Anda di halaman 1dari 30

BAB I

LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Status perkawinan
Pekerjaan
Agama
No. RM
Tanggal masuk RS

:
:
:
:
:
:
:
:
:

Ny. S N
33 tahun
Perempuan
Jrakah 1/13 Delingan, Karanganyar
Kawin
Ibu Rumah Tangga
Islam
17.26.XX
09 Juli 2015

B. ANAMNESIS
Didapatkan secara alloanamnesis pada tanggal 09 Juli 2015
1. Keluhan Utama :
Penurunan kesadaran.
2. Keluhan tambahan
:
Kejang pada
keempat anggota gerak.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD karanganyar dengan penurunan
kesadaran. Sebelum dibawa ke RSUD, pasien mengalami demam tinggi
selama 7 hari, disertai mual dan muntah, pusing, badan lemas, pucat,
keringat dingin. Keluhan lain didapatkan kejang pada keempat anggota
gerak yang muncul pada hari pasien dibawa ke rumah sakit. Menurut
penuturan keluarga, pasien sebelumnya sudah berobat ke poli syaraf
RSUD Karanganyar dengan keluhan pusing/ nyeri kepala. Pasien juga
sudah sering mengalami pingsan akibat nyeri kepala tersebut.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit serupa : disangkal
Riwayat nyeri kepala
: ada
Riwayat pengobatan kanker: disangkal
Riwayat penggunaan steroid jangka panjang
: disangkal
Riwayat bepergian didaerah endemis nyamuk : disangkal
Riwayat penyakit kulit (herpes simplek atau zoster): disangkal
Riwayat trauma kepala
: disangkal
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit serupa : disangkal
Riwayat hipertensi
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal

Riwayat kolesterol tinggi : disangkal


6. Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok
: disangkal
Riwayat penggunaan alkohol : disangkal
Riwayat penggunaan obat terlarang : disangkal
Memelihara hewan peliharaan (kucing, anjing) : disangkal
C. ANAMNESIS SISTEM
- Sistem serebrospinal

penurunan

kesadaran (+), nyeri kepala (-), demam (+),


kejang (+)
- Sistem kardiovaskuler

pucat (-), akral

hangat (+), kebiruan (-), nyeri dada (-)


- Sistem respirasi :
sesak nafas (-),batuk
(+), napas cuping hidung (-)
- Sistem gastrointestinal :

makan minum

tidak bisa, mual (+), muntah

(+), BAB (+)

lancar
- Sistem musculoskeletal :

spastik

pada

keempat anggota gerak (+/+), otot mengecil


(-), tungkai bengkak (-), baal (-)
- Sistem integumental
:
ruam (-), gatal
(-)
- Sistem urogenital :

BAK (+) lancar, tidak

bisa menahan kencing/ tidak terasa kencing


(-).
D. RESUME ANAMNESIS
Seorang perempuan 33 tahun, datang ke IGD RSUD karanganyar dengan
penurunan kesadaran. Sebelum dibawa ke RSUD, pasien mengalami demam
tinggi selama 7 hari, disertai mual dan muntah, pusing, badan lemas, pucat,
keringat dingin. Keluhan lain didapatkan kejang pada keempat anggota gerak
yang muncul pada hari pasien dibawa ke rumah sakit. Menurut penuturan
keluarga, pasien sebelumnya sudah berobat ke poli syaraf RSUD
Karanganyar dengan keluhan pusing/ nyeri kepala. Pasien juga sudah sering
mengalami pingsan akibat nyeri kepala tersebut.

E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
Keadaan Umum
: lemah, tidak sadar
Kesadaran
: coma, GCS E1V1M1
Vital Sign
a. Tekanan darah

: 150/90 mmHg

b. Nadi

: 80 x/menit

c. RR

: 22 x/menit

d. Suhu

: 39,2 0C

Pemeriksaan kepala dan Leher


a. Kepala
: normocephal, simetris
b. Mata
: konjungtiva anemis (-/-), edema palpebra (-/-),
reflek cahaya (+/+), anisokor.
c. Leher
: bentuk normal, pembesaran KGB
(-), JVP (-),

kuduk (+)

Pemeriksaan thorak
a. Thoraks
: simetris
Cor
Inspeksi
Palpasi

Perkusi

Auskultasi
Pulmo
Inspeksi

Pemeriksaan
Ictus cordis tidak tampak
Ictus cordis pada SIC V linea midclavicularis
sinistra, kuat angkat (+)
Batas kanan atas : SIC II, linea parasternalis dextra
Batas kanan bawah : SIC IV, linea parasternalis
dextra
Batas kiri atas : SIC II, linea parasternalis sinistra
Batas kiri bawah : SIC V, linea midclavicula
sinistra
Bunyi jantung I-II intensitas regular, bising (-)
Depan
Simetris,
Ketinggalan gerak (-)
Retraksi intercostae (-)

Belakang
Simetris,
Ketinggalan gerak (-)
Retraksi intercostae
(-)

Palpasi

Gerak dada simetris


Fremitus normal

Gerak dada simetris


Fremitus normal

Perkusi

Sonor

Sonor

Auskultasi

SDV (+/+)
Wh (-/-), Rh (-/-)

SDV (+/+)
Wh (-/-), Rh (-/-)

b. Abdomen :
Abdomen
Inspeksi

Hasil pemeriksaan
Simetris, darm contour (-), darm steifung (-),
tidak ada bekas luka operasi.

Auskultasi

Peristaltik (+)

Palpasi

Tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan

Perkusi

Timpani tersebar merata di keempat kuadran


abdomen

c. Ekstremitas :
Supor dextra
Supor sinistra
Infor dextra
Infor sinistra
2. Status Psikis
a. Cara berpikir
b. Orientasi
c. Perasaan hati
d. Tingkah laku
e. Ingatan
f. Kecerdasan

Akral hangat (+), edema (-), kekakuan (+)


Akral hangat (+), edema (-), kekakuan (+)
Akral hangat (+), edema (-), kekakuan (+)
Akral hangat (+), edema (-), kekakuan (+)

: tidak valid dinilai


: tidak valid dinilai
: tidak valid dinilai
: tidak valid dinilai
: tidak valid dinilai
: tidak valid dinilai

3. Status Neurologis
a. Kesadaran
: E1V1M1 (Coma)
b. Kepala
- Bentuk
: normal
- Simetri
: simetris
c. Leher
- Sikap
: Normal
- Pergerakan
: Terbatas
- Kaku kuduk
: ada

Nyeri tekan
Bentuk vertebra
Bising karotis
Bising subklavia
Tes nafziger: (-)
Tes valsava : (-)
Tes brudzinski 1

:
:
:
:

Tidak ada
Normal
(-/-)
(-/-)

: (-)

d. Nervi Kranialis
1. Nervus I (Olfaktorius)
Kanan
TVD
TVD

Kiri
TVD
TVD

Kanan
TVD
TVD
TVD
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Kiri
TVD
TVD
TVD
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Subyektif
Dengan Bahan
2. Nervus II (Optikus)
Daya penglihatan
Pengenalan warna
Medan penglihatan
Papil
Arteri / vena
Perdarahan

3. Nervus III (Okulomotorius)


Kanan

Kiri

Ptosis

(-)

(-)

Gerak mata
(atas, medial, bawah)

Ukuran pupil

Pin point pupil

3 mm

Bentuk pupil

Bulat, anisokor

Bulat, anisokor

Reflek cahaya
Langsung

(-)

(-)

Reflek cahaya

(-)

(-)

Reflek akomodatif

Strabismus divergen

(-)

(-)

Diplopia

(-)

(-)

konsensual

4. Nervus IV (Troklearis)
Gerak mata ke lateral

Kanan
TVD

Kiri
TVD

bawah
Strabismus konvergen
Diplopia

(-)
(-)

(-)
(-)

Kanan
TVD
TVD
TVD
(+)
(+)
(-)
(-)

Kiri
TVD
TVD
TVD
(+)
(+)
(-)
(-)

Kanan
TVD
(-)
(-)

Kiri
TVD
(-)
(-)

5. Nervus V (Trigeminus)
Menggigit
Membuka mulut
Sensibilitas muka
Reflek kornea
Reflek bersin
Reflek maseter
Trismus
6. Nervus VI (Abdusen)
Gerak mata lateral
Strabismus konvergen
Diplopia
7. Nervus VII (Fascialis)
Kerutan dahi
Kedipan mata
Lipatan naso-labial
Sudut mulut
Mengerutkan dahi
Mengerutkan alis
Menutup mata
Meringis
Mengembangkan pipi
Tiks fasial
Lakrimasi

Kanan
TVD
(+)
(+)
TVD
TVD
TVD
(+)
TVD
TVD
(-)
N

Kiri
TVD
(+)
(+)
TVD
TVD
TVD
(+)
TVD
TVD
(-)
N

Reflek visuopalpebral

(+)

(+)

Daya kecap lidah 2/3 depan

TVD

TVD

Reflek Glabella

(+)

(+)

Reflek auriculopalpebral

(+)

(+)

Bersiul
Tanda Covstek

(-)

(-)
(-)

Tanda Myerson

(-)

8. Nervus VIII (Akustikus)


Kanan
TVD
TVD
TVD
TVD
TVD

Mendengar suara berbisik


Mendengar detik arloji
Tes Rinne
Tes Swabach
Tes Weber

Kiri
TVD
TVD
TVD
TVD
TVD

9. Nervus IX (Glossofaringeus)
Arkus Farings
Daya kecap lidah 1/3 belakang
Reflek muntah
Tersedak
Sengau

Interpretasi
TVD
TVD
(+)
(-)
(-)

10. Nervus X (Vagus)


Interpretasi
N
N
(-)
(-)

Arkus faring
Nadi
Bersuara
Gangguan menelan
11. Nervus XI (Aksesorius)
Memalingkan kepala
Sikap bahu
Mengangkat bahu
Trofi otot bahu

Kanan
TVD
N (simetris)
(-)
Eutrofi

Kiri
TVD
N ( simetris)
(-)
Eutrofi

12. Nervus XII (Hipoglossus)


Interpretasi

Sikap lidah
Artikulasi
Tremor lidah
Menjulurkan lidah
Kekuatan lidah
Trofi otot lidah
Fasikulasi lidah
e. Meningeal sign
- Kaku kuduk
- Brudzinski 1
- Brudzinski II
- Brudzinski III
- Brudzinski IV
- Kernig
f. Pemeriksaan motorik
1. Badan

TVD
Tidak berbicara
(-)
TVD
TVD
Eutrofi
(-)
:
:
:
:
:
:

(+)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)

Trofi otot punggung


Nyeri membungkukkan badan
Kolumna vertebralis
Trofi otot dada
Palpasi dinding perut
Gerakan
Alat kelamin
Reflek dinding perut

Interpretasi
Eutrofi
(-)
Dalam batas normal
Eutrofi
Supel, distensi (-),
nyeri tekan (-)
Terbatas
N
N

2. Anggota Gerak Atas


Interpretasi
(-/-)
(-/-)
Sawo matang
Tidak ada kelainan
(-/-)
(-)

Drop hand
Pitcher hand
Warna kulit
Palpasi
Claw hand
kontraktur

Gerakan
Kekuatan
Tonus
Trofi

Lengan Atas
TVD
TVD
Hipertonus
Eutrofi

Lengan Bawah
TVD
TVD
Hipertonus
Eutrofi

Tangan
TVD
TVD
Hipertonus
Eutrofi

Nyeri
Termis
Taktil
Diskriminasi
Posisi
Tes
lengan

TVD
TVD
TVD
TVD
TVD
Tidak ada

TVD
TVD
TVD
TVD
TVD
Tidak ada

TVD
TVD
TVD
TVD
TVD
Tidak ada

jatuh

lateralisasi

lateralisasi

lateralisasi

Biceps
Triceps
Radius
(+/+)
(+/+)
(+/+)
(-/-)
(-/-)
(-/-)
(-/-)
(-/-)
(-/-)
Babinsky : (+), Chaddock : (+)

Reflek fisiologik
Perluasan reflek
Reflek silang
Reflek patologik

3. Anggota Gerak bawah


Interpretasi
(-/-)
(-/-)
(-/-)
Sawo matang

Droop foot
Palpasi: udem:
Kontraktur
Warna kulit

Tungkai atas

Tungkai

Kaki

bawah
Gerakan
Kekuatan
Tonus
Trofi
Nyeri
Termis
Diskriminasi
posisi

Reflek fisiologik
Perluasan reflek
Reflek silang

TVD
TVD
Hipertonus
Eutrofi
TVD
TVD
TVD
TVD

TVD
TVD
Hipertonus
Eutrofi
TVD
TVD
TVD
TVD

Patella
(+/+)
(-/-)
(-/-)

TVD
TVD
Hipertonus
Eutrofi
TVD
TVD
TVD
TVD

Achilles
(+/+)
(-/-)
(-/-)

Kanan

Kiri

Babinski

(+)

(+)

Chaddock

(+)

(+)

Oppenheim

(-)

(-)

Gordon

(-)

(-)

Schaeffer

(-)

(-)

Kanan

Kiri

Tes lasegue

(-)

(-)

Tes Oconnel

(-)

(-)

Tes Patrick

(-)

(-)

Tes Kontra patrick

(-)

(-)

g. Koordinasi, langkah dan keseimbangan


- Cara berjalan
: Tidak valid dinilai
- Tes Romberg
: Tidak valid dinilai
- Diadokokinesis
: Tidak valid dinilai
- Finger to finger test
: Tidak valid dinilai
- Finger to nose test
: Tidak valid dinilai
- Nose finger to nose test
: Tidak valid dinilai
- Ataksia
: Tidak valid dinilai
- Dismetri
: Tidak valid dinilai
- Nistagmus
: Tidak valid dinilai
- Rebound phenomen
: Tidak valid dinilai

Gerakan Abnormal :
- Tremor

: (-)

Atetosis

: (-)

Fungsi Otonom
- Miksi
: Normal
- Defekasi
: Normal
- Keringat berlebihan
: (-)
Lain lain
- Tes tungkai jatuh : tidak ada lateralisasi
F. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal
09-07-2015

Leukosit

Nilai
13,87

GDS
Ureum

152
dbn

Creatinin

dbn

Nilai Normal
5000-10.000/ mm3
Sampai 150 mg/ 100 ml

G. PEMERIKSAAN HEAD CT SCAN

H. RESUME PEMERIKSAAN
Kesadaran : Coma, GCS E1V1M1
Tekanan darah pasien : 150/90 mmHg
N.Craniales : N.III r.pupil -/- 1mm/3mm anisokor, bulat
N.V r.kornea +/+
r.muntah (+)
Meningeal sign : (+)
Kekuatan Otot : terdapat kekakuan anggota gerak
Kanan
TVD
TVD

Kiri
TVD
TVD

Tes lengan dan tungkai jatuh


-

Gerakan
Kanan
TVD

Kiri
TVD

Kanan
(-)

Kiri
(-)

Klonus

Tonus
Atas
Bawah

Kanan
Hipertonus
Hipertonus

Kiri
Hipertonus
Hipertonus

Atas
Bawah

Kanan
Eutrofi
Eutrofi

Kiri
Eutrofi
Eutrofi

Kanan
(+)
(+)

Kiri
(+)
(+)

Trofi

Reflek Fisiologis
Atas
Bawah

Reflek Patologis
o Babinsky (+/+)
o Chaddock (+/+)
o Oppenheim (-/-)
o Gordon (-/-)
o Schaeffer (-/-)
Sensibilitas
o Diskriminasi : -/-

: tidak ada lateralisasi

Test Nystagmus
o Test lirikan (-)

Test keseimbangan
o Finger to nose test
: (-)
o Nose finger to nose test : (-)
o Dismetri
: (-)

I. DIAGNOSIS AKHIR
- Diagnosis Klinik
:
- Penurunan kesadaran
- Kejang spastik pada keempat anggota gerak
- Diagnosis Topis
: Lesi lobus parietalis cerebri
- Diagnosis Etiologi : Suspect Encephalitis
Diagnosis lain
: - Hiperglikemi
- Hipertensi
J. DIAGNOSIS BANDING
1. Space occupying process (SOP) et causa fungal infection
2. Space occupying process (SOP) et causa masa tumor
3. Stroke infark
K. USULAN PEMERIKSAAN
EKG
Head CT Scan
Analisa LCS
L. PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa
o Inj. Cefoperazone 1 gr/12 jam
o Gentamycin 40 mg / 12 jam
o Inj. Ranitidin 1 amp / 12jam
o Inj. Ketorolac amp / 12 jam
o Aspar K tab 1x1
2. Observasi keadaan umum, vital sign dan GCS

M. PROGNOSIS
- Death
- Disease
- Disability
- Discomfort
- Dissatisfaction

:
:
:
:
:

malam
dubia ad malam
dubia ad malam
dubia ad malam
dubia ad malam

N. FOLLOW UP
Tanggal

10 07 2015

11 07 2015

12 07 2015

SUBYEKTIF

Pasien mengeluh pusing,


lemas seluruh badan,
gangguan ingatan (+).

Pasien mengeluh pusing -,


lemas seluruh badan,
gangguan ingatan (-).

Pasien mengeluh pusing -,


lemas seluruh badan, mual (-),
muntah (-), sesak (-)

Kekakuan anggota gerak


atas dan bawah

Kekakuan anggota gerak


atas dan bawah

Kekakuan anggota gerak atas


dan bawah

Mual (-), muntah(-), sesak (-) Mual (-), muntah(-), sesak


(-)

Jam 18.15, kondisi menurun,


suhu meningkat

Makan/minum positif
normal

Makan/minum positif
normal

Makan/minum susah

KU

Somnolen (lemas)

CM (tampak lemas)

CM (lemas)

VS : TD

102/ 74 mmHg

133 / 93 mmHg

121 / 70 mmHg

HR

82 x / Menit

65 x / Menit

70 x / Menit

RR

20 x / Menit

20 x / Menit

22 x / Menit

36,70 C

370 C

39,10 C

GCS

E3V4M6

E4V5M6

E4V5M6

R. Fisiologis

+/+

+/+

+/+

R. Patologis

Babinsky +, chaddock +

Babinsky +, chaddock +

Babinsky +, chaddock +

R.Sensorik

TVD

Nn.Craniales

Pupil anisokor, RC +

Pupil anisokor, RC +

N.III, IV, VI

R. Pupil (+/+) bulat,


anisokor, doll eye movement

R. Pupil (+/+), bulat,


anisokor, doll eye

OBYEKTIF

R. Pupil (+/+) lemah, bulat,

N.V

(-)

movement (-)

anisokor, doll eye movement (-)

R.Kornea (+/+)

R.Kornea (+/+)

R.Kornea (+/+)

ASSESMENT

Dx. Klinik

Penurunan
kesadaran

Gangguan
memori/kognitif

Penurunan
kesadaran

Penurunan kesadaran

Gangguan
memori/kognitif

Dx. Topik

Lesi lobus frontoparietalis


cerebri

Lesi lobus frontoparietalis Lesi lobus frontoparietalis


cerebri
cerebri

Dx. Etiologik

Ensefalitis

Ensefalitis

Inj. Cefoperazone 1

gr/12 jam
Garamycin 40 mg / 12

jam
Inj. Ranitidin 1 amp /

o
P

gr/12 jam
Garamycin

40

12jam
Inj. Ketorolac amp / 12

jam

13 07 2015

Cefoperazone

gr/12 jam
Garamycin

40

mg / 12 jam
Inj. Ranitidin 1

mg / 12 jam
Inj. Ranitidin 1

amp / 12jam
Inj. Ketorolac

amp / 12jam
Inj. Ketorolac

amp / 12 jam

Aspar K tab 1x1

Inj.

SUBYEKTIF

Inj.
Cefoperazone

Tanggal

Ensefalitis

Aspar K tab 1x1

amp / 12 jam
1x1

Gastrofer / 24 jam

14 07 2015

Aspar K tab

Gastrofer / 24
jam

Paracetamol
extra

15 07 2015

Pasien mengeluh pusing (-), Pasien mengeluh pusing


lemas seluruh badan, tidur +. (+)

Pasien mengalami penurunan


kesadaran

Kekakuan anggota gerak


Kekakuan anggota gerak
atas dan bawah, terasa berat atas dan bawah

Pusing(-),mual(-),Muntah(-),
tidak komunikatif

Mual (-), muntah(-), sesak (-) Mual (-), muntah(-), sesak

Kekakuan anggota gerak atas

(-)

dan bawah

Makan/minum positif
normal

Makan/minum positif
normal

Makan/minum susah

KU

CM (tampak lemas)

Somnolen

Soporo koma

VS : TD

124/ 81 mmHg

141 / 92 mmHg

146 / 81 mmHg

HR

61 x / Menit

80 x / Menit

85 x / Menit

RR

24 x / Menit

20 x / Menit

20 x / Menit

370 C

38,30 C

38,20 C

GCS

E4V5M6

E3V4M6

E2V2M4

R. Fisiologis

+/+

+/+

+/+

R. Patologis

+/ +

+/ +

+/+

R.Sensorik

+/+

TVD

TVD

N.III, IV, VI

R. Pupil (+/+) bulat, isokor,


doll eye movement (-)

R. Pupil (+/+), bulat,


isokor, doll eye movement
(-)

R. Pupil (+/+), bulat, isokor,


doll eye movement (-)

N.V

R.Kornea (+/+)

R.Kornea (+/+)

R.Kornea (+/+)

OBYEKTIF

Nn.Craniales

ASSESMENT

Dx. Klinik

Penurunan
kesadaran

Penurunan
kesadaran

Penurunan kesadaran

Dx. Topik

Lesi lobus frontoparietalis


cerebri

Lesi lobus frontoparietalis Lesi lobus frontoparietalis


cerebri
cerebri

Dx. Etiologik

Ensefalitis

Ensefalitis

Ensefalitis

Inj. Cefoperazone

Inj. Cefoperazone

Inj. Cefoperazone 1

1 gr/12 jam
Garamycin

40

1 gr/12 jam
Garamycin 40 mg

gr/12 jam
Garamycin 40 mg /

mg / 12 jam
Inj. Ranitidin

/ 12 jam
Inj. Ranitidin 1

12 jam
Inj. Ranitidin

amp / 12jam
Inj. Ketorolac amp

amp / 12jam
Inj.
Ketorolac

amp / 12jam
Inj. Ketorolac amp /

/ 12 jam

amp / 12 jam

12 jam

Aspar K tab 1x1

Aspar K tab 1x1

Aspar K tab 1x1

Gastrofer / 24 jam

Gastrofer / 24 jam

Gastrofer / 24 jam

RUJUK RSUD DR
MOEWARDI

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Ensefalitis adalah radang jaringan otak

4,5

. Dari perspektif epidemiologi

dan patofisiologi, ensefalitis berbeda dari meningitis, meskipun pada


evaluasi klinis, keduanya mempunyai tanda dan gejala inflamasi meningeal,
seperti photophobia, sakit kepala, atau leher kaku 6.
Ensefalitis terjadi dalam dua bentuk, yaitu bentuk primer dan bentuk
sekunder. Ensefalitis Primer melibatkan infeksi virus langsung dari otak dan
sumsum tulang belakang. Sedangkan ensefalitis sekunder, infeksi virus
pertama terjadi di tempat lain di tubuh dan kemudian ke otak. 7
B. ETIOLOGI
Ensefalitis disebabkan oleh :
Bakteri
Virus
Parasit
Fungus
Riketsia.1,2,3,4,5
C. KLASIFIKASI
1. ENSEFALITIS SUPURATIVA
a. ENSEFALITIS SUPURATIVA
Bakteri penyebab ensefalitis supurativa adalah : staphylococcus
aureus, streptococcus, E.coli dan M.tuberculosa.

Patogenesis
Peradangan

dapat

menjalar

ke

jaringan

otak

dari

otitis

media,mastoiditis,sinusitis,atau dari piema yang berasl dari radang,


abses di dalam paru, bronchiektasi, empiema, osteomeylitis cranium,
fraktur terbuka, trauma yang menembus ke dalam otak dan
tromboflebitis. Reaksi dini jaringan otak terhadap kuman yang
bersarang adalah edema, kongesti yang disusul dengan pelunakan dan
pembentukan abses. Disekeliling daerah yang meradang berproliferasi

jaringan ikat dan astrosit yang membentuk kapsula. Bila kapsula pecah
terbentuklah abses yang masuk ventrikel.
Manifestasi klinis
Secara umum gejala berupa trias ensefalitis ;
1) Demam
2) Kejang
3) Kesadaran menurun
Bila berkembang menjadi abses serebri akan timbul gejala-gejala
infeksi umum, tanda-tanda meningkatnya tekanan intracranial yaitu :
nyeri kepala yang kronik dan progresif,muntah, penglihatan kabur,
kejang, kesadaran menurun, pada pemeriksaan mungkin terdapat edema
papil. Tanda-tanda deficit neurologist tergantung pada lokasi dan luas
abses 2,3,4,5 .
b. ENSEFALITIS SIPHYLIS
Patogenesis
Disebabkan oleh Treponema pallidum. Infeksi terjadi melalui
permukaan tubuh umumnya sewaktu kontak seksual. Setelah penetrasi
melalui epithelium yang terluka, kuman tiba di sistim limfatik, melalui
kelenjar limfe kuman diserap darah sehingga terjadi spiroketemia. Hal
ini berlangsung beberapa waktu hingga menginvasi susunansaraf pusat.
Treponema pallidum akan tersebar diseluruh korteks serebri dan

bagian-bagian lain susunan saraf pusat.


Manifestasi klinis
Gejala ensefalitis sifilis terdiri dari dua bagian :
1) Gejala-gejala neurologist
Kejang-kejang yang datang dalam serangan-serangan,
afasia, apraksia, hemianopsia, kesadaran mungkin menurun,sering
dijumpai pupil Agryll- Robertson, nervus

opticus

dapat

mengalami atrofi. Pada stadium akhir timbul gangguanangangguan motorik yang progresif.
2) Gejala-gejala mental
Timbulnya proses dimensia yang progresif, intelgensia
yang mundur perlahan-lahan yang mula-mula tampak pada
kurang efektifnya kerja, daya konsentrasi mundur, daya ingat
berkurang, daya pengkajian terganggu. 2,4,5

2. ENSEFALITIS VIRUS
Virus yang dapat menyebabkan radang otak pada manusia :
a. Virus RNA
Paramikso virus : virus parotitis, irus morbili 4
Rabdovirus : virus rabies
Togavirus : virus rubella flavivirus (virus ensefalitis Jepang B, virus
dengue)
Picornavirus : enterovirus (virus polio, coxsackie A,B,echovirus)
Arena virus : virus koriomeningitis limfositoria
b. Virus DNA
Herpes virus : herpes zoster-varisella, herpes simpleks,

sitomegalivirus, virus Epstein-barr


Poxvirus : variola, vaksinia
Retrovirus : AIDS
Manifestasi klinis
Dimulai dengan demam, nyeri kepala, vertigo, nyeri badan, nausea,
kesadaran menurun, timbul serangan kejang-kejang, kaku kuduk,

hemiparesis dan paralysis bulbaris.1,2,3,4,5


3. ENSEFALITIS KARENA PARASIT
a. Malaria serebral
Plasmodium falsifarum penyebab terjadinya malaria serebral.
Gangguan utama terdapat didalam pembuluh darah mengenai parasit.
Sel darah merah yang terinfeksi plasmodium falsifarum akan melekat
satu sama lainnya sehingga menimbulkan penyumbatan-penyumbatan.
Hemorrhagic petechia dan nekrosis fokal yang tersebar secara difus
ditemukan pada selaput otak dan jaringan otak.
Gejala-gejala yang timbul : demam tinggi.kesadaran menurun
hingga koma. Kelainan neurologik tergantung pada lokasi kerusakankerusakan.
b. Toxoplasmosis
Toxoplasma

gondii

pada

orang

dewasa

biasanya

tidak

menimbulkan gejalagejala kecuali dalam keadaan dengan daya imunitas


menurun. Didalam tubuh manusia parasit ini dapat bertahan dalam
bentuk kista terutama di otot dan jaringan otak.
c. Amebiasis
Amuba genus Naegleria dapat masuk ke tubuh melalui hidung
ketika berenang di air yang terinfeksi dan kemudian menimbulkan

meningoencefalitis akut. Gejala-gejalanya adalah demam akut, nausea,


muntah, nyeri kepala, kaku kuduk dan kesadaran menurun.
d. Sistiserkosis
Cysticercus cellulosae ialah stadium larva taenia. Larva menembus
mukosa dan masuk kedalam pembuluh darah, menyebar ke seluruh
badan. Larva dapat tumbuh menjadi sistiserkus, berbentuk kista di
dalam ventrikel dan parenkim otak. Bentuk rasemosanya tumbuh
didalam meninges atau tersebar didalam sisterna. Jaringan akan
bereaksi dan membentuk kapsula disekitarnya.
Gejaja-gejala neurologik yang timbul tergantung pada lokasi
kerusakan.2,4
4. ENSEFALITIS KARENA FUNGUS
Fungus yang dapat menyebabkan radang antara lain : candida
albicans, Cryptococcus neoformans,Coccidiodis, Aspergillus, Fumagatus
dan Mucor mycosis. Gambaran yang ditimbulkan infeksi fungus pada
sistim saraf pusat ialah meningo-ensefalitis purulenta. Faktor yang
memudahkan timbulnya infeksi adalah daya imunitas yang menurun.2,4
5. RIKETSIOSIS SEREBRI
Riketsia dapat masuk ke dalam tubuh melalui gigitan kutu dan dapat
menyebabkan Ensefalitis. Di dalam dinding pembuluh darah timbul noduli
yang terdiri atas sebukan sel-sel mononuclear, yang terdapat pula disekitar
pembuluh darah di dalam jaringan otak. Didalam pembuluh darah yang
terkena akan terjadi trombosis.
Gejala-gejalanya ialah nyeri kepala, demam, mula-mula sukar tidur,
kemudian mungkin kesadaran dapat menurun. Gejala-gejala neurologik
menunjukan lesi yang tersebar.2,4
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan cairan serobrospinal
Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan feses
Pemeriksaan serologik darah (VDRL, TPHA)
Pemeriksaan titer antibody
EEG
Foto thorax
Foto roentgen kepala
CT-Scan dan MRI

Arteriografi.1,2,3,4,5
E. PEMERIKSAAN CT SCAN DAN MRI
CT dan MRI sekarang merupakan pilihan tepat untuk menyelidiki
suspek lesi pada otak.8
- CT Scan
Sifat atau komposisi jaringan dapat ditentukan dengan melihat
kepadatan atau nilai Hounsfield. Ada empat kategori kepadatan secara
umum, yaitu pengapuran tulang atau yang sangat padat dan putih terang,
kepadatan jaringan lunak yang menunjukkan berbagai nuansa warna abuabu, kepadatan lemak yang berwarna abu-abu gelap dan udara yang
berwarna hitam. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, dimungkinkan
untuk menentukan bagian yang terlihat pada CT scan apapun, dan CT scan
kepala pada khususnya. 9
CT scan kepala dapat menunjukkan :
1. CT bisa menunjukkan hipodens pada pre kontras-hyperdensity
pada post kontras salah satu atau kedua lobus temporal, edema /
massa dan kadang-kadang peningkatan kontras. 10
2. Lesi isodens atau hipodens berbentuk bulat cincin, noduler atau
pola homogen dan menyangat dengan kontras, tempat predileksi
pada hemisfer (grey-white junction). 11
3. Bias ditemukan edema cerebri.
4. Kadang disertai tanda-tanda perdarahan.

Gambar 1. CT Scan otak pada seorang gadis dengan Rasmussen's encephalitis

MRI ( Magnetic Resonance Imaging )


Gambaran ensefalitis pada MRI di dapatkan :
1. Perubahan patologis yang biasanya bilateral pada bagian medial
lobus temporalis dan bagian inferior lobus frontalis (adanya lesi).
14

2. Lesi isointens atau hipointens berbentuk bulat cincin, noduler


atau pola homogen dan menyangat dengan kontras, tempat
predileksi pada hemisfer (grey-white junction), pada T1WI. 11
3. Hiperintens lesi pada T2WI dan pada flair tampak hiperintens . 12
Gambar 3. Gambar proton densityAxial pada wanita 62 tahun dengan
ensefalitis

herpes

yang

menunjukkan hyperintensity T2,


melibatkan lobus temporal kanan. 6

Gambar 4. Axial nonenhanced


gambar T1-menunjukkan cortical
hyperintensity
dengan

(panah)

petechial

sesuai

hemorrhage.

Secara umum, adalah patologis

tetapi kurang umum digambarkan


pada ensefalitis herpes. 6
Gambar 5 : Axial gadolinium T1
menunjukkan

peningkatan

citra

lobus temporal kanan anterior dan


gyrus

Parahippocampalis.

Pada

ujung anterior temporal kanan


adalah hypointense, daerah seperti
bulan sabit yang dikelilingi oleh
meningkatnya abses epidural. 6

Gambar

6.

menunjukkan

Axial

citra

difusi

terbatas pada lobus temporal


medial

kiri

yang

dengan

ensefalitis

sesuai
herpes.

Pasien ini juga memiliki hasil


positif

pada

polymerase

uji

reaksi

chain

untuk

herpes simplex virus, baik


yang sensitif maupun yang
spesifik. Selain itu, pada hasil
EEG

didapatkan

periodik

epileptiform lateralized, yang


mendukung
ensefalitis herpes. 6

diagnosis

Gambar 7. Coronal T2 menunjukkan


citra hyperintensity di lobus temporal
kiri (panah) yang serupa dengan
kelainan difus. Dapat dilihat pada
Gambar

11.

Sehingga

dapat

dikatakan ensefalitis herpes. Pada


pasien dengan infeksi HHV6, di
samping tengah abnormalitas lobus
temporal, hyperintensity T2 normal
telah terlihat dan di inferior frontal,
sehingga dapat ditentukan diagnosis.
Dapat terlihat 2 pencitraan khas: satu
terlihat pada orang dewasa yang
lebih tua melibatkan hyperintensity
T2 terbatas pada lobus temporal
medial; pada orang remaja, pola yang
lebih bervariasi menunjukkan difus,
batasan focal dengan MR dinyatakan
normal, difus korteks nekrosis, atau
daerah focal kecil hyperintensity T2
abnormal. 6

Gambar 8. MRI: Herpes encephalitis.


6

Gambar 9. MRI pasien, perempuan, 8 tahun, dengan ensefalitis Rasmussen. A. Desember


2008, pasien datang dengan keluhan kepala dan continu epilepsia parsial. Terdapat lesi dengan
pembengkakan otak lokal di lobus parietal dan oksipital kanan serta cerebellar hemisphere
kanan. B. April 2009, pasien yang sama, sekarang hilang kesadaran dengan continua epilepsia
partialis. Terdapat perkembangan ensefalitis - hemispher otak kiri telah terlihat dengan
pembengkakan otak yang parah dan pergeseran struktur garis tengah

Gambar 10. Herpes simpleks tipe 1 ensefalitis pada seorang anak 11 tahun. gambar a. T2tertimbang menunjukkan lesi bilateral hyperintense dalam lobus temporal (panah). b. gambar DW
jelas menunjukkan lesi ini sebagai hyperintense (anak panah). c. gambar ADC menunjukkan
penurunan ADC ini lesi (panah).

F. DIAGNOSA BANDING
Pada kasus ensefalitis supurativa diagnosa bandingnya adalah :
Neoplasma
Hematoma subdural kronik

Tuberkuloma
Hematoma intraserebri.4,5

G. PENATALAKSANAAN
1. Ensefalitis supurativa
Ampisillin 4 x 3-4 g per oral selama 10 hari.
Cloramphenicol 4 x 1g/24 jam intra vena selama 10 hari.3,4,5
2. Ensefalitis syphilis
Penisillin G 12-24 juta unit/hari dibagi 6 dosis selama 14 hari
Penisillin prokain G 2,4 juta unit/hari intra muskulat + probenesid 4 x
500mg oral selama 14 hari.
Bila alergi penicillin :
Tetrasiklin 4 x 500 mg per oral selama 30 hari
Eritromisin 4 x 500 mg per oral selama 30 hari
Cloramfenicol 4 x 1 g intra vena selama 6 minggu
Seftriaxon 2 g intra vena/intra muscular selama 14 hari.4,5
3. Ensefalitis virus
Pengobatan simptomatis
Analgetik dan antipiretik : Asam mefenamat 4 x 500 mg
Anticonvulsi : Phenitoin 50 mg/ml intravena 2 x sehari.
Pengobatan antivirus diberikan pada ensefalitis virus dengan penyebab
herpes zoster-varicella. Asiclovir 10 mg/kgBB intra vena 3 x sehari
selama 10 hari atau 200 mg peroral tiap 4 jam selama 10 hari.3,4,5
4. Ensefalitis karena parasit
Malaria serebral
Kinin 10 mg/KgBB dalam infuse selama 4 jam, setiap 8 jam hingga
tampak perbaikan.
Toxoplasmosis
Sulfadiasin 100 mg/KgBB per oral selama 1 bulan
Pirimetasin 1 mg/KgBB per oral selama 1 bulan
Spiramisin 3 x 500 mg/hari
Amebiasis
Rifampicin 8 mg/KgBB/hari. 4
5. Ensefalitis karena fungus
Amfoterisin 0,1- 0,25 g/KgBB/hari intravena 2 hari sekali minimal 6
minggu
Mikonazol 30 mg/KgBB intra vena selama 6 minggu. (4)
6. Riketsiosis serebri
Cloramphenicol 4 x 1 g intra vena selama 10 hari
Tetrasiklin 4x 500 mg per oral selama 10 hari. 4
H. PROGNOSIS

Ensefalitis supurativa angka kematian dapat mencapai 50%. 4,5 Sekitar


25% pasien ensefalitis meninggal pada stadium akut. Penderita yang
hidup 20-40%nya akan mempunyai komplikasi atau gejala sisa. 8
Gejala sisa lebih sering ditemukan dan lebih berat pada ensefalitis
yang tidak diobati. Keterlambatan pengobatan yang lebih dari 4 hari
memberikan prognosis buruk, demikian juga koma. Pasien yang mengalami
koma seringkali meninggal atau sembuh dengan gejala sisa yang berat. 8

BAB III
PEMBAHASAN
1. Pada kasus ini, trias ensefalitis ditemukan pada pasien, yaitu:
a. Demam
b. Kejang spastik
c. Kesadaran menurun
2. Pemeriksaan fisik dan neurologis, positif menunjukkan adanya lesi di saraf
pusat.
- Reflek Patologis

Babinsky (+/+)

Chaddock (+/+)

Oppenheim (-/-)

Gordon (-/-)

Schaeffer (-/-)

3. Namun pada pemeriksaan Head CT scan, didapatkan gambaran hiperdens


yang menyebar di seluruh lapang otak seperti gambaran SOP karena
infeksi jamur (aspergilosis)

4. Setelah diagnosis ditegakkan, pasien di rujuk ke RSUD Dr. Moewardi agar


mendapatkan penanganan anti jamur yang lebih adekuat yaitu terapi anti
jamur secara IV.

DAFTAR PUSTAKA

1. Chusid, J. G. Neuroanatomi Korelatif Dan Neurologi Fungsional. Gajah Mada


University Press.Bagian Dua. 1990. Hal. 579-583
2. Mardjono, Mahar dan Sidarta, Priguna. Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat.
2003. Hal. 313-314, 421, 327-333.
3. Mardjono, Mahar. Sidarta, Priguna. Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum.
Dian Rakyat. 1999. Hal. 36-40
4. Markam, Soemarmo. Kapita Selekta Neurologi. Gajah Mada University Press.
Edisi Ke Dua. 2003. Hal.155-162
5. Mansjoer, Arif. Suprohaita. Wardhani,Wahyu Ika. Setiowulan,Wiwiek. Kapita
Selekta Kedokteran. Media Aesculapius. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jilid 2. Edisi Ketiga. 2000. Hal.14-16
6. Lazoff M. Encephalitis. [ Online ] February 26, 2010 [ Cited April 5, 2010 ].
Available

from

URL

www.emedicine.medscape.com/article/791896/overview/htm
7. Anonymous. Encephalitis. [ Online ] May 5, 2009 [ Cited April 13, 2010 ].
Available from : URL ; www.mayoclinic.com/health/encephalitis/DS00226
8. Fransisca SK. Ensefalitis. [ Online ] Februari 19, 2009 [ Cited April 5, 2010 ].
Available

from

URL

http://last3arthtree.files.wordpress.com/2009/02/ensefalitis2.pdf
9. Sutton D, Stevens J, Mizklel K. Intracranial lesions. In : Sutton D, editor. Text
book of radiology and imaging 7th ed. London : Churchill Livingstone ; 2003.
p. 1726
10. Hopkins R, Peden C, Gandhi S. Principles of interpreting CT. In : Radiology
for anaesthesia and intensive care. London : Greenwich Medical Media ; 2003.
p. 219-21
11. Zamponi N, Rossi B, Polonara G, Salvolini U. Neuropaediatric emergencies. In
: Scarabino T, Salvolini U, Jinkins JR, editors. Emergency neuroradiology.
New York : Springer ; 2006. p. 371,390-1
12. Hendrik F. Toksoplasmosis serebri sebagai manifestasi awal AIDS. [ Online ]
September 23, 2009 [ Cited April 24, 2010 ]. Available from : URL ;
http://neurology.multiply.com/journal/item/19

Anda mungkin juga menyukai