id
digilib.uns.ac.id
i
SKRIPSI
HAFIDZ MAKRUF
K 6406033
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
oleh
HAFIDZ MAKRUF
K 6406033
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABST RAC
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..............................................................................
ii
PERSETUJUAN................................ .....................................................
iii
PENGESAHAN......................................................................................
iv
ABSTRAK..............................................................................................
ABSTRA C................................................................................................
vi
MOTTO................................ ..................................................................
vii
PERSEMBAHAN ..................................................................................
viii
ix
xi
xiv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................
xv
xvi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang M asalah................................ .............................
10
11
14
16
18
20
21
23
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
28
28
2. Waktu Penelitian................................................................ ..
28
29
29
30
30
1. Informan .............................................................................
31
31
3. Dokumen .............................................................................
31
32
33
1. Observasi ............................................................................
33
2. Wawancara ..........................................................................
34
35
35
1. Trianggulasi........................................................................
36
37
G. Analisis Data...............................................................................
37
1. Pengumpulan Data...............................................................
37
2. Reduksi Data........................................................................
37
37
4. Penarikan kesimpulan..........................................................
37
38
38
39
39
39
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
40
40
41
43
44
44
44
45
46
47
e) Kampanye................................................................ .......
48
49
49
50
56
61
65
67
68
69
71
B. Implikasi................................ .....................................................
72
C. Saran ...........................................................................................
73
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................
74
LAMPIRAN ...........................................................................................
76
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Waktu dan Kegiatan Penelitian ................................ ................
28
56
60
62
xiv
63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Skema Kerangka Berfikir .....................................................
27
38
39
42
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. UU No 22 tahun 2007 tentang pemilihan umum .............
76
109
127
134
156
171
172
xvi
173
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB 1
PENDAHULUAN
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
Setiap daerah dipimpin oleh Kepala Pemerintah daerah. Kepala daerah untuk
provinsi disebut Gubernur, untuk Kabupaten disebut Bupati, dan untuk Kota
disebut walikota. Kepala daerah dibantu oleh seorang wakil kepala daerah.
Untuk provinsi disebut wakil gubernur, untuk kabupaten disebut wakil bupati
dan untuk kota disebut wakil wali kota. Kepala Daerah dan wakil kepala
daerah dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat di daerah yang
bersangkutan.
(Nuansa Aulia, 2005: 11)
Penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah dalam
undang-undang ini dilaksanakan oleh
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
dan profesional dapat mengakibatkan hilangnya hak politik warga negara. Arbi Sanit
(2003: 19) berpendapat:
Namun Persoalan yang tampaknya sepele ini sangat penting untuk dua alasan
utama. Pertama, pendataan pemilih dan penjaminan bahwa semua orang telah
terdaftar sebagai pemilih merupakan hak esensial warga negara sesuai prinsip
fundamental one person, one voice, one vote dalam setiap sistem politik
demokratis. Kedua, kelemahan pada tahapan ini membawa implikasi pada
legitimasi hasil pemilukada apabila ternyata jumlah pemilih sangat rendah
yang disebabkan karena pemilih tidak terdaftar seperti masalah DPT .
Selain dari efektivitas dari KPU Kota dalam melakukan validitas data pemilih
secara profesional dan akurat, hal lain yang tidak kalah penting dari esensi pelaksanaan
Pemilukada adalah partisipasi dari para pemilih itu sendiri.
Miriam Budiarjo (1982: 1-
pelaksanaan
Pemilukada yang baik salah satunya adalah semakin banyak pemilih yang memberikan
suaranya yang berarti semakin berkualitas hasil yang didapatkan, begitu pula
sebaliknya
Konkretnya peran mas yarakat masih rendah terhadap pelaksanaan pemilukada
itu sendiri, mengurai penyebab golput memang beragam. Samsul wahidin (2008: 7)
yang jika diruntut akan panjang. Pertama karena administrasi, kedua karena problem
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
Seperti halnya kasus yang terjadi pada pemilu presiden beberapa waktu yang
lalu, banyak masyarakat mempertanyakan keberadaan Komisi Pemilihan Umum Daerah
(KPU Kota) Surakarta sebagai lembaga yang bertanggung jawab
terhadap
pemilih tanpa Kartu Tanda Penduduk dan ratusan pemilih yang sudah meninggal
masyarakat bahwa kinerja KPU Kota Surakarta tidak seperti yang diharapkan
masyarakat dan diamanatkan oleh undang-undang.
Akan tetapi setelah pelaksanaan pemilukada kota Surakarta digelar, tidak
sepenuhnya apa yang diprediksikan oleh warga surakarta bahwa akan terdapat banyak
suara yang hilang seperti yang terjadi dalam pemilihan presiden dikarenakan kurang
profesionalnya KPU dalam memenuhi hak pilih warga Surakarta, meskipun masih ada
beberapa warga yang tidak mendapatkan hak pilih yang seperti tidak terdaftar dalam
DPT ataupun DPS meskipun pada kesempatan yang lalu selalu terdaftar dalam DPT,
selain itu juga terdapat warga yang notabenya pemilih baru yang belum tercatat dalam
DPT kerena usianya baru mencapai 17 tahun ketika mendekati pelaksanaan pemilukada,
namun presentasinya tidak setinggi pada pelaksanaan pemilu presiden tahun lalu. Ketua
KPU kota surakarta Didik Wahyudiono mengatakan:
Prosentasi warga surakarta yang menggunakan hak pilihnya dalam
pelaksanaan pemilukada cukup tinggi yaitu kurang lebih mencapai angka
71,5% dari jumlah DPT yang terdaftar oleh KPU kota Surakarta. Meskipun
dari pihak KPU sendiri mengharapkan partisipasi warga Surakarta dapat
mencapai angka 75%. (Solopos, 5 M ei 2010).
Dari hasil ini sudah cukup dikatakan bahwa mas yarakat kota Surakarta
memiliki tingkat partisipatif yang tinggi jika dibandingkan dengan daerah lain yang juga
menggelar pelaksanaan pemilukada, dinyatakan bahwa:
Kabupaten wonogiri yang tingkat partisipasinya 65,5%, kabupaten sukoharjo
dengan tingkat partisipasi 66%, kabupaten boyolali dengan tingkat partisipasi
66,9%, dan kabupaten klaten dengan tingkat partisipasi 66,7%, sedangkan kota
Surakarta dapat mencapai angka 71% untuk tingkat partisipasi masyarakat
dalam pemilukada.
(Joglosemar, 22/09/2010).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
erdasarkan
strategi yang dilakukan oleh KPU kota Surakarta dalam mengakomodir warga yang
sudah memiliki hak pilih dalam rangka memenuhi hak pilih warga Surakarta pada
pelaksanaan Pemilukada di Kota Surakarta tahun 2010, serta hal-hal apa saja yang
mempengaruhi warga surakarta sehingga antusias berpartisipasi dalam menggunakan
hak pilihnya dalam pelaksanaan pemilukada di kota surakarta tahun 2010 sehingga
mencapai prosentase tingkat partisipasi yang tinggi, maka penulis tertarik untuk
Pemenuhan Hak Pilih
Warga
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah atau sering diistilahkan problematika merupakan bagian
penting dalam penulisan karya ilmiah. Dengan adanya permasalahan yang jelas, maka
proses pemecahannya akan terarah. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan
di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut ini:
1. Bagaimana strategi yang dilakukan oleh KPU kota surakarta dalam mengakomodir
warga yang sudah memiliki hak pilih dalam rangka pemenuhan hak pilih warga
surakarta dalam pemilukada langsung tahun 2010?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesadaran partisipasi warga surakarta
dalam menggunakan hak pilihnya pada pelaksanaan pemilukada langsung tahun
2010 sehingga dapat tercapai tingkat prosentasi partisipasi yang tinggi?
C. Tujuan Penelitian
Dalam setiap penelitian pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai. Dengan
tujuan yang jelas tersebut akan mempermudah dalam melakukan penelitian. Adapun
tujuan penelitian yang akan dicapai oleh peneliti adalah:
1. Untuk mengetahui Bagaimana strategi yang dilakukan oleh KPU kota surakarta
dalam mengakomodir warga yang sudah memiliki hak pilih dalam rangka
pemenuhan hak pilih warga surakarta dalam pemilukada langsung tahun 2010.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan
pembaca pada umumnya baik secara teoritis maupun praktis. Hasil penelitian ini
diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya
bidang studi kewarganegaraan dan disiplin ilmu lain yang sesuai dengan penelitian
ini
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pembanding bagi siapa saja yang ingin
mengkajinya lebih dalam lagi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pemerintah
Diharapkan dapat memberikan masukan pada pemerintah untuk melaksanakan
Pemilukada pada periode berikutnya dengan lebih baik, khususnya dalam
pemenuhan hak pilih bagi warga.
b. Bagi Masyarakat
Membuka cakrawala masyarakat akan pemahaman tentang pentingnya hak pilih yang
seharusnya diperoleh serta bagaimana menggunakan hak tersebut dalam Pemilukada
yang dilaksanakan secara langsung.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Hak Pilih
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2005 tentang
pemilihan, pengesahan, pengangkatan, dan pemberhentian kepala daerah dan wakil
kepala daerah
Indonesia yang pada hari pernungutan suara pemilihan sudah berumur, 17 (tujuh belas)
Kemudian dijelaskan lagi
dalam pasal 16 mengenai syarat pemilih dapat menggunakan hak sebagai pemilih antara
Nuansa Aulia, 2007:11
Hal tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a.
Untuk dapat menggunakan hak memilih dalam pemilihan, Warga Negara Republik
Indonesia harus terdaftar sebagai pemilih.
Seorang Warga Negara Republik Indonesia yang telah terdaftar dalam daftar
pemilih ternyata tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
tidak dapat menggunakan hak memilihnya.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tidak semua warga Negara
Indonesia, baik yang sudah menikah atau telah berumur 17 tahun dapat menggunakan
hak pilihnya dalam kegiatan pemilu atau pemilukada jika belum memenuhi persyaratan
seperi yang telah diamanatkan dalam pasal 16 PP no. 6 tahun 2005.
2. Tinjauan Tentang Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota
Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPU Kota) merupakan lembaga yang
berwenang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
di wilayah kerjanya dan tidak bertanggung jawab secara hukum kepada DPRD dan
amun pada pelaksanaannya KPU Kota juga bertanggung
jawab terhadap DPRD tekait penggunaan anggaran dalam pelaksanaan pemilukada,
dikarenakan menggunakan dana dari APBD wilayah penyelenggaraan.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 6 tahun 2005
tentang pemilihan, pengesahan, pengangkatan, dan pemberhentian kepala daerah dan
wakil kepala daerah pasal 1 ayat 6
menjadi KPU Prov
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
provinsi dan kota/kabupaten. Namun pada pelaksanaan pemilukada tahun 2010 kota
surakarta mengacu pada PP No. 49/2008 dengan menyebut KPU kota Surakarta.
Berdasarkan pendapat diatas yang dimaksud dengan KPU kota adalah KPU
provinsi dan KPU kabupaten/kota yang diberi wewenang menyelenggarakan
pemilukada langsung dengan posisi tertinggi diwilayah kerjanya.
b. KPU Kota sebagai Lembaga Negara
Menurut Mourice Duverger (1989: 19
adalah model
Paule B. Horton dan Chester L. Hunt (dalam Aminudin Ram dan tita Sobari,
1999:
untuk mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat dipandang penting,
atau secara formal, sekumpulan kebiasaan dan tata kelakuan yang berkisar pada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
6) Meneliti persyaratan calon kepala darah dan wakil kepala daerah yang dius ulkan
7) Menetapkan pasangan calon yang telah memenuhi persyaratan
8) Menerima pendaftaran dan tim kampanye
9) Mengumumkan sumbangan dana kampanye
10) Menetapkan hasil rekapitulasi perhitungan suara dan mengumumkan hasil
pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah
11) Melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksannaan pemilihan kepala daerah dan
wakil kepala daerah
12) Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur oleh peraturan perundangundangan
13) Menetapkan kantor akuntan publik untuk mengaudit dana kampanye dan
mengumumkan hasil audit.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
6 Tahun 2005
pemilihan, KPU kabupaten atau kota membentuk PPK, PPS, dan KPPS,
2)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
apa
saja yang dapat dilakukan oleh KPU kota dalam masyarakat sebagai organisasi
tahapan pemilukada ini merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan seperti pada
mestinya apabila KPU kota tidak menjalankan salah satu saja maka akan
terhambatnya proses pemilukada.
Pada pemilukada segala sesuatu yang berkaitan dengan pengaturan tata
pelaksanaan pemilukada diserahkan kepada KPU kota setempat, sedangkan KPU
diatasnya hanya bertugas sebagai supervisi. Dengan begitu, pada pemilukada
bupati/walikota, maka KPU kabupaten atau kota yang memiliki peranan penting
untuk membuat aturan main tata pelaksanaan pemilukada, sementara fungsi supervisi
diberikan KPU provinsi. Untuk pemilukada gubernur, KPU provinsi yang
menyelenggarakan dengan supervisi dari KPU pusat.
Ketentuan KPU kota sebagai penyelenggara Pemilukada ini telah diatur oleh
UU No. 32 Tahun 2004 dan PP No. 6 T ahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan
dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Dalam PP tersebut
disebutkan bahwa penyelenggaraan pemilukada adalah KPU kota. Jadi KPU kota
yang memiliki peran dominan dalam penyelenggaraan pemilukada sebagai mana
yang termuat dalam pasal 4 ayat (1) berikut:
1) Pemilihan kepala daerah diselenggarakan oleh KPU kota
2) Dalam menyelenggarakan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,
KPU provinsi menetapkan KPU kabupaten/kota sebagai bagian
pelaksanaan tahap penyelenggaaan pemilihan.
3) Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan secara
demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan
adil.
4) Dalam pelaksanaan pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 KPU
kota/kabupaten bertanggung jawab kepada DPRD.
(Nuansa Aulia, 2007:6)
Fungsi KPUD sebagai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
tidak bersifat independen karena dibentuk oleh KPU dan bertanggung jawab kepada
KPU.
Menurut Pasal 78 Undang-Undang No.22 Tahun 2007 menyatakan bahwa
tugas dan wewenang Panwaslu Kabupaten Kabupaten/Kota adalah:
Mengawasi tahapan penyelenggaraan Pemilu di wilayah kabupaten/kota,
menerima laporan dugaan pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan
perundang-undangan mengenai Pemilu, menyelesaikan temuan dan laporan
sengketa penyelenggaraan Pemilu yang tidak mengandung unsur tindak
pidana, menyampaikan temuan dan laporan kepada KPU Kabupaten/Kota
untuk ditindaklanjuti, meneruskan temuan dan laporan yang bukan menjadi
kewenangannya kepada instansi yang berwenang, menyampaikan laporan
kepada Bawaslu sebagai dasar untuk mengeluarkan rekomendasi Bawaslu
yang berkaitan dengan adanya dugaan tindakan yang mengakibatkan
terganggunya tahapan penyelengga raan Pemilu oleh penyelenggara Pemilu
di tingkat kabupaten/kota, mengawasi pelaksanaan tindak lanjut
rekomendasi Bawaslu tentang pengenaan sanksi kepada anggota KPU
Kabupaten/Kota, sekretarisdan pegawai sekretariat KPU Kabupaten/Kota
yang terbukti melakuka n tindakan yang mengakibatkan terganggunya
tahapan penyelenggaraan Pemilu yang sedang berlangsung, mengawasi
pelaksanaan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu, dan melaksanakan tugas
dan wewenang lain yang diberikan oleh undang-undang.
Adapun dapat dijelaskan dalam mengawasi tahapan penyelenggaraan
Pemilu di wilayah kabupaten/kota meliputi:
1) Pemutakhiran data pemilih berdasarkan data kependudukan dan penetapan daftar
pemilih sementara dan daftar pemilih tetap.
2) Pencalonan yang berkaitan dengan persyaratan dan tata cara pencalonan anggota
Dewan Perwakilan R akyat Daerah Kabupaten/Kota dan pencalonan kepala
daerah dan wakil kepala daerah kabupaten/kota.
3) Proses
penetapan
calon
anggota
Dewan
Perwakilan
Rakyat
Daerah
Kabupaten/Kota dan pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah
kabupaten/kota.
4) Penetapan
pasangan
calon
kepala
kepala
kabupaten/kota.
5) Pelaksanaan kampanye.
6) Perlengkapan Pemilu dan pendistribusiannya.
7) Pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara hasil Pemilu.
8) Mengendalikan pengawasan seluruh proses penghitungan suara.
daerah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
daerah yang bebas dan adil diperlukan berbagai macam peraturan-peraturan yang
mendasari kebijakan ini.
Adapun
peraturan
perundangan
yang
mengatur
tentang
pelaksanaan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
pemerintah
dan
politik.
Sudrajat
(2003:
www.uk.geocities.com)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
empat fungsi penting yang diperluk/an semua sistem : Adaptation (A), goal attainment
(G), integration (I), dan latensi (L) atau pemeliharaan pola. Secara bersama-sama,
keempat imperatif fungsional ini dikenal sebagai skema AGIL. Agar tetap bertahan
(survive), suatu sistem harus memiliki empat fungsi ini :
a. Adaptation (Adaptasi): sebuah sistem harus menanggulangi situasi eksternal yang
gawat. Sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan
lingkungan itu dengan kebutuhanya.
b. Goal attainment (Pencapaian tujuan): sebuah sistem harus mendefinisikan dan
mencapai tujuan utamanya.
c. Integration (Integrasi): sebuah sistem harus mengatur antarhubungan bagian-bagian
yang menjadi komponennya. Sistem juga harus mengelola antarhubungan ketiga
fungsi penting lainya (A, G, L).
d. Latency (Latensi atau pemeliharaan pola): sebuah sistem harus melengka pi,
memelihara dan memperbaiki, baik motivasi individual maupun pola-pola kultural
yang menciptakan dan menopang motivasi.
Sehingga dari teori Talcott Parsons dapat ditekankan bahwa suatu
organisasi/lembaga dalam hal ini KPU kota Surakarta agar dapat berjalan sesuai dengan
tujuan maka harus memenuhi empat fungsi milik Talcott Parsons yaitu
a. Adaptation (Adaptasi): dalam menggunakan strateginya KPU kota surakarta
beradaptasi dengan budaya dan kegiatan yang banyak digemari masyarakat
Surakarta, dalam hal ini sosialisasi pemilukada dengan mengadakan karnaval,
panggung hiburan dan pemutaran film layar lebar yang banyak diminati warga
Surakarta.
b. Goal attainment (Pencapaian tujuan): dengan diadakannya berbagai acara tersebut
diharapkan masyarakat memahami informasi seputar pemilukada, sehingga respek
dan peduli terhadap pelaksanaan pemilukada yang diwujudkan dengan tingginya
partisipasi mayarakat.
c. Integration (Integrasi): KPU Kota Surakarta mempunyai aturan yang jelas dalam
mengatur hubungan dengan lembaga dibawahnya seperti PPK, PPS, dan KPPS
sehingga setiap tahapan dapat terlaksana dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
Data
Pemilih Pada
penelitianya adalah (1) KPUD telah berperan secara maksimal dalam seluruh tahapan
pendataan pemilih pada pilkada Bupati dan Wakil Bupati yang diselenggarakan di
Cilacap Tanggal 09 September 2007. KPUD dalam menjalankan tugasnya berpedoman
pada UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang dikombinasikan dengan
UU No 22 Tahun 2007 tentang Pemilihan Umum yang direalisasikan kedalam bentuk
Keputusan-keputusan KPUD Cilacap, (2) Hambatan-hambatan yang terjadi dalam
pilkada Bupati dan Wakil Bupati yaitu permasalahan daftar pemilih. Proses pendataan
yang relatif singkat, daftar pemilih yang diperoleh dari Capil acak, peraturan yang
kurang jelas mengatur tentang anggaran pendataan pemilih, sosialisasi dan pendidikan
politik yang kurang mengena pada masyarakat serta masyarakat yang kurang proaktif
dalam proses pendataan, (3) Strategi yang dilakukan KPUD dalam menghadapi
permasalahan diatas adalah dengan cara untuk mengatasi pemilih yang cenderung pasif,
KPUD melakukan sosialisasi secara simultan kepada masyarakat, untuk masalah
anggaran KPUD mengkonsltasikanya kepada BPK perwakilan Jawa T engah dan DIY
dan mengirimkan suart keterangan kepada perwakilan BPK tersebut untuk diberikan ke
KPU Provinsi dan KPU Pusat, Permasalahan DP4 yang acak, KPUD menetapkan DP4
ini menjadi DPS dan dipecah atau dikelompokan menjadi DPS per T PS untuk dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
pengecekan sehingga lebih dekat dengan pemilih, dan masalah sosialisasi yang
diberikan pada warga Cilacap, yakni melalui media: Iklan di radio-radio sekabupaten
Cilacap, Memasang sepanduk di tempat-tempat umum, Menyebarkan Liflet ( pamflet).
Dan juga dalam sosialisasi ini KPUD melibatkan LSM-LSM terkemuka dan membentuk
organisasi khusus yang disebut dengan TOT ( Training OF Trans) yang bekerja sama
dengan LSM JPPR, Muhammadiyah, NU, Ansor, Pemuda Muhammadiyah, Fatayat,
Muslimat, Nasiatul Aisyah, KPI (Koalisi Perempuan Indonesia), Guru-guru PKN di
Kabupaten Cilacap yang anggaran dananya diberikan oleh KPUD.
B. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir merupakan alur penalaran yang didasarkan pada masalah
penelitian yang digambarkan secara menyeluruh dan digunakan sebagai acuan dalam
penelitian. Berdasar kajian teori diatas, penulis dapat menyusun kerangka berfikir
sebagai berikut:
Untuk menjamin terpenuhinya hak pilih warga dalam penyelenggaraan
pemilihan kepala daerah di kota Surakarta, yang mana telah dijelaskan dalam PP No.6
tahun 2005 bahwa yang berkewenangan adalah KPU kota, hal ini akan menjadi sangat
rawan dan berpotensi menimbulkan konflik jika KPU Kota Surakarta tidak bisa
mengakomodir warga Surakarta, Akan
dilaksanakan pada tanggal 26 april 2010 lalu mendapatkan hasil yang cukup signifikan,
karena tingkat partisipasi masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya cukup tinggi
dibanding dengan daerah lain yang melaksanakan Pemilukada, maka secara otomastis
kinerja dari KPU kota Surakarta dalam memenuhi hak pilih warga Surakarta dilakukan
dengan strategi yang tepat sasaran dalam rangka terpenuhinya hak politik warga
Surakarta yaitu dengan:
1. Melakukan sosialisasi yang tepat sasaran dan masyarakat antusias untuk ikut
didalamnya seperti mengadakan panggung hiburan, pemutaran film layar lebar dan
karnaval yang diikuti pasangan calon yang dikemas dengan menarik, sehingga
masyarakat tidak bosan mengikutinya.
2. Pelaksanaan sosialisasi KPU kota Surakarta tidak bekerja sendiri, melainkan
bekerjasama dengan berbagai elemen kemasyarakatan yang ada di kota Surakarta.
Hal ini sangat membantu KPU kota Surakarta karena semakin banyak informasi yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
pula sebaliknya.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi
warga
Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
Berpartisipasi
Menggunakan
Hak Pilih
Golput
Disebabkan karena:
kinerja KPUD beserta jajaranya dilapangan
dalam rangka memenuhi hak pilih
masyarakat
Kurangnya Sosialisasi
Lemahnya Kesadaran masyarakat dalam
bepartisipasi dalam pemilu
Kekecewaan masyarakat terhadap pemerintah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI PENE LITIAN
Kegiatan
Feb
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Mar-Jun
Pengajuan Judul
Penyusunan Proposal
Ijin Penelitian
Pengumpulan Data
Analisis Data
Penyusunan Laporan
25
2010
Jul Agu-Nov
Des
2011
Jan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
enelitian
enyelidikan deskriptif
tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang . Karena banyak sekali
ragam penyelidikan demikian metode penyelidikan deskriptif
penyelidikan
yang
menuturkan,
menganalisa, dan
diantaranya ialah
mengklasifikasi.
Sehingga
menurutnya metode deskriptif adalah menuturkan dan menafsirkan data yang ada,
misalnya tentang situasi yang dialami, satu hubungan kegiatan, pandangan, sikap yang
menampak, atau tentang satu proses yang sedang berlangsung pengaruh yang sedang
bekerja, kelainan yang sedang muncul, kecenderungan yang menampak, pertentangan
yang meruncing, dan sebagainya.
Pada umumnya penelitian-penelitian deskriptif terdiri dari berbagai jenis, disini
Ritual Constraint
yang dikemukakan ole
organisasi yang ada merupakan kesengajaan lewat apa yang menurut mereka sedang di
capai . Maka struktur yang ada adalah menurut konteksnya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
2. Strategi Penelitian
Strategi penelitian yang digunakan adalah strategi penelitian tunggal
terpancang. Mengenai model ini HB. Sutopo (2002: 112) menjelaskan bahwa
Walaupun dalam penelitian kualitatif ditemui adanya bentuk penelitian terpancang
(embeded resarch) yaitu penelitian kualitatif yang sudah menentukan fokus penelitian
berupa variabel utamanya yang akan dikaji berdasarkan tujuan dan minat penelitiannya
sebelum peneliti ke lapangan studinya .
Peneliti sudah menentukan terlebih dahulu fokus dari pada variabel utama yaitu
KPU kota Surakarta. Akan tetapi dalam hal ini peneliti tetap tidak melepaskan variabel
fokusnya (pilihannya) dari sifatnya yang holistik sehingga bagian-bagian yang diteliti
tetap diusahakan pada posisi yang saling berkaitan dengan bagian-bagian dari konteks
secara keseluruhan guna menemukan makna yang lengkap.
C. Sumber Data
Menurut HB. Sutopo (2002: 50-
penelitian kualitatif dapat berupa manusia, peristiwa, atau aktivitas, tempat atau lokasi,
Pendapat lain tentang sumber data dalam penelitian kualitatif adalah yang
diungkap oleh Lofland (dalam Lexy J. M oleong, 2004: 157) menjelaskan bahwa
umber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya
adalah data tambahan seperti dokumen dan lainbagian ini jenis datanya dibagi ke dalam kata -kata dan tindakan, sumber data tertulis,
foto, dan statistik.
Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menggunakan sumber data yang berupa
informan, tempat, dan peristiwa serta arsip dan dokumen, lebih lanjut dijelaskan sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
1. Informan
Informan adalah manusia sebagai sumber data yang perlu dipahami, bahwa
mereka terdiri dari beragam individu dan memiliki beragam posisi. Oleh karena itu di
dalam memilih siapa yang akan menjadi informan, peneliti wajib memahami posisi
dengan beragam peran serta yang ada sehingga dapat diperoleh informasi pernyataan
maupun kata-kata yang diperoleh dari informan yang disebut data primer atau sering
disebut sebagai informan kunci (key informan). Informan dalam penelitian ini yakni
orang-orang yang terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan di KPU ko ta yaitu Didik
wahyudiono (Ketua KPU Kota Surakarta), Lestari S.H M.Hum (divisi hukum dan
pengawasan) dan Setyo Budiarto, S.Sos (divisi teknis dan humas) dan lembaga lain
dibawah KPU kota Surakarta yaitu dengan Surachmad, S.Sos (Anggota PPK Pasar
Kliwon), Rustamal (Ketua PPS Sangkrah) dan Dian Anggraini (Ketua KPPS TPS 3
Sangkrah)
2. Tempat dan Peristiwa
Penulis dalam penelitian ini mengambil tempat penelitian di kota surakarta
sedangkan peristiwa yang dimaksud adalah masalah pemenuhan hak pilih yang
dilakukan oleh KPU kota Surakarta serta hal apa saja yang mempengaruhi tingginya
tingkat kesadaran partisipasi warga Surakarta dalam menggunakan hak pilihnya secara
aktif, semuanya akan digali lewat sumber lokasinya yang merupakan tempat atau
lingkungannya. Sehingg a dari pemahaman tersebut bisa ditarik kesimpulan yang
berkaitan dengan permasalahan tersebut.
3. Dokumen
Sumber data yang kedua atau data sekunder dalam penelitian ini adalah
dokumen. Dokumen disini antara lain: Keputusan KPU kota Surakarta No. 13 tahun
2010 tentang perubahan keputusan KPU tentang jumlah penetapan pemilih dan tempat
pemungutan suara, Keputusan KPU kota surakarta no.4 tahun 2009 tentang pedoman
sosialisasi penyelenggaraan pemilihan umum walikota dan wakil walikota Surakarta
tahun 2010, Materi Sosialisasi Pemilukada Tahun 2010, dan Berita acara rekapitulasi
penerimaan rekapitulasi perhitungan suara pasangan calon walikota dan wakil walikota
tahun 2010.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
eseluruhan subjek
penelitian . Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah
penelitian, maka peneliti harus meneliti populasi. Namun dalam penelitian besar peneliti
tidak mungkin meneliti seluruh populasi yang ada. Selain hal ini merepotkan,
membutuhkan waktu yang lama juga biaya yang besar pula. Untuk mengantisipasi
hambatan tersebut maka peneliti meneliti sebagian dari populasi saja. Penelitian seperti
ini disebut penelitian sampel.
Dalam penelitian kualitatif sampel akan ditunjukkan oleh peneliti dengan
mempertimbangkan bahwa sampel itu mengenai masalah yang diteliti, jujur, dapat
dipercaya dan datanya bersifat obyektif. Kemudian teknik cuplikan yang biasa di
gunakan adalah teknik cuplikan yang bersifat selektif
dengan menggunakan
Untuk
menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai sumber bangunan dan menggali
informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang akan muncul .
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa populasi adalah
merupakan bagian sampel. Apabila yang menjadi populasi adalah warga masyarakat
Kota Surakarta yang berjumlah penduduk 525.505 orang (berdasarkan surat Sekda No.
470/4.868/tgl 11 Desember 2009 jumlah penduduk Surakarta per tanggal 11 Desember
2009) yang tersebar dalam 5 kecamatan. Maka pada tahap pengambilan sampling,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
sampel yang diambil adalah 5 kecamatan yaitu dari kecamatan jebres, pasar kliwon,
banjarsari, laweyan, dan serengan. Pemilihan kelima kecamatan ini dilakukan dengan
teknik purposive sampling. Sedangkan sample yang diambil adalah 50 orang dari
kelima kecamatan tersebut yang diambil secara proposional karena dengan teknik ini
peneliti berasumsi mereka memiliki hak yang sama sebagai pemilih.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
tingkat kesadaran partisipasi warga Surakarta dalam menggunakan hak pilihnya dalam
pemilukada langsung tahun 2010.
2. Wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik untuk mendekati sumber informasi dengan
cara tanya jawab sepihak yang di kerjakan secara sistematis dan berdasarkan kepada
tujuan penelitian. H.B. Sutopo mengemukakan bahwa:
Wawancara di dalam penelitian kualitatif pada umumnya di lakukan dengan
pertanyaan yang bersifat open-ended, dan mengarah pada kedalaman
informasi, serta dilakukan dengan cara yang tidak formal terstruktur, guna
menggali pandangan subyek yang diteliti tentang banyak hal yang sangat
bermanfaat untuk menjadi dasar bagi penggalian informasinya secara lebih
jauh dan mendalam. (H.B. Sutopo,2002: 59).
Maka dari itu penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam
(Indepth interviewing), karena dengan wawancara mendalam peneliti akan memperoleh
data dari para informan, dengan maksud agar dapat mengungkap permasalahan yang
diteliti melalui pertanyaan atau sikap, baik melalui nada bicara, mimik, ataupun sorot
matanya.
Pada penelitian ini penulis melaksanakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
3. Analisis Dokumen
Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai data yang dapat
digunakan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan hal-hal yang akan
terjadi pada masa yang akan datang. Teknik dokumentasi dapat berupa arsip -arsip yang
berupa catatan-catatan yang relevan serta benda-benda fisik lainnya.
Menurut H. B. Sutopo (2002
merupakan bahan tertulis yang bergayutan dengan suatu peristiwa atau aktivitas
Dalam penelitian ini dokumen yang digunakan dengan cara mempelajari bukubuku, laporan-laporan, peraturan, arsip-arsip ataupun dokumen lainnya yang relevan
dengan permasalahan penelitian.
F. Validitas Data
Suatu penelitian untuk menjamin keabsahan data yang diperoleh, maka
validitas datanya dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
1. Trianggulasi
Pengertian trianggulasi menurut Lexy J. M oleong (2004: 330) bahwa
n sesuatu
yang lain di luar data itu untuk pengecekan atau sebagai bahan pembanding terhadap
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
2. Informan Review
Dari laporan yang di review oleh informan khususnya hal-hal dalam kegiatan
informan untuk mengetahui apakah yang di teliti merupakan sesuatu yang disetujui
mereka atau tidak.
G. Analisis Data
Menurut
Analisis data
adalah proses mengorganisasikan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar,
sehingga dapat ditemukan tema dan tempat dirumuskan hipotesis kerja seperti
1. Pengumpulan Data
Kegiatan ini digunakan untuk memperoleh informasi yang berupa kalimatkalimat yang dikumpulkan melalui kegiatan observasi, wawancara, dan dokumen. Data
yang diperoleh masih berupa data yang mentah yang tidak teratur, sehingga diperlukan
analisis agar data menjadi teratur.
2. Reduksi Data
Merupakan suatu proses seleksi, pemfokusan penyederhanaan dan abstraksi
dari data mentah (field note). H. B. Sutopo (2002: 92) berpendapat bahwa
adalah bagian dari proses analisis, yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus,
membuang hal-hal yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga
3. Sajian Data
Merupakan rakitan dari organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan
riset dapat dilakukan. Sajian data dapat berupa matriks, gambar atau skema, jaringan
kerja kegiatan dan table. Semuanya dirakit secara teratur guna mempermudah
pemahaman informasi.
4. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan akhir akan diperoleh bukan hanya sampai pada akhir pengumpulan
data, melainkan dibutuhkan suatu verifikasi yang berupa pengulangan dengan melihat
kembali data mentah (field note) agar kesimpulan yang diambil lebih kuat dan bisa
dipertanggung jawabkan.
Keempat komponen utama tersebut merupakan suatu rangkaian dalam proses
analisis data yang satu dengan yang lain sehingga tidak dapat dipisahkan, dimana
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
komponen yang satu merupakan langkah menuju komponen yang lainnya, sehingga
dapat dikatakan bahwa dalam penelitian kualitatif tidak bisa mengambil salah satu
komponen.
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dalam bagan berikut ini:
1
Pengumpulan Data
2
Reduksi Data
3
Sajian Data
4
Verifikasi/pengambilan
Kesimpulan
H. Prosedur Penelitian
Kegiatan penelitian ini direncanakan melalui beberapa tahapan, yaitu
. (H.
B. Sutopo, 2002: 187-190).
Untuk lebih jelasnya, masing-masing akan diuraikan sebagai berikut:
1. Tahap Pra Lapangan
a. Mengurus perijinan penelitian
b. Menyusun protokol penelitian, pengembangan pedoman pengumpulan data dan
menyusun jadwal kegiatan penelitian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
Tahap
Penelitian Lapangan
Tahap
Analisis Data
Tahap
Penulisan Laporan
Gambar 3. Prosedur Kegiatan Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN
yang memiliki
Pemilihan
Umum untuk
memilih
Anggota Dewan
37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
4) Melayani dan memperlakukan setiap peserta Pemilihan Umum secara adil dan
setara, serta menegakkan peraturan Pemilihan Umum secara konsisten sesuai
dengan peraturan perunda ng-undangan yang berlaku.
5) Meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk berpartisipasi aktif dalam
pemilihan umum demi terwujudnya cita -cita masyarakat Indonesia yang
demokratis.
bentuknya memerlukan
suatu organisasi
dan
manajemen untuk menjalankan aktivitasya, agar lembaga tersebut berjalan sesuai yang
diinginkan. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu perlindungan yang memadai untuk
membantu kelancaran jalanya organisasi yang bersangkutan. Adapun struktur
oraganisasi KPU dapat diliahat pada lampiran no. 5. Demikian pula dengan KPU Kota
Surakarta, struktur keorganisasian dari KPU Kota Surakarta ini dibagi dua yakni:
a. Keanggotaan
Anggota KPU Kota Surakarta tediri da ri 5 (lima) orang yang terdiri dari
seorang Ketua merangkap anggota. Ketua KPU Kota Surakarta dipilih dari dan oleh
anggota KPU Kota Surakarta. Anggota KPU Kota Surakarta diangkat dan
diberhentikan oleh KPU Provinsi.
b. Keseketariatan
Dalam melaksanakan tugasnya, KPU Kota Surakarta dibantu oleh
sekretariat yang dipimpin oleh Sekretaris dari Pegawai Negeri Sipil yang diusulkan
oleh walikota.
Berdasar peraturan KPU nomor 22 tahun 2008 Sekretariat KPU Kota
Surakarta terdiri dari:
1) Sekretaris KPU kabupaten/kota;
2) Sub bagian Program dan data;
3) Sub bagian Teknis pemilu dan Hubungan Masyarakat;
4) Sub bagian Hukum;
5) Sub bagian Umum dan logistik.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
Adapun bentuk struktur organisasi KPU Kota Surakarta adalah sebagai berikut:
: SK KPU nomor 22 tahun 2008
KETUA
KETUA
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Div .Sosialis
a si & pend.
pemilih
sekretaris
.
Subbag
Umum
Dan
logistik
Subbag
Program Dan
data
Subbag Teknis
pemilu dan
humas
Subbag
Hukum
: Didik Wahyudiono
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
4) Anggota
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
B.
pengangkatan, dan pemberhentian kepala daerah dan wakil kepala daerah dan PP No. 17
tahun 2005 tentang perubahan atas PP No. 6 tahun 2005.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
9 tahun 2008 tentang tahapan, program, dan jadual penyelenggaraan pemilu. KPPS
dibentuk sebanyak 7 orang yang terdiri dari 1 (satu) ketua dan 6 (enam) anggota dan
dibantu 2 (dua) anggota satuan pertahanan sipil. Dalam peraturan KPU No. 5 tahun
2008 tentang organisasi dan tata kerja PPK, PPS, dan KPPS, disebutkan KPPS dibentuk
dengan keputusan PPS. Ketua KPPS dipilih dari dan oleh anggota KPPS, sementara
anggota KPPS diangkat dan diberhentikan oleh PPS.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
ini oleh KPU Pusat diputuskan untuk melakukan kegiatan pendaftaran pemilih susulan.
Kegiatan pemilih susulan dilakukan oleh PPS semua kelurahan dan rekapitulasi pemilih
susulan dilakukan di KPU Kota Surakarta yang selanjutnya diolah dan digabungkan
dalam daftar pemilih sementara.
Penyusunan DPT
Daftar Pemilih Tetap (DPT) disusun dengan cara menggabungkan DPS dengan
daftar pemilih susulan. Format DPT sama dengan DPS dimana terdiri dari Nomor, NIK,
tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, umur, status perkawinan, alamat dan kolom
keterangan. Daftar pemilih tetap merupakan daftar pemilih terakhir yang dijadikan
acuan untuk melaksanakan pemilihan umum. Langkah selanjutnya adalah membuat
salinan DPT yang berisi daftar pemilih untuk tiap TPS.
Perjuangan
e) Kampanye
Kampanye merupakan metode dan tehnik komunikasi politik dalam rangka
meraih dukungan dalam sebuah pemilihan dengan menyampaikan visi dan misi dan
program tertentu. Dalam pemilihan kepala daerah langsung saat ini kampanye menjadi
tahapan kegiatan yang cukup penting dalam meraih dukungan pemilih.
Kampanye dapat dilakukan dalam beberapa bentuk antara lain: a) Pertemuan
terbatas; b) Tatap muka atau dialog; c) penyebaran melalui media cetak dan media
elektronik; d) penyiaran melelui radio; e) penyebaran bahan kampanye kepada umum; f)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
Pemasangan alat peraga di tempat umum; g) Rapat umum; h) debat publik; i) kegiatan
lain yang tidak melanggar perundang-undangan.
Kampanye pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah dilaksanakan
selama 14 hari da berakhir 3 hari sebelum hari dan tanggal dilaksanakan pemungutan
suara. Pelaksanaan kampanye pemilukada kota Surakarta dilaksanakan tanggal 9 april
2010 sampai 22 april 2010.
Sebagaimana diatur dalam PP No. 6 tahun 2005 pasal 55 ayat (4), hari pertama
kampanye dilakukan dalam rapat paripurna DPRD berupa penyampaian visi, misi, dan
program dari masing-masung pasangan calon yang dilakukan berdasar urutan sesuai
nomor pasangan calon, dengan alokasi waktu yang sama dan tanpa dilakukan dialog.
Rapat paripurna dimaksud adalah rapat paripurna DPRD yang tidak memerlukan
quorum dan dapat dihadiri wakil masyarakat dan terbuka untuk umum.
f) Pemungutan Suara
Pemungutan dan perhitungan suara adalah tahapan yang paling penting dalam
sebuah pemilihan. Tak terkecuali pemilihan walikota dan wakil walikota Surakarta
2010. Segala persiapan yang dilakukan berbulan-bulan semua diarahkan pada
pelaksanaan dan perhitungan suara. Menyadari hal tersebut maka KPU Kota Surakarta
dalam rangka menyiapkan pemungutan dan perhitungan suara ini telah menyusun
langkah-langkah agar
pelaksanaannya dapat
menjamin
sisi
integrita,
akurasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
dikeluarkan pejabat yang berwenang, namun jika seorang warga negara yang telah
terdaftar dalam pemilih ters ebut tidak lagi memenuhi persyaratan: a. nyata-nyata tidak
sedang terganggu jiwa/ingatannya; b. tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan
putusan pengadilan yang teluh memperoleh kekuatan hukum tetap; dan c. berdomisili di
daerah pemilihan (Kota Surakarta) sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sebelum
disahkannya daftar pemilih sementara yang dibuktikan dengan Kartu T anda Penduduk.
Maka tidak dapat menggunakan hak pilihnya dalam pemilukada kota surakarta.
Hal ini menjadi tugas KPU kota Surakarta dalam menjamin hak pilih warga
kota Surakarta yang sudah memenuhi syarat untuk berpartisipasi dalam pemilukada kota
Surakarta tahun 2010. Dalam melaksanakan tugasnya melakukan pendataan pemilih,
ada beberapa tahapan sebelum dinyatakan menjadi Daftar Pemilih Tetap (DPT), yang
nantinya berhak memberikan suara dalam pelaksanaan pemilukada yang digelar 26
April 2010. Dalam penjelasananya Lestari S.H M.Hum mengatakan:
Dalam rangka menjamin hak warga kota Surakarta, KPU kota Surakarta
bekerjasama dengan dispenduk capil dalam melaksanakan kerjanya, mulai dari
penetapan DP4, DPS, Sampai penetapan DPT, akan tetapi kami juga
menghimbau kepada warga masyarakat untuk ikut aktif memantau sehingga
dapat meminimalisir terbuangnya hak pilih yang seharusnya didapatkan.
(Wawancara 23 november 2010)
Adapun Tahapan Pendataan Pemilih adalah sebagai berikut:
a. Pemutahiran Data Pemilih Pemilukada
Sesuai dengan ketentuan pasal 19 ayat (1) PP No. 6 tahun 2005 bahwa
aftar pemilih dalam pemilukada adalah menggunakan daftar pemilih pemilihan
presiden yang telah dimutahirkan dan divalidasi, ditambah dengan daftar pemilih
tambahan untuk digunakan sebagai bahan penyusunan daftar pemilih sementara
(DPS) . Selanjutnya akan dipaparkan proses dan mekanisme pemutahiran data
penduduk yang akan digunakan sebagai daftar pemilih dalam pemilukada langsung.
Berbeda dengan pemilihan legislatif dan pilpres, pendataan dan pendaftaran
pemilih saat itu dilakukan oleh KPU bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik
(BPS), sementara dalam pemilukada (walikota) Surakarta proses tersebut dilakukan
oleh KPU kota Surakarta, yang dilaksanakan oleh PPDP (Petugas Pemutakhiran Data
Pemilih) dibantu oleh dinas kependudukan dan catatan sipil (Dispenduk Capil),
sebagai perangkat daerah yang mengurusi tugas kependudukan dan catatan sipil,
dalam kegiatan pemutahiran data penduduk untuk pemilih pemilukada.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
Pemutahiran data ini perlu dilakukan karena sejak pemilu terakhir, Juli 2009
(Pilpres) sampai dengan pelaksanaan pemilukada yang di gelar bulan April 2010,
terdapat interval waktu yang cukup lama yaitu sekitar 9 (Sembilan) bulan lebih dan
besar kemungkinan telah terjadi perubahan atau mutasi penduduk, yang disebabkan
oleh : 1) perpindahan penduduk; 2) penduduk yang meninggal dunia; 3) penduduk
yang pada saat pilpres belum berumur 17 tahun, namun saat pemilukada sudah
mencapai usia 17 tahun atau lebih; 4) penduduk yang menjadi anggota TNI/ Polri; 5)
penduduk yang pensiun dari ikatan dinas TNI/Polri; 6) penduduk yang sudah
menikah, meskipun usianya belum mencapai 17 tahun; 7) tidak terdaftar dalam hasil
pendaftaran pemilih dan pendataan penduduk berkelanjutan.
b. Penetapan Daftar Pemilih Sementara
Dari hasil DP4 (Daftar Penduduk Potensial Pemilih Pemilukada) kota
Surakarta yang telah diterima, selanjutnya KPU kota Surakarta melalui masingmasing PPK menyerahkan hasil DP4 kota Surakarta kepada PPS untuk digunakan
dalam penyusunan dan penetapan Daftar Pemilih Sementara (DPS) di wilayah
masing-masing. Hasil dari DPS yang diserahkan tidak dalam bentuk print out namun
dengan memanfaatkan teknologi, data tersebut dibuat dalam bentu CD, namun dalam
tahapan ini sempat terjadi kendala, akibat pnggunaan program software yang dipakai
dispenduk capil dalam penyusunan daftar pemilih yangada dalam DP4. Karena
dibaca tanpa dapat di edit, sehingga hal ters ebut menyulitkan bagi petugas PPSuntuk
melakukan perbaikan daftar pemilih dan penyusunan DPS maupun DPT.
KPU kota Surakarta akhirnya memutuskan untuk melakukan cetak print out
terhadap daftar pemilih tersebut dan menyarankan kepada PPS agar memakai cara
dilakukan dengan cara pengeditan dalam proses pebaikan data PPS, maka dilakukan
secara manual oleh petugas PPS dengan pengetikan yang kemudian ditempel atau
ditambahkan dalam data yang ada dalam bentuk print out yang sebelumnya telah
dibagikan oleh KPU kota Surakarta.
Sebagian dari PPS bersedia menggunakan cara manual, namun sebagian
menyatakan keberatan karena cara tersebut dinilai kurang efisisendan rumit.
Menghadapi keadaan tersebut KPU kota Surakarta kemudian mengadakan rapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
koordinasi dengan pihak dispenduk capil kota Surakarta yang akhirnya diambil jalan
keluar yaitu pihak dispenduk capil akan mengkonversi data daftar pemilih tersebut
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
Permasalahan yang ditemui dalam DPS ini hampir dialami oleh semua
KPU daerah yang menyelenggarakan pemilukada.
c. Penetapan Daftar Pemilih Tetap
Merupakan tahapan akhir dalam proses penetapan pemilih yang berhak
memberikan hak pilihnya dalam pemilukada 26 April 2010, namun harus diakui
masalah pemilih cukup menguras tenaga dan membutuhkan perhatian ekstra dari
penyelenggara pemilukada, sebab masalah pemilih ini dianggap salah satu titik
rawan dalam tahapan pemilukada langsung. Dan ini terbukti, di beberapa daerah
masalah keakuratan dalam daftar pemilih ini menjadi pemicu munculnya reaksi
masyarakat maupun pendukung pasangan calon pasca pemilukada.
Oleh karena itu untuk menghadapi masalah ini perlu dicari langkah terbaik
dan ekstra hati-hati dalam mengambil keputusan berkaitan dengan pemilih ini, sebab
pada kenyataanya permasalahan ini belum berakhir, bahkan sampai batas waktu
penetapan DPT sesuai tahapan dan jadwal yang telah ditetapkan yaitu tanggal 19
februari 2010, sehingga KPU kota Surakarta harus merevisi jadwal penetapan DPT.
Namun dalam perjalananya setelah DPT ini ditetapkan, masalah pemilih
masih berlanjut dan dilaporkan terjadi di beberapa kelurahan, antara lain kelurahan
sondakan, penumping, kerten dan kestalan. Permasalahan yang terjadi masih berkisar
tentang adanya pemilih yang tidak terdaftar dalam DPT yang telah ditetapkan oleh
KPU kota Surakarta. Menyikapi masalah ini KPU kota Surakarta melalui rapat pleno
mengambil keputusan bahwa terhadap nama-nama yang sudah tercantum dalam
DP4/DPS tetapi tidak tercantum dalam DPT disetujui untuk dimasukan sebagai
pemilih, sedangkan terhadap nama-nama yang tidak tercantum dalam DP4/DPS tidak
dapat dimasukan kedalam daftar pemilih tetap.
Akan tetapi, permasalahan belum selesai sampai disini dengan kembalinya
muncul masalah pemilih yang kali ini datang dari tim kampanye pasangan calon,
yang membawa data-data penduduk yang memiliki syarat sebagai pemilih namun
tidak terdaftar dalam DP4, DPS,dan DPT. Menghadapi situasi demikian, KPU`kota
Surakarta kemudian memutuskan untuk mengadakan rapat pleno yang diperluas,
dengan mengundang dan melibatkan Panwaskot, tim kampanye pasangan calon dan
PPK. Dalam Rapat tesebut akhirnya menghasilkan beberapa keputusan yang antara
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
lain memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk didaftar dan masuk dalam
DPT.
Namun pendaftaran tersebut hanya berlaku bagi penduduk yang sudah
terdaftar dalam pilpres tahun 2009 atau mempunyai kartu pemilih di wilayah
Surakarta tetapi tidak tercantum dalam DP4, DPS dan atau DPT . Mereka dapat
dimasukan kedalam DPT dengan syarat menyerahkan fotocopy kartu pemilih pilpres
dengan kode wilayah Surakarta dan fotocopy KTP atau kartu keluarga kota
Surakarta. Berdasar hasil wawancara kepada Lestari, S.H M.Hum selaku subag
hukum dan pengawasan sebagai berikut:
KPU kota Surakarta mengakomodir warga yang seharusnya dapat
memberikan hak pilihnya, jika sampai pada hari pelaksanaan pencoblosan
tidak tercantum sebagai DPT maka warga tersebut tetap dapat memberikan
hak pilihnya dengan syarat menunjukan KTP ata u Kartu keluarga wilayah
Surakarta dan mendapat giliran mencoblos setelah pukul 13.00 WIB.
(Wawancara tanggal 23 november 2010)
Berdasarkan keputusan KPU kota Surakarta Nomor: 13/kpts/KPU-SKA012.329574/tahun 2010 tentang penetapan jumlah pemilih dan jumlah tempat
pemungutan suara pemilihan umum walikota dan wakil walikota Surakarta tahun
2010 ditetapkan sebanyak 393.703 pemilih, yang terdiri dari 191.082 pemilih lakilaki dan 202.621 pemilih perempuan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52
KECAMATAN
JUMLAH
JUMLAH PEMILIH
TPS
JUMLAH
PEMILIH
LAKI-
PEREMPUAN
LAKI
1.
LAWEYAN
170
33.907
36.436
70.343
2.
BANJAR SARI
301
59.695
63.774
123.469
3.
JEBRES
228
48.726
51.233
99.959
4.
SERENGAN
85
18.809
19.939
38.748
5.
PASAR KLIWON
148
29.945
31.239
61.184
JUMLAH
932
191.082
202.621
393.703
Adapun keputusan Kota Surakarta No. 13 Tahun 2010 dapat dilihat pada
lampiran no. 5.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53
meminimalisasi kesalahan yang diakibatkan karena salah dalam pemberian tanda karena
ketidaktahuan pemilih.
Pelaksanaan sosialisasi dan penyampaian informasi yang menjadi tanggung
jawab KPU kota surakarta difokuskan pada beberapa hal seperti:
a. Makna penting pemilukada tahun 2010,
b. Penyelenggaraan pemilukada,
c. Tahapan pemilukada tahun 2010,
d. Peserta pemilukada tahun 2010,
e. Kampanye,
f. Tata cara pemberian suara pada surat suara,
g. 10 langkah pemilihan di TPS,
h. Surat suara dan,
i. Simulasi pemberian suara.
Fokus diatas merupakan implementasi dari peraturan KPU nomor 23 tahun
2008 tentang pedoman pelaksanaan sosialisasi dan penyampaian informasi pemilihan
umum/pemilihan kepala daerah. KPU kota Surakarta menempuh kebijakan pelaksanaan
sosialisasi dan penyampaian informasi dilakukan dengan berbagai pihak pemangku
kepentingan agar lebih terarah pada kelompok sasaran dan program yang ditempuh
dapat terintegrasi dengan baik. Adapun berbagai pihak pemangku kepentingan yang
dimaksud meliputi pemerintah daerah, partai politik pengusung calon yang mengikuti
pemilihan, organisasi kemasyarakatan, media, organisasi mahasiswa, tokoh masyarakat
dan sebagainya. Seperti halnya dijelaskan oleh Setyo Budiarto,S.Sos yang berada pada
divisi teknis dan humas:
Dalam pelaksanaan sosialisasi dan pendidikan pemilih KPU kota Surakarta tidak
bekerja sendiri, karena dari pengalaman pelaksanaan sebelumnya terdapat
kekurangan dalam sosialisasi yang mengakibatkan hilangnya suara masyarakat
dikarenakan ketidaktahuan tata cara pemberian suara, oleh karena itu KPU kota
Surakarta bekerja sama dengan berbagai elemen masyarakat di kota solo dalam
pelaksanaan sosialisasi dan pendidikan pemilih, bahkan KPU Kota Surakarta
bersedia memfasilitasi kegiatan yang dilaksanakan, yang bertujuan
meningkatkan partisipasi masyarakat dan meminimalisir hilangnya suara karena
kurangnya pengetahuan seputar pemilukada.
(Wawancara tanggal 23 november 2010)
Hal senada juga dikatakan oleh Lestari dari divisi hukum KPU kota Surakarta :
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
pasar kliwon. Menurut hasil evaluasi masyarakat mengenai sosialisasi dan pendidikan
politik dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3.
NO
Frekuensi
Prosentase
Pernah
40
80%
2.
Tidak pernah
14%
3.
Tidak tahu
6%
Total
50
100%
Sumber : Data Primer
Dari hasi evaluasi mas yarakat menunjukan prosentase yang sangat tinggi akan
sosialisasi yang diberikan oleh KPU Kota Surakarta, namun setelah hasil tersebut
diklarifikasi dengan model pertanyaan terbuka peneliti tidak menemukan jawaban yang
memuaskan. Masyarakat mengartikan sosialisasi hanya sebatas pemberitahuan yang
diberikan oleh RT pada saat tahapan pendaftaran pemilih. Kondisi ini juga dikuatkan
dengan bebrapa pengakuan PPS yang peneliti wawancarai yakni Bapak Rustamal ketua
PPS kelurahan Sangkrah.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57
Surakarta. Dalam penyampaian infomasi ini juga terbatas hanya dari orang ke orang
yang belum tentu teruji kebenarannya. Sosialisasi yang diberikan oleh PPK hanya
diberikan kepada perangkat kelurahan saja dalam bentuk Bintek (Bimbingan Teknis).
Pada warga sendiri tidak ada sosialisasi maupun pendidikan politik secara langsung
karena para aparat menganggap seluruh warga telah mengetahui akan proses pemilihan
umum dengan argumen proses pemilihan secara langsung sudah berkali-kali dilakukan.
Baik pada tingkat pemilihan presiden, pemilu legislatif, hingga pemilihan RT,
dilaksanakan secara langsung. Namun pendapat ini menjadi salah ketika ada model
yang dipakai oleh pemerintah belum difahami oleh warga.
Uraian
Laweyan Serengan
Pasar
Banjarsari
Jebres
Jumlah
Kliwon
1
Jumlah
70.343
38.748
61.184
123.469
99.959 393.703
47.459
26.967
43.320
89.173
74.383 281.302
pemilih
dalam salinan
DPT
2
Jumlah
pemilih yang
menggunakan
hak
pilih
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58
berdasar DPT
Jumlah
22.884
11.781
17.864
34.296
25.576 112.401
1.182
652
1.388
2.290
1.628
pemilih yang
tidak
menggunakan
hak
pilih
berdasar DPT
4
Jumlah
7.140
perolehan
suara
tidak
sah
Sumber: Berita acara hasil rekapitulasi perhitungan suara di KPU kota Surakarta dalam
pelaksanaan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah tahun 2010.
Adapun berita acara rekapitulasi perolehan perhitungan suara dapat dilihat
pada lampiran no. 8 dan berita acara rekapitulasi penerimaan rekapitulasi perhitungan
suara pas angan calon walikota dan wakil walikota dapat dilihat pada lampran no. 9.
Akan tetapi jika dibandingkan dengan pelaksanaan pemilu presiden yang
digelar tahun 2009. Hasil yang dicapai pada pemilihan kepala daerah dan wakil kepala
daerah tahun 2010 yang diselenggarakan oleh KPU kota Surakarta mengalami sedikit
penurunan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5. Berita acara hasil rekapitulasi perhitungan suara di KPU kota Surakarta
No
Uraian
Jumlah
Prosentase
398.446
100 %
302.805
76 %
95.641
24 %
16.322
4,1 %
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59
Sumber: Berita acara hasil rekapitulasi perhitungan suara di KPU kota Surakarta dalam
pelaksanaan pemilihan presiden dan wakil presiden tahun 2009.
Meskipun jumlah pemilih yang menggunakan hak pilih pada pelaksanaan
pemilihan presiden tahun 2009 lebih tinggi dibanding pemilihan kepala daerah tahun
2010, namun tingkat kesalahan dalam memberikan suara dengan benar jauh lebih
sedikit dibanding pada pelaksanaan pilpres. Hal ini mengindikasikan tingkat partisipasi
masyarakat dalam memahami pentingnya pelaksanaan pemilihan kepala daerah dan
tingkat pendidikan serta pemahaman pemilih terhadap pelaksanaan pemilukada semakin
meningkat, sehingga dapat meminimalisir suara yang terbuang sia -sia dikarenakan
kesalahan dari pemilih.
Dalam jumpa pers yang juga dihadiri oleh beberapa perwakilan BEM Fakultas
Universitas Sebelas Maret, Pil-Ce (Pemilukada
pemilihan kepala daerah kota Surakarta tahun 2010 melalui Koordinatornya, Wachid
Noor Hidayat memberikan apresiasi terhadap masyarakat Surakarta atas
tingginya
partisipasi terhadap pelaksanaan pemilukada tahun 2010 serta tingkat pendidikan dan
pemahaman yang semakin baik tentang pentingnya pemilihan kepala daerah dan wakil
kepala daerah kota Surakarta tahun 2010 yang berjalan dengan lancar dan damai. Hal
senada juga dikatakan oleh Bery Nur Arif yang menjabat sebagai koordinator pemantau
pemilu FORBES UNS:
Tingginya partisipasi masyarakat tidak luput dari peran figur pasangan calon
peserta pemilukada yang notabenya adalah incumbent, yang telah menjabat
pada periode sebelumnya dan telah memberikan hasil yang nyata terhadap
masyarakat Surakarta, yang pada akhirnya pasangan tersebut kembali menjabat
lagi dengan mengantongi 90% suara.
(Wawancara 10 Desember 2010)
Hal senada juga diamini oleh tim sukses pemenangan jo-di, Putut Gunawan
yang mengatakan :
Baru kali ini saya merasakan antusiasme warga dalam mengikuti pemilukada,
selain berjalan dengan damai dan tertib, tingkat partisipasinyapun juga
meningkat secara keseluruhan. Dan terutama untuk perolehan suara pasangan
jokowi-rudi yang menang mutlak hampir diseluruh TPS yang ada. (wawancara
18 januari 2011)
Dalam wawancara penulis terhadap bapak winarno yang berprofesi sebagai
pengemudi becak di daerah nonongan mengenai alasan beliau dalam menggunakan hak
pilih, beliau menjawab Saya memilih pak jokowi (Sebutan bagi walikota Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
Joko Widodo) karena telah memberikan perubahan nyata bagi kota surakarta selama 5
tahun ini. Makanya saya ingin pak jokowi menjabat lagi menjadi walikota .
(Wawancara 2 November 2010)
Hal senada juga di ungkapkan oleh beberapa rekan pengemudi becak dan
penjual makanan di sekitar jalan Yos Sudarso nonongan, begitu juga dengan bapak
Mulyono yang bekerja sebagai pedagang di depan PGS, beliau mengatakan:
Dalam pelaksanaan pilpres tahun kemarin, saya sengaja tidak menggunakan
hak pilih saya, dikarenakan saya tidak percaya lagi dengan pemerintahan saat
ini. Namun pada pemilukada kemarin saya menggunakan hak pilih saya,
karena pak jokowi memberikan hasil yang nyata pada saya dan rekan-rekan
sesama pedagang sehingga tingkat kesejahteraan kami meningkat. (Wawancara
5 November 2010)
Dari hasil wawancara dan beberapa pandangan pengamat, dapat diambil
kesimpulan bahwa tingkat partisipasi masyarakat juga ditentukan dari figur calon
pemimpin, sehingga masyarakat tidak enggan dalam menggunakan hak pilihnya. Faktor
Kedekatan terhadap masyarakat yang ditunjang dengan kinerja yang konkrit merupakan
salah satu senjata yang cukup ampuh dalam meningkatkan partisipasi dalam
pelaksanaan pemilihan kepala daerah, berbeda dengan pemilihan presiden yang mana
masyarakat di suatu daerah tidak bisa merasakan langsung manfaatnya.
5. Strategi KPU Kota Surakarta dalam Pemenuhan Hak Pilih Warga dalam
Pemilihan Kepala Daerah Kota Surakarta Tahun 2010
Pelaksanaan pemilihan kepala daerah secara langsung merupakan sesuatu
sistem baru karena baru dilaksanakan sebanyak dua kali, yaitu tahun 2005 dan tahun
2010 bulan April lalu. Pada pelaksanaan pemilihan kepala daerah di kota Surakarta
semua pembebanan tugas di serahkan kepada KPU kota Surakarta. Sehingga
keberhasilan pelaksanaan pemilukada pada bulan April lalu bertumpu pada kinerja KPU
kota Surakarta bagaimana menjalankan fungsinya terutama dalam pelaksanaan
pemenuhan hak pilih warga Surakarta. Berdasar dari pengalaman pemilukada tahun
2005 dan pilpres tahun 2009 yang mana permasalahan paling banyak terdapat pada
DPT, maka pada pelaksanaan pemilukada tahun 2010 KPU kota Surakarta berbenah
megevaluasi dalam penetapan daftar pemilih tetap. Sehingga kejadian pada pelaksanaan
sebelumnya dapat diminimalisir agar tidak terjadi meskipun itu tidak hanya melibatkan
dari pihak KPU kota Surakarta sendiri. Dan hal ini dibuktikan dari pelaksanaan yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61
telah dilaksanakan bulan April kemarin, KPU kota Surakarta dengan serius
mengakomodir warga yang telah mendapat hak untuk memilih. Meskipun demikian hak
yang telah diberikan oleh KPU kota Surakarta kepada pemilih tidak semuanya
digunakan sebagaimana mestinya, hal ini dapat dilihat dari jumlah warga yang tidak
menggunakan hak pilihnya.
Berdasakan hasil penelitian ada beberapa hambatan yang dialami KPU Kota
Surakarta dalam satu tahapan pemilukada yakni permasalahan pendataan pemilih. KPU
Kota Surakarta pada dasarnya telah menjalankan pentahapan ini dengan rencana yang
matang dan metode yang sitematis. Namun pada pelaksanaanya masih terdapat
beberapa kekurangan yang mengakibatkan timbul permasalahan terdapat beberapa
warga yang tidak tedaftar yang disinyalir disebabkan karena jangka waktu yang
ditetapkan KPU Kota Surakarta terlalu singkat, Pendidikan politik dan sosialisasi yang
kurang mengena pada masyarakat. Dalam hal ini KPU Kota Surakarta juga tidak
sepenuhnya salah karena sikap masyarakat yang kurang proaktif menyebabkan proses
pendataan kurang maksimal. Pernyataan ini sesuai dengan hasil hasil wawancara
dengan Nara Sumber yang diangap paham mengenai permas alahan ini (anggota KPU
Kota Surakarta dan PPS).
Bagi KPU Kota Surakarta tidak terlalu mempersoalkan masalah ini. KPU Kota
Surakarta sendiri berpendapat telah melakukan seluruh rangkaian kegiatan secara
maksimal dan selalu berkordinasi dengan KPU Provinsi dan KPU Pusat terutama dalam
hal pemenuhan hak pilih warga. Walau hasil dari pendataan tersebut masih tidak
diterima masyarakat. Namun KPU Kota Surakarta menjamin bahwa strategi yang
digunakan dalam memenuhi hak pilih dalam pelaksanaan pemilukada tahun 2010 jauh
lebih baik dibanding pelaksanaan tahun-tahun sebelumnya yaitu dengan melaksanakan
berbagai macam kegiatan antara lain: a) Melakukan sosialisasi yang tepat sasaran dan
masyarakat antusias untuk ikut didalamnya seperti mengadakan panggung hiburan,
pemutaran film layar lebar dan karnaval yang diikuti pasangan calon yang dikemas
dengan menarik, sehingga masyarakat tidak bosan mengikutinya. b) Dalam pelaksanaan
sosialisasi KPU kota Surakarta tidak bekerja sendiri, melainkan bekerjasama dengan
berbagai elemen kemasyarakatan yang ada di kota Surakarta. Hal ini sangat membantu
KPU kota Surakarta karena semakin banyak informasi yang diberikan, tingkat
pemahaman masyarakat mengenai seputar pemilukada akan semakin baik. c) Dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62
dilapangan
untuk
memberikan
informasi
seputar
pemilukada.
d)
mengantisipasi Pemilih baru yang pada saat hari pemungutan suara sudah mempunyai
hak, KPU kota Surakarta bekerjasama dengan dinas pendidikan kota Surakarta untuk
melakukan sosialisasi dengan langsung mendatangi ke sekolah-sekolah dan sesekali
mengumpulkan semua siswa kelas 3 SMA/SMK se-kota surakarta untuk menghadiri
sosialisasi akbar di stadion Manahan Surakarta. e) Iklan di radio-radio yang terdapat di
wilayah kota Surakarta, Memasang spanduk di tempat-tempat umum, dan Menyebarkan
Liflet ( pamflet)
Menurut peneliti berdasakan hasil wawancara yang dilakukan, peran KPU
Kota Surakarta dalam seluruh tahapan Pemilukada telah berkeja dengan baik. Walaupun
terdapat beberapa kekurangan-kekurangan yang menyebabkan warga tidak dapat
menyalurkan hak pilihnya meskipun sebagian terjadi dikarenakan kesalahanya sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63
Data yang diperoleh penulis dilapangan juga ditemukan indikator lain yang
mempengaruhi partisipasi masyarakat, dikelurahan sangkrah tepatnya di RW 2 sebagian
warganya memboikot untuk tidak menggunakan hak pilih dalam pelaksanaan pemilihan
kepala daerah dikarenakan kecewa terhadap ketua KPPS yang dipilih tanpa mengadakan
musyawarah terhadap pengurus RT setempat. Dalam prosedurnya Ketua KPPS adalah
ketua/pengurus RT namun dalam pelaksanaan pengurus RT tidak ada yang masuk
dalam daftar ketua ataupun anggota KPPS, sehingga sebagian warga mendeklarasikan
tidak akan menggunakan hak pilihnya jika ketua KPPS tersebut tidak diganti. Kasus
tersebut diamini oleh ketua PPS sangkrah bapak Rustamal:
Di wilayah RW 2 kelurahan sangkrah memang sempat terjadi situasi yang
sempat menegang dalam pemilihan KPPS, terdapat sebagian warga yang
bersikeras akan memboikot pelaksanaan pemilihan kepala daerah dengan tidak
menggunakan hak pilihnya jika ketua KPPS tidak diganti, namun situasi
tersebut dapat kami atasi dengan mengganti ketua KPPS dengan pihak yang
sifatnya netral terhadap pihak-pihak yang berselisih. (W awancara 29
November 2010).
Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat tidak hanya
di pengaruhi oleh figur pasangan calon, namun juga semua penyelenggara pemilihan
kepala daerah mulai dari tingkat atas sampai tingkat bawah yaitu di tingkat KPPS.
Terlepas faktor dari luar, faktor dari dalam diri masyarakatlah yang akan membuat pesta
demokrasi menjadi lebih bermakna yaitu dengan bersikap kooperatif dan aktif dalam
setiap tahapan yang telah dijadwalkan oleh pihak penyelenggara pemilihan kepala
daerah.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
C. Temuan Studi
Dari hasil penelitian tersebut diatas, temuan studi yang dapat diperoleh adalah
sebagai berikut:
1. Strategi yang digunakan KPU kota untuk mengatasi hambatan khususnya tahap
pendataan pemilih dalam rangka memenuhi hak pilih masyarakat kota Surakarta
yakni dengan pendidikan pemilih dan sosialisasi. Seperti dikemukakan Almond
(1999:25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
2. Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
warga
Surakarta
berpartisipasi
dalam
masyarakat
terhadap
pelaksanaan
pemilukada yang semakin baik yang dibarengi dengan semakin baiknya kinerja
KPU kota Surakarta dalam menghadapi masalah DPT yang semakin komplek.
Hal ini sesuai pendapat syamsul haris dalam tataq chidmad mengatakan
terdapat 4 faktor yang mempengaruhi mas yarakat tidak enggan untuk aktif dalam
money
politics, c). KPU dan pengawas melibatkan civil society dalam pengwasan, d). sistem
pemilu yang tidak rum
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V
KESIMP ULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan data pembahasan yang peneliti lakukan, dapat
disimpulkan bahwa:
1. KPU kota Surakarta telah berperan secara maksimal dalam menjamin dan
memenuhi hak pilih warga Surakarta pada pelaksanaan pemilihan kepala daerah dan
wakil kepala daerah kota Surakarta tahun 2010 yang diselenggarakan tanggal 26
April 2010 dengan berpedoman pada UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah yang dikombinasikan dengan UU No 22 Tahun 2007 tentang Pemilihan
Umum serta PP No.6 Tahun 2005 Tentang Tentang Pemilihan, Pengesahan Dan
Pemberhentian Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah yang direalisasikan
kedalam bentuk Keputusan-keputusan KPU Kota Surakarta dengan ditandai dengan
sedikitnya laporan mengenai permasalahan DPT dan dengan melakukan kegiatan
sebagai berikut:
a) Melakukan sosialisasi yang tepat sasaran dan masyarakat antusias untuk ikut
didalamnya seperti mengadakan panggung hiburan, pemutaran film layar lebar
dan karnaval yang diikuti pasangan calon yang dikemas dengan menarik,
sehingga masyarakat tidak bosan mengikutinya.
b) Dalam pelaksanaan sosialisasi dan pendataan pemilih, KPU kota Surakarta tidak
bekerja
sendiri,
melainkan
bekerjasama
dengan
berbagai
elemen
kemasyarakatan yang ada di kota Surakarta. Hal ini sangat membantu KPU kota
Surakarta karena semakin banyak informasi yang diberikan, tingkat pemahaman
masyarakat mengenai seputar pemilukada akan semakin baik.
c) Dalam menjangkau kalangan yang tidak tersentuh sosialisasi (Lembaga
pemasayarakatan, rumah sakit, panti asuhan, panti wreda, dll), tim sosialisasi
KPU kota Surakarta terjun langsung dilapangan untuk memberikan informasi
seputar pemilukada.
d) Dalam mengantisipasi Pemilih baru yang pada saat hari pemungutan suara sudah
mempunyai hak, KPU kota Surakarta bekerjasama dengan dinas pendidikan kota
Surakarta untuk melakukan sosialisasi dengan langsung mendatangi ke sekolah-
66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67
2. Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
warga
Surakarta
berpartisipasi
dalam
masyarakat
terhadap
pelaksanaan
pemilukada yang semakin baik yang dibarengi dengan semakin baiknya kinerja
KPU kota Suraka rta dalam menghadapi masalah DPT yang semakin komplek.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat dikaji implikasinya baik implikasi
teoritis maupun implikasi praktis, sebagai berikut:
1. Karena KPU kota Surakarta telah menjalankan tugas dan kewenanganya dengan
baik terutama dalam hal memenuhi hak pilih warga Surakarta pada pelaksanaan
Pemilukada di Surakarta pada tanggal 26 April 2010 lalu, maka pelaksanaannya
dapat berjalan lancar dan damai mulai dari tahap persiapan hingga pengesahan dan
pelantikan, walaupun ada beberapa hambatan yang dialami KPU kota Surakarta.
2. Karena Tingkat kepercayaan mas yarakat terhadap pemerintahan yang terdahulu dan
telah memberi kontribusi nyata kepada masyarakat kota Surakarta, serta T ingkat
pendidikan dan kepedulian masyarakat terhadap pelaksanaan pemilukada yang
semakin baik maka pada pelaksanaan pemilukada tahun 2010 mendapatkan tingkat
partisipasi yang tinggi jika dibanding daerah sekitar Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi