Materi Tumor Ovarium
Materi Tumor Ovarium
PENDAHULUAN
Resiko terjadinya tumor ovarium meningkat dengan meningkatnya usia, infertilitas, riowayat
tumor ganas payudara atau endometrium dan riwayat keluarga penderita tumor ganas . Faktor
keluarga tumor ganas merupakan faktor penapis utama pada tindakan deteksi dini tumor ganas
ovarium. Faktor yang menurunkan resiko antara lain, riwayat persalinan, penggunaan
kontrasepsi pil, dan riwayat menyusui., pembedahan histerektomi dan ligasi tuba.
Etiologi tumor ganas ovarium belum terungkap , diakui bahwa terjadinya tumor ganas
disebabkan oleh multifaktor. Secara dasar, terjadinya tumor ovarium diawali dengan terjadinya
ovulasi yang berulang yang menyebabkan trauma minor yang berulang pada permukaaan
epitelial ovarium setelah ovulasi. Penekanan ovulasi terjadi dengan kontrasepsi oral ataupun
menyusui dapat menurunkan resiko terjadinya tumor ganas ovarium. Sebaliknya pada infertilitas,
tindakan manipulasi pemacuan ovulasi menyebabkan meningkatnya resiko menderita tumor
ganas ovarium. Hipotesis lainnya adalah hipotesis kontaminasi pelvis oleh bahan kimiawi dari
luar ke ovarium.Teori ini mendukung penelitian epidemiologi adanya penurunan resiko tumor
ovarium ganas pasca histerektomi ataupun pasca sterilisasi.
Penelitian perubahan genetik dari tumor ovarium menujukkan beberapa perubahan
kromosom . Penelitian yang lebih mendalam mendapatkan hilangnya alel ataupun tumor
supressor gene p53 pada cabang kromosom 11p,13q, dan 17p. Hilangnya molekul genetik ( LOH
) pada 17p dijumpai pada tumor ovarium jinak , borderline, dan tumor ovarium ganas.
Sedangkan hilangnya molekul genetik pada 11p hanya dijumpai pada tumor ovarium ganas.
Sehingga muncul hipotesis bahwa perubahan molekul genetik 17p merupakan awal
1
tumorigenesis maligna. Penyebab hilangnya molekul genetik tersebut masih belum diketahui,
keadaan ini dapat saja berlangsung karena proses degeneratif. Perubahan karena proses
degeneratif ini memunculkan hipotesis terjadinya tumor ovarium ganas pada kelompok keluarga
yang mempunyai resiko hilangnya molekul genetik 17p ataupun 11p. Walaupun postulat
postulat tersebut belum menjawab terjadinya tumor ganas ovarium, tetapi dengan didukung hasil
penelitian epidemiologi dan penelitian laboratorik , postulat tersebut dapat digunakan sebagai
garis usaha pencegahan terjadinya tumor ganas ovarium dan sebagai penapis usaha deteksi dini
tumor ganas ovarium.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tumor ovarium adalah suatu massa yang tumbuh pada ovarium. Tumor jinak ovarium,
yang juga dikenal sebagai atypical proliferating tumors adalah massa yang terdiri dari
kelompok tumor yang menunjukan proliferasi epitel yang biasanya jinak dan non invasive.
Diantara tumor-tumor ovarium ada yang bersifat neoplastik dan ada yang bersifat non
neoplastik.
A. Etiologi
Ada beberapa teori yang menerangkan terjadinya tumor ovarium, diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. teori ovulasi
terjadinya invaginasi kapsul epitel pasca ovulasi ke dalam stroma ovarium. Dengan
rangsangan hormone pada stroma, sel-sel epitel berpotensi untuk menjadi kista-kista baru
yang nantinya akan menjadi tumor epitel ovarium.
2. teori endokrin
epitel pada kapsul ovarium berasal dari mullerian, dan jaringan ini responsive terhadap
hormone dengan cara yang sama seperti epitel mullerian berespon saat muncul dalam
endometrium atau tuba fallopii. Menurut teori endokrin, di lingkungan hormonal yang
tidak seimbang ini dapat menyebabkan neoplasia.
3. teori substansial eksogen
teori ini menduga bahwa iritan seperti bedak merupakan factor pemicu tumor neoplastik
jinak dan ataupun ganas.
4. teori transformasi
tidak semua tumor jinak dapat menjadi ganas, namun ada kemungkinan terjadi degenerasi
maligna pada tumor tersebut.
Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor ovarium
yang kecil. Sebagian besar gejala dan tanda adalah akibat dari :
1. Akibat pertumbuhan
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan pembenjolan perut.
Tekanan terhadap alat-alat disekitarnya disebabkan oleh besarnya tumor atau posisinya
dalam perut. Misalnya gangguan miksi, obstipasi, edema pada tungkai, tidak nafsu
makan, rasa sesak, dan lain-lainnya.
2. Akibat aktivitas hormonal
Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid, kecuali tumor itu sendiri yang
mengeluarkan hormon. Dapat menyebabkan amenore, dan hipermenore.
3. Akibat komplikasi
Perdarahan ke dalam kista biasanya terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsur-angsur
menyebabkan pembesaran kista dan menimbulkan gejala yang minimal. Akan tetapi bila
perdarahan banyak akan terjadi distensi dari kista dan menimbulkan nyeri perut
mendadak.
Putaran tangkai dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih,
akan tetapi belum amat besar sehingga terbatas gerakannya. Kondisi yang mempermudah
terjadinya torsi adalah kehamilan, karena pada kehamilan, uterus yang membesar dapat
mengubah letak tumor sehingga terjadi perubahan mendadak dalam rongga perut
Infeksi pada tumor terjadi jika dekat tumor terdapat sumber kuman patogen seperti
appendiksitis, divertikulitis atau salpingitis akuta.
Robekan dinding kista dapat terjadi pada torsi tangkai dan trauma seperti jatuh, pukulan
pada perut, dan waktu persetubuhan. Bila kista mengandung cairan serous, maka rasa
nyeri akan segera mengurang. Tetapi bila robekan kista disertai perdarahan yang timbul
secara akut, maka dapat terjadi perdarahan bebas yang menimbulkan rasa nyeri terus
menerus disertai tanda-tanda akut abdomen.
C. Klasifikasi Tumor Jinak Ovarium
Tumor Ovarium Non Neoplastik
a. Tumor akibat peradangan
b. Tumor lain :
Kista folikel
Kista korpus luteum
Kista lutein
Kista inklusi germinal
Kista endometrium
4
Kista stein-leventhal
Tumor Ovarium Neoplastik Jinak
a. Kistik
Kistoma ovarii simpleks
Kistadenoma ovarii serosum
Kistadenoma ovarii musinosum
Kista endometroid
Kista dermoid
b. Solid
Fibroma, leiomioma, fibroadenoma, papiloma, angioma, limfangioma
Tumor Brenner
Tumor sisa adrenal (maskulinovo-blastoma)
1. Tumor Ovarium Non Neoplastik
a. Kista Folikel
Kista ini merupakan tumor jinak ovarii paling umum dan yang paling sering
ditemukan secara kebetulan. Sebuah kista folikuler bisa bertahan sampai beberapa
siklus menstruasi dan diameternya bisa mencapai 10cm.
Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak berovulasi, namun tumbuh
terus menjadi kista folikel atau dari beberapa folikel primer yang tumbuh di bawah
pengaruh hormone estrogen dan tidak mengalami atresia. Kista ini bisa soliter
maupun multiple. Dinding dalam kista terdiri atas beberapa lapisan sel granulose,
karena adanya tekanan dalam kista terjadilah atrofi pada lapisan ini. Cairan kista
jernih dan mengandung estrogen. Oleh karena itu terkadang dapat menyebabkan
gangguan haid. Kista ini lambat laun dapat mengecil dan hilang spontan. kista ini
membutuhkan penanganan jika menimbulkan gejala atau jika belum hilang dalam
waktu 8-16 minggu.
b. Kista Korpus Luteum
Pada keadaan tertentu korpus luteum mempertahankan diri (korpus luteum
persisten). Cairan dalam kista berwarna merah coklat karena perdarahan sering terjadi
dalam kista. Dinding kista terdiri atas lapisan sel-sel theca. Kista jenis dapat
menimbulkan gangguan haid berupa amenore maupun metroragia. Perdarahan yang
terus menerus dapat menimbulkan rupture kista dan menimbukan nyeri perut yang
mendadak. Penanganan kista ini menunggu sampai kista hilang sendiri.
c. Kista Theca Lutein
Kista ini biasanya bilateral dan biasanya akibat pengaruh hormone hCG yang
berlebihan. Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat luteinisasi sel-sel theca. Kista ini
biasanya dijumpai pada mola hidatidosa, koriokarsinoma, sehingga kista ini akan
mengecil pula dengan hilangnya mola atau koriokarsinoma.
d. Kista Inklusi Germinal
Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari epitel
germinativum pada permukaan ovarium. Kista terletak di bawah permukaan ovarium,
dindingnya terdiri atas 1 lapisan epitel kubik atau torak rendah dan isinya cairan
jernih dan serous.
e. Kista Stein-Leventhal
Kelainan ini terkenal dengan nama sindrom Stein-Leventhal yang terdiri dari
infertilitas, amenore dan hirsutisme tanpa maskulinisasi serta kedua ovarium
membesar. Hal ini mungkin disebabkan gangguan
keseimbangan hormonal,
ini ganas. 30-35% kistadenoma ovarii serosum ini mengalami perubahan menjadi
ganas
4) Kista endometrioid
Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin, pada dinding dalam
terdapat satu lapisan sel-sel yang menyerupai lapisan epitel endometrium. Kista
ini tidak ada hubungannya dengan endometriosis uteri.
5) Kista dermoid
Kista dermoid adalah satu teratoma kistik yang jinak di mana strukturstruktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna seperti epitel kulit, rambut,
gigi, dan produk glandula sebasea berwarna putih kuning menyerupai lemak,
Nampak lebih menonjol daripada elemen-elemen entoderm dan mesoderm.
Tumor ini berasal dari sel telur melalui proses partenogenesis.
Tumor ini merupakan 10% dari seluruh neoplasma ovarium yang kistik
dan paling sering ditemukan pada wanita yang masih muda. Tumor ini dapat
mencapai ukuran yang sangat besar, sehingga beratnya mencapai beberapa
kilogram.
Dinding kista kelihatan putih, keabu-abuan dan agak tipis. Konsistensi
tumor sebagian kistik kenyal, di bagian lain padat. Bila dibelah Nampak satu kista
besar dengan ruangan kecil-kecil dalam dindingnya. Pada umumnya terdapat satu
daerah pada dinding bagian dalam yang menonjol dan padat. Bahan yang terdapat
dalam rongga kista ialah produk dari kelenjar sebasea berupa massa lembek
seperti lemak, bercampur dengan rambut.
Pada kista dermoid dapat terjadi torsi tangkai dengan gejala nyeri
mendadak di perut bagian bawah. Perubahan menjadi ganas kira-kira 1,5% dari
semua kista dermoid dan biasanya pada wanita lewat menopause.
b. Tumor Solid
1) Fibroma ovarii
bahwa tumor berasal dari sel-sel mesenkhim folikel primordial, dan yang lain
mengatakan dari sel adrenal ektopik dalam ovarium.
Pada pembelahan warna permukaan tumor kuning, dan pada pemeriksaan
histologik sel-sel disusun dalam stroma seperti zona glomerulosa dan zona
fasikulata pada glandula suprarenalis.
Tumor ini menyebabkan gejala maskulinisasi seperti hirsutisme,
pembesaran klitoris, atrofi mammae, dan perubahan suara.
D. Pemeriksaan4
Selama usia reproduktif, kebanyakan massa di ovarium adalah jinak. Pasien dengan
gejala yang akut biasanya memerlukan operasi. Sebaliknya pasien dengan gejala yang kronik
sebaiknya dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
1. Riwayat Ginekologik
Meliputi tanggal haid terakir, siklus haid, kehamilan, kontrasepsi, riwayat obat-obatan
dan riwayat keluarga.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik harus ditujukan pada regio abdomen dan pelvis. Pemeriksaan fisik ini
juga diikuti dengan pemeriksaan PAP smear. Pemeriksaan rektovaginal sangat diperlukan
untuk menentukan karakteristik fisik dari masaa tersebut. Penentuan akan ukuran tumor
ovarium ini sangat penting dalam memutuskan apakah massa ini memerlukan tindakan
eksplorasi pembedahan atau tindakan observasi dan tindakan yang bersifat non invasive.
Bila pasien dalam keadaan gawat, perhatikan apakah ada hipovolemik. Dapat juga
menyebabkan perbesaran KGB, dan efusi pleura, tetapi jarang dijumpai pada tumor jinak
ovarium.
Pemeriksaan Abdomen
Pada abdomen dapat ditemukan adanya cairan, caput medusa pada dinding abdomen,
pada palpasi dapat ditemukan adanya massa pada abdomen bawah. Untuk mengetahui
adanya akut abdomen, dapat dengan cara mendengarkan bising usus, bila negative
kemungkinan terjadi peritonitis. Pasien juga merasa perutnya tegang, tidak nyaman,
adanya tekanan pada perut bawah, gejala urinary dan gastrointestinal.
Pemeriksaan Bimanual
Ini merupakan pemeriksaan yang penting. Dengan cara palpasi massa antara vagina
dan abdomen, dinilai apakah massa mobile dan konsistensinya.
USG
USG dapat memperlihatkan adanya massa ovarium, walaupun tidak dapat
membedakan antara yang jinak dan ganas. Massa yang padat cenderung ganas,
10
dibanding dengan massa yang kistik. Selain itu dapat juga digunakan Transvaginal
USG, MRI ataupun CT Scan juga dapat membantu.
Aspirasi Kista Ovarium dengan Bantuan USG
Tidak direkomendasikan sebagai alat bantu diagnostic karena untuk tumor yang
ganas, dapat menyebar di sepanjang jalur jarum yang digunakan untuk aspirasi.
3. Pemeriksaan darah dan serum marker
Adanya massa di daerah pelvis disertai dengan peningkatan sel darah putih dapat
disebabkan oleh infeksi. Serum marker merupakan pemeriksaan yang rutin dikerjakan
untuk tumor ovarium. Peningkatan CA 125 dapat mengarahkan pada karsinoma ovarium.
Wanita dengan endometriosis juga menyebabkan peningkatan level CA 125, tetapi tidak
setinggi adanya keganasan. Konsentrasi -hCG yang meningkat dapat disebabkan adanya
kehamilan ektopik, selain itu juga dapat disebabkan oleh tumor trophoblastik dan germ
cell tumor. Level estradiol juga dapat meningkat pada pasien dengan kista folikular dan
sex cord stromal tumor. Peningkatan androgen dapat terjadi pada Sertoli- Leydig tumor.
Perbedaan massa jinak dan ganas 5 :
Jinak
Unilateral
Kistik
Mobile
Halus
Ascites (-)
Pertumbuhan lambat
Sering pada usia muda
Ganas
Bilateral
Solid
Terfiksasi
Irregular
Ascites (+)
Pertumbuhan cepat
Sering pada usia tua
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tergantung pada berat ringannya penyakit, usia pasien, dan keinginan
pasien untuk memiliki anak.
1. Asimptomatik pasien
Bila pada pemeriksaan didapatkan tumor diameter 6 cm, CA 125 < 35 mU/ml,
vaskularisasi normal pada sekitarnya, dapat dilakukan tindakan konservatif. Pada kasus
ini, bila tumor tidak membesar dalam 3 bulan, dan tetap tidak membesar setelah 6 bulan,
disertai dengan kadar CA 125 < 35 mU/ml biasanya akan mengalami resolusi dalam 3 7
tahun.
Tumor jinak dengan diameter < 10 cm dapat dilakukan laparoskopik.
Kriteria observasi tumor ovarium yang asimptomatik :
unilateral tumor atau kista tanpa adanya massa padat
11
Pembesaran Abdomen :
Kehamilan
Fibroid uterus
Full bladder
Distended bowel
Ovarian malignancy
Colorectal carcinoma
Efek Tekanan :
Urinary tract infection
Constipation
Efek Hormonal
Semua hal yang menyebabkan gangguan menstruasi, pubertas prekoks dan
perdarahan postmepousal.
13
DAFTAR PUSTAKA
14
LAPORAN KASUS
IDENTITAS :
Nama
:Ny J / Tn A
Umur
:43 th / 56 th
Alamat
: Jl. Kutilang II
Pekerjaan
:PNS / PNS
Suku
:Batak
Agama
:Kristen
15
Riwayat perkawinan
suami ke I, menikah 1x selama 20 tahun
Riwayat obstetri
1. aterm: perempuan, spontan, dirumah bersalin, dibantu bidan, BBL 2800 gram, hidup
2. aterm: laki-laki, spontan, dirumah bersalin, dibantu bidan, BBL 3000 gram, hidup
STATUS GENERALIS
KU
: Kompos Mentis
Tanda vital :
- T : 120/80 mmHg
-N
: 88 x/menit
-R
: 20 x/menit
-S
: 38,0C
Status Lokalisata
Abdomen : Soepel, peristaltik normal
P/V
:-
BAB : +
BAK : +
Pemeriksan fisik umum
Konjungtiva
Tidak anemis
Cor
Pulmo :
Status Ginekologis :
In spekulo :
Dinding vagina normal
Portio ukuran normal
Tampak licin
Erosi (-)
Flour albus (-)
Perdarahan aktif (-)
Pemeriksaan VT :
Uterus :
Nyeri goyang (-)
Uterus lebih besar dari biasa
Corpus uteri antefleksi ukuran lebih besar
Adneksa kiri tidak terba, kanan teraba masa
Parametrium kanan lemas, kiri lemas, tidak teraba masa
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium :
-
Hb = 11,5 gr/dl
L = 12.900 /mm3
HT = 32 %
Tr = 461.000 /mm3
MCV = 77.0
MCH = 27.6
MCHC = 35.9
Identifikasi tuba dan ovarium ka/ki tampang salping membesara kesar penumpukan pus
dan dijumpai perlekatan dengan usus. Diputuskan untuk dilakukan TAH BSO, lig.
Rotundum di clam dan digunting, kemudian diikat, identifikasi lig, infundibulo pelvicum
diclam, diinsisi dan diikat.
Kedua A. uterina diklam dan diinsisi dengan electrocauter dan dijahit. Lig. Sacrouterina
diclam dan diinsisi electrocauter kemudian diikat, evaluasi perdarahan
Puncak vagina dijahit dengan vicry no. 1 dan evaluasi perdarahan
Dilakukan pencucian pada abdomen, kemudian cavum abdomen ditutup lapis demi lapis
KU ibu post TAH+ BSO stabil
Post operasi
Tindakan operasi : total abdominal histerektomi ( TAH ) + BSO
Penemuan intra operasi
Uterus uk 8x8x9 cm
perdarahan 200 cc
Intruksi Post operasi
- Pemeriksaan laboratorium Post operasi
- IVFD 20 gtt/i
-
Kateter urin
Ranitidin 50 mg / 12 jam
Follow up (21-05-2014)
S
O
:Compos mentis
:TD
:110/80 mmHg
19
Ikterik
:-
RR
: 24 x/menit
Anemis
Nadi
: 86 x/menit
Sianosis : -
Suhu : 36,5C
:-
Dyspnoe : Oedem : -
Abdomen
:Soepel peristaltik ( +)
P/V
:-
L/O
BAB
:(+)
Flatus : +
IVFD 20 gtt/i
Kateter urin
Ranitidin 50 mg / 12 jam
20