Anda di halaman 1dari 71

GIGITAN SERANGGA DAN INFEKSI PARASIT

1. Skabies
- Definisi : adalah penyakit kulit akibat infeksi dan sensitisasi tungau
-

Sarcoptes Scabiei jenis manusia dan produknya pada tubuh


Penyebab dan epidemiologi :
o Penyebab : Sarcoptes Scabiei jenis manusia : tergolong
famili artropoda kelas araknida, ordo akarina, famili
sarkoptes.
o Umur : banyak menyerang anak anak, walaupun orang

dewasa dapat pula terkena.


o Jenis kelamin : frekuensi yang sama pada pria dan wanita.
Faktor faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit :
o Bangsa / ras : semua bangsa.
o Penularan : dapat langsung maupum tidak langsung melalui
pakaian, tempat tidur dan alat alat tidur, handuk, dll.
o Lingkungan : populasi yang padat pada suatu tempat
mempermudah penularan penyakit.
o Daerah : kumuh, dengan kebersihan dan higiene yang

buruk mempermudah penularan.


Gejala singkat penyakit : perjalanan penyakit termasuk keluhan
utama dan keluhan tambahan : penderita selalu mengeluh gatal,
terutama pada malam hari. Kelainan kulit mula mula berupa
papula, vesikel. Akibat garukan timbul infeksi sekunder sehingga

terjadi pustula.
Pemeriksaan kulit :
o Lokalisasi : sela jari tangan, pergelangan tangan, ketiak,
sekitar pusat, paha bagian dalam, genitalia pria, dan
bokong. Pada bayi : kepala, telapak tangan dan kaki.
o Efloresensi / sifat sifatnya : papula dan vesikel miliar
sampai lentikulardisertai ekskoriasi ( scratch mark ). Jika
terjadi infeksi sekunder tampak pustula lentikular. Lesi
yang khas adalah terowongan ( kanalikulus )miliar, tampak
berasal dari salah satu papula atau vesikel, panjang kira
kira 1 cm, berwarna putih abu ab. Akhir atau ujung
kanalikuli adalah tempat persembunyian dan bertelu

Sarcoptes Scabiei betina. Tungau betina bertelur 3 5


telur / hari. Sesudah 3 4 hari menetas menjadi larva,
dalam 3 5 hari menjadi nimfa, selanjutnya menjadi tungau
dewasa. Tungau jantan dewasa mati diatas permukaan kulit
sesudah

mengadakan

kopulasi,

sedang

yang

betina

membuat terowongan baru bertelur dan mati sesudah 2 3


-

minggu.
Pemeriksaan laboratorium : mencari Sarcoptes Scabiei dewasa,
larva, telur atau skibala dari dalam terowongan.
Penatalaksanaan :
o Umum : meningkatkan kebersihan

perorangan

dan

lingkungan ; menghindari orang orang yang terkena ;


mencuci / menjemur alat alat tidur dan jangan memakai
pakaian / handuk bersama sama.
o Khusus :
Sulfur presipitatum 2 5 % dalam bentuk salep atau
krim. Obat ini lebih efektif jika dicampur dengan
asam salisilat 2 %. Dioleskan diseluruh tubuh
sesudah mandi dan dipakai 3 4 hari berturut

turut.
Emulsi benzil benzoat 20 25 % selama 24 jam.
Gama benzen heksaklorida ( gameksan ) 0,5 1 %

dalam salep atau krim, dioleskan selama 24 jam.


Krotamiton 10 % dalam bentuk salep atau krim

dipakai selama 24 jam.


Krim permetrin 5 % dapat memberi hasil yang baik
Prognosis : baik.

2. Pedikulosis kapitis
- Definisi : adalah infeksi kulit dan rambut kepala yang disebabkan
-

Pediculus humanus var, capitis.


Penyebab dan epidemiologi :
o Penyebab : Pediculus humaus var. Capitis
o Umur : sering pada anak wanita dan wanita dewasa.
o Penularan : langsung atau tidak langsung melalui sisir, topi,
bantal, dan sebagainya.
Faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit :
o Bangsa / ras : semua bangsa
o Kebersihan : anak anak yang belum mengerti tentang
kebersihan dan higiene rambut kepala lebih sering terkena

penyakit ini.
Gejala singkat penyakit : perjalanan penyakit termasuk keluhan
utama dan keluhan tambahan : gejala tersering adalah rasa gatal
akibat gigitan tuma. Akibat garukan dapat terjadi infeksi sekunder
sehingga timbul folikulitis, furunkulosis, dan rambut melekat satu
sama lain. Kelenjar getah bening leher dapat pula membesar.

Pemeriksaan kulit :
o Lokalisasi : bagian belakang kepala ( regio oksipitalis ) dan
diatas telinga ( regio parietalis ).

o Efloresensi / sifat sifatnya : tampak krusta yang melekat


pada rambut, dan beberapa rambut bergabung menjadi satu.
Ditemukan tuma kepala dan telur telur yang melekat pada
-

rambut.
Pemeriksaan laboratorium : mencari tuma kepala dan telurnya.
Penatalaksanaan :
o Umum : menjaga kebersihan kepala, rambut harus sering
dicuci dan dirawat dengan baik.
o Khusus :
Gama benzen heksaklorida 1 % dalam bentuk

shampoo ; dapat diulang beberapa kali.


Jika ada infeksi sekunder diberi antibiotik, misalnya

penisilin dan eritromisin.


Prognosis : baik.

3. Pedikulosis pubis
- Definisi : adalah infeksi tuma pada rambut dan kulit di daerah
-

pubis dan sekitarnya.


Penyebab dan epidemiologi :
o Penyebab : Phthirus pubis ; ditularkan melalui kontak
terutama kontak seksual.
o Penyebaran : kosmopolit.
o Umur : umumnya pada orang dewasa, pria maupun wanita.
Gejala singkat penyakit : perasaan gatal di daerah pubis dan
sekitarnya terutama jika banyak keringat. Pada daerah pubis perut
bagian bawah ditemukan bercak bercak merah abu abu yang

disebut makula serulae. Tidak hanya menyerang pubis, dapat


-

meluas ke ketiak dan daerah lain.


Pemeriksaan kulit :
o Lokalisasi : daerah pubis, ketiak, jenggot, alis, dan rambut
kepala.
o Efloresensi : papula miliar dengan urtika yang disebut

makula serulae.
Pemeriksaan laboratorium : mencari tuma dewasa yang melekat
erat di pangkal rambut, dan telur pada rambut.
Penatalaksanaan :
o Umum : rambut kemaluan / ketiak / jenggot dicukur.
o Khusus :
Gama benzen heksaklorida 1 % dalam bentuk krim
atau lotion, dioleskan sekali sehari, dapat diulang

sesudah 1 minggu.
Krotamiton 1 % krim atau lotion, dioleskan sekali

sehari dan dapat diulang sesudah 1 minggu.


Infeksi sekunder diobati dengan antibiotik seperti

penisilin atau eritromisin.


Prognosis : baik.

4. Cutaneus larva migrans


- Definisi : kelainan kulit yang merupakan peradangan berbentuk
linear atau berkelok kelok, menimbul dan progresif, disebabkan
oleh invasi larva cacing tambang yang berasal dari anjing atau
kucing.

Etiologi : penyebab utama adalah larva yang berasal dari cacing


tambang binatang

anjing

dan kucing, yaitu

Ancylostoma

braziliense dan Ancylostoma caninum.


Gejala singkat penyakit : mula mula timbul papul, kemudian
diikuti bentuk yang khas, yakni lesi berbentuk linear atau berkelok
kelok, menimbul dengan diameter 2 3 mm, serta panjang 15
20 cm dan berwarna kemerahan. Adanya lesi papul eritematosa ini
menunjukan bahwa larva tersebut telah berada di kulit selama
beberapa jam atau hari. Perkembangan selanjutnya papul merah ini
menjalar seperti benang berkelok kelok, polisiklik, serpinginosa,
menimbul, dan membentuk terowongan ( burrow ), mencapai
panjang beberapa cm. Rasa gatal biasanya lebih hebat pada malam

hari. Selain itu ddapat menimbulkan lesi vesicular dan bula.


Pemeriksaan kulit :
o Lokalisasi : di tungkai, telapak kaki, pinggang panggul,
pundak, plantar, tangan, anus, bokong, dan paha, juga
bagian tubuh mana saja yang sering berkontak dengan
tempat larva berada. Satu lesi yang muncul juga dapat
berhubungan beberapa saluran tempat masuknya cacing

tersebut.
Pemeriksaan laboratorium : special test tetap harus ditemukan
adanya tanda tanda creeping eruption, dan riwayat terpapar atau
riwayat berpergian ke daerah yang mungkin dapat menularkan
infeksi cacing. Penegakan dari folikulitis cacing harus berdasarkan
adanya penemuan klinis berupa pruritus folikulitis yang disertai
creeping eruption. Perlu juga dilakukan pemeriksaan histologis
yang akan menemukan nematoda yang terperangkap di canal
folikel, stratum corneum, maupun lapisan dermis disertai dengan

adanya infiltrat eosinophilic.


Penatalaksanaan :
o Tiabendazol 50 mg / kg BB/ hari 2 kali sehari, selama 2
hari ( dosis max 3 gram sehari ).

o Abendazol 400 mg / hari dosis tunggal diberikan 3 hari

berturut turut.
o Topikal thiabendazol 10 % krim.
Prognosis : baik.

5. Filariasis
- Definisi : penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi
-

cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai nyamuk.


Etiologi : filariasis disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang
hidup di saluran dan kelenjar getah bening. Anak cacing yang
disebut mikrofilaria, hidup dalam darah. Mikrofilaria ditemukan
dalam darah tepi pada malam hari. Filariasis di Indonesia

disebabkan oleh tiga spesies cacing filaria :


o Wuchereria bancrofti.
o Brugia malayi.
o Brugia timori.
Gejala :
o Akut : demam berulang 1 2 kali atau lebih setiap bulan
selama 3 hari apabila bekerja keras, timbul benjolan yang
terasa panas dan nyeri pada lipat paha atau ketiak tanpa
adanya luka di bada, dan teraba adanya tali urat seperti tali
yang berwarna merah dan sakit mulai dari pangkal paha
atau ketiak dan berjalan kearah ujung kaki atau tangan.
o Kronik : pembesaran pada kaki, tangan, kantong buah
zakar,

payudara,

dan

alat

kelamin

menimbulkan cacat yang menetap.

wanita

hingga

No

Gejala

Stadiu

Stadiu

Stadiu

Stadiu

Stadiu

Stadiu

Stadiu

m1

m2

m3

m4

m5

m6

m7

Bengkak

Menghi

Menet

Meneta

Menet

Meneta

Meneta

Meneta

di kaki

lang

ap,

p, non ap

p,

p,

p,

waktu

pitting

pitting

meluas

meluas

meluas

bangun

edema

edema.

.
1

tidur
2

Lipatan

Tidak

Tidak

Dangka Dangk

Dalam,

Dalam,

Dalam,

kulit

ada

ada

kadang

dangka

dangkal

dangka

al

l
3

Nodul

Tidak

Tidak

Tidak

ada

ada

ada

Ada

Kadang Kadang Kadang

kadang

kadang

kadang

Ada

Kadang

Mossy

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

foot

ada

ada

ada

ada

ada

kadang

Hambatan
-

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Ya

Penatalaksanaan :
o Perawatan umum :
Istirahat di tempat tidur, pindah tempat ke daerah

yang dingin akan mengurangi derajat serangan akut.


Antibiotik dapat diberikan untuk infeksi sekunder

dan abses.
Pengikatan

di

daerah

pembendungan

akan

mengurangi edema.
o Pengobatan spesifik :
Pengobatan infeksi : DEC 6 mg / kg BB / hari
selama 12 hari. Pengobatan ini dapat diulang 1 6
bulan kemudian bila perlu, atau DEC selama 2 hari
per bulan ( 6 8 mg / kg BB / hari ).

Pengobatan penyakit hidrokel besar yang tidak


membaik dengan terapi adekuat harus dioperasi
dengan tujuan drainase cairan dan pembebasan
tunika vaginalis yang terjebak umtuk melancarkan

aliran limfe.
Pengobatan kasus klinis :
R/ DEC tab 100 mg N0. XXX
S 3 dd 1
R/ paracetamol tab 500 mg No. IX
S 3 dd 1

Bila penderita berada di daerah endemis :


DEC 6 mg / kg BB ditambah Albendazol
400 mg sekali setahun.

Umur

DEC ( 100 mg Albendazol ( 400 mg Paracetamol ( 500 mg

( tahun )

25

0,25

6 14

0,5

>14

Prognosis : stadium mikrofilaria, limfangitis, dan limfedema dapat


disembuhkan dengan pengobatan DEC, tetapi kasus lanjut seperti
elephanitiasis prognosisnya lebih buruk.

PENYAKIT VIRUS
1. Veruka vulgaris ( kulit )
- Definisi : tumor intraepidermal yang disebabkan infeksi virus
-

papiloma.
Penyebab dan epidemiologi :
o Penyebab : virus papiloma, tergolong virus kecil
berukuran 40 45 , berinti DNA.
o Umur : paling banyak pada anak anak.
o Jenis kelamin : insiden pada pria dan wanita sama.
Gejala singkat penyakit : perjalanan penyakit termasuk keluhan
utama dan keluhan tambahan : mula mula berupa hiperkeratosis
biasa, translusen, licin, sebesar kepala jarum pentul, dalam
beberapa minggu sampai bulan membesar, dapat sampai sebesar
kelereng kasar, berwarna coklat tua, abu abu, atau hitam seperti

bertanduk.
Pemeriksaan kulit :
o Lokalisasi : paling sering di tangan, jari jari tangan dan
kaki serta telapak tangan atau kaki, tapi dapat pula tumbuh
di mana saja pada epidermis dan mukosa.
o Efloresensi / sifat sifatnya : mula mula papula kecil
seukuran kepala jarum, warna seperti kulit biasa, jernih,
kemudian tumbuh menonjol , permukaan papilar warna
lebih gelap dan hiperkeratotik.

Gambaran histopatologi :
o Epidermis

hiperkeratosis,

parakeratosis,

papilomatosis, akantosis.
o Dermis : pelebaran pembuluh darah dan sebukan sel
sel radang kronik.
-

Penatalaksanaan :

10

o Kuret dan elektrodesikasi ringan.


o Bedah krio ( = cryosurgery ) dengan nitrogen cair.
o Asam triklorasetat 50 80 %
o Keratolitik : asam salisilat 20 %, asam laktat 10 %.
Prognosis : 65 % sembuh spontan dalam 2 tahun.

2. Moluskum Kontagiosum
-

Definisi : sejenis tumor firus yang terbatas pada manusia dan

kera, disebabkan oleh virus DNA yang tergolong pox virus.


Penyebab dan epidemiologi
o Penyebab : pox virus dengan diameter 200-300 ,
berinti DNA
o Umur
: terutama pada anak anak
o Kebersihan : pada anak sekolah sering karena mansi di
kolam renang. Pada dewasa ditularkan dari salon
kecantikan.
o Lain lain : ada hubungan dengan pemakaian

imunosupresif.
Gejala singkat penyakit : perjalanan penyakit termasuk keluhan
utama dan keluhan tambahan : seringkali asimtomatis,

terkadang lesi besar meradang dan tampak sebagai furunkel.


Pemeriksaan kulit :
o Lokalisasi : wajah, badan, kadang kadang pada perut,
bagian bawah perut, genitalia.
o Efloresensi / sifat sifatnya : papula berdiameter 1 5
mm, diskrit, berwarna seperti kulit atau putih mutiara,

11

meninggi, tampak seperti lilin dengan umbiliaksi kecil,


-

sendiri sendiri atau berkelompok.


Pemeriksaan laboratorium : potong papula, oleskan isinya
antara 2 gelas objek, diwarnai dengan Wright, Giemsa atau
Gram. Lihat di bawah mikroskop badan moluskum
berbentuk telur, berdinding licin homogen, diameter sampai 25

.
Penatalaksanaan :
o Kuretase tajam, bersihkan dan berikan salep.
o Bedah beku dengan nitrogen cair atau salju CO2.
o Mengeluarkan badan moluskum dengan menusuk
papula, kemudian diberikan salep antibiotik.
Prognosis : umumnya baik, dapat sembuh spontan.

3. Hepes zooster tanpa komplikasi


- Definisi : adalah radang kulit akut, mempunyai sifat khas yaitu
vesikel vesikel yang tersusun berkelompok sepanjang
-

persarafan sensorik kulit sesuai dermatom.


Penyebab dan epidemiologi :

12

o Penyebab : virus V Z kelompok virus herpes termasuk


virus sedang berukuran 140 200 m dan berinti DNA.
o Umur : biasanya pada dewasa, kadang kadang juga
pada anak anak.
o Jenis kelamin : insiden pada pria dan wanita sama

banyaknya.
o Musim / iklim : tidak tergantung musim.
Gejala singkat penyakit : perjalanan penyakit termasuk keluhan
utama dan keluhan tambahan : biasanya ada neuralgia beberapa
hari sebelum atau bersama sama dengan kelainan kulit.
Adakalanya sebelum timbul kelainan kulit didahului oleh
demam. Kelainan kulit tersebut mula mula berupa eritema
kemudian berkembang menjadi papula dan vesikula yang
dengan cepat membesar dan menyatu sehingga terbentuk bula.
Isi vesikel mula - mula jernih, setelah beberapa hari menjadi
keruh dan dapat pula bercampur darah. Jika absorbsi terjadi,

vesikula dan bula akan menjadi krusta.


Pemeriksaan kulit :
o Lokalisasi : bisa disemua tempat, paling sering di
servikal IV dan lumbal II.
o Efloresensi / sifat sifatnya : lesi biasanya berupa
kelompok kelompok vesikel sampai bula diatas
daerah yang eritematosa. Lesi yang khas bersifat
unilateral pada dermatom yang sesuai dengan letak

saraf yang terinfeksi virus.


Gambaran histopatologi :
o Tampak vesikula bersifat unilokular, biasanya pada
stratum granulosum, kadang kadang subepidermal.
Yang penting adalah temuan sel balon yaitu sel
stratum spinosum yang mengalami degenerasi dan
membesar, juga badan inklusi yang tersebar dalam inti
sel epidermis, dalam jaringan ikat dan endotel
pembuluh darah. Dermis : dilatasi pembuluh darah dan
sebukan limfosit.
13

o Jika menyerang wajah daerah yang dipersarafi N. V


cabang atas disebut herpes zooster frontalis.
o Jika menyerang cabang oftalmikus N. V disebut herpes
zooster oftalmik.
o Jika menyerang interkostal disebut herpes zooster
torakalis.
o Jika menyerang daerah lumbal disebut herpes zooster
-

abdominalis / lumabalis.
Penatalaksanaan :
o Istirahat
o Untuk mengurangi neuralgia dapat diberikan analgetik.
o Usahakan supaya vesikel tidak pecah untuk
menghindari infeksi sekunder, yaitu dengan bedak
salisil 2 %. Jika terjadi infeksi sekunder dapat diberikan
antibiotik lokal, misal salep kloramfenikol 2 %.
o Pengobatan spesifik belum ada. Beberapa penulis
menganjurkan vitamin B, suntikan hipofisis 0,5 1 cc/
hari,

antibiotik

spektrum

luas,

misalnya

kloramfenikolm, tetrasiklin untuk mengurangi infeksi


sekunder. Untuk mengurangi neuralgia pasca herpetika
dapat diberikan kortikosteroid seperti prednison dan
-

deksametason.
Prognosis : pada orang muda dan anak anak umumnya baik.

14

4. Varisela ( cacar air )


- Definisi : adalah penyakit yang disebabkan oleh virus varisela
dengan gejala di kulit dan selaput lendir berupa vesikula dan
-

disertai gejala konstitusi.


Penyebab dan epidemiologi :
o Penyebab : virus varisela zoster, yaitu kelompok
virus herpes berukuran 140 200 m berinti DNA.
o Umur : sangat menular, terutama menyerang anak
anak. Jika menyerang orang dewasa gejala biasanya
lebih berat.
o Lingkungan : penyakit ini cepat sekali menular pada

orang orang di lingkungan penderita.


Gejala singkat penyakit : perjalanan penyakit termasuk keluhan
utama dan keluhan tambahan : masa inkubasi antara 11 21
hari ( rata rata 14 hari ), disusul oleh gejala prodromal yang
ringan selama 1 2 hari. Penderita dema, anoreksia dan
malaise, pada kulit timbul papula kemerahan yang kemudian

15

menjadi vesikula. Vesikel vesikel baru tetap terbentuk


sementara vesikel terdahulu pecah, mengering dan menjadi
krusta, dengan demikian pada suatu saat akan tampak
bermacam macam ruam kulit ( polimorf ). Vesikel biasanya
beratap tipis, bentuknya bulat / lonjong menyerupai setetes air
-

sehingga disebut tear drop vesikel.


Pemeriksaan kulit :
o Lokalisasi : terutama pada badan dan sedikit pada wajah
dan ekstremitas. Mungkin juga timbul pada mulut,
palatum mole, dan faring.
o Efloresensi / sifat sifatnya : vesikel berukuran miliar
sampai

tentikular,

eritematosa.

Dapat

disekitarnya
ditemukan

terdapat
beberapa

daerah
stadium

perkembangan vesikel mulai dari eritema, vesikula,


-

pustula, skuama hingga sikatriks ( polimorf ).


Gambaran histopatologi : vesikula terdapat dalama epidermis,
terbentuk akibat degenerasi balon sangat sukar dibedakan
dari kelainan histopatologik pada herpes zoster dan herpes

simpleks
Penatalaksanaan : pengobatan simptomatik, yaitu analgetik dan
antipiretik seperti metampiron atau asetaminofen. Lokal dapat
diberikan bedak basah atau bedak kering mengandung salisil 2
% atau mentol 2 %. Kalau terdapat infeksi sekunder berikan
antibiotik.
Terapi varisela :
o Imunokompeten :
Anak anak : Asiklovir 20 mg / kg BB/ IV

selama 7 hari.
Dewasa : Asiklovir 5 x 800 mg / hari selama 7
hari, Valsiklovir 3 x 1000 mg / hari selama 7
hari, Famsiklovir 3 x 200 mg / hari selama 7

hari.
o Immunocompromised : Asiklovir 5 x 800 mg / hari
selama 7 hari.

16

o Penyakit berat / wanita hamil : Asiklovir IV 10 mg / kg


-

BB tiap 8 jam selama 7 hari.


Prognosis : baik.

5. Herpes simpleks
- Definisi : suatu lesi akut berupa vesikel berkelompok diatas
daerah yang eritema, dapat dengan satu atau beberapa
-

kelompok pada atau dekat sambungan mukokutan.


Penyebab dan epidemiologi :
o Penyebab : herpes virus hominis ( HVH ) dengan
diameter 150 m, merupakan virus DNA.
o Umur : dapat menyerang semua umur
o Jenis kelamin : frekuensi sama antara pria dan wanita
o Lingkungan : makin rendah status ekonomi, makin
banyak jumlah karier.
o Faktor pencetus : menstruasi, emosional, trauma,

senggama.
Gejala singkat penyakit : perjalanan penyakit termasuk keluhan
utama dan keluhan tambahan : awitan penyakit didahului

17

perasaan gatal, rasa terbakar dan eritema selama beberapa


menit sampai beberapa jam, kdang kadang timbul nyeri saraf.
Pada infeksi primer gejala gejala lebih berat dan lebih lama
jika dibandingkan dengan infeksi rekuren, yaitu berupa
-

malaise, demam, dan nyeri otot.


Pemeriksaan kulit :
o Lokalisasi : paling sering pada atau dekat sambungan
mukokutan
o Efloresensi / sifat sifatnya : vesikel vesikel miliar
berkelompok, jika pecah membentuk ulkus yang
dangkal dengan kemerahan pada daerah di sekitarnya.
o Gambaran
histopatologi
:
tampak
vesikel
intraepidermal, infiltrat leukosit dan akantolisis akibat
degenerasi balon sel sel epidermis. Dapat terlihat
badan inklusi asidofilik intranukleus yang dikelilingi

halo.
Pemeriksaan laboratorium :
o Pemeriksaan sel raksasa dengan percobaan Tzank.
o Pemeriksaan antibodi dengan tehnik fluoresensi
langsung
o Kultur jaringan
Penatalaksanaan :
o Pengobatan bersifat simptomatis.
o Jika vesikel pecah :
Kompres dengan sol, kalium permanganas 1 /

5000
Obat obat antiseptik seperti : povidon yodium
Idoksuridin ( IDU ) 5 40 % untuk menekan

sintesis DNA
Alkohol 70 % untuk

mengeringkan

dan

desinfeksi. Sistemik : dapat dicoba dengan


asiklovir 5 x 400 mg / hari selama 5 10 hari
o Pada pasien imunokompeten :
Lesi inisial : asiklovir 5 x 200 mg selama 5 10
hari

18

Infeksi rekuren asiklovir : 5 x 200 mg selama 5

hari atau 2 x 400 mg / hari.


o Pada pasien dengan tanggap imun lemah :
Herpes mukokutan primer : asiklovir 5 x 200 mg

/ hari selama 10 hari.


Herpes imunokutan rekuren : asiklovir 5 x 400

mg selama 5 7 hari.
Prognosis : cenderung rekuren.

6. Morbili
- Definisi : penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3
stadium, yaitu stadium prodromal, stadium erupsi, dan stadium
-

konvalesen.
Etiologi : disebabkan oleh virus morbili yang terdapat dalam sekret
nasofaring dan darah selama masa prodromal sampai 24 jam
setelah timbul bercak bercak. Virus ini berupa virus RNA yang

termasuk famili Paramiksoviridae, genus Morbilivirus.


Gejala klinis :
o Stadium kataral :
Berlangsung 4 5 hari
Demam ringan hingga sedang
Batuk kering ringan
Coryza
Fotofobia dan konjungtivitis.
Menjelang akhir stadium kataral : bercak koplik
yang patognomonik, berwarna putih kelabu, sebesar
ujung jarum, dikelilingi oleh eritema. Lokasinya di
mukosa buccal dapat menyebar tidak teratur
19

mengenai

seluruh

pipi.

Bercak

muncul

dan

menghilang 12 18 jam.
o Stadium erupsi :
Coryza dan batuk bertambah
Enentema atau titik merah di palatum durum dan

palatum mole.
Eritema berbentuk makula papula disertai dengan

suhu tubuh yang meningkat.


Kadang kadang terdapat perdarahan primer pada

kulit, rasa gatal, muka bengkak.


Pembesaran KGB.

o Stadium konvalesen :
Erupsi berkurang, timbul bekas yang berwarna lebih

tua ( hiperpigmentasi ).
Kulit yang bersisik,
Suju menurun sampai menjadi normal, kecuali bila

ada komplikasi.
Penatalaksanaan :
o Pemberian vitamin A.
o Istirahat baring selama suhu meningkat beri antipiretik
o Pemberian antibiotik pada anak anak yang berisiko tinggi.
o Pemberian obat batuk dan sedative.

20

DERMATITIS EKSIM
1. Dermatitis numularis
- Definisi : adalah dermatitis yang bentuknya menyerupai uang
-

logam dan biasanya menyerang daerah ekstremitas.


Penyebab dan epidemiologi :
o Penyebab : yang pasti belum jelas, infeksi mikroorganisme
agaknya berperan.
o Umur : biasanya orang dewasa.
o Jenis kelamin : lebih banyak pada wanita.
Faktor faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit :
o Bangsa / ras : dengan kebiasaan minum alkohol lebih
mudah terkena penyakit.
o Daerah / musim / iklim : lebih sering pada iklim panas.
o Lingkungan : ketegangan jiwa mempermudah terjadinya

penyakit.
Gejala singkat penyakit : perjalanan penyakit termasuk keluhan
utama dan keluhan tambahan : dimulai dengan eritema berbentuk
lingkaran, selanjutnya melebar sebesar uang logam, dikelilingi oleh
papula papula, vesikel dan kemudian ditutupi krusta coklat.

Penderita mengeluh gatal yang hebat disertai nyeri.


Pemeriksaan kulit :
o Lokalisasi : punggung kaki, punggung tangan, bagian
ekstensor ekstremitas, bokong, dan bahu.
o Efloresensi / sifat sifatnya : makula eritematosa eksudatif,
besarnya

numular

hingga

plakat.

Terkadang

hiperpigmentasi, likenifikasi berbatas tegas sebesar uang


-

logam.
Gambaran histopatologi :
o Epidermis : hiperkeratosis, akantosis, edema interseluler
dan pada dermis terjadi pelebaran ujung pembuluh darah
dan sebukan sel sel radang limfosit, monosit.

21

Pemeriksaan laboratorium : kultur dan uji resistensi sekret ( untuk


melihat mikroorganisme penyebab / penyerta ).
Penatalaksanaan :
o Antihistamin sebgai sedatif dan mengurangi gatal.
o Kortikosteroid sistemik maupun topikal.
o Antibiotik seperti : eritromisin, tetrasiklin 20 40 mg / kg
BB selama 7 14 hari, atau amoksisilin 4 x 500 mg / hari
selama 7 10 hari.
o Jika sangat berat diobati dengan suntikan kortikosteroid
intralesi seperti triamsinolon asetonida 0,1 mg / ml /

suntikan.
Prognosis : baik.

2. Dermatitis atopik
- Definisi : dermatitis yang timbul pada individu dengan riwayat
atopi pada dirinya sendiri ataupun keluarganya, yaitu riwayat asma
bronkial, rinitis alergi, dan reaksi alergi terhadap serbuk serbuk
-

tanaman.
Penyebab dan epidemiologi :
o Penyebab : yang pasti belum diketahui, tetapi faktor
turunan merupakan dasar pertama untuk timbulnya

penyakit.
o Umur : bayi : 2 bulan 2 tahun
Anak : 3 10 tahun
Dewasa : 13 30 tahun.
o Jenis kelamin : lebih banyak pada wanita.
Faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit :
o Bangsa / ras : semua bangsa.
22

o Daerah : yang panas ( banyak keringat ) lebih sering


terkena.
o Musim / iklim : panas dan lembab
o Kebersihan / higiene : higeine yang kurang memperberat
penyakit
o Keturunan : diduga diturunka secara autosomal resesif dan
dominan.
o Lingkungan : yang banyak mengandung sensitizer, iritan
-

serta yang mengganggu emosi.


Gejala singkat penyakit : perjalanan penyakit termasuk keluhan
utama dan keluhan tambahan : dasar penyakit adalah faktor
herediter yang oleh faktor luar menimbulkan kelainan kulit dimulai
dengan eritema, papula papula, vesikel sampai erosi dan

likenfikasi. Penderita tampak gelisah, gatal dan sakit berat.


Pemeriksaan kulit :
o Lokalisasi : bentuk bayi : kesua pipi, kepala, badan, lipat
siku, lipat lutu. Bentu anak : tengkuk, lipat siku, lipat lutut.
Bentuk dewasa: tengkuk, lipat lutut, lipat siku, punggung
kaki.
o Efloresensi / sifat : bentuk bayi : eritema berbatas tegas,
papula / vesikel miliar disertai erosi dan eksudasi serta
krusta. Bentuk anak : papula papula miliar, likenfikasi,
tak eksudatif. Bentuk dewasa : biasanya hiperpigmentasi,
kering dan likenfikasi.

Pemeriksaan laboratorium :
o Dermatografisme putih, untuk melihat perubahan dari
rangsangan goresan terhadp kulit.
o Percobaan asetilkolin akan menimbulkan vasokonstriksi

kulit yang tampak sebgai garis pucat selama satu jam.


Penatalaksanaan :
o Hindari semua faktor luar yang mungkin menimbulkan
manifestasi klinis.
o Menjauhi alergen pencetus.
o Hindari pemakaian bahan yang merangsang seperti sabun
kertas dan bahan pakaian dari wol.
23

o Sistemik :
Antihistamin golongan H untuk mengurangi gatal

dan sebagai penenang.


Kortikosteroid jika gejala klinis berat dan sering

mengalami kekembuhan.
Jika ada infeksi sekunder diberi antibiotik seperti

eritromisin,tetrasiklin.
o Topikal :
Pada bentuk bayi diberi kortikosteroid ringan
dengan efek samping sedikit, misalnya krim

hidrokortison 1 1,5 %.
Pada bentuk anak dan dewasa dengan likenifikasi
dapat diberi kortikosteroid kuat seperti betametason,
dipropionat 0,05 % atau desoksimetason 0,25 %.
Untuk efek yang lebih kuat, dapat dikombinasi

dengan asam salisilat 1 3 % dalam salep.


Prognosis : baik.

3. Dermatitis kontak iritan

24

Definisi :

reaksi non alergi dari kulit non imunologik, terjadi

langsung tanpa didahului proses sensitisasi yang disebabkan oleh


-

zat iritan.
Etiologi : sabun, detergen, dan hand cleanser, minyak pelumas,
asam dan alkali, solvent atau bahan pelarut dalam industri, serbuk

kayu.
Gambaran klinis :
o Akut : lesi terbatas pada tempat kontak kulit, terasa perih,
panas, rasa terbakar. Kelainan berupa lesi eritematosa,
berbatas tegas, asimetris, edema, bula atau nekrosis.
o Akut lambat : muncul 8 24 jam atau lebih setelah kontak.
Awal berupa eritema esok hari menjadi vesikel atau
nekrosis.
o Kronis : kulit yang kering disertai lesi yang ertitema dan
terdapat skuama, hiperkeratosis, likenfikasi, dengan batas

kelainan tidak tegas. Terasa gatal atau nyeri.


Pemeriksaan penunjang : patch test dan prick test
Penatalaksanaan :
o Hindari kontak dengan bahan iritan.
o Kompres dengan kompres basah ( air matang ) selama 5
15 menit, 2 kali sehari.
o Krim kortikosteroid topikal ( untuk fase akut ).
o Salep kortikosteroid topikal ( untuk fase kronik ).
o Antihistamin sistemik sedatif 3 x 1 ( bila gatal cukup berat )

4. Napkin eczema

25

Definisi : merupakan salah satu bentuk dermatitis kontak iritan

yang ditandai dengan munculnya ruam di area popok.


Etiologi : gesekan antara popok dengan kulit bayi yang masih
sangat sensitif, penggunaan popo yang terlalu ketat, jarang
mengganti popok, bahan popok yang tidak cocok dengan kulit

bayi.
Faktor penyebab :
o Hidrasi kulit yang berlebih ; hal ini sebanding dengan
frekuensi dan kuantitas urin, feses, dan penggantian popok.
o Trauma pada kulit yang disebabkan gesekan antara kulit

dengan popok.
o Iritas :
Amonia.
Feses.
Detergen dan sabun.
Bahan bahan yang terdapat dalam popok.
Bedak dan cream popok.
o Candida albicans ( infeksi sekunder)
Gejala klinis : bercak makula eritema pada area anogenital
( skrotum dan penis pada laki laki ; labia dan vagina pada
perempuan ) yang biasanya ditutupi dengan popok, semakin lama
semakin membesar dan bisa meluas sampai lipatan paha. Bila

disertai dengan infeksi candida di dapatkan satelite papul / pustul.


Penatalaksanaan :
o Menghentikan pemakaian popok.
o Diaper cream, seperti petroleum jelly.
o Zink oxide based oinment.
o Bila disertai infeksi candida , gunakan antifengal :
miconazole, ketokonazole, nystatin. Bisa dikombinasi
dengan hydrocortison 1 % untuk mengurangi inflamasi.

26

KELENJAR SEBASEA DAN EKRIN


1. Akne Vulgaris
-

Definisi : Peradangan kronik folikel sebasea


Etiologi : Penyebab pasti belum jelas, faktor pentingnya sebum
yang dihasilkan kelenjar pailit
Faktor yang mempengaruhi :
o Bangsa/ras : kulit putih
o Makanan : yang banyak mengandung lemak
o Musim : dengan kelembaban dan temperatur tinggi
o Higiene/kebersihan : yang buruk
o Faktor keturunan berpengaruh pada bentuk klinis akne
o Infeksi Propionibacterium acnes berperan dalam iritasi
epitel folikel
o Androgenik
o Pemakaian kosmetika yang bersifat komedogenik
o Kejiwaan/kelelahan, terjadi pada seseorang yang susah
tidur

dan

menghadapi

pekerjaan

yang

konsentrasi
-

Klasifikasi :
o Berdasarkan bentuk efloresensi :

Akne sistika : Terutama berupa kista


27

memerlukan

Akne papulosa : Terutama berupa papula

Akne pustulosa : Terutama berupa pustula

Akne konglobata : Terutama berupa nodus yang


mengalami infeksi

Akne sikatrisial : Banyak sikatrik atrofis

o Berdasarkan penyebab :

Akne tropika

Akne mekanik

Akne neonatorum

Akne kosmetika

Akne klor

Akne jabatan

Akne minyak

Akne senilis

Akne radiasi

Tanda gejala : Erupsi timbul di tempat predileksi terutama wajah


disertai rasa gatal. Efloresensi mula-mula berupa komedo, lalu
menjadi pustul atau nodus dan kista

Pemeriksaan kulit :
o Lokalisasi

: Wajah, dada, punggung, dan lengan atas

bagian luar
o Efloresensi

: Papul, pustula, nodus, atau kista miliar

sampai lentikular merata pada seluruh regio, serta terdapat


white head dan black head
-

Pemeriksaan laboraturium :
o Analisis komposisi asam lemak di kulit
o Pemeriksaan terhadap mikroorganisme Propionibacterium
acnes, Staphylococcus epidermidis, dan Pityrosporum
ovale.

Penatalaksanaan :
28

o Umum :

Perawatan kebersihan kulit

Hindari makanan berlemak seperti es krim, kacangkacangan, coklat, dan

gorengan.

o Khusus :

Sistemik :

Tetrasiklin 250 mg 3-4 kali sehari

Vitamin A 3x10.000 U/hari

Doksisiklin 50 mg/hari selama 7 hari atau

Spiramisin 150-300 mg/hari selama 7 hari

Topikal :

Sulfur 2-10%

keratolitik : asam salisilat 3-5%

vitamin A : 0,05-

eritromisin 1% dalam larutan

salep atau krim klindamisin 1%

0,1%

Prognosis : Baik, tapi sebagian sering residif.

29

2. Miliaria (keringat buntet)


-

Definisi : dermatitis akibat tersumbatnya saluran-saluran kelenjar


keringat

Etiologi : timbul jika udara panas atau lembab, atau karena


pengaruh pakaian yang tidak menyerap keringat, tersumbatnya
pori-pori kelenjar keringat oleh bakteri yang menimbulkan
peradangan dan udema akibat keringat yang tidak keluar dan
diabsorbsi oleh stratum korneum

Faktor yang mempengaruhi :


o Daerah yang panas dengan kelembaban tinggi
o Musim panas dan tempat tinggal atau kerja yang panas
o Kebersihan, jika kotor maka akan terjadi infeksi sekunder

Tanda gejala : Umumnya keluhan disertai rasa gatal, terutama pada


bagian tubu yang tertutup pakaian.
o Miliaria kristalina

: Keringat dapat keluar sampai

stratum korneum, terlihat vesikula menyerupai titik embun,

30

asimtomatis. Vesikula dapat pecah akibat trauma obstruksi


yang terjadi di antara lapisan stratum korneum.
o Miliaria rubra : Keringat merembes ke dalam epidermis,
terlihat vesikopapula dengan eritema disekitarnya. Disertai
gatal, mudah terkena infeksi sekunder menjadi impetigo
dan furunkulosis, terutama pada anak. Obstruksi dapat
terjadi di antara lapisan epidermis, lebih dalam dari stratum
korneum
o Miliaria profunda

: Obstruksi terletak pada perbatasan

epidermis-dermis
-

Pemeriksaan kulit :
o Lokalisasi

: Anggota badan dan bagian tubuh lain

seperti wajah, leher, dan kulit kepala


o Efloresensi

: Miliaria kristalina : tampak vesikel,

diameter < 1 mm tanpa peradangan disekitar


Miliaria rubra (klinis tersering) : makula eritematosa miliar
dengan vesikel-vesikel diatasnya. Dapat timbul papula diatas
makula tersebut
Miliaria profunda : yang menonjol papula-papula berukuran
1-3 mm.
-

Pemeriksaan penunjang :
o Pemeriksaan laboraturium histopatologi : pada miliaria
kristalina tidak ada perubahan, pada miliaria rubra terdapat
infiltrat limfosit perivaskular dan vasodilatasi pembuluh
darah di permukaan dermis.
o Pemeriksaan pH kulit

Penatalaksanaan :
o Umum :

Jangan minum alkohol atau makanan yang pedas

Pakaian harus tipis dan menyerap keringat

31

Dianjurkan bekerja dalam ruangan dengan ventilasi


yang baik

o Khusus

:
Sistemik :

Antibiotik, jika terdapat infeksi sekunder.

Antihistamin, jika terdapat pruritus

Topikal :

Bedak kocok yang bersifat mendinginkan,


mengandung

antipruritus

seperti

bedak

salisil 2% atau lotio Kummerfeldi.

Dapat diberikan antibitik topikal seperti


krim kloramfenikol 2%

Prognosis : Umumnya baik.

32

PENYAKIT KULIT ALERGI


1. Urtikaria
-

Definisi : reaksi vaskular di kulit, ditandai dengan edema setempat


yang cepat timbul dan menghilang perlahan, warna pucat dan
kemerahan, meninggi di kulit, sekitarnya dapat dikelilingi halo.
Dapat terjadi secara akut maupun kronik.

Etiologi :
o Obat, dapat menimbulkan urtikaria tipe I atau II, contohnya
: golongan penisilin, sulfonamid, analgesik (aspirin),
pencahar, hormon, dan diuretik. Sedangkan pada urtikaria
nonimunologi, contohnya : kodein, opium, dan zat kontras.
o Makanan, biasanya pada urtikaria akut, contohnya :
makanan : telur, ikan, kacang, udang, coklat, tomat, arbei,
babi, keju, bawang, dan semangka; bahan yang dicampu
pada makanan : asam nitrat, asam benzoat, ragi, salisilat,
dan penisilin

33

o Gigitan/sengatan serangga, contohnya : nyamuk, kepinding


dan serangga lain dapat menimbulkan urtikaria papular
di sekitar tempat gigitan
o Bahan fotosensitizer, contohnya : griseofulvin, fenotiazin,
sulfonamid, bahan kosmetik dan sabun germisid
o Inhalan, contohnya : serbuk sari bunga (polen), spora
jamur, debu, bulu binatang, dan aerosol
o Kontaktan, contohnya : kutu binatang, serbuk testil, air liur
binatang, tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, bahan kimia
seperti insect repelent (pengangkis serangga) dan bahan
kosmetik
o Trauma fisik, contohnya : berenang atau memegang benda
dingin; faktor panas : sinar matahari, sinar UV, radiasi, dan
proses pembakaran; faktor tekanan : goresan, pakaian ketat,
ikat pinggang, air yang menetes atau semprotan air, vibrasi
dan tekanan beruang seperti pijatan, keringat, pekerjaan
berat, demam, dan emosi
o Infeksi dan infestasi, contohnya : infeksi bakteri (toksin
atau sensitisasi), infeksi virus (hepatitis, mononukleosis,
dan Coxsackie), infeksi jamur (kandida dan dermatofit),
dan infeksi parasit (cacing pita, cacing tambang, cacing
gelang, Schistosoma atau Echinococcus)
o Psikis, contohnya : gangguan psikis dan hipnosis
o Genetik, contohnya : angioneurotik, edema herediter,
familial cold urticaria, familial locaized heat urticaria,
vibratory

angioedema,

heredo-familial

syndrome

of

urticaria deafness and amylidosis, dan erytropoietic


protoporphyria
o Penyakit sistemik, contohnya : pemfigus, dermatitis
herpetiform Duhring, lupus eritematosus sistemik, limfoma,

34

hipertiroid, hepatitis, urtikaria pigmentosa, artritis pada


demam reumatik, dan artritis reumatoid juvenilis.
-

Klasifikasi :
o Berdasarkan lama serangan :

Akut : serangan < 6 minggu atau selama 4 minggu


tapi timbul setiap hari.

Kronik : lebih dari kriteria akut

o Berdasarkan morfologi klinis : papular, gutata, girata,


anular, dan arsinar
o Berdasarkan luas dan dalam jaringan yang terkena : lokal,
generalisata, dan angioedema
o Berdasarkan penyebab : reaksi imunologik, reaksi non
imunologik, dan idiopatik
-

Tanda gejala : Keluhan subyektif biasanya gatal, rasa terbakar atau


tertusuk. Klinis tampak eritema, dan edema setempat berbatas
tegas, kadang bagian tengah tampak lebih pucat. Distribusi dan
konfigurasi bervariasi tergantung etiologi.

Pemeriksaan penunjang :
o Pemeriksaan darah rutin, urin rutin, dan feses rutin nilai
infeksi dan kelainan organ. Cryoglobulin dan cold
hemoysin curiga urtikaria dingin
o Pemeriksaan gigi, THT, serta usap vagina singkirkan
infeksi fokal
o Pemeriksaan kadar IgE, eosinofil, dan komplemen
o Tes kulit uji gores, uji tusuk, dan tes intradermal
mencari alergen
o Tes eliminasi makanan hetikan konsumsi makanan yang
dicurigai
o Pemeriksaan histopatologik

35

o Tes foto tempel, suntikan mecholyl intradermal, tes dengan


es, dan tes dengan air hangat
-

Penatalaksanaan :
o Antihistamin H1 nonklasik seperti terfenadin, astemizol,
loratadin, dan mequitazin
o Beta adrenergik, untuk urtikaria kronik
o Kortikosteroid sistemik, untuk urtikaria akut dan berat,
tidak banyak manfaat pada urtikaria kronik
o Anti-enzim, untuk anti plasmin (ipsilon dan trasilol)
o Desensitisasi, untuk urtikaria dingin dan alergi debu, sari
bunga dan jamur
o Eiminasi diet, untuk pasien yang sensitif terhadap makanan
o Pengobatan lokal simtomatik (anti pruritus dalam bedak
atau bedak kocok)

Prognosis : urtikaria akut lebih baik daripada urtikaria kronik.

36

INFEKSI BAKTERI
1. Impetigo Krustosa
- Definisi
:
- Penyebab dan epidemiologi
o Penyebab
:staphylococcus aureus koagulase positif dan
Streptococcus brtahemolyticus
o Umur : Terutama pada anak- anak
o Jenis kelamin : frekuensinya sama pada pria dan wanita
-

Factor yang mempengaruhi timbulnya penyakit


o Bangsa
: semua bangsa
o Daerah
: sering daerah tropis
o Musim
: musim panas/cuaca panasdan lembab
o Kebersihan : kebersihan yang kurang dan hygiene yang
buruk ( anemia dan malnutrisi
Gejala klinis : rasa gatal, Lesi awal berupa macula eritematosa
berukuran 1 2 mm berubah menjadi bula atau vesikel. Karena
dinding vesikel tipis , mudah pecah dan mengeluarkan secret
seropurulen kuning kecoklatn. Kemudian mongering membentuk
krusta yang belapis lapis.

37

Gambaran histopatologi
Peradangan superficial folikel pilosebasea bagian atas. Terbentuk
bula atau vesikopustula subkornea yang berisis kokus sertadebris
berupaleukosit dan sel epidermis. Pada lapisan dermis didapatkan
reksi peradangan ringan berupa dilatasi pembuluh darah, edema

dan infiltrasi PMN.


Penatalaksanaaan.
o Menjaga kebersihan kulit dengan mandi pakai sabun 2 kali
sehari
o Jika krusta banyak dilepas dengan mencuci menggunakan
H2O2 dalam air lalu beri salep antibiotic kloramfenikol 2%
dan teramisin 3%
o Lesi banyak di sertai gejala konstitusi (demam, dll)
berikanantibiotik sistemik missal penisilin, kloksasilin atau
sefalosporin

2. Impetigo Bulosa
- Definisi :
- Penyebab dan epidemiologi
o Penyebab : terutama oleh stafilokok
o Umur : anak anak dan dewasa
38

o Frekuensi : frekuensi laki laki sama dengan wanita


Factor yang mempengaruhi
o Daerah : daerah tropis dengan udara panas
o Musim : musim pasana dengan banyak debu
o Kebersihan : hygiene kurang
o Gizi : lebih sering dan lebih berat pada keadaan kurang gizi
dan anemia
o Lingkungan : yang kotor dan berdebulebih sering dan lebih

hebat.
Gejala klinis : Lepuh timbul mendadak pada kulitsehat, bervariasi
mulai miliar-nlentikular dapat bertahan 2 3 hari. Berdinding tebal
dan hipopion. Jika pecah menimbulkan krusta yang coklat datar

dan tipis.
Gambaran histopatologi : Pada epidermis tampak vesikel
subkornea berisi sel- sel radang yaitu leukosit. Pada dermis tampak
sebukan sel sel radang ringan dan pelebaran ujung ujung

pembuluh darah.
Penalatalaksanaan :
o Menjaga kebersihn
o Menghilangkan factor factor prediposisi
o Jika bula besar dan banyak sebaiknya dipecahkan
selanjutnya dibersihkan dengan antiseptic (betadine) dan
berisalepantibiotik( kloramfenikol 2%atau eritromisin 3%)
o Jika
ada
gejalakonstitusi
berupa
demam
beri
antibiotiksitemik (penisilin 30- 50 mg/KbBB atau antibiotic
lain yang sensitive)

39

3. Folikulitis
- Definisi : peradangan folikel rambut, terutama disebabkan oleh
S.aureus. Terdapat dua jenis yaitu folikulitis superfisialis yaitu bila
lesi hanya sampai di epidermis dan folikulitis profunda bila lesi
-

mencapai dermis.
Penyebab dan epidemiologi
o Penyebab : Staphylococcus aureus
o Umur : semua umur, lebih sering di jumpai pada
anak-anak
o Jenis kelamin : frekuensinya sama antar pria dan

wanita
Factor yang mempengaruhi
o Daerah
: sering daerah tropis
o Musim
: sering musim panas
o Kebersihan : kebersihan yang kurang dan hygiene yang
buruk

40

o Lain-lain
merupakan

: diabetes militus, kelelahan dan kurang gizi


factor

yang

mempercepat

memperberatpenyakit. Insidens meninggi pada lingkungan


-

yang kotor
Gejala klinis : Rasa gatal dan terbakar pada daerah rambut, berupa
macula eritematosadisertai papula atau pustule yang di tembus oleh
rambut, pertumbuhan rambut tidak terganggu. Kadang penyakit ini

ditimbulkan oleh secret dari luka dan abses


Pemeriksaan kulit :
o Lokalisasi : daerahberambut, paling sering pada kulit
kepala dan ekstremitas.
o Efloresensi : berupa macula eritematosa, papula, pustula,
dan krusta miliar sampai entikular, regional sesuai dengan

pertumbuhan rambut
Gambaran histopatologi : Folikel rambut tampak edematosa
dengan sebukan sel-sel radang akut.
Penatalaksanaan
o Menjaga kebersihan terutama kulit
o Makanan tinggi protein dan tinggi kalori
o Antibiotic sistemik jika luas : eritromisin 3 x 250 mg
selama 7-14 hari,atau penisilin 600.000 -1,5 juta IU IM
selama 7 14 hari
o Antibiotic topical misalnya kemicetin 2%, jika eksudasi
kompres PK 1/5.000

4. Furunkel
- Definisi : peradangan folikel rambut dan jaringan subkutan
-

disekitarnya
Penyebab dan epidemiologi

41

o Penyebab : Staphylococcus aureus


o Umur : dapat terjadi pada anak anak, juga orang

muda
o Jenis kelamin : sama pada pria dan wanita
Factor yang mempengaruhi
o Musim : sering musim panas karena lebih banyak
berkeringat
o Kebersihan : kebersiahan kurang, lingkungan yang kurang
baik / bersih
o Lain lain : diabetes, obesitas, hiperhidrosis, anemia dan

stress emosional mempengaruhi tingkat insidens.


Gejala klinis : Sakit dan nyeri daerah lesi, mula mula berupa
infitrat kecil dalam waktu singkat membesar membentuk nodula
eritematosa berbentuk kerucut. Pada tempat rambut keluar tampak
bintik bintik putih sebagai mata bisul. Nodul tadi akan melunak
(supurasi) menjadi abses yang akan memecah melalui lokus
minoris resistensi yaitu muara folikel, rambut menjadi rontok /
terlepas. Jaringan nekrotik keluar sebagai pus danterbentuk fistel.

Pemeriksaan kulit
o Lokalisasi : bagian tubuh yang berambut dan mudah
terkena iritasi, gesekan / tekanan, atau pada aerah yang
lembab seperti pada ketiak, pantat, punggung, leher, dan
wajah.
o Efloresesnsi : awal berupa macula eritematosa lentikularnumular setempat, kemudian menjadi nodula lentikular-

numular berbentuk kerucut.


Gambaran histopatologi : Abses dinetuk oleh limfosit dan leukosit
PMN, mula mula pada folikel rambut. Pada jaringan subkutis

abes dapat mengandung stafilokok.


Penatalaksanaan
o Hygiene kulit harus ditingkatkan
o Jika masih berupa infiltrate, topical dapat diberikan
kompres salep iktiol 5% salep antibiotic.

42

o Antibiotic sistemik : eitromisin 4 x 250 mg atau penisili


o Jika lesi mtang lakukan insisi dan aspirasiselanjutnya
dikompres atau diberikan salep kloramfenikol 2%
o Usaha menghilangkan factor penyebab dapatdihilangkan
(obesitas,DM, hipehidrosis).

5. Karbunkel
- Definisi : gabungan beberapa furunkel yang dibatasi oleh trabekula
fibrosa yang berasal dari jaringan subkutan yang padat.
Perkembangan dari furunkel menjadi karbunkel menjadi karbunkel
-

bergantung pada status imunologis penderita.


Penyebab dan epidemiologi
o Penyebab : Staphylococcus aureus
o Umur : anak anak dan dewasa
o Jenis kelamin : frekuensi sama pada pria dan wanita
Factor yang mempengaruhi
o Kebersihan : keberihan urang dan hygiene buruk
o Faktorpredisposisi : DM, obesitas, hiperhidrosis
o Lingkungan : yang kotor dan berdebu mempengaruhi
perjalanan penyakit
Gejala : Nyeri padadaerah lesidan malaise. Lesi mula mula
berupa infiltrate kecil, dalam waktu singkat membesar menjadi
nodus nodus eritematosa berbentuk kerucut. Kemudian pada
tempat rambut keluar tampak bintik bintik putih sebagai mata

43

bisul, nodus nodus tadi akan melunakmenjadi abses yang akan


-

memecah melalui lokus minoris resistensi yaitu muara folikel.


Pemeriksaan kulit
o Lokalisasi : tengkuk, punggungdan pantat
o Efloresensi: macula eritematosa kemudian menadi nodul
lentikular hingga nummular,regional, bentuk teraturdan

tampak fistula mengeluarkan secret putih / kental


Penatalaksanaan :
o Umum :
Usaha mengatasi faktorprediposisi
Menjaga kebersihan dan mencegah luka luka
kulit.
o Khusus:
Topical : jika masih infiltrat diberi salep iktiol 10%,
jika lesi matang lakukan insisi dan aspirasi,

dipasang drainase,lalu dikompres.


Antibiotic sistemik : eritromisin 4 x 250 mgselama
7-14 hari, penisilin 600.000IU selama 5 10%

6. Eritrasma
- Definisi : infeksidangkal kronik yang biasanya menyerang daerah
-

yang banyak keringat


Penyebab dan epidemiologi
o Penyebab : Corynebacterium minutissimun
o Umur : dewasa muda
o Jenis kelamin : frekuensinya sama pada pria dan perempua
Factor yang mempegaruhi
o Bangsa : orang orang yang banyak keringat, kegemukan,
peminum alcohol, dan debilitas lebih sering terkena
penyakit ini

44

o Iklim : panas lebih sering daripadadaerah dingin


o Kebersihan : hygiene buruk
o Lingkungan : panas dan lembab mempermudah timbulnya
-

penyakit.
Gejala : Dimulai dengan daerah eritema miliar, selanjutnya meluas
keseluruh regio, menjadi merah, teraba panas seperti terkena cabai.

Pemeriksaan kulit
o Lokalisasi : lipatan paha bagian dalam sampai skrotum,
aksila dan intergluteal.
o Efloresensi : eritema luas berbatas tegas, dengan skuama

halus dan terkadang erosive.


Gambaran histopatologis : Hyperkeratosis,

parakeratosis,

akantosis, serta pelebaran ujung ujung pembuluh darah dan


-

sebukan sel sel polinuklear.


Penatalaksanaan
o Mencegah agar jangan banyak keringat
o Menghilangkan factor pencetus.
o Sistemik : eritromisin 15 mg/ Kg BB, 4 x sehari selama 5
10 hari. Tetrasiklin dengan dosis yang sama member hasil
yang baik.

7. Erisipelas

45

Definisi : peradangan akut padakulit yang disebabkan oleh


treptokok dengan gejala utama kemerahan kulit.
Penyebab dan epidemiologi
o Penyebab : Streptococcus -hemolyticus
o Umur : banyak pada anak anak dan dewasa
o Jenis kelamin : frekuensinya sama pada pria dan wanita
Factor yang mempengaruhi :
o Bangsa : seluruh bangsa
o Daerah :sering pada daerah tropis dan subtropics
o Kebersihan : kebersihan kurang
o Factor prediposisi : DM, ISPA, dan gizi kurang.
Gejala : Badan panas dan malaise, lesi dimulai dengan luka luka
kecil dikulit selanjutnya menjadi merah cerah, berbatas tegass,
edemadan nyeri tekan. Terasa panas pada perabaan bagian tengah,
terkadang ditemukan vesikel atau bula pada tempat masuknya

kuman.
Pemeriksaan kulit
o Lokalisasi : kaki, tangan dan wajah
o Efloresensi : macula eritematosa nummular hingga plakat,
berbatas tegas, edematosa,panas pada perabaan dan nyeri
tekan. Bagian tengah ditemukan vesikel miliar atau bula

lentikular.
Gambaran histopatologi : Epidermis tampak edematosa, sel- sel
membengkak dan serbukan stertokok serta polimorfonuklear. Pada

dermis pelebaran pembuluh darah dan sebukan sel sel radang.


Penatalaksanaan
o Sitemik
Antipiretik dan analgetik
Penisilin 0,6 1,5 mega unit selama 5 10 hari
Sefalosporin 4 x 400 mg selama 5 hari.
o Topikal :
Kompres deangan larutan asam borat 3%

46

8. Skrofuloderma
- Definisi : tuberculosis kutis murni skunder yang terjadi
secaraperkontinuitatum dari jaringan di bawahnya misalnya
-

kelenjar getah bening , otot dan tulang.


Penyebab danepidemiologi
o Penyebab : Mycobacterium tuberculosis , basil tahan asam

ukuran 2 4x 0,3 15 mikron.


o Umur : biasanya terjadi pada anak anak dan dewasa muda
Factor yang mempengaruhi
o Bangsa / ras : semua bangsa
o Daerah : frekuensi terbanyak pada Negara belum

berkembang
o Musim : hujan
o Kebersihan sanitasi yang kurang baik
o Gizi : gizi kurang lebih mudah meluasdan lebih berat
Gejala: Infeksi sebuah kelenjar selanjutnya berkembang menadi
periadenitis. Beberapa kelenjar kemudian dapat meradang hingga
membentuk suatu kantong kelenjar klier packet. Pada stadium
selanjutnya terjadi perlunakan mencari jalan keluar dengan
menembus kulitdiatasnya dan terbentuk fistel. Fistel melebar

membentuk ulkus yang mempunyai sifat sifat khas.


Pemeriksaan kulit :
o Lokalisasi : leher, aksila, daerah lumbal dan inguinal.

47

o Efloresensi : ulkus bentuk oval, pingir meninggi tepi tidak


rata, dinding menggaung, dasar kotor, secret mukropurulen,
tidak berbau. Daerah sekitar ulkus tampak livide dan
-

ditemukan jembatan jembatan kulit.


Gambaran histopatologi : Tampang radang kronik dan jaringan
nekrotik mulai dari lapisan dermis sampai ssubkutis tempat ulkus
terbentuk. Jaringan yang mengalami nekrosis kaseosa dikelilingi

oleh sel sel epitel dan datia langhans


Penatalaksanaan
o Umum : istirahat dan isolasi
o Sistemik :
Streptomisin 40 mg / kgBB
INH 20 mg / KgBB/ hari
Etambutol 25 mg/kgBB /hari
Vitamin B610mg/kgBB/ hari
Alternatif lain :
o Rifampisin 15mg /kgBB/

hari

untuk

mengganti streptomisin
o Kanamisin injeksi 25 mg/kgBB/ hari
o Pirazinamid 30 40 mg // kgBB/ hari
o Topical : jika basah kopres dengan PK 1/5.000. jika
kering dengan krim, salep antibiotic dan salep minyak
ikan digunakan untuk merangsang pinggir ulkus agar
cepat menutup.

48

9. Lepra (kusta)
- Definisi : penyakit infeksi mikobakterium yang bersifat kronik
progresif, mula mula menyerang saraftepi, dan kemudian
-

terdapat manifestaasi kulit.


Penyebab dan epidemiologi
o penyebab : Mycobacterium leprae, basil tahan asam, 1-8 x
0,2-0,5 mikron.
o Umur : terbanyak 25-35 tahun, dibawah itu jarang.
Faktor yang mempengaruhi
o bangsa / ras : ras kulit hitam lebih tinggi. Pada kulit putih
lebih cenderung tipe lepromatosa.
o Sosio ekonomi : Negara berkembang dan golongan
sosioekonomi rendah.
o Kebersihan : kurang
o Turunan : faktor genetic berpengaruh. Penyakit ini tidak

titurunkan pada bayi yang dikandung ibu lepra.


Gejala : Lesi diawali dengan bercak putih bersisik halus pada
bagian tubuh, tidak gatal kemudain membesardan meluas. Jika
saraf sudah terkena, penderita mengeluh kesemutan /baal pada
daerah tertentu, ataupun kesukaran menggerakan anggota badan

yang berlanjut dengan kekakuan sendi. Rambut rontok.


Pemeriksaan kulit:
o Lokalisasi : seluruhtubuh

49

o Efloresensi :
Tipe

tegas,anastesi

macula
dan

hipopigmentasi
anhidrasi,

berbatas

pemeriksaan

bakteriologi (-), tes lepromin (+)


Tipe TT : macula eritematosa bulat atau lonjong,
permukaan kering, batas tegas,anestesi, bagian
tengah sembuh, bakteriologi (-), tes lepromin positif

kuat.
Tipe BT : macula eritematosa tak teratur, batas tak
tegas, kering, mula mula ada tanda kontraktur,
anestesi,

pemeriksaan

bakteriologi

lepromin (+/-)
Tipe BB : makula eritematosa,

(-/+),

tes

menonjol, tak

teratur, kasar, ada lesi satelit, penebalan saraf dan


kontraktur, pemeriksaan bateriologi (+),tes lepromin

(-)
Tipe BL :macula infiltat merah mengkilat, tak tertur,
batas tak tegas, pembengkakan saraf, pemeriksaan
bakteriologi ditemukan banyak basil, tes lepromin

(-)
Tipe LL : infiltrate difus berupa nodula simetris,
permukaan mengkilat, saraf terasa sakit, anestesi,
pemeriksaan bakteriologi positif kuat, tes lepromin

(-).
Penatalaksanaan
o Pengobatan kombinasi DDS dan rifampisin
o Tipe I, TTdan BT: DDS 100mg / hari dan rifampisisn 600
mgsetiap bulan. Keduanya diberikan selama 6 9 bulan.
Pemeriksaan bakteriologi dilakukan setelah 6 bulan
pengobatan,pengawasan dilakukan selama2 tahun. Jika
tidak ada aktifasi secara klinis dan bakteriologi tetap
negative dinyatakan relif from control (RFC) (bebas dari
pengamatan)

50

o Tipe BB, BL, LL : kominasi DDS, rifampisin dan lampren.


DDS100 mg / hari, rifampisin 600mg setiap bulan, dan
lampren 300mg setiap bulan, diteruskan dengan 50
mgsetiap hari atau 100mg selang sehari, atau 3 x100 mg
setiap minggu. Pengobatan dilakukan selama 2 3 tahun.
Pemeriksaan bakteriologi setiap 3 bulan. Sesudah 2
3tahun bakteriologi tetap negatife, maka dinyatakan bebas
dari pengawasan.

51

52

10. Sifilis
- Definisi : penyakit kelamin menahun dengan remisi ddan
eksaserbasi, dapat mengenai semua alat tubuh, mempunyai masa
-

laten dan dapat ditularkan dari ibu ke janin.


Penyebab dan epidemiologi :
o Penyebab : Troponema pallidum
o Umur : Dewasa dan bayi baru lahir
Faktor yang mempengaruhi
o Bangsa / ras : semua bangsa
o Pengetahuan : kurang tentang bahayapenyakit, mendorong
orang orang melakukan hubungan seksual di luar nikah.
o Ekonomi : ekonomi kurang mendorong orang untuk
melacurkan diri.
o Keturunan : dapat ditularkan dari ibu ke janin
o Urbanisasi : dari desake daerah kota, mengarah sikap
masyarakat menjadi lebih bebas, longgar akan batas batas
adat

dan

agamasehingga

mudah

untuk

melakukan

hubungan seksual di luar nikah.


-

Gejala
o Sifilis

primer

bentuk

kelainan

berupa

erosi

yangselanjutnya menjadiulkus durum


o Sifilis skunder : dapat berbentuk roseola, kondiloma lata,
sifilis bentuk varisela, atau bentuk plak mukosa dan
alopesia
o Sifilis tersier : bersifat destruktif, berupa guma dikulit atau
-

alat alatdalam dan kardiovaskuler, serta neurosifilis.


Pemeriksaan fisik
o Lokalisasi:
Stadium I : glans penis, korpuspenis, labia mayora,

labia minora, klitoris, perineum.


Stadium II : genitalia eksterna, sekitar anus, ketiak,

sudut mulut, bawah mamae


Stadium III : guma dapat timbul diseluruh kulit
o Efloresensi
Ulkus durum :kecil, tidak nyeri, dasar bersih, tepi
tidak menggaung, dan ada indurasi.

53

Kondilomalata : papula atau plakyang ditutupi

krusta berwarna coklat, basah.


Guma : nodula atau ulkus yang dalam, bentuk
serpiginosa,

mengeluarkan

secret

seropurulen

danjaringan nekrosis.
-

Penatalaksanaan :
o Penisilin prokain :
Stadium I : 600.000 IU/ hari sebanyak 10 kali

suntik
Stadium II : 900.000 IU/ hari sebanyak 15kali

suntik
o Penisilin kerja lama seperti penisilin G benzatin
Stadium I : 2,4 juta unit satu kali seminggu, selama

2 minggu
Stadium II : 2,4juta unit satu kali seminggu, selama
3 minggu.

54

INFEKSI JAMUR.
1. Tinea Kapitis
- Definisi : Infeksi jamur superfisial yang menyerang kulit
-

kepala dan rambut.


Penyebab
o Etiologi : Gol.dermatofita, T.rubrum, T.mentagrophytes,
o
o
o
o
o

M.gypeseum.
Umur : Umumnya pada anak sekolah dasar
Jenis kelamin: Pria lebih banyak
Bangsa
: Semua bangsa dapat terkena
Daerah
: Lebih banyak yang beriklim panas
Kebersihan: Kebersihan yang buruk dan kontak

dengan binatang peliharaan seperti anjing atau kucing


o Lingkungan : Kotor dan panas, serta udara yang
-

lembab
Gejala : Jamur dapat masuk kedalam kulit kepala atau
rambut dan selanjutnya berkembang membentuk kelainan di
kepala tergantung dari bentuknya. Biasanya memberi keluhan

gatal/nyeri
Pemeriksaan Kulit
o Lokalisasi : Daerah kulit kepala dan rambut
o Efloresensi :
Gray patch ring worm : papul-papula miliar
sekitar muara rambut, rambut mudah putus

meninggalkan alopesia yang berwarna coklat.


Black dot ring worm : infeksi jamur dalam
rambut (endotriks) atau diluar rambut (eksotrik),
rambut putus tepat pada permukaan kulit
meninggalkan makula coklat berbintik hitam
dan warna rambut menjadi suram.

55

Kerion : pada kulit kepala tampak bisul-bisul


kecil dengan skuamasi akibat radang lokal,

rambut putus dan mudah dicabut.


Tinea fovosa : bintik-bintik berwarna merah
kuning ditutupi oleh krusta yang berbentuk
cawan (skutula) berbau busuk (mousy odeor)
rambut

diatasnya

putus-putus

dab

mudah

dicabut.
Pemeriksaan Laboratorium
o Sinar wood : flouresensi kehijauan
o Pembiakan skuama dalam media sabouraud
o Preparat langsung dari kerokan kulit dengan larutan
KOH 10% dapat terlihat hifa atau spora misselium.
Penatalaksanaan
o Sistemik : Griseufulvin 10-25 mg/kgBB, dewas
500mg/hari.

Ketokonazol

5-10mg/kgBB,

dewasa

200mg/hari selama 7-14 hari.


o Topikal : mencuci kepala dan rambut dengan shampo
desinfektan antimikotik seperti larutan asam salisilat,
asam benzoat dan sulfur presipitatum, imidazol 1-2%
dalam krim, ketokonazol krim 2%.

2. Tinea Barbae & Sikosis Barbae

56

Definisi : adalah bentuk infeksi jamur dermatofilita pada


daerah dagu/ jenggot yang menyerang kulit atau folikel
rambut

Penyebab
o Etiologi : Gol Trichophyton dan Microsporum
o Umur : Selalu pada orang dewasa tdk pernah pada
anak-anak
o Jenis kelamin: Biasanya pada pria dewasa
o Bangsa/ras : Lebih sering pada kulit putih
o Daerah
: Daerah tropis dengan kelembapan
tinggi
o Kebersihan : Banyak pada orang dengan higenie
kurang baik.
o Lingkungan : Kotor merupakan faktor memepermudah

infeksi
Gejala : Penderita biasanya mengeluh gatal dan pedih pada
daerah yang terkena disertai bintik-bintik kemerahan yang

terkadang bernanah
Pemeriksaan Kulit
o Lokalisasi : Biasanya pada daerah dagu/jenggot tapi
dapat menyebar pada wajah dan leher
o Eflorensi : Rambut daerah yang terkena menjadi rapuh
dan tidak mengkilat, tampak reaksi radang pada folikel
berupa

kemerahan,

edema,

kadang-kadang

ada

pustula
Pemeriksaan Laboratorium
o Sinar wood : flouresensi kehijauan
o Pembiakan dalam media sabouraud
o Kerokan kulit atau rambut jenggot yang terkena
dengan larutan KOH 10% dapat terlihat hifa atau

infeksi endotrik/eksotrik.
Penatalaksanaan
o Umum : Rambut daerah jenggot dicukur bersih, jaga
kebersihan umum
57

o Khusus
:
Sistemik
Dapat

diberikan

griseovulfin

500mg-

1gram/hari selama 2 - 4minggu


Itrakonazol 100mg/hari selama

minggu atau
Ketokonazol

minggu
Topikal
Kompres

200mg/hari

sol.Kalium

selama

permanganas

1:4000 atau sol.asam asetat 0,025% 2

3 kali sehari
Antifungi: Ketokkonazol krim/oinet 2% 5-

7 hari/ itrakonazol 1% 5-7hari.


Epilasi rambut yang terinfeksi.
Antibiotik jika ada infeksi sekunder.

3. Tinea Korporis (Tinea Fasialis)


- Definisi : Penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur
superfisial golongan dermatifita menyerang daerah kulit tak
berambut pada wajah, badan, lengan, tungkai.

58

Penyebab
o Etiologi : Epidermophyton floccusum atau T.rubrum
o Umur : Semua umur, lebih sering orang dewasa
o Jenis kelamin: Pria dan wanita
o Bangsa : Tersebar diseluruh dunia
o Daerah
: Terutama pada daerah tropis,
meningkat pada daerah lembab.
Gejala : gejala subyektif keluhan gatal

terutama

jika

berkeringat, gejala obyektif makula hiperpigmentasi dengan


tepi yang lebih aktif. Lesi meluas pada daerah yang lebih
-

lembab.
Pemeriksaan Kulit
:
o Lokalisasi : Wajah anggota gerak atas dan bawah,
dada, punggung.
o Efloresensi : Lesi berbentuk makula plak merah
hiperpigmentasi dengan tepi aktif dab penyembuhan
sentral, pada tepi lesi ada papul-papul eritematosa
atau vesikel. Pada perjalanan kronik dapat dijumpai
likenifikasi, gambaran lesi dapat polisiklis anular atau

geografis
Pemeriksaan Laboratorium : Kerokan kulit dengan KOH 10%
dijumpai hifa
Penatalaksanaan
o Umum

Meningkatkan

kebersihan

badan,

menghindari pakaian yang tidak menyerap keringat


o Sistemik :
Antihistamin
Griseofulvin anak : 15-20mg/kgBB/ hari.

Dewasa 500-1000 mg/hari


Itrakonazol 100mg/2hari selama 2 minggu
Ketakonazol 200mg/hari selama 3 minggu

59

4. Tinea Manus
- Definisi : Adalah infeksi dermatofita pada tangan
- Penyebab
o Etilogi : T.mentagrophutes dan T.rubrunn
o Umur : Dapat menyerang semua umur
o Jenis kelamin: Pria dan wanita
o Bangsa
: Semua bangsa
o Daerah
: Daerah tropis mempertinggi infeksi
o Musim: panas dan lembab mempermudah jamur
masuk ke kulit
o Kebersihan : Kberesihan yang kurang dan keadaan
basah predisposisi infeksi
o Lingkungan : Rawa-rawa
-

yang

selalu

basah

mempermudah infeksi jamur


Gejala : Ada 2 tipe, yaitu vesikular meradang dan skuamosa
tak meradang, gambaran penyakit dapat berupa vesikelvesikel atau skuama dengan eritema yang berbatas tegas

disertai rasa gatal.


Pemeriksaan Kulit
o Lokalisasi : Mulai pergelangan tangan sampai ke ujung
jari
o Efloresensi : Makula eritematosa dengan tepi aktif,
berbatas tegas terdapat epitel atau skuama diatasnya.

Pemeriksaan Laboratorium
o Sinar wood : flouresensi kehijauan

60

o Pembiakan skuama dalam media sabouraud dalam 12 minggu menghasilkan pertumbuhan koloni ragi
o Kerokan kulit dengan larutan KOH 10% dapat terlihat
-

hifa.
Penatalaksanaan : Dapat diberikan preparat haloprogin,
tolnaftat, asam salisilat, dan preparat triazol baik dalam
bentuk tablet, krim maupun larutan.

5. Tinea Unguium (Onikomikosis)


- Definisi : Infeksi jamur dematofita pada kuku
- Penyebab
o Etilogi : T.mentagrophutes dan T.rubrunn
o Umur : Lebih sering dewasa, bersamaan denga tinea
o
o
o
o
o
o
-

Gejala

pedis et manus
Jenis kelamin: Pria dan wanita
Bangsa
: Semua bangsa
Daerah : Daerah tropis mempertinggi infeksi
Musim : Tidak jelas
Kebersihan : Orang yang bekerja di air kotor
Lingkungan : Lembab basah sering kontak dengan air
kotor.
: Keluhan utama berupa kerusakan kuku, kuku

menjadi suram, lapuk dan rapuh dan dimulai dari arah distal
-

atau proksimal, bagian yang bebas tampak menebal.


Pemeriksaan Kulit
o Lokalisasi : Semua kuku jari tangan dan kaki

61

o Efloresensi : Kuku menjadi rusak dan rapuh serta


suram warnanya, permukaan kuku menebal, dibawah
kuk tampak detritus yang mengandung jamur. Pada
infeksi ringan hanya dijumpai bercak-bercak putih dan
-

kasar dipermukaan kuku (leukonikia)


Pemeriksaan Laboratorium
o Kerokan kuku KOH 40%
o Biakan kerokan skuama dibawah/diatas

kuku

menghasilkan koloni jamur


Penatalaksanaan
o Umum : Meningkatkan higiene penderita
o Sistemik : Ge]risefulvin anak 15-20mg/kgBB/hari,
dewasa

500-1000mg/hari

selama

2-4minggu.

Itrakonazol gol terbinafin 2x100 mg/hari selama 36bulan.


o Topikal : Salep whitefield I,II. Kompres asam salisilat
5%, asam benzoat10%.

6. Tinea Kruris (ekzema marginatum)


- Definisi : Infeksi jamur dematofita pada kruris
- Penyebab
o Etilogi : E.floccosum , T.mentagrophutes dan
T.rubrunn
o Umur : Lebih sering dewasa
o Jenis kelamin: Pria lebih sering
o Bangsa
: Semua bangsa

62

o
o
o
o
-

Daerah
: Daerah tropis mempertinggi infeksi
Musim: Musim panas banyak berkeringat
Kebersihan : Kebersihan kurang diperhatikan
Lingkungan : Lembab basah sering kontak dengan

kotor.
Gejala : Gatal hebat pada daerah kruris lipat paha, lipatan
perineum, bokong dan dapat ke genital, ruam kulit berbatas
tegas, eritematosa dan bersisik, semakin hebat jika banyak

keringat.
Pemeriksaan Kulit
o Lokalisasi : Regio inguinalis bilateral simetris, meluas
ke perineum sekitar anus, intergluteal sampai ke
gluteus dapat pula meluas ke suprapubis dan
abdomen bagian bawah.
o Efloresensi : Makula eritematosa numular sampai
geografis, berbatas tegas dengan tepi lebih aktif terdiri
dari papula atau pustula, jika kronik makula menjadi

hiperpigmentasi dengan skuama diatasnya.


Pemeriksaan Laboratorium : Kerokan kulit daerah lesi dengan
KOH10% tampak hifa.
Penatalaksanaan
o Topikal : Salep atau krim antimikotik, Lokasi ini sangat
peka nyeri, jadi konsentrasi obat harus lebih rendah
dibandingkan lokasi lain, misalnya asam salisilat,
asam benzoat, sulfur dan sebagainnya.
o Sistemik : Diberikan jika lesi meluas dan kronik,
Griseofulvin 500-1000mg/hari selama 2-3 minggu
atau ketokonazol 100mg/hari selama 1 bulan.

63

7. Tinea Pedis (Athletes Foot)


- Definisi : Jamur superfisial pada pergelangan kaki, telapak
-

dan sela-sela jari kaki


Penyebab
o Etilogi :
Epidermophyton,
o
o
o
o
o
o

Tricophyton,

C.albicans
Umur : Semua umur
Jenis kelamin: Pria dan wanita
Bangsa
: Bangsa daerah tropis
Daerah
: Daerah tropis mempertinggi infeksi
Musim : Panas
Lingkungan : Panas lembab basah dan sepatu yang

sempit mempermudah infeksi


Gejala
o Tipe papulo skuamosa hiperkeratotik kronik
Jarang didapati vesikel dan pustul, sering pada tumit
dan tepi kaki sampai ke punggung kaki. Eritema pada
plak hiperkeratotik diatas daerah lesi yang mengalami
likenifikasi biasanyanya simetris jarang dikeluhkan dan
kadang tidak dikeluhkan penderita.
o Tipe interginosa kronik
Manifestasi klinis pada fisura pada jar-jari tersering
pada jari kaki ke 4 dan 5, basah dan maserasi disertai
bau yang tidak enak.
o Tipe subakut

64

Lesi intertriginosa berupa vesikel atau pustula, dapat


semakin ke punggung kaki dan tumit dengan eksudat
yang jernih kecuali jika mengalami infeksi sekunder.
Proses subakut dapat disertai selulitis, limfangitis,
limfadenitis dan erisipelas.
o Tipe akut
Gambaran lesi akut, eritema, edema, berbau. Lebih
sering

menyerang

priakondisi

hiperhidrosis

dan

maserasi pada kaki, stasis vaskular, dan bentuk


sepatu
-

yang

kurang

baik

terutama

merupakan

predisposisi untuk mengalami infeksi.


Pemeriksaan Kulit
o Lokalisasi : Interdigitalis antara jari 3-4 dan 5 serta
telapak kaki
o Efloresensi : Fisura pada sisi kaki, beberapa milimetr
sampai 0,5cm, sisik halus putih kecoklatan, vesikula
miler dalam, vesikopustul miliar sampai lentikular
pada telapak kaki dan sela jari, hiperkeratotik pada

telapak kaki.
Pemeriksaan Laboratorium
o Sinar wood : flouresensi kehijauan
o Pembiakan skuama dalam media

sabouraud

menghasilkan pertumbuhan koloni jamur


o Kerokan kulit dengan larutan KOH 10% dapat terlihat
-

hifa.
Penatalaksanaan
o Profilaksis sangat penting, mengeringkan kaki dengan
baik setiap habis mandi, kaus kaki selalu bersih dan
bentuk sepatu yang baik.
o Griseofulvin 500mg sehari selama 1-2 bulan
o Salep whitefield I atau II, tolnaftat dan toksiklat
o Obat golongan azol dan terbinafin

65

LESI ERITRO SQUAMOSA


1. Dermatitis Seboroik
- Definisi : Peradangan kulit pada daerah yang banyak
-

mengandung kelenjar sebasea


Penyebab

66

o Etilogi : Diduga akibat aktivitas kelenjar sebesea yang


o
o
o
o

meningkat
Umur : Pada orang dewasa
Jenis kelamin: Lebih sering pada pria
Bangsa
: Semua bangsa
Makanan : Lebih sering pada orang-orang yang suka

makan berlemak dan alkohol


o Iklim : Insiden meningkat pada musim dingin
o Keturunan : Tidak berpengarhu tapi cenderung
meningkat pada orang yang emosional
o Lingkungan : Yang menyebabkan kulit menjadi lembab
dan
-

maserasi

akan

lebih

mudah

menimbulkan

penyakit.
Gejala : Biasanya kulit penderita tampak berminyak dengan
kuman Pityrosporum ovale yang hidup komensal hidup di kulit
berkembang lebih subur, pada kepala tampak eritema dan
skuama halus sampai kasar (ketombe). Kulit tampak
berminyak dan menghasilkan skuama yang putih berminyak

pula, penderita akan mengeluh rasa gatal yang hebat.


Pemeriksaan Kulit
:
o Lokalisasi : Tempat-tempat yang banyak mengandung
kelenjar palit misalnya kulit kepala, belakang telinga,
alis mata, cuping hidung, ketiak, dada, antara skapula
dan daerah suprapubis.
o Efloresensi : Makula eritematosa yang ditutupi oleh
papul-papul miliar berbatas tak tegas dan squama
halus putih berminyak. Kadang ditemukan erosi
dengan

krusta

yang

sudah

mengering

bewarna

kekuningan.
Pemeriksaan Laboratorium
o Pemeriksaan mikroflora dari kulit kepala untuk melihat
Pityrosporum ovale
o Menentukan indeks mitosis pada kulit kepala yang
berketombe
67

Penatalaksanaan
o Umum : Hindari faktor yang memperberat makanan
berlemak dan stres emosi, perawatan rambut dicuci
dibersihkan dengan shampo
o Sistemik :
Antihistmanin H1 sebagai penenang dan anti

gatal
Vitamin B kompleks
Kortikosteroid oral dapat menurunkan insiden

dermatitis seboroika
Antibiotik seperti penisilin, eritromisisn pada

infeksi sekunder
Preparat azol
o Topikal
Cuci rambut dengan selenium sulfida atau
dengan larutan salisil 1% atau larutan belerang

2-4% atau dalam bentuk krim


Kortikosteroid topikal atau krim dapat memberi
kesembuhan sementara

68

2. Pitiriasis Rosea
- Definisi : Erupsi papoloskuamosa akut yang agak sering
dijumpai. Morfologi khas berupa makula eritematosa lonjong
dengan diameter terpanjang sesuai dengan lipatan kulit serta
-

ditutupi oleh skuama halus.


Penyebab
o Etilogi : Tidak diketahui
o Umur : Semua umur
o Jenis kelamin: Pria dan wanita
o Bangsa
: Semua bangsa
o Iklim : Insiden meningkat pada musim hujan
o Keturunan : Tidak berpengaruh
o Lingkungan : Lebih sering pada cuaca dingin
Gejala : Timbul bercak seluruh tubuh terutama pada daerah
yang tertutup pakaian bulat panjang mengikuti lipatan kulit.
Diawali suatu bercak yang besar disekitarnya terdapat bercak
agak kecil ukuran bercak dari ukuran seujung jarum pentul
sampai sebesar uang logam, dapat didahului oleh gejala

69

prodromal ringan seperti badan lemah, sakit kepala dan sakit


-

tengorokan.
Pemeriksaan Kulit
o Lokalisasi : Dapat tersebar diseluruh tubuh, terutama
pada tempat yang tertutup pakaian
o Efloresensi : Makula eritroskuamosa anular dan
soliter, bentuk lonjong denga tepi hampir tidak nyata
meninggi dan bagian sentral bersisik agak berkeringat.
Sumbu panjang lesi sesuai dengan garis lipatan kulit
dan kadang menyerupai gambaran pohon cemara. Lesi
biasanya soliter, bentuk oval, anular, berdiameter 2-

6cm.
Pemeriksaan Laboratorium
o Karena dapat menyerupai sifilis stadium II, perlu
pemeriksaan serologis
o Pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH 10%
Penatalaksanaan
o Sistemik : Anti gatal antihistamin seperti klortrime 3x1
tab, Roborantintia Vitamin B12 1000mg/hari
o Topikal : Bedak kocok yang mengandung asam
salisilat 2% atau mentol 1%

70

71

Anda mungkin juga menyukai