Anda di halaman 1dari 25

MODEL KONSEPTUAL KEPERAWATAN

DALAM BERBAGAI SITUASI

Oleh Kelompok 1
Julian Turangan
Dian Meray
Dian Janis
Priskila Wurangian
Army Wowiling
Fina Natalia
Richard Lasut
Indira Dure
Nonce Manimbo
Masye Makalew

Dosen Pengajar:
Ns. Tinny Akay, S.Kep\

FAKULTAS KEPERAWATAN (EKSTENSI) di YPAC


UNIVERSITAS SARIPUTRA TOMOHON

2014BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsep merupakan suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstrak
yang dapat diorganisir menjadi simbol - simbol yang nyata, sedangkan konsep
keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau
model keperawatan. Teori ini sendiri merupakan sekelompok konsep yang
membentuk sebuah pola yang nyata atau suatu pernyataan yang menjelaskan
suatu proses, peristiwa, atau kejadian yang didasari oleh fakta - fakta yang
telah diobservasi, tetapi kurang absolut ( kurang adanya bukti ) secara
langsung.
Teori keperawatan digunakan untuk menyusun suatu model konsep dalam
keperawatan, sehingga model keperawatan tersebut mengandung arti aplikasi
dari struktur keperawatan itu sendiri yang memungkinkan perawat untuk
mengaplikasikan ilmu yang pernah didapat di tempat mereka bekerja dalam
batas kewenangan sebagai seorang perawat. Model konsep keperawatan ini
digunakan dalam menentukan model praktek keperawatan yang akan
diterapkan sesuai kondisi dan situasi tempat perawat tersebut bekerja.
Mengingat dalam model praktek keperawatan mengandung komponen dasar
seperti; adanya keyakinan dan nilai yang mendasari sebuah model, adanya
tujuan praktek yang ingin dicapai dalam memberikan pelayanan ataupun
asuhan keperawatan terhadap kebutuhan semua pasien, serta adanya
pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan oleh perawat dalam mencapai
tujuan yang ditetapkan sesuai kebutuhan pasien.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlunya mempelajari Teori dan


Model Keperawatan yang telah ada, sebagai salah satu kunci dalam
mengembangkan ilmu dan praktek serta profesi keperawatan di Indonesia.
Pada kesempatan kali ini penulis mencoba memaparkan Teori dan Model
Keperawatan,

sekaligus

untuk

memenuhi

tugas

matakuliah

Ilmu

Keperawatan Dasar.
B. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan dari makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui pengertian teori dan model konsep keperawatan serta tujuan
dari teori dan model konsep keperawatan tersebut.
2. Mengetahui karakteristik teori keperawatan dan

faktor-faktor yang

mempengaruhi teori keperawatan.


3. Mengetahui pandangan beberapa ahli tentang teori dan model konsep
keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN

A. PengertianTeori dan Model Konsep Keperawatan


Teori adalah hubungan beberapa konsep atau suatu kerangka konsep, atau
definisi yang memberikan suatu pandangan sistematis terhadap gejala-gejala
atau fenomena-fenomena dengan menentukan hubungan spesifik antara
konsep-konsep tersebut dengan maksud untuk menguraikan, menerangkan,
meramalkan dan atau mengendalikan suatu fenomena. Teori dapat diuji,
diubah atau digunakan sebagai suatu pedoman dalam penelitian.
Teori keperawatan didefinisikan oleh Steven (1984) sebagai usaha untuk
menguraikan dan menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan. Teori
keperawatan berperan dalam membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu
lain dan bertujuan untuk menggambarkan, menjelaskan, memperkirakan dan

mengontrol hasil asuhan atau pelayanan keperawatan yang dilakukan. Teori


keperawatan

menurut

Barnum

1990

merupakan

usaha-usaha

untuk

menguraikan atau menjelaskan fenomena mengenai keperawatan. Menurut


Newman (1979), ada tiga cara pendekatan dalam pengembangan dan
pembentukan teori keperawatan, yaitu meminjam teori-teori dari disiplin ilmu
lain yang relevan dengan tujuan untuk mengintegrasikan teori-teori ini
kedalam ilmu keperawatan, menganalisa situasi praktik keperawatan dalam
rangka mencari konsep yang berkaitan dengan praktik keperawatan serta
menciptakan suatu kerangka konsep yang memungkinkan pengembangan teori
keperawatan. Tujuan pengembangan teori keperawatan adalah menumbuh
kembangkan

pengetahuan

yang

di

harapkan

dapat

membantu

dan

mengembangkan praktek keperawatan dan pendidikan keperawatan.


B. Tujuan Teori dan Model Konsep Keperawatan
Teori keperawatan sebagai salah satu bagian junci perkembangan ilmu
keperawatan dan pengembangan profesi keperawatan memiliki tujuan yang
ingin dicapai, diantaranya:
1. Adanya teori keperawatan diharapkan dapat memberikan alasan-alasan
tentang

kenyataan-kenyataan

yang

dihadapi

dalam

pelayanan

keperawatan, baik untuk tindakan atau bentuk model praktek keperawatan


sehingga berbagai permasalahan dapat teratasi.
2. Adanya teori keperawatan membantu para anggota profesi perawat untuk
memahami berbagai pengetahuan dalam pemberian asuhan keperawatan
kemudian dapat memberikan dasar dalam penyelesaian berbagai masalah
keperawatan.
3. Adanya teori keperawatan membantu proses penyelesaian masalah dalam
keperawatan dengan memberikan arah yang jelas bagi tujuan tindakan
keperawatan sehingga segala bentuk dan tindakan dapat dipertimbangkan.

4. Adanya teori keperawatan juga dapat memberikan dasar dari asumsi dan
filosofi keperawatan sehingga pengetahuan dan pemahaman dalam
tindakan keperawatan dapat terus bertambah dan berkembang.
C. Karakteristik Teori dan Model Konsep Keperawatan
Menurut Torres ( 1985 ) dan Chinn-Jacob ( 1983 ) ada lima karakteristik
dasar teori dan konsep keperawatan, yaitu:
1. Teori keperawatan mengidentifikasi dan didefinisikan sebagai hubungan
yang spesifik dari konsep keperawatan seperti hubungan antara konsep
manusia, konsep sehat-sakit, keperawatan dan konsep lingkungan.
2. Teori keperawatan harus bersifat alamiah. Artinya, teori keperawatan
digunakan dengan alasan atau rasional yang jelas dan dikembangkan
dengan menggunakan cara berpikir yang logis.
3. Teori keperawatan bersifat sederhana dan umum. Artinya, teori
keperawatan dapat digunakan pada masalah yang sederhana maupun
masalah kesehatan yang kompleks sesuai dengan situasi praktek
keperawatan.
4. Teori keperawatan berperan dalam memperkaya body of knowledge
keperawatan yang dilakukan melalui penelitian.
5. Teori keperawatan menjadi pedoman dan berperan dalam memperbaiki
kualitas praktek keperawatan.
D. Teori dan Model Konsep Keperawatan Menurut Pandangan Beberapa Ahli
1. Menurut Faye Abdellah
Model konsep Faye Abdellah difokuskan dalam pemberian asuhan
keperawatan bagi manusia pada intinya adalah memberikan kebutuhan
secara fisik, emosi, intelektual, social, spiritual bagi para pasien maupun
keluarga. Sehingga perawat perlu pendekatan dengan hubungan
interpersonal, psikologi , petumbuhan dan perkembangan manusia,
komunikasi dan sosiologi. Perawat dapat secara umum merumuskan
kebutuhan manusia dalam empat kategori diantaranya kenyamanan,

kebersihan dan keamanan, keseimbangan fisiologi. Dari empat kebutuhan


tersebut dikembangkan menjadi 21 kebutuhan atau masalah keperawatan
diantaranya :
a. Mempertahankan kebersihan dan kenyamanan fisik
b. Mempertahankan aktifitas, latihan fisik dan tidur yang optimal
c. Mencegah kecelakaan, cedera atau trauma lain serta adanya infeksi
d. Mempertahankan mekanika tubuh
e. Memfasilitasi masukan oksigen ke seluruh sel tubuh
f. Mempertahankan nutrisi
g. Mempertahankan eliminasi
h. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
i. Mengenali respons fisiologis tubuh terhadap kondisi penyakit baik
patologis maupun fisiologis
j. Mempertahankan mekanisme dan fungsi regulasi
k. Mempertahankan fungsi sensorik
l. Mengidentifikasi dan menerima eksperasi, perasaan, reaksi positif
dan negative
m. Mengidentifikasi dan menerima adanya hubungan timbal balik antara
n.
o.
p.
q.
r.

emosi dan penyakit organic


Mempertahankan komunikasi verbal dan nonverbal
Memfasilitasi perkembangan hubungan interpersonal
Memfasilitasi pencapaian tujuan spiritual personal yang progesif
Menghasilkan/mempertahankan lingkungan yang terapeutik
Memfasilitasi kesadaran diri sebagai individu yang memiliki

kebutuhan fisik, emosi, perkembangan yang berbeda.


s. Menerima tujuan optimal yang dapat dicapai sehubungan dengan
keterbatasan fisik dan emosi
t. Menggunakan sumber di komunitas sebagai sumber bantuan dalam
mengatasi masalah yang muncul dari penyakit
u. Memahai peran dan masalah social sebagai

factor

yang

mempengaruhi dalam munculnya penyakit.


2. Menurut Florence Nightingale
Inti konsep Florence Nightingale, pasien dipandang dalam kontek
lingkungan secara keseluruhan, terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan
psikologis daan lingkungan sosial.
a. Lingkungan fisik (physical enviroment)

Merupakan lingkungan dasar/alami yan gberhubungan dengan


ventilasi dan udara. Faktor tersebut mempunyai efek terhadap
lingkungan fisik yang bersih yang selalu akan mempengaruhi pasien
dimanapun dia berada didalam ruangan harus bebas dari debu, asap,
bau-bauan. Tempat tidur pasien harus bersih, ruangan hangat, udara
bersih, tidak lembab, bebas dari bau-bauan. Lingkungan dibuat
sedemikian rupa sehingga memudahkan perawatan baik bagi orang
lain maupun dirinya sendiri. Luas, tinggi penempatan tempat tidur
harus memberikan memberikan keleluasaan pasien untuk beraktifitas.
Tempat tidur harus mendapatkan penerangan yang cukup, jauh dari
kebisingan dan bau limbah. Posiis pasien ditempat tidur harus diatur
sedemikian rupa supaya mendapat ventilasi.
b. Lingkungan psikologi (psychologi enviroment)
Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif dapat
menyebabkan stress fsiik dan berpengaruh buruk terhadap emosi
pasien. Oleh karena itu ditekankan kepada pasien menjaga
rangsangan fisiknya. Mendapatkan sinar matahari, makanan yang
menarik dan aktivitas manual dapat merangsanag semua faktor untuk
membantu pasien dalam mempertahankan emosinya. Komunikasi
dengan pasien dipandang dalam suatu konteks lingkungan secara
menyeluruh, komunikasi jangan dilakukan secara terburu-buru atau
terputus-putus. Komunikasi tentang pasien yang dilakukan dokter dan
keluarganya sebaiknya dilakukan dilingkungan pasien dan kurang
baik bila dilakukan diluar lingkungan pasien atau jauh dari
pendengaran pasien. Tidak boleh memberikan harapan yang terlalu

muluk, menasehati yang berlebihan tentang kondisi penyakitnya.


Selain itu membicarkan kondisi-kondisi lingkungna dimana dia
berada atau cerita hal-hal yang menyenangkan dan para pengunjung
yang baik dapat memberikan rasa nyaman.
c. Lingkungan sosial (social environment)
Observasi dari lingkungan sosial terutama huhbungan yang spesifik,
kumpulan data-data yang spesifik dihubungkan dengan keadaan
penyakit, sangat penting untuk pencegahan penyakit. Dengan
demikian setiap perawat harus menggunakan kemampuan observasi
dalam hubungan dengan kasus-kasus secara spesifik lebih dari
sekedar data-data yang ditunjukkan pasien pada umumnya. Seperti
juga hubungan komuniti dengan lingkungan sosial dugaannya selalu
dibicarakan dalam hubungna individu paien yaitu lingkungan pasien
secara menyeluruh tidak hanya meliputi lingkungan rumah atau
lingkungan rumah sakit tetapi juga keseluruhan komunitas yang
berpengaruh terhadap lingkungan secara khusus.
3. Model Konsep dan Teori Keperawatan Marta E. Rogers
Model konsep dan teori keperawatan menurut Martha E. Rogers dikenal
dengan nama konsep manusia sebagai unit. Dalam memahami konsep
model dan teori ini, Martha berasumsi bahwa manusia merupakan satu
kesatuan yang utuh, yang memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda.
Dalam proses kehidupan manusia yang dinamis, manusia selalu
berinteraksi dengan lingkungan yang saling mempengaruhi dan
dipengaruhi, serta dalam proses kehidupan manusia setiap individu akan
berbeda satu dengan yang lain dan manusia diciptakan dengan
karakteristik dan keunikan tersendiri. Asumsi tersebut didasarkan pada

kekuatan yang berkembang secara alamiah yaitu keutuhan manusia dan


lingkungan, kemudian system ketersediaan sebagai satu kesatuan yang
utuh serta proses kehidupan manusia berdasarkan konsep homeodinamik
yang terdiri dari :
a. Integritas : Individu sebagai satu kesatuan dengan lingkungan yang
tidak dapat dipisahkan dan saling mempengaruhi satu dengan yang
lain.
b. Resonansi : Proses kehidupan antara individu dengan lingkungan
berlangsung dengan berirama dengan frekuensi yang bervariasi.
c. Helicy : terjadinya proses interaksi antara manusia dengan
lingkungan akan terjadi perubahan baik perlahan-lahan maupun
berlangsung dengan cepat.
4. Menurut Dorothea Orem
Pandangan Teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan
kepada kebutuhan individu dalam melakukan tindakan keperawatan
mandiri serta mengatur dalam kebutuhannya. Dalam konsep praktek
keperawatan Orem mengembangkan tiga bentuk teori Self care di
antaranya:
a. Perawatan Diri Sendiri ( Self Care )
Dalam teori self care, Orem mengemukakan bahwa self care
meliputi Self Care itu sendiri, yang merupakan aktivitas dan inisiatif
dari individu serta dilaksanakan oleh individu itu sendiri dalam
memenuhi serta mempertahankan kehidupan, kesehatan serta
kesejahteraan. Self Care Agency, merupakan suatu kemampuan
individu dalam melakukan perawatan diri sendiri, yang dapat
dipengaruhi oleh usia, perkembangan, sosiokultural, kesehatan dan
lain-lain. Adanya tuntutan atau permintaan dalam perawatan diri
sendiri yang merupakan tindakan mandiri yang dilakukan dalam

waktu tertentu untuk perawatan diri sendiri dengan menggunakan


metode dan alat dalam tindakan yang tepat. Kebutuhan Self Care
merupakan suatu tindakan yang ditujukan pada penyediaan dan
perawatan diri sendiri yang bersifat universal dan berhubungan
dengan

proses

kehidupan

manusia

serta

dalam

upaya

mempertahankan fungsi tubuh.


b. Self Care Defisit
Merupakan bagian penting dalam perawatan secara umum dimana
segala perencanaan keperawatan diberikan pada saat perawatan
dibutuhkan yang diterapkan pada anak yang belum dewasa, atau
kebutuhan yang melebihi kemampuan serta adanya perkiraan
penurunan kemampuan dalam perawatan dan tuntutan dalam
peningkatan self care baik secara kualitas. Dalam pemenuhan
perawatan diri serta membantu dalam proses penyelesaian masalah,
Orem memiliki metode untuk proses tersebut diantaranya bertindak
atau berbuat untuk orang lain, sebagai pembimbing orang
lain,memberi support , meningkatkan pengembangan lingkungan
pribadi serta mengajarkan atau mendidik pada orang lain. Dalam
praktek keperawatan Orem melakukan identifikasi kegiatan praktek
dengan melibatkan pasien dan keluarga dalam pemecahan masalah
(contohnya, masalah yang terjadi pada pasien atau keluarga yaitu
masalah keuangan). Menentukan kapan dan bagaimana pasien
memerlukan bantuan secara teratur bagi pasien dan mengkoordinasi
serta mengintegrasikan keperawatan dalam kehidupan sehari-hari dan

asuhan keperawatan diperlukan ketika klien tidak mampu memenuhi


kebutuhan biologis, psikologis, perkembangan dan sosial.
c. Teori Sistem Keperawatan
Merupakan teori yang menguraikan secara jelas bagaimana
kebutuhan perawatan diri pasien terpenuhi oleh perawat atau
pasien sendiri yang didasari pada Orem yang mengemukakan
tentang pemenuhan kebutuhan diri sendiri kebutuhan pasien dan
kemampuan pasien dalam melakukan perawatan mandiri. Dalam
pandangan teori sistem ini Orem memberikan identifikasi dalam
sistem pelayanan keperawatan diantaranya :
1) Sistem bantuan secara penuh (Wholly Compensatory system)
Merupakan suatu tindakan keperawatan dengan memberikan
bantuan

secara

penuh

pada

pasien

dikarenakan

ketidakmampuan pasien dalam memenuhi tindakan perawatan


secara mandiri yang memerlukan bantuan dalam pergerakan,
pengontrolan, dan ambulasi serta adanya manipulasi gerakan.
Contohnya, pemberian bantuan pada pasien koma (penurunan
kesadaran akibat penyakit).
2) Sistem bantuan sebagian (Partially Compensatory System )
Merupakan sistem dalam pemberian perawatan diri secara
sebagian saja dan ditujukan kepada pasien yang memerlukan
bantuan secara minimal seperti pada pasien yang post operasi
abdomen dimana pasien ini memiliki kemampuan seperti cuci
tangan, gosok gigi, cuci muka akan tetapi butuh pertolongan
perawat dalam ambulasi dan melakukan perawatan luka.
Contohnya

perawatan

pada

pasien

post

operasi

apendikstomi(operasi
saluran

pembuangan

pencernaan)

dimana

total

pasien

apendiks
tidak

pada

memiliki

kemampuan untuk melakukan perawatan pada luka bekas


operasi tersebut.
3) Sistem Suportif dan Edukatif
Merupakan sistem bantuan yang diberikan pada pasien yang
membutuhkan dukungan pendidikan dengan harapan pasien
mampu memerlukan perawatan secara mandiri. Sistem ini
dilakukan

agar

keperawatan

pasien

setelah

mampu

dilakukan

melakukan

tindakan

pembelajaran.

Contoh

pemberian pendidikan kesehatan pada ibu dan bapak


(keluarga) yang memerlukan informasi tentang pengaturan
kelahiran anak dengan menggunakan
mencegah pembuahan).
5. Menurut Imogene M. King
King memahami model konsep

dan

teori

kontasepsi (alat

keperawatan

denag

menggunakan pendekatan system terbuka dalam hubunagn interaksi yang


konstan dengan lingkunagan, sehingga King mengemukakan dalm model
konsep interaksi. \

Dalam

mencapai

hubungan

interaksi,

King

mengemukakan konsep kerjanya yang meliputi adanya system personal,


system interpersonal dan system social yang saling berhuabungan satu
dengan yang lain.
Manusia memiliki 3 kebutuhan dasar yaitu kebutuhan terhadap informasi,
kesehatan, kebutuhan terhadap pencegahan penyakit dan kebutuhan
terhadap perawatan ketika sakit. konsep hubungan manusia menurut King
terdiri dari :

a. Aksi merupakan proses awal hubungan 2 individu dalam berprilaku,


dalam memahami atau mengenali kindisi yang ada dalam
keperawatan dengan digambarkan hubungan keperawatan dan klien
melakukan kontrak atau tujuan yang diharapkan.
b. Reaksi adalah suatu bentuk tindakan yang terjadi akibat dari adanya
aksi dan merupakan respon dari individu.
c. Interaksi merupakan suatu bentuk kerjasama

yang

saling

mempengaruhi antara perawat dan klien yang terwujud dalam


komunikasi
d. Transaksi merupakan kondisi dimana antara perawat dank lien terjadi
suatu persetujuan dalam rencana tindakan keperawatan yang akan
dilakukan.
Asumsi King
King mengangsumsikan model konsep dan teori keperawatan secara
eksplisit maupun imlisit. Asumsi eksplisit meliputi :
a. Focus sentral dari keperawan adalah interaksi dari manusia dan
lingkunganya, dengan tujuan untuk kesehatan manusia
b. Individu adalah social, mengirim, rasional, reaksi, penerimaan,
control, berorientasi pada kegiatan waktu.
c. Proses interaksi dipengaruhi oleh persepsi, tujuan, kebutuhan, dan
nilai klien serta perawat.
d. Manusia sebagai pasien mempunyai hak untuk mendapatkan
informasi,

berpartisipasi

dalam

membuat

keputusan

yng

mempengaruhi kehidupanya, kesehatan, dan pelayanan komunitas


dan menerima atau menolak keperawatan.
e. Tanggung jawab dari anggota tim keehtan adalah memberikan
informasi kepada individu tentang semua aspek kesehatan untuk
membantu mereka membuat atau mengambil keputusan.
f. Tujuan dari memberi pelayanan kesehatan dan menerima pelayanan
mungkin tidak sama.

Sedangakan asumsi implisit meliputi


a. Pasien ingin berpartisipasi secara aktif dalam proses keperawatan.
b. Pasien sadar, aktif, dadn secara kognitif mampu berpartisipasi dalam
pembuatan atau pengambilan keputusan.
c. Individu mempunyai hak untuk mengetahui tentang dirinya sendiri.
d. Individu mempunyai hak untuk menerima atau menolak pelayanan
kesehatan.
6. Roy
Merupakan model dalam keperawatan yang menguraikan bagaimana
individu

mampu

meningkatkan

kesehatannya

dengan

cara

mempertahankan perilaku secara adaptif serta mapu merubah perilaku


yang mal adaptif. Sister Calista Roy ini mengembangkan model adaptasi
dalam keperawatan pada tahun 1964. Model ini banyak digunakan
sebagai falsafah dasar dan model konsep dalam pendidikan keperawatan.
model adaptasi Roy adalah sistem model yang esensial dalam
keperawatan. Callista Roy mengemukakan konsep keperawatandengan
model adaptasi yang memiliki beberapa pandangan atau keyakinan serta
nilai yang dimilikinya diantaranya :
a. Individu adalah makhluk biopsikososial sebagai satu kesatuan yang
utuh. Seseorang dikatakan sehat jika mampu berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan biologis, psikologis, dan sosialnya.
b. Setiap orang selalu menggunakan koping,baik yang bersifat positif
maupun negatif untuk dapat beradaptasi.
c. Setiap individu berespon terhadap kebutuhan fisiologis, kebutuhan
akan konsep diri yang positif, kemampuan untuk hidup mandiri atau
kemandirian serta kebutuhan akan kemampuan melakukan peran dan
fungsi secara optimaluntuk memelihara integritas diri.

d. Individu selalu berada pada rentang sehat-sakit yang berhubungan


erat dengan keefektifan koping yang dilakukan untuk memelihara
kemampuan beradaptasi
Menurut roy, terdapat 5 objek utama dalam ilmu keperawatan yaitu :
a. Manusia (individu yang mendapatkan asuhan keperawatan )
Roy menyatakan bahawa penerima jasa asuhan keperawatan adalah
individu,

keluarga,

komunitas

atau

social.

Masing-masing

diperlakukan oleh perawat sebagao system adaptasi yang holistic dan


terbuka. System terbuka tersebut berdampak terhadap perubahan
yang konstan terhadap informasi, kejadian dan energy anatrsistem
dan lingkungan. Interaksi yang konstan anatar individu dan
lingkungan dicirikan oleh perubahan internal dan eksternal. Dengan
perubahan tersebut, individu harus mempertahankan integritas dirinya
yaitu beradaptasi secara kontinu.
b. Keperawatan\
Keperawatan adalah bentuk pelayanan

professional

berupa

pemenuhan kebutuhan dasar yang diberikan kepada individu yang


sehat maupu sakit mengalami gangguan fisik, psikis, dan social agar
dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal. Bentuk pemenuhan
kebutuhan dasr dapat berupa meningkatkan kemampuan yang ada
pada individu, mencegah, memperbaiki, dan melakukan rehabilitas
dari suatu keadaan yang dipersepsikan sakit oleh individu.
Roy mendefinisikan bahwa tujuan keperawatan adalah meningkatkan
respons adaptasi yang berhubungan dengan empat model respon
adaptasi.
bergantung

Perubahan
dari

internal,

kondisi

eksternal,

koping

dan

individu.

stimulus
Kondisi

input
koping

menggambarkan tingkat adaptasi seseorang. Tingkat adaptasi

ditentukan oleh stimulus fokal, konsektual, dan residual. Stimulus


fokal adalah suatu respon yang diberikan secra berlangsung terhadap
perubahan yang berdampak terhadap seseorang. Stimulus konsektual
adalah semua stimulus lain yang merangsang seseorang baik internal
maupun eksternal serta mempengaruhi siyuasi dan dapat diobservasi,
diukur, dan secara subjektif disampaikan oleh individu. Stimulus
residual adalah karakteristik/riwayat seseorang dan timbal secara
relevan sesuai dengan situasi yang dihadapi tetapi sulit diukur secara
objektif.
c. Konsep sehat
Roy mendefinisikan sehat sebagai suatu kontinum dari meninggal
sampai dengan tingkatan tertinggi sehat. Dia menekankan bahwa
sehat merupakan suatu keadaan dan proses dalam upaya menjadikan
dirinya terintegrasi secara keseluruhan yaitu fisik, mental dan social.
Integrasi adaptasi individu dimanifestasikan oleh kemampuan
individu untuk memenuhi tujuan mempertahankan pertumbuhan dan
reproduksi. Sakit adalah suatu kondisi ketidakmampuan individu
untuk beradaptasi terhadap rangsangan yang berasal dari dalam dan
luar individu. Kondisi sehat dan sakit sangat relative dipersepsikan
oleh individu. Kemampuan seseorang dalam beradaptasi (koping)
bergantung pada latar belakang individu tersebut dalam mengartikan
dan memperseosikan sehat-sakit, misalnya tingkat pendidikan,
pekerjaan, usia, budaya, dan lain-lain.
d. Konsep lingkungan
Stimulus dari individu dan stimulus sekitarnya merupakan unsure
penting dalam lingkungan. Roy mendefinisikan lingkungan sebagai

semua kondisi yang berasal dari internal dan eksternal, yang


memepengaruhi dan berakibat terhadap perkembangan dan perilaku
seseorang dan kelompok. Lingkungan eksternal dapat berupa fisik,
kimiawi,

ataupun

psikologis

yang

diterima

individu

dan

dipersepsikan sebagai suatu ancaman. Sedangkan lingkunganinternal


adalah keadaan proses mental dalam tubuh individu dan proses
stressor biologis yang berasal dari dalam tubuh manusia. Manifestasi
yang tamapak akan tercermin dari perilaku individu sebagai suatu
system. Pemahaman klien yang baiak tentang lingkungan akan
membantu perawat meningkatkan adaptasi klien tersebut dalam
merubah dan mengurangi risiko akibat dari lingkungan sekitarnya.
e. Aplikasi tindakan keperawatan
Model ilmu keperawatan dari adaptasi roy memberikan pedoman
kepada perawat dalam mengembangkan asuhan keperawatan melalui
proses keprawatan.
7. Neumans
Neuman mengemukakan model system (system model) dalam pendidikan
dan prakrik keperawatan. Neuman menggunakan pendekatan manusia
utuh (total person approach), dengan memasukkan konsep holistic,
pendekatan system terbuka (open system), dan konsep stressor.
Model ini mengalisis interaksi empat variable penunjang komunitas yang
meliputi fisik, psikologi, social cultural dan spiritual, adapaun tujuan
keperawatan adalah stabilitas klien dan keluarga dalam lingkungan yang
dinamis.
Empat konsep mayor dari teori Newman :
a. Manusia
Manusia merupakan suatu system terbuka, yang selalu mencari
keseimbangan yang harmoni, dan merupakan satu kesatuan dari

variabel-variabel

fisiologis,

psikologis,

sosialkultural,

perkembangan , dan spiritual.


b. Lingkungan
Lingkungan adalah semua kekuatan, baik internal dan eksternal yang
dapat memepengaruhi hidup dan perkembangan klien atau system
klien.
c. Keperawatan
Secara umu, keperawatan merupakan profesi unik, mencakup tentang
proses manusia terhadap stressor yang merupakan konsep yang utama
untuk mencapai stabilitas pasien. Newman mendefinisikan parameter
dari keperawatan adalah individu, keluarga dan kelompok dalam
mempertahankan tingkat yang maksimal dari sehat dengan intervensi
untuk menghilangkan stress dan menciptakan kondisi yang optimal
bagi pasien.
d. Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan yang adekuat dalam suatu sitem stabilitas
yang merupakan keadaan yang baik. Sehat adalah kondisi
terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan dan sehat
merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari
keberhasilan menghindari atau mengatasi stressor.
8. Johnsons
Model Dorothy Johnson (1980,1990) adalah sintesis dari teori dan konsep
ilmu perilaku dan biologi, yang terintegrasi kedalam kerangka kerja
system. Teori mengenai stress dan adaptasi menjadi titik focus dalam
model ini. Setiap orang dipandang sebagai suatu system perilaku yang
terdiri atas tujuh sub system. Subsistem tersebut berinteraksi dan saling
terkait. Teori Dorothy Johnson tentang keperawatan (1968) berfokus pada
bagaimana klien beradaptasi terhadap kondisi sakitnya dan bagaimana

stress actual atau potensial dapat mempengaruhi kemampuan beradaptasi.


Tujuan dari keperawatan adalah menurunkan stress sehingga klien dapat
bergerak lebih mudah melewati masa penyembuhannya (Johnson, 1968).
Teori Johnson berfokus pada kebutuhan dasar yang mengacu pada
pengelompokkan perilaku berikut:
a. Perilaku mencari keamanan.
b. Perilaku mencari perawatan.
c. Menguasai diri sendiri dan lingkungan sesuai dengan standar
internalisasi prestasi.
d. Mengakomodasi diet dengan cara yang diterima secar sosial dan
cultural.
e. Mengeluarkan sampah tubuh dengan cara yang diterima secara sosial
dan kultural.
f. Perilaku seksual dan identitas peran
g. Perilaku melindungi diri sendiri
Menurut Johnson, perawat mengkaji kebutuhan klien berdasarkan
kategori perilaku diatas, yang disebut subsistem perilaku. Dalam kondisi
normal klien berfungsi secara efektif didalam lingkungannya.Akan tetapi
ketika stres mengganggu adaptasi normal, perilaku klien menjadi tidak
dapat diduga dan tidak jelas.Perawat mengidentikasi ketidakmampuan
beradaptasi seperti ini dan memberikan asuhan keperawatan untuk
mengatasi masalah dalam memenuhi kebutuhan tersebut.
9. Leininger
Teori Leininger ini melihat adanya perubahan perilaku di antara anak
yang berasal dari budaya yang berbeda. Perbedaan ini mebuat Leinenger
menelaah kembali profesi keperawatan.ia mengedintifikasi bahwa
pengetahuan perawat untuk memahami budaya anak dalam layanan
keperawatan

ternyata

masih

kurang.

Leinenger

pertama

kali

menggunakan kata trancultural nursing, ethnonursing, dan cross-cultural

nursing.Akhirnya, pada tahun 1985, Leinenger mempublikasikan teorinya


untuk

pertama

kalinya,

sedangkan

ide-ide

dan

teorinya

mulai

dipresentasikan pada tahun 1988.Teori Leinenger kemudian disebut


sebagai Cultural Care Diversity and Universality.Tetapi para ahli sering
menyebutnya sebagai Trancultural Nursing Theory atau teori perawatan
transkultural. Keperawatan transkultural merupakan suatu area utama
dalam keperawatan yang berfokus pada studi komparatif dan analisis
tentang budaya dan sub-budaya yang berbeda di dunia yang menghargai
perilaku caring, layanan keperawatan, nilai-nilai, keyakinan tentang sehatsakit, serta pola-pola tingkah laku yang bertujuan mengembangkan body
of knowledge yang ilmiah dan humanistik guna memberi tempat praktik
keperawatan pada budaya tertentu dan budaya universal (Marriner-Tomey,
1994). Teori keperawatan transkultural ini menekankan pentingnya peran
perawat dalam memahami budaya klien. Dimensi budaya dan strukur
sosial tersebut menurut Leinenger dipengaruhi oleh tujuh faktor, yaitu
teknologi, agama dan falsafah hidup, faktor sosial dan kekerabatan, nilai
budaya dan gaya hidup, politik dan hukum, ekonomi, dan pendidikan.
Setiap faktor tersebut berbeda pada setiap negara atau area, sesuai dengan
kondisi masing-masing daerah, dan akan memengaruhi pola/cara dan
praktik keperawatan. semua langkah perawatan tersebut ditujukan untuk
pemeliharaan kesehatan holistik, penyembuhan penyakit, dan persiapan
menghadapi kematian. Oleh karena itu, ketujuh faktor tersebut harus
dikaji oleh perawat sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada
klien sebab masing-masing faktor memberi pengaruh terhadap ekspresi,

pola,

dan

praktik

keperawatan

(care

expression,

pattern,

and

practices).Dengan demikian, ketujuh faktor tersebut besar kontribusinya


terhadap pencapaian kesehatan secara holistik atau kesejahteraan
manusia, baik pada level individu, keluarga, kelompok, komunitas,
maupun institusi di berbagai sistem kesehatan. Peran perawat pada
transcultural nursing theory ini adalah menjembatani antara sistem
perawatan yang dilakukan masyarakat awan dengan sistem perawatan
profesional melalui asuhan keperawatan. Oleh karena itu perawat harus
mampu membuat keputusan dan rencana tindakan keperawatan yang akan
diberikan

kepada

masyarakat.

Jika

disesuaikan

dengan

proses

keperawatan, hal tersebut merupakan tahap perencanaan, tindakan


keperawatan.Tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien harus
tetap memperhatikan tiga prinsip asuhan keperawatan, yaitu :
a. Culture care preservation/maintenance, yaitu prinsip membantu,
memfasilitasi, atau memerhatikan fenomena budaya guna membantu
individu menentukan tingkat kesehatan dan gaya hidup yang
diinginkan.
b. Culture care accommodation/negotiation, yaitu prinsip membantu,
memfasilitasi, atau memerhatikan fenomena budaya yang ada, yang
merefleksikan

budaya

untuk

beradaptasi,

bernegosiasi,

atau

mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup individu atu


klien.
c. Culture care repatterning/restructuring, yaitu prinsip merekonstruksi
atau mengubah desain untuk membantu memperbaiki kondisi
kesehatan dan pola hidup klien ke arah yang lebih baik.
10. Henderson

Konsep utama dalam teori Henderson mencakup manusia, keperawatan,


kesehatan dan lingkungan.
a. Manusia
Henderson melihat manusia sebagai individu yang membutuhkan
bantuan meraih kesehatan, kebebasan tau kematian yang damai, serta
bantuan untuk meraih kemandirian. Henderson juga menyatakan
bahwa pikiran dan tubuh manusia tidak dapat dipisahkan satu sama
lain (inseparable). Sam halnya dengan klien dan keluarga, mereka
merupakan satu kesatuan (unit).
b. Keperawatan
Perawat memepunyai fungsi unik untuk mambantu individu, baik
dalam keadaan sehat maupun sakit. Sebagi anggota tim kesehatan,
perawat mempunyai fungsi independence di dalam penanganan
perawatan berdasarkan kebutuhan manusia.untuk menjalankan
fungsinya, perawat hatus memiliki pengetahuan bilogis maupun
social.
c. Kesehatan
Sehat adalah kulitas hidup yang menjadi dasar seseorang dapat
berfungsi bagi kemanusiaan. Memperoleh kesehatan lebih penting
dari pada mengobati penyakit. Untuk mencapai kondisi sehat,
diperlukan kemandirian dan saling ketergantungan. Individu akan
meraih atu mempertahankan kesehatn bila mereka memilki kekuatan,
kehendak, serta pengetahuan yang cukup.
d. Lingkungan
Ada beberapa hal nyang perlu diperhatikan terkait dengan aspek
lingkungan.
1) Individu yang sehat mampu mengontrol lingkungan mereka,
namun kondisi sakit akan menghambat kemampuan tersebut.
2) Perawat harus mampu melindungi pasien dari cedera mekanis.

3) Perawat

harus

memilki

pengetahuan

tentang

keamanan

lingkungan.
4) Dokter menggunakan hasil observasi dan penelitian perawat
sebgai dasar dalam memberikan resep.
11. Myra Estrin Levine
a. Definisi keperawatan Interaksi manusia yang berdasarkan pada
prinsip-prinsip ilmiah yang digunakan dalam proses keperawatan.
b. Alasan tindakan keperawatan Perawatan individu yang bersifat
holistic untuk setiap kebutuhan seseorang, seseorang mendorong
perawat untuk beradaptasi.
c. Konsep individu Interaksi dari individu yang bersifat kompleks
antara lingkungan interna dan eksterna yang mengubah adaptasi.
12. Orlando
Teori Orlando Orlando mendeskripsikan model keperawatannya sebagai
pengembangan dari lima faktor konsep yang berhubungan yaitu:
a. Fungsi dari keperawatan yang professional
b. Tingkah laku yang ditunjukkan oleh pasien selama proses
keperawatan.
c. Respon langsung atau respon Internal yang diberikan oleh perawat
d. Disiplin dari proses keperawatan
e. Improfisasi dalam melakukan proses keperawatan
13. Peplau
Model konsep dan teori keperawatan yang dijelaskan oleh peplau
menjelaskan tentang kemampuan dalam memahami diri sendiri dan orang
lain yang menggunakan dasar hubungan antar manusia yang mencakup 4
komponen sentral yaitu klien, perawat, masalah kecemasan yang terjadi
akibat sakit (sumber kesulitan), dan proses interpersonal.
a. Klien
Klien adalah sistem yang berkembang terdiri dari karakteristik
biokimia, fisiologis, interpersonal dan kebutuhan serta selalu
berupaya memenuhi kebutuhannya dan mengintegrasikan belajar
pengalaman.
b. Perawat

Perawat berperan mengatur tujuan dan proses interaksi interpersonal


dengan

pasien

yang

bersifat

pertisipatif,

sedangkan

pasien

mengendalikan isi yang menjadi tujuan.


14. Watson
Manusia Sebagai Fokus Central
Keperawatan sebagai sains tentang human care didasarkan pada asumsi
bahwa human science and human care merupakan domain utama dan
menyatukan tujuan keperawatan. Sebagai human science keperawatan
berupaya

mengintegrasikan

pengetahuan

empiris

dengan

estetia,

humanities dan kiat/art (Watson,1985). Sebagai pengetahuan tentang


human care fokusnya untuk mengembangkan pengetahuan yang menjadi
inti keperawatan, seperti dinyatakan oleh Watson (1985) human care is
the heart of nursing. Pandangan tentang keperawatan sebagai sains
tentang human care adalah komprehensif. Ini termasuk pengembangan
pengetahuan sebagai basis dalam area-area :
a. Pengkajian terhadap kondisi manusia
b. Eksplikasi dari pengalaman manusia dengan, dan responnya terhadap
berbagai kondisi sehat-sakit
c. Telaah terhadap pengelolaan kondisi-kondisi yang menyertainya
d. Deskripsi dari atribut-atribut caring relationship
e. Studi tentang sistem untuk bagaimana human care mesti diwujudkan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pembahasan di atas, yaitu sebagai berikut:

Teori dan model keperawatan adalah suatu usaha untuk menguraikan dan
menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan serta berperan dalam
membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lain dan bertujuan untuk
menggambarkan, menjelaskan, memperkirakan dan mengontrol hasil asuhan atau
pelayanan keperawatan yang dilakukan.Steven (1984).

Karakteristik dasar teori dan model keperawatan, yaitu: Teori keperawatan


mengidentifikasi dan didefinisikan sebagai hubungan yang spesifik dari konsep
keperawatan, harus bersifat alamiah, bersifat sederhana dan umum, sebagai

pedoman, serta berperan dalam memperbaiki kualitas praktek keperawatan.


Faktor yang mempengaruh teori dan model keperawatan, yaitu: Filosofi Florence
Nightingale,

kebudayaan,

sistem

pendidikan,

dan

pengembangan

ilmu

keperawatan.
B. Saran
Adapun saran penulis terhadap pembaca, yaitu:
Sebaiknya teori dan konsep yang telah diketahui oleh seorang perawat dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya.

Anda mungkin juga menyukai