2.1
KONSEP DASAR
a.
Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
b.
Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8
minggu.
c.
Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama apabila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.
Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa dimana organ-organ
reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa ini membutuhkan waktu sekitar 6
minggu. Proses perubahan pada organ-organ reproduksi disebut involusi. (Helen Farrer
1999 : 225
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas beralngsung selama kirakira 6 minggu. (Saifudin 2001 : 122).
Tekanan darah meningkat kecil sementara baik peningkatan tekanan darah sistol maupun
diastol dapat timbul dan berlangsung selama sekitar 4 hari setelah wanita melahirkan,
hipotensi ortostatik yang diindikasikan oleh rasa pusing dan seakan-akan ingin pingsan
segera setelah berdiri yang dapat timbul dalam 48 jam pertama, hal ini merupakan akibat
pembengkakan limfe yang terjadi setelah wanita melahirkan.
b)
Denyut nadi pada hari 8 sampai 10 setelah melahirkan kembali ke frekuensi sebelum
kehamilan.
c)
Pernapasan. Fungsi pernapasan kembali ke fungsi saat wanita tidak hamil pada bulan ke 6
setelah wanita melahirkan.
d)
Suhu. Selama 24 jam pertama temperatur dapat meningkat 38C sebagai efek dehidrasi
persalinan setelah 24 jam pertama wanita tidak harus demam, bila terjadi peningkatan
melebihi 38 C berturut-turut selama 2 hari, kemungkinan terjadi infeksi.
a)
Tinggi
Pundus Uteri
Plasenta lahir
Sepusat
7 hari (1 minggu)
Petengahan
pusat
14 hari (2 minggu)
simfisis
42 hari (6 minggu)
Tak teraba
56 hari (8 minggu)
Sebesar hamil 2 minggu
Normal
Sumber : Ida Bagus Gde Manuaba, 1998 : 192
Berat
Uterus
1000 gr
500 gr
350 gr
50 gr
30 gr
Otolisis sitoplasma sel yang berlabih akan tercerna sendiri sehingga tertinggal jaringan
fibro-elastik dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan
3. Atrofi-jaringan yang berprolifersai dengan adanya estrogen dalam jumlah besar, kemudian
mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang menyertai
pelepasan plasenta.
Masa puerperium diikuti pengeluaran cairan sisa lapisan endometrium dan sisa dari
tempat inflantasi plasenta disebut lokea. Berdasarkan jumlah dan warnanya lokea menjadi 4
bagian, dapat dilihat pada tabel berikut ini
Waktu
1-2 hari
Warna
Merah kecoklatan
3-7 hari
Merah kekuningan
Berwarna kuning
7-14 hari
Putih
Lochea Serosa
Lochea Alba
b)
Komposisi
Darah, Debris desidua, d
debris tropoblastik
Darah dan lendir
2 minggu
Sumber : Ida Bagus Gde Manuaba, 1998 : 193
c)
mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan
sebelum melahirkan (nulipara).
d)
Payudara
Berbeda dengan perubahan atrofik yang terjadi pada organ-organ pelvis, payudara
mencapai maturitas yang penuh selama masa nifas kecuali jika laktasi disupresi. Payudara
akan menjadi lebih besar, lebih kencang dan mula-mula lebih nyeri tekan sebagai reaksi
terhadap perubahan status hormonal serta dimulainya laktasi.
e)
Sistem Endokrin
Perubahan yang terjadi pada sistem endokrin selama masa puerperium yaitu keadaan
plasmahormon, plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. Apabila wanita memilih
untuk tidak menyusui dan tidak menggunakan obat antilaktogen, kadar prolaktin akan
menurun dengan cepat. Sekresi dan ekresi kolostum menetap selama beberapa hari pertama
setelah melahirkan. Pada hari ke 3 sampai ke 4 pasca post partum bisa terjadi pembengkakan
payudara. Pada ibu menyusui setelah laktasi dimulai, payudara teraba hangat dan keras, rasa
nyeri menetap selama 48 jam, susu putih kebiruan dapat dikeluarkan pada puting susu.
f)
Sistem Cardiovaskuler
Pada post partum dapat terjadi perubahan volume darah tetapi hanya terbatas pada
penurunan darah total. Penurunan volume plasma dan peningkatan sel darah merah dikaitkan
dengan peningkatan hematokrit pada hari ke-3 sampai hari ke-7 pasca partum, leukositosis
normal pada kehamilan 12.000 selama 10 sampai 12 hari pertama, setelah melahirkan nilai
leukosit antara 20.000 dan 25.000 / mm.
Faktor pembekuan dan fibrinogen biasanya meningkat pada awal puerperium, keadaan
hiperagulasi yang biasanya diiringi kerusakan pembuluh darah dan immobilitas
mengakibatkan resiko trombo embolisme. Uji homans sign, dorsofleksi kaki berdiri tegak
bila aksi otot menekan vena tibialis menyebabkan rasa sakit disebabkan oleh kompresi vena
tibialis, itu merupakan tanda dan gejala homans sign.
g)
Sistem Urinaria
Dalam 12 jam setelah melahirkan ibu mulai membuang kelebihan cairan yang tertimbun
di jaringan selama hamil. Salah satu mekanisme untuk mengurangi cairan yang teretensi
selama masa hamil ialah dengan diaforesis luas, terutama pada malam hari, selama 2 sampai
3 hari pertama setelah melahirkan. Diuresis pasca post partum yang disebabkan oleh
penurunan kadar estrogen. Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses
kelahiran yaitu pada waktu bayi melewati jalan lahir. Pengambilan urine dengan kateter
sering menunjukkan adanya trauma pada kandung kemih, uretra, dan meatus bisa juga
mengalami oedema. Kombinasi trauma akibat kelahiran, peningkatan kapasitas kandung
kemih setelah bayi lahir, dan efek anesthesi menimbulkan keinginan untuk berkemih
menurun. (Bobak 2005 : 498)
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan terdapat spasme
sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala
janin dan tulang pubis selama persalinan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan
dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon
estrogen yang bersifat manahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini
menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.
h)
Sistem Gastrointestinal
Ibu post partum biasanya merasa lapar segera setelah melahirkan, sehingga ibu boleh
mengkonsumsi makanan ringan. Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anestesia, dan
keletihan. Secara khas penurunan tonus dan mortilitas otot saluran cerna menetap selama
waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgetik dan anesthesia dapat
memperlambat pengembalian tonus motilitas pada keadaan normal. Defekasi dapat terlambat
2-3 hari post partum yang disebabkan karena tonus otot usus menurun selama persalinan dan
pada awal masa pasca partum, diare sebeklum persalinan, edema sebelum melahirkan, kurang
makan, atau dehidrasi. Ibu seringkali sudah menduga nyeri saat defekasi karena nyeri yang
dirasakannya diperineum akibat episiotomi, laserasi, atau hemoroid.
i)
Sistem Neurologis
Perubahan pada neurologis selama masa puerpurium disebabkan oleh adaptasi ibu
terhadap kehamilan dan trauma selama kelahiran dan persalinan. Kekakuan dan
pembengkakan jari selama hamil akan menghilang. Sakit kepala pada ibu post partum
memerlukan perhatian secara cermat dari kemungkinan penyebab hipertensi akibat kehamilan
dan stres.
j)
Sistem Muskuloskeletal
Adaptasi sistem mukuloskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil berlangsung secara
terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi ini mencakup hal0hal yang memebantu relaksasi
dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat gravitasi akibat pembesaran rahim. Sdtabilisasi
sendi lengkap pada minggu ke-6 sampai ke-8 setelah wanita melahirkan. Akan tetapi,
walaupun semua sendi lain kembali ke keadaan normal sebelum hamil, kaki wanita tidak
mengalami perubahan setelah melahirkan.
Adaptasi pada sistem muskuloskeletal ibu post partum selama masa pemulihan pada
masa puerpurium. Adaptasi itu termasuk penyebab relaksasi dan hipermobilitas sendi pada
perubahan gravitasi ibu post partum, yang disebabkan pembesaran uterus. Persalinan akan
sempurna pada 6-8 minggu post partum, dinding abdomen masih lunak dan kendor untuk
sementara pemulihannya dibantu dengan latihan dinding abdomen biasanya kembali pada
keadaan semula tetapi otot abdomen adalah tetap kendor. Kemudian terhadap pembelahan
muskulus rectus dengan jelas adalah diastasis. Pada keadaan ini dinding abdomen di sekitar
garis tengah hanya dibentuk oleh peritoneum fasia tipis, lemak subkutan, dan kulit.
2.1.4.2.12 Sistem Integumen
Kloasma kehamilan sering kali hilang pada akhir kehamilan hiperpigmentasi areola
mamae dan linea nigra mungkin tidak menghilang secara keseluruhan setelah persalinan dan
beberapa ibu post partum akan mempunyai pigmentasi hitam yang menetap. Pertumbuhan
rambut yang berlebihan terlihat selama kehamilan sering kali menghilang selama persalinan.
2.1.5 Adaptasi Psikologi Pada Ibu Post Partum
Perubahan yang mendadak dan dramatis pada status hormonal menyebabkan ibu yang
berada dalam masa nifas menjadi sensitif terhadap faktor-faktor yang dalam keadaan normal
mampu diatasinya. Disamping perubahan hormonal, tenagapun sering sudah terkuras oleh
tuntutan kehamilan serta persalinan, keadaan kurang tidur, lingkungan asing baginya dan oleh
kecemasan akan bayi, suami atau anak-anaknya yang lain. Tubuhnya mingkin pula tidak
memberikan respon yang baik terhadap obat-obatan yang asing baginya seperti preparat
analgesik narkotik yang diberikan pada persalinan.
Depresi ringan, yang dalam bahasa inggris dikenal denagn istilah 4th day blues
(kemurungan hari ke-4), sering terjadi dan banyak ibu yang baru pertama kali mempunyai
anak, sebagian ibu merasa tidak berdaya dalam waktu yang singkat, namun perasaan ini
umumnya akan menghilang setelah kepercayaan pada diri mereka dan bayinya tumbuh.
Apabila depresi atau insomnia bertahan lebih dari 1 atau 2 hari, pasien harus dirujuk kebagian
psikiatri untuk menghilangkan kemungkinan psikosis nifas.
2.2
Keluar air ketuban warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan sedikit atau
sekaligus banyak.
b)
c)
d)
Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering.
e)
Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air ketuban
sudah kering. (Arif Mansjoer 2001 : 310)
Tentukan pecahnya selaput ketuban. Ditentukan dengan adanya cairan ketuban di vagina,
jika tidak ada dapat dicoba dengan sedikit bagian terbawah janin atau meminta pasien batuk
atau mengedan. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus merah menjadi
biru, membantu dalam menentukan jumlah ciran ketuban dan usia kehamilan, kelainan janin.
b)
c)
Tentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi : bila suhu lebih dari 38 C, air ketuban
yang keruh dan berbau. Pemeriksaan air ketuban dengan tes LEA (Leukosit Esterase) leukosit
darah lebih 15.000/mm3. janin yang mengalami takhikardia, mungkin mengalami intrauterin.
d)
Tentukan tanda-tanda in partu. Tentukan adanya kontraksi yang teratur, periksa dalam
dilakukan bila akan dilakukan penangnanan aktif (terminasi kehamilan) antara lain untuk
menilai skor pelvik.
2.3
b)
Disfungsi uterus
c)
d)
Plasenta previa
e)
Eklampsia
f)
g)
Ruptur uteri
h)
Partus lama
i)
j)
Distorsia Serviks
Janin besar
b)
Gawat janin
c)
d)
Kelainan letak
Menurut Helen Farrer 1999 : 161 Sectio Caesarea emerjensi dilakukan untuk :
a)
b)
c)
d)
e)
Persalianan macet
f)
Prolapsus funikuli
g)
h)
Infeksi puerperal
b)
Perdarahan
c)
d)
Embolisme paru-paru
e)
Ruptur uteri
2.3.2.3.2 Bagi bayi :
Kematian perinatal.
Menurut Mochtar 1998 : 121
a)
: dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering dijumpai pada partus terlantar,
dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartal karena ketuban yang pecah terlalu lama.
b)
Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila reperitonialisasi terlalu
tinggi
d)
2.4
2.4.1 Pengkajian
2.4.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan sejak klien masuk rumah sakit. Selama klien dirawat
secara terus-menerus serta pengkajian dapat dilakukan ulang untuk menambah dan
melengkapi data yang telah ada. Pengumpulan data meliputi :
2.4.3 Identitas
Identitas klien yang perlu dikaji adalah identitas klien yang meliputi nama, umur,
agama, suku bangsa, pendidikan terakhir, pekerjaan, status perkawinan, golongan darah,
alamat, diagnosa medis, tanggal masuk rumah sakit, tinggal pengkajian dan nomor medik.
Selain itu perlu juga dikaji identitas penanggung jawab yang meliputi nama, umur, agama,
pendidikan terakhir, pekerjaan, agama, hubungan dengan klien dan alamat.
2.4.4 Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan merupakan sumber data subjektif tentang status kesehatan pasien
yang memberikan gambaran tentang masalah kesehatan aktual maupun potensial dan
merupakan penentuan pengkajian fisik yang berkaitan dengan imformasi tentang keadaan
fisiologis, psikologis, budaya dan psikososial. Ini juga berkaitan dengan status kesehatan
pasien dan faktor-faktor seperti gaya hidup hubungan pola dalam keluarga dan pengaruh
budaya.
Riwayat Ginekologi
Riwayat menstruasi
1.
Meliputi menarce, lama haid, siklus haid, sifat darah, ada tidaknya dismenarche, HpHt
dan taksiran partus.
2.
Riwayat Perkawinan
3.
Meliputi usia klien dan suami saat menikah, perkawinan keberapa bagi klien dengan
suami serta lamanya perkawinan.
4.
5.
Meliputi jenis alat kontrasepsi yang pernah digunakan, lama penggunaan, keluhan selama
penggunaan, rencana mempunyai anak dan jenis kontrasepsi yang akan digunakan setelah
bersalin.
b)
Riwayat Persalinan
Meliputi partus keberapa, tanggal partus, jam partus, jenis persalinan, lama
persalinan, jumlah pendarahan selama kehamilan, jenis kelamin bayi, berat badan bayi,
panjang badan bayi, dan apgar skor, menit pertama dan 5 menit pertama. Normalnya apgar
score 7-10
2.4.9.3 Pemeriksaan Fisik Pada Ibu
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada ibu post partum yaitu pemeriksaan fisik
persistem.
a. Penampilan Umum
Meliputi status kesadaran, keadaan fisik klien.
Hal yang perlu dikaji pada sistem pernapsan adalah: bentuk hidung simetris atau tidak,
terdapat pernapasan cuping hidung, riwayat alergi, sekret, bentuk ada, ada tidaknya sekret,
jenis pernapasan.
d. Sistem Cardiovaskuler
Yang harus dikaji pada sistem kardiovaskuler adalah: tekanan darah, nadi konjungtiva, JVP,
Capilary Reffil time, bunyi jantung, irama jantung.
e. Sistem Gastrointestinal
Penurunan tonus otot perut dan mortilitas usus, nafsu makan meningkat, ibu merasa cepat
lapar, biasanya didapatkan hemoroid pada usus, bising usus normal 8-12x /menit.
f.
Sistem Perkemihan
Uretra dan ureatus urinarius oedema
g. Sistem Neurologis
Sakit kepala pada ibu post partum, mungkin disebabkan oleh perubahan kondisi akibat
hipetensi atau stress.
h. Sistem Endokrin
Adanya rangsangan hisap bayi, fundus akan mengeras jika dilakukan massase ringan, hal ini
berkaitan dengan pengeluaran oksitosin pembengkakan payudara.
i.
Sistem Reproduksi
Mencakup bentuk payudara, pembengkakan payudara, pigmentasi aerola mammae, terjadi
pengeluaran kolostrum saat dipalpasi, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, jenis lokhea pada
hari 1-2, lokhea lubra berwarna merah, keadaan vagina dan vulva.
j.
Sistem Muskuloskeletal
Tonus otot perut menurun, dinding abdomen lunak dan kendur.
k. Sistem Integumen
Hiperpigmentasi aerola mammae, linea nigra, kulit lembab.
Data Spiritual
Meliputi kesimetrisan, kebersihan, kesejajaran puncak telinga, ada tidaknya lubang telinga,
ada tidaknya cairan yang keluar, ada reflek terkejut reflek ini timbul dengan suara keras
secara mendadak atau dengan menepuk sternum.
g. Mulut
Adanya reflek oral atau reflek menyelidiki (mencari) mermupakan respon terhadap rabaan
feri oral, jika pipi bayi kontak dengan mammae ibu atau bagian lain maka bayi akan mencari
puting susu hal ini memungkinkan bayi menemukan pappila mammae tanpa dibimbing ke
tujuannya, jika mulut bayi disentuh dengan ringan bibir bawah menurun pada sisi yang sama
dan lidah bergerak ke depan ke arah titik rangsangan, reflek rooting, bayi memutar kearah
pipi yang digores, reflek menghisap, bayi menghisap dengan kuat dalam berespon terhadap
stimulasi, reflek ini menetap selama masa bayi dan mungkin terjadi selama tidur.
h. Leher
Mengkaji kesimetrisan, kaji reflek tonik neck, bayi melakukan perubahan posisi kepala
diputar ke satu sisi, lengan dan tungkai, ekstensi ke arah sisi putaran kepala dan fleksi pada
sisi yang berlawanan apakah ada kelenjar getah bening atau tidak.
i. Abdomen
Meliputi bentuk keadaan kulit, keadaan tali pusat.
j.
Genetalia
Pada laki-laki normalnya testis turun dan pada perempuan biasanya labia mayora dan minora
serta clitorisnya membengkak, kaji apakah pengeluaran lendir atau tidak.
k. Ekstremitas
Pada ekstremitas kaji jumlah jari lengkap atau tidak, kaji reflek moro reflek ini terdiri dari
abduksi dan ekstensi lengan, tangan membuka jari seringkali melengkung reflek ini
ditemukan pada bayi prematur, kaji reflek menggenggam telapak tangan dirangsang jari-jari
akan fleksi dan menggenggam benda, ekstremitas bawah, kaji kesimetrisan jari lengkap atau
tidak, reflek jari kaki mengembang dan ibu jari dorsoflexi.
2.4.9.9 Analisa Data
Analisa data merupakan kesimpulan data yang terkumpul, analisa data meliputi
pengelompokkan data, penyebab, dan dampak serta masalah yang terjadi.
2.4.9.10 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, atau
komunitas terhadap masalah-masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual dan potensial.
Diagnosa keperawatan memberikan dasar terhadap pemilihan intervensi keperawatan untuk
mencapai hasil dimana perawat dapat bertanggung gugat. (Dongoes, 2001 : 10).
Adapun beberapa diagnosa yang muncul pada klien post partum dengan Sectio
Casarea antara lain :
a. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan perkembangan transisi/ peningkatan anggota
keluarga, krisis situasi.
b.
c.
Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada konsep diri, transmisi/kontak
interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi.
d. Harga diri rndah berhubungan dengan merasa gagal dalam peristiwa kehidupan.
e. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan fungsi biokimia atau regulasi, efek-efek
anestesia, tromboemboli, profil darah abnormal, trauma jaringan
f.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/kulit rusak, penurunan
Hb, prosedur invasif dan/atau peningkatan pemajanan lingkungan, pecah ketuban lama, mal
nutrisis.
g. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot (diastasis rekti, kelebihan analgesik
atau anastesia, efek-efek progesteron, dehidrasi, diare prapersalianan, kurang masukan, nyeri
perineal/rektal.
h.
i.
j.
Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anestesi, penurunan kekuatan dan
ketahanan, ketidaknyamanan