SPONDILITIS TUBERCULOSIS
DI POLI ORTHOPEDI RSD dr. SOEBANDI JEMBER
oleh
Khoirul Romadhan, S.Kep.
NIM 082311101031
LAPORAN PENDAHULUAN
SPONDILITIS TUBERCULOSIS
Oleh: Khoirul Romadhan,S.Kep (082311101031)
A; Konsep Dasar
1
Pengertian
Spondilitis
tuberculosa
adalah
infeksi
yang
sifatnya
kronis
berupa
infeksi
kebelakang dari
sisi untuk menyambung iga, lengkungnya agak kecil, prosesus panjang dan mengarah
kebawah, sedangkan prosesus tranversus, yang membantu faset persendian untuk iga.
Vertebra lumbalis atau ruas tulang pinggang:
Vertebra lumbalis bentuknya adalah yang terbesar, badannya sangat besar dibandingkan
dengan badab vertebra yang lainnya dan berbentuk seperti ginjal, prosesus spinosusnya
lebar dan berbentuk seperti kapak kecil, prosesus tranversusnya panjang dan langsing, ruas
kelima membentuk sendi dengan sakrum pada sendi lumbo sakral.
Sakrum atau tulang kelangkang.
Tulang sakram berbentuk segitiga dan terletak padambagian bawah kolumna vertebralis,
terjepit diantara kedua tulang inominata (atau tulang koxa) dan membentuk bagian belakabg
rongga pelvis (panggul). Dasar dari sakrum terletak diatas dan bersendi dengan vertebra
lumbalis kelima dan membentuk sendi intervetebra yang khas,tepi anterior dari basis
saklrum,membentuk promontorium sakralis. Kanalis sakralis terletak dibawah kanalis
vertebralis (saluran tulang belakang) dan lanjuan dari padanya. Dinding kanalis sakralis
berlubang - lubang untuk dilalui saraf sakral. Prosesus spinosus yang indemeter dapat
dilihat pada pandangan posterior dari sakrum. Permukaan anterior sakrum adalah lekung
dan memperlihatkan empat gili-gili melintang, yang menandakan tempat penggabungan
kelima vertebra sakralis pada ujung gili-gili ini disetiap sisi terdapat lubang - lubang kecil
untuk dilewati urat-urat saraf. Lubang - lubang ini di sebut foramina. Apex dari sakrum
bersendi,dengan tulang koksigius. Disisinya, sakrum bersendi dengan tulang ileum dan
membentuk sendi sakroiliaka kanan dan kiri.
Koksigeus atau tulang ekor.
Koksigeus terdiri atas empat atau lima vertebra yang rudimater yang bergabung menjadi
satu, di atasnya ia bersendi dengan sakrum (Evelyn C pearce 1989:)
3
Patofisiologi
Spondilitis tuberkulosa merupakan suatu tuberkulosis tulang yang sifatnya sekunder dari
TBC tempat lain di tubuh. Penyebarannya secara hematogen, di duga terjadinya penyakit
tersebut sering karena penyebaran hematogen dari infeksi traktus urinarius melalui pleksus
Batson. Infeksi TBC vertebra di tandai dengan proses destruksi tulang progresif tetapi
lambat di bagian depan (anterior vertebral body). Penyebaran dari jaringan yang mengalami
pengejuan akan menghalangi proses pembentukan tulang sehingga berbentuk "tuberculos
squestra". Sedang jaringan granulasi TBC akan penetrasi ke korteks dan terbentuk abses
para vertebral yang dapat menjalar ke atas / bawah lewat ligamentum longitudinal anterior
dan posterior. Sedang diskus Intervertebralis oleh karena avaskular lebih resisten tetapi akan
mengalami dehidrasi dan terjadi penyempitan oleh karena dirusak jaringan granulasi TBC.
Kerusakan progresif bagian anterior vertebra akan menimbulkan kiposis.
Dampak Masalah
a; Terhadap Individu.
Sebagai orang sakit, khusus klien spondilitis tuberkolosa akan mengalami suatau
perubahan, baik iru bio, psiko sosial dan spiritual yang akan selalu menimbulkan
dampak yang di karenakan baik itu oleh proses penyakit ataupun pengobatan dan
perawatan oelh karena adanya perubahan tersebut akan mempengaruhi pola - pola
fungsi kesehatan antara lain:
1; Pola nutrisi dan metabolisme.
Akibat proses penyakitnya klien merasakan tubuhnya menjadi lemah dan
anoreksia, sedangkan kebutuhan metabolisme tubuh semakin meningkat sehingga
klien akan mengalami gangguan pada status nutrisinya.
2; Pola aktifitas.
Sehubungan dengan adanya kelemahan fisik nyeri pada punggung
menyebabkan klien membatasi aktifitas fisik dan berkurangnya kemampuan dalam
melaksanakan aktifitas fisik tersebut.
3; Pola persepsi dan konsep diri.
Klien dengan Spondilitis teberkulosa seringkali merasa malu terhadap bentuk
tubuhnya dan kadang - kadang mengisolasi diri.
b; Dampak terhadap keluarga.
Dalam sebuah keluarga, jika salah satu anggota keluarga sakit, maka yang lain
akan merasakan akibatnya yang akan mempengaruhi atau merubah segala kondisi
aktivitas rutin dalam keluarga itu.
B;
Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu sistem dalam merencanakan pelayanan asuhan
keperawatan dan juga sebagai alat dalam melaksanakan praktek keperawatan yang terdiri dari lima
tahap yang meliputi: pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan
evaluasi. (Lismidar, 1990: IX).
1; Pengkajian.
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan. Pengkajian di
lakukan dengan cermat untuk mengenal masalah klien, agar dapat memeri arah kepada tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat tergantung pada kecermatan dan
ketelitian dalam tahap pengkajian. Tahap pengkajian terdiri dari tiga kegiatan yaitu:
pengumpulan data, pengelomp[okan data, perumusan diagnosa keperawatan. (Lismidar 1990: 1)
a; Pengumpulan data.
Secara tehnis pengumpulan data di lakukan melalui anamnesa baik pada klien,
keluarga maupun orang terdekat dengan klien. Pemeriksaan fisik di lakukan dengan cara,
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
1; Identitas klien meliputi: nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan,
agama, suku bangsa, pendidikan, alamat, tanggal/jam MRS dan diagnosa medis.
2; Riwayat penyakit sekarang.
Keluhan utama pada klien Spodilitis tuberkulosa terdapat nyeri pada punggung
bagian bawah, sehingga mendorong klien berobat kerumah sakit. Pada awal dapat
dijumpai nyeri radikuler yang mengelilingi dada atau perut. Nyeri dirasakan meningkat
pada malam hari dan bertambah berat terutama pada saat pergerakan tulang belakang.
Selain adanya keluhan utama tersebut klien bisa mengeluh, nafsu makan menurun,
badan terasa lemah, sumer-sumer (Jawa), keringat dingin dan penurunan berat badan.
3; Riwayat penyakit dahulu
Tentang terjadinya penyakit Spondilitis tuberkulosa biasany pada klien di
dahului dengan adanya riwayat pernah menderita penyakit tuberkulosis paru. (R. Sjamsu
hidajat, 1997: 20).
4; Riwayat kesehatan keluarga.
Pada klien dengan penyakit Spondilitis tuberkulosa salah satu penyebab
timbulnya adalah klien pernah atau masih kontak dengan penderita lain yang menderita
penyakit tuberkulosis atau pada lingkungan keluarga ada yang menderita penyakit
menular tersebut.
5; Riwayat psikososial
Klien akan merasa cemas terhadap penyakit yang di derita, sehingga kan
kelihatan sedih, dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit, pengobatan dan
perawatan terhadapnya maka penderita akan merasa takut dan bertambah cemas
sehingga emosinya akan tidak stabil dan mempengaruhi sosialisai penderita.
6; Pola - pola fungsi kesehatan
a; Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.
Adanya tindakan medis serta perawatan di rumah sakit akan mempengaruhi
persepsi klien tentang kebiasaan merawat diri, yang dikarenakan tidak semua klien
mengerti benar perjalanan penyakitnya. Sehingga menimbulkan salah persepsi
dalam pemeliharaan kesehatan. Dan juga kemungkinan terdapatnya riwayat tentang
keadaan perumahan, gizi dan tingkat ekonomi klien yang mempengaruhi keadaan
kesehatan klien.
b; Pola nutrisi dan metabolisme.
Akibat dari proses penyakitnya klien merasakan tubuhnya menjadi lemah
dan amnesia. Sedangkan kebutuhan metabolisme tubuh semakin meningkat,
sehingga klien akan mengalami gangguan pada status nutrisinya. (Abdurahman, et al
1994: 144)
c; Pola eliminasi.
Klien akan mengalami perubahan dalam cara eliminasi yang semula bisa ke
kamar mandi, karena lemah dan nyeri pada punggung serta dengan adanya penata
laksanaan perawatan imobilisasi, sehingga kalau mau BAB dan BAK harus ditempat
tidur dengan suatu alat. Dengan adanya perubahan tersebut klien tidak terbiasa
sehingga akan mengganggu proses aliminasi.
d; Pola aktivitas.
Sehubungan dengan adanya kelemahan fisik dan nyeri pada punggung serta
penatalaksanaan perawatan imobilisasi akan menyebabkan klien membatasi aktivitas
fisik dan berkurangnya kemampuan dalam melaksanakan aktivitas fisik tersebut.
e; Pola tidur dan istirahat.
Adanya nyeri pada punggung dan perubahan lingkungan atau dampak
hospitalisasi akan menyebabkan masalah dalam pemenuhan kebutuhan tidur dan
istirahat.
b; Laboratorium
-
c; Tes tuberkulin.
Reaksi tuberkulin biasanya positif.
b; Analisa.
Setelah data di kumpulkan kemudian dikelompokkan menurut data subjektif yaitu
data yang didapat dari pasien sendiri dalm hal komukasi atau data verbal dan objektiv yaitu
data yang didapat dari pengamatan, observasi, pengukuran dan hasil pemeriksaan radiologi
maupun laboratorium. Dari hasil analisa data dapat disimpulkan masalah yang di alami oleh
klien. (Mi Ja Kim, et al 1994).
2; Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan dari masalah klien yang nyata
maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan, yang pemecahannya dapat
dilakukan dalam batas wewenang perawat untuk melakukannya. (Tim Departemen Kesehatan
RI, 1991: 17).
Diagnosa keperawatan yang timbul pada pasien Spondilitis tuberkulosa adalah:
a; Gangguan mobilitas fisik
b; Gangguan rasa nyaman ; nyeri sendi dan otot.
c; Perubahan konsep diri: Body image.
d; Kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah.
(Susan Martin Tucker, 1998: 445)
3; Perencanaan Keperawatan.
d; Dengan ganti ganti posisi agar otot otot tidak terus spasme dan tegang sehingga
otot menjadi lemas dan nyeri berkurang.
e; Metode alternatif seperti relaksasi kadang lebih cepat menghilangkan nyeri atau
dengan mengalihkan perhatian klien sehingga nyeri berkurang.
c; Diagnosa Keperawatan ketiga
Gangguan citra tubuh sehubungan dengan gangguan struktur tubuh.
1; Tujuan
Klien dapa mengekspresikan perasaannya dan dapat menggunakan koping yang adaptif.
2; Kriteria hasil
Klien dapat mengungkapkan perasaan / perhatian dan menggunakan keterampilan
koping yang positif dalam mengatasi perubahan citra.
3; Rencana tindakan
a; Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan. Perawat harus
mendengarkan dengan penuh perhatian.
b; Bersama sama klien mencari alternatif koping yang positif.
c; Kembangkan komunikasi dan bina hubungan antara klien keluarga dan teman serta
berikan aktivitas rekreasi dan permainan guna mengatasi perubahan body image.
4; Rasional
a; meningkatkan harga diri klien dan membina hubungan saling percaya dan dengan
ungkapan perasaan dapat membantu penerimaan diri.
b; Dukungan perawat pada klien dapat meningkatkan rasa percaya diri klien.
c; Memberikan semangat bagi klien agar dapat memandang dirinya secara positif dan
tidak merasa rendah diri.
d; Diagnosa Keperawatan keempat
Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurangnya informasi tentang penatalaksanaan
perawatan di rumah.
1; Tujuan
Klien dan keluarga dapat memahami cara perawatan di rumah.
2; Kriteria hasil
a; Klien dapat memperagakan pemasangan dan perawatan brace atau korset
b; Mengekspresikan pengertian tentang jadwal pengobatan
c; Klien mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit, rencana pengobatan, dan