pengambilan


Jarak muka air dengan posisi pipa pesat disebut
dengan minimum operational level (MOL). Menurut
O.F Patty, untuk menghitung MOL maka jarak MOL
diukur dari sisi bawah pipa dengan perumusan :
Karena bentuk mulut pengambilan pipa stream
line, maka jarak MOL :

= 1,17 m
Nilai MOL yang dipakai diukur dari muka air saat
debit minimum Qmin = 0,210 m3/detik yaitu 0,14 meter.
Sehingga perlu dicari nilai selisih dari ketinggian muka
air minimum dan muka air saat debit andalan, yaitu:
h = handalan - hmin
=1 0,33 = 0,67 meter
Sehingga jika diukur dari muka air debit andalan,
dibutuhkan ketinggian:
hMOL= h + MOL
= 0,67 + 1,17 = 1,84 meter
Elevasi muka air pada posisi pengambilan pipa
pesat adalah:
z1 (akibat pintu)
z = 0,16 meter
z2 (kemiringan saluran pengarah sebelum
drempel)
z = L . 0,000144
= 17 . 0,000144
= 0,00245 meter
z3 (akibat alat ukur drempel)
z
= 1/3 H
= 1/3 . 0,455
= 0,152 meter
z4 (kemiringan saluran pengarah setelah
drempel)
z = L . 0,000144
= 9 . 0,000144
= 0,0013 meter

z5 (kemiringan bak pengendap)


z
=L.i
= 11 . 0,0000092
= 0,0001 meter
z6 (akibat saringan kasar)
z
= 0,0036
= 0,0036 m
Maka elevasi muka air pada posisi pengambilan
pipa pesat adalah:
MA= MA pada intake - z1 - z2 - z3 - z4 - z5- z6
= +298,00 - 0,16 - 0,00245 - 0,152 - 0,0013
0,0036
= +297,68
Sehingga elevasi sisi bawah pipa pengambilan
adalah:
= +297,68 1,84
= +295,84
Berdasarkan muka air pada posisi pengambilan
pipa maka didapat beda tinggi bruto sebesar:
Hbruto = elevasi upstream -elevasi downstream
= (+297,68) - (+291,21)
= 6,47 meter
Hlosses = 10% x Hbruto
= 10% x 6,47
= 0,647 meter
Sehingga didapat tinggi jatuh efektif sebesar
Heff
= Hbruto - Hlosses
= 6,47 0,647
= 5,823 meter
c. Perencanaan tebal pipa pesat
Dalam perencanaan tebal pipa pesat data yang
digunakan sebagai berikut :
Heff = 5,679 m
baja = 16.106 kg/m2 (Fe = 360)

= Koefisien kekuatan sambungan las (0,9)


D = 0,762 m
Po = . Heff
= 1.000 x 5,679
= 5.679 kg/m
Sehingga tebal pipa didapat:
Po . D

. 0,

= 0,0001503 m
= 0,150 mm
Tebal pipa harus ditambah sekitar 1 3 mm
untuk cadangan karena karat pada pipa.
Syarat minimum tebal pipa perlu diperhatikan
dimana :
Sampai dengan diameter 0,8 m .... 5 mm
Sampai dengan diameter 1,5 m .... 6 mm
Sampai dengan diameter 2,0 m .... 7 mm
(O.F. Patty. Tenaga Air, Erlangga, Jakarta, 1995)
Sehingga diambil ketebalan pipa minimum yaitu 5
mm. Dengan penambahan penebalan pipa, sehingga
tebal pipa rencana didapat:

=5+3
= 8 mm
Sehingga memenuhi syarat pipa tipis, yaitu:
20
20
95,25
20 OK
d. Tegangan yang terjadi pada pipa pesat
d.1. Perletakan
Pada perletakan akan terjadi momen maksimum
yang terjadi karena berat dari pipa dan air
sepanjang jarak dari perletakan. Sehingga dari
perencanaan diusahakan agar nilai dari jarak
perletakan tidak akan memberikan tegangan yang
melebihi tegangan ijin baja.
Untuk berat pipa per meter adalah:
Gs = 0,25{(D+2) - D} . baja
= 0,25{(0,762+2 . 0,007) - 0,762} 7.850
= 132,753 kg/m
Untuk air per meter adalah:
Gw = 0,25 x D x w
= 0,25 x0,762 x 1.000
= 456,037 kg/m
Sehingga momen maksimum yang didapat adalah:
Gs + Gw) . ( b
M=
=
= 7.046,127 kgm
dimana :
M
B
Gs
w
Gw
baja

).(

= Momen maksimum (kgm)


= jarak perletakan (12 m)
= Berat pipa per meter (kg/m)
= massa jenis air (1000 kg/m)
= Berat air per meter (kg/m)
= massa jenis baja (7850 kg/m)
= sudut kemiringan

Momen perlawanan yang terjadi :


S =
=

(D)
D + 2)

D + 2)
(0,
0,

+ 2. 0,00 )

= 0,00322 m3
dimana :
S = Momen perlawanan (m3)
I
= Momen Inersia pipa (m4)
D = Diameter pipa (m)

= Tebal pipa pesat (m)


Sehingga tegangan yang terjadi adalah :
M

d.2. Perubahan temperatur


Tegangan yang terjadi
temperatur adalah :
=E..t
= 2,1. 106 . 1,2 . 10-5 .

kg/m2...OK
karena

perubahan

19

=
kg/cm2
kg/cm2..OK
dimana :
E = Modulus elastis baja (2,1. 106 kg/cm2)
= 1,2 . 10-5/C
t = perubahan temperatur (dianggap suhu di
kamar = 25C)
d.3. Pergeseran pipa dan perletakan
Pergeseran disebabkan karena terjadinya
pemuaian dan penyusutan pada bagian perletakan.
Sebelum mendapatkan nilai tegangan yang terjadi
perlu dicari nilai yang lain, yaitu:
Gaya geser pada perletakan

0,00

= 40.564
kg/m2
kg/m2 ..OK
dimana :
f = Faktor koefisien diambil sebesar 0,25
e = Lebar packing
Pa = Tekanan air = w .Heff (kg/m2)
= Tebal pipa (m)
d.6.Gaya tekan pada pipa sambungan
Tegangan pada pipa sambungan
diketahui, yaitu:
=

ini

dapat

=
= 11.358 kg/m2

= 293,992 kg
Luas tebal pipa
A=

=
= 0,0169 m2
Titik tangkap gaya geser
2R sin
a =R.

0,762

R
sin45

= 0,381 .
= 0,006 m

dimana :
F
f
A
a
S
D

= Gaya geser pada perletakan (kg)


= Koefisien gesek pipa
= Luas tebal pipa (m2)
= Titik tangkap gaya geser (m)
= Momen perlawanan (kgm)
= Diameter pipa (m)
= Tebal pipa pesat (m)
= Jari jari pipa (m)
= 0,5 sudut perletakan

kg/m2.....OK

dimana :
Pa
= Tekanan air = w .Heff (kg/m2)
(bruto) = 2 (netto) (m)
(netto) = Tebal pipa (m)
4.3.13. Perencanaan turbin
a. Pemilihan jenis turbin
Pada saat merencanakan jenis turbin,
faktor yang paling menentukan adalah besar
debit dan beda tinggi yang tersedia. Dengan
debit andalan sebesar 1,05 m3/dt dan tinggi
jatuh efektif 5,679 meter, maka jenis turbin
yang digunakan adalah Cross Flow T-15 500
yang memiliki spesifikasi dengan tinggi jatuh
efektif 5 100 meter dan debit 300 2.000
liter/detik.

Sehingga tegangan yang terjadi adalah :


=
=

F.a

kg/m2

kg/m2OK

d.4. Berat pipa kosong


Tegangan tekan yang diakibatkan dari pipa
miring adalah:
Gs
=
D

. 0,7

Gambar 4.4 Grafik turbin T15-500

=
kg/m
kg/m ...OK
dimana :
Gs
= Berat pipa per meter (kg/m)

= Tebal pipa (m)


D
= Diameter pipa (m)
= Sudut kemiringan
d.5. Expantion joint
Tegangan yang diakibatkan tekanan air pada
expantion joint adalah:
F
f Pa D e
f Pa e
=
D

20

b. Putaran spesifik dan putaran jenis


turbin
Turbin jenis Cross Flow T-15 diusahakan
bekerja dengan menggunakan putaran spesifik
turbin 120. Karena menurut penelitian dari
Entec Consulting & Engineering Switzerland
nilai putaran spesifik ini adalah yang terbaik
untuk jenis T-15.

= 0,0036 m
dimana :
hr = Kehilangan energi sepanjang pipa ( m )
= Koefisien profil
s = Lebar profil dari arah aliran (m)
b = Jarak antar profil saringan ( m )
v = Kecepatan aliran ( m/dt )
g = Gravitasi bumi, diambil 9,81 m/dt
= Sudut kemiringan saringan

Gambar 4.5. Grafik efisiensi puncak turbin T15


Sehingga dari rumus putaran spesifik (Ns),
dapat diketahui nilai putaran jenis turbin (N), yaitu :
120 = N

Profil

120 = N
N

dimana :
Ns = Putaran spesifik turbin (rpm)
P
= Daya Listrik (HP)
N
= Putaran jenis turbin (rpm)
Heff = tinggi jatuh efektif (m)
Dengan putaran jenis turbin yang telah
diketahui dan dari daftar standar kecepatan putar
sinkron, jumlah katup dan frekwensi yang
digunakan yaitu:
N

119 =

Gambar 4.6. Posisi dan bentuk profil saringan

Ns = N

Tabel 4.9. Nilai koefisien profil saringan


A
b
c
d
e
f
2,42

1,83

1,67

1,03

0,92

0,76

g
1,79

4.4.2.Kehilangan energi pada entrance


Kehilangan energi pada entrance ini
tergantung dari bentuk mulut. Nilai dari koefisien
masukan dari bentuk mulut entrance dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.10. Nilai koefisien bentuk mulut entrance

120 f
p
120 f
f

0,992 =
P
Dengan cara coba-coba dari daftar standar
kecepatan putaran didapat nilai frekwensi (f) 50 Hz
dan jumlah katup (P) 52.
dimana :
N = Kecepatan putaran jenis (rpm)
F = Frekuensi (Hz)
p = Nomor dari pasangan katup generator
4.4. Estimasi kehilangan Energi
4.4.1. Kehilangan energi karena saringan
kasar
Posisi saringan kasar berada sebelum pipa
pesat, sehingga kehilangan energi yang terjadi
tidak mengurangi tinggi yang ada. Hanya saja
nilai ini digunakan untuk memberikan gambaran
tentang pengaruh dari saringan kasar terhadap
muka air di hulu. Dengan digunakan profil bulat
dengan diameter 1 cm dan jarak 5 cm, kehilangan
energi yang terjadi adalah:

Direncanakan bentuk mulut adalah circular


bellmouth entrances dengan koefisien rata-rata
sebesar 0,05 Sehingga nilai kehilangan energi
adalah:

= 0.007 m
dimana :
He = Kehilangan energi pada entrance ( m )
Ke= Koefisien bentuk mulut
v= Selisih kecepatan sebelum dan sesudah
entrance ( m/dt )
g= Gravitasi bumi, diambil 9,81 m/dt

21

4.4.3.Kehilangan energi karena gesekan


sepanjang pipa
Untuk menentukan nilai f ( koefisien gesek )
dapat digunakan diagram moddy. Sebelum
menentukan harga f terlebih dahulu harus dicari
angka Reynold ( Re ) dari aliran tersebut yang
dapat dirumuskan;
, dan koefisien
kekasaran bahan ( ). Dalam hal ini angka
kekasaran bahan diambil 46. 10-6m, sedangkan v
adalah viskositas yang harganya tergantung dari
suhu air yang ada. Dalam perhitungan ini
dianggap bahwa suhu air adalah 20 C
sehingga harga viskositas kinematisnya 1,002.106
m/dt.

Hl = Kehilangan energi karena belokan pipa ( m )


v = Kecepatan aliran pada pipa ( m/dt )
g = Gravitasi bumi ( 9,81 m/dt )
Kb = Koefisien kehilangan energi yang nilainya
tergantung seperti pada tabel 2.5
Dari perhitungan beberapa faktor kehilangan
energi pada pipa pesat dapat diketahui kehilangan
energi total, yaitu:
Htotal = He + Hf + Hl
= 0,007 + 0,532 + 0,032
= 0,571 meter
Nilai ini lebih kecil dari asumsi awal kehilangan
energi sebesar 10% dari tinggi bruto sebesar 0,631 m.
Sehingga perencanaan ini dapat digunakan.
4.5. Perhitungan Energi Listrik
Energi listrik total yang didapat dalam satu tahun
dibagi dalam tiga perhitungan. Perhitungan pertama
berdasarkan pada Q80 selama 80% dari satu tahun.
Sedangkan 10% selanjutnya direncanakan diantara Q80
dan Q90, 10% sisanya diantara Q90 dan Q100. Sehingga
pembagian tersebut pada duration curve adalah:
Duration Curve
4.5

0,0125
4

3.5

Gambar 4.7. Grafik diagram moddy

Debit (m 3 /dt)

2.5

1.5
Q80

1,050
1
0.56
0.51
0.5

= 0,532 m

dimana :
Hf = Kehilangan energi sepanjang pipa ( m )
F = Koefisien gesek pipa
l = panjang pipa (m)
v = Kecepatan pada pipa ( m/dt )
g = Gravitasi bumi, diambil 9,81 m/dt
D = Diameter pipa ( m )

10

20

30

40

50

60

70

80

Tabel 4.11. Rekapitulasi belokan pada pipa pesat

Gambar 4.9. Grafik efisiensi turbin

22

= 0,032 m

100

Gambar 4.8. Duration Curve untuk mencari debit andalan


Dari grafik diketahui nilai Q yaitu :
Q80 = 1,050 m3/detik
Q90 = 0,560 m3/detik
Q100 = 0,510 m3/detik

4.4.4.Kehilangan energi karena belokan pipa


Nilai koefisien belokan tergantung dari
jari-jari belokan (r) dan diameter pipa pesat (D)
yang digunakan. Sehingga koefisien kehilangan
energi yang terjadi adalah:

dimana :

90

Probabilitas (%)

Efisiensi yang digunakan adalah :


efisiensi turbin (t)
= 0,786
efisiensi generator (g)
= 0,95
efisiensi transformator (tr)
= 0,95
sehingga efisiensi total yang digunakan adalah:

tot = 0,786 x 0,95 x 0,95 = 0,7094


Dengan menggunakan
Heff = 6,47 0,571 = 5,899 m
daya yang didapatkan adalah:
D80 = 9,81 x tot x Q80 x Heff
= 9,81 x 0,7094 x 1,05 x 5,899
= 43,105 kW
D90 = 9,81 x tot x Q90 x Heff
= 9,81 x 0,7094 x 0,56 x 5,899
= 22,989 kW
D100= 9,81 x tot x Q100 x Heff
= 9,81 x 0,7094 x 0,51 x 5,899
= 20,937 kW
Energi yang diperoleh adalah :
E1 = D80 x 80% x 366 x 24
= 43,105 x 80% x 366 x 24
= 302.907,456 kWh
E2 = (D80+D90)/2 x 10% x 366 x 24
= (43,105 + 22,989)/2 x 10% x 366 x 24
= 29.028,485 kWh
E3 = (D90+D100)/2 x 10% x 366 x 24
= (22,989 + 20,937)/2 x 10% x 366 x 24
= 19.292,299 kWh
Jadi energi keseluruhan yang diperoleh :
Etotal= E1 + E2 + E3
= 302.907,456 + 29.028,485 + 19.292,299
= 351.228,24 kWh
4.6. Analisa Ekonomi
Analisa ekonomi dihitung dari harga satuan listrik
per kWh dan nilai kelayakan investasi sebuah
pembangkit bila sudah dioperasikan secara kontinyu.
Rencana anggaran biaya sebagai investasi awal
untuk pembangunan PLTMH ini diperkirakan sebagai
berikut:

Investasi awal akan digunakan dari pinjaman di


bank dengan nilai suku bunga 10% dengan masa
pengembalian selama 10 tahun. Sehingga nilai Capital
Recovery Factor (CRF) yang digunakan yaitu
CRF =
=

= 0,12951

Faktor ini akan menjadi faktor pengembalian


investasi di bank tiap tahunnya. Sehingga besarnya
biaya pengembalian di bank tiap tahun adalah:
=
=
= Rp. 85.686.702,03
Biaya pengembalian investasi bank ditambahkan
dengan biaya pengeluaran operasional dan perawatan,
akan didapat biaya yang dikeluarkan per tahun.
Selanjutnya akan disusun, sebagai berikut:
Tabel 4.13. Biaya pengeluran per tahun untuk
mayarakat

Listrik yang dihasilkan PLTMH direncanakan


digunakan sendiri oleh penduduk sekitar PLTMH dan
tidak dijual kepada PLN. Oleh karena itu listrik yang
dihasilkan PLTMH dijual kepada masyarakat sekitar
PLTMH. Berdasarkan Peraturan ESDM tahun 2010
tentang tarif dasar listrik yang disediakan oleh PLN,
didapat besarnya tarif dasar listrik untuk rumah tangga
dengan batas daya 1300 VA sebesar RP 790,00/kWH.
Maka besarnya nominal yang dapat dihemat adalah:
= harga per kWH x energi yang dihasilkan PLTMH
= 605,00 x 351.228,24
= Rp. 212.493.085,20/tahun
Sehingga neraca Cash Flow untuk mencari NPV
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.13. Neraca Cash Flow

23

Dari tabel Cash Flow dapat dilihat, walaupun


masa pengembalian investasi sampai dengan 10 tahun
namun pada baris nett present value (NPV) tahun ke-9
menunjukkan angka positif. Artinya bahwa investasi
ini layak jika memakai masa investasi hanya sampai
dengan tahun ke-9. Pada tahun ke-11 tidak akan terjadi
pengembalian hutang ke bank dan pengeluran hanya
operasional dan perawatan saja, sehingga biaya per
kWH sebesar :
= biaya perawatan / energi yang dihasilkan PLTMH
= Rp. 48.000.000,00 / 351.228,24
= Rp. 136,66 / kWH
Penghematan = Rp.605,00 Rp.136,66 = Rp.468,34
=

x 100% = 77,41%

Sehingga dari perhitungan dapat diketahui bahwa


penggunaan teknologi PLTMH dapat menghemat biaya
listrik, dibandingkan biaya listrik dari PLN terutama
mulai tahun ke-11.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Pembangunan
pembangkit
listrik
tenaga
mikrohidro (PLTMH) merupakan salah satu alternatif
untuk memanfaatkan kehilangan energi pada bangunan
terjun. Adapun hasil perencanaan PLTMH pada
bangunan terjun di saluran primer Padi Pomahan,
Gondang, Mojokerto adalah sebagai berikut:
1.

Analisa debit
Dari data debit operasional irigasi
saluran primer Padi Pomahan selama 10
tahun terakhir didapat debit andalan yang
bisa digunakan sebagai PLTMH adalah
sebesar 1,05 m3/detik.
2. H bruto
= 6,47 m
Kehilangan energi :
Akibat entrance = 0,007 m
Akibat gesekan sepanjang pipa
= 0,532 m
Akibat belokan pipa = 0,032 m

H losses = 0,0074 + 0,532 + 0,032


= 0,571 m
H eff = H bruto H losses
= 6,47 0,571
= 5,899 m
3. Sedimen yang diperbolehkan terangkut
dalam saluran maksimum berdiameter 0,2
mm dan diameter yang lebih besar
diendapakan dalam bak pengendap.

4. Perencanaan bangunan pembangkit


Saluran pengarah
Lebar
=2m
Kedalaman air
=1m
Panjang saluran
= 27,5 m
Kemiringan saluran = 0,000144
Pelimpah samping
Qpelimpah
= 0,541 m3/dt
Tinggi pelimpah
= 0,17 m
Lebar pelimpah
=3m
Alat ukur drempel
Lebar
=2m
Tinggi drempel
= 0,3 m
Panjang drempel
=1m
Jari-jari kelengkungan = 0,1 m
drempel
Bak pengendap
Kedalaman air
= 1,5 m
Lebar bak
=4m
Panjang bak
= 11,5 m
Kemiringan dasar bak= 0,0000089
Kantong pasir
Panjang kantong
= 11,5 m
Lebar kantong
=3m
Kemiringan dasar
= 0,0012
Pipa pesat
Diameter = 30 atau 0,762 m
Kecepatan aliran = 2,302 m/detik
Tebal pipa
= 8 mm
Turbin
Jenis turbin= Cross Flow T 15 500
Putaran spesifik
= 120 rpm
Putaran jenis turbin
= 119 rpm
Frekuensi
= 50 Hz
Jumlah katup
= 52
5. Daya listrik yang dihasilkan
Daya maksimum = 43,105 kW
Energi listrik per = 351.228,24 kWh
tahun
6. Perhitungan ekonomi
Biaya pembangunan
= Rp 661.650.000,00
Biaya pengembalian pinjaman
per tahun
= Rp 85.686.702,03
Biaya perawatan per tahun
= Rp 48,000,000.00
Pendapatan per tahun
= 605 x 351.470.309,60
= Rp. 212.493.085,20

Neraca Cas Flow

24

Harga satuan listrik:


Sampai tahun ke 10 = Rp 605,00/kWh
Setelah tahun ke 10 = Rp 136,66/kWh
Pengehematan = Rp.605,00 Rp.136,66 = Rp.468,34
=

x 100% = 77,41%

5.2. Saran
Beberapa batasan sengaja diambil agar tugas akhir
perencanaan ini dapat diselesaikan dengan waktu yang
terbatas, sehingga penulis berharap pembaca yang
hendak menyusun Tugas Akhir bertema sama :
1. Perlu menggunakan literatur yang tebaru
untuk menunjang pengerjaan
2. Melakukan perhitungan terperinci terhadap
bangunan sipil yang lain dan strukturnya
untuk melengkapi pengerjaan.
3. Melakukan perhitungan ekonomi secara
terperinci agar bisa diketahui hasil yang lebih
mendekati kenyataan.

25

Anda mungkin juga menyukai