Anda di halaman 1dari 84

perpustakaan.uns.ac.

id

digilib.uns.ac.id
i

PEMENUHAN HAK PILIH WARGA SURAKART A DALAM


PEMILIHAN KEPALA DAERAH LANGSUNG
KOTA SURAKARTA TAHUN 2010

SKRIPSI
HAFIDZ MAKRUF
K 6406033

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PEMENUHAN HAK PILIH WARGA SURAKART A DALAM


PEMILIHAN KEPALA DAERAH LANGSUNG
KOTA SURAKARTA TAHUN 2010

oleh
HAFIDZ MAKRUF
K 6406033

Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011

ii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

iii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

iv

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Hafidz Makruf. K 6406033. PEMENUHAN HAK PILIH WARGA SURAKARTA


DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH LANGSUNG KOTA SURAKARTA
TAHUN 2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta, Januari, 2011.
Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui Bagaimana strategi yang
dilakukan oleh KPU kota surakarta dalam mengakomodir warga yang sudah memiliki
hak pilih dalam rangka pemenuhan hak pilih warga surakarta dalam pemilukada
langsung tahun 2010, 2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
kesadaran partisipasi warga surakarta dalam menggunakan hak pilihnya pada
pelaksanaan pemilukada langsung tahun 2010 sehingga dapat tercapai tingkat prosentasi
partisipasi yang tinggi.
Penelitian ini menggunakan metode diskriptif kualitatif dengan pendekatan studi
kasus. Teknik sampling (cuplikan) yang digunakan adalah purposive sampling (sampel
bertujuan), adalah sampel diambil tidak ditekankan pada kekayaan informasi yang
dimiliki anggota sampel sebagai sumber data. Teknik pengumpilan data yang
digunakan adalah observasi, wawancara, dokumen. Teknik analisis data menggunakan
teknis data model interaktif. Validitas data yang digunakan adalah trianggulasi data.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1. Strategi yang
digunakan KPU kota Surakarta adalah melakukan sosialisasi yang tepat sasaran, KPU
kota Surakarta tidak bekerja sendiri dalam pelaksanaan sosialisasi dan pendataan
pemilih, KPU kota Surakarta terjun langsung dilapangan untuk menjangkau kelompok
yang rawan kehilangan hak pilihnya, menjamin hak pilih pemilih pemula, melakukan
sosialisasi di berbagai media massa di kota Surakarta. 2. Faktor yang mempengaruhi
tingginya partisipasi masyarakat kota Surakarta adalah tingkat kepercayaan masyarakat
terhadap pemerintahan yang terdahulu karena telah memberi kontribusi nyata kepada
masyarakat kota Surakarta, tingkat pendidikan dan kepedulian mas yarakat terhadap
pelaksanaan pemilukada yang semakin baik.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

ABST RAC

Hafidz Makruf. K 6406033. THE SUFFRAGE ACCOMPLISHMENT OF


SURAKARTA CITIZENS IN THE CONSULATE ELECTION OF SURAKARTA IN
2010. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas
Maret University, january, 2011.
The objectives of this research are: 1. To find out the strategy done by KPU of
Surakarta in accomplishing the suffrage of Surakarta citizens, 2. To find out the factors
affecting the high rate of participation of Surakarta citizens.
This research used descriptive qualitative method, specifically used case study.
The sampling technique used purposive sampling, which is not concerned on taking
sample that have rich informations as data source. The technique of collecting data
used observations, interviews, and document analysis. The data were analyzed by using
interactive model of technical data. Data validation was done by using data
triangulation.
Based on the research findings, it can be concluded that: 1. Strategy used by
KPU of Surakarta is efficiently socialization KPU of Surakarta does not work on its
own in accomplishing the socialization and voters data enconding. KPU of Surakarta
works on the spot to reach those who might lose their suffrage, to guarantee the
suffrage of beginners, and to do the socialization on various mass media in Surakarta,
2. The factors affecting the high rate of Surakarta citizens are the rate of trust of society
towards the former government because it has given the real contribution to the
Surakarta citizens, and the rate of education and care of society towards the better
accomplishment of consulate election.

vi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

MOTTO

-orang yang beriman diantara kamu dan orangorang


(Q.S. Al Mujadalah :11)

Struggle for better life


(Unicorn)

vii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan kepada:


Ibu tercinta
Almarhum Bapak
AdikSilkhi Maghfirotun Naim
Teman-teman PPKn angkatan 2006 khususnya
teman-teman Ra_Mbaong
FKIP Universitas Sebelas M aret Surakarta.

viii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang memberikan


kenikmatan dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna
memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Selama
pembuatan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Untuk
itu, penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatulah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ijin
penelitian guna menyusun skripsi ini;
2. Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si., Pembantu Dekan 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ijin
penelitian guna menyusun skripsi ini;
3. Drs. Amir Fuady, M.Hum., Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ijin
penelitian guna menyusun skripsi ini;
4. Drs. Saiful Bachri, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP
UNS Surakarta, yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi;
5. Dr. Sri Haryati, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan FKIP UNS yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi
ini;
6. Bapak Drs. Utomo, M.pd, Pembimbing I yang dengan sabar telah memberikan
pengarahan, bimbingan, dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan;
7. Bapak Moh Muchtarom, S.Ag M.Si, Pembimbing II dan Pembimbing Akademik
yang dengan sabar telah memberikan pengarahan, bimbingan, dan motivasi sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan;
8. KPU Kota Surakarta yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian;
9. Bapak Didik Wahyudiono selaku ketua KPU kota Surakarta, beserta jajarannya yang
telah membantu untuk kelancaran dalam penelitian ini;
10. Segenap Bapak/ Ibu Dosen Prodi PKn yang telah memberikan bekal ilmu
pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini;
11. Semua pihak yang telah membantu penulis untuk kelancaran penulisan skripsi ini.

ix

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Penyusunan skripsi ini telah berusaha semaksimal mungkin, namun penulis


menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan karena keterbatasan penulis.
Dengan segala rendah hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk menyempurnakan skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan juga dunia pragmatika.

Surakarta, Februari 2011

Penulis

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..............................................................................

PENGAJUAN SKR IPSI.........................................................................

ii

PERSETUJUAN................................ .....................................................

iii

PENGESAHAN......................................................................................

iv

ABSTRAK..............................................................................................

ABSTRA C................................................................................................

vi

MOTTO................................ ..................................................................

vii

PERSEMBAHAN ..................................................................................

viii

KATA PENGANTAR ................................................................ ............

ix

DAFTAR ISI ..........................................................................................

xi

DAFTAR TABEL ..................................................................................

xiv

DAFTAR GAMBAR..............................................................................

xv

DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................

xvi

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang M asalah................................ .............................

B. Perumusan Masalah ....................................................................

C. Tujuan Penelitian ................................................................ ........

D. Manfaat Penelitian ......................................................................

BAB II. LANDASAN TEORI


A. Tinjauan Pustaka.........................................................................

1. Tinjauan Tentang Hak Pilih..................................................

2. Tinjauan Tentang KPU Kota ...............................................

a) Pengertian KPU Kota .................................................

b) KPU kota sebagai lembaga Negara ............................

10

c) Tugas Dan Wewenang KPU Kota .............................

11

d) Peranan KPU kota ................................ ....................

14

e) PANWASLU ................................ .............................

16

3. Pemilihan Kepala Daerah Langsung .................................

18

4. Partisipasi Politik .................................................................

20

5. Teori Fungsionalisme Strukutural Talcott Parsons ..............

21

6. Hasil Penelitian Yang Relevan .............................................

23

xi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

7. Kerangka Berpikir ................................................................

25

BAB III. METODE PENELIT IAN


A. Tempat dan Waktu Penelitian.....................................................

28

1. Tempat Penelitian ...............................................................

28

2. Waktu Penelitian................................................................ ..

28

B. Bentuk dan strategi penelitian ................................ ....................

29

1. Bentuk penelitian ................................................................

29

2. Strategi penelitian ................................................................

30

C. Sumber Data ...............................................................................

30

1. Informan .............................................................................

31

2. Tempat dan peristiwa...........................................................

31

3. Dokumen .............................................................................

31

D. Populasi dan teknik sampling .....................................................

32

E. Teknik pengumpulan data ..........................................................

33

1. Observasi ............................................................................

33

2. Wawancara ..........................................................................

34

3. Analisis Dokumen ...............................................................

35

F. Validitas Data .............................................................................

35

1. Trianggulasi........................................................................

36

2. Informan review ................................................................ ..

37

G. Analisis Data...............................................................................

37

1. Pengumpulan Data...............................................................

37

2. Reduksi Data........................................................................

37

3. Sajian Data................................................................ ...........

37

4. Penarikan kesimpulan..........................................................

37

H. Prosedur Penelitian .....................................................................

38

1. Tahap Pra Lapangan................................ ............................

38

2. Tahap Penelitian Lapangan .................................................

39

3. Tahap Analisis Data.............................................................

39

4. Tahap Penulisan Laporan ....................................................

39

xii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB IV. HASIL PENELIT IAN


A. Deskripsi Tempat penelitian .......................................................

40

1. Sejarah Berdirinya KPU Surakarta......................................

40

2. Visi dan Misi KPU Surakarta ..............................................

40

3. Struktur Organisasi KPU Surakarta.....................................

41

4. Kewenangan KPU Surakarta..............................................

43

B. Deskrpsi Hasil Penelitian............................................................

44

1. Proses Pelaksanaan Pemilukada Kota Surakarta


Tahun 2010 .........................................................................

44

a) Persiapan Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010 .......

44

b) Pembentukan Panitia Pemilihan ....................................

45

c) Penetapan Daftar Pemilih ................................ ...............

46

d) Pendaftaran Pasangan Calon ..........................................

47

e) Kampanye................................................................ .......

48

f) Pemungutan Suara ..........................................................

49

g) Pelantikan kepala daerah/wakil kepala daerah terpilih ..

49

2. Pendataan Pemilih oleh KPU Kota Surakarta .....................

50

3. Sosialisasi Dan Pendidikan Pemilih ....................................

56

4. Tingkat Partisipasi Masyarakat ..........................................

61

5. Strategi KPU Surakarta ................................ .......................

65

6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kesadaran


Partisipasi............................................................................

67

7. Evaluasi Pemenuhan Hak Politik Warga Surakarta ...........

68

C. Temuan Studi ..............................................................................

69

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN


A. Kesimpulan .................................................................................

71

B. Implikasi................................ .....................................................

72

C. Saran ...........................................................................................

73

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................

74

LAMPIRAN ...........................................................................................

76

xiii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Waktu dan Kegiatan Penelitian ................................ ................

28

Tabel 2. Penetapan jumlah pemilih dan jumlah pemungutan suara


pemilukada kota Surakarta tahun 2010 ................................ ...

56

Tabel 3. Evaluasi masyarakat terhadap sosialisasi dan pendidikan


pemilih yang dilakukan oleh KPU kota Surakarta ...................

60

Tabel 4. Berita acara hasil rekapitulasi perhitungan suara


KPU kota Surakarta dalam pelaksanaan pemilukada ...............

62

Tabel 5. Berita acara hasil rekapitulasi perhitungan suara


KPU kota Surakarta dalam pelaksanaan pilpres.......................

xiv

63

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Skema Kerangka Berfikir .....................................................

27

Gambar 2. Analisis data model interaktif...............................................

38

Gambar 3. Prosedur kegiatan penelitian.................................................

39

Gambar 4. Struktur organisasi KPU kota Surakarta .............................

42

xv

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. UU No 22 tahun 2007 tentang pemilihan umum .............

76

Lampiran 2. Pedoman Wawancara .......................................................

109

Lampiran 3. Hasil Wawancara ................................ ............................. 112


Lampiran 4. Struktur Organisasi KPU Kota Surakarta ........................ 126
Lampiran 5. Keputusan KPU kota Surakarta No. 13 tahun 2010
tentang perubahan keputusan KPU tentang
jumlah penetapan pemikih dan tempat
pemungutan suara............................................................

127

Lampiran 6. Keputusan KPU kota surakarta no.4 tahun 2009


tentang pedoman sosialisasi penyelenggaraan
pemilihan umum walikota dan wakil walikota
Surakarta tahun 2010 ......................................................

134

Lampiran 7. Materi Sosialisasi Pemilukada Tahun 2010 .................... 143


Lampiran 8. Berita acara rekapitulasi penerimaan rekapitulasi
perhitungan suara pasangan calon walikota
dan wakil walikota tahun 2010................................ ........

156

Lempiran 9. Berita acara rekapitulasi penerimaan rekapitulasi


perhitungan suara pasangan calon walikota
dan wakil walikota tahun 2010 dari PPK ........................ 164
Lampiran 10. Surat permohonan ijin menyusun skripsi kepada
dekan FKIP UNS................................ ............................. 169
lampiran 11. Surat keputusan dekan FKIP UNS tentang
ijin penulisan skripsi................................ ........................ 170
Lampiran 12. Surat permohonan ijin kepada rektor UNS ......................

171

Lampiran 13. Surat permohonan ijin penelitian kepada lembaga


Pemantau pemilukada......................................................

172

Lampiran 14. Surat keterangan telah melaksanakan penelitian


dari KPU Kota Surakarta..................................................

xvi

173

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan wahana bagi warga negara untuk
menggunakan hak politiknya untuk memilih orang yang dianggapnya layak sebagai
wakil yang akan duduk di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah
(DPD), maupun sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Hak memberikan suara atau
memilih (right to vote) merupakan hak dasar (basic right) setiap individu/warga negara
yang harus dijamin pemenuhannya oleh Negara. Jaminan terhadap hak ini telah
dituangkan baik dalam Konstitusi (UUD 1945-Amandemen) maupun UU, yakni UU
No. 39/1999 tentang Hak Asasi Manusia dan UU No. 12/2005 tentang Ratifikasi
Kovenan Hak-hak Sipil dan Politik. Dalam rangka pemastian hak politik warga negara
sesuai dengan fungsi, tugas dan kewenangan Komnas HAM sebagaimana dimandatkan
di dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Begitu pula dengan Pemilukada, hampir sama dengan pemilu yakni memilih
kepala daerah. Namun hal ini menjadi sesuatu yang baru ketika dilakukan dengan wajah
baru yaitu dilaksanakan secara langsung oleh rakyat. Sehingga perlu dibentuk undangundang yang khusus mengatur tentang pemilihan umum dan juga mengatur tentang
pemilihan kepala daerah baik pemilihan Gubernur atau Bupati / walikota. Menanggapi
problematika ini maka pemerintah menetapkan UU No 22 Tahun 2007 tentang
Pemilihan Umum sebagai UU baru penggati UU No 32 Tahun 2004. Walaupun dalam
pelaksanaanya masih mengkombinasikan peraturan-peraturan dari kedua UU tersebut.
Dengan munculnya UU baru ini diharapkan akan makin memantapkan kinerja para
aparatnya dalam menjalankan tugas dan kewajibanya dalam pemilukada.
Berdasarkan dasar hukum tentang pemilihan kepala daerah langsung yaitu UU
No. 32 Tahun 2004 pasal 24 menyatakan bahwa:

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
2

Setiap daerah dipimpin oleh Kepala Pemerintah daerah. Kepala daerah untuk
provinsi disebut Gubernur, untuk Kabupaten disebut Bupati, dan untuk Kota
disebut walikota. Kepala daerah dibantu oleh seorang wakil kepala daerah.
Untuk provinsi disebut wakil gubernur, untuk kabupaten disebut wakil bupati
dan untuk kota disebut wakil wali kota. Kepala Daerah dan wakil kepala
daerah dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat di daerah yang
bersangkutan.
(Nuansa Aulia, 2005: 11)
Penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah dalam
undang-undang ini dilaksanakan oleh

KPU Kota di masing-masing daerah.

Sebagaimana diatur dalam PP nomer 6 Tahun 2005, dalam melaksanakan tugas


penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah, KPU Kota
bertanggung jawab kepada DPRD yang bersangkutan hanya terkait penggunaan
anggaran dalam pelaks anaan pemilukada. Namun, secara organisatoris KPU Kota tetap
bertanggung jawab kepada KPU pusat. Walaupun tidak diatur dalam Undang-undang
ini, secara organisatoris KPU tetap dapat melakukan tugas-tugas koordinasi dan
supervisi terhadap KPU Kota dan demikian juga KPU provinsi terhadap KPU
Kabupaten/kota, dalam pemilihan bupati/wali kota dan wakil bupati/wakil wali kota.
Dalam menyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah
KPU kabupaten/kota merupakan bagian pelaksanaan tahap penyelenggaraan. Dimana
segala sesuatu yang berkaitan dengan pengaturan tata pelaksanaan pemilukada
diserahkan pada KPU kabupaten/kota setempat. Dengan ini pemilukada bupati/wakil
bupati KPU kabupaten/kotalah yang memiliki wewenang penuh untuk membuat aturan
main tata pelaksanaan pemilukada.
Proses pelaksanaan dan penyelenggaraan pemilihan umum tidak hanya
dijalankan oleh

KPU Kota. KPU Kota dibantu oleh penyelenggaraan pemilihan

ditingkat kecamatan dan desa, termasuk penyelenggaraan pemilihan di tingkat TPS


(Tempat Pemungutan suara) yaitu PPK (Panitia Pemilihan kecamatan), PPS (Panitia
Pemungutan Suara), dan KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan suara) serta
panwas dan pemantau untuk mengantarkan pada pemilukada yang jujur dan adil dalam
pemilihan secara langsung.
Permasalahan yang menonjol dalam proses pemilukada langsung ini salah
satunya adalah aktivitas pendataan pemilih yang mana jika tidak dilakukan dengan teliti

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
3

dan profesional dapat mengakibatkan hilangnya hak politik warga negara. Arbi Sanit
(2003: 19) berpendapat:
Namun Persoalan yang tampaknya sepele ini sangat penting untuk dua alasan
utama. Pertama, pendataan pemilih dan penjaminan bahwa semua orang telah
terdaftar sebagai pemilih merupakan hak esensial warga negara sesuai prinsip
fundamental one person, one voice, one vote dalam setiap sistem politik
demokratis. Kedua, kelemahan pada tahapan ini membawa implikasi pada
legitimasi hasil pemilukada apabila ternyata jumlah pemilih sangat rendah
yang disebabkan karena pemilih tidak terdaftar seperti masalah DPT .
Selain dari efektivitas dari KPU Kota dalam melakukan validitas data pemilih
secara profesional dan akurat, hal lain yang tidak kalah penting dari esensi pelaksanaan
Pemilukada adalah partisipasi dari para pemilih itu sendiri.
Miriam Budiarjo (1982: 1-

pelaksanaan

Pemilukada yang baik salah satunya adalah semakin banyak pemilih yang memberikan
suaranya yang berarti semakin berkualitas hasil yang didapatkan, begitu pula
sebaliknya
Konkretnya peran mas yarakat masih rendah terhadap pelaksanaan pemilukada
itu sendiri, mengurai penyebab golput memang beragam. Samsul wahidin (2008: 7)

yang jika diruntut akan panjang. Pertama karena administrasi, kedua karena problem

Maka meskipun lembaga yang bertanggung jawab terhadap pemenuhan hak


pilih warga ini sudah melaksanakan tugasnya dengan baik dan profesional, akan tetapi
jika tidak di sertai dengan kesadaran warga masyarakatnya untuk ikut berpartisipasi
dalam pelaksanaan pemilukada, hasilnyapun tidak sesuai dengan harapan dan tidak
menutup kemungkinan akan membawa dampak pada masa pemerintahan setelah
pemilukada selesai.
Dari permasalahan diatas, faktor yang paling utama adalah masalah dari
validitas data yang kurang mendapat perhatian dari para lembaga-lembaga pelaksana
Pemilukada (KPU Kota) yang berakibat hilangnya hak politik warga negara serta
seberapa besar tingkat partisipasi warga surakarta dalam pelaksanaan pemilukada tahun
2010. Padahal masalah ini merupakan masalah penting karena penyelenggara
Pemilukada yang demokratis ditentukan oleh para pemilih sebagai penentu masa depan
dari pemerintahan ini selama 5 tahun kedepan.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
4

Seperti halnya kasus yang terjadi pada pemilu presiden beberapa waktu yang
lalu, banyak masyarakat mempertanyakan keberadaan Komisi Pemilihan Umum Daerah
(KPU Kota) Surakarta sebagai lembaga yang bertanggung jawab

terhadap

penyelenggaraan Pemilukada, khususnya dalam memenuhi hak pilih warga surakarta.

pemilih tanpa Kartu Tanda Penduduk dan ratusan pemilih yang sudah meninggal

masyarakat bahwa kinerja KPU Kota Surakarta tidak seperti yang diharapkan
masyarakat dan diamanatkan oleh undang-undang.
Akan tetapi setelah pelaksanaan pemilukada kota Surakarta digelar, tidak
sepenuhnya apa yang diprediksikan oleh warga surakarta bahwa akan terdapat banyak
suara yang hilang seperti yang terjadi dalam pemilihan presiden dikarenakan kurang
profesionalnya KPU dalam memenuhi hak pilih warga Surakarta, meskipun masih ada
beberapa warga yang tidak mendapatkan hak pilih yang seperti tidak terdaftar dalam
DPT ataupun DPS meskipun pada kesempatan yang lalu selalu terdaftar dalam DPT,
selain itu juga terdapat warga yang notabenya pemilih baru yang belum tercatat dalam
DPT kerena usianya baru mencapai 17 tahun ketika mendekati pelaksanaan pemilukada,
namun presentasinya tidak setinggi pada pelaksanaan pemilu presiden tahun lalu. Ketua
KPU kota surakarta Didik Wahyudiono mengatakan:
Prosentasi warga surakarta yang menggunakan hak pilihnya dalam
pelaksanaan pemilukada cukup tinggi yaitu kurang lebih mencapai angka
71,5% dari jumlah DPT yang terdaftar oleh KPU kota Surakarta. Meskipun
dari pihak KPU sendiri mengharapkan partisipasi warga Surakarta dapat
mencapai angka 75%. (Solopos, 5 M ei 2010).
Dari hasil ini sudah cukup dikatakan bahwa mas yarakat kota Surakarta
memiliki tingkat partisipatif yang tinggi jika dibandingkan dengan daerah lain yang juga
menggelar pelaksanaan pemilukada, dinyatakan bahwa:
Kabupaten wonogiri yang tingkat partisipasinya 65,5%, kabupaten sukoharjo
dengan tingkat partisipasi 66%, kabupaten boyolali dengan tingkat partisipasi
66,9%, dan kabupaten klaten dengan tingkat partisipasi 66,7%, sedangkan kota
Surakarta dapat mencapai angka 71% untuk tingkat partisipasi masyarakat
dalam pemilukada.
(Joglosemar, 22/09/2010).

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
5

erdasarkan

uraian tersebut di atas, maka untuk dapat melihat bagaimana

strategi yang dilakukan oleh KPU kota Surakarta dalam mengakomodir warga yang
sudah memiliki hak pilih dalam rangka memenuhi hak pilih warga Surakarta pada
pelaksanaan Pemilukada di Kota Surakarta tahun 2010, serta hal-hal apa saja yang
mempengaruhi warga surakarta sehingga antusias berpartisipasi dalam menggunakan
hak pilihnya dalam pelaksanaan pemilukada di kota surakarta tahun 2010 sehingga
mencapai prosentase tingkat partisipasi yang tinggi, maka penulis tertarik untuk
Pemenuhan Hak Pilih

Warga

Surakarta dalam Pemilihan Kepala Daerah Langsung Kota Surakarta Tahun


2010

B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah atau sering diistilahkan problematika merupakan bagian
penting dalam penulisan karya ilmiah. Dengan adanya permasalahan yang jelas, maka
proses pemecahannya akan terarah. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan
di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut ini:
1. Bagaimana strategi yang dilakukan oleh KPU kota surakarta dalam mengakomodir
warga yang sudah memiliki hak pilih dalam rangka pemenuhan hak pilih warga
surakarta dalam pemilukada langsung tahun 2010?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesadaran partisipasi warga surakarta
dalam menggunakan hak pilihnya pada pelaksanaan pemilukada langsung tahun
2010 sehingga dapat tercapai tingkat prosentasi partisipasi yang tinggi?

C. Tujuan Penelitian
Dalam setiap penelitian pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai. Dengan
tujuan yang jelas tersebut akan mempermudah dalam melakukan penelitian. Adapun
tujuan penelitian yang akan dicapai oleh peneliti adalah:
1. Untuk mengetahui Bagaimana strategi yang dilakukan oleh KPU kota surakarta
dalam mengakomodir warga yang sudah memiliki hak pilih dalam rangka
pemenuhan hak pilih warga surakarta dalam pemilukada langsung tahun 2010.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
6

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesadaran partisipasi


warga surakarta dalam menggunakan hak pilihnya pada pelaksanaan pemilukada
langsung tahun 2010 sehingga dapat tercapai tingkat prosentasi partisipasi yang
tinggi.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan
pembaca pada umumnya baik secara teoritis maupun praktis. Hasil penelitian ini
diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya
bidang studi kewarganegaraan dan disiplin ilmu lain yang sesuai dengan penelitian
ini
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pembanding bagi siapa saja yang ingin
mengkajinya lebih dalam lagi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pemerintah
Diharapkan dapat memberikan masukan pada pemerintah untuk melaksanakan
Pemilukada pada periode berikutnya dengan lebih baik, khususnya dalam
pemenuhan hak pilih bagi warga.

b. Bagi Masyarakat
Membuka cakrawala masyarakat akan pemahaman tentang pentingnya hak pilih yang
seharusnya diperoleh serta bagaimana menggunakan hak tersebut dalam Pemilukada
yang dilaksanakan secara langsung.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Hak Pilih
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2005 tentang
pemilihan, pengesahan, pengangkatan, dan pemberhentian kepala daerah dan wakil
kepala daerah

warga Negara Republik

Indonesia yang pada hari pernungutan suara pemilihan sudah berumur, 17 (tujuh belas)
Kemudian dijelaskan lagi
dalam pasal 16 mengenai syarat pemilih dapat menggunakan hak sebagai pemilih antara
Nuansa Aulia, 2007:11
Hal tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a.

Untuk dapat menggunakan hak memilih dalam pemilihan, Warga Negara Republik
Indonesia harus terdaftar sebagai pemilih.

b. Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat:


1) Nyata-nyata tidak sedang terganggu jiwa/ingatannya;
2) Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang teluh
memperoleh kekuatan hukum tetap; dan
3) Berdomisili di daerah pemilihan sekurang-kurangnya 6(enam) bulan sebelum
disahkannya daftar pemilih sementara yang dibuktikan dengan Kartu Tanda
Penduduk.
c.

Seorang Warga Negara Republik Indonesia yang telah terdaftar dalam daftar
pemilih ternyata tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
tidak dapat menggunakan hak memilihnya.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tidak semua warga Negara

Indonesia, baik yang sudah menikah atau telah berumur 17 tahun dapat menggunakan
hak pilihnya dalam kegiatan pemilu atau pemilukada jika belum memenuhi persyaratan
seperi yang telah diamanatkan dalam pasal 16 PP no. 6 tahun 2005.
2. Tinjauan Tentang Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota
Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPU Kota) merupakan lembaga yang
berwenang

mengatur dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan dalam

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
8

pemilihan kepala daerah baik pemilihan gubernur/wakil gubernur, bupati/wakil bupati


dan wali kota/wakil wali kota. Dalam menjalankan tugasnya pada penyelenggaraan
pelaksanaan pemilihan kepala daerah Berbeda dengan pemilihan legislatif dan
pemilihan presiden, KPU Kota hanya berperan sebagi supervisi yang bertugas
menjalankan kebijakan-kebijakan KPU pusat dan segala yang berkaitan dengan tata
pelaksanaan menjadi kewenangan KPU.
Sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, KPU Kota
diberi wewenang untuk menyelenggarakan pemilihan ditingkat provinsi maupun
kabupaten/kota. Berkaitan dengan kewenangan KPU Kota s ebagai penyelenggara
pemilihan baik untuk tingkat provinsi ataupun kabupaten/kota diatur lebih eksplisit
dalam UU no 22 tahun 2007 tentang pemilihan umum dan PP no 6 tahun 2006 tentang
penyelenggaraan pemilihan kepala daerah.
a. Pengertian KPU Kota
PP RI No. 6 Tahun 2005 Pasal I menyatakan bahwa Komisi Pemilihan
Umum Daerah adalah

KPU Provinsi dan KPU kabupaten/kota sebagaimana

dimaksud dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 yang diberi wewenang


khusus oleh Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 untuk menyelenggarakan

Menurut Hari Moerti (2005: www.Parlemen.co.id) menyatakan bahwa

di wilayah kerjanya dan tidak bertanggung jawab secara hukum kepada DPRD dan
amun pada pelaksanaannya KPU Kota juga bertanggung
jawab terhadap DPRD tekait penggunaan anggaran dalam pelaksanaan pemilukada,
dikarenakan menggunakan dana dari APBD wilayah penyelenggaraan.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 6 tahun 2005
tentang pemilihan, pengesahan, pengangkatan, dan pemberhentian kepala daerah dan
wakil kepala daerah pasal 1 ayat 6
menjadi KPU Prov

, namun perubahan istilah ini tidak

berpengaruh banyak kepada hasil dari pemilukada, karena pada esensinya


keberadaan KPU kabupaten/Kota dan KPUD adalah sama dan hanya berganti
sebutan. Sehingga sah-sah saja menyebut KPUD maupun KPU Kabupaten/Kota.
Penggantian ini hanya berfungsi untuk memperjelas perbedaan antar KPU tingkat

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
9

provinsi dan kota/kabupaten. Namun pada pelaksanaan pemilukada tahun 2010 kota
surakarta mengacu pada PP No. 49/2008 dengan menyebut KPU kota Surakarta.
Berdasarkan pendapat diatas yang dimaksud dengan KPU kota adalah KPU
provinsi dan KPU kabupaten/kota yang diberi wewenang menyelenggarakan
pemilukada langsung dengan posisi tertinggi diwilayah kerjanya.
b. KPU Kota sebagai Lembaga Negara
Menurut Mourice Duverger (1989: 19
adalah model

hubungan manusia dari mana hubungan-hubungan individu

mengambil polanya, dengan itu mendapatkan stabilitas, kelangsungan, dan

Paule B. Horton dan Chester L. Hunt (dalam Aminudin Ram dan tita Sobari,
1999:

Institution) adalah suatu sistem norma

untuk mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat dipandang penting,
atau secara formal, sekumpulan kebiasaan dan tata kelakuan yang berkisar pada

Sama halnya dengan

KPU kota sebagai suatu lembaga muncul sebagai

produk kehidupan sosial yang mempunyai anggota-anggota dalam kelangsungan


pelaksanaannya sesuai dengan polanya untuk mencapai suatu tujuan yang sama yaitu
melaksanakan pemilukada yang jujur dan adil demi kepentingan warganya 5 tahun
ke depan.
KPU kota merupakan

salah satu lembaga negara karena selaku

penyelenggara pemilukada yang diberi tugas secara khusus berdasarkan Pasal 57


ayat (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai pelaksanaan Pasal 18
Undang-undang Dasar 1945, mempunyai kewenangan dan kewajiban yang telah
diatur secara tegas dalam Pasal 5 dan Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 6 T ahun
2005, sehingga telah melaksanakan sebuah tugas lembaga negara yaitu Pemilihan
Kepala Daerah secara demokratis sesuai amanat Pasal 18 ayat (4) Undang-undang
Dasar 1945.
Selain itu KPU kota sebagai lembaga Negara memiliki beberapa fungsi.
Untuk mengetahui gambaran fungsi yang dimiliki KPU kota perlu terlebih dahulu
mengetahui pengertian dari fungsi itu. Menurut Rocher dalam Alimandan (2004:
( F unction) adalah kumpulan kegiataan yang

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
10

halnya menurut Merton (dalam Alimandan, 2004:


diidentifikasi sebagai konsekunsi-konsekunsi yang dapat diamati yang menimbulkan

Robert K. Merton dalam Alimandan (1968: 13) juga memperkenalkan teori


fungsional yak

manifes) dan fungsi tersembunyi (latent

Hal tersebut dijelaskan sebagai berikut:


1) Fungsi nyata adalah fungsi yang diharapkan, misalnya yaitu lembaga KPU kota
memiliki fungsi menjalankan tahapan pemilukada dengan maksimal sehingga
menghasilkan para pemimpin daerah yang sesuai dengan pilihan dan kebutuhan
masyarakat di daerahnya.
2) Fungsi tersembunyi adalah fungsi yang tak diharapkan, misalnya KPU kota dalam
menjalankan tugasnya sebagai lembaga pengabdi masyarakat melakukan manifes
politik sehingga menghambat jalannya pemilukada sehingga mendapat protes dari
masyarakat.
c. Tugas dan Wewenang Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPU Kota)
Untuk menjalankan fungsi penyelenggaraan pemilukada, KPU kota diberi
tugas dan wewenang yang memadai. Berdasarkan PP No 6 tahun 2005 pasal 66 ayat
(1) disebutkan bahwa sebagai penyelengara pemilihan kepala daerah dan wakil
kepala daerah, tugas dan wewenang KPU kota
menetapkan segala tata cara mengenai pemilukada serta mengkoordinir sistematis
Hal terssbut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Merencanakan penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala
daerah
2) Menetapkan tata cara pelaksanaan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala
daerah sesuai dengan tahapan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan
3) Mengkordinasikan, menyelenggarakan dan mengendalikan semua tahapan
pelaksanaan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah
4) Menetapkan tanggal dan tata cara pelaksannaan kampanye, serta pemungutan
suara pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah
5) Meneliti persyaratan partai politik atau gabungan partai politik yang
mengusulkan calon

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
11

6) Meneliti persyaratan calon kepala darah dan wakil kepala daerah yang dius ulkan
7) Menetapkan pasangan calon yang telah memenuhi persyaratan
8) Menerima pendaftaran dan tim kampanye
9) Mengumumkan sumbangan dana kampanye
10) Menetapkan hasil rekapitulasi perhitungan suara dan mengumumkan hasil
pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah
11) Melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksannaan pemilihan kepala daerah dan
wakil kepala daerah
12) Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur oleh peraturan perundangundangan
13) Menetapkan kantor akuntan publik untuk mengaudit dana kampanye dan
mengumumkan hasil audit.

Sebagai penyelenggara pemilihan KPU kota tidak hanya memiliki tugas


wewenang sebagai pijakan hukum menyelenggarakan Pemilukada. Lebih dari itu,
KPU kota memiliki kewajiban-kewajiban. Menurut PP No. 6 Tahun 2005 diantara
kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan oleh KPU kota sebagai penyelenggara
pemilihan adalah sebagai berikut:
Memperlakukan pasangan calon secara adil dan setara, menetapkan
standarisasi serta kebutuhan jasa yang berkaitan dengan penyelenggaraan
pemilihan berdasaerkan peraturan perundang-undangan, menyampaikan
laporan kepada DPD untuk setiap tahap pelaksanaan pemilihan dan
menyampaikan informasi kegiatan kepada masyarakat, memelihara arsip
dan dokumen pemilihan serta mengelola barang inventaris milik KPU kota
berdasarkan peraturan perunda ng-undangan, mempertanggung jawabkan
penggunaan anggaran kepada DPRD dan melaksanakan semua tahapan tepat
waktu. (Nuansa Aulia, 2007:35).
Untuk menciptakan pemilukada yang jujur dan adil, dibutuhkan banyak
pilar. Disamping perlu adanya berbagai aturan main yang jelas dan demokratis, juga
dibutuhkan para pelaksana dan kelembagaan yang handal. Penyiapan kelembagaan
dan personal pada dasarnya dimaksudkan untuk melaksanakan pemilukada yang
jujur dan adil dari sisi proses pelaksanaanya. Dalam menjalankan tugas sebagai
penyelenggara pemilihan, KPU kota tidak bejalan sendiri. Ia dibantu oleh para
penyelenggara pemilihan tingkat kecamatan dan desa, termasuk penyelenggaraan
pemilihan di tingkat TPS yaitu PPK, PPS, dan KPPS. Hal ini tertuang dalam PP No.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
12

6 Tahun 2005
pemilihan, KPU kabupaten atau kota membentuk PPK, PPS, dan KPPS,

2)

Pembentukan panitia pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 paling lama 21


(dua puluh satu) hari sejak pemberitahuan DPRD
Menurut PP No. 6 Tahun 2005

-lembaga yang berada di bawah

naungan KPU kota sebagai lembaga penyelenggaraan pemilihan ditingkat kecamatan


dan desa, termasuk penyelenggaraan pemilihan di tingkat TPS yaitu PPK, PPS dan
dijelaskan sebagai berikut:
1) PPK (Panitia Pemilih Kecamatan)
PPK merupakan perpanjangan dari KPU kota yang berkedudukan di
setiap kecamatan. PPK sebagaimana dimaksud mempunyai tugas dan
wewenang:
a) Mengumpulkan hasil penghitungan suara dari seluruh TPS dalam wilayah
kerjanya, membuat berita acara dan sertifikasi hasil penghitungan suara, dan
b) Membantu tugas-tugas KPU kota dalam melaksanakan pemilihan
2) PPS (Panitia Pemungutan Suara)
Satu tingkat dibawah PPK yaitu PPS yang berkedudukan di
desa/kelurahan. Menurut pasal 11 PP RI No. 6 Tahun 2005 tugas dan wewenang
dari PPS adalah:
a) Melakukan pendaftaran pemilih;
b) Mengangkat petugas pencatat dan pendaftar;
c) Menyampaikan daftar pemilih kepada PPK;
d) Melakukan rekapitulasi hasil penghitungan suara dari seluruh TPS dalam
wilayah kerjanya dan membuat berita acara dan sertifikat rekaputulasi hasil
penghitungan suara; dan
e) Membantu tugas PPK
3) KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara)
KPPS merupakan

tim pelaksana teknis lapangan yang bertugas

diseluruh TPS-TPS di wilayah kerjanya. Anggota KPPS sebanyak 7 orang, dan


bertugas melaksanakan pemungutan suara dan penghitungan suara di TPS.
KPPS sebagaimana dimaksud berkewajiban membuat berita acara dan sertfikat
hasil penghitungan suara untuk disampaikan kepada PPS.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
13

d. Peranan KPU Kota


Menurut Undang-undang No. 22 Tahun 2007

apa

saja yang dapat dilakukan oleh KPU kota dalam masyarakat sebagai organisasi

tahapan pemilukada ini merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan seperti pada
mestinya apabila KPU kota tidak menjalankan salah satu saja maka akan
terhambatnya proses pemilukada.
Pada pemilukada segala sesuatu yang berkaitan dengan pengaturan tata
pelaksanaan pemilukada diserahkan kepada KPU kota setempat, sedangkan KPU
diatasnya hanya bertugas sebagai supervisi. Dengan begitu, pada pemilukada
bupati/walikota, maka KPU kabupaten atau kota yang memiliki peranan penting
untuk membuat aturan main tata pelaksanaan pemilukada, sementara fungsi supervisi
diberikan KPU provinsi. Untuk pemilukada gubernur, KPU provinsi yang
menyelenggarakan dengan supervisi dari KPU pusat.
Ketentuan KPU kota sebagai penyelenggara Pemilukada ini telah diatur oleh
UU No. 32 Tahun 2004 dan PP No. 6 T ahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan
dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Dalam PP tersebut
disebutkan bahwa penyelenggaraan pemilukada adalah KPU kota. Jadi KPU kota
yang memiliki peran dominan dalam penyelenggaraan pemilukada sebagai mana
yang termuat dalam pasal 4 ayat (1) berikut:
1) Pemilihan kepala daerah diselenggarakan oleh KPU kota
2) Dalam menyelenggarakan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,
KPU provinsi menetapkan KPU kabupaten/kota sebagai bagian
pelaksanaan tahap penyelenggaaan pemilihan.
3) Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan secara
demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan
adil.
4) Dalam pelaksanaan pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 KPU
kota/kabupaten bertanggung jawab kepada DPRD.
(Nuansa Aulia, 2007:6)
Fungsi KPUD sebagai

suatu stuktur sistem yang digunakan untuk

mensukseskan jalanya pemilukada dalam suatu pemerintahan, seperti konsep yang


Konsep yang
berkembang melalui beberapa fase menyebutkan dalam salah satu fasenya yaitu fase
yang kedua mengenai fungsi output dari suatu pemerintahan yakni pembuatan aturan,

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
14

, sedangkan fungsi input misalnya sosialisasi


politik, artikulasi kepentingan, penggabungan kepentingan dan komunikasi politik.
Bagi KPU kota fungsi output ini dilakukan dalam realisasi kewenangan
membentuk kebijakan misalnya dalam pembuatan keputusan-keputusan KPU dan
dinyatakan oleh Almond (1999: 25
. Sosialisasi dapat
terjadi

didalam keluarga, sekolah, kelompok keagamaan, institusi-institusi

pemerintah, partai-partai politik, birokrasi dan lain-lain.


Dalam pemilukada sosialisasi seperti yang diutarakan di atas memang
sangat diperlukan guna memberikan pendidikan pemilih pada warga masyarakat.
Baik dilakukan dalam forum formal maupun informal, tidak ada yang dapat menjadi
takaran, yang paling utama adalah pendidikan politik yang diberikan mengena pada
sasaranya. Jadi fungsi KPU kota dapat berjalan secara sistematis dan terstruktur
sesuai dengan peran dan statusnya sebagai lembaga negara dan lembaga sosial.
Mekanisme pemilihan secara langsung ini memang merupakan suatu
tahapan penting dalam pemilukada. Namun, hal tersebut tidak cukup menjamin
semuanya akan berjalan lancar. Dengan demikian peran KPU kota dalam Pemilukada
di masing-masing daerah sangat berat. KPU kota memiliki suatu posisi atau tempat
yang diharapkan ada pada suatu lembaga negara sesuai dengan tingkah laku dan
fungsinya, sesuai dengan hak serta kewajiban yang harus ditampilkan lembaga
tersebut sebagai pemilik peranan tersebut. Komisi Pemilihan Umum Daerah dalam
peranannya ini mengatur semua tahap penyelenggaraan pemilihan dari tahap awal
dan harus selalu koordinasi dengan KPU pusat. Sehingga, segala kegiatan yang
dilakukan oleh KPU kota pada setiap tingkatan akan berjalan secara konsisten.
e. Panitia Pengawas Pemilu
Organisasi KPU Kota tidak berdiri sendiri, dibentuk pula organisasi
pengawas pemilu yang besifat ad hoc, yakni panitia pengawas pemilu (Panwaslu).
Tugas Panwaslu adalah untuk mengawasi semua tahapan penyelenggaraan pemilu,
menerima laporan pelanggaran, menyelesaikan sengketa yang timbul dalam
penyelenggaraan pemilu, dan meneruskan temuan-temuan dan laporan yang tidak
dapat diselesaikan kepada instansi yang berwenang. Namun kedudukan panwaslu ini

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
15

tidak bersifat independen karena dibentuk oleh KPU dan bertanggung jawab kepada
KPU.
Menurut Pasal 78 Undang-Undang No.22 Tahun 2007 menyatakan bahwa
tugas dan wewenang Panwaslu Kabupaten Kabupaten/Kota adalah:
Mengawasi tahapan penyelenggaraan Pemilu di wilayah kabupaten/kota,
menerima laporan dugaan pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan
perundang-undangan mengenai Pemilu, menyelesaikan temuan dan laporan
sengketa penyelenggaraan Pemilu yang tidak mengandung unsur tindak
pidana, menyampaikan temuan dan laporan kepada KPU Kabupaten/Kota
untuk ditindaklanjuti, meneruskan temuan dan laporan yang bukan menjadi
kewenangannya kepada instansi yang berwenang, menyampaikan laporan
kepada Bawaslu sebagai dasar untuk mengeluarkan rekomendasi Bawaslu
yang berkaitan dengan adanya dugaan tindakan yang mengakibatkan
terganggunya tahapan penyelengga raan Pemilu oleh penyelenggara Pemilu
di tingkat kabupaten/kota, mengawasi pelaksanaan tindak lanjut
rekomendasi Bawaslu tentang pengenaan sanksi kepada anggota KPU
Kabupaten/Kota, sekretarisdan pegawai sekretariat KPU Kabupaten/Kota
yang terbukti melakuka n tindakan yang mengakibatkan terganggunya
tahapan penyelenggaraan Pemilu yang sedang berlangsung, mengawasi
pelaksanaan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu, dan melaksanakan tugas
dan wewenang lain yang diberikan oleh undang-undang.
Adapun dapat dijelaskan dalam mengawasi tahapan penyelenggaraan
Pemilu di wilayah kabupaten/kota meliputi:
1) Pemutakhiran data pemilih berdasarkan data kependudukan dan penetapan daftar
pemilih sementara dan daftar pemilih tetap.
2) Pencalonan yang berkaitan dengan persyaratan dan tata cara pencalonan anggota
Dewan Perwakilan R akyat Daerah Kabupaten/Kota dan pencalonan kepala
daerah dan wakil kepala daerah kabupaten/kota.
3) Proses

penetapan

calon

anggota

Dewan

Perwakilan

Rakyat

Daerah

Kabupaten/Kota dan pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah
kabupaten/kota.
4) Penetapan

pasangan

calon

kepala

daerah dan wakil

kepala

kabupaten/kota.
5) Pelaksanaan kampanye.
6) Perlengkapan Pemilu dan pendistribusiannya.
7) Pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara hasil Pemilu.
8) Mengendalikan pengawasan seluruh proses penghitungan suara.

daerah

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
16

9) Pergerakan surat suara dari tingkat TPS sampai ke PPK.


10) Proses rekapitulasi suara yang dilakukan oleh KPU Kabupaten/Kota dari seluruh
kecamatan.
11) Pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara ulang, Pemilu lanjutan, dan
Pemilu susulan.
12) Proses penetapan hasil Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten/Kota dan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Kabupaten/Kota.
Dan dalam pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Panwaslu Kabupaten/Kota berwenang:
Memberikan rekomendasi kepada KPU untuk menonaktifkan sementara
dan/atau mengenakan sanksi administratif atas pelanggaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf g; Memberikan rekomendasi kepada yang
berwenang atas temuan dan laporan terhadap tindakan yang mengandung
unsur tindak pidana Pemilu.
Pasal 79 Undang-Undang No.22 Tahun 2007 menyatakan bahwa Panwaslu
Kabupaten/Kota berkewajiban:
Bersikap tidak diskriminatif dalam menjalankan tugas dan wewenangnya,
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas
Panwaslu pada tingkatan di bawahnya, menerima dan menindaklanjuti
laporan yang berkaitan dengan dugaan adanya pelanggaran terhadap
pelaksanaan
peraturan
perundangundangan
mengenai
Pemilu,
menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada Panwaslu Provinsi sesuai
dengan tahapan Pemilu secara periodik dan/atau berdasarkan kebutuhan,
menyampaikan temuan dan laporan kepada Panwaslu Provinsi berkaitan
dengan adanya dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh KPU
Kabupaten/Kota yang mengakibatkan terganggunya penyelenggaraan
tahapan Pemilu di tingkat kabupaten/kota, dan melaksanakan kewajiban lain
yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan.
3. Pemilihan Kepala Daerah Langsung
Pemilihan Umum Kepala Daerah langsung (Pemilukada) merupakan salah satu
langkah maju dalam mewujudkan demokratisasi di tingkat lokal, dimana demokrasi di
tingkat nasional akan tumbuh berkembang dengan mapan dan dewasa apabila pada
tingkat lokal, nilai-nilai demokrasi berakar dengan baik terlebih dahulu baik pada
tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Sehingga untuk mewujudkan pemilihan kepala

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
17

daerah yang bebas dan adil diperlukan berbagai macam peraturan-peraturan yang
mendasari kebijakan ini.
Adapun

peraturan

perundangan

yang

mengatur

tentang

pelaksanaan

Pemilukada tersebut antara lain:

a. Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah


b. Peraturan Mahkamah Agung R I No. 2 tahun 2005 tentang Tata Cara
Pengajuan Upaya Hukum Keberatan Terhadap Penetapan Hasil Pemilukada
Dan Pilwakada dari KPU Kabupaten/ Kota.
c. Peraturan Pengganti Undang-Undang No. 3 tahun 2005 tentang Perubahan
atas UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Perpu ini berisi
tentang perubahan pada jumlah pemilih maksimum pada tiap TPS dan
pelaksanaan Pemilukada dalam situasi genting.
d. PP No. 17 tahun 2005 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah RI No.
6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan
Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
e. Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 2005 tentang pemilihan, Pengesahan,
Daerah Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah.
f. Peraturan Menteri dalam Negeri No. 9 tahun 2005 tentang Pedoman bagi
Pemerintah Daerah dalam Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah.
(Kemendagri, 2005: 2)
Peraturan perundang-undangan yang ada pada dasarnya bertujuan untuk
menciptakan pemilukada yang bebas dan adil. Dalam proses pelaksanaanya peraturan
perundangan ini mengatur mulai dari lembaga penyelenggara, aturan main dan teknis
penyelenggaraan. T eknis penyelenggaraan dari pemilukada menurut Undang -Undang

Hal tersebut dijelaskan sebagai berikut:


a. Tahap Persiapan meliputi:
1) Pemberitahuan DPRD kepada kepala daerah mengenai berakhirnya masa jabatan
2) Pemberitahuan DPRD kepada KPU kota/kabupaten mengenai berakhirnya masa
jabatan kepala daerah
3) Perencanaan penyelenggaraan, meliputi penetapan tata cara dan jadwal tahapan
pelaksanaan pemilihan kepala daearah
4) Pembentukan panitia pengawas, PPK, PPS dan KPPS

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
18

5) Pemberitahuan dan pendaftaran pemantau


b. Tahap Pelaksanaan meliputi:
1) Penetapan daftar pemilih,
2) Pengumuman pendaftaran dan penetapan pasangan calon,
3) Kampanye,
4) Pemungutan suara,
5) Perhitungan suara,
6) Penetapan pasangan calon kepala daerah/wakil kepala daeah terpilih, pengesahan,
dan pelantikan.
Mekanisme pemilihan secara langsung merupakan suatu tahapan penting dalam
pilkda. Kesuksesan dari setiap tahapan yang ada akan mempengaruhi keberhasilan
pemilukada secara keseluruhan. Sehingga setiap tahapan ini dilaksanakan dengan
matang sesuai aturan yang ada. Namun hal ini tidak cukup menjamin semuanya akan
berjalan lancar. Banyak kendala dan hambatan-hambatan yang mungkin terjadi pada
setiap tahapan demi tahapanya.
Adapun permasalahan yang sering muncul dalam pelaksanaan pemilukada,
antara lain:
Pengajuan bakal calon ganda oleh partai politik dan penandatanganan surat
pencalonan; Daftar pemilih tetap yang dimana banyak tidak terdaftar dan
adanya pemilih yang tidak memenuhi persyaratan; Kelengkapan dan
administrasi pencalonan yaitu ijazah palsu, pasangan calon mempunyai hutang
yang berakibat banyaknya protes dari masyarakat; Berkenaan dengan
kampanye, misalnya: adanya pasangan calon yang mencuri start kampanye,
khususnya antara daerah yang satu dengan yang lain, maraknya praktek
politics
-barang yang bisa
dikonversikan ke dalam uang, masih dilakukannya arak-arakan; Perhitungan
suara, meliputi adanya dugaan salah dalam menghitung suara yang
mengakibatkan perubahan pasangan calon terpilih yang dilanjutkan gugatan
pasangan calon kepada KPU kota. (Samsul Wahidin, 2008:23)
4. Partisipasi Politik
Partisipasi menurut Kenneth Janda et all (1987: 226)
as those actions of private citizens by which they seek to influence or to support
. Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa partisipasi politik
merupakan tindakan pribadi warga negara yang dimaksudkan untuk mempengaruhi atau
mendukung

pemerintah

dan

politik.

Sudrajat

(2003:

www.uk.geocities.com)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
19

menyatakan bahwa Political participation is the active angagement by individuals and


. Pendapat tersebut dapat
diartikan bahwa partisipasi politik adalah tindakan aktif oleh individu dan kelompok
dalam proses pemerintahan yang mempengaruhi hidup mereka. Ada banyak
kemungkinan yang dapat terjadi berkaitan dengan pemahaman proses partisipasi juga
sejumlah landasan yang berhubungan dengan partisipasi itu sendiri. Menurut
Koentjaraningrat (1985: 26) membedakan cara berpartisipasi atas dua jenis partisipasi,

Syamsul haris dalam tataq chidmad mengatakan terdapat 4 faktor yang


terhadap pemerintah, b). tidak adanya indikasi money politics, c). KPU dan pengawas
melibatkan civil society
Chidmad, 2004:57)
Pada hakikatnya partisipasi yang dibutuhkan dalam pembangunan adalah
partisipasi yang dilakukan dengan sukarela yang didorong oleh prakarsa atau swadaya
masyarakat. Arti dan maksud partisipasi berbeda dengan prakarsa atau swadaya
masyarakat. Menurut Miriam Budiarjo (1982: 22) meyatakan bahwa Tingkat kesadaran
politik diartikan sebagai tanda bahwa warga masyarakat menaruh perhatian pada
masalah kenegaraan atau pembangunan.
Secara utuh partisipasi hendaknya berlangsung secara sistematis dan dinamis,
berlangsung mulai dari partisipasi dalam pengambilan keputusan, kemudian dilanjutkan
dalam partisipasi dalam pelaksanaan pembangunan, partisipasi dalam pemanfaatan
hasil-hasil pembangunan dan akhirnya partisipasi dalam pemanfaatan hasil-hasil

5. Teori Fungsionalisme Strukutural Talcott Parsons


Berdasarkan uraian tentang strategi yang digunakan oleh KPU kota surakarta
dalam penyelenggaraan pemilihan kepala daerah langsung terutama dalam pemenuhan
hak pilih warga surakarta terbukti baik hal ini dibuktikan dengan tingginya jumlah
partisipasi masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya, hal ini tidak luput dari
semakin baiknya kinerja dan sistem yang digunakan oleh KPU kota Surakarta, hal ini
sejalan dengan teori fungsionalisme struktual Talcott Parsons menekankan bahwa ada

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
20

empat fungsi penting yang diperluk/an semua sistem : Adaptation (A), goal attainment
(G), integration (I), dan latensi (L) atau pemeliharaan pola. Secara bersama-sama,
keempat imperatif fungsional ini dikenal sebagai skema AGIL. Agar tetap bertahan
(survive), suatu sistem harus memiliki empat fungsi ini :
a. Adaptation (Adaptasi): sebuah sistem harus menanggulangi situasi eksternal yang
gawat. Sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan
lingkungan itu dengan kebutuhanya.
b. Goal attainment (Pencapaian tujuan): sebuah sistem harus mendefinisikan dan
mencapai tujuan utamanya.
c. Integration (Integrasi): sebuah sistem harus mengatur antarhubungan bagian-bagian
yang menjadi komponennya. Sistem juga harus mengelola antarhubungan ketiga
fungsi penting lainya (A, G, L).
d. Latency (Latensi atau pemeliharaan pola): sebuah sistem harus melengka pi,
memelihara dan memperbaiki, baik motivasi individual maupun pola-pola kultural
yang menciptakan dan menopang motivasi.
Sehingga dari teori Talcott Parsons dapat ditekankan bahwa suatu
organisasi/lembaga dalam hal ini KPU kota Surakarta agar dapat berjalan sesuai dengan
tujuan maka harus memenuhi empat fungsi milik Talcott Parsons yaitu
a. Adaptation (Adaptasi): dalam menggunakan strateginya KPU kota surakarta
beradaptasi dengan budaya dan kegiatan yang banyak digemari masyarakat
Surakarta, dalam hal ini sosialisasi pemilukada dengan mengadakan karnaval,
panggung hiburan dan pemutaran film layar lebar yang banyak diminati warga
Surakarta.
b. Goal attainment (Pencapaian tujuan): dengan diadakannya berbagai acara tersebut
diharapkan masyarakat memahami informasi seputar pemilukada, sehingga respek
dan peduli terhadap pelaksanaan pemilukada yang diwujudkan dengan tingginya
partisipasi mayarakat.
c. Integration (Integrasi): KPU Kota Surakarta mempunyai aturan yang jelas dalam
mengatur hubungan dengan lembaga dibawahnya seperti PPK, PPS, dan KPPS
sehingga setiap tahapan dapat terlaksana dengan baik.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
21

d. Latency (Latensi atau pemeliharaan pola): KPU kota Surakarta melakukan


pemeliharaan sistem agar terjaga dengan baik dengan melakukan pertemuan rutin
guna membahas masalah yang dihadapi sehingga didapat solusinya.
Dengan diterapkanya empat fungsi diatas maka diharapkan tugas KPU kota
Surakarta dalam pemenuhan hak pilih warga Surakarta dapat terakomodir dengan baik
yang berimbas pada tingginya tingkat partisipasi masyarakat dalam menggunakan hak
pilih.
6. Hasil Penelitian Yang Relevan
Selain pendapat dari para pakar, di dalam penelitian ini juga dicantumkan
pendapat dari peneliti lain yang hasil penelitiannya relevan dengan penelitian ini. Hal
ini peneliti lakukan guna mendukung penelitian yang telah peneliti lakukan. Penelitian
yang relevan dengan penelitian ini adalah:
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri Yatun (2007) dengan judul
penelitiannya yaitu Peranan KPUD dalam Memvalidasi
Pelaksanaan Pilkada

Data

Pemilih Pada

Langsung di Kabupaten Cilacap Tahun 2007, dimana hasil

penelitianya adalah (1) KPUD telah berperan secara maksimal dalam seluruh tahapan
pendataan pemilih pada pilkada Bupati dan Wakil Bupati yang diselenggarakan di
Cilacap Tanggal 09 September 2007. KPUD dalam menjalankan tugasnya berpedoman
pada UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang dikombinasikan dengan
UU No 22 Tahun 2007 tentang Pemilihan Umum yang direalisasikan kedalam bentuk
Keputusan-keputusan KPUD Cilacap, (2) Hambatan-hambatan yang terjadi dalam
pilkada Bupati dan Wakil Bupati yaitu permasalahan daftar pemilih. Proses pendataan
yang relatif singkat, daftar pemilih yang diperoleh dari Capil acak, peraturan yang
kurang jelas mengatur tentang anggaran pendataan pemilih, sosialisasi dan pendidikan
politik yang kurang mengena pada masyarakat serta masyarakat yang kurang proaktif
dalam proses pendataan, (3) Strategi yang dilakukan KPUD dalam menghadapi
permasalahan diatas adalah dengan cara untuk mengatasi pemilih yang cenderung pasif,
KPUD melakukan sosialisasi secara simultan kepada masyarakat, untuk masalah
anggaran KPUD mengkonsltasikanya kepada BPK perwakilan Jawa T engah dan DIY
dan mengirimkan suart keterangan kepada perwakilan BPK tersebut untuk diberikan ke
KPU Provinsi dan KPU Pusat, Permasalahan DP4 yang acak, KPUD menetapkan DP4
ini menjadi DPS dan dipecah atau dikelompokan menjadi DPS per T PS untuk dilakukan

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
22

pengecekan sehingga lebih dekat dengan pemilih, dan masalah sosialisasi yang
diberikan pada warga Cilacap, yakni melalui media: Iklan di radio-radio sekabupaten
Cilacap, Memasang sepanduk di tempat-tempat umum, Menyebarkan Liflet ( pamflet).
Dan juga dalam sosialisasi ini KPUD melibatkan LSM-LSM terkemuka dan membentuk
organisasi khusus yang disebut dengan TOT ( Training OF Trans) yang bekerja sama
dengan LSM JPPR, Muhammadiyah, NU, Ansor, Pemuda Muhammadiyah, Fatayat,
Muslimat, Nasiatul Aisyah, KPI (Koalisi Perempuan Indonesia), Guru-guru PKN di
Kabupaten Cilacap yang anggaran dananya diberikan oleh KPUD.
B. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir merupakan alur penalaran yang didasarkan pada masalah
penelitian yang digambarkan secara menyeluruh dan digunakan sebagai acuan dalam
penelitian. Berdasar kajian teori diatas, penulis dapat menyusun kerangka berfikir
sebagai berikut:
Untuk menjamin terpenuhinya hak pilih warga dalam penyelenggaraan
pemilihan kepala daerah di kota Surakarta, yang mana telah dijelaskan dalam PP No.6
tahun 2005 bahwa yang berkewenangan adalah KPU kota, hal ini akan menjadi sangat
rawan dan berpotensi menimbulkan konflik jika KPU Kota Surakarta tidak bisa
mengakomodir warga Surakarta, Akan

tetapi Setelah perhelatan Pemilukada

dilaksanakan pada tanggal 26 april 2010 lalu mendapatkan hasil yang cukup signifikan,
karena tingkat partisipasi masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya cukup tinggi
dibanding dengan daerah lain yang melaksanakan Pemilukada, maka secara otomastis
kinerja dari KPU kota Surakarta dalam memenuhi hak pilih warga Surakarta dilakukan
dengan strategi yang tepat sasaran dalam rangka terpenuhinya hak politik warga
Surakarta yaitu dengan:
1. Melakukan sosialisasi yang tepat sasaran dan masyarakat antusias untuk ikut
didalamnya seperti mengadakan panggung hiburan, pemutaran film layar lebar dan
karnaval yang diikuti pasangan calon yang dikemas dengan menarik, sehingga
masyarakat tidak bosan mengikutinya.
2. Pelaksanaan sosialisasi KPU kota Surakarta tidak bekerja sendiri, melainkan
bekerjasama dengan berbagai elemen kemasyarakatan yang ada di kota Surakarta.
Hal ini sangat membantu KPU kota Surakarta karena semakin banyak informasi yang

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
23

diberikan, tingkat pemahaman masyarakat mengenai seputar pemilukada akan


semakin baik.
3. Menjangkau kalangan yang tidak tersentuh sosialisasi (Lembaga pemasayarakatan,
rumah sakit, panti asuhan, panti wreda, dll), tim sosialisasi KPU kota Surakarta
terjun langsung dilapangan untuk memberikan informasi seputar pemilukada.
4. Mengantisipasi Pemilih baru yang pada saat hari pemungutan suara sudah
mempunyai hak, KPU kota Surakarta bekerjasama dengan dinas pendidikan kota
Surakarta untuk melakukan sosialisasi dengan langsung mendatangi ke sekolahsekolah dan sesekali mengumpulkan semua siswa kelas 3 SMA/SMK se-kota
surakarta untuk menghadiri sosialisasi akbar di stadion Manahan Surakarta.
5. Iklan di radio-radio yang terdapat di wilayah kota Surakarta, Memasang sepanduk di
tempat-tempat umum, dan Menyebarkan Liflet ( pamflet).
Tinggi rendahnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pemilihan umum
baik nasional atau daerah dapat dilihat dari pengalaman atau pemahaman seseorang
atau suatu daerah mengenai konsep dalam berpolitik, warga yang paham tentang
pentingnya berpartisipasi dalam pemilihan umum, pasti akan memberikan hak suaranya,
begitu

pula sebaliknya.

Faktor-faktor

yang mempengaruhi

warga

Surakarta

berpartisipasi dalam pelaksanaan pemilukada tahun 2010 diantaranya adalah:


1. Tingkat keperca yaan masyarakat terhadap pemerintahan yang terdahulu yang telah
memberi kontribusi nyata kepada masyarakat kota Surakarta.
2. Tingkat pendidikan dan kepedulian masyarakat terhadap pelaksanaan pemilukada
yang semakin baik yang dibarengi dengan semakin baiknya kinerja KPU kota
Surakarta dalam menghadapi masalah DPT yang semakin komplek.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
24

Berdasarkan kerangka berfikir diatas dapat dibuat skeme sebagai berikut :


Dasar Hukum
UU No.22 tahun 2007
PP No. 6 tahun 2005

KPU Kota Surakarta

Pemenuhan Hak Pilih warga


Kota Surakarta

Sosialisasi dan pendidikan


pemilih seputar informasi
pelaksanaan pemilukada

Warga Terakomodir Hak


Pilihnya

Berpartisipasi
Menggunakan
Hak Pilih

Warga Tidak Terakomodir


Hak Pilihnya

Golput

Disebabkan karena:
kinerja KPUD beserta jajaranya dilapangan
dalam rangka memenuhi hak pilih
masyarakat
Kurangnya Sosialisasi
Lemahnya Kesadaran masyarakat dalam
bepartisipasi dalam pemilu
Kekecewaan masyarakat terhadap pemerintah

Legitimasi Hasil Pilkada


Gambar 1.Skema Kerangka Berpikir

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB III
METODOLOGI PENE LITIAN

1. Lokasi Dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Dalam penelitian ini penulis memilih tempat penelitian di Kota Surakarta.
Penulis memilih lokasi penelitian di tempat tersebut, dengan beberapa pertimbangan
antara lain:
a. Suasana demokrasi di Kota Surakarta sangat kental, pola pikir masyarakat yang kritis
dan persaingan parpol yang ketat, sehingga proses demokrasi yang terjadi sangat
menarik untuk diikuti.
b. Penulis tertarik dengan hasil dari pelaksanaan pemilukada tahun 2010, terutama pada
tingginya warga masyarakat yang terpenuhinya hak pilih serta besarnya tingkat
partisipasi masyarakat kota Surakarta, yang mana pada pelaksanaan pilpres tahun
2009 masih menyisakan pekerjaan rumah bagi pihak penyelenggara (KPU kota
Surakarta) dalam memenuhi hak pilih (DPT) masyarakat kota Surakarta.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan setelah mendapat perijinan dari pihak yang
berwenang. Berikut ini gambar alokasi waktu kegiatan penelitian yang penulis lakukan:
Tabel 1. Waktu dan Kegiatan Penelitian
No

Kegiatan
Feb

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Mar-Jun

Pengajuan Judul
Penyusunan Proposal
Ijin Penelitian
Pengumpulan Data
Analisis Data
Penyusunan Laporan

25

2010
Jul Agu-Nov

Des

2011
Jan

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
26

2. Bentuk Dan Strategi Penelitian


1. Bentuk Penelitian
Dalam penelitian ini bentuk yang digunakan adalah bentuk penulisan kualitatif
karena data yang di kumpulkan berupa kata-kata, kalimat, pencatatan dokumen maupun
arsip yang gemlike arti yang sangat lebih dari sekedar angka atau frekuensi. Metode
yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif evaluatif, karena penelitian
bermaksud untuk melakukan penyelidikan dengan menggambarkan dan memaparkan
keadaan obyek dan subyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak
atau sebagai mana mestinya dan kemudian mengevaluasi objek dan subyek penelitian
berdasarkan temuan-temuan pada penelitian.
Menurut Bogdan dan Taylor dalam Lexy J. Moleong (2004: 4)

enelitian

kualitatif adalah metodologi kualitatif adalah prosedur yang menghasilkan data


deskriptif berupa kata tertulis atau lisan dari orang-ora
Penelitian kualitatif diperoleh dengan mempertimbangkan kesesuaian obyek
dari studi, penggunaan metode penelitian secara mendalam agar sesuai dengan metode
tersebut yaitu menggunakan metode deskriptif. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari
Winarno Surakhmad (2004 : 139)

enyelidikan deskriptif

tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang . Karena banyak sekali
ragam penyelidikan demikian metode penyelidikan deskriptif
penyelidikan

yang

menuturkan,

menganalisa, dan

diantaranya ialah

mengklasifikasi.

Sehingga

menurutnya metode deskriptif adalah menuturkan dan menafsirkan data yang ada,
misalnya tentang situasi yang dialami, satu hubungan kegiatan, pandangan, sikap yang
menampak, atau tentang satu proses yang sedang berlangsung pengaruh yang sedang
bekerja, kelainan yang sedang muncul, kecenderungan yang menampak, pertentangan
yang meruncing, dan sebagainya.
Pada umumnya penelitian-penelitian deskriptif terdiri dari berbagai jenis, disini
Ritual Constraint
yang dikemukakan ole

ktivitas manusia dan

organisasi yang ada merupakan kesengajaan lewat apa yang menurut mereka sedang di
capai . Maka struktur yang ada adalah menurut konteksnya.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
27

2. Strategi Penelitian
Strategi penelitian yang digunakan adalah strategi penelitian tunggal
terpancang. Mengenai model ini HB. Sutopo (2002: 112) menjelaskan bahwa
Walaupun dalam penelitian kualitatif ditemui adanya bentuk penelitian terpancang
(embeded resarch) yaitu penelitian kualitatif yang sudah menentukan fokus penelitian
berupa variabel utamanya yang akan dikaji berdasarkan tujuan dan minat penelitiannya
sebelum peneliti ke lapangan studinya .
Peneliti sudah menentukan terlebih dahulu fokus dari pada variabel utama yaitu
KPU kota Surakarta. Akan tetapi dalam hal ini peneliti tetap tidak melepaskan variabel
fokusnya (pilihannya) dari sifatnya yang holistik sehingga bagian-bagian yang diteliti
tetap diusahakan pada posisi yang saling berkaitan dengan bagian-bagian dari konteks
secara keseluruhan guna menemukan makna yang lengkap.

C. Sumber Data
Menurut HB. Sutopo (2002: 50-

umber data dalam

penelitian kualitatif dapat berupa manusia, peristiwa, atau aktivitas, tempat atau lokasi,

Pendapat lain tentang sumber data dalam penelitian kualitatif adalah yang
diungkap oleh Lofland (dalam Lexy J. M oleong, 2004: 157) menjelaskan bahwa
umber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya
adalah data tambahan seperti dokumen dan lainbagian ini jenis datanya dibagi ke dalam kata -kata dan tindakan, sumber data tertulis,
foto, dan statistik.
Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menggunakan sumber data yang berupa
informan, tempat, dan peristiwa serta arsip dan dokumen, lebih lanjut dijelaskan sebagai
berikut:

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
28

1. Informan
Informan adalah manusia sebagai sumber data yang perlu dipahami, bahwa
mereka terdiri dari beragam individu dan memiliki beragam posisi. Oleh karena itu di
dalam memilih siapa yang akan menjadi informan, peneliti wajib memahami posisi
dengan beragam peran serta yang ada sehingga dapat diperoleh informasi pernyataan
maupun kata-kata yang diperoleh dari informan yang disebut data primer atau sering
disebut sebagai informan kunci (key informan). Informan dalam penelitian ini yakni
orang-orang yang terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan di KPU ko ta yaitu Didik
wahyudiono (Ketua KPU Kota Surakarta), Lestari S.H M.Hum (divisi hukum dan
pengawasan) dan Setyo Budiarto, S.Sos (divisi teknis dan humas) dan lembaga lain
dibawah KPU kota Surakarta yaitu dengan Surachmad, S.Sos (Anggota PPK Pasar
Kliwon), Rustamal (Ketua PPS Sangkrah) dan Dian Anggraini (Ketua KPPS TPS 3
Sangkrah)
2. Tempat dan Peristiwa
Penulis dalam penelitian ini mengambil tempat penelitian di kota surakarta
sedangkan peristiwa yang dimaksud adalah masalah pemenuhan hak pilih yang
dilakukan oleh KPU kota Surakarta serta hal apa saja yang mempengaruhi tingginya
tingkat kesadaran partisipasi warga Surakarta dalam menggunakan hak pilihnya secara
aktif, semuanya akan digali lewat sumber lokasinya yang merupakan tempat atau
lingkungannya. Sehingg a dari pemahaman tersebut bisa ditarik kesimpulan yang
berkaitan dengan permasalahan tersebut.
3. Dokumen
Sumber data yang kedua atau data sekunder dalam penelitian ini adalah
dokumen. Dokumen disini antara lain: Keputusan KPU kota Surakarta No. 13 tahun
2010 tentang perubahan keputusan KPU tentang jumlah penetapan pemilih dan tempat
pemungutan suara, Keputusan KPU kota surakarta no.4 tahun 2009 tentang pedoman
sosialisasi penyelenggaraan pemilihan umum walikota dan wakil walikota Surakarta
tahun 2010, Materi Sosialisasi Pemilukada Tahun 2010, dan Berita acara rekapitulasi
penerimaan rekapitulasi perhitungan suara pasangan calon walikota dan wakil walikota
tahun 2010.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
29

D. Populasi dan Teknik Sampling


Populasi menurut Suharsimi Arikunto (1998: 115) adalah

eseluruhan subjek

penelitian . Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah
penelitian, maka peneliti harus meneliti populasi. Namun dalam penelitian besar peneliti
tidak mungkin meneliti seluruh populasi yang ada. Selain hal ini merepotkan,
membutuhkan waktu yang lama juga biaya yang besar pula. Untuk mengantisipasi
hambatan tersebut maka peneliti meneliti sebagian dari populasi saja. Penelitian seperti
ini disebut penelitian sampel.
Dalam penelitian kualitatif sampel akan ditunjukkan oleh peneliti dengan
mempertimbangkan bahwa sampel itu mengenai masalah yang diteliti, jujur, dapat
dipercaya dan datanya bersifat obyektif. Kemudian teknik cuplikan yang biasa di
gunakan adalah teknik cuplikan yang bersifat selektif

dengan menggunakan

pertimbangan berdasarkan konsep teoritis yang digunakan dan keingintahuan pribadi


peneliti. Oleh karena itu cuplikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling.
Menurut Goetz & Le Compte dalam H. B. Sutopo (2002: 185) menyatakan
bahwa

Purposive Sampling yaitu teknik mendapatkan sampel dengan memilih

individu-individu yang di anggap mengetahui informasi dan masalahnya secara


mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data . Jadi dalam metode ini
beberapa objek penelitian dipilih, kemudian dari yang terpilih tersebut dijadikan sebagai
sumber data yang dapat membantu dalam mengungkap permasalahan yang telah
dirumuskan. Dengan kata lain metode pengambilan sampel yang digunakan dengan
teknik informan kunci (key informan) yaitu peneliti mengambil orang- orang kunci
untuk dijadikan sebagai sumber data.
Menurut Lexy J. M oleong (2004: 22

Untuk

menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai sumber bangunan dan menggali
informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang akan muncul .
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa populasi adalah
merupakan bagian sampel. Apabila yang menjadi populasi adalah warga masyarakat
Kota Surakarta yang berjumlah penduduk 525.505 orang (berdasarkan surat Sekda No.
470/4.868/tgl 11 Desember 2009 jumlah penduduk Surakarta per tanggal 11 Desember
2009) yang tersebar dalam 5 kecamatan. Maka pada tahap pengambilan sampling,

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
30

sampel yang diambil adalah 5 kecamatan yaitu dari kecamatan jebres, pasar kliwon,
banjarsari, laweyan, dan serengan. Pemilihan kelima kecamatan ini dilakukan dengan
teknik purposive sampling. Sedangkan sample yang diambil adalah 50 orang dari
kelima kecamatan tersebut yang diambil secara proposional karena dengan teknik ini
peneliti berasumsi mereka memiliki hak yang sama sebagai pemilih.

E. Teknik Pengumpulan Data


Sumber data dalam penelitian kualitatif terdiri dari beragam jenis, bisa berupa
orang, peristiwa dan tempat, benda serta dokumen atau arsip. Beragam sumber data
tersebut menuntut di lakukannya cara atau teknik pengumpulan data tertentu yang
sesuai guna mendapatkan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahannya.
Menurut Goetz & Le Compte dalam Bambang Sumarjoko (2004: 21) menyatakan
ata dalam penelitian kualitatif dapat dikelompokan dalam dua cara yaitu:
teraktif meliputi wawancara yang
mendalam dan observasi langsung sedangkan metode non interaktif meliputi observasi,
kuisoner (angket) dan mencatat dokumen maupun arsip.
Untuk memperoleh dan menyusun data penelitian, penulis menggunakan
teknik observasi, wawancara , mencatat arsip dan dokumen. Dalam penelitian ini teknik
pengumpulan data yang dilakukan adalah:
1. Observasi
Menurut Winarno Surakmad (2004
Cara yang sangat langsung untuk mengenal peristiwa atau gejala yang penting dalam
suatu penyelidikan . Dalam penelitian ini di gunakan observasi non-partisipatif atau
tidak berperan serta, dimana peneliti tidak terlibat langsung dalam kegiatan yang di
lakukan oleh objek penelitian. Peneliti dalam hal ini bermain di luar sistem.
Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan melihat secara langsung
seluruh rangkaian pelaksanaan Pemilukada di kota Surakarta dari awal hingga
ditetapkanya walikota dan wakil walikota terpilih, maka peneliti mengkaji, serta
mengungkap fenomena-fenomena yang ada hubungannya dengan penelitian baik secara
nyata maupun secara mendalam yaitu mengenai strategi KPU kota kota Surakarta dalam
memenuhi hak pilih warga Surakarta serta hal-hal yang melatar belakangi tingginya

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
31

tingkat kesadaran partisipasi warga Surakarta dalam menggunakan hak pilihnya dalam
pemilukada langsung tahun 2010.
2. Wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik untuk mendekati sumber informasi dengan
cara tanya jawab sepihak yang di kerjakan secara sistematis dan berdasarkan kepada
tujuan penelitian. H.B. Sutopo mengemukakan bahwa:
Wawancara di dalam penelitian kualitatif pada umumnya di lakukan dengan
pertanyaan yang bersifat open-ended, dan mengarah pada kedalaman
informasi, serta dilakukan dengan cara yang tidak formal terstruktur, guna
menggali pandangan subyek yang diteliti tentang banyak hal yang sangat
bermanfaat untuk menjadi dasar bagi penggalian informasinya secara lebih
jauh dan mendalam. (H.B. Sutopo,2002: 59).
Maka dari itu penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam
(Indepth interviewing), karena dengan wawancara mendalam peneliti akan memperoleh
data dari para informan, dengan maksud agar dapat mengungkap permasalahan yang
diteliti melalui pertanyaan atau sikap, baik melalui nada bicara, mimik, ataupun sorot
matanya.
Pada penelitian ini penulis melaksanakan

teknik wawancara dengan

mengajukan pertanyaan untuk memperoleh informasi berkaitan dengan masalah yang


ingin di bahas kepada nara sumber tentang kinerja dan strategi yang dilakukan oleh
KPU kota Surakarta dalam rangka memenuhi hak pilih warga surakarta serta
menumbuhkan kesadaran bagi warga Surakarta untuk menggunakan hak pilihnya.
Adapun nara sumber dalam wawancara pada penelitian ini antara lain:
a. Ketua KPU Kota Surakarta
Didik Wahyudiono (Divisi sosialisasi dan pendidikan pemilih)
b. Anggota KPU Kota Surakarta
Lestari S.H M.Hum (Divisi hukum dan pengawasan KPU kota Surakarta)
Setyo Budiarto,S.Sos (Divisi T eknis Dan Humas KPU kota Surakarta)
c. Anggota PPK Pasar Kliwon
Surachmad, S.Sos (Humas)
d. Tim sukses pasangan calon Jokowi-Rudi
Putut Gunawan
e. Anggota Panitia Pemungutan Suara (PPS) kelurahan Sangkrah dan Semanggi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
32

Rustamal (Ketua PPS sangkrah)


f. Ketua KPPS TPS 3 Kalurahan Sangkrah
Dian Anggraini
g. Lembaga pemantau pemilukada kota Surakarta tahun 2010. (FORBES UNS)
Berry Nur Arif (Kordinator FORBES UNS)
h. Tokoh Masyarakat
Marimin, H.S (Ketua RW II Kalurahan Sangkrah)
Adapun daftar pedoman wawancara untuk para nara sumber dapat dilihat pada
lampiran no. 3 dan hasil wawancara pada lampiran no. 4.

3. Analisis Dokumen
Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai data yang dapat
digunakan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan hal-hal yang akan
terjadi pada masa yang akan datang. Teknik dokumentasi dapat berupa arsip -arsip yang
berupa catatan-catatan yang relevan serta benda-benda fisik lainnya.
Menurut H. B. Sutopo (2002
merupakan bahan tertulis yang bergayutan dengan suatu peristiwa atau aktivitas

Dalam penelitian ini dokumen yang digunakan dengan cara mempelajari bukubuku, laporan-laporan, peraturan, arsip-arsip ataupun dokumen lainnya yang relevan
dengan permasalahan penelitian.

F. Validitas Data
Suatu penelitian untuk menjamin keabsahan data yang diperoleh, maka
validitas datanya dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
1. Trianggulasi
Pengertian trianggulasi menurut Lexy J. M oleong (2004: 330) bahwa
n sesuatu
yang lain di luar data itu untuk pengecekan atau sebagai bahan pembanding terhadap

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
33

Menurut H. B Sutopo (2002: 78-82).menyebutkan bahwa ada 4 (empat) macam


Trianggulasi Data, Trianggulasi Metode, Trianggulasi Peneliti,
Trianggulasi Teori
Hal tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Trianggulasi Data, artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantap
kebenarannya bila di gali dari beberapa sumber data yang berbeda.
b. Trianggulasi Metode, jenis trianggulasi ini bisa dilakukan oleh seorang peneliti
dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode
pengumpulan data yang berbeda.
c. Trianggulasi Peneliti, hasil penelitian baik data atau simpulan mengenai bagian
tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari beberapa peneliti.
d. Trianggulasi Teori, trianggulasi ini dilakukan peneliti dengan menggunakan
perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang di kaji.
Dalam penelitian ini menggunakan trianggulasi data. Sebab cara ini
mengarahkan peneliti agar dalam pengumpulan data harus menggunakan beragam data
yang tersedia, artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila
digali dari beberapa sumber yang berbeda. Jika peneliti memperoleh data dari salah satu
informan mengenai peranaan KPU kota dalam memenuhi hak pilih warga, maka peneliti
mencocokkan dengan data yang diperoleh dari informan lain yaitu dari masyarakat kota
Surakarta sendiri yang menjadi objek pemenuhan hak pilih serta dari lembaga pemantau
pemilu dalam hal ini dilakukan oleh FORBESS UNS. Jika data yang diperoleh sama
maka proses trianggulasi tercapai.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
34

2. Informan Review
Dari laporan yang di review oleh informan khususnya hal-hal dalam kegiatan
informan untuk mengetahui apakah yang di teliti merupakan sesuatu yang disetujui
mereka atau tidak.
G. Analisis Data
Menurut

Lexy J. Moleong (2004: 280)

Analisis data

adalah proses mengorganisasikan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar,
sehingga dapat ditemukan tema dan tempat dirumuskan hipotesis kerja seperti

1. Pengumpulan Data
Kegiatan ini digunakan untuk memperoleh informasi yang berupa kalimatkalimat yang dikumpulkan melalui kegiatan observasi, wawancara, dan dokumen. Data
yang diperoleh masih berupa data yang mentah yang tidak teratur, sehingga diperlukan
analisis agar data menjadi teratur.
2. Reduksi Data
Merupakan suatu proses seleksi, pemfokusan penyederhanaan dan abstraksi
dari data mentah (field note). H. B. Sutopo (2002: 92) berpendapat bahwa
adalah bagian dari proses analisis, yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus,
membuang hal-hal yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga

3. Sajian Data
Merupakan rakitan dari organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan
riset dapat dilakukan. Sajian data dapat berupa matriks, gambar atau skema, jaringan
kerja kegiatan dan table. Semuanya dirakit secara teratur guna mempermudah
pemahaman informasi.
4. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan akhir akan diperoleh bukan hanya sampai pada akhir pengumpulan
data, melainkan dibutuhkan suatu verifikasi yang berupa pengulangan dengan melihat
kembali data mentah (field note) agar kesimpulan yang diambil lebih kuat dan bisa
dipertanggung jawabkan.
Keempat komponen utama tersebut merupakan suatu rangkaian dalam proses
analisis data yang satu dengan yang lain sehingga tidak dapat dipisahkan, dimana

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
35

komponen yang satu merupakan langkah menuju komponen yang lainnya, sehingga
dapat dikatakan bahwa dalam penelitian kualitatif tidak bisa mengambil salah satu
komponen.
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dalam bagan berikut ini:

1
Pengumpulan Data

2
Reduksi Data

3
Sajian Data
4
Verifikasi/pengambilan
Kesimpulan

Gambar 2. Analisis Data Model Interaktif (H. B. Sutopo, 2002: 96).

H. Prosedur Penelitian
Kegiatan penelitian ini direncanakan melalui beberapa tahapan, yaitu
. (H.
B. Sutopo, 2002: 187-190).
Untuk lebih jelasnya, masing-masing akan diuraikan sebagai berikut:
1. Tahap Pra Lapangan
a. Mengurus perijinan penelitian
b. Menyusun protokol penelitian, pengembangan pedoman pengumpulan data dan
menyusun jadwal kegiatan penelitian

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
36

2. Tahap Penelitian Lapangan


a. Mengumpulkan data di lokasi studi dengan melakukan observasi, wawancara
mendalam, dan mencatat serta merekam dokumen
b. Melakukan review dan pembahasan beragam data yang telah terkumpul
c. Memilah dan mengatur data sesuai kebutuhan.
3. Tahap Analisis Data
a. Menentukan teknik analisa data yang tepat sesuai proposal penelitian
b. Mengembangkan sajian data dengan analisis lanjut kemudian di cross check kan
dengan temuan di lapangan
c. Setelah dapat data yang sesuai intensitas kebutuhan maka dilakukan proses verifikasi
dan pengayaan dengan mengkonsultasikan dengan orang yang dianggap lebih ahli
d. Setelah selesai, baru dibuat simpulan akhir sebagai temuan penelitian.
4. Tahap Penulisan Laporan
a. Penyusunan laporan awal
b. Review laporan: pertemuan di adakan dengan mengundang kurang lebih 2 orang
yang cukup memahami penelitian untuk mendiskusikan laporan yang telah di susun
sementara
c. Perbaikan laporan sesuai dengan rekomendasi hasil diskusi
d. Penyusunan laporan akhir.
Berikut ini di gambarkan dengan bagan, prosedur penelitian yang peneliti
lakukan:
Tahap
Pra Lapangan

Tahap
Penelitian Lapangan

Tahap
Analisis Data

Tahap
Penulisan Laporan
Gambar 3. Prosedur Kegiatan Penelitian

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Tempat Penelitian


1. Sejarah Berdirinya KPU Kota Surakarta
Komisi Pemilihan Umum Kota adalah suatu lembaga yang berada di daerah
yang memiliki tugas menyelenggarakan pemilukada dari proses perencanaan awal
sampai tahap pelantikan. KPU Kota Surakarta terletak di dalam komplek stadion
Manahan Surakarta, Jawa Tengah. Secara resmi KPU kota telah berdiri sejak
diberlakukanya Keputusan Presiden No. 54 Tahun 2003 tentang Tata Kerja KPU. KPU
kota Surakarta dilantik oleh KPU Provinsi, yang masa kerjanya berlaku sampai 5 Tahun
kedepan. Tugas dari KPU kota/kabupaten selain melakukan Pilpres, legislatif juga
sebagai penyelenggara Pemilukada Pemilihan gubernur atau bupati/walikota.
2. Visi dan Misi KPU Kota Surakarta
a. Visi
Terwujudnya Komisi Pemilihan Umum sebagai penyelenggara Pemilihan
Umum yang memiliki integritas, profesional, mandiri, transparan dan akuntabel,
demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b. Misi
1) Membangun

lembaga penyelenggara Pemilihan Umum

yang memiliki

kompetensi, kredibilitas dan kapabilitas dalam menyelenggarakan pemilihan


umum.
2) Menyelenggarakan

Pemilihan

Umum untuk

memilih

Anggota Dewan

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat


Daerah, Presiden dan Wakil Presiden serta Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil, akuntab el, edukatif
dan beradab.
3) Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemilihan umum yang bersih, efisien
dan efektif.

37

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
38

4) Melayani dan memperlakukan setiap peserta Pemilihan Umum secara adil dan
setara, serta menegakkan peraturan Pemilihan Umum secara konsisten sesuai
dengan peraturan perunda ng-undangan yang berlaku.
5) Meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk berpartisipasi aktif dalam
pemilihan umum demi terwujudnya cita -cita masyarakat Indonesia yang
demokratis.

3. Struktur Organisasi KPU Kota Surakarta


Suatu lembaga apapun

bentuknya memerlukan

suatu organisasi

dan

manajemen untuk menjalankan aktivitasya, agar lembaga tersebut berjalan sesuai yang
diinginkan. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu perlindungan yang memadai untuk
membantu kelancaran jalanya organisasi yang bersangkutan. Adapun struktur
oraganisasi KPU dapat diliahat pada lampiran no. 5. Demikian pula dengan KPU Kota
Surakarta, struktur keorganisasian dari KPU Kota Surakarta ini dibagi dua yakni:
a. Keanggotaan
Anggota KPU Kota Surakarta tediri da ri 5 (lima) orang yang terdiri dari
seorang Ketua merangkap anggota. Ketua KPU Kota Surakarta dipilih dari dan oleh
anggota KPU Kota Surakarta. Anggota KPU Kota Surakarta diangkat dan
diberhentikan oleh KPU Provinsi.
b. Keseketariatan
Dalam melaksanakan tugasnya, KPU Kota Surakarta dibantu oleh
sekretariat yang dipimpin oleh Sekretaris dari Pegawai Negeri Sipil yang diusulkan
oleh walikota.
Berdasar peraturan KPU nomor 22 tahun 2008 Sekretariat KPU Kota
Surakarta terdiri dari:
1) Sekretaris KPU kabupaten/kota;
2) Sub bagian Program dan data;
3) Sub bagian Teknis pemilu dan Hubungan Masyarakat;
4) Sub bagian Hukum;
5) Sub bagian Umum dan logistik.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
39

Adapun bentuk struktur organisasi KPU Kota Surakarta adalah sebagai berikut:
: SK KPU nomor 22 tahun 2008

KETUA
KETUA

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Div .Sosialis
a si & pend.
pemilih

Div .te knis


peyele ngga r
a an

Div .lo gistik,


keua ngan &
umum

Div .da ta,


informa si & hub .
Antar le mbaga

Div .huk um &


pengawasa n

sekretaris

.
Subbag
Umum
Dan
logistik

Subbag
Program Dan
data

Subbag Teknis
pemilu dan
humas

Subbag
Hukum

Gambar 4. Struktur Organisasi KPU Kota SurakartaSumber


Sumber: SK KPU nomor 22 tahun 2008
Selengkapnya tentang struktur organisasi KPU Kota Surakarta dapat dilihat pada
lampiran 4.
Susunan pengurus KPU Kota Surakarta Periode 2008-2013 adalah sebagai
berikut:
a. Keanggotaan
1) Ketua

: Didik Wahyudiono

( Divisi sosialisasi dan pendidikan pemilih)


2) Anggota : Pata Hindra Aryanto
( Divisi teknis penyelenggaraan)
3) Anggota

: Markus Wisnu Cahyanto

( Divisi logistic, keuangan, dan umum)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
40

4) Anggota

: Agus Sulistyo, SE, MM

(Divisi data, informasi, dan hubungan antar lembaga)


5) Anggota

: Ir. F. Untung Sutanto

( Divisi Hukum dan pengawasan)


b. Kesekretariatan
1) Sekretaris KPU kabupaten/kota

: Drs. Erie Ariestot, MTG

2) Sub bagian Program dan data

: Bayu Harjini S.E

3) Sub bagian Teknis pemilu dan Humas : Setyo Budiarto, S.Sos


4) Sub bagian Hukum

: Lestari S.H, M.Hum

5) Sub bagian Umum dan logistik

: Risang Cantika Budi, S.T

4. Kewenangan KPU Kota Surakarta


Sebagaimana diatur dalam pasal 10 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007
tentang penyelenggara pemilu, KPU kabupaten/kota memiliki tugas dan wewewang di
antaranya:
a. Menjabarkan program dan melaksanakan anggaran serta menetapkan jadwal di
kabupaten/kota;
b. Melaksanakan semua tahapan berdasarkan peraturan perundang-undangan;
c. Membentuk PPK, PPS dan KPPS dalam wilayah kerjanya;
d. Mengordinasikan dan mengandalikan tahapan penyelenggaraan oleh PPK, PPS, dan
KPPS;
e. Memutakhirkan data pemilih;
f. Menetapkan dan

memutuskan hasil rekapitulasi perhitungan suara di PPK dan

membuat berita acara rekapitulasi dan sertifikat rekapitulasi suara;


g. Melakukan dan mengumumkan rekapitulasi hasil prhitungan suara pemilu anggota
DPR, DPD, dan DPRD provinsi, kabupaten/kota yang bersangkutan berdasarkan
berita acara hasil rekapitulasi perhitungan suara di PPK;
h. Membuat berita acara perhitungan suara serta serifikat perhitungan suara;
i. Menerbitkan keputusan untuk mengesahkan hasil pemilu;
j. Mengumumkan calon anggota DPR D terpilih sesuai dengan jumlah alokasi kursi di
daerah pemilihanya;
k. Memeriksa pengaduan dan laporan adanya pelanggaran kode etik yang dilakukan
oleh PPK, PPS dan KPPS

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
41

l. Menonaktifkan sementara dan atau mengenakan sanksi administratif kepada PPK,


PPS, sekretaris KPU kabupaten/kota, dan pegawai sekretariat KPU kabupaten/kota
yang terbukti melakukan tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan
penyelenggaraan pemilu, dan;
m. Melaksanakan tugas dan kewenangan lain yang diberikan oleh KPU, KPU provinsi
dan atau undang-undang.

B.

Deskripsi Hasil Penelitian

1. Proses pelaksanaan Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010


a) Persiapan Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010
Dalam pasal 65 ayat (1), (2), (3), dan (4) undang-undang No.32 tahun 2004
tentang pemerintahan kepala daerah, disebutkan bahwa pemilihan kepala daerah dan
wakil kepala daerah dilaksanakan melalui persiapan, dan tahap pelaksanaan. Masa
persiapan ini meliputi : a) Pemberitahuan DPRD kepada kepala daerah mengenai
berakhirnya masa jabatan; b) Pemberitahuan DPRD kepada KPU kota Surakarta
mengenai berakhirnya masa jabatan kepala daerah; c) Perancanaan penyelenggaraan,
meliputi penetapan tata cara dan jadwal tahapan pelaksanaan pemilihan kepala daerah;
d) Pembentukan panitia pengawas, PPK, PPS dan KPPS; e) Pemberitahuan dan
pendaftaran pemantau.
Sementara tahap pelaksanaan dalam pemilihan kepala daerah dan wakil kepala
daerah, meliputi: a) Penetapan daftar pemilih; b) Pendaftaran dan penetapan calon
kepala daerah dan wakil kepala daerah; c) Kampanye; d) Pemungutan suara; e)
Perhitungan suara; f) penetapan pasangan calon kepala daerah/wakil kepala daerah
terpilih, pengesahan dan pelantikan. Kemudian mengenai tata cara pelaksanaan masa
persiapan dan tahap pelaksanaan diatur oleh KPU kota Surakarta dengan berpedoman
pada peraturan pemerintah.
Ketentuan ini dijadikan dasar bagi KPU kota Surakarta tahun 2010 dalam
melaksanakan tahapan pemilihan walikota dan wakil walikota surakarta tahun 2010
dengan

berpedoman pada PP No. 6 tahun 2005 tentang pemilihan, pengesahan,

pengangkatan, dan pemberhentian kepala daerah dan wakil kepala daerah dan PP No. 17
tahun 2005 tentang perubahan atas PP No. 6 tahun 2005.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
42

b) Pembentukan Panitia Pemilihan


Salah satu tugas dan wewenang KPU Kota Surakarta dalam mempersiapkan
penyelenggaraan pemilihan walikota dan wakil walikota adalah membentuk Panitia
Pemilihan Kecamatan (PPK), Panitia Pemungutan Suara (PPS), dan Kelompok
Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) da lam wilayah kerjanya paling lambat 21
hari sejak pemberitahuan DPRD.
Sebagai langkah pembentukan panitia penyelenggaraan ini, sebagaimana diatur
dalam pasal 14 PP No. 6 tahun 2005, KPU Kota Surakarta perlu terlebih dahulu
menetapkan peraturan tentang uraian tugas dan tata kerja PPK, PPS, dan KPPS yang
kemudian ditetapkan oleh KPU kota Surakarta sebagai peraturan KPU kota Surakarta
No. 2 tahun 2010 tentang uraian tugas dan tata kerja PPK, PPS, dan KPPS dalam
pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah tahun 2010.
Untuk menjadi anggota PPK, PPS, dan KPPS, warga harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut; a) Warga Negara Republik Indonesia; b) Berumur
sekurang-kurangnya 17 tahun; c) Berdomisili diwilayah kerja PPK, PPS, dan KPPS; d)
Terdaftar sebagai pemilih; e) Tidak menjadi pengurus partai politik.
Dalam pembentukan anggota PPK, KPU Kota Surakarta melakukan proses
seleksi terhadap 10 calon untuk masing-masing wilayah kecamatan yang diusulkan
camat. Dengan demikian untuk keseluruhan calon anggota PPK se-Surakarta yang
berjumlah 5 kecamatan (Serengan, Laweyan, Pas ar Kliwon, Jebres, Banjarsari) ada 50
calon anggota PPK. Dari 10 calon anggota PPK tersebut ditetapkan dan dipilih 5 orang
sebagai anggota PPK untuk masing-masing kecamatan.
Panitia Pemungutan Suara (PPS) dibentuk beranggotakan 3 (tiga) orang berasal
dari tokoh masyarakat. Anggota PPS diangkat dan diberhentikan oleh PPK atas usul
kepala kelurahan dan LPMK. Secara keseluruhan jumlah anggota PPS di kota Surakarta
ada 153 orang yang bertugas di 51 kelurahan. Proses seleksi anggota PPS diusulkan
oleh kepala kelurahan dan LPMK sebanyak 6 orang, kemudian ditetapkan menjadi 3
orang melalui pleno PPK sebagai anggota PPS. Ketua PPS dipilih dari dan oleh anggota
PPS, sedang masa bakti PPS adalah 8 bulan dimulai selambat-lambatnya 6 bulan
sebelum hari pemungutan suara.
Pembentukan Kelompok Penyelenggata Pemungutan Suara (KPPS) berdasar
pada peraturan KPU No. 20 tahun 2008 tentang perubahan tehadap peraturan KPU No.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
43

9 tahun 2008 tentang tahapan, program, dan jadual penyelenggaraan pemilu. KPPS
dibentuk sebanyak 7 orang yang terdiri dari 1 (satu) ketua dan 6 (enam) anggota dan
dibantu 2 (dua) anggota satuan pertahanan sipil. Dalam peraturan KPU No. 5 tahun
2008 tentang organisasi dan tata kerja PPK, PPS, dan KPPS, disebutkan KPPS dibentuk
dengan keputusan PPS. Ketua KPPS dipilih dari dan oleh anggota KPPS, sementara
anggota KPPS diangkat dan diberhentikan oleh PPS.

c) Penetapan Daftar Pemilih


Penyerahan Daftar Penduduk Potensial Pemilih DP4
Menindaklanjuti penyerahan DP4 dari pemerintah kepada KPU provinsi dan
KPU kabupaten berdasarkan surat KPU Nomor: 1086/15/VI/2010 tanggal 25 maret
2010, KPU Kota Surakarta melaksanakan kegiatan sebagai berikut :
1. Melaksanakan pemutakhiran data pemilih yang diawali dengan kegiatan
pengecekan DP4 yang diterima dari pemerintah dalam bentuk data elektronik
(CD);
2. Melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah Cq. Dinas Kependudukan
Kota Surakarta untuk memutakhirkan data yang telah diterima dengan kondisi
terkini;
3. Menyiapkan dan memindahkan data untuk persiapan penyusunan draft daftar
pemilih dan pencetakan untuk bahan verifikasi pada tingkat PPS
Pencocokan dan Penelitian
Berdasarkan bahan Daftar Pemilih Sementara (DPS) yang telah disusun oleh
KPU Kota Surakarta pada tanggal 22 maret s.d 21 April 2010 PPS dibantu oleh Petugas
Pemutakhiran Daftar Pemilih (PPDP) melaksanakan pencocokan dan penelitian (Coklit)
Penyusunan dan Pengumuman DPS
Setelah melaksnakan coklit, PPS menyusun dan menetapkan DPS serta
mengumumkanya kepada public dengan cara menempel di kantor kelurahan atau sarana
umum setempat yang mudah dijangkau dan dilihat masyarakat.
Pendaftaran Pemilih Susulan
Setelah kegiatan public expose, ternyata masih banyak ditemukan penduduk
yang belum terdaftar sebagai pemilih. Bahkan ditemukan kasus dimana seseorag yang
sudah terdaftar dalam DP4 namun namanya tidak tercantum dalam DPS. Permasalahan

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
44

ini oleh KPU Pusat diputuskan untuk melakukan kegiatan pendaftaran pemilih susulan.
Kegiatan pemilih susulan dilakukan oleh PPS semua kelurahan dan rekapitulasi pemilih
susulan dilakukan di KPU Kota Surakarta yang selanjutnya diolah dan digabungkan
dalam daftar pemilih sementara.
Penyusunan DPT
Daftar Pemilih Tetap (DPT) disusun dengan cara menggabungkan DPS dengan
daftar pemilih susulan. Format DPT sama dengan DPS dimana terdiri dari Nomor, NIK,
tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, umur, status perkawinan, alamat dan kolom
keterangan. Daftar pemilih tetap merupakan daftar pemilih terakhir yang dijadikan
acuan untuk melaksanakan pemilihan umum. Langkah selanjutnya adalah membuat
salinan DPT yang berisi daftar pemilih untuk tiap TPS.

d) Pendaftaran Pasangan Calon


Tahapan pendaftaran calon diawali dengan pengumuman KPU Kota Surakarta
tentang pendaftaran pasangan calon walikota dan wakil walikota yang akan
dilaksanakan pada tanggal 01 des 2009 s/d 04 april 2010. Dalam rentang waktu tersebut
KPU kota Surakarta menerima 3 pasangan calon yang pada akhirnya hanya dua
pasangan calon yang lolos verifikasi berkas pasangan calon, yakni :
1. Pasangan E dhi Wirabumi

Supradi Kertamenawi yang dicalonkan oleh partai

demokrat dan partai golkar.


2. Pasangan J oko Widodo

FX. Hadi Rudyatmo yang dicalonkan oleh partai PDI

Perjuangan

e) Kampanye
Kampanye merupakan metode dan tehnik komunikasi politik dalam rangka
meraih dukungan dalam sebuah pemilihan dengan menyampaikan visi dan misi dan
program tertentu. Dalam pemilihan kepala daerah langsung saat ini kampanye menjadi
tahapan kegiatan yang cukup penting dalam meraih dukungan pemilih.
Kampanye dapat dilakukan dalam beberapa bentuk antara lain: a) Pertemuan
terbatas; b) Tatap muka atau dialog; c) penyebaran melalui media cetak dan media
elektronik; d) penyiaran melelui radio; e) penyebaran bahan kampanye kepada umum; f)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
45

Pemasangan alat peraga di tempat umum; g) Rapat umum; h) debat publik; i) kegiatan
lain yang tidak melanggar perundang-undangan.
Kampanye pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah dilaksanakan
selama 14 hari da berakhir 3 hari sebelum hari dan tanggal dilaksanakan pemungutan
suara. Pelaksanaan kampanye pemilukada kota Surakarta dilaksanakan tanggal 9 april
2010 sampai 22 april 2010.
Sebagaimana diatur dalam PP No. 6 tahun 2005 pasal 55 ayat (4), hari pertama
kampanye dilakukan dalam rapat paripurna DPRD berupa penyampaian visi, misi, dan
program dari masing-masung pasangan calon yang dilakukan berdasar urutan sesuai
nomor pasangan calon, dengan alokasi waktu yang sama dan tanpa dilakukan dialog.
Rapat paripurna dimaksud adalah rapat paripurna DPRD yang tidak memerlukan
quorum dan dapat dihadiri wakil masyarakat dan terbuka untuk umum.

f) Pemungutan Suara
Pemungutan dan perhitungan suara adalah tahapan yang paling penting dalam
sebuah pemilihan. Tak terkecuali pemilihan walikota dan wakil walikota Surakarta
2010. Segala persiapan yang dilakukan berbulan-bulan semua diarahkan pada
pelaksanaan dan perhitungan suara. Menyadari hal tersebut maka KPU Kota Surakarta
dalam rangka menyiapkan pemungutan dan perhitungan suara ini telah menyusun
langkah-langkah agar

pelaksanaannya dapat

menjamin

sisi

integrita,

akurasi

perhitungan, maupun pelayanan pemilih di T PS.


Tanggal 26 April 2010, menandai tonggak baru bagi mas yarakat Surakarta ,
karena pada hari itu masyarakat dapat menyalurkan hak politiknya untuk memilih
pasangan calon walikota dan wakil walikota Surakarta secara langsung di TPS yang
telah ditentukan di wilayah masing-masung.
Untuk menggunakan hak pilihnya, warga yang sudah mempunyai hak pilih dan
terdaftar dalam DPT, selain harus menunjukan kartu pemilih atau undangan, juga
diwajibkan membawa kartu keluarga untuk memastikan bahwa pemilih tersebut benarbenar penduduk Kota Surakarta.
Secara umum pelaksanaan pemungutan suara pemilukada 26 April 2010 dapat
dikatakan cukup kondusif. Hal ini seakan membalikan prediksi umum sebelumnya yang
menengarai bahwa dalam pelaksanaannya akan berakhir ricuh, malah sebaliknya

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
46

mereka menunjukan partisipasi yang cukup tinggi dalam pelaksanaan pemilukada


secara langsung yang berakhir dengan kemenangan mutlak pasangan Joko Widodo
FX. Hadi Rudyatmo yang hampir mendominasi di semua TPS di kota Surakarta.

g) Pelantikan kepala daerah/wakil kepala daerah terpilih


Setelah selesainya penetapan pasangan calon terpilih walikota dan wakil
walikota Surakarta oleh KPU kota Surakarta, maka tahapan selanjutnya adalah
pengesahan, pengangkatan dan pelantikan pasangan calon terpilih. Sesuai dengan pasal
109 UU. No 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah, bahwa pengesahan
pengangkatan dan pelantikan pasangan calon walikotadan wakil walikota dilakukan
oleh menteri dalam negeri selambat-lambatnya 30 hari . pasangan calon walikota dan
wakil walikota diusulkan oleh DPRD kabupaten/Kota, selambat-lambatnya 3 hari
kepada menteri dalam negeri melalui gubernur berdasarkan berita acara penetapan
pasangan calon terpilih dari KPU Kota Surakarta untuk mendapatkan pengesahan.
Jadi dengan ketentuan tersebut proses pengusulan pengesahan pasangan calon
terpilih menjadi wewenang DPRD kota Surakarta bukan KPU kota Surakarta lagi.
Tanggal 28 Juli 2010, secara resmi mengusulkan Ir. H. Joko Widodo dan FX. Hadi
Rudyatmo masing-masing menjadi walikota dan wakil walikota Surakarta.

2. Pendataan Pemilih oleh KPU Kota Surakarta pada Pemilukada Kota


Surakarta Tahun 2010
Pemilih dalam pemilukada langsung berbeda dengan pemilih presiden atau
legislatif, pada pemilukada ini pemilih pada dasarnya adalah penduduk s uatu provinsi
untuk pemilihan gubernur atau penduduk suatu kabupaten/kota untuk memilih
bupati/walikota. Bahkan pemilih dalam pemilukada inipun juga memiliki prinsip yang
berbeda dengan pemilihan legislatif atau pemilihan presiden lalu. Karena dalam
pemilukada langsung ini terdapat batasan yang diatur undang-undang tentang siapa
yakni mereka yang de jure merupakan
penduduk suatu daerah yang melaksanakan pemilukada yang dibuktikan dengan
menggunakan bukti identitas diri (KTP).
Dalam hal ini, apabila seseorang belum mempunyai KTP kota Surakarta maka
dapat menggunakan tanda identitas atau surat keterangan bukti domisili yang

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
47

dikeluarkan pejabat yang berwenang, namun jika seorang warga negara yang telah
terdaftar dalam pemilih ters ebut tidak lagi memenuhi persyaratan: a. nyata-nyata tidak
sedang terganggu jiwa/ingatannya; b. tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan
putusan pengadilan yang teluh memperoleh kekuatan hukum tetap; dan c. berdomisili di
daerah pemilihan (Kota Surakarta) sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sebelum
disahkannya daftar pemilih sementara yang dibuktikan dengan Kartu T anda Penduduk.
Maka tidak dapat menggunakan hak pilihnya dalam pemilukada kota surakarta.
Hal ini menjadi tugas KPU kota Surakarta dalam menjamin hak pilih warga
kota Surakarta yang sudah memenuhi syarat untuk berpartisipasi dalam pemilukada kota
Surakarta tahun 2010. Dalam melaksanakan tugasnya melakukan pendataan pemilih,
ada beberapa tahapan sebelum dinyatakan menjadi Daftar Pemilih Tetap (DPT), yang
nantinya berhak memberikan suara dalam pelaksanaan pemilukada yang digelar 26
April 2010. Dalam penjelasananya Lestari S.H M.Hum mengatakan:
Dalam rangka menjamin hak warga kota Surakarta, KPU kota Surakarta
bekerjasama dengan dispenduk capil dalam melaksanakan kerjanya, mulai dari
penetapan DP4, DPS, Sampai penetapan DPT, akan tetapi kami juga
menghimbau kepada warga masyarakat untuk ikut aktif memantau sehingga
dapat meminimalisir terbuangnya hak pilih yang seharusnya didapatkan.
(Wawancara 23 november 2010)
Adapun Tahapan Pendataan Pemilih adalah sebagai berikut:
a. Pemutahiran Data Pemilih Pemilukada
Sesuai dengan ketentuan pasal 19 ayat (1) PP No. 6 tahun 2005 bahwa
aftar pemilih dalam pemilukada adalah menggunakan daftar pemilih pemilihan
presiden yang telah dimutahirkan dan divalidasi, ditambah dengan daftar pemilih
tambahan untuk digunakan sebagai bahan penyusunan daftar pemilih sementara
(DPS) . Selanjutnya akan dipaparkan proses dan mekanisme pemutahiran data
penduduk yang akan digunakan sebagai daftar pemilih dalam pemilukada langsung.
Berbeda dengan pemilihan legislatif dan pilpres, pendataan dan pendaftaran
pemilih saat itu dilakukan oleh KPU bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik
(BPS), sementara dalam pemilukada (walikota) Surakarta proses tersebut dilakukan
oleh KPU kota Surakarta, yang dilaksanakan oleh PPDP (Petugas Pemutakhiran Data
Pemilih) dibantu oleh dinas kependudukan dan catatan sipil (Dispenduk Capil),
sebagai perangkat daerah yang mengurusi tugas kependudukan dan catatan sipil,
dalam kegiatan pemutahiran data penduduk untuk pemilih pemilukada.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
48

Pemutahiran data ini perlu dilakukan karena sejak pemilu terakhir, Juli 2009
(Pilpres) sampai dengan pelaksanaan pemilukada yang di gelar bulan April 2010,
terdapat interval waktu yang cukup lama yaitu sekitar 9 (Sembilan) bulan lebih dan
besar kemungkinan telah terjadi perubahan atau mutasi penduduk, yang disebabkan
oleh : 1) perpindahan penduduk; 2) penduduk yang meninggal dunia; 3) penduduk
yang pada saat pilpres belum berumur 17 tahun, namun saat pemilukada sudah
mencapai usia 17 tahun atau lebih; 4) penduduk yang menjadi anggota TNI/ Polri; 5)
penduduk yang pensiun dari ikatan dinas TNI/Polri; 6) penduduk yang sudah
menikah, meskipun usianya belum mencapai 17 tahun; 7) tidak terdaftar dalam hasil
pendaftaran pemilih dan pendataan penduduk berkelanjutan.
b. Penetapan Daftar Pemilih Sementara
Dari hasil DP4 (Daftar Penduduk Potensial Pemilih Pemilukada) kota
Surakarta yang telah diterima, selanjutnya KPU kota Surakarta melalui masingmasing PPK menyerahkan hasil DP4 kota Surakarta kepada PPS untuk digunakan
dalam penyusunan dan penetapan Daftar Pemilih Sementara (DPS) di wilayah
masing-masing. Hasil dari DPS yang diserahkan tidak dalam bentuk print out namun
dengan memanfaatkan teknologi, data tersebut dibuat dalam bentu CD, namun dalam
tahapan ini sempat terjadi kendala, akibat pnggunaan program software yang dipakai
dispenduk capil dalam penyusunan daftar pemilih yangada dalam DP4. Karena

dibaca tanpa dapat di edit, sehingga hal ters ebut menyulitkan bagi petugas PPSuntuk
melakukan perbaikan daftar pemilih dan penyusunan DPS maupun DPT.
KPU kota Surakarta akhirnya memutuskan untuk melakukan cetak print out
terhadap daftar pemilih tersebut dan menyarankan kepada PPS agar memakai cara

dilakukan dengan cara pengeditan dalam proses pebaikan data PPS, maka dilakukan
secara manual oleh petugas PPS dengan pengetikan yang kemudian ditempel atau
ditambahkan dalam data yang ada dalam bentuk print out yang sebelumnya telah
dibagikan oleh KPU kota Surakarta.
Sebagian dari PPS bersedia menggunakan cara manual, namun sebagian
menyatakan keberatan karena cara tersebut dinilai kurang efisisendan rumit.
Menghadapi keadaan tersebut KPU kota Surakarta kemudian mengadakan rapat

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
49

koordinasi dengan pihak dispenduk capil kota Surakarta yang akhirnya diambil jalan
keluar yaitu pihak dispenduk capil akan mengkonversi data daftar pemilih tersebut

sehingga akan lebih mudah dalam proses pengeditanya.


Dengan demikian satu kendala yang terkait dengan daftar pemilih teratasi
dan kemudian PPS dapat menetapkan DPS untuk wilayah masing-masing. Kemudian
DPS ini oleh PPS mereka umumkan selama 3 (tiga) hari sesuai ketentuan, terutama
di kantor kelurahan yang menjadi sekretariat PPS serta kantor kecamatan yang juga
menjadi sekretariat PPK. Untuk memperluas DPS ini dengan maksud agar
masyarakat dapat melihat dan mengoreksi inisial mereka serta jika ada warga
masyarakat yang memenuhi syarat namun belum terdaftar. KPU kota Surakarta
melakukan sosialisasi baik melalui siaran radio, pemasangan spanduk dikantor
kecamatan, kantor kelurahan dan di tempat-tempat strategis di kota Surakarta, juga
melakukan pemasangan iklan di media massa lokal, seperti Solopos dan Jawa Pos.
Pengumuman DPS oleh PPS ini ternyata dilapangan banyak mengundang
protes dari warga setempat yag disampaikan melalui ketua RT /RW maupun oleh
masyarakat sendiri di hampir semua kelurahan yang ada, pada kenyataanya, memang
yang merupakan hasil dari
DP4 yang telah dimutakhirkan, yang menjadi dasar penyusunan dan penetapan DPS
adalah diantara lain:
1) Terdapat pemilih yang sudah meninggal dunia namun namanya belum dicoret
atau masih tercantum sebagai pemilih;
2) Sebaliknya terdapat pemilih yang masih hidup namun dalam keterangan
dinyatakan sudah meninggal dunia;
3) Terdapat pemilih yang dinyatakan pindah domisili, padahal masih berdomisili di
kota Surakarta;
4) Sebaliknya ada pemilih yang sudah pindah ke luar kota namun masih tercantum
sebagai pemilih;
5) Ditemukan adanya pemilih yang sudah tidak memenuhi syarat untuk memilih
namun masih tercantum dalam daftar pemilih; dan
6) Kemudian banyak adanya tambahan pemilih dari hasil coklit yang dilakukan oleh
RT/RW ternyata belum tercantu dalam DPS yang diumumkan.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
50

Permasalahan yang ditemui dalam DPS ini hampir dialami oleh semua
KPU daerah yang menyelenggarakan pemilukada.
c. Penetapan Daftar Pemilih Tetap
Merupakan tahapan akhir dalam proses penetapan pemilih yang berhak
memberikan hak pilihnya dalam pemilukada 26 April 2010, namun harus diakui
masalah pemilih cukup menguras tenaga dan membutuhkan perhatian ekstra dari
penyelenggara pemilukada, sebab masalah pemilih ini dianggap salah satu titik
rawan dalam tahapan pemilukada langsung. Dan ini terbukti, di beberapa daerah
masalah keakuratan dalam daftar pemilih ini menjadi pemicu munculnya reaksi
masyarakat maupun pendukung pasangan calon pasca pemilukada.
Oleh karena itu untuk menghadapi masalah ini perlu dicari langkah terbaik
dan ekstra hati-hati dalam mengambil keputusan berkaitan dengan pemilih ini, sebab
pada kenyataanya permasalahan ini belum berakhir, bahkan sampai batas waktu
penetapan DPT sesuai tahapan dan jadwal yang telah ditetapkan yaitu tanggal 19
februari 2010, sehingga KPU kota Surakarta harus merevisi jadwal penetapan DPT.
Namun dalam perjalananya setelah DPT ini ditetapkan, masalah pemilih
masih berlanjut dan dilaporkan terjadi di beberapa kelurahan, antara lain kelurahan
sondakan, penumping, kerten dan kestalan. Permasalahan yang terjadi masih berkisar
tentang adanya pemilih yang tidak terdaftar dalam DPT yang telah ditetapkan oleh
KPU kota Surakarta. Menyikapi masalah ini KPU kota Surakarta melalui rapat pleno
mengambil keputusan bahwa terhadap nama-nama yang sudah tercantum dalam
DP4/DPS tetapi tidak tercantum dalam DPT disetujui untuk dimasukan sebagai
pemilih, sedangkan terhadap nama-nama yang tidak tercantum dalam DP4/DPS tidak
dapat dimasukan kedalam daftar pemilih tetap.
Akan tetapi, permasalahan belum selesai sampai disini dengan kembalinya
muncul masalah pemilih yang kali ini datang dari tim kampanye pasangan calon,
yang membawa data-data penduduk yang memiliki syarat sebagai pemilih namun
tidak terdaftar dalam DP4, DPS,dan DPT. Menghadapi situasi demikian, KPU`kota
Surakarta kemudian memutuskan untuk mengadakan rapat pleno yang diperluas,
dengan mengundang dan melibatkan Panwaskot, tim kampanye pasangan calon dan
PPK. Dalam Rapat tesebut akhirnya menghasilkan beberapa keputusan yang antara

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
51

lain memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk didaftar dan masuk dalam
DPT.
Namun pendaftaran tersebut hanya berlaku bagi penduduk yang sudah
terdaftar dalam pilpres tahun 2009 atau mempunyai kartu pemilih di wilayah
Surakarta tetapi tidak tercantum dalam DP4, DPS dan atau DPT . Mereka dapat
dimasukan kedalam DPT dengan syarat menyerahkan fotocopy kartu pemilih pilpres
dengan kode wilayah Surakarta dan fotocopy KTP atau kartu keluarga kota
Surakarta. Berdasar hasil wawancara kepada Lestari, S.H M.Hum selaku subag
hukum dan pengawasan sebagai berikut:
KPU kota Surakarta mengakomodir warga yang seharusnya dapat
memberikan hak pilihnya, jika sampai pada hari pelaksanaan pencoblosan
tidak tercantum sebagai DPT maka warga tersebut tetap dapat memberikan
hak pilihnya dengan syarat menunjukan KTP ata u Kartu keluarga wilayah
Surakarta dan mendapat giliran mencoblos setelah pukul 13.00 WIB.
(Wawancara tanggal 23 november 2010)
Berdasarkan keputusan KPU kota Surakarta Nomor: 13/kpts/KPU-SKA012.329574/tahun 2010 tentang penetapan jumlah pemilih dan jumlah tempat
pemungutan suara pemilihan umum walikota dan wakil walikota Surakarta tahun
2010 ditetapkan sebanyak 393.703 pemilih, yang terdiri dari 191.082 pemilih lakilaki dan 202.621 pemilih perempuan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel
berikut:

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
52

Tabel 2. Penetapan jumlah pemilih dan jumlah tempat pemungutan suara


pemilukada kota Surakarta tahun 2010.
No

KECAMATAN

JUMLAH

JUMLAH PEMILIH

TPS

JUMLAH
PEMILIH

LAKI-

PEREMPUAN

LAKI
1.

LAWEYAN

170

33.907

36.436

70.343

2.

BANJAR SARI

301

59.695

63.774

123.469

3.

JEBRES

228

48.726

51.233

99.959

4.

SERENGAN

85

18.809

19.939

38.748

5.

PASAR KLIWON

148

29.945

31.239

61.184

JUMLAH

932

191.082

202.621

393.703

Adapun keputusan Kota Surakarta No. 13 Tahun 2010 dapat dilihat pada
lampiran no. 5.

3. Sosialisasi dan Pendidikan Pemilih dalam Rangka Meningkatkan Kesadaran


dan Partisipasi Masyarakat dalam Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010
Salah satu keberhasilan dalam pemilu ataupun pemilukada adalah sangat
tergantung dari partisipasi masyarakat. Dalam kontek pemilukada, partisipasi
masyarakat dikembangkan melalui kegiatan sosialisasi dan pendidikan pemilih. Sebagai
negara yang mengalami transisi demokrasi seperti Indonesia saat ini, kegiatan
sosialisasi dan pendidikan pemilih sangat bermanfaat bagi masyarakat khususnya bagi
mereka yang tingkat pendidikanya rendah dan kelompok-kelompok marginal dalam
mengaktualisasikan pilihan-pilihan politik mereka secara benar dalam pemilukada tahun
2010.
Program sosialisasi dan pendidikan pemilih yang dilaksanakan oleh KPU kota
Surakarta mempunyai tujuan pertama, masyarakat menyadari hak dan kewajiban
sebagai warga negara dengan menggunakan hak pilihnya dalam kegiatan pemilihan
walikota dan wakil walikota surakarta tahun 2010; kedua, masyarakat mempunyai
pemahaman tentang perubahan fundamental dalam pemilihan walikota dan wakil
walikota surakarta tahun 2010 terutama dalam cara pemberian suara; ketiga,

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
53

meminimalisasi kesalahan yang diakibatkan karena salah dalam pemberian tanda karena
ketidaktahuan pemilih.
Pelaksanaan sosialisasi dan penyampaian informasi yang menjadi tanggung
jawab KPU kota surakarta difokuskan pada beberapa hal seperti:
a. Makna penting pemilukada tahun 2010,
b. Penyelenggaraan pemilukada,
c. Tahapan pemilukada tahun 2010,
d. Peserta pemilukada tahun 2010,
e. Kampanye,
f. Tata cara pemberian suara pada surat suara,
g. 10 langkah pemilihan di TPS,
h. Surat suara dan,
i. Simulasi pemberian suara.
Fokus diatas merupakan implementasi dari peraturan KPU nomor 23 tahun
2008 tentang pedoman pelaksanaan sosialisasi dan penyampaian informasi pemilihan
umum/pemilihan kepala daerah. KPU kota Surakarta menempuh kebijakan pelaksanaan
sosialisasi dan penyampaian informasi dilakukan dengan berbagai pihak pemangku
kepentingan agar lebih terarah pada kelompok sasaran dan program yang ditempuh
dapat terintegrasi dengan baik. Adapun berbagai pihak pemangku kepentingan yang
dimaksud meliputi pemerintah daerah, partai politik pengusung calon yang mengikuti
pemilihan, organisasi kemasyarakatan, media, organisasi mahasiswa, tokoh masyarakat
dan sebagainya. Seperti halnya dijelaskan oleh Setyo Budiarto,S.Sos yang berada pada
divisi teknis dan humas:
Dalam pelaksanaan sosialisasi dan pendidikan pemilih KPU kota Surakarta tidak
bekerja sendiri, karena dari pengalaman pelaksanaan sebelumnya terdapat
kekurangan dalam sosialisasi yang mengakibatkan hilangnya suara masyarakat
dikarenakan ketidaktahuan tata cara pemberian suara, oleh karena itu KPU kota
Surakarta bekerja sama dengan berbagai elemen masyarakat di kota solo dalam
pelaksanaan sosialisasi dan pendidikan pemilih, bahkan KPU Kota Surakarta
bersedia memfasilitasi kegiatan yang dilaksanakan, yang bertujuan
meningkatkan partisipasi masyarakat dan meminimalisir hilangnya suara karena
kurangnya pengetahuan seputar pemilukada.
(Wawancara tanggal 23 november 2010)
Hal senada juga dikatakan oleh Lestari dari divisi hukum KPU kota Surakarta :

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
54

Berkaitan dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemilukada


tahun 2010, selain gencar melaksanakan sosialisasi dan pendidikan pemilu
secara formal, kami juga mengemas secara sederhana dan menghibur untuk
menjangkau kelompok marginal yang rawan terjadi hilangnya suara mereka,
yaitu dengan mengadakan panggung hiburan, pemutaran film layar tancap, dan
dengan menggelar karnaval. Yang mana masyarakat surakarta cukup antuisias
terhadap event yang sifatnya hiburan dibanding acara formal. (Wawancara 26
november 2010)
Sesuai dengan peraturan KPU No. 04 tahun 2009 tentang pedoman
pelaksanaan sosialisasi penyelenggaraan pemilihan walikota dan wakil walikota
Surakarta tahun 2010 memiliki beberapa tujuan, antara lain:
a. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat akan pentingnya pemilu
kepala daerah dan wakil kepala daerah dalam membangun kehidupan demokrasi di
daerah.
b. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat tetang tahapan dan program
pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah.
c. Meningkatkan pemahaman tdan pengetahuan masyarakat tentang beberapa hal teknis
dalam menggunakan hak pilihnya dengan benar.
d. Meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya pemilih untuk berperan aktif serta
dalam setiap tahapan pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah.
e. Meningkatkan kesadaran dan partisipasi pemilih dalam menggunakan hak pilihnya
pada pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah.
Adapun Peraturan KPU No. 4 Tahun 2009 dapat dilihat pada lampiran no. 6.
Dari tujuan yang menjadi fokus KPU kota Surakarta dalam menjaring
masyarakat dalam menggunakan hak pilih secara benar dan bijak, maka tercapailah
beberapa target diantaranya:
a. Tersebarluasnya informasi mengenai tahapan dan program penyelenggaraan pemilu
kepala daerah dan wakil kepala daerah kepada masyarakat secara terpadu dengan
mengikutsertakan pemangku kepentingan KPU.
b. Tersebarluasnya tema dan materi informasi tentang penyelenggaraan pemilu kepala
daerah dan wakil kepala daerah kepada jajaran KPU dan pemangku kepentingan
KPU.
c. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat akan pentingnya pemilu
kepala daerah dalam membangun kehidupan demokrasi di daerah.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
55

d. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang tahapan dan


program pentingnya pemilu kepala daerah dalam membangun kehidupan demokrasi
di daerah.
e. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat beberapa hal teknis dalam
menggunakan hak politik dan hak pilihnua dengan benar.
f. Meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya pemilih untuk berperan serta dalam
setiap tahapan dan program pentingnya pemilu kepala daerah dalam membangun
kehidupan demokrasi di daerah.
g. Meningkatkan kesadaran dan partisipasi pemilh dalam menggunakan hak pilihnya
pada pentingnya pemilu kepala daerah dalam membangun kehidupan demokrasi di
daerah.
Dalam peraturan KPU No. 04 tahun 2009 tentang pedoman pelaksanaan
sosialisasi penyelenggaraan pemilihan walikota dan wakil walikota Surakarta tahun
2010, KPU kota Surakarta mepunyai fokus pada 10 kelompok yang menjadi sasaran
dalam kegiatan sosialisasinya, antara lain a. Masyarakat umum, b. pemilih pemula
(remaja, Pemuda, dan mahasiswa), c. perempuan, d. pengemuka pendapat, e. wartawan
dan kelompok media lainya, f. TNI/Polri, g. partai politik, h. pengawas/pemantau
pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah, i. LSM, j. pemilih dengan kebutuhan
khusus (penyandang cacat, penghuni LP, PKL, dan lain-lain). Diharapkan dari 10
kelompok tersebut dapat meminimalisir tingkat terbuangnya hak pilih masyarakat.
Dalam pelaksanaan sosialisasi KPU kota Surakarta juga menggunakan sistem jemput
bola, yaitu dimana anggota sosialisasi dari KPU kota Surakarta langsung terjun ke
lapangan yang mana sulit dijangkau oleh dan butuh perlakuan khusus. Seperti yang
dikatakan oleh ibu lestari S.H, M.Hum:
Anggota kita (KPU Kota Surakarta) juga melakukan sosialisasi dengan
mendatangi pasar-pasar tradisional, lembaga pemasyarakatan, dan rumah sakit.
Hal ini dikarenakan masyarakat yang demikian cenderung lebih pasif dan
informasi yang didapat sangat minim tentang tata cara memilih, sehingga
dengan adanya anggota kita terjun ke sana untuk mengantisipasi hal tersebut
yang nantinya akan berdampak pada hilangnya suara.(Wawancara 26
November 2010)
Adapun materi sosialisaai dapat dilihat pada lampiran no.7.
Dari hasil yang di dapatkan dari KPU mengenai sosialisasi yang dilakukan,
penulis berinisiatif melakukan survey pada 50 orang warga yang berada di kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
56

pasar kliwon. Menurut hasil evaluasi masyarakat mengenai sosialisasi dan pendidikan
politik dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3.

Evaluasi Masyarakat Terhadap Sosialisasi dan Pendidikan Pemilih yang


Dilakukan oleh KPU Kota Surakarta

NO

Sosialisasi dan pendidikan

Frekuensi

Prosentase

pemilih dalam pemilukada 2010


1.

Pernah

40

80%

2.

Tidak pernah

14%

3.

Tidak tahu

6%

Total

50

100%
Sumber : Data Primer

Dari hasi evaluasi mas yarakat menunjukan prosentase yang sangat tinggi akan
sosialisasi yang diberikan oleh KPU Kota Surakarta, namun setelah hasil tersebut
diklarifikasi dengan model pertanyaan terbuka peneliti tidak menemukan jawaban yang
memuaskan. Masyarakat mengartikan sosialisasi hanya sebatas pemberitahuan yang
diberikan oleh RT pada saat tahapan pendaftaran pemilih. Kondisi ini juga dikuatkan
dengan bebrapa pengakuan PPS yang peneliti wawancarai yakni Bapak Rustamal ketua
PPS kelurahan Sangkrah.

Bapak Rustamal mengatakan bahwa


adalah kepada anggota KPPS, pengurus RT dan perwakilan karang taruna. Dan para
ketua RT lah yang memberikan sosialisasi kepada warganya, hal ini dilakukan karena
. (Wawancara tanggal 29 November 2010).
Dari pendapat diatas dapat penulis simpulkan bahwa telah ada sosialisasi dan
pendidikan politik pada pelaksanaan pemilukada. Namun pelaksanaan dari kedua
program ini kurang maksimal sehingga tidak mengena pada seluruh lapisan masyarakat.
Program-program yang direncanakan KPU Kota Surakarta tidak semuanya dapat
dinikmati masyarakat. Hanya yang bersifat teknis yang tampak misalnya iklan di radio,
spanduk, pamflet,dan karnaval sedangkan program lain tidak satu respondenpun yang
merasa mendapatkan pengaruh dari badan-bandan tersebut seperti yang disebutkan
ketua KPU Kota Surakarta. Malah yang tejadi di masyarakat mereka menerima
sosialisasi dari ketua RT yang notabene bukan organisasi khusus bentukan KPU Kota

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
57

Surakarta. Dalam penyampaian infomasi ini juga terbatas hanya dari orang ke orang
yang belum tentu teruji kebenarannya. Sosialisasi yang diberikan oleh PPK hanya
diberikan kepada perangkat kelurahan saja dalam bentuk Bintek (Bimbingan Teknis).
Pada warga sendiri tidak ada sosialisasi maupun pendidikan politik secara langsung
karena para aparat menganggap seluruh warga telah mengetahui akan proses pemilihan
umum dengan argumen proses pemilihan secara langsung sudah berkali-kali dilakukan.
Baik pada tingkat pemilihan presiden, pemilu legislatif, hingga pemilihan RT,
dilaksanakan secara langsung. Namun pendapat ini menjadi salah ketika ada model
yang dipakai oleh pemerintah belum difahami oleh warga.

4. Tingkat Partisipasi Masyarakat


Pelaksanaan pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah yang di gelar di
kota surakarta pada 26 April 2010 lalu mendapatkan hasil yang memuaskan, hal ini
dikarenakan pelaksanaan yang berjalan dengan lancar, rendahnya tingkat pelanggaran
dalam pelaks anaan, serta yang nampak menonjol adalah tingginya partisipasi
masyarakat kota Surakarta dalam menggunakan hak pilih mereka. Hal ini cukup
membanggakan jika dibandingkan dengan daerah lain di wilayah soloraya yang juga
melaksanakan pemilihan kepala daerah, kota Surakarta mempunyai tingkat partisipasi
paling tinggi yaitu 71.5%, lebih jelas dapat dilihat dari tabel hasil rekapitulasi
perhitungan suara dalam pelaksanaan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah
tahun 2010.
Tabel 4. Berita acara hasil rekapitulasi perhitungan suara di KPU kota Surakarta
No

Uraian

Laweyan Serengan

Pasar

Banjarsari

Jebres

Jumlah

Kliwon
1

Jumlah

70.343

38.748

61.184

123.469

99.959 393.703

47.459

26.967

43.320

89.173

74.383 281.302

pemilih
dalam salinan
DPT
2

Jumlah
pemilih yang
menggunakan
hak

pilih

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
58

berdasar DPT

Jumlah

22.884

11.781

17.864

34.296

25.576 112.401

1.182

652

1.388

2.290

1.628

pemilih yang
tidak
menggunakan
hak

pilih

berdasar DPT
4

Jumlah

7.140

perolehan
suara

tidak

sah
Sumber: Berita acara hasil rekapitulasi perhitungan suara di KPU kota Surakarta dalam
pelaksanaan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah tahun 2010.
Adapun berita acara rekapitulasi perolehan perhitungan suara dapat dilihat
pada lampiran no. 8 dan berita acara rekapitulasi penerimaan rekapitulasi perhitungan
suara pas angan calon walikota dan wakil walikota dapat dilihat pada lampran no. 9.
Akan tetapi jika dibandingkan dengan pelaksanaan pemilu presiden yang
digelar tahun 2009. Hasil yang dicapai pada pemilihan kepala daerah dan wakil kepala
daerah tahun 2010 yang diselenggarakan oleh KPU kota Surakarta mengalami sedikit
penurunan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5. Berita acara hasil rekapitulasi perhitungan suara di KPU kota Surakarta
No

Uraian

Jumlah

Prosentase

Jumlah pemilih dalam salinan DPT

398.446

100 %

Jumlah pemilih yang menggunakan hak

302.805

76 %

95.641

24 %

16.322

4,1 %

pilih berdasar DPT


3

Jumlah pemilih yang tidak menggunakan


hak pilih berdasar DPT

Jumlah perolehan suara tidak sah

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
59

Sumber: Berita acara hasil rekapitulasi perhitungan suara di KPU kota Surakarta dalam
pelaksanaan pemilihan presiden dan wakil presiden tahun 2009.
Meskipun jumlah pemilih yang menggunakan hak pilih pada pelaksanaan
pemilihan presiden tahun 2009 lebih tinggi dibanding pemilihan kepala daerah tahun
2010, namun tingkat kesalahan dalam memberikan suara dengan benar jauh lebih
sedikit dibanding pada pelaksanaan pilpres. Hal ini mengindikasikan tingkat partisipasi
masyarakat dalam memahami pentingnya pelaksanaan pemilihan kepala daerah dan
tingkat pendidikan serta pemahaman pemilih terhadap pelaksanaan pemilukada semakin
meningkat, sehingga dapat meminimalisir suara yang terbuang sia -sia dikarenakan
kesalahan dari pemilih.
Dalam jumpa pers yang juga dihadiri oleh beberapa perwakilan BEM Fakultas
Universitas Sebelas Maret, Pil-Ce (Pemilukada

Center) selaku lembaga pemantau

pemilihan kepala daerah kota Surakarta tahun 2010 melalui Koordinatornya, Wachid
Noor Hidayat memberikan apresiasi terhadap masyarakat Surakarta atas

tingginya

partisipasi terhadap pelaksanaan pemilukada tahun 2010 serta tingkat pendidikan dan
pemahaman yang semakin baik tentang pentingnya pemilihan kepala daerah dan wakil
kepala daerah kota Surakarta tahun 2010 yang berjalan dengan lancar dan damai. Hal
senada juga dikatakan oleh Bery Nur Arif yang menjabat sebagai koordinator pemantau
pemilu FORBES UNS:
Tingginya partisipasi masyarakat tidak luput dari peran figur pasangan calon
peserta pemilukada yang notabenya adalah incumbent, yang telah menjabat
pada periode sebelumnya dan telah memberikan hasil yang nyata terhadap
masyarakat Surakarta, yang pada akhirnya pasangan tersebut kembali menjabat
lagi dengan mengantongi 90% suara.
(Wawancara 10 Desember 2010)
Hal senada juga diamini oleh tim sukses pemenangan jo-di, Putut Gunawan
yang mengatakan :
Baru kali ini saya merasakan antusiasme warga dalam mengikuti pemilukada,
selain berjalan dengan damai dan tertib, tingkat partisipasinyapun juga
meningkat secara keseluruhan. Dan terutama untuk perolehan suara pasangan
jokowi-rudi yang menang mutlak hampir diseluruh TPS yang ada. (wawancara
18 januari 2011)
Dalam wawancara penulis terhadap bapak winarno yang berprofesi sebagai
pengemudi becak di daerah nonongan mengenai alasan beliau dalam menggunakan hak
pilih, beliau menjawab Saya memilih pak jokowi (Sebutan bagi walikota Surakarta

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
60

Joko Widodo) karena telah memberikan perubahan nyata bagi kota surakarta selama 5
tahun ini. Makanya saya ingin pak jokowi menjabat lagi menjadi walikota .
(Wawancara 2 November 2010)
Hal senada juga di ungkapkan oleh beberapa rekan pengemudi becak dan
penjual makanan di sekitar jalan Yos Sudarso nonongan, begitu juga dengan bapak
Mulyono yang bekerja sebagai pedagang di depan PGS, beliau mengatakan:
Dalam pelaksanaan pilpres tahun kemarin, saya sengaja tidak menggunakan
hak pilih saya, dikarenakan saya tidak percaya lagi dengan pemerintahan saat
ini. Namun pada pemilukada kemarin saya menggunakan hak pilih saya,
karena pak jokowi memberikan hasil yang nyata pada saya dan rekan-rekan
sesama pedagang sehingga tingkat kesejahteraan kami meningkat. (Wawancara
5 November 2010)
Dari hasil wawancara dan beberapa pandangan pengamat, dapat diambil
kesimpulan bahwa tingkat partisipasi masyarakat juga ditentukan dari figur calon
pemimpin, sehingga masyarakat tidak enggan dalam menggunakan hak pilihnya. Faktor
Kedekatan terhadap masyarakat yang ditunjang dengan kinerja yang konkrit merupakan
salah satu senjata yang cukup ampuh dalam meningkatkan partisipasi dalam
pelaksanaan pemilihan kepala daerah, berbeda dengan pemilihan presiden yang mana
masyarakat di suatu daerah tidak bisa merasakan langsung manfaatnya.

5. Strategi KPU Kota Surakarta dalam Pemenuhan Hak Pilih Warga dalam
Pemilihan Kepala Daerah Kota Surakarta Tahun 2010
Pelaksanaan pemilihan kepala daerah secara langsung merupakan sesuatu
sistem baru karena baru dilaksanakan sebanyak dua kali, yaitu tahun 2005 dan tahun
2010 bulan April lalu. Pada pelaksanaan pemilihan kepala daerah di kota Surakarta
semua pembebanan tugas di serahkan kepada KPU kota Surakarta. Sehingga
keberhasilan pelaksanaan pemilukada pada bulan April lalu bertumpu pada kinerja KPU
kota Surakarta bagaimana menjalankan fungsinya terutama dalam pelaksanaan
pemenuhan hak pilih warga Surakarta. Berdasar dari pengalaman pemilukada tahun
2005 dan pilpres tahun 2009 yang mana permasalahan paling banyak terdapat pada
DPT, maka pada pelaksanaan pemilukada tahun 2010 KPU kota Surakarta berbenah
megevaluasi dalam penetapan daftar pemilih tetap. Sehingga kejadian pada pelaksanaan
sebelumnya dapat diminimalisir agar tidak terjadi meskipun itu tidak hanya melibatkan
dari pihak KPU kota Surakarta sendiri. Dan hal ini dibuktikan dari pelaksanaan yang

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
61

telah dilaksanakan bulan April kemarin, KPU kota Surakarta dengan serius
mengakomodir warga yang telah mendapat hak untuk memilih. Meskipun demikian hak
yang telah diberikan oleh KPU kota Surakarta kepada pemilih tidak semuanya
digunakan sebagaimana mestinya, hal ini dapat dilihat dari jumlah warga yang tidak
menggunakan hak pilihnya.
Berdasakan hasil penelitian ada beberapa hambatan yang dialami KPU Kota
Surakarta dalam satu tahapan pemilukada yakni permasalahan pendataan pemilih. KPU
Kota Surakarta pada dasarnya telah menjalankan pentahapan ini dengan rencana yang
matang dan metode yang sitematis. Namun pada pelaksanaanya masih terdapat
beberapa kekurangan yang mengakibatkan timbul permasalahan terdapat beberapa
warga yang tidak tedaftar yang disinyalir disebabkan karena jangka waktu yang
ditetapkan KPU Kota Surakarta terlalu singkat, Pendidikan politik dan sosialisasi yang
kurang mengena pada masyarakat. Dalam hal ini KPU Kota Surakarta juga tidak
sepenuhnya salah karena sikap masyarakat yang kurang proaktif menyebabkan proses
pendataan kurang maksimal. Pernyataan ini sesuai dengan hasil hasil wawancara
dengan Nara Sumber yang diangap paham mengenai permas alahan ini (anggota KPU
Kota Surakarta dan PPS).
Bagi KPU Kota Surakarta tidak terlalu mempersoalkan masalah ini. KPU Kota
Surakarta sendiri berpendapat telah melakukan seluruh rangkaian kegiatan secara
maksimal dan selalu berkordinasi dengan KPU Provinsi dan KPU Pusat terutama dalam
hal pemenuhan hak pilih warga. Walau hasil dari pendataan tersebut masih tidak
diterima masyarakat. Namun KPU Kota Surakarta menjamin bahwa strategi yang
digunakan dalam memenuhi hak pilih dalam pelaksanaan pemilukada tahun 2010 jauh
lebih baik dibanding pelaksanaan tahun-tahun sebelumnya yaitu dengan melaksanakan
berbagai macam kegiatan antara lain: a) Melakukan sosialisasi yang tepat sasaran dan
masyarakat antusias untuk ikut didalamnya seperti mengadakan panggung hiburan,
pemutaran film layar lebar dan karnaval yang diikuti pasangan calon yang dikemas
dengan menarik, sehingga masyarakat tidak bosan mengikutinya. b) Dalam pelaksanaan
sosialisasi KPU kota Surakarta tidak bekerja sendiri, melainkan bekerjasama dengan
berbagai elemen kemasyarakatan yang ada di kota Surakarta. Hal ini sangat membantu
KPU kota Surakarta karena semakin banyak informasi yang diberikan, tingkat
pemahaman masyarakat mengenai seputar pemilukada akan semakin baik. c) Dalam

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
62

menjangkau kalangan yang tidak tersentuh sosialisasi (Lembaga pemasayarakatan,


rumah sakit, panti asuhan, panti wreda, dll), tim sosialisasi KPU kota Surakarta terjun
langsung

dilapangan

untuk

memberikan

informasi

seputar

pemilukada.

d)

mengantisipasi Pemilih baru yang pada saat hari pemungutan suara sudah mempunyai
hak, KPU kota Surakarta bekerjasama dengan dinas pendidikan kota Surakarta untuk
melakukan sosialisasi dengan langsung mendatangi ke sekolah-sekolah dan sesekali
mengumpulkan semua siswa kelas 3 SMA/SMK se-kota surakarta untuk menghadiri
sosialisasi akbar di stadion Manahan Surakarta. e) Iklan di radio-radio yang terdapat di
wilayah kota Surakarta, Memasang spanduk di tempat-tempat umum, dan Menyebarkan
Liflet ( pamflet)
Menurut peneliti berdasakan hasil wawancara yang dilakukan, peran KPU
Kota Surakarta dalam seluruh tahapan Pemilukada telah berkeja dengan baik. Walaupun
terdapat beberapa kekurangan-kekurangan yang menyebabkan warga tidak dapat
menyalurkan hak pilihnya meskipun sebagian terjadi dikarenakan kesalahanya sendiri.

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesadaran Partisipasi Warga Surakarta


Tingkat pertisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pemilihan kepala daerah
dapat menggambarkan tingkat legitimasi daerah tersebut, ketika partisipasi masyarakat
tinggi maka dapat dipastikan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan
daerah terebut juga tinggi, namun hal ini juga dapat berlaku sebaliknya. Kesadaran
warga dalam ikut serta pada pelaksanaan pemilihan kepala daerah merupakan faktor
utama sukses tidaknya pemilihan di suatu wilayah daerah.
Dari hasil penelitian, faktor yang mempengaruhi kesadaran berpartisipasi
dalam kegiatan pemilukada adalah lingkungan atau daerah tempat tinggal pemilih,
ketika lingkungan di sekitarnya peduli dan dapat berpotensi untuk berkembang maka
secara otomatis masyarakat akan sadar akan pentingnya masa depan kehidupannya.
Selanjutnya adalah faktor pemimpin, pemilihan kepala daerah tentunya antara
pemimpin dengan rakyatnya memiliki hubungan yang dekat, sehingga apa yang
dikehendaki warganya dapat segera diambil tindakan, sehingga sebagian masyarakat
lebih memilih aktif dalam pelaksanaan pemilihan kepala daerah di banding dengan
pelaksanaan pemilihan yang di gelar secara nasional.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
63

Data yang diperoleh penulis dilapangan juga ditemukan indikator lain yang
mempengaruhi partisipasi masyarakat, dikelurahan sangkrah tepatnya di RW 2 sebagian
warganya memboikot untuk tidak menggunakan hak pilih dalam pelaksanaan pemilihan
kepala daerah dikarenakan kecewa terhadap ketua KPPS yang dipilih tanpa mengadakan
musyawarah terhadap pengurus RT setempat. Dalam prosedurnya Ketua KPPS adalah
ketua/pengurus RT namun dalam pelaksanaan pengurus RT tidak ada yang masuk
dalam daftar ketua ataupun anggota KPPS, sehingga sebagian warga mendeklarasikan
tidak akan menggunakan hak pilihnya jika ketua KPPS tersebut tidak diganti. Kasus
tersebut diamini oleh ketua PPS sangkrah bapak Rustamal:
Di wilayah RW 2 kelurahan sangkrah memang sempat terjadi situasi yang
sempat menegang dalam pemilihan KPPS, terdapat sebagian warga yang
bersikeras akan memboikot pelaksanaan pemilihan kepala daerah dengan tidak
menggunakan hak pilihnya jika ketua KPPS tidak diganti, namun situasi
tersebut dapat kami atasi dengan mengganti ketua KPPS dengan pihak yang
sifatnya netral terhadap pihak-pihak yang berselisih. (W awancara 29
November 2010).
Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat tidak hanya
di pengaruhi oleh figur pasangan calon, namun juga semua penyelenggara pemilihan
kepala daerah mulai dari tingkat atas sampai tingkat bawah yaitu di tingkat KPPS.
Terlepas faktor dari luar, faktor dari dalam diri masyarakatlah yang akan membuat pesta
demokrasi menjadi lebih bermakna yaitu dengan bersikap kooperatif dan aktif dalam
setiap tahapan yang telah dijadwalkan oleh pihak penyelenggara pemilihan kepala
daerah.

7. Evaluasi Pemenuhan Hak Politik Warga Surakarta


Pemilukada kota Surakarta tahun 2010 memiliki makna penting yang
menentukan masa depan bangsa Indonesia khususnya kota Surakarta sendiri, hal ini
bukan saja karena pemilukada merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam
menentukan penyelenggaraan pemerintah daerah, tetapi hasil dari pemilukada tahun
2010 harus diletakan dalam konteks pelembagaan demokrasi yang terkonsolidasi untuk
penataan negara ke depan.
Kesuksesan pelaksanaan pemilukada kota Surakarta tahun 2010 sangat
ditentukan oleh tingkat partisipasi masyarakat kota Surakarta. Partisipasi masyarakat
dalam pemilukada tahun 2010 ditentukan oleh 3 pilar utama, yaitu pertama; partisipasi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
64

masyarakat yang dikembangkan melalui kegiatan sosialisasi dan pendidikan pemilih;


kedua, peningkatan kesadaran politik masyarakat dalam memahami hak konstitusional
warga negara; ketiga, penggunaan serta dukungan media cetak dan elektronikdalam
upaya mensukseskan pemilukada kota Surakarta tahun 2010. Dengan berbagai
perubahan strategi dan pendidikan pemilih menjadi sangat penting perannya dalam
suksesnya pemilihan kepala daerah langsung kota Surakarta tahun 2010.
Peran Penyelenggara pemilukada mulai dari KPU, KPU Provinsi, KPU Kota
Surakarta, PPK, PPS, dan KPPS merupakan elemen penyelenggara yang memegang
peran utama dalam suksesnya pemilukada Kota Surakarta tahun 2010. Kerja keras
disertai dengan komitmen yang tinggi dari para anggotanya, ditambah dengan
kemampuan penguasaan materi dan teknis pelaksanaan sehingga semua tahapan
pemilukada tahun 2010 dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, hal
ini dapat dibuktikan dengan terpenuhinya hak politik warga Surakarta sebagai pemilih
serta tingginya tingkat partisipasi dalam menggunakan hak pilihnya dalam pemilukada
tahun 2010 yaitu mencapai 71,5% dari warga yang terdaftar sebagai pemilih tetap.

C. Temuan Studi
Dari hasil penelitian tersebut diatas, temuan studi yang dapat diperoleh adalah
sebagai berikut:
1. Strategi yang digunakan KPU kota untuk mengatasi hambatan khususnya tahap
pendataan pemilih dalam rangka memenuhi hak pilih masyarakat kota Surakarta
yakni dengan pendidikan pemilih dan sosialisasi. Seperti dikemukakan Almond
(1999:25

politik dapat mendorong orang untuk berpartisipasi


. cara yang paling tepat untuk mengatasi

hambatan pemilu adalah dengan menggunakan sosialisasi. Sosialisasi dapat


dilakukan dengan bantuan media masa baik cetak maupun elektronik, misalnya
koran, surat kabar, spanduk yang dipasang ditempat-tempat stategis, pamflet, radio,
televisi dan lain-lain. Selain sosialisasi, pendidikan politik sangat penting diberikan
kepada pemilih yaitu dengan adanya program pendidikan politik dalam forum
formal maupun dalam forum nonformal misalnya menggunakan rapat terbuka,
bentuk diskusi panel, dalam mensosialisasikan program kerja yang akan dilakukan
dalam pemilukada ini agar dapat dipahami oleh masyarakat.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
65

2. Faktor-faktor

yang

mempengaruhi

warga

Surakarta

berpartisipasi

dalam

pelaksanaan pemilukada tahun 2010 diantaranya adalah:


a) Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan yang terdahulu karena
telah memberi kontribusi nyata kepada masyarakat kota Surakarta.
b) Tingkat

pendidikan dan kepedulian

masyarakat

terhadap

pelaksanaan

pemilukada yang semakin baik yang dibarengi dengan semakin baiknya kinerja
KPU kota Surakarta dalam menghadapi masalah DPT yang semakin komplek.
Hal ini sesuai pendapat syamsul haris dalam tataq chidmad mengatakan
terdapat 4 faktor yang mempengaruhi mas yarakat tidak enggan untuk aktif dalam
money
politics, c). KPU dan pengawas melibatkan civil society dalam pengwasan, d). sistem
pemilu yang tidak rum

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB V
KESIMP ULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan data pembahasan yang peneliti lakukan, dapat
disimpulkan bahwa:
1. KPU kota Surakarta telah berperan secara maksimal dalam menjamin dan
memenuhi hak pilih warga Surakarta pada pelaksanaan pemilihan kepala daerah dan
wakil kepala daerah kota Surakarta tahun 2010 yang diselenggarakan tanggal 26
April 2010 dengan berpedoman pada UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah yang dikombinasikan dengan UU No 22 Tahun 2007 tentang Pemilihan
Umum serta PP No.6 Tahun 2005 Tentang Tentang Pemilihan, Pengesahan Dan
Pemberhentian Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah yang direalisasikan
kedalam bentuk Keputusan-keputusan KPU Kota Surakarta dengan ditandai dengan
sedikitnya laporan mengenai permasalahan DPT dan dengan melakukan kegiatan
sebagai berikut:
a) Melakukan sosialisasi yang tepat sasaran dan masyarakat antusias untuk ikut
didalamnya seperti mengadakan panggung hiburan, pemutaran film layar lebar
dan karnaval yang diikuti pasangan calon yang dikemas dengan menarik,
sehingga masyarakat tidak bosan mengikutinya.
b) Dalam pelaksanaan sosialisasi dan pendataan pemilih, KPU kota Surakarta tidak
bekerja

sendiri,

melainkan

bekerjasama

dengan

berbagai

elemen

kemasyarakatan yang ada di kota Surakarta. Hal ini sangat membantu KPU kota
Surakarta karena semakin banyak informasi yang diberikan, tingkat pemahaman
masyarakat mengenai seputar pemilukada akan semakin baik.
c) Dalam menjangkau kalangan yang tidak tersentuh sosialisasi (Lembaga
pemasayarakatan, rumah sakit, panti asuhan, panti wreda, dll), tim sosialisasi
KPU kota Surakarta terjun langsung dilapangan untuk memberikan informasi
seputar pemilukada.
d) Dalam mengantisipasi Pemilih baru yang pada saat hari pemungutan suara sudah
mempunyai hak, KPU kota Surakarta bekerjasama dengan dinas pendidikan kota
Surakarta untuk melakukan sosialisasi dengan langsung mendatangi ke sekolah-

66

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
67

sekolah dan sesekali mengumpulkan semua siswa kelas 3 SMA/SMK se-kota


surakarta untuk menghadiri sosialisasi akbar di stadion Manahan Surakarta.
e) Iklan di radio-radio yang terdapat di wilayah kota Surakarta, Memasang
sepanduk di tempat-tempat umum, dan Menyebarkan Liflet ( pamflet)

2. Faktor-faktor

yang

mempengaruhi

warga

Surakarta

berpartisipasi

dalam

pelaksanaan pemilukada tahun 2010 diantaranya adalah


b) Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan yang terdahulu karena
telah memberi kontribusi nyata kepada masyarakat kota Surakarta.
c) Tingkat

pendidikan dan kepedulian

masyarakat

terhadap

pelaksanaan

pemilukada yang semakin baik yang dibarengi dengan semakin baiknya kinerja
KPU kota Suraka rta dalam menghadapi masalah DPT yang semakin komplek.

B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat dikaji implikasinya baik implikasi
teoritis maupun implikasi praktis, sebagai berikut:
1. Karena KPU kota Surakarta telah menjalankan tugas dan kewenanganya dengan
baik terutama dalam hal memenuhi hak pilih warga Surakarta pada pelaksanaan
Pemilukada di Surakarta pada tanggal 26 April 2010 lalu, maka pelaksanaannya
dapat berjalan lancar dan damai mulai dari tahap persiapan hingga pengesahan dan
pelantikan, walaupun ada beberapa hambatan yang dialami KPU kota Surakarta.
2. Karena Tingkat kepercayaan mas yarakat terhadap pemerintahan yang terdahulu dan
telah memberi kontribusi nyata kepada masyarakat kota Surakarta, serta T ingkat
pendidikan dan kepedulian masyarakat terhadap pelaksanaan pemilukada yang
semakin baik maka pada pelaksanaan pemilukada tahun 2010 mendapatkan tingkat
partisipasi yang tinggi jika dibanding daerah sekitar Surakarta.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
68

C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi

hasil penelitian yang penulis

kemukakan diatas, maka penulis menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:


1. Bagi KPU kota Surakarta dengan hasil yang dicapai pada pelaksanaan pemilukada
tahun 2010 dapat berjalan dengan lancar, hendaknya ditingkatkan menjadi lebih
baik lagi pada pelaksanaan pemilukada mendatang.
2. Bagi Masyarakat kota Surakarta hendaknya aktif berpartisipasi dalam setiap
kegiatan pemilihan Walikota atau wakil walikota, karena semakin tinggi tingkat
partisipasi masyarakat berarti tingkat kepercayaan terhadap pemerintah semakin
baik yang nantinya akan berimbas pada semakin baiknya kemajuan ekonomi
masyarakat dan pembangunan kota Surakarta.
3. Bagi KPU kota Surakarta sebaiknya membentuk petugas khusus yang bertugas
mendata pemilih di tingkat paling bawah. Apabila KPU kota Surakarta
menggunakan jasa RT ataupun pengurusnya, maka RT -RT tersebut seharusnya
diberi imbalan atau honor khusus agar melakukan tugasnya dengan baik sehingga
tidak ada lagi permasalahan DPT yang sering dijadikan konflik.

Anda mungkin juga menyukai