TINJAUAN PUSTAKA
Malaria
I.
Definisi
Malaria adalah suatu penyakit infeksi akut ataupun kronik yang disebabkab oleh
parasit Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannyabentuk
aseksual dalam darah, dengan gejala demam, menggigil, dan pembesaran limfa.
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah.
Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia, dan
splenomegali. Dapat berlangsung akut ataupun kronik. Infeksi malaria dapat
berlangsung tanpa komplikasi ataupun mengalami komplikasi sistemik yang di kenal
II.
berasal dari wilayah Indonesia bagian timur, seperti Papua, Papua Barat, dan Nusa
Tenggara Timur. Jumlah kasus yang diterima pemerintah di sepanjang tahun 2013 yakni
sebanyak 93,2 persen. Dari 93,2 persen konfirmasi kasus malaria yang ada di Indonesia
sepanjang tahun 2013, Papua memiliki angka kasus malaria terbesar, yaitu 42,65
persen.
Insiden malaria menunjukkan penurunan. Berdasarkan hasil Riskesdas 2013,
insiden malaria menurun dari 2,9 persen (2007) menjadi 1,9 persen (2013). Namun,
apabila dibanding dengan hasil Riskesdas 2007, prevalensi malaria meningkat yaitu
2,85 persen (2007) menjadi 6 persen (2013). Hal ini menunjukkan kemungkinan adanya
pengobatan terhadap malaria yang kurang efektif sehingga jumlah penderita malaria
semakin bertambah. Asumsi ini didukung dengan proporsi pengobatan efektif malaria
dengan ACT sebesar 45,5 persen. Lima provinsi tertinggi prevalensi malaria adalah
Papua (28,6 persen), Nusa Tenggara Timur (23,3persen), Papua Barat (19,4 persen),
Sulawesi Tengah (12,5 persen), dan Maluku (10,7 persen).
Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Sumatera Barat menyatakan kasus malaria
sepanjang 2014 turun menjadi hanya 957 kasus dari 1.200 kasus pada tahun 2013.
Kepala Dinkes Sumbar Rosnini Safitri saat dihubungi di Padang, Senin, mengatakan
bahwa penyakit yang diakibatkan oleh gigitan nyamuk Anopheles itu dari tahun ke
tahun cenderung turun. Ia menjelaskan kasus malaria pada tahun 2014 di 18
kabupaten/kota di Sumbar sudah mencapai angka di bawah satu per 1.000 penduduk
yang dihitungan berdasarkan Annual Parasite Incident (API) atau insiden parasit
tahunan, kecuali yang terjadi pada Mentawai yang mencapai API 4,9 per 1.000
penduduknya. Sementara, syarat sebuah daerah bebas malaria adalah API harus di
bawah satu per 1.000 penduduk dan tidak terdapat kasus malaria pada penduduk lokal
selama tiga tahun berturut-turut. Ia menyebutkan Sumbar saat ini sudah mengeliminasi
malaria pada 15 dari 19 kabupaten/kota pada Tahun 2014 dengan indikator API < 1 per
1000 penduduk. Namun terdapat tiga Kabupaten yang belum dieliminasi yakni,
Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kabupaten Pesisir Selatan dan Kota Sawahlunto,
ujarnya. Dari ketiga Kabupaten/kota tersebut yang mempunyai angka kasus yang paling
tinggi yakni Mentawai sebanyak 4,95 lalu setelahnya Pasisir Selatan dengan angka
0,89.
III.
Etiologi
Penyebab infeksi malaria adalah plasmodium. Termasuk genus plasmodium dari famili
plasmodidae. Plasmodium ini pada manusia menginfeksi eritrosit (sel darah merah) dan
luar lambung nyamuk ookinet akan menjadi ookista dan selanjutnya menjadi sporozoit.
Sporozoit ini bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia.
Masa inkubasi adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk ke tubuh manusia sampai
timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan demam. Masa inkubasi bervariasi tergantung
spesies plasmodium.
Masa prepaten adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk ke tubuh manusia sampai
parasit dapat dideteksi dalam sel darah merah dengan pemeriksaan mikroskopik
Masa Inkubasi Penyakit Malaria
Plasmodium
P. falciparum
P. vivax
P. ovale
P. malariae
Masa Inkubasi
9-14 hari
12-17 hari
16-18 hari
18-40 hari
Demam
Mulai timbul bersamaan dengan pecahnya skizon darah yang mengeluarkan
bermacam-macam antigen. Antigen ini akan merangsang sel-sel makrofag, monosit atau
limfosit yang mengeluarkan berbagai macam sitokin, antara lain TNF (Tumor Nekrosis
Factor) dan IL-6 (Interleukin-6). TNF dan IL-6 akan dibawa aliran darah ke hipotalamus
yang merupakan pusat pengatur suhu tubuh dan terjadi demam. Proses skizogoni pada
keempat plasmodium memerlukan waktu yang bebeda-beda. Plasmodium falciparum
memerlukan waktu 36-48 jam, P. vivax/P. ovale 48 jam, dan P. malariae 72 jam. Demam
pada P. falciparum dapat terjadi setiap hari, P. vivax/P. ovale selang waktu satu hari, dan P.
malariae demam timbul selang waktu 2 hari.
Anemia
Terjadi karena pecahnya sel darah merah yang terinfeksi maupun yang tidak
terinfeksi. Plasmodium vivax dan P. ovale hanya menginfeksi sel darah merah muda yang
jumlahnya hanya 2% dari seluruh jumlah sel darah merah, sedangkan P. malariae
menginfeksi sel darah merah tua yang jumlahnya hanya 1% dari jumlah sel darah merah.
Sehingga anemia yang disebabkan oleh P. vivax , P. ovale dan P. malariae umumnya terjadi
pada keadaan kronis. Plasmodium falciparum menginfeksi semua jenis sel darah merah,
sehingga anemia dapat terjadi pada infeksi akut dan kronis.
Splenomegali
Patofisiologi Sitoadheren
Patogenesis Malaria
V.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik malaria tergantung pada imunitas penderita, tingginya
transmisi infeksi malaria. Berat dan ringannya infeksi dipengaruhi oleh jenis
plasmodium (Plasmodium Falsifarum sering memberikan komplikasi), daerah asal
infeksi, umur (usia lanjut dan bayi sering lebih berat).
Malaria mempunyai gambaran karakteristik demam periodik, anemia, dan
splenomegali. Masa inkubasi bervariasi bervariasi pada masing-masing plasmodium.
Keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam yaitu berupa lesu,
malaise, sakit kepala, nyeri sendi dan tulang, demam ringan, anoreksia, sakit perut,
dan diare.
Gejala yang klasik yaitu terjadinya trias malaria secara berurutan: periode
dingin (15-60 menit): mulai menggigil, penderita sering membungkus diri dengan
selimut, pada saat menggigil seluruh badan bergetar dan gigi saling terantuk, diikuti
dengan meningkatnya temperatur. Lalu memasuki periode panas: wajah penderita
tampak merah, nadi cepat, dan suhu badan tetap tinggi dalam beberapa jam, diikuti
adanya keringat. Lalu memasuki periode berkeringat: penderita berkeringat banyak,
temperatur turun, dan penderita merasa sehat (Harijanto, 2006).
Anemia merupakan gejala yang sering dijumpai pada infeksi malaria.
Beberapa mekanisme terjadinya anemia adalah: pengerusakan eritrosit oleh parasit,
hambatan eritropoesis sementara, hemolisis karena proses complement mediated
Diagnosis
- Anamnesis
Pada anamnesis ditemukan demam yang hilang timbul, pada saat demam
hilang disertai dengan menggigil, berkeringat, dapat disertai dengan sakit kepala,
nyeri otot dan persendian, nafsu makan menurun, sakit perut, mual muntah, dan
diare. Dari segi faktor resiko, pada anamnesa perlu ditanyakan riwayat menderita
malaria sebelumnya, tinggal di daerah yang endemis malaria, pernah berkunjung di
daerah endemik malaria dan riwayat mendapat transfusi darah.
-
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik tanda patognomonis ditemukan :
Pada periode demam : Kulit terlihat memerah, teraba panas, suhu tubuh meningkat
dapat mencapai di atas 400C dan kulit kering. Pasien dapat terlihat pucat, nadi
teraba cepat dan pernapasan cepat.
Pada periode dingin dan berkeringat : Kulit teraba dingin dan berkeringat, nasi
-
teraba cepat dan lemah. Pada kondisi tertentu bisa ditemukan penurunan kesadaran.
Pemeriksaan kepala : konjungtiva anemis, sklera ikterik, bibir sianosis, dan pada
asites
Eksresi Ginjal : bisa ditemukan urin berwarna coklat kehitaman, oligouria atau
anuria.
Pemeriksaan ekstremitas : akral terana dingin yang merupakan tanda-tanda menuju
syok.
Pemeriksaan Penunjang
(+)
(++)
(+++)
(++++)
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis (Trias Malaria : panas-menggigilberkeringat), pemeriksaan fisik, dan ditemukannya parasit plasmodium pada pemeriksaan
mikroskopis hapusan darah tebal/tipis.
Pada Malaria falsiparum, ditemukan Plasmodium falsiparum, Malaria vivaks ditemukan
Plasmodium vivax, Malaria ovale ditemukan Plasmodium ovale, Malaria malariae ditemukan
Plasmodium malariae.
VII.
Diagnosis Banding
a. Demam Dengue
b. Demam Tifoid
c. Leptospirosis
d. Infeksi virus akut lainnya
VIII. Komplikasi
Komplikasi malaria umumnya disebabkan karena P. falciparum. Sering terjadi
secara mendadak tanpa gejala-gejala sebelumnya, dan terjadi pada penderita yang
tidak imun. Penderita malaria dengan komplikasi umumnya digolongkan sebagai
malaria berat. Adapun komplikasi dari malaria adalah sebagai berikut :
a. Malaria Serebral
Gejala malaria serebral dapat ditandai dengan koma yang tidak bisa
dibangunkan, GCS < 7. Dapat juga didapati dengan apati, somnolen, delirium dan
perubahan tingkah laku. Penurunan kesadaran menetap untuk waktu lebih dari 30
menit, tidak demam atau hipoglikemi. Refleks abdomen dan kremaster normal,
sedangkan Babinsky abnormal pada 50% penderita. Pada keadaan berat penderita
dapat mengalami dekortikasi (lengan flexi dan tungkai extensi), decerebrasi (lengan
dan tungkai extensi), opistotonus, deviasi mata ke atas dan lateral. Keadaan ini sering
disertai hiperventilasi. Lama koma 2-3 hari pada orang dewasa.
Malaria serebral diduga terjadi akibat sumbatan kapiler pembuluh darah otak
sehingga terjadi anoksia otak. Sumbatan tersebut terjadi karena eritrosit yang
mengandung parasit sulit melalaui pembuluh kapiler karena proses sitoadherensi dan
sekuestrasi parasit. Tapi penelitian Warrell DA menyatakan tidak ada perubahan
cerebral blood flow, cerebro vasculer resistence, ataupun cerebral metabolic rate for
oxygen. Pada malaria serebral Kadar laktat pada CSS meningkat > 2,2 mmol/l dan
menjadi indkator prognosis, bila kadar laktat > 6 mmol/l mempunyai prognosa yang
fatal. Tekanan intrakranial meningkat pada anak-anak (80%). Adanya edema serebri
hanya dijumpai pada kasus-kasus agonal. Pada melaria serebral biasanya disertai
gangguan fungsi organ lain seperti ikterik, gagal ginjal, hipoglikemia dan edema baru.
Bila terjadi lebih dari 3 komplikasi organ maka prognosa kematian > 75%. (Harijanto,
P.N, 2006).
b. Gagal Ginjal Akut (GGA)
Kelainan fungsi ginjal sering terjadi pada penderita malaria dewasa. Dapat prerenal karena dehidrasi (>50%) dan hanya 5 10 % disebabkan nekrosis tubulus akut.
Gangguan ginjal diduga disebabkan adanya anoksia karena penurunan alirah darah ke
ginjal akibat dari sumbatan kapiler. Sehingga terjadi penurunan filtrasi pada
glumerulus. Secara klinis dapat terjadi fase oliguria ataupun poliuria. Dibutuhkan
pemeriksaan urin, bila berat jenis urin < 1,010 menunjukkan nekrosis tubulus akut,
urin yang pekat BJ > 1,015, rasio urea urin : darah > 4:1, natrium urin < 20 mmol/l
menunjukkan dehidrasi.
Beberapa faktor
risiko
yang
mempermudah
terjadinya
GGA ialah
ialah kegagalan
Indikasi transfusi bila kadar Hb < 5 g/dL atau bila hematokrit <15%. Bila pada
keadaan hiperparasitemia disertai dengan anemia berat diperlukan transfuse ganti
(exhance blood transfusion) (Harijanto, P.N, 2006).
f. Blackwater Fever (Malaria Haemoglobinuria)
Merupakan suatu sindrom dengan gejala karakteristik serangan akut,
menggigil, demam, hemolisis intravaskular, hemoglobinemia, hemoglobinuri dan
gagal ginjal. Biasanya terjadi sebagai komplikasi dari infeksi P. falciparum yang
berulang-ulang dan orang non-imun atau dengan pengobatan kita ataupun antibodi
tidak adekuat. Malaria haemoglobinuria dapat terjadi pada penderita tanpa kekurangan
enzin G6PD dan biasanya parasit falciparum positif, ataupun pada penderita dengan
kekurangan G6PD yang biasanya disebabkan karena pemberian primakuin.
(Harijanto, P.N, 2006).
g. Malaria Algid
Merupakan terjadinya syok vaskular, ditandai dengan hipotensi (sistolik < 70
mmHg), perubahan tahanan perifer dan berkurangnya perfusi jaringan. Gejala berupa
perasaan dingin dan basah pada kulit, temperatur rektal tinggi, kulit tidak elastik,
pucat. Pernafasan dangkal, nadi cepat, tekanan darah turun dan sering tekanan sistolik
tidak terukur dan nadi yang normal. Keadaan ini sering dihubungkan dengan
terjadinya septisemia gram negatif. Hipotensi biasanya berespon dengan pemberian
NaCl 0,9% dan obat inotropik. (Harijanto, P.N, 2006).
h. Kecenderungan Perdarahan
Perdarahan spontan berupa perdarahan gusi, epistaksis, perdarahan di bawah
kulit dari petekie, purpura, hematoma dapat terjadi sebagai komplikasi malaria
tropika. Perdarahan ini dapat terjadi karena trombositopenia, atau gangguan koagulasi
intravaskular
ataupun
Trombositopenia
gangguan
disebabkan
koagulasi
karena
karena
pengaruh
gangguan
sitokin.
fungsi
Gangguan
hati.
koagulasi
intravaskular jarang terjadi kecuali pada stadium akhir dari suatu infeksi P. falciparum
yang berat. (Harijanto, P.N, 2006).
i. Edema Paru
Sering terjadi pada malaria dewasa dan jarang pada anak. Merupakan
komplikasi yang paling berat dan sering menyebabkan kematian. Edema paru dapat
terjadi karena kelebihan cairan atau adult respiratory distress syndrome. Beberapa
faktor yang memudahkan timbulnya edem paru ialah kelebihan cairan, kehamilan,
malaria serebral, hiperparasitemia, hipotensi, asidosis dan uremi. Peningkatan
IX.
Penatalaksanaan
Semua individu dengan infeksi malaria yaitu mereka dengan ditemukannya
plasmodium aseksual didalam darahnya, malaria klinis tanpa ditemukan parasit dalam
darah perlu diobati. Prinsip pengobatan malaria :
a. Penderita tergolong malaria biasa (tanpa komplikasi) atau penderita melaria
berat/dengan komplikasi. Penderita dengan komplikasi/malaria berat memakai obat
parenteral, malaria biasa diobati dengan per oral
b. Penderita malaria harus mendapatkan pengobatan yang efektif, tidak terjadi kegagalan
pengobatan dan mencegah terjadinya transmisi yaitu dengan pengobatan ACT
(Artemisinin base Combination Therapy)
c. Pemberian ACT harus berdasarkan hasil pemeriksaan malaria yang positif dan
dilakukan monitoring efek/respon pengobatan
d. Pengobatan malaria kliinis/tanpa hasil pemeriksaan malaria memakai obat non-ACT
(Harijanto, P.N, 2006)
Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria dengan membunuh
semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia, termasuk stadium gametosit.
Adapun tujuan pengobatan radikal untuk mendapat kesembuhan klinis dan parasitologik serta
memutuskan rantai penularan.
Pengobatan malaria di Indonesia menggunakan Obat Anti Malaria (OAM) kombinasi.
Yang dimaksud dengan pengobatan kombinasi malaria adalah penggunaan dua atau lebih
obat anti malaria yang farmakodinamik dan farmakokinetiknya sesuai, bersinergi dan berbeda
cara terjadinya resistensi. Tujuan terapi kombinasi ini adalah untuk pengobatan yang lebih
baik dan mencegah terjadinya resistensi Plasmodium terhadap obat anti malaria.
Pengobatan kombinasi malaria harus:
a. aman dan toleran untuk semua umur
b. efektif dan cepat kerjanya
c. resisten dan/atau resistensi silang belum terjadi dan
d. harga murah dan terjangkau.
Saat ini yang digunakan program nasional adalah derivat artemisinin dengan golongan
aminokuinolin, yaitu:
1. Kombinasi tetap (Fixed Dose Combination = FDC) yang terdiri atas
Dihydroartemisinin dan Piperakuin (DHP). 1 (satu) tablet FDC mengandung 40 mg
Dihydroartemisinin dan 320 mg Piperakuin. Obat ini diberikan per oral selama tiga hari
dengan range dosis tunggal harian sebagai berikut: Dihydroartemisinin dosis 2-4 mg/kgBB;
Piperakuin dosis 16-32mg/kgBB.
2. Artesunat Amodiakuin
Kemasan Artesunat Amodiakuin yang ada pada program pengendalian malaria dengan 3
blister, setiap blister terdiri dari 4 tablet artesunat 50 mg dan 4 tablet amodiakuin 150 mg.
1. Pengobatan penderita tanpa komplikasi (malaria biasa)
Secara global WHO telah menetapkan dipakainya pengobatan malaria dengan
memakai obat ACT (Artemisinin base Combination Therapy). Golongan ART telah
dipilih sebagai obat utama karena efektif dalam mengatasi plasmodium yang resisten
dengan pengobatan. Selain itu artemisinin juga bekerja membunuh plasmodium dalam
semua stadium termasuk gametosit. Juga efektif terhadap semua spesies, P.
falciparum, P. vivax, maupun lainnya. Laporan kegagalan terhadap ART belum
dilaporkan saat ini. (Harijanto, P.N, 2006)
Golongan Artemisinin
Obat ini mempunyai beberapa formula seperti : artemisinin, artemeter, arteeter, artesunat, asam artelinik dan dihidroartemisinin. Obat ini bekerja sangat cepat
dengan paruh waktu kira-kira 2 jam, larut dalam air, bekerja sebagai obat sizontocidal
darah. Karena beberapa penelitian bahwa pemakaian obat tunggal menimbulkan
terjadinya rekrudensi, maka direkomendasikan untuk dipakai dengan kombinasi obat
lain. Dengan demikian juga akan memperpendek pemakaian obat. Obat ini cepat
diubah dalam bentuk aktifnya dan penyediaan ada yang oral, parenteral/injeksi dan
suppositoria. (Harijanto, P.N, 2006)
a. Pengobatan ACT
WHO
memberikan
petunjuk
penggunaan
artemisinin
dengan
mengkombinasikan dengan obat anti malaria yang lain, hal ini disebut dengan
Artemisinin base Combination Therapy. Kombinasi obat ini dapat berupa kombinasi
dosis tetap (fixed dose) atau kombinasi tidak tetap (non-fixed dose).
Kombinasi dosis tetap lebih memudahkan pemeberian pengobatan. Contoh :
Co-Artem yaitu kombinasi artemeter (20 mg) + lumefantrine (120 mg). dosis
Coartem 4 tablet 2x1 sehari selama 3 hari. Kombinasi tetap yang lain ialah
dihidroartemisinin (40mg) + piperakuin (320 mg) yaitu Artekin. Dosis artekin
untuk dewasa : dosis awal 2 tablet, 8 jam kemudian 2 tablet, 24 jam dan 32 jam
masing-masing 2 tablet. (Harijanto, P.N, 2006)
Artesunate
Formula
ml larutan injeksi
: sama dengan artemisin.
:
- Tanpa komplikasi : kombinasi terapi 4 mg/kgbb setiap hari untuk 3
-
Dosis untuk dewasa yaitu Artesunate (50 mg/tablet) : 200 mg pada hari I-III
( 4 tablet), untuk dosis Amodiquine (200 mg/tablet) yaitu 3 tablet hari I dan II dan
11/2 tablet hari III.
Artesumoon ialah kombinasi yang dikemas sebagai blister dengan aturan pakai
tiap blister/hari (artesunate + amodiakuin) diminum selama 3 hari. Dosis amodiaquine
adalah 25 30 mg /kgBB selama 3 hari. (Harijanto, P.N, 2006)
b. Pengobatan non-ACT
- Klorokuin difosfat/sulfat, 250 mg garam (150 mg basa), dosis 25 mg basa/kg BB
untuk 3 hari, terbagi 10 mg/kg BB hari I dan hari II, 5 mg/kg BB pada hari III.
Pada orang dewasa biasa dipakai dosis 4 tablet hari I dan II dan 2 tablet hari III.
-
sampai selesai.
Primakuin : (1 tablet 15 mg) dipakai sebagai obat pelengkap/pengobatan radical
terhadap P. falciparum maupun P. viviax. Pada P. falciparum dosisnya 45 mg (3
tablet) dosis tunggal untuk membunuh gamet, sedangkan untuk P. vivax dosisnya
15 mg/hari selama 14 hari yaitu untuk membunuh gamet dan hipnozoit (anti-
Kontraindikasi: ibu hamil, penderita G6PD, anak < 1 tahun. Penderita rheumatoid
arthritis dan lupus eritematosus.
Efek samping : anoreksia, mual muntah, sakit perut dan keram, sakit pada
lambung/perut. Kejang, gangguan kesadaran, gangguan system
hemopoitik, pada G6PD terjadi hemolisis. (Depkes, 2008)
Kina
Formulasi
Khasiat
250 mg basa)
: sangat aktif bekerja terhadap skizon darah dan penyembuhan klinis
Indikasi
yang efektif
: obat pilihan malaria berat, pilihan pada daerah dengan multidrugs
dosis
resisten
: per oral atau per drip dalam 3 hari. i.v dalam infuse larutan isotonic
tetesan lambat dalam dextrose 5%. Jika i.m obat dilarutkan menjadi
konsentrasi 60 mg/ml
Wanita hamil : aman untuk ibu hamil.
Efek samping : sindrom cinchonism,
gangguan
peredaran
darah
jantung,
hipoglikemia.
Har
Jenis
Obat
6-10
0-1
kg
2-11
1-4
5-9
10-14
15
g
15
bulan
1/2
tahun
1
tahun
1 1/2
tahun
2
tahun
3
tahun
4
3/4
1 1/2
1-3
DHP
bulan
1/4
Primakui
60k
n
Tabel. Pengobatan Lini Pertama Malaria Falsiparum Menurut Berat Badan dengan DHP
dan Primakuin.
Hari
Jenis
Obat
6-10
0-1
kg
2-11
1-4
5-9
10-14
15
g
15
bulan
1/2
tahun
1
tahun
1 1/2
tahun
2
tahun
3
tahun
4
1/4
1/2
3/4
1-3
DHP
bulan
1/4
1-14
Primakui
60k
n
Tabel. Pengobatan Lini Pertama Malaria Vivaks Menurut Berat Badan dengan DHP dan
Primakuin
Dosis Obat : Dihydroartemisinin
Piperakuin
Primakuin
Primakuin
Hari
1-3
Jenis Obat
= 2-4 mg/kgBB
= 16-32 mg/kgBB
= 0,75 mg/kgBB (Malaria falciparum untuk hari 1)
= 0,25 mg/kgBB (Malaria vivaks selama 14 hari)
6-10
11-17
18-30
31-40
41-59
60k
0-1
kg
2-11
kg
1-4
kg
5-9
kg
10-14
kg
15
g
15
Artesunat
bulan
1/4
bulan
1/2
tahun
1
tahun
1 1/2
tahun
2
tahun
3
tahun
4
Amodiakui
1/4
1/2
1 1/2
n
Primakuin
3/4
1 1/2
Tabel. Pengobatan Lini Pertama Malaria Falciparum Menurut Berat Badan dengan
Artesunat + Amodiakuin dan Primakuin.
Hari
Jenis Obat
6-10
11-17
18-30
31-40
41-59
60k
0-1
kg
2-11
kg
1-4
kg
5-9
kg
10-14
kg
15
g
15
bulan
bulan
tahun
tahun
tahun
tahun
tahun
1-3
1-14
Artesunat
1/4
1/2
1 1/2
Amodiakui
1/4
1/2
1 1/2
n
Primakuin
1/4
1/2
3/4
Tabel. Pengobatan Lini Pertama Malaria Vivaks Menurut Berat Badan dengan
Artesunat+Amodiakuin dan Primakuin.
Dosis Obat :
Amodiakuin
= 10 mg/kgBB
Artesunat
= 4 mg/kgBB
Primakuin
Primakuin
Jenis
Obat
5 kg
6-10
11-17
0-1
kg
2-11
kg
1-4
18-30 31-33
kg
kg
5-9
10-14
34-40 41-45
46-
kg
15
kg
15
60kg
15
.>60
kg
15
bulan
bulan tahun
tahun
tahun
tahun
tahun
tahu
tahun
Kina
Sesua
3x 1/2
3x1
3x11/2
3x11/2
3x2
3x21/2
3x3
Primakui
i BB
-
n
3x
21/2
3/4
1 1/2
1-7
1
n
Tabel. Pengobatan Lini Kedua Untuk Malaria Falciparum dengan Obat Kombinasi Kina dan
Doksisiklin.
Hari
Jenis Obat
1-7
Doksisikli
n
Tabel. Dosis Doksisiklin
8 tahun
-
2x25 mg
tahum
2x50 mg
tahun
2x75 mg
tahun
2x100m
g
Kombinasi ini digunakan untuk pengobatan Malaria Vivaks yang tidak respon terhadap
pengobatab ACT.
Hari
1-7
1-14
Jenis Obat
6-10
11-17
0-1
kg
2-11
kg
1-4
18-30 31-33
kg
kg
5-9
10-14
34-40 41-45
46-
kg
15
kg
15
60kg
15
.>60
kg
15
bulan
bulan tahun
tahun
tahun
tahun
tahun
tahu
tahun
Kina
Sesua
3x 1/2
3x1
3x11/2
3x11/2
3x2
3x21/2
3x3
Primakuin
i BB
-
n
3x
21/2
1/4
1/2
3/4
3/4
Pengobatan lini kedua untuk Malaria Ovale sama denga Malaria Vivaks.
Pengobatan
Infeksi
campuran
antara
Malaria
Falciparum
dengan
Malaria
Vivaks/Malaria Ovale
Pengobatannya adalah dengan ACT yang diberikan 1x per hari selama 3 hari, serta
Primakuin dengan dosis 0,25 mg/kgBB/hari selama 14 hari.
Hari
Jenis
Obat
6-10
0-1
kg
2-11
1-4
5-9
10-14
15
g
15
bulan
1/2
tahun
1
tahun
1 1/2
tahun
2
tahun
3
tahun
4
1/4
1/2
3/4
1-3
DHP
bulan
1/4
1-14
Primakui
60k
n
Tabel. Pengobatan Infeksi Campur Malaria. Falsiparum + Malaria Vivaks/Malaria Ovale
dengan DHP
Hari
1-3
Jenis Obat
6-10
11-17
18-30
31-40
41-59
60k
0-1
kg
2-11
kg
1-4
kg
5-9
kg
10-14
kg
15
g
15
Artesunat
bulan
1/4
bulan
1/2
tahun
1
tahun
2
tahun
3
tahun
4
tahun
4
Amodiakui
1/4
1/2
n
Primakuin
1/4
1/2
3/4
Pengobatan
nyamuk.
Bila akan digunakan kemoprofilaksis, perlu diketahui sensitifitas plasmodium ditempat
tujuan. Bila daerah dengan klorokuin sensitif (seperti Minahasa) cukup profilaksis
dengan 2 tablet klorokuin (250 mg klorokuin diphosphat), tiap minggu satu minggu
sebelum berangkat dan 4 minggu setelah tiba kembali. Profilaksis ini juga dipakai pada
wanita hamil di daerah endemik atau pada individu yang terbukti imunitasnya rendah
(sering terinfeksi malaria). Pada daerah yang resisten klorokuin dianjurkan Doksisiklin
100 mg/hari atau Mefloquin 250 mg/minggu atau Klorokuin 2 tablet/minggu ditambah
Proguanil 200 mg/hari. Obat baru yang di pakai untuk pencegahan yaitu Primakuin dosis
0,5 mg/kg BB/hari.
XI.
Prognosis
Pada infeksi malaria hanya terjadi mortalitas bila mengalami malaria berat.
Pada malaria berat, mortalitas tergantung pada kecepatan penderita tiba di RS,
kecepatan diagnosa dan penanganan yang tepat. Walaupun demikian, mortalitas
penderita malaria berat di dunia masih cukup bervariasi 15% - 60% tergantung
BAB II
LAPORAN KASUS
Nama
: Tn. Andri
Umur
: 27 tahun
Pekerjaan
Alamat
Agama
: Islam
Anamnesis
Seorang pasien laki-laki, berusia 27 tahun, masuk IGD Puskesmas Koto Baru dengan
keluhan utama demam. Hal ini di alami pasien sejak 3 hari sebelum masuk IGD Puskesmas
Koto Baru.
Demam sejak 3 hari sebelum masuk IGD Puskesmas Koto Baru. Demam biasanya
: Compos Mentis
Tekanan Darah
: 160/110 mmHg
Keadaan Umum
: Sedang
Nadi
: 88x/menit
Berat Badan
: 65 kg
Nafas
: 20x/menit
Tinggi Badan
: 168 cm
Suhu
: 37,60C
IMT
: 23,03
Kulit
KGB
: Tidak membesar
Mata
THT
Leher
Dada
: Paru : Inspeksi
Palpasi
: Fremitus kanan=kiri
Perkusi
Auskultasi
: Inspeksi
Palpasi
Anggota Gerak
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
Anjuran Pemeriksaan : Test sediaan darah tepi Malaria dan test Widal
-
Diagnosis
: Malaria Vivax
Terapi
Follow Up
27 Juni 2015
Keadaan Pasien :
- Demam (+)
- Mual (+), Muntah (+)
- Mencret (+)
- Perut sakit (+)
- Kepala sakit (+)
- Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Terapi :
- IVFD RL 20 tetes/menit + Primperan drip
- Ranitidin inj/12 jam
- Paracetamol 3x1 tablet
- Loperamid 2-1-1
- Kotrimoksazol 2x1 tablet
- Scopamin inj/12 jam
- Antasida sirup (aff)
- Obat Antimalaria Kombinasi
28 Juni 2015
Keadaan Pasien :
- Demam (+)
- Mual (+), muntah bila makan
- Nyeri ulu hati (+)
- Mencret (-)
- Sakit kepala (+)
- Sakit perut (+)
- TD : 120/80 mmHg
Terapi :
- IVFD RL 20 tetes/menit
- Paracetamol 3x1 tablet
- Ranitidin 2x1 tablet
- Antasida sirup 3x2 sendok
- Buscopan inj/12 jam (k/p)
- Obat Antimalaria Kombinasi
29 Juni 2015
Keadaan Pasien :
- Mual (-), muntah berkurang
- Demam (-)
- Sakit kepala, sakit perut (-)
- Nyeri ulu hati (+)
- TD : 110/80 mmHg
Pasien sudah boleh pulang
Obat berobat jalan :
- Ranitidin 2x1 tablet
- Antasida sirup 3x2 sendok
- Parasetamol 3x1 tablet