PENDAHULUAN
posisi dan angka kejadian yang paling tinggi adalah tipe Talipes Equino
Varus (TEV) dimana kaki posisinya melengkung ke bawah dan ke dalam
dengan berbagai tingkat keparahan. Unilateral clubfoot lebih umum terjadi
ekstrimitas
bawah
kira-kira
mencapai
1-1,4%
kasus.
~2~
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1
Definisi
~3~
dideskripsikan
oleh
Hippocrates
pada
tahun
400
SM
(Miedzybrodzka, 2002)
CTEV/ Club Foot adalah deformitas yang meliputi fleksi dari
pergelangan kaki, inversi dari tungkai, adduksi dari kaki depan, dan rotasi
media dari tibia (Priciples of Surgery, Schwartz).
CTEV atau Congenital Talipes Equino Varus atau yang disebut
juga dengan club foot adalah kelainan kongenital yang umum
ditemukan.Kelainan ini mengakibatkan kaki terlihat berotasi ke dalam
terhadap ankle (mata kaki). Kelainan ini banyak terjadi di Amerika
Serikat, terdapat 1-2 kasus dalam 1000 kelahiran hidup dan 50%
diantaranya menyerang kedua kaki (bilateral).
~4~
2.
3.
daripada tumit.
Talipes Calcaneus: dorsofleksi dimana jari-jari lebih tinggi
daripada tumit.
~5~
Neuromuscular
disorder
(Kadang
kala
ditemukan
bersamaan dengan kelainan lain seperti Spina Bifida atau displasia dari rongga
panggul). Adapun Teori tentang etiologi CTEV antara lain:
a. Faktor mekanik intrauter
Teori tertua oleh Hipokrates.Dikatakan bahwa kaki bayi ditahan pada posisi
equinovarus karena kompresi eksterna uterus.Parker (1824) dan Browne
(1939) mengatakan bahwa oligohidramnion mempermudah terjadinya
penekanan dari luar karena keterbatasan gerak fetus.
b. Defek neuromuskular
Beberapa peneliti percaya bahwa CTEV selalu karena adanya defek
neuromuskular, tetapi banyak penelitian tidak menemukan adanya kelainan
histologis dan elektromiografi.
c. Defek sel plasma primer
Setelah melakukan pembedahan pada 11 kaki CTEV dan 14 kaki normal;
Irani & Sherman menemukan bahwa pada kasus CTEV, leher talus selalu
~6~
pendek, diikuti rotasi bagian anterior ke arah medial dan plantar; diduga
karena defek sel plasma primer.
d. Perkembangan vetus terhambat
e. Herediter
Adanya faktor poligenik mempermudah fetus terpapar faktor-faktor
eksternal, seperti infeksi Rubella dan pajanan talidomid (Wynne dan
Davis).f. Vaskular Atlas dkk.(1980) menemukan abnormalitas vaskulatur
berupa hambatan vascular setinggi sinus tarsalis pada kasus CTEV. Pada
bayi dengan CTEV didapatkan muscle wasting di bagian ipsilateral,
mungkin karena berkurangnya perfusi arteri tibialis anterior selama masa
perkembangan.
Ada beberapa teori yang kemungkinan berhubungan dengan CTEV:
a. Teori kromosomal, antara lain defek dari sel germinativum yang tidak
dibuahi dan muncul sebelum fertilisasi.
b. Teori embrionik, antara lain defek primer yang terjadi pada sel
germinativum yang dibuahi (dikutip dari Irani dan Sherman) yang
mengimplikasikan defek terjadi antara masa konsepsi dan minggu ke-12
kehamilan.
c. Teori otogenik, yaitu teori perkembangan yang terhambat, antara lain
hambatan temporer dari perkembangan yang terjadi pada atau sekbvitar
minggu ke-7 sampai ke-8 gestasi. Pada masa ini terjadi suatu
deformitasclubfoot yang jelas, namun bila hambatan ini terjadi setelah
minggu ke-9, terjadilah deformitasclubfoot yang ringan hingga sedang.
Teori hambatan perkembangan ini dihubungkan dengan perubahan pada
faktor genetic yang dikenal sebagai Cronon.Cronon ini memandu
waktu yang tepat dari modifikasi progresif setiap struktur tubuh semasa
perkembangannya. Karenanya, clubfoot terjadi karena elemen disruptif
(lokal maupun umum) yang menyebabkan perubahan faktor genetic
(cronon).
d. Teori fetus, yakni blok mekanik pada perkembangan akibatintrauterine
crowding.
e. Teori neurogenik, yakni defek primer pada jaringan neurogenik.
f. Teori amiogenik, bahwa defek primer terjadi di otot.
~7~
bukan C.T.E.V.
Anak jalan terlambat
Kalau sudah jalan, bentuk kaki varus equinus, penebalan (callocity pada
relatif memendek.
Bagian lateral kaki cembung, bagian medial kaki cekung dengan alur atau
cekungan pada bagian medial plantar kaki. Kaki bagian belakang equinus.
Tumit tertarik dan mengalami inversi, terdapat lipatan kulit transversal
yang dalam pada bagian atas belakang sendi pergelangan kaki. Atrofi otot
betis, betis terlihat tipis, tumit terlihat kecil dan sulit dipalpasi.
Pada manipulasi akan terasa kaki kaku, kaki depan tidak dapat
diabduksikan dan dieversikan, kaki belakang tidak dapat dieversikan dari
posisi varus. Kaki yang kaku ini yang membedakan dengan kaki
equinovarus paralisis dan postural atau positional karena posisi intra uterin
yang dapat dengan mudah dikembalikan ke posisi normal. Luas gerak
sendi pergelangan kaki terbatas. Kaki tidak dapat didorsofleksikan ke
~8~
2.4 Patofisiologi
Penyebab pasti dari clubfoot sampai sekarang belum diketahui. Beberapa
ahli mengatakan bahwa kelainan ini timbul karena posisi abnormal atau
pergerakan yang terbatas dalam rahim. Ahli lain mengatakan bahwa kelainan
terjadi karena perkembangan embryonic yang abnormal yaitu saat
perkembangan kaki ke arah fleksi dan eversi pada bulan ke-7 kehamilan.
Pertumbuhan yang terganggu pada fase tersebut akan menimbulkan
deformitas dimana dipengaruhi pula oleh tekanan intrauterine.
Beberapa teori mengenai patogenesis CTEVantara lain:
a. Terhambatnya perkembangan fetus padafase fi bular
b. Kurangnya jaringan kartilagenosa talus
~9~
teregang.Zimny
dkk.menggunakan
mikroskop
elektron,
tulang,
tetapi
mungkin
ditemukan
penencangan
den
tetralogic
terkait
dengan
anomaly
congenital
seperti
~ 10 ~
fleksi terhadap
~ 11 ~
~ 12 ~
intervensi, perkembangan tulang, otot dan syaraf. Fungsi kaki jangka panjang
setelah terapi secara umum baik tetapi hasil study menunjukkan bahwa
koreksi saat dewasa akan menunjukkan kaki yang 10% lebih kecil dari
biasanya .
2.9 Penatalaksanaan
a. Terapi Medis
Tujuan dari terapi medis adalah untuk mengoreksi deformitas yang
ada dan mempertahankan koreksi yang telah dilakukan sampai terhentinya
pertumbuhan tulang.
Secara tradisional, CTEV dikategorikan menjadi dua macam, yaitu :
CTEV yang dapat dikoreksi dengan manipulasi, casting dan
pemasangan gips.
CTEV resisten yang memberikan respon minimal terhadap penata
laksanaan dengan pemasangan gips dan dapat relaps ccepat walaupun
sepertinya berhasil dengan terapi manipulatif. Pada kategori ini
dibutuhkan intervensi operatif.
Saat ini terdapat suatu sistem penilaian yang dirancang oleh prof.
dr. Shafiq Pirani, seorang ahli ortopaedist di Inggris. Sistem ini dinamakan
The Pirani Scoring System.Dengan menggunakan sistem ini, kita dapat
mengidentifikasi tingkat keparahan dan memonitor perkembangan suatu
kasus CTEV selama koreksi dilakukan.
Sistem ini terdiri dari 6 kategori, masing-masing 3 dari hindfoot
dan midfoot. Untuk hindfoot, kategori terbagi menjadi tonjolan
posterior/posterior crease (PC), kekosongan tumit/emptiness of the heel
(EH), dan derajat dorsofleksi yang terjadi/degree of dorsiflexion (DF).
Sedangkan untuk kategori midfoot, terbagi menjadi kelengkungan batas
lateral/curvature of the lateral border (CLB), tonjolan di sisi medial/medial
crease (MC) dan tereksposnya kepala lateral talus/uncovering of the lateral
head of the talus (LHT).
Cara Untuk Menghitung Pirani Score
a. Curvature of the Lateral Border of the foot (CLB)
~ 13 ~
Batasan lateral dari kaki normalnya lurus. Adanya batas kaki yang
nampak melengkung menandakan terdapatnya kontraktur medial.
Pada kaki yang abnormal, batas lateral nampak menjauhi garis lurus
tersebut. Batas lateral yanng nampak melengkung ringan diberi nilai
0,5 (lengkungan terlihat di bagian distal kaki pada area sekitar
metatarsal).
~ 14 ~
Pada kaki yang abnormal, maka akan nampak adanya satu atau dua
lipatan kulit yang dalam. Apabila hal ini tidak terlalu banyak
mempengaruhi kontur lengkung medial, maka nilai MC adalah sebesar
0,5.
~ 15 ~
~ 16 ~
Pada kaki yang abnormal, maka akan didapatkan satu atau dua lipatan
kulit yang dalam. Apabila lipatan ini tidaak terlalu mempengaruhi
kontur dari tumit, maka nilai dari PC adalah sebesar 0,5.
~ 17 ~
Sekitar 90-95% kasus club foot bisa di-treatment dengan tindakan nonoperatif. Penanganan yang dapat dilakukan pada club foot tersebut dapat
berupa :
1. Non-Operative :
Secara tradisional, CTEV dikategorikan menjadi dua macam,
yaitu : CTEV yang dapat dikoreksi dengan manipulasi, casting dan
pemasangan gips.
CTEV resisten yang memberikan respon minimal terhadap penata
laksanaan dengan pemasangan gips dan dapat relaps ccepat
walaupun sepertinya berhasil dengan terapi manipulatif. Pada
kategori ini dibutuhkan intervensi operatif.
Koreksi dari CTEV adalah dengan manipulasi dan aplikasi dari
serial cast yang dimulai dari sejak lahir dan dilanjutkan sampai
tujuan koreksi tercapai. Koreksi ini ditunjang juga dengan latihan
stretching dari struktur sisi medial kaki dan latihan kontraksi dari
struktur yang lemah pada sisi lateral.
Manipulasi dan pemakaian cast ini diulangi secara teratur (dari
beberapa hari sampai 1-2 bulan dengan interval 1-2 bulan) untuk
mengakomodir pertumbuhan yang cepat pada periode ini. Jika
manipulasi ini tidak efektif, dilakukan koreksi bedah untuk
memperbaiki struktur yang berlebihan, memperpanjang atau transplant
tendon. Kemudian ektremitas tersebut akan di cast sampai tujuan
koreksi tercapai. Serial Plastering (manipulasi pemasangan gibs serial
yang diganti tiap minggu, selama 6-12 minggu). Setelah itu dialakukan
koreksi dengan menggunakan sepatu khusus, sampai anak berumur 16
tahun.
~ 18 ~
trauma.
Jangan biarkan anak memasukkan sesuatu ke dalam cast, jauhkan
2. Operatif
Indikasi dilakukan operasi adalah sebagai berikut :
a. Jika terapi dengan gibs gagal
b. Pada kasus Rigid club foot pada umur 3-9 bulan
c. Kambuh setelah konservatif berhasil
d. Anak sudah besar dan belum mendapat pengobatan
e. Operatif dapat dilakukan pada:
f. Jaringan lunak (hanya untuk usia< 5 tahun).
~ 19 ~
~ 20 ~
b. Dua
insisi
terpisah
Curvilinear
medial
dan
posterolateral
Banyak pendekatan bisa dilakukan untuk bisa mendapatkan terapi
operatif di semua kuadran. Beberapa pilihan yang dapat diambil,
antara lain :
a. Plantar : Plantar fascia, abductor hallucis, flexor digitorum
brevis, ligamen plantaris panjang dan pendek
b. Medial : struktur-struktur medial, selubung
pelepasan talonavicular
tendon,
kalkaneokuboid,
serta
pelepasan
ligamen
Tendon Achilles
Pelapis tendon dari otot-otot yang melewati sendi subtalar.
Kapsul pergelangan kaki posterior dan ligamen Deltoid.
Ligamen tibiofibular inferior
Ligamen fibulocalcaneal
Kapsul dari sendi talonavikular dan subtalar.
Fasia plantar pedis dan otot-otot intrinsik
~ 21 ~
~ 22 ~
pertama
dengan
lembut,
untuk
mengoreksi
pertama.
Saat kaki diletakkan dalam posisi pronasi, hal tersebut dapat
menyebabkan tulang kalkaneus berada di bawah talus. Apabila
hal ini terjadi, maka tulang kalkaneus tidak dapat berotasi dan
menetap pada posisi varus. Sepertitertulis pada langkah kedua,
cavus akan meningkat. Hal ini dapat menyebabkan tejadinya
bean-shaped foot. Pada akhir langkah
pronasi.
Manipulasi dikerjakan di ruang khusus setelah bayi disusui.
Setelah kaki dimanipulasi, maka langkah selanjutnya adalah
memasanglong leg cast untuk mempertahankan koreksi yang
telah dilakukan. Gips harus dipasang dengan bantalan
seminimal mungkin, tetapi tetap adekuat. Langkah selanjutnya
adalah menyemprotkan benzoin tingtur ke kaki untuk
melekatkan kaki dengan bantalan gips. Dr. Ponsetti lebih
memilih untuk memasang bantalan tambahan sepanjang batas
medial dan lateral kaki, agar aman saat melepaskan gips
menggunakan gunting gips. Gips yang dipasang tidak boleh
sampai menekan ibu jari kaki atau mengobliterasi arcus
transversalis. Posisi lutut berada pada sudut 90 selama
pemasangan gips panjang. Orang tua bayi dapat merendam gips
~ 23 ~
harus
diterapi
secara
terpisah,
seperti
yang
gips
adalah
~ 24 ~
~ 25 ~
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Biodata klien
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan
alamat. bayi laki-laki dua kali lebih banyak menderita kaki bengkok
daripada perempuan Kelainan ini sering terjadi pada anak laki-laki. Survei
membuktikan dari 4 orang kasus Club foot, maka hanya satu saja seorang
perempuan. Itu berarti perbandingan penderita perempuan dengan
penderita laki-laki adalah 1:3 dan 35% terjadi pada kembar monozigot dan
hanya 3% pada kembar dizigot.
b. Riwayat kesehatan
Keluhan Utama
Keluhan yang membuat klien dibawa ke rumah sakit karena adanya
keadaan yang abnormal pada kaki anak yaitu adanya berbagai
kekakuan kaki, atrofi betis kanan, hipoplasia tibia, fibula dan tulangtulang kaki ringan.
~ 26 ~
Keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat
pengkajian seperti Klien tidak mengalami keluhan apa-apa selain
adanya keadaan yang abnormal pada kakinya.
Antenatal
Kesehatan ibu selama hamil, penyakit yang pernah diderita serta upaya
yang dilakukan untuk mengatasi penyakitnya, berapa kali perawatan
antenatal , kemana serta kebiasaan minum jamua-jamuan dan obat yang
pernah diminum serat kebiasaan selama hamil.
Natal
Tanggal, jam, tempat pertolongan persalinan, siapa yang menolong,
cara persalinan (spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forcep, section
secaria dan gamelli), presentasi kepala dan komplikasi atau kelainan
congenital. Keadaan saat lahir dan morbiditas pada hari pertama
setelah lahir, masa kehamilan (cukup, kurang, lebih ) bulan. Saat lahir
anak menangis spontan atau tidak.
Postnatal Lama
Dirawat dirumah sakit, masalah-masalah yang berhubungan dengan
gagguan sistem, masalah nutrisi, perubahan berat badan, warna
kulit,pola eliminasi dan respon lainnya. Selama neonatal perlu dikaji
adanya ashyksia, trauma dan infeksi.
~ 27 ~
Pola nutrisi, Makanan pokok utama apakah ASI atau PASI. pada umur
anak tertentu. Jika diberikan PASI (ditanyakan jenis, takaran dan
frekuensi)
pemberiaannya
serta
makanan
tambahan
yang
yang lainnya).
Pola eliminasi, sistem pencernaan dan perkemihan pada anak perlu
dikaji BAB atau BAK (Konsistensi, warna, frkuensi dan jumlah serta
bau). Bagaimana tingkat toileting trining sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
Pola aktivitas, kegiatan dan gerakan yang sudah dicapai anak pada usia
~ 28 ~
~ 29 ~
3.4 Intervensi
N
O
1.
DIAGNOSA
NOC
NIC
NOC
NIIC
Risk control
jaringan, kemungkinan
Kriteria Hasil :
kerusakan saraf
cidera
Klien mampu
menjelaskan
cara/metode untuk
mencegah cidera
Klien mampu
menjelaskan factor
resiko dan
lingkungan/prilaku
personal
Memodifikasi
gaya hidup untuk
~ 30 ~
dijangkau pasien
Mengontrol lingkungan dari
Internal
Profil darah abnormal
Disfungsi biokimia
Usia perkembangan
Disfungsi efektor
Disfungsi imunautoimun
Disfungsi integrative
Malnutrisi
Fisik
2.
mencegah injuri
Menggunakan
fasilitas kesehatan
Mampu mengenali
perubahan status
kesehatan
NOC
Ansiety
Fear level
Sleep deprivation
Comfort, readiness
for enchanced
dan social.
Kriteria hasil
Batasan Karatristik:
Mampu
mengontrol
Ansietas
Menangis
Gangguan pola tidur
Takut
Ketidak mampuan untuk
rileks
Iritabilitas
istirahat adekuat
Merintih
Agresi
Melaporkan merasa dingin
Melaporkan merasa panas
pengendalian diri
Melaporkan perasaan
Respon terhadap
tidak nyaman
Melapokan gejala distress
Melaporkan rasa lapar
Melapokan rasa gatal
Merasa kurang puas dari
keadaan
Melaporkan kurang
senang dengan situasi
kecemasan
Status liungkungan
yang aman
Mengontrol nyeri
Kualitas tidur dan
pengobatan
Control gejala
Status
kenyamanan
meningkat
Support social
Keinginan untuk
hidup
tersebut
Gelisah
NIC
Anxienty
reduction(penurunan
Kecemasa)
Gunakan pendekatan
yang menyenangkan
Nyatakan dengan jelas
harapan pasien
Jelaskan semua
prosedur dan apa yang
dirasakan selama
prosedur
Pahami prespektif
pasien terhadap situasi
stress
Dorong pasien untuk
memahami anak
Dengarkan dengan
penuh perhatian
Identifikasi tingkat
kecemasan
Berikan obat untuk
mengurangi
kecemasan
Environment
Management(menejeme
~ 31 ~
Berkeluh kesah
n lingkungan)
adekuat
Kurang pengendalain
lingkungan
Kurang privasi
Kurang kontror situasional
Stimulasi lingkungan
yang menganggu
Efek samping terkait
terapi
~ 32 ~
~ 33 ~
3.
Definisi :
Perubahan
NIC
atau
gangguan
membranes
Hemodialysis
akses
Batasan karakteristik :
Kritaria
hasil
:
Kerusakan lapisan kulit
Integritas
kulit
(dermis)
Gangguan
kulit (epidermis)
Invasi struktur tubuh
permukaan
yang
baik
bisa
dipertahankan
(sensasi,
elastisitas,
temperature,
pigmentasi)
Tidak ada luka
hipotermia
Faktor
mekanik
(mis.,gaya
gunting
hidrasi,
cairan
Perubahan pigmentasi
Perubahan turgor
Faktor perkembangan
Kondisi
baik
Menunjukkan
pemahaman
dalam
proses
perbaikan
dan
kulit
berulang
Mampu
melindungi kulit
ketidakseimbangan
dan
nutrisi (mis.,obesitas,
mempertahankan
emasiasi)
Penurunan
kelembaban kulit
imunologis
Penurunan sirkulasi
alami
~ 34 ~
yang tertekan
Monitor aktivitas dan mobili
Monitor statusnutrisi px
Memandikan px dengan sabu
Membersihkan,
memantau
terjadinya cedera
dan
longgar
Hindari kerutan pada tempat
Jaga kebersihan kulit agar tet
Mobilisasi px (ubah posisi px
Monitor kulit akan adanya ke
Oleskan lotion atu minyak
Eksternal :
Zat kimia, radiasi
Usia yang ekstrim
Kelembaban
Hipertermia,
[shearing force]
Medikasi
Lembab
Imobilitasi fisik
Internal
Perubahan
status
perawatan
Kondisi
gangguan
metabolik
Gangguan sensasi
Tonjolan tulang
4.
NOC
joint movement :
active
mobility level
Definisi: keterbatasan pada
self care
fisik tubuh atau satu atau lebih transfer
musculoskeletal
performance
dan terarah
Kriteria Hasil
Batasan karatristik:
klien meningkat
posisi
Melakukan aktivitas
dalam aktivitas
fisik
mengerti tujuan
dari peningkatan
sebagai penganti
mobilitas
memverbalisasika
pergerakan
Dispnea setelah
beraktivitas
Perubahan cara berjalan
n perasaan dalam
meningkatkan
~ 35 ~
NIC
Exercise therapy: ambulation
monitoring vital sign sebelum
tehknik ambulasi
kaji kemampuan pasien dalam
latih pasien dalam pemenuha
berikan alat bantu jika klien
ajarkan bagaimana menguba
bantuan jika diperlukan
Gerakan bergetar
Keterbatasan kemampuan
melakukan ketrampilan
motorik kasar
Keterbatasan rentang
pergerakan sendi
Termor
Ketidaksetabilan postur
Pergerakan lambat
Pergerakan tidak
kekuatan dan
kemampuan
berpindah
memperengangkan
pengguanaan alat
bantu untuk
mobilisasi(walker)
terkoordinasi
Faktor yang berhubungan
Intolerasi aktivitas
perubahan metabolism
seluler
Ansietas
Indek masa tubuh diatas
usia
Fisik tidak bugar
Penurunan ketahanan
tubuh
Penurunan kendali otot
Malnutrisi
Gangguan moskuloskletal
Gangguan
neuromoskulere
Agens obat
Penurunan kekuatan otot
kaku sendi
program pembatasan
gerak
5.
Ansietas
b.d
penggunaan NOC
~ 36 ~
NIC
Perasaan
Anxiety
tidak
control
nyaman atau kekhawatiran Anxiety level
Coping
yang samar disertai respon
autonom ( sumber sering kali
tidak
spesifik
diketahui
atau
oleh
perasaan
takut
disebabkan
oleh
terhadap
bahaya.
tidak
individu);
yang
antisipasi
Hal
ini
pasien
Jelaskan semua prosedur d
Kriteria hasil :
mampu
mengidentifikasi
Klien
dan
mengungkapkan
gejala cemas
isyarat Mengidentifikasi,
kewaspadaan
yang
mengungkapkan
memperingati individu akan
dan menunjukkan
adanya
bahaya
dan
tehnik
untuk
memampukan individu untuk
mengontrol cemas
bertindak
menghadapi Vital sign dalam
merupakan
ancaman.
Batasan karakteristik
Perilaku :
Penurunan
batas
normal
Postur
tubuh,
ekspresi
wajah,
produktivitas
Gerakan yang ireleven
Gelisah
Melihat sepintas
Insomnia
Kontak mata yang
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan
buruk
Mengekspresikan
kekawatiran
karena
perubahan
dalam
aktifitas
peristiwa hidup
Agitasi
Mengintai
Tampak waspada
~ 37 ~
selama prosedur
Pahami perspektif pasien terh
Temani pasien untuk mem
mengurangi takut
Dorong keluarga untuk mene
Lakukan back/neck rub
Dengarkan dengan penuh pe
Identifikasi tingkat kecemasa
Bantu pasien untuk me
menimbulkan kecemasan
Dorong pasien untuk men
ketakutan, persepsi.
Instruksi pasien menggunaka
Berikan obat untuk mengura
Afektif :
Gelisah,distress
Kesedihan
yang
mendalam
Ketakutan
Perasaan yang tidak
adekuat
Berfokus
pada
diri
sendiri
Peningkatan
kewaspadaan
Iritabilitas
Gugup
berlebihan
Rasa
nyeri
senang
yang
meningkatkan ketidak
berdayaan
Peningkatan
ketidak
rasa
berdayaan
yang persisten
Bingung, menyesal
Ragu/tidak
percaya
diri
Khawatir
Fisiologis :
Wajah tegang, tremor
tangan
Peningkatan keringat
Peningkatan
ketegangan
Gemetar, tremor
Suara bergetar
Simpatik :
Anoreksia
Eksitasi
kardiovaskuler
Diare, mulut kering
Wajah merah
Jantung
berdebar-
~ 38 ~
debar
Peningkatan
tekanan
darah
Peningkatan
denyut
nadi
Peningkatan reflek
Peningkatan frekwensi
pernafasan,
pupil
melebar
Kesulitan bernafas
Vasokontriksi
superfisial
Lemah, kedutan pada
otot
Parasimpatik
Nyeri abdomen
Penurunan
tekanan
darah
Penurunan denyut nadi
Diare, mual, vertigo
Letih, Gangguan tidur
Kesemutan
pada
ekstremitas
Sering berkemih
Anyang-anyangen
Dorongan
segera
berkemih
Kognitif
Menyadari
gejala
fisiologis
Bloking
fikiran,
konfusi
Penurunan
lapang
persepsi
Kesulitan
berkonsentrasi
Penurunan kemampuan
untuk belajar
Penurunan kemampuan
~ 39 ~
untuk
memecahkan
masalah
Ketakutan
terhadap
gangguan
perhatian
Khawatir, melamun
Cenderung
menyalahkan
orang
lain
Faktor Yang Berhubungan
Perubahan
(status
dalam
ekonomi,
lingkungan,
status
kesehatan,
pola
status peran)
Pemajanan toksin
Terkait keluarga
Herediter
Infeksi/kontaminan
interpersonal
Penularan
penyakit
interpersonal
Krisis maturasi, krisis
situasional
Stress,
kematian
Penyalahgunaan zat
Ancaman pada (status
ancaman
ekonomi,
lingkungan,status
kesehatan,
pola
~ 40 ~
diri)
Konflik tidak disadari
mengenai
penting hidup
Konflik tidak disadari
mengenai
tujuan
nilai
esensial/penting
Kebutuhan yang tidak
dipenuhi
3.5 Implementasi
Dari hasil entervensi yang telah tertulis implementasi / pelaksanaan
yang dilakukan disesuaikan dengan keadaan pasien dirumah sakit pekasanaan
perupakan pengelolahan dan perwujudan, dan rencana tindakan yang meliputi
beberapa bagian, yaitu validasi, rencana keperawatan, memberikan asuhan
keperawatan dan pengumpulan data.
3.6 Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang
keresahan klien dengan berdasar tujuan yang telah ditetapkan.
Dalamevaluasi tujuan tersebut terdapat 3 alternatif yaitu :
- Tujuan tercapai
: Pasien
menunjukkan
perubahan
dengan
: Pasien
menunjukkan
perubahan
sebagai
~ 41 ~
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
~ 42 ~
4.2 Saran
Diharapkan setelah membaca makalah ini, kita sebagai perawat dapat
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien penderita CTEV dan
memberikan Health Education pada keluarga yang memiliki anak dengan
CTEV
DAFTAR PUSTAKA
Marlyn. E. Doenges. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi III, EGC. Jakarta,
2000.
~ 43 ~
Pedoman Diagnosis dan Terapi, LAB / UPF Ilmu Bedah, RSUD. Dr. Soetomo,
1994
Meidzybrodzka, Z. 2002. Congenital Talipes Eqinovarus (clubfoot): disorder of
the foot but not the hand. www.anatomisociety.com [9 oktober 2014].
Patel, M. 2007. Clubfoot. www.emedicine.com [9 oktober 2014].
Harris, E. 2008. Key Insight To Treating Talipes Equinovarus. www.podiatry.com
[9 oktober 2014].
Nordin, S. 2002. Controversies In Congenital Clubfoot: Literature Review.
www.mjm.com [9 oktober 2014].
~ 44 ~