Anda di halaman 1dari 104

Draf tanggal 25 Juli 2014

LAMPIRAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : ...... TAHUN
TANGGAL : ......
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL
TAHUN 2015-2035

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan industri ke depan ditujukan agar sektor industri dapat
tumbuh lebih cepat sehingga dapat berperan lebih besar dalam
penciptaan nilai tambah yang berujung pada peran sektor industri pada
peningkatan pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.
Peningkatan pertumbuhan dan peran sektor industri tersebut akan
dapat dicapai apabila berbagai permasalahan yang dihadapi saat ini
dapat diatasi, yaitu:
1. masih lemahnya daya saing industri nasional;
2. belum kuat dan belum dalamnya struktur industri nasional;
3. masih terkonsentrasinya kegiatan industri di Pulau Jawa; dan
4. belum optimalnya regulasi pemerintah dalam mendukung kemajuan
sektor industri.
Undang-Undang No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian disusun
dengan tujuan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Undang-undang
tersebut memberikan peran yang lebih besar kepada pemerintah dalam
mendorong kemajuan industri nasional secara terencana. Peran tersebut
diperlukan sebagai jawaban terhadap gagalnya mekanisme pasar dalam
mengarahkan perekonomian nasional untuk tumbuh lebih cepat dan
mengejar ketertinggalan dari negara lain yang lebih dahulu maju.
Sesuai dengan amanah Undang-Undang No. 3 Tahun 2014 tentang
Perindustrian, peran pemerintah dalam mendorong kemajuan sektor
industri ke depan dilakukan secara terencana serta disusun secara
sistematis dalam suatu dokumen perencanaan. Dokumen perencanaan
tersebut harus menjadi pedoman dalam menentukan arah kebijakan
pemerintah dalam mendorong pembangunan sektor industri dan menjadi
panduan bagi seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam
pembangunan industri nasional.
1

B. Tujuan
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) disusun sebagai
pelaksanaan amanat pasal 8 ayat 1, Undang-Undang No. 3 tahun 2014,
dan menjadi pedoman bagi pemerintah dan pelaku Industri dalam
perencanaan dan pembangunan Industri sehingga tercapai tujuan
penyelenggaraan Perindustrian, yaitu:
1. mewujudkan

Industri

nasional

sebagai

pilar

dan

penggerak

perekonomian nasional;
2. mewujudkan kedalaman dan kekuatan struktur Industri;
3. mewujudkan Industri yang mandiri, berdaya saing, dan maju, serta
Industri Hijau;
4. mewujudkan kepastian berusaha, persaingan yang sehat, serta
mencegah pemusatan atau penguasaan Industri oleh satu kelompok
atau perseorangan yang merugikan masyarakat;
5. membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja;
6. mewujudkan pemerataan pembangunan Industri ke seluruh wilayah
Indonesia guna memperkuat dan memperkukuh ketahanan nasional;
dan
7. meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara
berkeadilan.
RIPIN memiliki masa berlaku untuk jangka waktu 20 tahun, dan bila
diperlukan dapat ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahun.
C. Perkembangan Lingkungan Strategis
1. Dinamika Terkait Sektor lndustri
Sektor industri bersifat dinamis seiring dengan perubahan yang terjadi
di dalam sektor industri itu sendiri maupun di luar lingkungan
industri. Sifat dinamis ini penting agar sektor industri dapat selalu
beradaptasi. Beberapa faktor telah terbukti dan diakui memiliki
pengaruh penting terhadap perkembangan sektor industri nasional di
masa depan antara lain:
a. Peningkatan

jumlah,

perubahan

komposisi,

dan

peningkatan

kesejahteraan penduduk
Saat

ini,

Indonesia

adalah

negara

keempat

dalam

daftar

berpenduduk terbesar di dunia, dan diperkirakan akan terus


bertambah menjadi 280 juta pada tahun 2025 dan 313 juta pada
2

tahun

2035.

potensial

Besarnya

bagi

jumlah

industri

penduduk

barang

merupakan

konsumsi

dan

pasar

industri

pendukungnya, termasuk industri komponen. Selain itu, komposisi


struktur demografi penduduk berusia produktif yang lebih besar
merupakan

peluang

bagi

peningkatan

produktivitas

industri

nasional. Peningkatan potensi pasar dan produktivitas akan


berpengaruh pada peningkatan kesejahteraan penduduk melalui
peningkatan pendapatan per kapita.
b. Perkembangan teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa depan
akan difokuskan pada nanotechnology, biotechnology, information
technology dan cognitive science, dengan fokus aplikasi pada bidang
energi, pangan, dan lingkungan. Teknologi telah menjadi komoditi
yang

memudahkan

Perkembangan

tata

teknologi

cara

penguasaannya

tersebut

akan

oleh

industri.

berpengaruh

pada

perkembangan sektor industri nasional sehingga perlu disiapkan


sistem serta strategi alih teknologi dan inovasi teknologi yang
sesuai, diantaranya peningkatan pembiayaan kegiatan penelitian
dan pengembangan (R&D), termasuk sinergi antara pemerintah,
industri, lembaga penelitian dan pengembangan, serta perguruan
tinggi.
c. Globalisasi proses produksi
Globalisasi perdagangan dan investasi berdampak pada pelibatan
industri nasional dalam rantai pasok global dimana penciptaan
nilai tambah melalui proses produksi tersebar di banyak lokasi atau
negara. Globalisasi proses produksi meningkatkan keterlibatan
industri nasional, investasi asing, dan alih teknologi. Perdagangan
komponen

diprediksi

akan

semakin

mendominasi

struktur

perdagangan antar negara. Keterlibatan industri nasional dalam


rantai pasok global juga berpotensi pada kerentanan terhadap
gejolak

perekonomian

dunia.

Oleh

karena

itu,

kebijakan

kemandirian dan ketahanan industri nasional menjadi sangat


penting di masa depan.
d. Kelangkaan energi
Sejalan dengan pertumbuhan industri dan ekonomi, akan terjadi
kelangkaan energi seiring dengan meningkatnya kebutuhan energi
3

pada

20

tahun

kedepan.

Untuk

menjamin

keberlangsungan

pembangunan industri diperlukan kebijakan penghematan dan


diversifikasi energi serta perhatian yang lebih besar terhadap
pengembangan sumber energi terbarukan.
e. Kelangkaan Bahan Baku Tidak Terbarukan
Eksploitasi sumber daya alam tidak terbarukan yang terus menerus
akan mengakibatkan berkurangnya sumber daya tersebut yang
akan berakibat pada kelangkaan bahan baku bagi industri, yang
dikenal

dengan

resources

displacement.

Kondisi

ini

harus

diantisipasi oleh industri hulu yang mengolah sumber daya alam


tidak terbarukan, yaitu industri-industri yang berbasis migasbatubara dan mineral. Kelangkaan bahan baku tidak terbarukan
dapat mengakibatkan industri tersebut tidak dapat beroperasi lagi
atau akan mengakibatkan industri beroperasi dengan biaya yang
tinggi sehingga tidak kompetitif.
f. Peningkatan kepedulian terhadap lingkungan hidup
Peningkatan pertumbuhan sektor industri perlu diikuti dengan
peningkatan kesadaran untuk menjaga kelestarian lingkungan
untuk menjamin keberlanjutan sektor industri di masa depan.
Pembangunan

industri

hijau

(green

industry)

perlu

lebih

diprioritaskan melalui penyediaan produk industri dan penggunaan


teknologi proses produksi yang lebih ramah lingkungan. Instrumen
terkait industri hijau (seperti eco product, energi terbarukan dan
ramah lingkungan, serta bahan-bahan berbahaya dan beracun)
akan semakin berperan dalam regulasi perdagangan global di masa
depan yang tentunya perlu diantisipasi oleh sektor industri.
g. Peningkatan kebutuhan pangan
Industri pangan berkembang dalam kapasitas, diversifikasi dan
mutu produknya sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk,
serta daya beli dan tingkat pendidikan konsumen. Peningkatan
pendapatan penduduk Indonesia yang merupakan konsekuensi
logis dari pertumbuhan ekonomi sekitar 6 persen per tahun telah
menghasilkan pertumbuhan kelas menengah yang cukup cepat.
Kelompok kelas menengah ini juga menjadi salah satu pendorong
dari perkembangan kebutuhan pangan, tidak hanya dari sisi
kuantitas, tetapi juga dari sisi kualitas produk pangan, penyajian
4

yang menarik, cepat dan praktis, serta standar higienisme yang


lebih tinggi dan harga yang kompetitif dan terjangkau. Kebutuhan
akan produk pangan yang sehat, aman, dan halal semakin tinggi.
Industri pangan fungsional dan pangan untuk kebutuhan khusus
juga akan semakin meningkat di masa datang.
h. Paradigma manufaktur
Perubahan

paradigma

industri

yang

mengikuti

tumbuhnya

perhatian pada faktor daya saing terutama faktor kualitas dan


fleksibilitas adalah perubahan sistem manufaktur dari mass
production menjadi mass customization. Pada sistem manufaktur
mass customization, dikenal strategi price minus dimana perhatian
pertama diberikan pada perancangan untuk menghasilkan kualitas
produk sesuai dengan kebutuhan pelanggan yang dilanjutkan
dengan

pertimbangan

pasar

agar

dapat

digunakan

untuk

menetapkan harga, selanjutnya aspek investasi menjadi penentu


untuk menetapkan biaya produksi. Dengan karakteristik ini,
perhatian diberikan pada tahap perencanaan yang mencakup
kualitas produk dan penerimaan di pasar (market acceptability).
i. Alih daya produksi dan kolaborasi
Strategi price minus berdampak pada kelayakan produksi karena
biaya

produksi

untuk

menghasilkan

produk

dengan

tingkat

kualitas tertentu telah ditetapkan, sehingga industri harus mencari


cara bagaimana agar proses produksi dapat dilakukan dengan
benar. Pada kondisi ini, sebuah industri belum tentu mampu
mengerjakan seluruh proses produksi, sehingga industri mulai
mencari mitra yang memungkinkan melaksanakan proses yang
direncanakan. Aktivitas process outsourcing merupakan suatu
alternatif yang berkembang, bahkan banyak industri di negara
maju yang melaksanakan seluruh proses produksinya di negara
berkembang,

atau

dikenal

sebagai

relokasi

industri,

artinya

outsourcing tidak hanya pada seluruh proses tetapi juga termasuk


penggunaan sumberdaya manusia (people outsourcing).
2. Perjanjian Kerjasama Perdagangan Internasional
Perjanjian kerjasama perdagangan internasional antar negara baik
secara bilateral, regional maupun multilateral yang terus meningkat,
telah dan akan mempengaruhi situasi dan kondisi lingkungan
5

strategis, termasuk mempengaruhi kebijakan pemerintah di sektor


industri di masa yang akan datang. Beberapa perjanjian kerjasama
perdagangan yang melibatkan Indonesia antara lain:
a. perjanjian kerjasama perdagangan multilateral (WTO);
b. perjanjian kerjasama perdagangan regional (ASEAN, Regional
Comprehensive Economic Partnership - RCEP dan Trans Pacific
Partnership - TPP); dan
c. perjanjian
Economic

kerjasama

perdagangan

Partnership

Agreement

Comprehensive

Partnership

bilateral
-

Agreement

IJEPA,
-

(Indonesia-Japan
Indonesia-EFTA

IE-CEPA,

Indonesia-

Australia CEPA, Indonesia-India CECA, Indonesia-Korea CEPA, dan


Indonesia-EU CEPA).
Adanya perjanjian kerjasama perdagangan tersebut berdampak pada
beberapa hal berikut:
a. semakin meningkatnya Foreign Direct Investment (FDI) karena daya
tarik potensi pasar Indonesia (dengan populasi mendekati 350 juta
jiwa dalam 20 tahun ke depan) atau karena daya tarik potensi
sumber daya alam atau bahan baku yang dimiliki Indonesia;
b. semakin meningkatnya transaksi perdagangan global oleh Trans
National Corporation (TNC) yang menjadikan industri di Indonesia
sebagai bagian dari Rantai Nilai Global (Global Value Chains
GVCs).

Melalui sistem GVCs kegiatan perdagangan (ekspor dan

impor) lintas negara semakin meningkat (GVCs oleh TNCs mewakili


80% perdagangan global 2013);
c. semakin berkurangnya instrumen perlindungan, baik yang bersifat
tarif maupun non-tarif, bagi pengembangan, ketahanan maupun
daya saing industri di dalam negeri;
d. semakin derasnya arus impor produk barang dan jasa yang
berpotensi mengancam kondisi neraca perdagangan dan neraca
pembayaran; dan
e. semakin ketatnya persaingan antara pekerja asing dan pekerja
domestik sebagai akibat pergerakan pekerja terampil secara lebih
bebas.
3. Kebijakan Otonomi Daerah
Berlakunya UU No 22 dan 25 tahun 1999 menandai perubahan
paradigma pembangunan termasuk dalam hal hubungan antar tingkat
pemerintahan.

Penyempurnaan

kedua

undang-undang

tersebut
6

menjadi UU No 32 dan 33 tahun 2004 yang menegaskan tata kelola


hubungan antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota.
Secara prinsip pelaksanaan otonomi daerah atau desentralisasi di
Indonesia diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran
serta masyarakat.
Melalui

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 diatur

pembagian urusan pemerintahan menjadi urusan pemerintahan yang


menjadi kewenangan pemerintah dan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan pemerintahan daerah yang dibagi menjadi
urusan wajib dan pilihan. Dalam kaitannya dengan sektor industri,
dengan adanya pembagian urusan pemerintahan tersebut ada banyak
peluang yang dapat dimanfaatkan oleh daerah provinsi, kabupaten
dan kota. Pemanfaatan peluang akan mempercepat pertumbuhan dan
pengembangan

industri

di

daerah

serta

meminimalkan

ketidakmerataan penyebaran industri di wilayah Indonesia.

II. VISI DAN MISI PEMBANGUNAN INDUSTRI

Visi Pembangunan Industri Nasional pada tahun 2035 adalah Menjadi


Negara Industri Tangguh yang bercirikan:
1. Struktur industri nasional yang kuat, dalam, sehat dan berkeadilan
2. Industri yang berdaya saing tinggi di tingkat global
3. Industri yang berbasis inovasi dan teknologi
Dalam rangka mewujudkan visi tahun 2035 tersebut di atas, pembangunan
industri nasional mengemban misi sebagai berikut:
1. mewujudkan

Industri

nasional

sebagai

pilar

dan

penggerak

perekonomian nasional;
2. mewujudkan kedalaman dan kekuatan struktur Industri;
3. mewujudkan Industri yang mandiri, berdaya saing, dan maju, serta
Industri Hijau;
4. mewujudkan

kepastian

berusaha,

persaingan

yang

sehat,

serta

mencegah pemusatan atau penguasaan Industri oleh satu kelompok


atau perseorangan yang merugikan masyarakat;
5. membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja;
6. mewujudkan pemerataan pembangunan Industri ke seluruh wilayah
Indonesia guna memperkuat dan memperkukuh ketahanan nasional;
dan
7. meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara
berkeadilan.

III. SASARAN, STRATEGI DAN TAHAPAN PEMBANGUNAN INDUSTRI


A. Sasaran Pembangunan Industri
Sasaran Pembangunan Industri Nasional adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya

pertumbuhan

industri

yang

diharapkan

dapat

mencapai pertumbuhan 2 digit pada tahun 2035 sehingga share


industri terhadap PDB mencapai 30 persen.
2. Meningkatnya penguasaan pasar dalam dan luar negeri dengan
mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan baku, penolong
dan barang modal, serta meningkatkan ekspor produk industri.
3. Tercapainya percepatan penyebaran dan pemerataan industri ke
seluruh wilayah Indonesia.
4. Meningkatnya pengembangan inovasi dan penguasaan teknologi.
5. Meningkatnya

penyerapan tenaga kerja yang kompeten di sektor

industri.
6. Kuatnya struktur industri dengan tumbuhnya industri hulu dan
antara yang berbasis sumber daya alam.
Sasaran pembangunan sektor industri yang akan dicapai pada tahun
2015 sampai dengan tahun 2035 seperti terlihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Sasaran Pembangunan Industri Tahun 2015 s.d. 2035 (persen)
Indikator Pembangunan
Satuan
Industri
Pertumbuhan sektor Industri
1
%
Non Migas
a. Makanan, Minuman dan
Tembakau
b. Tekstil, Brg. kulit & Alas
kaki
c. Brg. kayu & Hasil hutan
lainnya.
d. Kertas dan Barang cetakan
e. Pupuk, Kimia & Barang
dari karet
f. Semen & Brg. Galian
bukan logam
g. Logam Dasar Besi & Baja
h. Alat Angk., Mesin &
Peralatannya
i. Barang lainnya

NO

Share Industri non migas


terhadap PDB

2014

2015

2020

2025

2035

6,18

6,83

8,51

9,11

10,46

5,35

5,64

6,99

7,26

7,68

5,60

5,86

7,10

7,37

8,20

6,06

6,12

6,04

6,45

6,81

3,69

4,07

4,67

5,65

6,33

2,07

3,23

7,98

8,29

10,22

3,19

4,66

6,83

8,30

9,55

5,69

6,78

5,60

6,82

7,15

9,07

9,80

10,73

11,16

12,24

3,24

2,69

3,12

4,05

5,44

21,06

21,22

24,88

27,44

30,00
9

Indikator Pembangunan
Satuan 2014
Industri
Share ekspor produk industri
3
%
62,86
terhadap total ekspor
Jumlah tenaga kerja di sektor Juta
4
14,88
industri
orang
Rasio impor bahan baku
5 sektor industri terhadap PDB
%
43,52
sektor industri non migas
Rp
6 Nilai Investasi sektor industri
210
Trilyun
a. Investasi di P Jawa
terhadap total investasi
%
72
sektor industri
b. Investasi di luar P Jawa
terhadap total investasi
%
28
sektor industri
Persentase nilai tambah
7 sektor industri yang
%
29,00
diciptakan di luar Pulau Jawa

NO

2015

2020

2025

2035

66,26

69,85

73,46

78,39

15,44

18,44

21,73

29,19

43,08

26,98

23,00

20,00

270

510

1.000

1.930

69

62

55

40

31

38

45

60

30,00

32,00

35,00

40,00

B. Strategi Pembangunan Industri


Strategi yang ditempuh untuk mencapai sasaran pembangunan industri
nasional adalah sebagai berikut :
1. Mengembangkan industri hulu dan antara berbasis sumber daya
alam
2. Pengendalian Ekspor Bahan Mentah dan Sumber Energi
3. Meningkatkan penguasaan teknologi dan kualitas SDM industri.
4. Mengembangkan Wilayah Pengembangan Industri (WPI), Wilayah
Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI), Kawasan Industri (KI), dan
Sentra Industri Kecil dan Menengah.
5. Menyediakan
kebijakan,

langkah-langkah

penguatan

kapasitas

afirmatif

berupa

kelembagaan

dan

perumusan
pemberian

fasilitas
6. Pembangunan sarana dan prasarana Industri
7. Pembangunan industri hijau
8. Pembangunan industri strategis
9. Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri
10. Kerjasama internasional bidang industri

C. Pentahapan Pembangunan Industri


10

Pentahapan pembangunan industri prioritas dilakukan dalam jangka


menengah (sesuai periode perencanaan pemerintah) dan jangka panjang
(sesuai dengan periode berlakunya Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2014 tentang Perindustrian). Sejalan dengan Rencana Pembangunan
Jangka

Panjang

Nasional

(RPJPN),

tahapan

dan

arah

rencana

pembangunan industri nasional diuraikan sebagai berikut:


1. Tahap I (2015-2020)
Arah rencana pembangunan industri nasional pada tahap ini
dimaksudkan untuk "meningkatkan nilai tambah sumber daya alam
pada industri hulu berbasis agro, mineral dan migas, yang diikuti
dengan pembangunan industri pendukung dan andalan secara
selektif melalui penyiapan SDM yang ahli dan kompeten di bidang
industri, serta meningkatkan penguasaan teknologi."
2. Tahap II (2020-2025)
Arah rencana pembangunan industri nasional pada tahap ini
dimaksudkan

untuk

"mencapai

keunggulan

kompetitif

dan

berwawasan lingkungan melalui penguatan struktur industri dan


penguasaan teknologi, serta didukung oleh SDM yang berkualitas."
3. Tahap III (2025-2035)
Arah rencana pembangunan industri nasional pada tahap ini
dimaksudkan untuk "menjadikan Indonesia sebagai Negara Industri
Tangguh yang bercirikan struktur industri nasional yang kuat dan
dalam, berdaya saing tinggi di tingkat global, serta berbasis inovasi
dan teknologi."
Tahapan pembangunan industri secara ringkas dapat digambarkan
sebagai berikut:

Gambar 1. Tahapan Pembangunan Industri Nasional.

11

IV. BANGUN INDUSTRI NASIONAL


Bangun industri nasional berisikan industri andalan masa depan, industri
pendukung, dan industri hulu, dimana ketiga kelompok industri tersebut
memerlukan modal dasar berupa sumber daya alam, sumber daya
manusia, serta teknologi, inovasi dan kreativitas. Pembangunan industri di
masa depan tersebut juga memerlukan prasyarat berupa ketersediaan
infrastruktur dan pembiayaan yang memadai, serta didukung oleh
kebijakan dan regulasi yang efektif.
A. Karakteristik Industri Nasional Di Masa Depan
Industri Nasional pada tahun 2035 memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1. Industri Manufaktur Kelas Dunia (World Class Manufacturing), yang
memiliki basis industri yang kuat dengan kondisi:
a. Tumbuh

dan

berkembangnya

industri

manufaktur

dengan

berbasis sumber daya nasional;


b. Terbangunnya

modal

dasar

dan

prasyarat

pembangunan

industri;
c.

Terbentuknya daya saing yang kuat di pasar internasional.

2. Struktur industri yang kuat sebagai motor penggerak utama (prime


mover) perekonomian dengan ciri sebagai berikut:
a. Mempunyai kaitan (linkage) yang kuat dan sinergis antar sub
sektor industri dan dengan berbagai sektor ekonomi lainnya;
b. Memiliki kandungan lokal yang tinggi;
c.

Menguasai pasar domestik;

d. Memiliki produk unggulan industri masa depan;


e.

Dapat tumbuh secara berkelanjutan;

f.

Mempunyai daya tahan (resilience) yang tinggi terhadap gejolak


perekonomian dunia.

3. Sinergitas yang kuat antara industri kecil, menengah, dan besar yang
menjalankan perannya sebagai sebuah rantai pasok (supply chain).
Sinergitas tersebut harus dibangun melalui hubungan yang saling
menguntungkan dan saling membutuhkan antar skala usaha sektor
industri secara nasional.
4. Pentingnya peran dan kontribusi industri manufaktur terhadap
Ekonomi Nasional sebagai tumpuan bagi penciptaan lapangan kerja,
penciptaan nilai tambah, penguasaan pasar domestik, pendukung
pembangunan berkelanjutan, serta menghasilkan devisa.
12

B. Kerangka Pikir Pembangunan Industri Nasional


Bangun Industri Nasional berisikan industri-industri prioritas yang
terdiri dari industri andalan yang diinginkan di masa depan, industri
pendukung dan industri hulu yang perlu dikembangkan. Bangun
Industri Nasional juga memerlukan modal dasar berupa sumber daya
alam, sumber daya manusia, serta teknologi inovasi dan kreativitas.
Untuk mewujudkan visi dan misi pembangunan industri nasional juga
dibutuhkan prasyarat berupa infrastruktur yang memadai, kebijakan
dan regulasi yang kondusif, serta tersedianya dukungan dan akses
pembiayaan.
Bangun Industri Nasional tahun 2035 mencakup:
1. Industri Andalan, yaitu industri prioritas yang akan berperan besar
sebagai penggerak utama (prime mover) perekonomian di masa yang
akan datang. Selain memperhatikan potensi sumber daya alam
sebagai sumber keunggulan komparatif, industri andalan tersebut
memiliki keunggulan kompetitif yang mengandalkan sumber daya
manusia

yang

berpengetahuan

dan

terampil,

serta

ilmu

pengetahuan dan teknologi.


2. Industri Pendukung, yaitu industri prioritas yang akan berperan
sebagai faktor pemungkin (enabler) bagi pengembangan industri
andalan secara efektif, efisien, integratif dan komprehensif.
3. Industri Hulu, yaitu industri prioritas yang bersifat sebagai basis
industri manufaktur yang menghasilkan bahan baku yang dapat
disertai perbaikan spesifikasi tertentu yang digunakan untuk
industri hilirnya.
4. Modal Dasar, yaitu faktor-faktor sumber daya yang digunakan
dalam kegiatan industri untuk menghasilkan barang serta dalam
penciptaan nilai tambah atau manfaat yang tinggi. Modal dasar yang
diperlukan dan digunakan dalam kegiatan industri adalah:
a. Sumber daya alam yang diolah dan dimanfaatkan secara
efisien, ramah lingkungan, dan berkelanjutan, sebagai bahan
baku maupun sumber energi bagi kegiatan industri;
b. Sumber

daya

manusia

yang

memiliki

kompetensi

kerja

(pengetahuan, ketrampilan dan sikap) yang sesuai di bidang


industri;
c.

Pengembangan,

penguasaan,

dan

pemanfaatan

teknologi

industri, kreativitas serta inovasi untuk meningkatkan efisiensi,


13

produktivitas, nilai tambah, daya saing, dan kemandirian sektor


industri nasional.
5. Prasyarat, yaitu kondisi ideal yang dibutuhkan sebagai syarat agar
tujuan pembangunan industri dapat tercapai. Prasyarat yang
dibutuhkan untuk mewujudkan industri andalan, pendukung dan
hulu, serta dalam pemanfaatan sumber daya di masa yang akan
datang adalah:
a. Penyediaan infrastruktur industri di dalam dan di luar kawasan
industri dan/atau di dalam kawasan peruntukan Industri;
b. Penetapan kebijakan dan regulasi yang mendukung iklim usaha
yang kondusif bagi sektor industri;
c.

Penyediaan

alokasi

dan

kemudahan

pembiayaan

yang

kompetitif untuk pembangunan industri nasional.


C. Penetapan Industri Prioritas
Penetapan industri prioritas dilakukan dengan mempertimbangkan:
1. Kepentingan

nasional

sebagai

tujuan

pembangunan

industri

diantaranya adalah:
a. peningkatan

kemandirian

ekonomi

dan

mengurangi

ketergantungan ekonomi dari negara lain;


b. keamanan, kesatuan, dan konektivitas wilayah Indonesia secara
strategis; dan
c. persebaran kegiatan ekonomi dan industri secara lebih merata ke
seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Permasalahan

terkait

pertumbuhan

ekonomi

yang

dihadapi

diantaranya adalah:
a. penyerapan tenaga kerja dan peningkatan kesejahteraan pekerja
melalui penciptaan lapangan kerja produktif; dan
b. struktur industri yang lemah yang ditandai dengan kurangnya
keterkaitan antara satu sektor industri dengan industri lainnya,
tingginya kandungan impor bahan baku dan komponen, dan
lemahnya daya saing di pasar global.
3. Keinginan

untuk

mengejar

ketertinggalan

dari

negara

maju

dilakukan melalui peningkatan produktivitas yang dapat dicapai


melalui pemanfaatan teknologi yang sesuai.
Berdasarkan

pertimbangan

di

atas,

maka

dirumuskan

kriteria

penentuan industri prioritas sebagai berikut :


14

1. Kriteria secara kuantitatif terdiri dari :


a. Memenuhi kebutuhan dalam negeri dan substitusi impor, atau
memiliki potensi pasar yang tumbuh pesat di dalam negeri;
b. Meningkatkan kuantitas dan kualitas penyerapan tenaga kerja,
atau berpotensi dan/atau mampu menciptakan lapangan kerja
produktif;
c. Memiliki daya saing internasional, atau memiliki potensi untuk
tumbuh dan bersaing di pasar global;
d. Memberikan nilai tambah yang tumbuh progresif di dalam negeri,
atau memiliki potensi untuk tumbuh pesat dalam kemandirian;
e. Memperkuat, memperdalam, dan menyehatkan struktur industri.
f. Memiliki keunggulan komparatif, penguasaan bahan baku, dan
teknologi.
2. Kriteria secara kualitatif terdiri dari:
a. Memperkokoh konektivitas ekonomi nasional;
b. Menopang ketahanan pangan, kesehatan dan energi;
c. Mendorong penyebaran dan pemerataan industri.
Indikator untuk kriteria kuantitatif tersaji pada Tabel 2.
Tabel 2. Indikator Kriteria Pemilihan Industri Prioritas
No.

Kriteria

Indikator Kuantitatif

Memenuhi kebutuhan dalam


negeri dan substitusi impor

Meningkatkan kuantitas dan


kualitas penyerapan tenaga
kerja

Memiliki daya saing


internasional

Memiliki nilai tambah yang


berkelanjutan di dalam
negeri

1. Pertumbuhan nilai impor


2. Pertumbuhan volume impor
3. Rasio impor terhadap total
perdagangan
4. Pertumbuhan output
5. Proporsi bahan baku impor
1. Tenaga kerja per perusahaan
2. Peran dalam penyerapan tenaga kerja
3. Intensitas penggunaan tenaga kerja
4. Output per tenaga kerja
5. Nilai tambah per tenaga kerja
6. Balas jasa tenaga kerja
1. Pertumbuhan ekspor
2. Regional Competitive Advantage (RCA)
3. Acceleration ratio (AR)
4. Share ekspor terhadap total ekspor
dunia
1. Pertumbuhan nilai tambah
2. Pertumbuhan pasar dunia
(pertumbuhan total impor dunia)
3. Persentase nilai tambah dari FDI
15

No.

Kriteria

Memperkuat, memperdalam
dan menyehatkan struktur
industri

Memiliki keunggulan
komparatif, penguasaan
bahan baku, dan teknologi

Indikator Kuantitatif
4. Tingkat penggunaan bahan baku
impor
1. Forward linkage
2. Backward linkage
3. Nilai tambah per output
4. Persentase skala industri besar
5. Concentration Ratio (CR4)
6. Proporsi bahan baku impor
7. Rata-rata nilai tambah per
perusahaan
-

Berdasarkan kriteria kualitatif dan kuantatif tersebut, ditentukan 10


industri prioritas yang dikelompokkan kedalam industri andalan,
industri pendukung dan industri hulu sebagai berikut :
1. Industri Pangan
2. Industri Farmasi, Kosmetik dan Alat
Kesehatan
3. Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki dan Aneka

Industri Andalan

4. Industri Alat Transportasi


5. Industri Elektronika dan Telematika (ICT)
6. Industri Pembangkit Energi
7. Industri Barang Modal, Komponen, dan Bahan
Penolong

Industri
Pendukung

8. Industri Hulu Agro


9. Industri Logam Dasar dan Bahan Galian
Bukan Logam

Industri Hulu

10. Industri Kimia Dasar (Hulu dan Antara)

D. Bangun Industri Nasional


Berdasarkan penetapan industri prioritas tersebut, maka ditetapkan
Bangun Industri Nasional sebagaimana tercantum pada Gambar 2.

16

VISI dan MISI PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL

Industri
IndustriAndalan
Pangan
Industri Farmasi,
Kosmetik dan
Alat Kesehatan

Industri
Pangan

Industri Tekstil,
Kulit, Alas Kaki
dan Aneka

Industri Alat
Transportasi

Industri
Elektronika dan
Telematika (ICT)

Industri
Pembangkit
Energi

Industri Pendukung
Industri Barang Modal, Komponen, dan Bahan Penolong
Industri Hulu
Industri Hulu
Mineral Tambang

Industri Hulu Agro

Industri Hulu Migas dan


Batubara

Modal Dasar
Sumber Daya Alam

Sumber Daya Manusia

Teknologi, Inovasi dan Kreativitas

Prasyarat
Infrastruktur

Kebijakan dan Regulasi

Pembiayaan

Gambar 2. Bangun Industri Nasional


E. Pentahapan Pembangunan Industri Prioritas
Berdasarkan

pentahapan

pembangunan

industri

dan

penetapan

industri prioritas ditetapkan tahapan pembangunan industri prioritas


seperti ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Jenis industri dalam tahapan pembangunan industri prioritas.
No
1.

Industri
Prioritas
INDUSTRI
PANGAN

Jenis Industri
2015-2020

2020-2025
2025-2035
Industri Pengolahan Ikan
Ikan awet, aneka
Minyak omega-3,
Pangan fungsional
olahan ikan,
pangan fungsional dan suplemen,
rumput laut dan
berbasis limbah
pure carrageenan.
hasil laut
industri hasil laut
Industri Pengolahan Susu
Susu bubuk, susu Susu formula,
Pangan
cair (kental manis, aneka keju,
fungsional, pro &
pasteurisasi, UHT), mentega,
prebiotic, susu
yogurt, keju,
formula khusus
probiotic, pangan
fungsional.
mentega, ice
cream,
confectionary
17

No

Industri
Prioritas

Jenis Industri
2015-2020
Industri
Minyak goreng
(kelapa, kelapa
sawit), VCO,
tepung kepala
kering, santan
dalam kemasan

2020-2025
Pengolahan Minyak
Minyak sawit
merah (kaya beta
karoten), tepung
santan.
pangan fungsional

Industri Pengolahan Buah-Buahan


Manisan
Buah/sayuran
buah/sayuran,
dalam kaleng,
Buah/sayuran
fruit/vegetable
dalam kaleng, sari, layer, pangan
tepung, kripik dan fungsional
dodol
berbasis limbah
buah/sayuran
industri
pengolahan buah

2025-2035
Nabati
Fortified cooking
oil, pangan
fungsional

dan Sayuran
Mixed
fruit/vegetable
layer, pangan
fungsional,
suplemen

Industri Minuman
Minuman ringan,
AMDK

Minuman
kesehatan

Minuman energi

IndustriTepung
Tapioka, pati
lainnya (jagung,
sorghum, sagu),
mocaf, tepung
kedele, gula cair
(glokusa, maltosa,
fruktosa)

Tepung gandum
tropika, pati dari
biomasa limbah
pertanian, pangan
darurat

Granulated
composit flour.

Industri Gula BerbasisTebu


Gula pasir, gula
Gula pasir, serta
Asam organik
cair, makanan,
MSG dan asam
minuman.
organik dari
limbah industri
gula.

18

No

Industri
Prioritas

Jenis Industri
2015-2020

2020-2025

2025-2035

Industri Bahan Penyegar


1. Bubuk
coklat, 1. Makanan dan 1. Suplemen
lemak
coklat,
minuman dari
berbasis kakao
makanan
dan
coklat, pangan 2. Suplemen
minuman
dari
fungsional
berbasis kopi
coklat, ice cream 2. Aneka pangan 3. High value tea,
2. Kopi
bubuk,
olahan
suplemen
kopi instan, kopi
berbasis kopi
berbasis teh
dekafeinasi, kopi
organik,
mix,
minuman
pangan
kopi
dalam
fungsional
kemasan
3. Aneka olahan
3. Teh bubuk, teh
teh, teh herbal,
celup, minuman
high value tea,
teh
dalam
pangan
fungsional
kemasan (Ready
to drink/RTD)

2.

INDUSTRI
2
Industri
FARMASI,
1. Sediaan herbal
1.
KOSMETIK DAN 2. Garam industri
2.
ALAT
dan farmasi,
KESEHATAN
3. Parasetamol,
3.
4. Stevioside
4.
(pemanis
5.
buatan),
6.
5. Vitamin C,
7.
6. Glukosa
8.
(Pharmaceutical
grade for
infusion),
7. Beta-carotene
(Vitamin A)
8. Produk Kosmetik

Farmasi dan Kosmetik


Amoxicillin,
Golongan
Cefalosporin,
Atorvastatin,
Amlodipine,
Glimepiride,
Lanzoprazole
Radio farmasi
Produk
Kosmetik

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Sediaan herbal
Amoxicillin,
Azitrimycin,
Vitamin B12,
Omeprazol,
Cardiovascular
(mabendazole),
7. Insulin,
8. Radio farmasi,
9. Produk
Kosmetik

Industri Alat Uji dan Kedokteran


Peralatan bioPeralatan bioPeralatan biomedika mekanis
medika
medika
mekatronika
mekatronika

19

No
3.

Industri
Prioritas
INDUSTRI
TEKSTIL,
KULIT, ALAS
KAKI DAN
ANEKA

Jenis Industri
2015-2020
1. Serat tekstil
(Serat poliester,
Serat Akrilik)
2. Garmen
3. Tekstil Khusus:
Otomotive
textile, Medical
textile, dan
Industrial textile

2020-2025
Industri Tekstil
1. Serat tekstil
(Serat Nilon,
Rayon)
2. Tekstil
Khusus:
Medical textile,
Geotextile,
Construction
textile, dan
Ecotech textile

2025-2035
1. Serat tekstil
(Serat Nilon,
serat poliester,
Serat Akrilik
dan rayon)
2. Tekstil Khusus:
Geotextile,
Construction
textile, Ecotech
textile, dan
Protective textile

Industri Kulit dan Alas Kaki


1. Alas kaki
1. Alas kaki
1. Produk kulit
2. Produk kulit
2. Produk kulit
khusus
khusus
khusus
2. Kulit sintetis
3. Kulit sintetis
3. Kulit sintetis
Industri Furnitur dan Barang Lainnya Dari Kayu
Kerajinan, ukirHigh tech
High value
ukiran dari kayu,
furniture kayu
kerajinan dan
Furniture kayu
dan rotan
furniture.
dan rotan
bersertifikat
industri hijau,
kerajinan dengan
bahan baku
limbah industri
pengolahan kayu
Industri Plastik, Pengolahan Karet dan barang dari karet
1. Plastik : Barang- 1. Plastik :
barang plastik,
Barang-barang
Produk plastik
plastik, Produk
rumah tangga,
plastik rumah
2. barang dari
tangga (high
karet untuk
quality),
keperluan
2. barang dari
rumah tangga
karet untuk
3. Kulit sintetis
keperluan
rumah tangga
(high quality)
3. Kulit sintetis

1. Plastik :
Barang-barang
plastik, Produk
plastik rumah
tangga (high
quality)
2. barang dari
karet untuk
keperluan
rumah tangga
(high quality)
3. Kulit sintetis

20

No
4.

Industri
Prioritas
INDUSTRI ALAT
TRANSPORTASI

Jenis Industri
2015-2020

2020-2025
2025-2035
Industri Kendaraan Bermotor

1. Komponen

otomotif
2. Penggerak mula
BBM/gas dan
Listrik
3. Alat berat

Penggerak mula
listrik dan fuel cell

Penggerak mula
listrik dan fuel cell

Industri Kereta Api


Kereta listrik dan
Kereta listrik dan
maglev
maglev

Kereta diesel dan


listrik

Industri Kapal
Kapal laut dan
kapal selam

Kapal laut

Kapal laut dan


kapal selam

Industri Pesawat Terbang


Pesawat terbang

5.

INDUSTRI
ELEKTRONIKA
DAN
TELEMATIKA
(ICT)

1. Pesawat
terbang
2. Roket peluncur

1. Pesawat
terbang
2. Roket peluncur

Industri Elektronika
1. Komponen
1. Smart
home Komponen
appliances
elektronika tanpa
elektronika
2. Komponen
komponen
2. Fabrikasi
elektronika
fabrikasi (fabless)
(foundry)
tanpa komponen
semiconductor
fabrikasi
volume kecil
(fabless)
Industri Komputer
Komputer
Industri Peralatan Komunikasi
1. Transmisi
telekomunikasi
2. Mobile phone

6.

INDUSTRI
PEMBANGKIT
ENERGI

Transmisi
telekomunikasi
(radar dan satelit)

Transmisi
telekomunikasi
(satelit)

Industri Alat Kelistrikan


1. Motor/generator 1. Motor/generator
listrik
listrik
2. Baterai
2. Baterai
3. Solar cell
3. Solar cell
4. Pembangkit
Listrik Tenaga
Nuklir

1. Motor/generator
listrik
2. Baterai
3. Solar cell
4. Pembangkit
Listrik Tenaga
Nuklir
21

No
7.

Industri
Prioritas
INDUSTRI
BARANG
MODAL,
KOMPONEN,
DAN BAHAN
PENOLONG

Jenis Industri
2015-2020

2020-2025

2025-2035

Industri Mesin dan Perlengkapan


1. Mesin CNC
2. Industrial tools
3. Otomasi proses

produksi untuk
elektronika dan
pengolahan
pangan

1. Industrial tools
2. CNC controller
3. Flexible

1. CNC controller
2. Flexible

Machining
Machining
center
center
3. Otomasi proses
4. Otomasi proses
produksi untuk
produksi
elektronika dan
untuk
pengolahan
elektronika
pangan
dan
pengolahan
pangan

Industri Komponen
1. Packaging (basis 1. Packaging
1. Packaging high
karton dan
high quality
quality (basis
plastik),
(basis karton
karton dan
2. Pengolahan
dan plastik),
plastik),
karet dan
2. Barang2. Plastik dan
barang dari
barang karet
karet
karet : Ban
dan plastik
engineering,
engineering
Produk plastik
pnumatic, Ban
luar dan ban
dan karet
3. Zat Additive,
dalam,
4. Zat pewarna
untuk
kesehatan,
3. Zat Additive,
tekstil (Dye
4. Zat pewarna
elektrik,
stuff),
elektronik dan
tekstil (Dye
permesinan,
stuff),
Produk plastik
dan karet
advance
material
3. Zat Additive,
4. zat pewarna
tekstil (Dye
stuff)

1. Katalis
2. Solvent

Industri Bahan Penolong


1. Katalis
1. katalis
2. solvent
2. solvent

22

No
8.

Industri
Prioritas
INDUSTRI
1
HULU AGRO

Jenis Industri
2015-2020

2020-2025

2025-2035

Industri Oleofood
Minyak nabati
kasar (CPO, PKO,
CNO), olein,
stearin, gliserol,
PFID, coco butter
susbtitute,
margarin,
shortening, other
specialty fats.

Specialty fats
(coco butter
substitute,
shortening,
margarine), dan
tocopherol,
betacaroten, asam
organik dan
alkohol dari
limbah PKS,
arang aktif, serat
nabati.

Industri Oleokimia
Fatty acids, fatty
Fatty acids, fatty
alcohols, fatty
alcohols, fatty
amine, methyl ester amine, methyl
sulfonat
esters dan
(biosurfactant),
bioplastic (PHB,
biolube (rolling oils), PHV, polylactate)
glycerine based
berbasis limbah
chemicals
PKS, arang aktif
dan serat nabati.
Biodiesel (Fatty
Acid Methyl Ester/
FAME), Bioavtur
(Bio jet fuel).

Industri Kemurgi
Biodiesel,
Bioethanol,
Bioavtur (Bio jet
fuel), Biogas dari
POME
Biomaterial untuk
peralatan medis,
aromatic building
blocks berbasis
lignin untuk
sintesis
obat/farmasi,
Bioetanol
berbahan baku
lignoselulosa dan
limbah biomasa

Specialty fats
aditif/penolong
pengolahan
pangan

Fatty acids, fatty


alcohols, fatty
amines, methyl
esters, dan
polymers turunan
minyak sawit.

Biodiesel
(Fatty
Acid
Methyl
EsteME), Bioavtur
(Bio jet fuel).
Nano-cellulose
derivatives, biobased fiber &
polymers (carbon
fiber, vicous), new
generation of
biobased composit.
Secondary biofuel
(bioetanol
Bioetanol
(berbahan baku
lignoselulosa),
secondary biofuel
(biomass
pyrolysisgasification)
23

No

Jenis Industri

Industri
Prioritas

2015-2020

2020-2025

2025-2035

Industri Pakan
Ransum pakan
ternak/ ikan/
udang

Ransum pakan
berbasis limbah
agro industri

Ransum
dan
suplemen pakan

Industri Barang dari Kayu


Komponen
berbasis kayu
(wood working:
kusen, daun pintu,
jendela, floring,
laminated & finger
joint, dll.), kayu
lapis.

Serat bambu
untuk tekstil,
MDF (Mediumdensity
fibreboard), wood
composite, arang
bricket, dan
aneka produk
berbasis limbah
industri kayu

Komponen
berbasis kayu
(wood working)
dan limbah
industri kayu

Industri Pulp dan Kertas


Pulp (long fiber,
short fiber), kertas
budaya, kertas
berharga, kertas
tissue, kertas
khusus, kertas
bergelombang,
papan kertas,
kertas lainnya.
9.

INDUSTRI
LOGAM DASAR
DAN BAHAN
GALIAN BUKAN
LOGAM

Pulp dan aneka


barang kertas
diproduksi secara
ramah
lingkungan.

Pulp dan aneka


barang kertas.

Industri pengolahan dan pemurnian besi dan baja dasar


1.
2.
3.
4.
5.

Iron ore pellet


Crude Steel
Nickel Pig Iron
Ferronickel
Paduan besi
(ferro alloy)
6. Baja tahan
karat (stainless
steel)

1. Sponge iron
2. Slab,
Billet,
Bloom
3. Paduan besi
(ferro alloy)
4. Baja tahan
karat long
product
5. Baja untuk
keperluan
khusus (special
steel)

1. Pig iron dan


besi cor
2. Seamless pipe,
profile bar, wire
3. Paduan besi
(ferro alloy)
4. Baja tahan
karat dekoratif
5. Baja untuk
keperluan
khusus (special
steel)

24

No

Industri
Prioritas

Jenis Industri
2015-2020
2020-2025
2025-2035
Industri pengolahan dan pemurnian Logam dasar bukan
besi
1. Alumina
1. Alumina
dan 1. Alumunium
alumunium
2. Nickel matte
dan alumunium
3. Tembaga katoda 2. Mixed
alloy
Hydroxide
2. Nickel
Precipitate
Electrolytic,
Nickel Sulfate,
(MHP),
Mixed
Sulfide
Nickel Chloride
Precipitate
3. Kawat tembaga
(MSP),
dan electronic
3. Paduan
component
tembaga
(copper alloy)
Industri logam mulia, tanah jarang (rare earth), dan bahan
bakar nuklir
1. Logam mulia
1. Logam
mulia 1. Logam
mulia
2. Konsentrat
untuk dekorasi
untuk
logam tanah
dan perhiasan
komponen
jarang
2. Logam
tanah
elektronik
jarang
2. Logam tanah
jarang untuk
komponen
elektronik
3. Logam tanah
Bahan bakar
nuklir

10. INDUSTRI
KIMIA DASAR
(HULU DAN
ANTARA)

Industri bahan galian non logam


1. Semen
1. Keramik
1. Keramik maju
2. Keramik
2. Kaca/gelas
(advanced
3. Kaca/gelas
ceramic)
2. Kaca/gelas
dekorasi/
kualitas tinggi
Industri Petrokimia Hulu
Etilena, Propilena, Asam
formiat, Etilena, Propilena,
Butadiene,
O-Xylena,
Butadiene,
P-xylena, Metanol, Benzena, Toluena, P-Xylena, Metanol,
Ammonia,
Ammonia,
Benzena, Toluena,
Asam
formiat
(Peningkatan
kapasitas
dan
kualitas)
25

No

Industri
Prioritas

Jenis Industri
2015-2020

2020-2025

2025-2035

Industri Kimia Organik


Carbon
black,
Asam
Tereftalat,
Asam
Asetat,
Akrilonitril,
Bis
Fenol A

Kaprolaktam,
Cumene, Propilen
Glikol,
Etilen
Glikol,
Fenol,
Asam
Fumarat,
Ptalic Anhidrat

Kaprolaktam,
Carbon
black,
Metil
Metakrilat,
Asam
Tereftalat,
Asam
Asetat
(Peningkatan
kapasitas
dan
kualitas)

Industri Pupuk
pupuk
tunggal pupuk
tunggal
(basis
nitrogen), (basis
fosfat),
pupuk majemuk
pupuk
tunggal
(basis
kalium),
pupuk majemuk

pupuk tunggal
(basis nitrogen),
pupuk tunggal
(basis fosfat),
pupuk tunggal
(basis kalium),
pupuk majemuk

Industri Resin Sintetik dan Bahan Plastik


LDPE, HDPE, PP, Metil Metakrilat, LDPE, HDPE, PP,
Nilon, PET, Akrilik Polikarbonat,
Nilon, PET, Akrilik
Polivinil Alkohol
(Peningkatan
kapasitas
dan
pembangunan
pabrik baru)
Industri Karet Alam dan Sintetik
BR,
SBR, IR, ABR, EPDM, BR, SBR, IR, ABR,
engineering natural engineering
EPDM, engineering
rubber compound
natural
rubber natural
rubber
compound
compound
(Peningkatan
kapasitas)
Industri Barang Kimia Lainnya
1. Propelan,
1. Propelan,
1. Propelan,
2. Bahan peledak, 2. Bahan peledak,

F. Rencana Pembangunan Industri Prioritas


Untuk mewujudkan bangun industri nasional yang dilaksanakan
melalui pentahapan pengembangan industri prioritas, disusun rencana
pembangunan industri prioritas sebagai berikut:

26

1. Industri Pangan

a. Sasaran
NO

URAIAN

TAHUN
2015

2020

2035

Nilai Tambah Industri (Rp Trilyun)

194

335

1.945

Jumlah Tenaga Kerja (ribu orang)

306

416

943

Nilai Investasi (Rp Trilyun)

40

74

462

b. Program Pengembangan
Jangka Menengah (2015-2020):
1. Menjamin ketersediaan bahan
baku (kualitas, kuantitas dan
kontinuitas) melalui koordinasi
dengan instansi terkait dan
kemitraan serta integrasi antara
sisi hulu dan sisi hilir didukung
oleh
infrastruktur
yang
memadai.
2. Menyiapkan SDM yang ahli dan
berkompeten di bidang industri
pangan melalui diklat industri
dan pendampingan
3. Meningkatkan
kemampuan
penguasaan dan pengembangan
inovasi
teknologi
industri
pangan melalui penelitian dan
pengembangan yang terintegrasi
4. Meningkatkan efisiensi proses
pengolahan dan penjaminan
mutu produk melalui penerapan
GHP,
GMP
dan
HACCP,
sertifikasi SNI dan halal, serta
bantuan
mesin/peralatan
pengolahan produk pangan dan
peningkatan
kapasitas
laboratorium uji mutu;
5. Mengkoordinasikan
pengembangan sistem logistik
untuk meningkatkan efisiensi
produksi dan distribusi produk
pangan.
6. Memfasilitasi pembebasan PPN
atas proses pengolahan pangan
dengan nilai tambah kecil.
7. Menfasilitasi akses terhadap
pembiayaan yang kompetitif
bagi industri pangan skala kecil
dan menengah.
8. Meningkatkan
kerjasama

Jangka Panjang (2020-2035):


1. Memantapkan
zonasi/
kawasan industri industri
pangan
2. Meningkatkan
kualifikasi,
kapasitas dan kemampuan
laboratorium
uji
mutu
produk pangan
3. Meningkatkan kemampuan
inovasi
dan
penguasaan
teknologi
proses/rekayasa
produk
industri
pangan
melalui
sinergi
kegiatan
litbang dan diklat industri
pangan
4. Memantapkan
kebijakan
terkait infrastruktur dan
pembiayaan
industri
meliputi akses lahan, sarana
logistik, ketersediaan utilitas
dan
energi
untuk
meningkatkan daya saing
industri pangan nasional
5. Meningkatkan nilai tambah
limbah industri pangan dan
penerapan sistem produksi
bersih
(reduce,
reuse,
recycle) berbasis inovasi dan
teknologi ramah lingkungan

27

Jangka Menengah (2015-2020):

Jangka Panjang (2020-2035):

industri internasional untuk


alih
teknologi,
peningkatan
investasi dan penguasaan pasar
ekspor.
9. Promosi dan perluasan pasar
produk industri pangan di
dalam dan luar negeri.

28

2. Industri Farmasi, Kosmetik dan Alat Kesehatan

a. Sasaran
NO

TAHUN

URAIAN

2015

2020

2035

Nilai Tambah Industri (Rp Trilyun)

36

73

626

Jumlah Tenaga Kerja (ribu orang)

850

1.050

1.556

Nilai Investasi (Rp Trilyun)

44

b. Program Pengembangan
Jangka Menengah (2015-2020):
Industri Farmasi dan Kosmetik
1. Meningkatkan
penguasaan
teknologi proses dan rekayasa
produk industri farmasi dan
kosmetik melalui penelitian dan
pengembangan yang terintegrasi
2. Memfasilitasi
pembangunan
industri bahan baku farmasi dan
kosmetik untuk substitusi impor.
3. Mendorong
peningkatan
penggunaan
produk
dalam
negeri, termasuk meningkatkan
keterkaitan antara industri besar
dan industri kecil dan menengah.
4. Memperkuat infrastruktur dalam
rangka pemberlakuan SNI wajib
bagi industri farmasi
5. Pengembangan sektor petrokimia
hulu
untuk
mengurangi
ketergantungan bahan baku
Industri Alat Kesehatan
1. Pengembangan kebijakan yang
mengkaitkan
industri
alat
kesehatan
masal
dengan
pembiayaan layanan kesehatan
sebagai bentuk subsidi silang;
2. Pengembangan
kebijakan
penggunaan
produk
alat
kesehatan produk dalam negeri
pada
fasilitas
dan
layanan
kesehatan yang didanai APBN;
3. Fasilitasi promosi penggunaan
alat kesehatan buatan dalam
negeri termasuk pelatihan dan
jaminan
suku
cadang/pemeliharaan;
4. Pengembangan road map industri
alat kesehatan dan teknologi
terkait
secara
terintegrasi

Jangka Panjang (2020-2035):


Industri Farmasi dan Kosmetik
1. Mengembangkan
teknologi
nasional untuk memproduksi
bahan farmasi dan kosmetik.
2. Memfasilitasi
pembangunan
Industri Farmasi dan Kosmetik
skala besar dengan orientasi
ekspor

Industri Alat Kesehatan


1. Pengembangan lanjut untuk
penguatan
kemampuan,
kualitas, dan efiseinsi industri
alat kesehatan;
2. Pengembangan teknologi dan
SDM
untuk
perancangan
aplikasi produk alat kesehatan
dan bionik (organ buatan) yang
menggabungkan
aspek
kesehatan, biologi, material,
kognitif,
dan
mikro/nano
elektronika;
3. Pengembangan
center
of
excellent
yang
mencakup
litbang dan produksi alat
kesehatan dasar masal untuk
keperluan dalam negeri;
4. Pengembangan lanjut untuk
29

5.

6.

7.

8.

9.

Jangka Menengah (2015-2020):


Jangka Panjang (2020-2035):
termasuk
komponen,
bahan
standardisasi dan dukungan
baku, dan bahan penolong;
Hak atas kekayaan intelektual
Pendirian center of excellent yang
atas produk alat kesehatan di
mencakup litbang dan produksi
dalam negeri;
alat kesehatan dasar masal 5. Pengembangan lanjut untuk
untuk keperluan dalam negeri;
penguatan
IKM
modern
penghasil
komponen
alat
Pengembangan
SDM
dengan
kompetensi tinggi pada design
kesehatan
engineering
produk
alat
kesehatan, termasuk pengukuran
dan pengujian;
Fasilitasi
pembiyaan
untuk
peningkatan kapasitas industri
alat kesehatan dasar masal
melalui revitalisasi pemesinan
dan alat pengukuran;
Pengembangan
Standardisasi
dan
dukungan
Hak
atas
kekayaan intelektual atas produk
alat kesehatan di dalam negeri;
Pengembangan dan penguatan
IKM modern penghasil komponen
alat kesehatan melalui bantuan
teknis dan peralatan uji.

30

3. Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki Dan Aneka

a. Sasaran
NO

URAIAN

TAHUN
2015

2020

2035

Nilai Tambah Industri (Rp Trilyun)

125

210

1.080

Jumlah Tenaga Kerja (ribu orang)

4.191

4.731

6.137

Nilai Investasi (Rp Trilyun)

19

34

124

b. Program Pengembangan
Jangka Menengah (2015-2020):
Industri Tekstil
1. Pendirian pabrik serat sintetik
yang
berorientasi
pasar
domestik;
2. Pengembangan industri pewarna
tekstil dan aksesoris;
3. Perumusan
kebijakan
Pemerintah
untuk
industri
garmen
agar
dipersyaratkan
menggunakan kain dalam negeri
secara bertahap;
4. Pengembangan kompetensi kerja
SDM industri tekstil sesuai
Standar
Kompetensi
Kerja
Nasional Indonesia (SKKNI)
5. Penguatan
tempat
uji
kompetensi (TUK) dan lembaga
sertifikasi SDM industri tekstil;
6. Peningkatan
kemampuan,
kualitas & efisiensi industri TPT
termasuk IKM melalui pelatihan
desain dan teknologi proses
termasuk untuk mewujudkan
industri hijau;
7. Pendirian pusat desain dan
pusat inovasi teknologi untuk
meningkatkan
daya
saing
industri tekstil;
8. Melanjutkan
Program
Restrukturisasi Mesin/Peralatan
ITPT
untuk
meningkatkan
kualitas dan efisiensi;
9. Pemberian insentif bagi investor
industri
tekstil
khusus
berteknologi tinggi;
10. Harmonisasi sistem perpajakan
antara pajak keluaran dan pajak
masukan
dikaitkan
dengan

Jangka Panjang (2020-2035):


Industri Tekstil
1. Melanjutkan
pemberian
insentif bagi investor industri
tekstil khusus berteknologi
tinggi;
2. Peningkatan kualitas produk
serat sintetik dari sumber
bahan
baku
terbarukan
untuk mendukung industri
tekstil khusus;
3. Peningkatan kualitas produk
industri pewarna tekstil dan
aksesoris berbasis bahan
baku dalam negeri;
4. Mempersiapkan
sektor
industri pulp kayu agar
dapat
memproduksi
dissolving
pulp
untuk
memenuhi kebutuhan bahan
baku
industri
rayon
(substitusi impor);
5. Pengembangan produk serat
khusus (high tenacity, micro
fiber dan lain-lain);
6. Diversifikasi produk benang
untuk
benang-benang
khusus;
7. Pengembangan lanjut pusat
desain dan pusat inovasi
teknologi
untuk
meningkatkan daya saing
industri tekstil;
8. Pengembangan
lanjut
standardisasi & perlindungan
terhadap Hak atas kekayaan
intelektual design produk
tekstil;
9. Peningkatan
kemampuan,
31

Jangka Menengah (2015-2020):


jangka waktu restitusi;
11. Pengembangan kebijakan sistem
agunan mesin tekstil untuk
pembiayaan industri;
12. Pengembangan
kebijakan
pengamanan
industri
dalam
negeri melalui safeguards dan
tindakan pengamanan lainnya;
13. Pengembangan standardisasi &
perlindungan terhadap Hak atas
kekayaan
intelektual
design
produk tekstil;
14. Peningkatan
peran
asosiasi
untuk memperkuat kolaborasi
antar pelaku industri sepanjang
rantai pasok industri tekstil dan
produk tekstil.
Industri Kulit dan Alas Kaki
1. Pengembangan industri bahan
baku kulit sintetis dalam negeri;
2. Standarisasi bahan baku untuk
industri kulit dan alas kaki
untuk mencegah barang impor
berkualitas rendah;
3. Pemetaan potensi industri kulit
dan alas kaki nasional;
4. Penguatan sentra IKM melalui
penguatan
kelembagaan
dan
teknologi;
5. Peningkatan
kemampuan
(terutama ergonomical design)
industri alas kaki yang telah
memiliki pangsa pasar tinggi
untuk bersaing secara global;
6. Perlindungan hak atas kekayaan
intelektual design produk alas
kaki yang dihasilkan di dalam
negeri;
7. Peningkatan promosi industri
alas kaki customized secara
ekslusif
pada
forum
resmi
nasional dan internasional untuk
memunculkan
industri
kelas
dunia;
8. Peninjauan
kebijakan
ekspor
bahan baku kulit mentah (wet
blue);
9. Koordinasi
dengan
sektor
peternakan
untuk
mengatasi
hambatan kualitas bahan baku
terkait persyaratan kesehatan
hewan;

Jangka Panjang (2020-2035):


kualitas & efisiensi industri
TPT termasuk IKM melalui
pelatihan
desain
dan
teknologi proses termasuk
untuk mewujudkan industri
hijau;

Industri Kulit dan Alas Kaki


1. Pengembangan
kemampuan
industri alas kaki dalam
negeri agar menjadi merek
kelas dunia;
2. Pengembangan bahan baku
dari alam dan sintetis yang
berkualitas tinggi;
3. Peningkatan
kemampuan
produksi
industri
kulit
khusus untuk penggunaan di
industri;
4. Standarisasi
bahan
baku
untuk industri kulit dan alas
kaki untuk mencegah barang
impor berkualitas rendah;
5. Penguatan
sentra
IKM
melalui
penguatan
kelembagaan dan teknologi;
6. Peningkatan
kemampuan
(terutama ergonomical design)
industri alas kaki untuk
perluasan pasar global;
7. Perlindungan
hak
atas
kekayaan intelektual design
produk
alas
kaki
yang
dihasilkan di dalam negeri;
8. Pengembangan
lanjut
teknologi pengolahan limbah
penyamakan kulit;
9. Pengembangan lanjut pusat
desain dan pusat inovasi
teknologi untuk meningkatkan
daya saing industri kulit dan
alas kaki.
32

Jangka Menengah (2015-2020):


10. Pengembangan
teknologi
pengolahan limbah penyamakan
kulit;
11. Penyebaran industri kulit dan
alas kaki dengan memperhatikan
potensi sumber daya wilayah
termasuk kewajiban pemenuhan
UMR;
12. Pendirian pusat desain dan pusat
inovasi
teknologi
untuk
meningkatkan
daya
saing
industri kulit dan alas kaki;
13. Melanjutkan
Program
Restrukturisasi Mesin/Peralatan
IAK dan IPK untuk meningkatkan
kualitas dan efisiensi;
14. Harmonisasi sistem perpajakan
antara pajak keluaran dan pajak
masukan
dikaitkan
dengan
jangka waktu restitusi;
15. Peningkatan
kemampuan
penelitian dan pengembangan
industri kulit khusus untuk
penggunaan di sektor industri
lainnya.
Industri
Furnitur
dan
Barang
Lainnya Dari Kayu
1. Melakukan pendampingan dan
mentoring terhadap IKM dalam
rangka mendapatkan sertifikat
legalitas kayu (SVLK)
2. Menjamin ketersediaan bahan
baku (kualitas, kuantitas dan
kontinuitas) melalui koordinasi
dengan instansi terkait dan
kemitraan serta integrasi antara
sisi hulu dan sisi hilir.
3. Meningkatkan kemampuan SDM
dalam
penguasaan
teknik
produksi
dan
desain
untuk
meningkatkan daya saing dan
kualitas produk
4. Pembangunan
pendidikan
kejuruan dan vokasi bidang
pengolahan kayu, rotan dan
furniture.
5. Penerapan teknologi pemanfaatan
bahan baku alternatif dari (kayu
sawit, kayu karet, dsb)
6. Fasilitas akses terhadap sumber
pembiayaan
yang
kompetitif
untuk
meningkatkan
kinerja

Jangka Panjang (2020-2035):

Industri Furnitur dan Barang


Lainnya Dari Kayu
1. Menjamin
ketersediaan
pasokan bahan baku (kayu
dan
rotan)
melalui
pengembangan sistem rantai
pasok
yang
ramah
lingkungan,
didukung
dengan
infrastruktur
(transportasi dan pelabuhan)
yang memadai.
2. Meningkatkan
kegiatan
penelitian
dan
pengembangan
disain
produk furniture, didukung
dengan
advokasi
dan
regulasi terkait perlindungan
HKI (paten, hak cipta)
3. Meningkatkan
ketrampilan
dan kreatifitas SDM dalam
memproduksi
kerajinan
kayu/rotan
4. Mengembangkan
standarisasi kualitas produk
dan
fasilitasi
untuk
peningkatan
daya
saing
industri furniture.
33

Jangka Menengah (2015-2020):


ekspor furnitur
7. Meningkatkan
promosi
dan
perluasan pasar guna mendorong
tumbuhnya industri furniture
rotan dalam negeri
Industri Plastik, Pengolahan Karet
dan barang dari karet
1. Memfasilitasi
pengembangan
industri plastik, pengolahan karet
dan barang dari karet untuk
produk kebutuhan rumah tangga.
2. Memfasilitasi
penelitian
dan
pengembangan
terintegrasi
sebagai
upaya
penguasaan
teknologi proses dan rekayasa
produk
industri
plastik,
pengolahan karet dan barang dari
karet
3. Mendorong
peningkatan
penggunaan produk dalam negeri,
termasuk
meningkatkan
keterkaitan antara industri besar
dan industri kecil dan menengah.
4. Memperkuat infrastruktur dalam
rangka pemberlakuan SNI wajib
5. Pengembangan
sektor
plastik
hulu
untuk
mengurangi
ketergantungan bahan baku
6. Peningkatan kompetensi SDM.

Jangka Panjang (2020-2035):

Industri
Plastik,
Pengolahan
Karet dan barang dari karet
1. Mengembangkan
teknologi
nasional
untuk
memproduksi bahan dasar
plastik dan karet.
2. Memperkuat
industri
pembuat kompon plastik dan
karet.
3. Memperkuat
kemampuan
nasional
untuk
memproduksi mesin dan
peralatan
produksi
dari
industri plastik dan karet
hilir.
4. Pembangunan
Industri
Plastik, Pengolahan Karet
dan barang dari karet skala
besar
dengan
orientasi
ekspor.

34

4. Industri Alat Transportasi

a. Sasaran
NO

TAHUN

URAIAN

2015

2020

2035

Nilai Tambah Industri (Rp Trilyun)

195

326

1.729

Jumlah Tenaga Kerja (ribu orang)

507

853

1.683

Nilai Investasi (Rp Trilyun)

30

59

314

b. Program Pengembangan
Jangka Menengah (2015-2020):
1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Pengembangan
road
map
industri alat tarnsportasi secara
komprehensif
yang
bersifat
antar
moda
dengan
memperhatikan
kapasitas,
kualitas,
teknologi,
dan
karakteristik
kebutuhan
transportasi/ konektivitas di
dalam negeri, serta kaitannya
dengan jaringan transportasi
global
yang
memperhatikan
posisi geostrategis Indonesia;
Penguatan sub sektor industri
pemesinan melalui revitalisasi
mesin dan peralatan presisi
pada
industri
perkapalan,
kereta api dan pesawat terbang;
Penyediaan bahan baja dan non
baja serta paduannya, dan
bahan pendukung (komposit,
keramik plastik dan karet) yang
memenuhi kebutuhan spesifik
bagi industri alat transportasi;
Pengembangan regulasi melalui
koordinasi
dengan
instansi
terkait tentang ijin transportasi
darat, laut dan udara;
Pengembangan
kebijakan
penggunaan
produk
dalam
negeri yang memiliki daya saing
melalui
perjanjian
secara
bertahap
dengan
pihak
principal;
Pengembangan sistem untuk
status legal kepemilikan mesin
yang
diperlukan
bagi
penjaminan pinjaman ;
Pengembangan
kebijakan
tahapan penguasaan teknologi

Jangka Panjang (2020-2035):


1. Penguatan
sub
sektor
industri pemesinan melalui
modernisasi
mesin
dan
peralatan
presisi
pada
industri perkapalan, kereta
api, pesawat terbang, dan
roket peluncur ;
2. Penelitian
dan
pengembangan material maju
(komposit, keramik, plastik,
karet dan propelan) dengan
spesifikasi yang sesuai bagi
industri alat transportasi ;
3. Pengembangan
pasar
domestik
melalui
pengembangan infrastruktur
prasarana transportasi yang
terintegrasi
dengan
pengembangan perwilayahan
industri
4. Penelitian
dan
pengembangan teknologi bagi
industri
alat
transportasi
masal modern

35

Jangka Menengah (2015-2020):

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

Jangka Panjang (2020-2035):

pada bahan bakar (fosil & non


fosil) untuk penggerak mula ;
Pengembangan
standardisasi
produk,
proses,
manajemen
(ISO9000,
ISO14000,
dan
ISO26000), dan industri hijau,
serta spesifikasi teknis, dan
pedoman tata cara di industri
transportasi;
Pengembangan pasar domestik
melalui
pengembangan
infrastruktur transportasi yang
terintegrasi
dengan
pengembangan
perwilayahan
industri
(penyebaran
dan
konektivitas);
Pengembangan
kawasan
industri dan sentra IKM khusus
industri alat transportasi;
Penguatan sentra IKM modern
(logam, karet, plastik, kulit)
pendukung
industri
transportasi secara umum yang
dilengkapi dengan UPT proses
dan pengukuran presisi;
Pengembangan
kapasitas
industri
pemesinan
melalui
upaya
efisiensi
produksi
termasuk
penghematan
penggunaan energi;
Pengembangan
komponen
logam terstandar untuk efisiensi
industri alat transportasi;
Penyediaan dan peningkatan
kemampuan
SDM
dengan
kompetensi
pada
design
engineering,
proses
presisi,
pengukuran
presisi,
dan
mekatronika/robotika
melalui
pelatihan,
dan
bimbingan
teknis;
Pengembangan regulasi alih
daya yang memadai untuk
pembentukan iklim usaha agar
dapat
memberikan
jaminan
pasokan melalui kegiatan alih
daya
(outsourcing)
proses,
produk dan SDM;
Pengembangan
jumlah
dan
kompetensi konsultan IKM pada
sentra khusus IKM industri alat
transportasi;
36

Jangka Menengah (2015-2020):

Jangka Panjang (2020-2035):

17. Penguasaan teknologi sistem


manufaktur bagi industri alat
transportasi yang efisien ;
18. Penguatan
balai
melalui
kerjasama penelitian tentang
paduan logam bernilai tambah
tinggi,
serta
kolaborasi
penelitian dan pengembangan
teknologi
dan
aplikasinya,
termasuk
untuk
alat
transportasi hemat energi, serta
pengembangan infrastruktur lab
uji kendaraan bermotor.

37

5. Industri Elektronika dan Telematika

a. Sasaran
NO

URAIAN

TAHUN
2015

2020

2035

Nilai Tambah Industri (Rp Trilyun)

34

62

432

Jumlah Tenaga Kerja (ribu orang)

190

328

897

Nilai Investasi (Rp Trilyun)

14

42

b. Program Pengembangan
Jangka Menengah (2015-2020):
1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Membangun sistem monitoring


secara
kritis
perkembangan
kebutuhan dan teknologi terkait
dengan kegiatan competitive
intelligence di negara maju;
Pengembangan
program
penyediaan bahan baku logam,
paduan logam, plastik dan
komposit
untuk
industri
komponen ICT;
Pengembangan
standardisasi
produk ICT untuk mengurangi
variasi
sehingga
diperoleh
volume total yang semakin
besar dan efisien;
Pengembangan
riset
untuk
perancangan produk ICT yang
efisien, tepat guna (sesuai user),
cerdas
(smart)
dan
yang
mengintegrasikan
berbagai
fungsi kehidupan;
Pengembangan
center
of
excellent industri ICT milik
pemerintah termasuk untuk
kebutuhan hankam;
Pengembangan riset material
untuk baterai ukuran kecil dan
berdaya tinggi;
Fasilitasi alih teknologi industri
baterai
untuk
keperluan
elektronika
melalui
akuisisi
industri baterai yang memiliki
teknologi maju;
Mengkoordinasikan
penelitian
dan
pengembangan
sistem
(konten)
elektronika
dan
telematika untuk keperluan
komersial dan pertahanan;

Jangka Panjang (2020-2035):


1. Pengembangan desain dan
industri
produk
dan
komponen
nano-bio
elektronika untuk berbagai
aplikasi
kehidupan,
kesehatan, dan hankam;
2. Pendirian pabrik foundry
penghasil
material
semiconductor
dengan
volume
kecil
untuk
keperluan khusus;
3. Pengembangan center of
excellent industri ICT (nanobio-cogno-info)
miliki
pemerintah
dan
swasta
(perusahaan dan kawasan);
4. Penguasaan teknologi dan
produksi melalui akuisisi
industri
alat
uji
dan
pengukuran maju;
5. Pengembangan rare earth
material yang berpotensi
untuk
dikembangkan
menjadi material unggul
pada nano-bio ICT.

38

Jangka Menengah (2015-2020):


9.

10.

11.

12.

13.

14.

Jangka Panjang (2020-2035):

Pengembangan industri radar


dan satelit, termasuk stasiun
relay;
Fasilitasi
pendirian
pabrik
komponen
mikro-nano
elektronika
(tidak
termasuk
foundry);
Pengembangan
kawasan
industri
dan/atau
sentra
khusus (techno-park) mikroelektronika dan telematika yang
diisi oleh industri ICT;
Peningkatan kemampuan dan
peran IKM penghasil komponen
untuk
industri
elektronika
melalui pengembangan sentra
khusus dengan UPT yang
dilengkapi alat ukur dan alat uji
mekanis dan kelistrikan yang
presisi;
Fasilitasi untuk penguasaan
teknologi dan produksi melalui
akuisisi industri alat uji dan
pengukuran maju;
Pemetaan dan pengembangan
potensi rare earth material yang
berpotensi untuk dikembangkan
menjadi material nano-bio ICT.

39

6. Industri Pembangkit Energi

a. Sasaran
NO

URAIAN

TAHUN
2015

2020

2035

Nilai Tambah Industri (Rp Trilyun)

25

48

345

Jumlah Tenaga Kerja (ribu orang)

96

262

897

Nilai Investasi (Rp Trilyun)

25

b. Program Pengembangan
1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Jangka Menengah (2015-2020):


Pengembangan
kebijakan
pemetaan
kebutuhan
dan
penggunaan sumber energi dari
migas dan batubara (energy
balance);
Pemetaan proses dan teknologi
industri yang lahap energi
untuk
implementasi
manajemen
energi
dan
penyusunan kebijakan industri
yang hemat energi;
Pengembangan roadmap secara
komprehensif melalui analisis
keekonomian sumber energi
terbarukan serta penyusunan
jadwal konversi energi secara
terencana
dalam
jangka
panjang;
Pengembangan
kebijakan
energi terbarukan termasuk
insentif,
penyediaan
infrastruktur
dan
pelestarian/keseimbangan
sumber;
Penelitian dan pengembangan
potensi rare earth elements
(REE) sebagai bahan paduan
dan bahan baku nuklir;
Fasilitasi pendirian pabrik yang
mengolah material menjadi
komponen pembangkit listrik
tenaga surya;
Fasilitasi alih teknologi industri
sel surya melalui pendirian
atau akuisisi;
Falisitasi
Penelitian
dan
pengembangan produk solar
cell untuk implementasi di
industri dan masyarakat;

1.

2.

3.

4.
5.

6.

Jangka Panjang (2020-2035):


Mendorong
penerapan
manajemen energi dan efisien,
serta
penggunaan
energy
melalui penerapan teknologi
penghemat listrik;
Pengembangan
produksi
hidrodgen secara masal untuk
pembangkit fuel cell;
Pendirian
pabrik/
pusat
pengolahan lanjut REE produk
bahan baku nuklir sebagai
bahan
bakar
pembangkit
listrik atau bahan penolong
beradiasi di industri;
Pendirian
pabrik
material
untuk solar cell ;
Penelitian dan pengembangan
lanjut energi terbarukan untuk
implementasi di industri dan
masyarakat ;
Pengembangan
fasilitas
pembangkit
listrik
tenaga
nuklir efisien dengan teknologi
keselamatan yang tinggi.

40

Jangka Menengah (2015-2020):


9. Pengembangan
kebijakan
pemanfaatan listrik perumahan
dari
solar
cell
untuk
menambah
kapasitas
daya
listrik nasional;
10. Fasilitasi
pendirian
pabrik/pusat
pengolahan
lanjut REE produk bahan baku
nuklir sebagai bahan bakar
pembangkit listrik atau bahan
penolong beradiasi di industri;
11. Pengembangan
rancang
bangun fasilitas pembangkit
listrik tenaga nuklir efisien
dengan tingkat keselamatan
yang tinggi;
12. Pengembangan
riset
manajemen
energi
dan
pengembangan metoda atau
komponen untuk penghematan
energi;
13. Pengembangan
riset
kabel
konduktor khusus dan logam
magnet berdaya tinggi untuk
menghasilkan motor/generator
listrik yang efisien;
14. Pengembangan
dan
penguasaan teknologi design
dan
engineering
untuk
pembangkit listrik yang efisien
termasuk penguasaan HKI dan
penjaminan resiko teknologi;
15. Penguasaan
teknologi
dan
produksi
melalui
akuisisi
industri
alat
uji
dan
pengukuran yang sudah maju;
16. Pengembangan
teknologi
produksi hidrogen dan fuel cell
untuk penggerak mula di
produk alat transportasi.

Jangka Panjang (2020-2035):

41

7. Industri Barang Modal, Komponen, Dan Bahan Penolong

a. Sasaran
2015

TAHUN
2020

2035

Nilai Tambah Industri (Rp Trilyun)

135

253

1.909

Jumlah Tenaga Kerja (ribu orang)

130

386

1.229

Nilai Investasi (Rp Trilyun)

92

173

1.307

NO

URAIAN

b. Program Pengembangan
Jangka Menengah (2015-2020):
Industri Mesin dan Perlengkapan
1. Kajian menyeluruh (integrated
supply chain mulai dari bahan
baku
sampai
penguasaan
teknologi) terhadap industri
pemesinan sebagai industri
yang
berperan
vital
dan
menjadi
tulang
punggung
pembangunan industri pada
banyak sektor;
2. Penguatan sub sektor industri
pembuat mesin, komponen
pendukung dan bahan baku
(baja,
dan
paduan)
bagi
industri pemesinan melalui
revitalisasi
mesin
dan
peralatan presisi, termasuk
pada sentra IKM logam secara
terintegrasi;
3. Pengembangan
kapasitas
industri pemesinan melalui
upaya
efisiensi
produksi
termasuk
penghematan
penggunaan energi;
4. Penyediaan bahan baja dan
non baja serta paduannya
yang memenuhi kebutuhan
spesifik
bagi
industri
pemesinan;
5. Pengembangan
dan
penyediaan bahan pendukung
(komposit
dan
keramik)
dengan spesifikasi yang sesuai
bagi industri tools;
6. Penyediaan dan peningkatan
kemampuan
SDM
dengan
kompetensi
pada
design
engineering, proses presisi,
pengukuran
presisi,
dan

Jangka Panjang (2020-2035):


Industri Mesin dan Perlengkapan
1. Pengembangan
kawasan
khusus
(sub
kawasan)
industri
pemesinan
di
wilayah
pusat
pertumbuhan industri yang
difokuskan pada industri
manufaktur presisi (alat
transportasi,
elektronika,
kelistrikan, energi, dan alat
kesehatan)
2. Pengembangan sentra IKM
modern
khusus
memproduksi
komponen
presisi
terstandarisasi
untuk menunjang kawasan
industri khusus pemesinan
3. Pengembangan
teknologi
dan
kapasitas
industri
pemesinan melalui upaya
efisiensi produksi termasuk
penghematan penggunaan
energi
4. Pengembangan
teknologi
dan penyediaan bahan baja
dan
non
baja
serta
paduannya yang memenuhi
kebutuhan spesifik bagi
industri pemesinan
5. Pengembangan
teknologi
dan
penyediaan
bahan
pendukung
(komposit,
keramik) dengan spesifikasi
yang sesuai bagi industri
pemesinan
6. Meningkatkan penguasaan
teknologi
proses
dan
rekayasa produk industri
penunjang
industri
42

Jangka Menengah (2015-2020):


mekatronika/robotika;
7. Peningkatan peran industri
kecil dan menengah (IKM)
dalam rantai pasok komponen
industri pemesinan melalui
pengembangan sentra industri
pembuatan
tools
dan
komponen
presisi
yang
dilengkapi dengan UPT proses
dan pengukuran presisi;
8. Pengembangan
komponen
logam
terstandar
untuk
efisiensi industri pemesinan
dan industri lainnya;
9. Pengembangan sistem untuk
status legal kepemilikan mesin
yang
diperlukan
bagi
penjaminan
pinjaman
dan/atau pemberian leasing
Industri Komponen dan Bahan
Penolong
1. Memfasilitasi
R&D
untuk
pembuatan produk plastik &
karet engineering, katalis, zat
aditive dan pewarna tekstil.
2. Peningkatan
kerjasama
penelitian dan pengembangan
antara balai, perguruan tinggi,
dan industri tekstil untuk
pengembangan produk plastik
& karet engineering, katalis, zat
aditive dan pewarna tekstil;
3. Memfasilitasi pendirian pabrik
industri
Packaging (berbasis
karton dan plastik), plastik &
karet engineering, zat additive,
dye stuff, katalis dan solvent.
4. Menyiapkan SDM lokal yang
berkompeten di bidang industri
komponen dan bahan penolong

Jangka Panjang (2020-2035):


unggulan melalui penelitian
dan pengembangan yang
terintegrasi
7. Mendorong
penggunaan
teknologi dan produk dalam
negeri serta pengurangan
impor.

Industri Komponen dan Bahan


Penolong
1. Meningkatkan penguasaan
teknologi
proses
dan
rekayasa produk industri
penunjang industri plastik
& karet engineering, katalis,
zat aditive dan pewarna
tekstil melalui penelitian
dan pengembangan yang
terintegrasi
2. Mendorong
pemakaian
teknologi dan produk dalam
negeri serta pengurangan
impor
3. Mendorong
tumbuhnya
industri
turunan
dan
keterkaitan dengan IKM
4. Pengembangan
dan
penerapan
standardisasi
serta
penguatan
infrastruktur standardisasi.
5. Mendorong industri plastik
& karet engineering, katalis,
zat aditive dan pewarna
tekstil
untuk
dapat
mengekspor produknya

43

8. Industri Hulu Agro

a. Sasaran
NO

URAIAN

TAHUN
2015

2020

2035

Nilai Tambah Industri (Rp Trilyun)

183

336

2.377

Jumlah Tenaga Kerja (ribu orang)

309

400

803

Nilai Investasi (Rp Trilyun)

37

73

537

b. Program Pengembangan
Jangka Menengah (2015-2020):
1.

Menjamin ketersediaan bahan


baku (kualitas, kuantitas dan
kontinuitas) melalui koordinasi
dengan
instansi
terkait
didukung oleh infrastruktur
yang memadai.
2. Menyiapkan SDM yang ahli dan
berkompeten di bidang industri
hulu
agro
melalui
diklat
industri.
3. Meningkatkan
kemampuan
penguasaan dan pengembangan
inovasi teknologi industri hulu
agro melalui penelitian dan
pengembangan yang terintegrasi
4. Pembangunan
pendidikan
kejuruan dan vokasi bidang
pengolahan kayu, rotan dan
furniture, serta perlindungan
HKI.
5. Meningkatkan efisiensi proses
pengolahan dan penjaminan
mutu produk melalui penerapan
GHP, GMP, sertifikasi SNI dan
industri hijau dan peningkatan
kapasitas laboratorium uji mutu
6. Mengkoordinasikan
pengembangan sistem logistik
untuk meningkatkan efisiensi
produksi dan distribusi produk.
7. Memfasilitasi penerapan harga
keekonomian produk bioenergi.
8. Memberikan insentif khusus
untuk industri bioenergi
9. Promosi dan perluasan pasar
produk industri hulu agro
berwawasan
lingkungan
di
dalam dan luar negeri.
10. Meningkatkan
kapastas

Jangka Panjang (2020-2035):


1. Menjamin
ketersediaan
bahan
baku
dengan
menerapkan sistem rantai
pasok yang efisien.
2. Meningkatkan
efektivitas
kegiatan
penelitian
dan
pengembangan
untuk
optimasi sistem produksi
biorefinery yang efisien (low
cost technology) melalui
inovasi
teknologi
dan
manajemen,
serta
implementasinya
dalam
skala besar
3. Meningkatkan
kegiatan
penelitian
dan
pengembangan
disain
produk furniture, didukung
dengan
advokasi
dan
regulasi
terkait
perlindungan HKI (paten,
hak cipta)
4. Mengembangkan kerangka
kebijakan
untuk
meningkatkan pemasaran
produk oleofood, oleokima
dan kemurgi
5. Mengembangkan kawasan
terintegrasi
didukung
dengan infrastruktur yang
memadai
6. Memfasilitasi peningkatan
investasi industri biodiesel
dan bioetanol yang lebih
ramah lingkungan.
7. Menerapan standar produk
biodisel.
8. Memfasilitasi
advokasi
untuk
memasukkan
44

Jangka Menengah (2015-2020):


produksi pengolahan POME
(Palm
Oil
Mill
Effluent)
terintegrasi
dengan
Pabrik
Kelapa Sawit untuk mengurangi
emisi GRK (Gas Rumah Kaca),
dan
mendorong
penerapan
industri hijau pada industri
pulp dan kertas.

Jangka Panjang (2020-2035):


industri kelapa sawit ke
green
industry
dalam
melalui penerapan ISPO
9. Meningkatkan
efektifitas
kegiatan
penelitian
dan
pengembangan
untuk
menghasilkan
inovasi
teknologi dan formulasi
produk
pakan
berbasis
sumberdaya
lokal,
dan
suplemen pakan
10. Memberikan
fasilitas
pembangunan
industri
bioenergi berbasis pirolisisgasifikasi
biomassa
(termasuk limbah industri),
dan
biokonversi
bahan
lignoselulosa,
serta
biomaterial (building block)
dari lignin.

45

9. Industri Logam Dasar

a. Sasaran
NO

TAHUN

URAIAN

2015

2020

2035

Nilai Tambah Industri (Rp Trilyun)

81

21

2.233

Jumlah Tenaga Kerja (ribu orang)

552

760

1.416

Nilai Investasi (Rp Trilyun)

98

163

179

b. Program Pengembangan
Jangka Menengah (2015-2020):
1. Memfasilitasi
pembangunan
pabrik iron ore pellet
2. Meningkatkan kapasitas produksi
(termasuk
pembuatan
pabrik
baru) kapur bakar dan cooking
coal serta briket semi kokas
3. Meningkatkan
jumlah
atau
kapasitas blast furnace
4. Meningkatkan kapasitas produksi
bijih/pasir besi dalam negeri
sebagai
bahan
baku
direct
reduction furnace dan blast
furnace
5. Revitalisasi industri baja untuk
efisiensi konsumsi energi dan
ramah lingkungan
6. Memfasilitasi
pembangunan
smelter
pengolahan
bauksit
menjadi alumina
7. Memfasilitasi
pembangunan
pabrik pengolahan bijih nikel
menjadi nikel pig iron, ferronikel
atau nikel matte,
8. Memfasilitasi
peningkatan
kapasitas
produksi
smelter
tembaga dan smelter aluminium.
9. Memfasilitasi
pembangunan
smelter tembaga tambahan dari
yang sudah ada
10. Meningkatkan kapasitas produksi
semen atau mendirikan pabrik
baru dengan memanfaatkan terak
tembaga yang dihasilkan smelter
tembaga
11. Meningkatkan kapasitas produksi
industri steel making (slab, billet,
HRC, CRC, besi beton, wire rod)
12. Peningkatan kapasitas produksi

Jangka Panjang (2020-2035):


1.

Memfasilitasi pembangunan
pabrik baja untuk keperluan
khsusus
2. Memfasilitasi pembangunan
pabrik stainless steel
3. Memfasilitasi
pembenagunan
Smelter
aluminium tambahan dari
yang sudah ada
4. Memfasilitasi
pembenagunan
pabrik
Stainless steel
5. Memfasilitasi pembangunan
Smelter tembaga tambahan
dari yang sudah ada
6. Memfasilitasi pembangunan
pabrik
logam
untuk
mendukung industri pangan
fungsional
7. Memfasilitasi pembangunan
pabrik
logam
untuk
mendukung
industri
bioenergy dan kemurgi
8. Memfasilitasi pembangunan
pabrik
logam
untuk
mendukung industri magnet
9. Memfasilitasi pembangunan
pabrik
logam
untuk
mendukung
industri
komponen
otomotif, dan
telekomunikasi
10. Memfasilitasi peningkatkan
kapasitas pabrik konsentrasi
logam tanah jarang
11. Memfasilitasi
peningkatan
kapasitas pabrik penghasil
logam mulia dari lumpur
anoda maupun bahan baku
46

Jangka Menengah (2015-2020):


Pengecoran (casting) , Ekstrusi
(extrusion), Penempaan (forging),
Penarikan
(wire
drawing),
Penggilingan (rolling) besi dan
paduannya serta bukan besi dan
paduannya
13. Memfasilitasi
pembangunan
industri baja untuk keperluan
khusus (special steel) termasuk
baja paduan untuk industri
permesinan, otomotif dan alat
berat
14. Memfasilitasi
pembangunan
pabrik besi/baja dan bukan
besi/baja
untuk
mendukung
agroindustri
15. Memfasilitasi
pembangunan
pabrik besi/baja dan bukan
besi/baja
untuk
mendukung
industri petrokimia
16. Meningkatkan penerapan dan
pengawasan SNI wajib, serta
penguatan
infrastruktur
standardisasi.
17. Penerapan industri hijau
18. Peningkatan
penggunaan
produksi dalam negeri
19. Penguatan
balai
melalui
kerjasama
penelitian
tentang
paduan logam bernilai tambah
tinggi
20. Memfasilitasi
pembangunan
pabrik konsentrasi logam tanah
jarang
21. Memfasilitasi
pembangunan
pabrik penghasil logam mulia dari
lumpur anoda maupun bahan
baku lainnya
22. Fasilitasi penyediaan lahan dan
konsesi
penambangan
untuk
investasi baru, khususnya di luar
Pulau Jawa.
23. Menjamin pasokan batubara dan
mendorong
produsen
semen
untuk melakukan efisiensi dan
diversifikasi energi.
24. Menyiapkan SDM lokal yang
kompeten.
25. Menyusun SKKNI bidang industri
logam dan industri semen

Jangka Panjang (2020-2035):


lainnya
12. Memfasilitasi pembangunan
pabrik bahan bakar nuklir
dari uranium atau unsur
lainnya
13. Memfasilitasi pembangunan
pabrik dan meningkatkan
kapasitas pabrik keramik,
kaca dan semen
14. Memfasilitasi pembangunan
pabrik
keramik
maju
(advanced ceramics).

47

10. Industri Kimia Dasar

a. Sasaran
NO

URAIAN

TAHUN
2015

2020

2035

Nilai Tambah Industri (Rp Trilyun)

109

212

1.729

Jumlah Tenaga Kerja (ribu orang)

108

555

965

Nilai Investasi (Rp Trilyun)

58

120

129

b. Program Pengembangan
Jangka Menengah (2015-2020):
1. Memfasilitasi pendirian pabrik
petrokimia hulu dengan bahan
baku gas di Teluk Bintuni,
bahan baku CBM di Sumatra
Selatan
dan
kalimantan
selatan, bahan baku shale gas
di Sumatera Utara, dan bahan
baku batubara di Kalimantan
Timur dan Sumatera Selatan.
2. Mendorong
produsen
petrokimia
hulu
untuk
melakukan
efisiensi
dan
diversifikasi energi.
3. Memfasilitasi calon investor
dalam mendapatkan dukungan
dari Pemerintah Daerah dan
masyarakat dalam pendirian
pabrik
petrokimia
hulu
(penyediaan lahan, jaminan
bahan
baku,
perizinan,
infrastruktur, Amdal, dll)
4. Menyiapkan SDM lokal yang
kompeten.
5. Meningkatkan
kemampuan
penguasaan teknologi proses
dan rekayasa produk industri
petrokimia melalui penelitian
dan
pengembangan
yang
terintegrasi
6. Fasilitasi kerjasama teknologi
untuk pengembangan bahan
baku
alternatif
industri
petrokimia (teknologi gasifikasi
batubara, methanol to olefin)
7. Mendorong hilirisasi industri
petrokimia
hulu
melalui
kerjasama
dengan
industri
petrokimia antara dan hilir
dalam rangka penguatan dan

Jangka Panjang (2020-2035):


1.

Mengembangkan
teknologi nasional untuk
memproduksi
bahan
petrokimia hulu
2. Membangun
Industri
Petrokimia Hulu skala
besar dengan orientasi
ekspor
3. Meningkatkan
keterkaitan
antara
industri hulu, industri
antara dan industri hilir
4. Mengembangkan
teknologi nasional untuk
memproduksi
bahan
kimia organik
5. Membangun
Industri
Petrokimia antara skala
besar dengan orientasi
ekspor
6. Mengembangkan
teknologi nasional untuk
memproduksi pupuk
7. Membangun
Industri
Pupuk
skala
besar
dengan orientasi ekspor
8. Mengembangkan
teknologi nasional untuk
memproduksi
resin
plastik
9. Membangun
Industri
Resin
Sintetik
Dan
Bahan
Plastik
skala
besar dengan orientasi
ekspor
10. Mengembangkan
teknologi nasional untuk
memproduksi
karet
sintetik.
48

Jangka Menengah (2015-2020):

8.
9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

pendalaman struktur industri


petrokimia.
Memfasilitasi pendirian pabrik
industri kimia organik
Memfasilitasi untuk tersedianya
bahan baku dan pasar bagi
pendirian pabrik industri kimia
organik
melalui
kerjasama
hulu-hilir .
Melakukan revitalisasi pabrik
pupuk
urea
untuk
menurunkan konsumsi gas
sebagai bahan baku.
Mengembangkan
industri
intermediate untuk bahan baku
industri
pupuk
(Asam
Phosphate)
Fasilitasi kerjasama teknologi
untuk pengembangan bahan
baku alternatif industri pupuk
(teknologi gasifikasi batubara)
Memfasilitasi pendirian pabrik
industri resin sintetik dan
bahan plastik
Memfasilitasi terbukanya pasar
industri resin sintetik dan
bahan
plastik
melalui
kerjasama
hulu-hilir
(petrokimia hulu dan industri
barang plastik)
Memfasilitasi pendirian pabrik
industri BR, SBR, IR, ABR, dan
EPDM di Cilegon, Banten.
Memfasilitasi terbukanya pasar
industri Karet Sintetik melalui
kerjasama hulu-hilir
Pembangunan
industri
propelan
kapasitas
800
ton/tahun di Energetic Material
Centre, Subang, Jawa Barat.
Memastikan terjadinya transfer
teknologi dan adanya jaminan
kesinambungan suplai bahan
baku
Mendorong
pemakaian
teknologi dan produk dalam
negeri dalam pembangunan
industri propelan

Jangka Panjang (2020-2035):


11. Membangun
Industri
Karet
Sintetik
skala
besar dengan orientasi
ekspor.
12. Melakukan
Pengembangan
lanjut
teknologi propelan dan
bahan
peledak
yang
ramah lingkungan

49

V.

PERWILAYAHAN INDUSTRI

A. Tujuan dan Sasaran Perwilayahan Industri


Pengembangan perwilayahan industri dilaksanakan dalam rangka
percepatan penyebaran dan pemerataan industri ke seluruh wilayah
Negara

Kesatuan

Republik

Indonesia.

Sasaran

pengembangan

perwilayahan industri pada tahun 2035 sebagai berikut:


1. Peningkatan kontribusi sektor industri pengolahan non-migas luar
Jawa dibanding Jawa dari 28% : 72 % pada tahun 2013 menjadi
40% : 60% pada tahun 2035.
2. Peningkatan kontribusi investasi sektor industri pengolahan nonmigas luar Jawa dibanding Jawa dari 28.3% : 71.7 % pada tahun
2013 menjadi 60% : 40% pada tahun 2035.
3. Penumbuhan kawasan industri sebanyak 36 kawasan dengan luas
50.000 Ha; dan
4. Pembangunan Sentra IKM baru minimal 1 Sentra IKM per
Kabupaten/Kota, terutama di luar Jawa.
B. Lingkup Perwilayahan Industri
Lingkup Perwilayahan Industri mencakup:
1. Wilayah Pengembangan Industri
Wilayah Pengembangan Industri (WPI) dikelompokkan berdasarkan
keterkaitan backward dan forward sumberdaya dan fasilitas
pendukungnya, serta memperhatikan jangkauan pengaruh kegiatan
pembangunan industri. Wilayah Indonesia dibagi kedalam 10
(sepuluh) WPI sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4. Rincian
perwilayahan industri pada setiap WPI disajikan pada Gambar 3
sampai dengan Gambar 12.
Tabel 4. Pembagian Wilayah Indonesia dalam 10 (Sepuluh) Wilayah
Pengembangan Industri (WPI)
No.
1
2
3

Wilayah Pengembangan
Industri
Papua
Papua Barat
Sulawesi Bagian Utara dan
Maluku

No
1
2
3
4
5

Provinsi
Papua
Papua Barat
Sulawesi Utara
Gorontalo
Sulawesi Tengah
50

No.

Wilayah Pengembangan
Industri

Sulawesi Bagian Selatan

Kalimantan Bagian Timur

Kalimantan Bagian Barat

Bali dan Nusa Tenggara

Sumatera Bagian Utara

Sumatera Bagian Selatan

10

Jawa

No
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34

Provinsi
Sulawesi Tenggara
Maluku
Maluku Utara
Sulawesi Barat
Sulawesi Selatan
Kalimantan Utara
Kalimantan Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Kep. Riau
Jambi
Bengkulu
Bangka Belitung
Sumatera Selatan
Lampung
Banten
Jawa Barat
DKI Jakarta
DI Jogjakarta
Jawa Tengah
Jawa Timur

51

52

Gambar 3. Perwilayahan Industri pada WPI Papua

53

Gambar 4. Perwilayahan Industri pada WPI Papua Barat

Gambar 5. Perwilayahan Industri pada WPI Sulawesi Bagian Utara dan Maluku

54

Gambar 6. Perwilayahan Industri pada WPI Sulawesi Bagian Selatan

55

Gambar 7. Perwilayahan Industri pada WPI Kalimantan Bagian Timur

56

57

Gambar 8. Perwilayahan Industri pada WPI Kalimantan Bagian Barat

58

Gambar 9. Perwilayahan Industri pada WPI Bali dan Nusa Tenggara


Bagian Barat

Gambar 10. Perwilayahan Industri pada WPI Sumatera Bagian Utara

59

Gambar 11. Perwilayahan Industri pada WPI Sumatera Bagian Selatan

60

61

Gambar 12. Perwilayahan Industri pada WPI Jawa

2. Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI)


Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI) berperan sebagai
penggerak utama (prime mover) ekonomi dalam WPI. WPPI disusun
berdasarkan kriteria sebagai berikut:
a. Potensi sumber daya alam (agro, mineral, migas);
b. Ketersediaan infrastruktur transportasi;
c. Kebijakan affirmatif untuk pengembangan industri ke luar
Pulau Jawa;
d. Penguatan dan pendalaman rantai nilai;
e. Kualitas dan kuantitas SDM;
f.

Memiliki potensi energi berbasis sumber daya alam (batubara,


panas bumi, air);

g. Memiliki potensi sumber daya air industry;


h. Memiliki potensi dalam pewujudan industri hijau;
i.

Kesiapan jaringan pemanfaatan teknologi dan inovasi.

Disamping kriteria umum di atas, daerah yang sudah memiliki


pusat-pusat pertumbuhan industri berupa kawasan industri dan
yang mempunyai rencana pengembangan kawasan industri yang
telah didukung oleh industri pendorong utama (anchor industry)
dapat langsung ditetapkan sebagai WPPI.

Berdasarkan kriteria

dan pertimbangan tersebut, daerah yang ditetapkan sebagai WPPI


dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Daerah-Daerah yang Ditetapkan sebagai WPPI
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Lokasi Kabupaten/Kota
Banda Aceh, Aceh Besar dan Pidie (KAPET
BANDAR ACEH DARUSSALAM)
Medan-Binjai-Deli Serdang-Serdang
Bedagai (MEBIDANG)
Karo-Simalungun-Batubara (ROSIBA)
Dumai-Siak
Batam-Bintan
Muara Enim
Banyuasin
Lampung Bagian Selatan (Lampung Barat,
Lampung Timur, Lampung Tengah,
Tanggamus)
Cilegon-Serang-Tangerang
Bogor-Bekasi-Purwakarta-SubangKarawang
Cirebon-Indramayu-Majalengka
Kendal-Semarang-Demak

Provinsi
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Utara
Riau
Kep. Riau
Sumatera Selatan
Sumatera Selatan
Lampung
Banten
Jawa Barat
Jawa Barat
Jawa Tengah
62

No
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

Lokasi Kabupaten/Kota
Tuban-Lamongan-Gresik-SurabayaSidoarjo-Mojokerto-Bangkalan
Pontianak-Landak-Sanggau-Ketapang
Tanah Bumbu-Kota Baru (KAPET
BATULICIN)
Samarinda, Balikpapan, dan Kutai
Kertanegara (KAPET SASAMBA)
Bontang-Kutai Timur

Provinsi
Jawa Timur

Tarakan
Bitung-Manado-Tomohon-MinahasaMinahasa Utara (KAPET MANADO BITUNG)
Morowali-Konawe-Pomala (Morowali +
KAPET BANK SEJAHTERA SULTRA)
Palu-Donggala-Parigi Mountong-Sigi
(KAPET PALAPAS)
Makassar-Maros-Gowa
Takalar-Jeneponto-Bantaeng
Halmahera Timur-Halmahera Tengah
Pulau Morotai
Mimika
Teluk Bintuni

Kalimantan Barat
Kalimantan
Selatan
Kalimantan
Timur
Kalimantan
Timur
Kalimantan Utara
Sulawesi Utara
Sulawesi TengahSulawesi
Tenggara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan
Maluku Utara
Maluku Utara
Papua
Papua Barat

Dalam perkembangan berikutnya, daerah lain yang punya potensi,


dapat

ditetapkan

sebagai

WPPI

yang

mekanismenya

diatur

tersendiri dalam PP yang mengatur Perwilayahan Industri.

3. Pembangunan Kawasan Industri


Pembangunan kawasan industri akan diprioritaskan pada daerahdaerah yang berada dalam WPPI. Daerah-daerah di luar WPPI yang
mempunyai potensi, juga dapat dibangun kawasan industri yang
diharapkan menjalin sinergi dengan WPPI yang sesuai. Dalam
rangka

percepatan

pemerintah

penyebaran

membangun

industri

keluar

kawasan-kawasan

Pulau

industri

Jawa,
sebagai

infrastruktur industri di Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri.


Pembangunan kawasan industri sebagai perusahaan kawasan
industri yang lebih bersifat komersial didorong untuk dilakukan
oleh pihak swasta.

4. Pengembangan Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah


Pengembangan Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah
(Sentra IKM) dilakukan pada setiap wilayah Kabupaten/Kota
63

(minimal sebanyak satu sentra IKM, terutama di luar Pulau Jawa)


yang dapat berada di dalam atau di luar kawasan industri. Bagi
kabupaten/kota yang tidak memungkinkan dibangun kawasan
industri karena tidak layak secara teknis dan ekonomis, maka
pembangunan industri dilakukan melalui pengembangan Sentra
IKM yang perlu diarahkan baik untuk mendukung industri besar
sehingga perlu dikaitkan dengan pengembangan WPPI, maupun
sentra IKM yang mandiri yang menghasilkan nilai tambah serta
menyerap tenaga kerja.
C. Program Pengembangan Perwilayahan Industri
Program pengembangan perwilayahan industri untuk pengembangan
WPPI, pembangunan kawasan industri dan pengembangan sentra IKM
tercantum pada Tabel 6 sampai dengan Tabel 8.
Tabel 6. Program Pengembangan WPPI Tahun 2015-2035
Jangka Menengah (2015-2020)
1. Penetapan WPPI sebagai Kawasan
Strategis Nasional (KSN)
2. Survey dan pemetaan potensi
pengembangan
sumber
daya
industri dalam WPPI
3. Koordinasi
antar
Pemerintah
Provinsi,
Pemerintah
Kabupaten/Kota yang daerahnya
masuk dalam WPPI dengan
Kementerian/Lembaga
terkait
dalam
penyusunan
Rencana
Pembangunan Industri Provinsi/
Kabupaten/Kota
4. Penyusunan
Master
Plan
pengembangan WPPI
5. Penyusunan
Rencana
Aksi
pengembangan WPPI
6. Koordinasi
antar
kementerian/lembaga
terkait
dalam
penyusunan
rencana
pembangunan
infrastruktur
untuk mendukung WPPI
7. Koordinasi
antar
kementerian/lembaga
terkait
dalam penyelesaian aspek-aspek
yang terkait pertanahan
8. Koordinasi
antar
kementerian/lembaga
terkait
dalam
penyusunan
rencana
penyediaan
energi
untuk

Jangka Panjang (2020-2035)


1.

2.

3.

4.

5.
6.
7.

8.

Pembangunan
infrastruktur
untuk
mendukung WPPI (jalan,
kereta
api,
pelabuhan,
bandara)
Pembangunan
infrastruktur energi untuk
mendukung WPPI
Pembangunan sarana dan
prasarana pengembangan
SDM
Pembangunan sarana dan
prasarana pengembangan
riset dan teknologi
Penguatan kerjasama antar
WPPI
Promosi investasi industri
untuk masuk dalam WPPI
Pemberian insentif bagi
investasi bidang industri
yang masuk dalam WPPI,
terutama di luar Pulau
Jawa
Penguatan
konektivitas
antar WPPI

64

Jangka Menengah (2015-2020)

Jangka Panjang (2020-2035)

mendukung WPPI
9. Koordinasi
antar
kementerian/lembaga
terkait
dalam
penyusunan
rencana
penyediaan SDM dan teknologi
untuk mendukung WPPI
10. Koordinasi
antar
kementerian/lembaga
terkait
dalam penyediaan bahan baku
industri
11. Koordinasi
antar
Pemerintah
Provinsi
dan
Pemerintah
Kabupaten/Kota
dalam
penyusunan kelembagaan
12. Koordinasi
antar
kementerian/lembaga
terkait
dalam perumusan pemberian
insentif fiskal dalam mendukung
WPPI
13. Pembangunan
infrastruktur
untuk mendukung WPPI (jalan,
kereta api, pelabuhan, bandara)
14. Pembangunan
infrastruktur
energi untuk mendukung WPPI
15. Pembangunan
sarana
dan
prasarana pengembangan SDM
16. Pembangunan
sarana
dan
prasarana pengembangan riset
dan teknologi
17. Penguatan kerjasama antar WPPI
18. Promosi investasi industri untuk
masuk dalam WPPI
19. Pemberian insentif bagi investasi
bidang industri yang masuk
dalam WPPI, terutama di luar
Pulau Jawa
20. Penguatan konektivitas antar
WPPI
Tabel 7. Program Pembangunan Kawasan Industri Tahun 2015-2035
Jangka Menengah (2015-2020)
1. Penyusunan
rencana
pembangunan kawasan industri
2. Koordinasi
antar
kementerian/lembaga
terkait
dalam
penyusunan
rencana
pembangunan infrastruktur untuk
mendukung kawasan industri
3. Koordinasi
antar
kementerian/lembaga
terkait
dalam penyelesaian aspek-aspek
yang terkait pertanahan

Jangka Panjang (2020-2035)


Pembangunan
kawasan
industri
2. Pengoperasian bank tanah
(Land
Bank)
untuk
pembangunan
kawasan
industri
3. Pembangunan infrastruktur
untuk mendukung kawasan
industri (jalan, kereta api,
pelabuhan, bandara)
4. Pembangunan infrastruktur
1.

65

Jangka Menengah (2015-2020)

Jangka Panjang (2020-2035)

4. Koordinasi
antar
energi untuk mendukung
kementerian/lembaga
terkait
kawasan industri
dalam
penyusunan
rencana 5. Pembangunan sarana dan
penyediaan
energi
untuk
prasarana
pengembangan
mendukung kawasan industri
SDM
5. Koordinasi
antar 6. Pembangunan sarana dan
kementerian/lembaga
terkait
prasarana
pengembangan
dalam
penyusunan
rencana
Riset, Teknologi dan Inovasi
penyediaan SDM dan teknologi
(RISTEKIN)
untuk
mendukung
kawasan 7. Revitalisasi
kawasan
industri
industri
yang
sudah
6. Pembangunan kawasan industri
beroperasi, khususnya yang
7. Pengoperasian bank tanah (Land
berada di luar Pulau Jawa
Bank)
untuk
pembangunan
kawasan industri
8. Pembangunan infrastruktur untuk
mendukung
kawasan
industri
(jalan, kereta api, pelabuhan,
bandara)
9. Pembangunan infrastruktur energi
untuk
mendukung
kawasan
industri
10. Pembangunan
sarana
dan
prasarana pengembangan SDM
11. Pembangunan
sarana
dan
prasarana pengembangan Riset,
Teknologi dan Inovasi (RISTEKIN)
12. Revitalisasi kawasan industri yang
sudah beroperasi, khususnya yang
berada di luar Pulau Jawa
13. Pembentukan
kelembagaan
pengelolaan
kawasan
industri
(Pemerintah melakukan investasi
langsung)
Tabel 8. Program Pengembangan Sentra IKM Tahun 2015-2035
Jangka Menengah (2015-2020)
1. Survey dan pemetaan potensi
pembangunan sentra IKM
2. Penyusunan
rencana
pembangunan sentra IKM
3. Pembentukan kelembagaan sentra
IKM
oleh
pemerintah
kabupaten/kota
4. Pengadaan tanah oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota
untuk
pembangunan sentra IKM
5. Pembangunan
infrastrastruktur
untuk mendukung sentra IKM
6. Pembangunan sentra IKM
7. Pembinaan dan pengembangan
sentra IKM

Jangka Panjang (2020-2035)


Pengadaan
tanah
oleh
Pemerintah Kabupaten/Kota
untuk pembangunan sentra
IKM
2. Pembangunan
infrastrastruktur
untuk
mendukung sentra IKM
3. Pembangunan sentra IKM
4. Pembinaan
dan
pengembangan sentra IKM
1.

66

VI. PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI


Sumber daya industri adalah sumber daya yang digunakan untuk
melakukan pembangunan industri yang meliputi: (a) pembangunan
sumber

daya

manusia;

(b)

pemanfaatan

sumber

daya

alam;

(c)

pengembangan dan pemanfaatan Teknologi Industri; (d) pengembangan


dan pemanfaatan kreativitas dan inovasi; dan (e) penyediaan sumber
pembiayaan.
A. Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) Industri
1. Tujuan, Ruang Lingkup dan Sasaran
Pembangunan

SDM

industri

difokuskan

pada

rencana

pengembangan tenaga kerja industri. Pembangunan tenaga kerja


industri

bertujuan

untuk

menyiapkan

tenaga

kerja

Industri

kompeten yang siap kerja sesuai dengan kebutuhan perusahaan


industri dan/atau perusahaan kawasan industri, meningkatkan
produktivitas tenaga kerja Industri, meningkatkan penyerapan
tenaga kerja di sektor Industri dan memberikan perlindungan dan
kesejahteraan tenaga kerja Industri.
Sasaran penyerapan tenaga kerja industri untuk masing-masing
kelompok industri prioritas berdasarkan jenis pekerjaan dalam
periode 2025-2035 sebagaimana tercantum pada tabel berikut.
Tabel 9. Sasaran penyerapan Tenaga Kerja Kelompok Industri Prioritas
No

Industri
Prioritas

2015
Manajerial

Teknis

2020
Total

Manajerial

Teknis

2035
Total

Manajerial

1.

Industri
Pangan

2.

Industri
Farmasi,
Kosmetik Dan
Alat Kesehatan

3.

Industri
Tekstil, Kulit,
Alas Kaki Dan
Aneka

4.

Industri Alat
Transportasi

80.330

426.814

507.144

85.349

768.138

853.487 134.662

5.

Industri
Elektronika
Dan
Telematika

32.051

158.113

190.164

32.826

295.438

328.264

416.357

95.817

Teknis

Total

21.882

284.886

306.768

32.454

383.901

65.036

785.548

850.584

64.332

985.871 1.050.204 102.819

1.454.205 1.557.025

257.880 3.933.898 4.191.778 250.275 4.481.313 4.731.589 331.127

5.806.267 6.137.394

71.820

847.401

943.218

1.548.610 1.683.272
825.925

67

897.745

No

2015

Industri
Prioritas

Manajerial

Teknis

2020
Manajerial

Total

Teknis

2035
Total

Manajerial

6.

Industri
Pembangkit
Energi

13.117

83.558

96.675

26.261

236.350

262.611

7.

Industri
Barang Modal,
Komponen,
Dan Bahan
Penolong

22.897

107.137

130.034

50.985

335.450

386.434 115.438

8.

Industri Hulu
Agro

9.746

299.449

309.195

13.521

386.543

400.065

9.

Industri Logam
Dasar dan
Bahan Galian
Bukan Logam

72.899

479.674

552.377 100.430

660.383

760.543 186.780

5.966

102.176

108.142

524.516

555.672

53.287

industri

yang

10.

Industri Kimia
Dasar

Untuk

mewujudkan

kompetensi,

31.156

tenaga

ditetapkan

kerja

sasaran

71.820

33.415

pembangunan

Teknis

Total

825.925

897.745

1.114.071 1.229.509

769.875

803.290

1.229.175 1.415.955

912.447

965.732

berbasis

infrastruktur

kompetensi sebagai berikut:


Tabel 10. Sasaran Pembangunan Infrastruktur Kompetensi
No

Infrastruktur kompetensi

2015-2020

2020-2025

2025-2035

SKKNI bidang industri (standar)

100

100

200

Asesor kompetensi dan asesor


lisensi (orang)

750

750

1.000

50

50

100

130

150

350

20

25

50

20

25

50

3
4
5
6

Lembaga Sertifikasi Profesi / LSP


dan Tempat Uji Kompetensi /
TUK (unit)
Tenaga kerja industri terampil di
bidang industri berbasis
kompetensi (ribu orang)
Tenaga kerja industri ahli di
bidang industri yang
tersertifikasi (ribu orang)
Lembaga Pendidikan / akademi
komunitas berbasis kompetensi
(unit)

68

2. Program Pengembangan
Dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga kerja industri yang
memiliki kompetensi di bidang teknis dan

manajerial perlu

dilakukan berbagai program pengembangan baik dalam jangka


menengah maupun jangka panjang yang meliputi:
a. Pembangunan infrastruktur tenaga kerja industri berbasis
Kompetensi meliputi :
1) Penyusunan

dan

penetapan

Standar

Kompetensi

Kerja

Nasional Indonesia (SKKNI);


2) Pembentukan Asesor kompetensi dan asesor lisensi;
3) Pembentukan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) dan Tempat
Uji Kompetensi (TUK);
4) Pembangunan Sistem sertifikasi kompetensi;
5) Pembangunan Lembaga Pendidikan berbasis kompetensi.
b. Pembangunan tenaga kerja berbasis kompetensi dilakukan
melalui:
1) Pendidikan vokasi Industri berbasis kompetensi,
2) Pendidikan dan pelatihan Industri berbasis kompetensi,
3) Pemagangan Industri.
c. Penyediaan sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan
untuk melengkapi unit pendidikan dan balai diklat melalui
penyediaan laboratorium, teaching factory, dan workshop.
B. Pemanfaatan Sumber Daya Alam
1. Tujuan, Ruang Lingkup dan Sasaran
Pemanfaatan sumber daya alam untuk Perusahaan Industri dan
Perusahaan Kawasan Industri diselenggarakan melalui prinsip tata
kelola yang baik dengan tujuan untuk:
a. pendalaman dan penguatan struktur Industri,
b. peningkatan nilai tambah melalui proses pengolahan sumber
daya alam; dan
c. memenuhi kebutuhan dan keberlangsungan kegiatan Industri.
Kebutuhan sumber daya alam berdasarkan kapasitas produksi
meliputi industri hulu berbasis mineral tambang, migas dan
batubara, serta agro. Proyeksi kebutuhan dan pasokan sumber
daya alam untuk industri hulu sebagaimana tabel berikut:
69

Tabel 11. Proyeksi Kebutuhan dan Pasokan Sumber Daya Alam Industri Hulu
KEBUTUHAN DAN PASOKAN SUMBER DAYA ALAM
NO

KELOMPOK
/ JENIS
INDUSTRI

(1)

(2)

KAPASITAS PRODUKSI
(ton per tahun)

KEBUTUHAN BAHAN BAKU


(ton per tahun)

2015-2020

2020-2025

2025-2035

2015-2020

2020-2025

2025-2035

KETERSEDIAAN
BAHAN BAKU
(Juta TON)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

INDUSTRI HULU BERBASIS MINERAL TAMBANG

Besi Baja
Dasar

20.137.000

25.137.000

35.137.000

22.940.070

28.636.070

40.028.070

Cadangan bijih besi /


pasir besi * : 1.217

Nikel

1.480.000

1.680.000

2.320.000

19.170.725

21.761.364

30.051.407

Cadangan bijih nikel * :


2.905

Tembaga

1.200.000

1.500.000

2.100.000

4.277.359

5.346.699

7.485.378

Aluminium

1.500.000

3.500.000

5.500.000

8.250.000

19.250.000

30.250.000

II

INDUSTRI HULU BERBASIS MIGAS DAN BATUBARA;

Industri
Petrokimia
Hulu

Industri
Kimia
Organik

III

INDUSTRI HULU BERBASIS AGRO

Industri
Bahan
Penyegar
(kakao)

Industri
Oleofood,
Oleokimia
dan Kemurgi
(kelapa
sawit)

15.690.000

20.550.000

30.230.000

Gas :
7,300,000
Batubara :
12,400,000

Gas :
13,500,000
Batubara :
23,000,000

3.530.000

4.220.000

5.620.000

Minyak bumi :
71,000,000

Minyak
bumi :
82,300,000

Cadangan bijih
Tembaga * : 3.044
Cadangan bauksit * :
1.129

Minyak bumi : 3,7


Milyar Barrel (503
juta ton)
Gas bumi : 152,89
TCF (3.142 juta ton)
Minyak
CBM : 453,3 TCF
bumi :
105,000,000
(9.315 juta ton)
Shale gas : 574 TCF
(11.796 juta ton)
Batubara : 21.131,84
juta ton
Gas :
19,700,000
Batubara :
33,500,000

Biji

2.642

5.346

16.108

1.173

1.245

1.400

21.713

33.224

53.216

17.370

26.579

42.573

kakao:
2015-2019 : 1.174
2020-2024 : 1.245
2025-2035 : 1.400

CPO :
2015-2019 : 39.634
2020-2024 : 44.161
2025-2035 : 53.216

Sumber : * Ditjen Minerba, Kementerian ESDM (2012)

2. Program Pengembangan
Dalam

rangka

menjamin

ketersediaan

sumber

daya

alam

bagi

pengembangan industri hulu terutama industri yang berbasis mineral


tambang dan batubara, migas, serta agro, maka pemerintah melakukan
program sebagai berikut:
a. Pengelolaan sumber daya alam secara efisien, ramah lingkungan dan
berkelanjutan melalui penerapan tata kelola yang baik antara lain
meliputi:
70

1) Penyusunan rencana pemanfaatan sumber daya alam,


2) Manajemen pengolahan sumber daya alam,
3) Audit pemanfaatan sumber daya alam,
4) Pemberian insentif khususnya untuk industri kecil dan menengah,
5) Peningkatan

budidaya

dan

pemuliaan

sumber

daya

alam

terbarukan,
6) Pengembangan investasi pengusahaan sumber daya alam di luar
negeri, dan/atau
7) Fasilitasi kerjasama penyediaan sumber daya alam dengan negara
lain.
b. Pelarangan atau pembatasan ekspor sumber daya alam
Pelarangan atau pembatasan ekspor sumber daya alam ditujukan
untuk memenuhi rencana pemanfaatan dan kebutuhan perusahaan
industri dan perusahaan kawasan industri, antara lain meliputi:
1) Penyusunan neraca sumber daya alam secara nasional dan
kewilayahan,
2) Penetapan bea keluar,
3) Penetapan kuota ekspor, dan
4) Penetapan kewajiban pasokan dalam negeri
c. Jaminan Penyediaan dan Penyaluran Sumber Daya Alam
Jaminan Penyediaan dan Penyaluran Sumber Daya Alam diutamakan
untuk mendukung pemenuhan kebutuhan bahan baku, bahan
penolong dan energi industri dalam negeri yang mencakup:
1) Penyusunan rencana pemanfaatan sumber daya alam untuk
industri,
2) Fasilitasi kemudahan akses dan importasi bahan baku/penolong
yang berasal dari impor,
3) Pengembangan infrastruktur penyediaan dan penyaluran sumber
daya alam,
4) Pemetaan jumlah, jenis dan spesifikasi sumber daya alam, serta
lokasi cadangan sumber daya alam,
5) Eksplorasi dan eksploitasi cadangan dan potensi sumber daya
alam,
6) Pengembangan industri berbasis sumber daya alam tertentu
mendekati lokasi sumber bahan baku dalam mendorong efisiensi
dan penyebaran industri, dan
71

7) Pencadangan sumber daya alam untuk kebutuhan industri dalam


negeri.
C. Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi Industri
1. Tujuan, Ruang Lingkup dan Sasaran
Pengembangan, penguasaan dan pemanfaatan teknologi industri
bertujuan

untuk

meningkatkan

efisiensi,

produktivitas,

nilai

tambah, daya saing dan kemandirian industri nasional.


Penguasaan teknologi dilakukan secara bertahap sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan kebutuhan industri dalam
negeri agar dapat bersaing di pasar dalam negeri dan pasar global.
Pengembangan dan pemanfaatan teknologi untuk masing-masing
kelompok industri prioritas diuraikan sebagaimana tabel berikut:
Tabel 12. Kebutuhan Teknologi Industri Prioritas
NO
(1)
1.

KEBUTUHAN TEKNOLOGI YANG DIKEMBANGKAN

INDUSTRI
PRIORITAS
(2)
INDUSTRI
PANGAN

2015-2020

2.

INDUSTRI
FARMASI,
KOSMETIK
DAN ALAT

(3)
Teknologi ekstraksi,
isolasi purifikasi, dan
kristalisasi
Teknologi konversi
(kimia/fisik) dan
biokonversi
(fermentasi)
Teknologi preservasi
(pembekuan,
pengeringan,
pengawetan dengan
gula/garam)
Teknologi formulasi,
mixing/blending,
ekstrusi
Teknologi kemasan
Fabrikasi peralatan
industri berbasis
teknologi dan
sumberdaya lokal

Lisensi dan reverse


engineering teknologi
produksi bahan baku
farmasi dan kosmetik

2020-2025

(4)
Teknologi maju
untuk ekstrasi,
isolasi dan purifikasi
senyawa/ komponen
bioaktif untuk
nutrisi, suplemen
dan pangan
kesehatan
Teknologi maju
untuk formulasi dan
produksi pangan
khusus/ pangan
fungsional
Teknologi konversi
dan biokonversi
untuk
pengolahan/pemanfa
atan limbah industri
agro
Efisiensi produksi
dengan berbasis
teknologi bersih dan
hemat energi
Pembuatan pilot
plant industri bahan
baku farmasi dan
kosmetik dengan

2025-2035
(5)
Scalling-up
teknologi maju
(bioteknologi dan
nano teknologi)
untuk ekstrasi,
isolasi, purifikasi
dan konversi
senyawa/
komponen bioaktif
untuk nutrisi dan
suplemen
Scalling up
teknologi maju
untuk formulasi
dan produksi
pangan khusus/
pangan fungsional

Pembuatan
Industri Farmasi
dan Kosmetik
skala besar
72

NO
(1)

INDUSTRI
PRIORITAS
(2)
KESEHATAN

KEBUTUHAN TEKNOLOGI YANG DIKEMBANGKAN


2015-2020
(3)

2020-2025

2025-2035

(4)
teknologi local

Product design
Mikro elektronika
Electromagnetics
devices
Micro measurement
Otomasi & robotika

Product design
Micro-nano
measurement
Electromagnetics
devices
Micro measurement
Mikro-nano-bio
elektronika
Mikro-nano-bio
material
Otomasi & robotika

3.

INDUSTRI
TEKSTIL,
KULIT, ALAS
KAKI DAN
ANEKA

Material baru (bahan


baku & pewarna)
Perancangan produk
& CAD/CAM
Efficient cutting &
sewing
Healthy & eco
chemical treatment
(kulit)

Light strong bio


degradable material
Advanced eco-nano
material (bahan
baku & pewarna)
Perancangan produk
& CAD/CAM
customization
High speed efficient
spinning, cutting &
sewing
Healthy & eco
chemical treatment
(kulit & kain)

Teknologi pembuatan
kompon dan kulit
sintetik
Mold design dan
fabrikasinya untuk
barang plastik dan
karet rumah tangga
Pengembangan teknik
fabrikasi household
dari plastik dan karet
Teknologi fabrikasi

Pembuatan

purwarupa
(prototype) barang
plastik dan karet
rumah tangga
Pembangunan pabrik
produksi household
plastik dan karet, dan
kulit seintetik

(5)
dengan bahan
baku dan
teknologi lokal
Peningkatan
efisiensi pabrik
eksisting.
Product design
Micro-nano
measurement
Electromagnetics
devices
Micro
measurement
Mikro-nano-bio
elektronika
Mikro-nano-bio
material
Otomasi &
robotika
Bio degradable
material
Advanced econano material
(bahan baku &
pewarna)
Perlakukan kain
hemat energi
Perancangan
produk &
CAD/CAM
customization
High speed
efficient spining,
cutting & sewing
Healthy & eco
chemical
treatment (kulit &
kain)
Pembangunan
pabrik household
dari plastik dan
karet serta pabrik
kulit sintetik skala
besar dengan
teknologi lokal

73

NO

INDUSTRI
PRIORITAS

(1)

(2)

4.

KEBUTUHAN TEKNOLOGI YANG DIKEMBANGKAN


2015-2020

INDUSTRI

ALAT
TRANSPORTASI

5.

INDUSTRI
ELEKTRONIKA
DAN
TELEMATIKA

(3)
kulit sintetik
Car/train engine
(BBM, gas & listrik)
Efficient ship engine
& propulsion
Safety control
Drive/fly by wire
Sonar system
Ship water treatment
Satelite
communication & GPS
Perancangan produk
& CAD/CAM
Production automation
& robotics
Precision engineering
& measurement
Salt water resistance
coating material
Light & strong
composite ceramic
material

Smart phone
Micro electronics (fast
processing)
components
Efficient & smart
home & office
appliances
Wireless & optical
communication
Creative design
Rapid prototyping

2020-2025

2025-2035

(4)

(5)

Hybrid car/train
engine
Efficient water jet,
nuclear power ship
engine
Fuel cell engine
Smart & safety
control
Long distance jet
engine
Drive/fly by wire
Integrated sonar,
satelite
communication &
GPS
Combined prime
mover
(BBM, gas, wind,
nuclear)
Water treatment
Smart & safety
control
Integrated satelite
communication &
GPS
Perancangan produk
& CAD/CAM
Production
automation &
robotics
Precision engineering
& measurement
New light, strong,
water resistance &
high temperature
resistance material
Integrated smart
telecommunication &
procesing device
Micro-nano-bio-cogno
electronics
components
Smart mind control
home & office
appliances
Wireless
communication

Hybrid car / train


engine
Magnetic levitation
(Maglev) train
Fuel cell engine
Efficient water jet
ship engine
Combined
ship/submarine
prime mover (BBM,
gas, wind, nuclear)
Long distance jet
engine
Smart mind &
safety control
Engine/motor
listrik efisienn
Integrated sonar,
satelite
communication &
GPS
Intelligent
production
Precision
engineering &
measurement
Advanced fuel
material
Advanced light,
strong, water
resistance & high
temperature
resistance material

Integrated smart
telecommunication
& procesing device
Micro-nano-biocogno electronics
components
Smart mind control
home & office
appliances
Wireless
communication
74

NO

INDUSTRI
PRIORITAS

(1)

(2)

6.

INDUSTRI
PEMBANGKIT
ENERGI

7.

INDUSTRI
BARANG
MODAL,
KOMPONEN,
DAN BAHAN
PENOLONG

KEBUTUHAN TEKNOLOGI YANG DIKEMBANGKAN


2015-2020
(3)
Precision engineering
Cloud storage
Real time control

2020-2025

2025-2035

(4)

(5)

Optical
communication
Creative design
Rapid prototyping
Precision engineering
Cloud storage

Optical
communication
Creative design
Rapid prototyping
Precision
engineering
Cloud storage
Precision engineering
Precision engineering Precision
engineering
Durable material
Durable & super
conductivity material Durable & super
Material treatment
conductivity
Material treatment
Chemical battery &
material
solar cell material
Bio-nano-chemical
Material treatment
battery & solar cell
Cooper compound
material
Bio-nano-chemical
Nuclear engineering
battery & solar cell
Smart efficiency
material
control
Smart efficiency
Super conductivity
control
material
Super conductivity
Wireless electrical
material
conductivity
Wireless electrical
Nuclear engineering
conductivity
Nuclear
engineering
Motor listrik efisien
Retrofitting/Numerica Motor listrik efisien
l controlled process
Retrofitting/Numerical
Numerical
controlled process
Web-based controlled
controlled process
Flexible
Integrated facilities
Web-based
manufacturing
controlled Flexible
High precision
system/Integrated
manufacturing
machining
machining
center
system/Integrated
Efficient heating,
with
AGV
&
ASRS
machining centers
cooling & pressuring
High precision
with AGV & ASRS
Motor listrik efisien
machining
High precision
Sensitive sensor &
machining
New durable, eco &
actuator
healthy
material

New durable, eco &


Durable material
Integrated process &
healthy material
Efficient hidrolic &
transportation device Integrated process
pneumatic
& transportation
Automated strorage & Efficient heating,
cooling
&
pressuring
device
retrieval system
Sensitive sensor &
Efficient heating,
Automated guided
actuator for
cooling &
vehicle
automated control &
pressuring
Surface treatment
inspection
Sensitive sensor &
Modular design &

Automated
strorage
&
actuator for
Design for
retrieval system
automated control
compatibility
& inspection
Eficient hidrolic &
Special treatment
pneumatic
Automated strorage
Efficient electrical
75

NO

INDUSTRI
PRIORITAS

(1)

(2)

KEBUTUHAN TEKNOLOGI YANG DIKEMBANGKAN


2015-2020
(3)
conductivity

2020-2025

(4)
Multiple injection &
coloring
Automated strorage &
retrieval system
Automated guided
vehicle
Modular design &
Design for
compatibility
Special treatment
Material baru efficent
conductor

2025-2035

Teknologi pembuatan
engineering plastic
and rubber
Desain mold untuk
engineering plastic
and rubber
Teknologi fabrikasi
engineering plastic
and rubber
Pengembangan
teknologi lokal
pembuatan dye stuff
Pengembangan katalis
lokal untuk produksi
barang petrokimia
dan lainnya
8.

INDUSTRI
HULU AGRO

(5)
& retrieval system
Eficient hidrolic &
pneumatic
Efficient heat
conductivity
Multiple injection &
coloring
Surface treatment
Special treatment
Advanced material
based micro-nanobio electronics
Material baru
efficient conductor
Pembangunan
Industri
engineering plastic
and rubber skala
besar dengan
teknologi lokal.
Pembangunan
Industri dyestuf
skala besar dengan
teknologi lokal.
Pembangunan
Industri katalis
skala besar dengan
teknologi lokal.

Pembuatan

purwarupa
(prototype)
engineering plastic
and rubber
Pembangunan pilot
plant produksi

engineering plastic
and rubber
Pembangunan pilot
plant untuk

pembuatan dyestuff
lokal
Pembangunan pilot
plant untuk
pembuatan katalis
petrokimia lokal
Industri Oleofood, oleokimia, dan kemurgi
Teknologi produksi
Teknologi maju
Scalling up
(ekstrasi, purifikasi,
untuk produksi
teknologi produksi
mixing/blending,
speciality fats
biomaterial
hidrogenasi,
(bioplastik, nano Teknologi maju
esterifikasi, formulasi)
cellulose
untuk ekstrasi
oleofood skala mini
derivatives,
bahan/ komponen
dan dan medium
biobased fibers,
aktif dari kelapa
polymers &
Teknologi pemisahan
sawit untuk
composit,
(hidrolisis, splitting),
produksi vitamin
aromatic building
isolasi, hidrogenasi,
(betacaroten,
block)
esterifikasi dan
tocoferol, dsb)
pemurnian specialty
Scalling up
Teknologi konversi
fats
teknologi
dan biokonversi
termokimia dan
Teknologi konversi
untuk produksi
biokonversi untuk
dan pemurnian
asam organik dan
produksi
(refinary) oleo kimia
bioplastik dari
secondary biofuel
yang efisien untuk
limbah pabrik kelapa
76

NO

INDUSTRI
PRIORITAS

(1)

(2)

KEBUTUHAN TEKNOLOGI YANG DIKEMBANGKAN


2015-2020

2020-2025

2025-2035

(3)
produksi biodise, jet
fuel, biolube dan
biosurfaktan

(4)

(5)
berbasis biomasa
dan bahan
lignoselulosa

Logistik dan teknologi


penyimpanan bahan
baku pakan
Teknologi formulasi
dan granulasi pakan
Teknologi kemasan

sawit.
Scalling up Teknologi
konversi dan
pemurnian (refinary)
oleo kimia yang
efisien untuk
produksi biodise, jet
fuel, biolube dan
biosurfaktan
Teknologi
termokimia (pirolisis
dan gasifikasi)
biomasa
menghasilkan bahan
baku untuk disel
dan kerosen
(biomass to
liquid/BTL) atau
synthetic natural gas
(SNG)
Teknologi hidrolisis
dan biokonversi
(enzimatik dan
fermentasi) untuk
produksi bioetanol
dengan bahan baku
lignoselulosa
Teknologi ekstraksi
lignin untuk
produksi aromatic
building block
Teknologi ekstraksi
nano-cellulosa
Efisiensi produksi
oleofood, oleokimia,
dan kemurgi
berbasis teknologi
bersih dan hemat
energy
Industri Pakan
Scalling up teknologi
konversi
(fisik/kimia/biologis)
limbah biomasa
untuk pakan
Efisiensi produksi
berbasis teknologi
bersih dan hemat
energi

Scalling up
teknologi maju
untuk ekstrasi,
isolasi, dan
purifikasi
komponen biokatif
dari biomasa
untuk suplemen
pakan.
77

KEBUTUHAN TEKNOLOGI YANG DIKEMBANGKAN

NO

INDUSTRI
PRIORITAS

2015-2020

(1)

(2)

(3)

9.

INDUSTRI
LOGAM DASAR
DAN BAHAN
GALIAN BUKAN
LOGAM

2020-2025

2025-2035

(4)
Industri Barang dari kayu, pulp dan kertas

Teknik disain
furniture
Teknologi moulding
dan finishing
komponen berbasis
kayu
Teknologi biopulping
dan biobleaching
dalam produksi pulp
dan kertas untuk
diterapkan dalam
skala pilot plant
Ironmaking Coal
Based : Blast Furnace
untuk pig iron dan
nickel pig iron.
Great Kiln untuk
pellet
Dan memulai
pengembangan
teknologi lokal (labpilot scale)

Teknologi maju
untuk produksi
serat alami
Efisensi produksi
berbasis teknologi
bersih, hemat bahan
baku dan energi

Ironmaking Coal
Based : Coal
Gasification Process Direct Smelting :
Midrex, dan Corex
untuk sponge iron
Dan memulai
pengembangan
teknologi lokal (pilotdemo scale)

Steelmaking:
EAF dan BOF

Steelmaking:
Efisiensi EAF dan
BOF

RK-EF untuk
Ferronickel, Nickel
Matte
Stainless Steel

Atmosfiric Leaching
(AL), High Pressure
Acid Leaching
(HPAL): Mixed
Hydroxide Precipitate
(MHP), Mixed Sulfide
Precipitate (MSP)
Electric Furnace
untuk copper alloy
Kaldo Process
(Precious Metal)

Flash-Furnace
Submerged Furnace
Kaldo Process
(Precious Metal)

Alumina: Bayer (CGA)


Alumina: Bayer (SGA)

Alumina: Bayer
(CGA)
Alumina: Bayer (SGA)
Alumunium : HallHeroult

(5)

Scaling up
teknologi maju
dan ramah
lingkungan untuk
produksi
komponen, serat,
pulp dan kertas

Coal based : Coal


Gasification
Direct Smelting :
Midrex, dan Corex
untuk pig iron dan
besi cor
Dan memulai
pengembangan
teknologi lokal
(demo-commercial
scale)
Steelmaking:
Efisiensi energi
dan mengurangi
polusi EAF dan
BOF
MCLE
(Matte
Chlorine
Leach
Electrowinning)
umtuk
Nickel
Electrolytic, Nickel
Sulfate,
Nickel
Chloride
Rolling Mill untuk
kawat tembaga
Electric Furnace
untuk paduan
tembaga
Kaldo Process
(Precious Metal)
Alumunium : HallHeroult
Electric Furnace
untuk paduan
alumunium
78

NO

INDUSTRI
PRIORITAS

(1)

(2)

KEBUTUHAN TEKNOLOGI YANG DIKEMBANGKAN


2015-2020
(3)
Rolling, Forging,
Drawing, Extrusion

INDUSTRI
KIMIA DASAR

(4)
Rolling, Forging,
Drawing, Extrusion
Heat Treatment

2025-2035

(5)
Rolling, Forging,
Drawing,
Extrusion
Heat Treatment
Induction Furnace
Kupola

Industri Pengecoran
Logam Besi Baja
Induction Furnace
Kupola
Industri Pengecoran
Logam Non Besi Baja
Induction Furnace
Kupola
VOD dan AOD:
Stainless Steel
Special steel
RH dan Vacuum
Decarburizer

Induction Furnace
Kupola

Induction Furnace
Kupola

Induction Furnace
Kupola

VOD, AOD

VOD dan AOD

RH dan Vacuum
Decarburizer
Difusi gas, sentrifuge,
eksitasi laser,
electromagnetic
isotope separation

Tunnel kiln: keramik

Efisiensi pembakaran
di Tunnel kiln
Alternatif bahan
bakar
Advanced ceramics
Produksi silika murni
untuk
semikonduktor
Efisiensi energi dan
konservasi
lingkungan Rotary
Kiln
Pilot plant MTP dan
MTO berbahan baku
gas
Pilot plant gasifikasi
batubara dengan
teknologi lokal untuk
produksi metanol
dan amoniak.
Pilot plant gasifikasi
batubara/biomas ke
clean energy.
Pilot plant CPO dan
biomas ke produk
petrokimia

RH dan Vacuum
Decarburizer
Difusi gas,
sentrifuge, eksitasi
lase,
electromagnetic
isotope separation
Advanced ceramics

Produksi silika murni

10.

2020-2025

Efisiensi energi dan


konservasi lingkungan
Rotary Kiln di industri
semen
Teknologi konversi gas
ke olefin
(menggunakan lisensi
terlebih dahulu
sambil
mengembangkan riset
sendiri dan/atau
kerjasama dengan
process owner) :
teknologi MTP dan
MTO
Teknologi konversi
dari batubara ke
olefin dan amoniak
(menggunakan lisensi

Produksi silika
murni untuk
semikonduktor
Efisiensi energi
dan konservasi
lingkungan Rotary
Kiln
Pembangunan
pabrik MTP dan
MTO skala
komersial
Pembangunan
plant gasifikasi
skala komersial
untuk produksi
metanol dan
amoniak.
Pembangunan
plant gasifikasi
batu bara/biomas
skala komersial
untuk clean
79

NO

INDUSTRI
PRIORITAS

(1)

(2)

KEBUTUHAN TEKNOLOGI YANG DIKEMBANGKAN


2015-2020

(3)
terlebih dahulu
sambil
mengembangkan riset
sendiri dan/atau
kerjasama dengan
process owner)
Teknologi konversi
dari
batubara/biomassa
ke clean energy
Teknologi konversi
dari CPO dan biomas
ke produk petrokimia
Lisensi dan reverse
engineering teknologi
produksi kimia
organik
Pengembangan katalis
untuk produksi kimia
organik
Lisensi dan reverse
engineering teknologi
produksi pupuk
majemuk
Peningkatan efisiensi
pabrik pupuk
eksisting
Lisensi dan reverse
engineering teknologi
resin sintetik dan
bahan plastik

Lisensi dan reverse


engineering teknologi
propelan

2020-2025

2025-2035

(4)

(5)
energy.
Pembangunan
pabrik kimia
berbasis CPO dan
biomas.

Pilot plant kimia


organik dengan
teknologi lokal
Pilot plant katalis
Peningkatan efisiensi
pabrik eksisting

Pembangunan
Industri kimia
organik skala besar
dengan teknologi
lokal.

Pembangunan pilot
plant pupuk
majemuk dengan
teknologi lokal
Peningkatan efisiensi
pabrik pupuk
eksisting
Pembangunan pilot
plant resin plastik
Peningkatan efisiensi
pabrik eksisting

Pembangunan
Industri pupuk
majemuk skala
besar dengan
teknologi lokal.

Lisensi dan reverse


engineering teknologi
bahan peledak

Pembangunan
Industri Resin
Sintetik Dan Bahan
Plastik skala besar
dengan teknologi
lokal.
Pembangunan
indutri propelan dan
bahan peledak
dengan teknologi
lokal.

2. Program Pengembangan
Program pengembangan teknologi dilakukan melalui:
a. Peningkatan sinergi program kerjasama litbang antara balaibalai industri dengan perguruan tinggi, dunia usaha dan
lembaga riset untuk menghasilkan produk litbang yang aplikatif
dan terintegrasi.

80

b. Pemberian jaminan resiko terhadap pemanfaatan teknologi yang


dikembangkan berdasarkan hasil litbang dalam negeri melalui
kerjasama

dengan

lembaga

penjamin

resiko

pemanfaatan

teknologi yang ditunjuk pemerintah.


c. Pemberian insentif bagi industri yang melaksanakan kegiatan
R&D dalam pengembangan industri dalam negeri.
d. Pemberian insentif dalam bentuk royalti kepada unit R&D dan
peneliti yang hasil temuannya dimanfaatkan secara komersial di
industri
e. Peningkatan transfer teknologi melalui proyek putar kunci (turn
key project) apabila belum tersedia teknologi yang diperlukan di
dalam negeri.
f. Mendorong relokasi unit R&D milik perusahaan industri PMA
melalui skema insentif pajak (double tax deductable) terutama
bagi industri yang berorientasi ekspor dan sifat siklus umur
teknologinya singkat atau berubah cepat.
g. Meningkatkan kontribusi hasil kekayaan intelektual berupa
desain,

paten

dan

merk

dalam

produk

industri

untuk

meningkatkan nilai tambah.


h. Melakukan audit teknologi terhadap teknologi yang dinilai tidak
layak untuk industri antara lain boros energi, beresiko pada
keselamatan dan keamanan, serta berdampak negatif pada
lingkungan.
i. Mendorong tumbuhnya pusat-pusat inovasi (center of excellence)
pada wilayah pusat pertumbuhan industri.
j. Mendorong terjadinya transfer teknologi dari perusahaan atau
tenaga kerja asing yang beroperasi di dalam negeri.
k. Pemberian penghargaan bagi rintisan, pengembangan, dan
penerapan teknologi industri.

D. Pengembangan dan Pemanfaatan Kreativitas dan Inovasi


1. Tujuan, Ruang lingkup dan Sasaran
Pengembangan

dan

pemanfaatan

kreativitas

dan

inovasi

dimaksudkan untuk memberdayakan budaya Industri dan/atau


kearifan lokal yang tumbuh di masyarakat terutama dalam rangka
pengembangan industri kreatif.
81

Ruang lingkup Pengembangan dan pemanfaatan kreativitas dan


inovasi meliputi:
a. Penyediaan

ruang

dan

wilayah

untuk

masyarakat

dalam

berkreativitas dan berinovasi;


b. Pengembangan sentra Industri kreatif;
c. Pelatihan teknologi dan desain;
d. Konsultasi, bimbingan, advokasi, dan fasilitasi perlindungan Hak
Kekayaan Intelektual khususnya bagi Industri kecil; dan
e. Fasilitasi promosi dan pemasaran produk Industri kreatif di
dalam dan luar negeri
Sasaran Pengembangan dan pemanfaatan kreativitas dan inovasi
sebagai berikut:
Tabel 13. Sasaran Pengembangan dan pemanfaatan kreativitas dan inovasi
No

Sasaran

Bertambahnya ruang dan wilayah


untuk
masyarakat
dalam
berkreativitas dan berinovasi
Terbangunnya Sentra Industri
kreatif (sentra)
Terlatihnya SDM IKM di bidang
teknologi dan desain (orang)
Hak Kekayaan Intelektual bagi
Industri kecil :
a. paten
b. desain industri
c. hak cipta
d. merk
Terselenggaranya
promosi
dan
pemasaran produk Industri kreatif:
a. dalam negeri

2
3
4

2015-2020
10

Periode
2020-2025
12

2025-2035
23

330

425

700

10.000

15.000

25.000

25
30
30
1.200

30
35
35
1.500

75
100
100
3.250

11

15

24

29

40

60

b. luar negeri

2. Program Pengembangan
Pengembangan dan pemanfaatan kreativitas dan inovasi dilakukan
melalui:
a. Penyediaan

ruang

dan

wilayah

untuk

masyarakat

dalam

berkreativitas dan berinovasi, antara lain berupa :


1) Pembangunan techno park
2) Pembangunan pusat animasi
82

3) Pembangunan pusat inovasi


b. Pengembangan sentra Industri kreatif, antara lain;
1) Bantuan mesin peralatan dan bahan baku/penolong
2) Pembangunan UPT
3) Bantuan desain dan tenaga ahli
4) Fasilitasi pembiayaan
c. Pelatihan teknologi dan desain, antara lain:
1) Pelatihan desain dan teknologi
2) Bantuan tenaga ahli
d. Fasilitasi perlindungan Hak Kekayaan Intelektual, antara lain:
1) Konsultasi, bimbingan, advokasi HKI
2) Fasilitasi pendaftaran merk, paten, hak cipta dan desain
industri
e. Fasilitasi promosi dan pemasaran produk Industri kreatif, yaitu:
1) Promosi dan pameran di dalam negeri
2) Promosi dan pameran di luar negeri
3) Penyediaan fasilitas trading house di luar negeri
E. Penyediaan Sumber Pembiayaan
Dalam rangka pencapaian sasaran pengembangan industri nasional
dibutuhkan pembiayaan investasi di sektor industri yang bersumber
dari penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing,
serta penanaman modal pemerintah khususnya untuk pengembangan
industri strategis.
Pembiayaan industri dapat diperoleh melalui investasi langsung
maupun melalui kredit perbankan. Semakin terbatasnya pemanfaatan
kredit perbankan di sektor industri antara lain disebabkan oleh relatif
tingginya

suku

bunga

perbankan

karena

dibiayai

oleh

dana

masyarakat berjangka pendek. Kondisi ini memerlukan dibentuknya


suatu

lembaga

keuangan

yang

dapat

menjamin

tersedianya

pembiayaan investasi dengan suku bunga kompetitif.


Pada UU No 3 tahun 2014 tentang Perindustrian dinyatakan secara
tegas bahwa pemerintah memfasilitasi ketersediaan pembiayaan yang
kompetitif untuk pembangunan industri. Berdasarkan undang-undang
tersebut dimungkinkan untuk membentuk lembaga pembiayaan
pembangunan industri yang berfungsi sebagai lembaga pembiayaan
83

investasi di bidang industri yang akan diatur dalam suatu undangundang.


Untuk mencapai sasaran pembangunan industri 20 tahun kedepan
diproyeksikan kebutuhan pembiayaan untuk investasi di sektor
industri sebagaimana tercantum dalam tabel berikut:
Tabel 14. Proyeksi Penyediaan Sumber Pembiayaan secara kumulatif
Investasi

Tahun
2013

2015-2020

2020-2025

2025-2035

PMA (US$ Milyar)

15,9

119,4

203,2

706,9

PMDN (Rp Trilyun)

51,2

497,2

848,8

2.942,7

84

VII. PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA INDUSTRI

Pembangunan industri nasional yang berdaya saing perlu didukung


dengan penyediaan sarana dan prasarana industri meliputi :
A. Standardisasi Industri
1. Tujuan, Ruang lingkup dan Sasaran
Standardisasi industri bertujuan untuk meningkatkan daya saing
industri dalam rangka penguasaan pasar dalam negeri maupun
ekspor. Standardisasi industri juga dapat dimanfaatkan untuk
melindungi keamanan, kesehatan, dan keselamatan manusia,
hewan, dan tumbuhan, pelestarian fungsi lingkungan hidup,
pengembangan

produk

industri

hijau

serta

mewujudkan

meliputi

perencanaan,

persaingan usaha yang sehat.


Pengembangan
pembinaan,

Standardisasi

pengembangan

industri
dan

Pengawasan

untuk

Standar

Nasional Indonesia (SNI), Spesifikasi Teknis (ST) dan Pedoman Tata


Cara (PTC).
Sasaran pengembangan standardisasi industri adalah sebagai
berikut :
Tabel 15. Sasaran penambahan kebutuhan standardisasi industri
No

Uraian

Rancangan SNI, Spesifikasi Teknis


dan/atau Pedoman Tata Cara
sesuai
kebutuhan
industri
prioritas (judul)
Pemberlakuan SNI, Spesifikasi
Teknis dan/atau Pedoman Tata
Cara secara wajib untuk kelompok
industri prioritas (regulasi)
Lembaga sertifikasi produk untuk
pelaksanaan penilaian kesesuaian
(unit)
Laboratorium penguji, lembaga
inspeksi, laboratorium kalibrasi
untuk
pelaksanaan
penilaian
kesesuaian (unit)
Auditor/asesor, petugas penguji,
petugas inspeksi, dan petugas
kalibrasi
untuk
pelaksanaan

Target
2015-2020

2020-2025

2025-2035

500

1.000

2.000

50

50

100

10

10

20

15

15

30

500

500

1.000

85

No
6

Target

Uraian

2015-2020

2020-2025

2025-2035

500

1.000

2.000

penilaian kesesuaian (orang)


Petugas
Pengawas
Standar
Industri
(PPSI)
dan
Penyidik
Pegawai Negeri Sipil Industri
(PPNS-I)
untuk
pelaksanaan
pengawasan
penerapan
SNI,
Spesifikasi
Teknis
dan/atau
Pedoman Tata Cara (orang)
2. Program Pengembangan

Program pengembangan standardisasi industri dilakukan melalui:


a. Pengembangan

standardisasi

industri

dalam

rangka

peningkatan kemampuan daya saing industri melalui:


1) Perumusan standar
2) Penerapan standar
3) Pengembangan standar
4) Pemberlakuan standar
5) Pemberian fasilitas bagi perusahaan Industri kecil dan
Industri menengah baik fiskal maupun non fiskal.
b. Pengembangan

infrastruktur

untuk

menjamin

kesesuaian

mutu produk industri dengan kebutuhan dan permintaan


pasar meliputi :
1) Pengembangan Lembaga Penilai Kesesuaian
2) Pengembangan pengawasan standar
3) Penyediaan dan pengembangan laboratorium pengujian
standar Industri di wilayah pusat pertumbuhan Industri
4) Peningkatan kompetensi komite teknis, auditor/asesor,
petugas penguji, petugas inspeksi, petugas kalibrasi, PPSI
dan PPNS-I.
5) Peningkatan kerjasama antarnegara dalam rangka saling
pengakuan terhadap hasil pengujian laboratorium dan
sertifikasi produk.

86

B. Infrastruktur Industri
Infrastruktur yang diperlukan oleh industri, baik yang berada di dalam
dan/atau di luar Kawasan Peruntukan Industri, meliputi energi, air
baku, dan lahan kawasan industri.
1. Energi
Untuk

mendukung

pertumbuhan

industri

nasional

yang

ditargetkan, diperlukan penyediaan energi baik yang bersumber


dari listrik, gas maupun batubara. Proyeksi kebutuhan energi
berdasarkan

jenis

energi

yang

dibutuhkan

oleh

industri

ditunjukkan pada Tabel 16.


Tabel 16. Proyeksi Kebutuhan Energi untuk Industri Tahun 20142035
Tahun

No

Jenis Energi

1
2
3

Listrik (MWh)
Gas (MMBTU)
Batubara (ribu ton)

2014
30.320.511
45.316.474
5.128

2020
45.789.204
69.204.051
7.422

2025
64.915.019
99.015.244
10.511

2035
124.841.459
193.393.393
18.112

Program penyediaan kebutuhan energi untuk industri meliputi:


a. Koordinasi

antar

kementerian/lembaga

terkait

dalam

penyusunan rencana penyediaan energi untuk mendukung


pembangunan industri;
b. Pembangunan

pembangkit

listrik

untuk

mendukung

pembangunan industri;
c. Pembangunan dan pengembangan jaringan transmisi dan
distribusi;
d. Pengembangan sumber energi yang terbarukan;
e. Diversifikasi dan konservasi energi; dan
f. Pengembangan industri pendukung pembangkit energi.
2. Air Baku
Kebutuhan air baku bagi industri dipengaruhi oleh tingkat
pertumbuhan sektor industri, jenis proses produksi, jumlah
karyawan, dan jumlah produksi. Kebutuhan air suatu industri
dapat diestimasi berdasarkan kebutuhan air untuk setiap unit
produksi dan/atau berdasarkan rata-rata kebutuhan per-pekerja.
Proyeksi kebutuhan sumber daya air untuk air baku sektor
industri,

baik

yang

berlokasi

didalam

kawasan

peruntukan
87

industri maupun di luar kawasan peruntukan industri, diberikan


pada Tabel 17.
Tabel 17. Proyeksi Kebutuhan air baku Industri Tahun 2014-2035
Kebutuhan Air
(juta m3 per tahun)
26.910,03
30.628,56
32.816,79
49.831,95

Tahun
2014
2020
2025
2035

Program penyediaan kebutuhan jaringan sumber daya air untuk


industri meliputi:
a. Koordinasi

antar

kementerian/lembaga

terkait

dalam

penyusunan rencana penyediaan sumber daya air untuk


mendukung pembangunan industri;
b. Pembangunan infrastruktur jaringan sumber daya air untuk
mendukung kawasan industri;
c. Konservasi sumber daya air;
d. Desalinasi air laut untuk kawasan industri yang hanya memiliki
sumber daya air laut; dan
e. Peningkatan kualitas jaringan sumber daya air yang sudah ada.
3. Lahan Industri
Tujuan pembangunan dan pengusahaan kawasan industri adalah
(i) memberikan kemudahan dalam memperoleh lahan industri yang
siap pakai dan/atau siap bangun, (ii) jaminan hak atas tanah yang
dapat diperoleh dengan mudah, (iii) tersedianya sarana dan
prasarana

yang

dibutuhkan

oleh

investor,

dan/atau

(iv)

kemudahan dalam mendapatkan perizinan. Dalam kurun waktu


2015-2035 diproyeksikan total kebutuhan lahan industri berupa
lahan kawasan industri dan lahan non-kawasan industri di dalam
Kawasan Peruntukan Industri seperti diperlihatkan pada Tabel 18.
Tabel 18. Proyeksi Kebutuhan Lahan Kawasan Industri dan Jumlah
Kawasan Industri Baru Tahun 2015-2035
Uraian
Kebutuhan lahan kawasan
industri (Ha)
Kebutuhan lahan non-kawasan

2015-2020 2020-2025 2025-2035


6.000
9.000
35.000
4.000

6.000

25.000
88

Uraian
industri di dalam Kawasan
Peruntukan Industri (Ha)
Total Kebutuhan Lahan
Industri (Ha)
Jumlah Kawasan Industri yang
akan dibangun (unit)

2015-2020

2020-2025

2025-2035

10.000

15.000

60.000

26

Program penyediaan lahan kawasan industri dan/atau kawasan


peruntukan industri meliputi:
a. Koordinasi

antar

kementerian/lembaga

terkait

dalam

penyelesaian aspek-aspek yang terkait pertanahan.


b. Penyusunan

rencana

pembangunan

kawasan

industri,

termasuk analisis kelayakan dan penyusunan rencana induk


(masterplan).
c. Pembentukan kelembagaan dan regulasi bank tanah (Land
Bank) untuk pembangunan kawasan industri.
d. Pembangunan kawasan industri.
e. Koordinasi antar Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota dengan
kementerian/lembaga

terkait

untuk

penetapan

kawasan

peruntukan industri dalam RTRW Kabupaten /Kota.


f. Melakukan review terhadap pengembangan KPI.
Penambahan lahan kawasan industri ini perlu didukung dengan
penyiapan sarana dan prasarana bagi penyediaan kebutuhan
energi listrik, air baku, sanitasi, telekomunikasi, dan transportasi,
sebagaimana diberikan pada Tabel 19.
Tabel 19. Proyeksi Tambahan Kebutuhan Energi Listrik, Air Baku,
Sanitasi, Telekomunikasi dan Transportasi untuk Industri Tahun
2015-2035
Uraian
Total Kebutuhan Lahan
Industri (Ha)
Energi Listrik (MW per tahun)
Air baku (juta m3 per tahun)
Saluran buangan air hujan
(km)
Saluran buangan air kotor (km)
Telekomunikasi (ribu sst)
Jaringan Jalan (km)
Jalur Kereta Api (km)

2015-2020

2020-2025

2025-2035

10.000

15.000

65.000

3.000
250

4.500
375

19.500
1.625

500

700

3.000

500
300
326
33

700
450
966
649

3.000
1.800
2.000
1.400

89

Fasilitas sanitasi digunakan sebagai saluran buangan air hujan


(drainase)

dan

disesuaikan
Sedangkan

saluran

dengan

buangan

debit

pembangunan

air

kotor

masing-masing
jaringan

(sewerage

kawasan

telekomunikasi

yang

industri.
dilakukan

untuk memenuhi kebutuhan komunikasi dan transmisi data.


Pembangunan jaringan transportasi dilakukan untuk mendukung
konektivitas

dan

sistem

logistik.

Pembangunan

jaringan

transportasi meliputi pembangunan jalan, pelabuhan, bandara dan


jalur

rel

kereta

api.

Pembangunan

jaringan

jalan

meliputi

pembangunan jalan baru maupun perbaikan atau peningkatan


kualitas jalan dari dan menuju kawasan industri. Pembangunan
pelabuhan untuk mendukung logistik antar pulau dan kegiatan
ekspor/impor, terutama di Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri
(WPPI). Pembangunan jalur kereta api untuk mengurangi beban
jalan raya dalam pengangkutan bahan baku dan produk-produk
industri dengan volume angkut yang besar.
Program penyediaan sarana dan prasarana bagi penyediaan
kebutuhan energi listrik, air baku, sanitasi, telekomunikasi, dan
transportasi meliputi:
a. Koordinasi

antar

kementerian/lembaga

terkait

dalam

penyusunan rencana penyediaan energi listrik, air baku,


sanitasi, telekomunikasi, dan transportasi untuk mendukung
pembangunan industri.
b. Pembangunan infrastruktur energi listrik, air baku, sanitasi,
telekomunikasi,

dan

transportasi

untuk

mendukung

pembangunan industri.
c. Peningkatan

kualitas

jaringan

listrik,

air

baku,

sanitasi,

telekomunikasi, dan transportasi yang sudah ada.

C. Sistem Informasi Industri Nasional


1. Tujuan, Ruang lingkup dan Sasaran
Pembangunan

Sistem

Informasi

Industri

Nasional

(SIINAS)

bertujuan untuk:
a. Menjamin ketersediaan, keamanan/kerahasiaan, kualitas, dan
akses terhadap data dan/atau informasi industri

90

b. Mempercepat
pengolahan

pengumpulan,
/

pemrosesan,

penyampaian/pengadaan,

analisis,

penyimpanan,

dan

penyajian, termasuk penyebarluasan data dan/atau informasi


industri yang akurat, lengkap, dan tepat waktu
c. Meningkatkan efisiensi, inovasi, dan pelayanan publik dalam
mendukung pembangunan industri.
Sasaran penyelenggaraan Sistem Informasi Industri Nasional
meliputi:
a. Terlaksananya penyampaian data industri dan data kawasan
industri secara online.
b. Tersedianya data perkembangan dan peluang pasar, serta data
perkembangan teknologi industri.
c. Tersedianya sistem informasi yang sesuai dengan kebutuhan
stakeholders.
d. Tersedianya infrastruktur teknologi informasi dan tata kelola
yang handal.
e. Terkoneksinya Sistem Informasi Industri Nasional dengan
sistem informasi yang dikembangkan oleh kementerian atau
lembaga

pemerintah

provinsi, dan

nonkementerian,

pemerintah

daerah

pemerintah daerah kabupaten/kota, dalam

rangka pertukaran data.


f. Tersedianya

model

sistem

industri

sebagai

dasar

dalam

penyusunan kebijakan nasional.


g. Tersosialisasikannya

Sistem

Informasi

Industri

Nasional

kepada seluruh stakeholders.


h. Terpublikasikannya laporan hasil analisis data industri secara
berkala.
Pembangunan SIINAS dilakukan secara bertahap, dimulai dari
penyusunan rencana induk, penyiapan infrastruktur teknologi
informasi,

standardisasi

format

data,

pengembangan

sistem

informasi, sosialisasi kepada seluruh stakeholders, serta kerjasama


interkoneksi dengan sistem informasi yang dikembangkan oleh
instansi eksternal.
Data yang terdapat pada SIINAS terdiri dari data industri, data
kawasan industri, data perkembangan dan peluang pasar, serta
data perkembangan teknologi industri.

91

Sumber data berasal dari perusahaan industri, perusahaan


kawasan industri, kementerian/lembaga, pemerintah provinsi,
pemerintah kabupaten/kota, Kantor Perwakilan RI di luar negeri,
atau perusahaan penyedia data.
SIINAS

dapat

terkoneksi

dengan

sistem

informasi

yang

dikembangkan oleh berbagai institusi lain. Keterhubungan SIINAS


dengan sistem lain dapat dilihat pada Gambar 3.

KUMHam

SI

Sistem
Informasi
Di Daerah

SI
BKPM

SIINAS
SI
Internal
Kemenperin
SI
BPS

SI
Kementerian/
Lembaga
Lainnya

Gambar 3. Keterhubungan Sistem Informasi Industri Nasional


dengan Sistem Lainnya
Institusi-institusi pemilik sistem informasi yang terhubung dengan
Sistem Informasi Industri Nasional secara garis besar terdiri atas:
a. Kementerian atau lembaga pemerintah non kementerian.
b. Pemerintah

provinsi,

dan

pemerintah

kabupaten/kota,

termasuk Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di daerah, dan


insitusi yang membidangi perindustrian.
c. Institusi di negara lain atau organisasi internasional.
Secara keseluruhan Arsitektur Sistem Informasi Industri Nasional
dapat dilihat pada Gambar 4.

92

Gambar 4. Arsitektur Sistem Informasi Industri Nasional.


2. Program Pengembangan
Program

pengembangan

Sistem

Informasi

Industri

Nasional

dilakukan dalam beberapa tahapan yang dilaksanakan secara


paralel dengan rincian sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan (2015-2016), yang terdiri dari:
1) Penyusunan Rencana Induk (Master Plan) Pengembangan
Sistem Informasi Industri Nasional,
2) Penetapan standard mengenai jenis data dan struktur
database industri nasional,
3) Menyiapkan data dasar pada database industri nasional,
4) Penyusunan

peraturan

menteri

yang

terkait

dengan

petunjuk pelaksanaan teknis SIINas.


b. Tahap Pengembangan Sistem (2015-2018), yang terdiri dari:
1) Penyiapan data center,
2) Penyiapan perangkat keras,
3) Pengembangan perangkat lunak,
4) Penyelenggaraan sosialisasi kepada seluruh stakeholder
SIINas

(perusahaan

industri

dan

kawasan

kementerian/lembaga,

industri,

pemerintah

provinsi/kabupaten/kota, dan masyarakat),


5) Penyelenggaraan

diklat

peningkatan

kompetensi

SDM

pengelola SIINas.
c. Tahap Pengolahan Data dan Penyebarluasan Informasi (20152020), yang terdiri dari:
93

1) Pengembangan model sistem industri,


2) Pengembangan decision support system, expert system,
business intellegence, dan knowledge management industri
nasional,
3) Penyusunan laporan hasil analisis industri secara periodik,
4) Publikasi laporan hasil analisis industri.
d. Tahap Pengembangan Interkoneksi (2016-2020), yang terdiri
dari:
1) Kerjasama interkoneksi dengan kementerian/lembaga,
2) Kerjasama

interkoneksi

dengan

pemerintah

provinsi/kabupaten/kota,
3) Kerjasama interkoneksi dengan lembaga internasional.

94

VIII. PEMBERDAYAAN INDUSTRI


A. Industri Kecil dan Industri Menengah (IKM)
1. Tujuan, Ruang lingkup dan Sasaran
Pembangunan IKM dimaksudkan untuk mewujudkan IKM yang
berdaya saing, berperan signifikan dalam penguatan struktur
Industri nasional, berperan dalam pengentasan kemiskinan melalui
pemerataan pembangunan industri, perluasan kesempatan kerja,
dan menghasilkan barang dan/atau Jasa Industri untuk pasar
dalam negeri dan ekspor. Untuk mencapai tujuan tersebut,
pemerintah pusat dan pemerintah daerah secara bersama-sama
melakukan

pembangunan

perumusan

dan

pemberdayaan

IKM

melalui

kebijakan, penguatan kapasitas kelembagaan dan

pemberian fasilitas.
Sasaran yang akan dicapai dari pembangunan dan pemberdayaan
IKM adalah sebagai berikut:
Tabel 20. Sasaran Penguatan Kelembagaan dan Pemberian Fasilitas IKM
No

Sasaran

PENGUATAN KELEMBAGAAN

Penguatan Sentra IKM (sentra)

2
3
4
II
1
2
3
4
5
6
7
8

Revitalisasi dan pembangunan Unit


Pelayanan Teknis (unit)
Penyediaan
Tenaga
Penyuluh
Lapangan (orang)
Penyediaan Konsultan Industri kecil
dan Industri menengah (orang)
PEMBERIAN FASILITAS
Peningkatan kompetensi SDM dan
sertifikasi kompetensi (Orang)
Pemberian bantuan dan bimbingan
teknis (unit)
Pemberian bantuan Bahan Baku dan
bahan penolong (unit)
Pemberian
bantuan mesin atau
peralatan (unit)
Pengembangan produk (unit)
Pemberian
bantuan
pencegahan
pencemaran lingkungan hidup (unit)
Pemberian bantuan informasi pasar,
promosi, dan pemasaran (unit)
Fasilitasi akses pembiayaan (unit)

Periode
2015-2020

2020-2025

2025-2035

1.090

1.305

2285

110

260

685

1.000

1.200

2.100

590

649

1282

545

760

1415

8805

14290

39350

600

975

2300

815

1165

2665

2065

2650

6390

85

135

365

1150

1500

2200

5200

6300

12600
95

No

9
10
11
12

Periode

Sasaran
Penyediaan Kawasan Industri untuk
IKM yang berpotensi mencemari
lingkungan (Kawasan)
Fasilitasi kemitraan antara industri
kecil, menengah dan besar (unit)
Fasilitasi HKI terhadap IKM (unit)
Fasilitasi penerapan standar mutu
produk bagi IKM (unit)

2015-2020

2020-2025

2025-2035

10

10

15

145

280

790

1250

1500

3250

2500

3000

6000

2. Program Pengembangan
Program yang dilakukan dalam rangka mencapai sasaran tersebut
diatas meliputi :
a. Penguatan kapasitas kelembagaan bagi IKM yang dilakukan
melalui :
1) Peningkatan kemampuan kelembagaan Sentra IKM dan
Sentra Industri Kreatif;
2) Peningkatan kemampuan kelembagaan UPT;
3) Peningkatan kemampuan kelembagaan TPL;
4) Peningkatan kemampuan kelembagaan UPL;
5) Peningkatan kemampuan Konsultan IKM;
6) Kerjasama kelembagaan dengan lembaga pendidikan;
7) Kerjasama kelembagaan dengan lembaga penelitian dan
pengembangan;
8) Kerjasama kelembagaan dengan Kamar Dagang dan Industri
dan/atau asosiasi industri;
9) Kerjasama kelembagaan dengan asosiasi profesi.
b. Pemberian fasilitas bagi IKM yang dilakukan melalui:
1) Fasilitasi peningkatan kompetensi sumber daya manusia dan
sertifikasi kompetensi;
2) Fasilitasi bantuan dan bimbingan teknis;
3) Fasilitasi bantuan bahan baku dan bahan penolong;
4) Fasilitasi bantuan mesin atau peralatan;
5) Fasilitasi pengembangan produk;
6) Fasilitasi

bantuan

pencegahan

pencemaran

lingkungan

hidup untuk mewujudkan Industri Hijau;


7) Fasilitasi bantuan informasi pasar, promosi, dan pemasaran;

96

8) Fasilitasi

akses

pembiayaan,

termasuk

mengusahakan

penyediaan modal awal bagi wirausaha baru;


9) Fasilitasi penyediaan Kawasan Industri untuk IKM yang
berpotensi mencemari lingkungan; dan/atau
10) Fasilitasi pengembangan dan penguatan keterkaitan dan
hubungan kemitraan.
B. Industri Hijau
1. Tujuan, Ruang lingkup dan Sasaran
Industri hijau bertujuan untuk efisiensi dan efektivitas penggunaan
sumber daya secara berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan
pembangunan industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup
serta dapat memberi manfaat bagi masyarakat. Lingkup penerapan
industri hijau meliputi standardisasi, sertifikasi dan pemberian
fasilitas untuk industri hijau.
Penerapan

industri

hijau

dilaksanakan

dengan

pemenuhan

terhadap Standar Industri Hijau (SIH). Pada tahap awal Standar


Industri Hijau (SIH) akan diberlakukan secara sukarela dan secara
bertahap dapat diberlakukan secara wajib.
Pemenuhan terhadap Standar Industri Hijau akan ditetapkan
melalui sertifikat industri hijau yang sertifikasinya dilakukan
melalui suatu rangkaian proses pemeriksaan dan pengujian oleh
Lembaga Sertifikasi Industri Hijau (LSIH) yang terakreditasi. Proses
pemeriksaan dan pengujian dalam rangka pemberian sertifikat
industri hijau dilakukan oleh auditor industri hijau yang telah
memenuhi standar kompetensi.
Untuk

mendorong

percepatan

terwujudnya

industri

hijau,

pemerintah akan memberikan fasilitas kepada perusahaan industri


baik fiskal maupun non fiskal.
Strategi pengembangan industri hijau akan dilakukan yaitu:
a. mengembangkan industri yang sudah ada menuju industri
hijau; dan
b. membangun

industri

baru

dengan

menerapkan

standar

industri hijau.
Sasaran yang akan dicapai untuk mewujudkan industri hijau
adalah sebagai berikut:
97

Tabel 21. Sasaran Pengembangan Industri Hijau


PERIODE

NO

URAIAN

Jumlah standar industri hijau


(jenis industri)
Jumlah lembaga sertifikasi
terakreditasi (unit)
Jumlah auditor industri hijau
yang tersertifikasi (orang)
Jumlah bantuan prasarana
industri hijau pada sentra IKM
(unit)

2
3
4

2015-2020

2020-2025

2025-2035

100

100

200

25

30

60

300

300

600

200

250

300

2. Program Pengembangan
Program yang dilakukan dalam rangka mewujudkan industri hijau
sebagaimana target tersebut adalah sebagai berikut:
a. Penetapan standar industri hijau, meliputi antara lain:
1) Melakukan benchmarking standar industri hijau di beberapa
negara
2) Melakukan penyusunan standar industri hijau
b. Pembangunan dan pengembangan lembaga sertifikasi industri
hijau yang terakreditasi serta peningkatan kompetensi auditor
industri hijau, meliputi antara lain:
1) Melakukan kajian tentang lembaga sertifikasi industri hijau
2) Melakukan penyusunan panduan pembentukan lembaga
sertifikasi industri hijau
3) Melakukan penetapan lembaga serifikasi industri hijau
4) Penyusunan SKKNI Industri Hijau
5) Penyusunan Modul Pelatihan Industri Hijau
6) Penyusunan Mekanisme Sertifikasi Auditor Industri Hijau
c. Pemberian fasilitas untuk industri hijau, meliputi:
1) Fasilitas fiskal berupa:
i. fasilitas pembiayaan;
ii. bantuan

pembelian

dan/atau

modifikasi

mesin

peralatan untuk penerapan Industri Hijau;


iii. pembebasan bea masuk untuk importasi teknologi
ramah lingkungan;
iv. pengurangan pajak; dan/atau
v. fasilitas fiskal lainnya.
2) Fasilitas non-fiskal berupa :
98

i. bantuan

peningkatan

kemampuan

Sumber

Daya

Manusia;
ii. pembangunan

prasarana

bagi

Perusahaan

Industri

skala kecil dan menengah dalam rangka pengembangan


industri hijau;
iii. bantuan

promosi

bagi

Perusahaan

Industri

dalam

rangka pengembangan industri hijau;


iv. bantuan fasilitas non fiskal lainnya.

C. Industri Strategis
1. Tujuan, Ruang lingkup dan Sasaran
Industri

strategis

adalah

Industri
bagi

kebutuhan

yang

penting

menguasai

hajat

hidup

orang

prioritas

yang

kesejahteraan
banyak;

memenuhi

rakyat

atau

meningkatkan

atau

menghasilkan nilai tambah sumber daya alam strategis; atau


mempunyai

kaitan

dengan

kepentingan

pertahanan

serta

keamanan negara.
Meskipun disadari pentingnya keberadaan industri strategis dalam
pembangunan industri nasional, namun dalam kenyataannya
industri

strategis

belum

berperan

secara

berarti.

Hal

ini

disebabkan beberapa faktor, antara lain nilai investasi yang relatif


besar, resiko usaha yang tinggi, margin keuntungan yang relatif
kecil, dan memerlukan teknologi yang tinggi. Oleh karena itu,
pengembangan

industri

strategis

tidak

dapat

sepenuhnya

mengharapkan peran swasta mengingat faktor-faktor tersebut


diatas

sehingga

memerlukan

keterlibatan

dan

penguasaan

Pemerintah untuk mempercepat pembangunan industri strategis.


Penguasaan Pemerintah dalam pembangunan industri strategis
dilakukan melalui pengaturan kepemilikan, penetapan kebijakan,
pengaturan perizinan, pengaturan produksi, distribusi, dan harga,
serta pengawasan.
Strategi yang ditempuh untuk mendukung pembangunan industri
strategis adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan industri hulu dan antara dalam rangka
meningkatkan nilai tambah sumber daya alam strategis,
99

mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku, dan


sekaligus memperkuat struktur industri nasional;
b. Mengembangkan

industri

yang

dapat

meningkatkan

ketersediaan energi dan mengurangi ketergantungan pada


bahan bakar fosil;
c. Mengembangkan teknologi tinggi untuk meningkatkan efisiensi,
mutu dan daya saing produk hasil industri yang memiliki
keunggulan kompetitif.
d. Mengembangkan industri yang dapat meningkatkan ketahanan
pangan dan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.
e. Mengembangkan industri yang dapat meningkatkan pertahanan
dan keamanan.
2. Tujuan, Ruang lingkup dan Sasaran
Program pembangunan industri strategis yang dilakukan meliputi:
a. Penyertaan modal seluruhnya oleh pemerintah pada industri
strategis tertentu
b. Pembentukan usaha patungan antara pemerintah dan swasta
dalam pembangunan industri strategis
c. Pengalihan sebagian modal yang dimiliki pemerintah pada
industri strategis kepada pemerintah daerah
d. Pemberian Fasilitas kepada Industri Strategis yang melakukan:
i. pendalaman struktur;
ii. penelitian dan pengembangan teknologi;
iii. pengujian dan sertifikasi;
iv. restrukturisasi mesin dan peralatan;
e. Renegosiasi kepemilikan industri strategis oleh pemerintah
yang dimiliki oleh swasta nasional atau asing.
f. Pengkajian potensi industri strategis yang perlu dikembangkan.
D. Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN).
1. Tujuan, Ruang lingkup dan Sasaran
Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) merupakan
suatu kebijakan pemberdayaan industri yang bertujuan untuk:
a. Meningkatkan

penggunaan

produk

dalam

negeri

oleh

pemerintah, badan usaha dan masyarakat.


100

b. Memberdayakan industri dalam negeri melalui pengamanan


pasar domestik, mengurangi ketergantungan kepada produk
impor, dan meningkatkan nilai tambah di dalam negeri.
c. Memperkuat

struktur

industri

dengan

meningkatkan

penggunaan barang modal, bahan baku, komponen, teknologi


dan SDM dari dalam negeri.
Sasaran Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri meliputi:
a. Peningkatan

penggunaan

produk

dalam

negeri

oleh

Kementerian / Lembaga Negara, Badan Usaha Milik Negara,


Badan Usaha Milik Daerah, Badan Usaha Swasta maupun
masyarakat.
b. Peningkatan capaian nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri
(TKDN).
c. Peningkatan jumlah produk yang tersertifikasi TKDN.
d. Peningkatan kecintaan dan kebanggaan masyarakat akan
produk dalam negeri.
Peningkatan

penggunaan

belanja

modal

untuk

pengadaan

barang/jasa produksi dalam negeri ditargetkan sebagaimana pada


Tabel 22.
Tabel 22. Sasaran Penggunaan Belanja Modal untuk pengadaan
barang/jasa produksi Dalam Negeri

Sasaran

Tahun
2020

2025

2030

2035

25

30

35

40

Penggunaan Belanja Modal


untuk pengadaan barang/jasa
produksi Dalam Negeri (persen)

2. Program Pengembangan
Program peningkatan penggunaan produk dalam negeri yang akan
dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Sosialisasi

kebijakan

dan

promosi

P3DN

melalui

media

elektronik, media cetak, pameran dan talk show.


b. Pemberian insentif sertifikasi TKDN.
c. Program membangun kecintaan, kebanggaan dan kegemaran
penggunaan produk dalam negeri melalui pendidikan.
101

d. Pemberian insentif kepada badan usaha swasta yang konsisten


menggunakan produk dalam negeri.
e. Audit

kepatuhan

pelaksanaan

kewajiban

peningkatan

penggunaan produk dalam negeri.


f.

Pemberian penghargaan Cinta Karya Bangsa.

g. Monitoring

dan

evaluasi

dampak

kebijakan

P3DN

bagi

peningkatan daya saing dan penguatan struktur industri.


E. Kerjasama Internasional Dalam Bidang Industri
1. Tujuan, Ruang lingkup dan Sasaran
Kerjasama internasional bidang industri bertujuan untuk :
a. melindungi dan meningkatkan akses pasar produk industri
dalam negeri;
b. membuka akses sumber daya industri yang mendukung
peningkatan produktivitas dan daya saing industri dalam
negeri;
c. meningkatkan integrasi industri dalam negeri kedalam jaringan
rantai suplai global, dan;
d. meningkatkan investasi untuk mendukung pengembangan
industri di dalam negeri.
Lingkup kerja sama internasional di bidang industri meliputi:
a. Pemanfaatan akses pasar produk industri;
b. Peningkatan kapasitas sumber daya industri;
c. Pemanfaatan rantai suplai global, dan
d. Peningkatan investasi industri.
Sasaran Pengembangan Kerjasama Internasional di Bidang Industri
sebagaimana tabel berikut.
Tabel 23. Sasaran Pengembangan Kerjasama Internasional di Bidang
Industri
No

Sasaran

Penambahan jumlah negara


sebagai pasar utama / main
countries
produk
industri
(negara)
Jumlah
industri
yang
memanfaatkan
teknologi
industri melalui kerjasama
teknik.

Periode
2015-2020

2020-2025

2025-2035

10

10

10

20

102

Periode

No

Sasaran

Jumlah industri yang menjadi


bagian dari rantai suplai global
Penyelenggaraan
forum
investasi industri diluar negeri

2015-2020

2020-2025

2025-2035

10

15

15

30

2. Program Pengembangan
Program yang dilaksanakan dalam rangka pencapaian sasaran
Pengembangan Kerjasama Internasional di Bidang Industri antara
lain:
a. Perlindungan

dan

peningkatan

akses

pasar

internasional

produk industri melalui :


1) Penyusunan Posisi Runding dengan mempertimbangkan
rencana pengembangan industri kedepan;
2) Penyusunan

Nota

Keberatan

atas

kebijakan

negara

mitra/organisasi internasional yang menghambat akses


pasar;
3) Pembangunan jejaring kerja dengan mitra di luar negeri;
4) Promosi produk industri nasional di luar negeri;
5) Pendampingan dan advokasi bagi industri nasional yang
menghadapi

permasalahan

di

bidang

hukum

publik

internasional; dan,
6) Pemberian fasilitasi lainnya untuk meningkatkan akses
pasar internasional bagi produk industri dalam negeri.
b. Peningkatan Akses Sumber Daya Industri yang dibutuhkan
dalam mendukung peningkatan produktivitas Industri Dalam
Negeri melalui:
1) Pengembangan

dan

penyediaan

informasi

kebutuhan

sumber daya industri di dalam negeri dan penyediaan


informasi sumber daya industri di negara mitra;
2) Peningkatan kerja sama internasional dalam bidang:
i. SDM Industri;
ii. infrastruktur teknologi;
iii. Riset dan pengembangan;
iv. sumber pembiayaan proyek industri;
v. standard kualitas sumber daya industri.
c. Pengembangan jaringan rantai suplai global melalui :

103

1) Pengembangan jejaring kerja dengan negara dan mitra


industri;
2) Peningkatan

kemampuan

industri

nasional

dalam

melakukan penetrasi kedalam jaringan rantai suplai global;


dan
3) Pengembangan standar kualitas produk dan kompetensi
jasa industri dalam negeri yang sesuai dengan standard
Negara mitra.
d. Peningkatan kerja sama investasi di sektor industri melalui:
1) Penyusunan rencana promosi investasi industri,
2) Koordinasi rencana promosi investasi industri, dan
3) Promosi investasi industri.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

(.............................................................)

104

Anda mungkin juga menyukai