Anda di halaman 1dari 10

JTM Vol. XVIII No.

3/2011

ANALISIS INJEKSI CO2 KE DALAM RESERVOIR GAS DAN AQUIFER


UNTUK MENINGKATKAN FAKTOR PEROLEHAN GAS
Lucky Bagus Waskito1, Sutopo1
Sari
Injeksi gas CO2 ke dalam reservoir gas alam dapat menyimpan gas lebih besar dibandingkan dengan reservoir minyak
terproduksi dengan nilai volume pori hidrokarbon awal yang sama, karena gas dapat dimampatkan hingga tiga puluh kali
lebih besar dari pada minyak atau air. Tujuan dari studi ini adalah untuk memperkenalkan metode sederhana dari mekanisme
injeksi CO2 ke dalam reservoir gas untuk meningkatkan faktor perolehan gas dan mengisi reservoir dengan gas CO2
menggunakan GEM (Generalized Equation-of-state Model compositional reservoir simulator). Aplikasi dari studi ini akan
memberikan kontribusi dalam penurunan emisi gas CO2 di atmosfer, sehingga sangat berguna dalam meminimalisir
peningkatan emisi gas rumah kaca selama aktivitas industri minyak dan gas berlangsung.Dalam studi ini dibangun model
reservoir homogen berpola inverted 5-spot dengan luas 40 acres dan tebal 150 ft. Hasil simulasi dari injeksi CO2 ketika
reservoir telah terproduksi dan ketika injeksi dilakukan bersamaan dengan waktu produksi sebagai pressure maintenance
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan faktor perolehan gas hingga 7,3%. Injeksi CO2 akan dihentikan ketika konsentrasi
gas CO2 dalam gas yang terproduksi mencapai 20%, atau disebut sebagai waktu penerobosan. Titik perforasi sumur injeksi
CO2 dilakukan pada zona gas dan zona air, untuk melihat bagaimana pengaruh kelarutan CO2 dalam air terhadap
peningkatan faktor perolehan gas dan penyimpanan CO2 dalam reservoir.

Kata kunci: injeksi gas CO2, pressure maintenance, reservoir terproduksi, waktu penerobosan, peningkatan faktor perolehan
gas

Abstract
CO2 injection into a natural gas reservoir could add more gas storage rather than an injection into a producing oil reservoir
with the same initial hydrocarbon pore volume.This situation is caused by the gas character itself, which could be compressed
up to thirty times greater than oil and water. In the other hand, the purpose of this study is to introduce a simple kind of
method contrasting the mechanism of CO2 injection into a reservoir to increase the gas recovery factor and to fill up the
reservoir with CO2 gasses using Generalized Equation-of-state Model compositional reservoir Simulator or abbreviated as
GEM. The application of this study will contribute to reduce the CO2 gas emission in the atmosphere and it would be really
useful in minimizing the increase of greenhouse gas emission during activities by oil and gas industries.Within this study, it
was created a homogeneous reservoir model with an inverted 5-spot pattern with an area about 40 acres and thickness around
150 feet. The simulation results from the CO2 injection when the reservoir have been producing (abandon reservoir) and when
the injection took place as the pressure maintenance along with the production was done simultaneously. Contrasting to these
2 simulations and its results, it was found out that,the usage of CO2 injection had successfully increased the gas recovery
factor up to 7.3 percent from its previous natural displacement. According to the simulation study, the CO2 injection will be
stopped when the concentration of CO2 in the producing gas had achieved 20 %, will be referred as the breakthrough time.
The perforation point of the CO2 injection well are perforated at the gas zone and water zone, it is to see how the influence of
CO2 solubility in water affects the increasing recovery factor of gas and the amount of CO2 storage inside the reservoir.

Keywords: CO2 gas injection, pressure maintenance, abandon reservoir, breakthrough time, enhanced gas recovery
1)
Program Studi Teknik Perminyakan, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB,
Jl. Ganesa No. 10 Bandung 40132, Telp.:+62-22-2504955, Fax.:+62-22-2504955, Email: luckybagusw@yahoo.com

I. PENDAHULUAN (sulfur hexafluoride) dalam atmosfer bumi.


1.1 Latar Belakang Hasilnya lebih banyak energi panas yang tertahan
Pemanasan global dan perubahan iklim dan terjebak dalam lapisan bawah atmosfer bumi,
merupakan isu lingkungan paling penting saat ini. menyebabkan meningkatnya temperatur
Pemanasan global dapat menyebabkan perubahan permukaan bumi.
secara fisik maupun biologis pada bumi ini,
seperti melelehnya glester di kutub utara dan Untuk mengatasi pengaruh dari pemanasan global
selatan bumi, peningkatan level permukaan air banyak usaha dan kerjasama yang dilakukan oleh
laut, cuaca ekstrim, meningkatnya kekeringan, berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia.
banjir, dan kekacauan ekosistem. Menurut Indonesia telah mensahkan konvensi perubahan
Intergovermental Panel on Climate Change iklim pada bulan Agustus tahun 1994 aksi No.6
(IPCC), aktivitas manusia seperti pembakaran tahun 1994 dan Protokol Kyoto aksi No.17 tahun
bahan bakar fosil, penggunaan lahan, pertanian, 2004. Pemerintah indonesia juga berkomitmen
aktivitas industri, dll. Merupakan pemicu untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar
terjadinya pemanasan global. Aktivitas manusia 26% pada tahun 2020 dibandingkan dengan
sangat menunjang peningkatan konsentrasi emisi kondisi saat ini (BAU = Business As Usual), dan
gas rumah kaca seperti CO2 (Karbon dioksida), 41% dengan bantuan dari luar negeri. Emisi
CH4 (metana), N2O (nitro oksida), PFC nasional di Indonesia sebesar 1.377 Mton CO2
(perfluocarbon), HFC (hydrofluocarbon), dan SF6 pada tahun 2000 dan 1.991 CO2 Mton pada tahun

135
Lucky Bagus Waskito, Sutopo
TMNo.4/
2005 (Susandi et al., 2007). Sumber emisi gas dengan cara lain CO2 diinjeksikan bersamaan
rumah kaca ini berasal dari pembakaran hutan dan dengan waktu produksi untuk menjaga tekanan
lahan (56-60%), energi (18-20%), pembuangan reservoir agar penurunan tekanannya terjadi lebih
(8-11%), pertanian (4-5,5%), dan industri (2-3%). lama. Selain itu injeksi CO2 dapat menghindarkan
penurunan permukaan tanah, dan juga
Tabel 1. Lima negara kontributor gas rumah kaca meminimalisir potensi peningkatan emisi karbon
dan produksi emisi terbesar tahun 2005. dioksida pada atmosfer shingga dapat
Total% Total GHG berkontribusi pada komitmen pemerintah untuk
Negara emisi global emisi per menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 26%
per tahun kapita(ton) pada tahun 2020.
Cina 17% 5,8
Amerika 16% 24,1 Konsep injeksi CO2 sebagai metode untuk
Uni Eropa 11% 10,6 meningkatkan faktor perolehan gas sudah ada dari
Indonesia 6% 12,9 sekitar 10 tahun yang lalu. Walaupun belum
India 5% 2,1 pernah diuji dilapangan pada saat itu, dan masih
jarang aplikasinya hingga saat ini, ada dua alasan
Terdapat beberapa jenis dari gas rumah kaca, yang melatarbelakangi hal ini. Pertama, CO2
tetapi yang paling umum dikenal adalah karbon masih merupakan komoditi yang mahal, teknologi
dioksida dan metana. Kebanyakan karbon penangkapan dan penyimpanannya pun belum
dioksida dalam udara berasal dari pembakaran umum, sehingga memerlukan biaya besar untuk
hidrokarbon dan gas pembuangan, sedangkan penelitian dan aplikasinya, alasan kedua adalah
metana bisa berasal dari kebocoran produksi kekhawatiran pencampuran yang berlebihan
sumur gas, batu bara, atau sumur minyak. antara CO2 dengan gas alam utama yang dapat
Walaupun konsentrasi metana di udara rendah, mengakibatkan penurunan tingkatan kualitas gas
efek gas rumah kaca (potensi pemanasan global) alam itu sendiri.
yang disebabkan oleh metana mencapai 21 kali
lebih besar dibandingkan efek dari emisi karbon 1.3 Tujuan Penelitian
dioksida (potensi pemanasan global). Indonesia Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
termasuk dalam 5 negara terbesar penghasil emisi memperkenalkan metode sederhana dari
gas rumah kaca (PA Goverment Services Inc, mekanisme injeksi CO2 ke dalam reservoir gas
2005). Tabel 1 menunjukan 5 negara kontributor dan aquifer dengan tujuan untuk meningkatkan
terbesar terhadap emisi gas rumah kaca dan faktor perolehan gas dan menyimpan gas CO2 ke
jumlah emisi terproduksi tahun 2005. dalam reservoir menggunakan GEM (Generalized
Equation-of-state Model compositional reservoir
Injeksi CO2 ke dalam resrvoir minyak dan gas simulator).
bisa memberikan banyak keuntungan dalam
meningkatkan produksi minyak dan gas bumi, II. METODOLOGI PENELITIAN
menghindarkan penurunan permukaan tanah, dan Dalam penelitian ini ingin diketahui bagaimana
juga meminimalisasi potensi peningkatan emisi pengaruh dari injeksi CO2 ke dalam reservoir gas,
karbon dioksida pada atmosfer. Salah satu menggunakan GEM (Generalized Equation-of-
pembuangan dalam bentuk injeksi CO2 pada state Model compositional reservoir simulator),
reservoir terbesar berada di North Sea, sebanyak 1 yaitu simulator komersial yang sudah umum
juta ton CO2 per tahun dipisahkan dari produksi digunakan dalam industri perminyakan dengan
gas bumi yang berasal dari lapangan Sleipner Vest tujuan utama meningkatkan faktor perolehan gas.
lalu diinjeksikan kedalam aquifer Utsira. Saat ini Sehingga kita akan membandingkan hasil simulasi
kasus yang sama akan coba diaplikasikan untuk antara model tanpa injeksi CO2, model injeksi
lapangan gas Natuna di Indonesia yang CO2 dengan waktu injeksi bersamaan dengan
mengandung 50 TSCF gas dan 70% nya waktu produksi untuk menjaga tekanan reservoir,
mengandung karbon dioksida (Jeong, et al., 2004). dan model injeksi CO2 dengan waktu injeksi
setelah reservoir diproduksi ketika tekanan dasar
1.2 Keuntungan Injeksi CO2 sumur turun (Tabel 2). Pada setiap model injeksi
Injeksi dan penyimpanan CO2 ke dalam reservoir CO2 ini dilakukan 2 titik perforasi, yaitu perforasi
gas akan sangat menarik jika pada prosesnya juga pada zona gas (di atas garis Gas Water Contact)
dapat mendatangkan keuntungan dari segi dan perforasi pada zona aquifer (dibawah garis
ekonomi. Seiring dengan jalannya produksi gas, Gas Water Contact).
tekanan reservoir secara perlahan akan turun
hingga tekanan tertentu yang menyebabkan gas Simulasi dilakukan dari tahun 2011 hingga tahun
mulai sulit diproduksikan secara alami, di saat 2050 dengan tekanan reservoir depleted
inilah CO2 bisa diinjeksikan ke dalam reservoir sebesar1000 psi dan disimulasikan dengan 3 laju
untuk meningkatkan faktor perolehan, atau alir injeksi CO2 yang berbeda, sehingga bisa

136
Analisis Injeksi CO2 ke Dalam Reservoir Gas dan Aquifer untuk Meningkatkan Faktor Perolehan Gas

diketahui bagaimana pengaruh injeksi CO2 ketika 20% CO2 ikut terproduksi, massa CO2 yang
terhadap faktor perolehan gas, peningkatan dapat diinjeksikan, dan massa CO2 yang
produksi kumulatif CH4, waktu penerobosan tersimpan di reservoir.

Tabel 2. Skenario simulasi


Laju alir injeksi Zona perforasi Tekanan
Kasus Waktu injeksi
CO2 (ft3/day) sumur injeksi reservoir (Psi)
1 tanpa injeksi CO2 - - 3045
2 awal produksi 3045
Zona Gas
3 setelah produksi 1000
50000
4 awal produksi 3045
Zona Aquifer
5 setelah produksi 1000
6 awal produksi 3045
Zona Gas
7 setelah produksi 1000
100000
8 awal produksi 3045
Zona Aquifer
9 setelah produksi 1000
10 awal produksi 3045
Zona Gas
11 setelah produksi 1000
500000
12 awal produksi 3045
Zona Aquifer
13 setelah produksi 1000

2.1 Model Fluida dan Reservoir


Karbon dioksida akan berperan sebagai fluida
superkritis pada tekanan dan temperatur tertentu
di lapangan. Fluida superkritis memiliki densitas
seperti liquid dan difusivitas bisa seperti gas
ataupun liquid tergantung pada perubahan tekanan
dan temperatur di lapangan (Gambar 1). Karbon
dioksida memiliki temperatur kritis 31°C (88°F)
dan tekanan kritis sebesar 7,28 Mpa (1070) psia.

Untuk mensimulasikan injeksi CO2 ke dalam


reservoir dibangun sebuah model tiga dimensi Gambar 1. Plot diagram fasa semi-log CO2 untuk
dengan pola injeksi inverted 5-spot pattern menunjukkan bahwa CO2 merupakan fluida
dengan kedalaman reservoir 7.000 ft dan luas area superkritis dalam reservoir gas alam (Oldenburg,
40 Ha (tebal 150 ft: 15 ft x 10 layers) (Gambar 2), 2002)
grid didisain lebih kecil pada sekitar titik sumur
injeksi dan produksi bertujuan agar model aliran
fluida bisa terbaca lebih akurat (Gambar 3).

Sumur injeksi diperforasi pada bagian dasar layer


zona gas (layer 5) untuk kasus injeksi pada zona
gas dan diperforasi pada zona aquifer (layer 8)
untuk kasus injeksi zona aquifer, sedangkan
sumur produksi diperforasi pada bagian atas layer
zona gas (layer 1). Injeksi CO2 pada kedalaman
yang relatif lebih dalam dari sumur produksi akan
bisa mengurangi CO2 upconing dan mixing
(proses pencampuran).

Proses pencampuran dicegah oleh perbedaan


massa jenis yang kontras yang menyebabkan Gambar 2. Lokasi sumur produksi dan sumur injeksi
karbon dioksida mengisi reservoir dari arah bawah
ke atas dan membuat gerakan penyapuan yang
efektif dalam arah vertikal dan lateral.

137
Lucky Bagus Waskito, Sutopo
TMNo.4/
CO2 memiliki beberapa karatkeristik yang menarik
dan dapat menguntungkan dalam hal peningkatan
faktor perolehan gas. Beberapa karakteristik yang
dimaksud adalah:

 Densitas CO2 lebih besar 2 sampai 6 kali dari


densitas CH4 pada kondisi reservoir, sehingga
pendesakan bisa dilakukan.
 Rasio mobilitas CO2 lebih rendah (lebih kental)
dibandingkan CH4, sehingga proses pendesakan
dapat terjadi dengan stabil.
 Kelarutan CO2 dalam air lebih tinggi dari
kelarutan CH4, menyebabkan CO2akan
Gambar 3.Grid model reservoir tercampur lebih banyak dalam formasi air,
sehingga akan menunda waktu pencampuran
Ada beberapa asumsi yang berlaku dalam simulasi CO2 dengan metana.
ini, yaitu tekanan awal reservoir sebesar 3.045 psia
yang ditentukan berdasarkan gradien tekanan Sifat yang dimiliki CH4 dan CO2 ini akan
hidrostatik (0,435 psia/ft x 7.000 ft), dan temperatur meningkatkan efektifitas dari proses peningkatan
reservoir 152 °F berdasarkan gradien geothermal (75 faktor perolehan gas pendesakan CH4 yang stabil.
°F + 0,011 °F/ft x 7.000 ft). Selain itu asumsi
permeabilitas arah-x sama dengan permeabilitas III. HASIL DAN PEMBAHASAN
arah-y sebesar 50 md, sedangkan permeabilitas arah- 3.1 Injeksi CO2
z diasumsikan sebesar 5 md, dan porositas sebesar Seperti kita ketahui bersama bahwa injeksi gas CO2
0,23 (Tabel 3). ke dalam reservoir memiliki banyak keuntungan,
selain mengurangi emisi gas rumah kaca injeksi CO2
Tabel 3. Karakteristik model simulasi ternyata juga bisa meningkatkan perolehan,
Sifat Satuan Kasus khususnya pada lapangan gas dalam pembahasan
Area inverted five spot kita. Semakin banyak CO2 yang dapat diinjeksikan
acres 40 ke dalam reservoir maka akan semakin baik bagi
pattern
Tebal ft 150 kontribusi pengurangan emisi gas rumah kaca.
berdasarkan hasil simulasi, CO2 bisa diinjeksikan
Layers - 10
hingga 84.039.700 lb dengan laju alir 500.000
Voume Bulk ft3 2,61x 108 ft3/day selama 6.890 hari, yaitu kasus injeksi CO2
Volume Pori ft3 1,51 x 108 untuk menjaga tekanan reservoir dengan titik injeksi
pada zona aquifer. Jika ingin melakukan injeksi CO2
Porositas fraction 0,23
sebanyak-banyaknya ke dalam reservoir maka
Permeabilitas arah-X,
md 50 model inilah yang bisa kita pilih, tetapi ada
Y
pertimbangan lain berupa jumlah CO2 yang ikut
Permeabilitas arah-Z md 5 terproduksi, kemampuan peningkatan faktor
Temperatur °F 152 perolehan, dan ketersediaan CO2 itu sendiri.
Tekanan awal
psia 3.045
reservoir Perbedaan jumlah CO2 yang terinjeksikan terhadap
Initial Gas In Place 3 10 laju alir terlihat sangat jelas pada grafik massa
ft 1,34 x 10
(IGIP) kumulatif CO2 yang diinjeksikan terhadap laju alir
injeksi (Gambar 4), besarnya laju alir injeksi CO2
Pada model injeksi setelah reservoir terproduksi, akan berbanding lurus terhadap besarnya jumlah
besar tekanan abandon ditentukan sebesar 1.000 psi, CO2 yang diinjeksikan, perbedaan jumlah injeksi
dekat dengan tekanan kritis CO2, hal ini sengaja laju alir 50.000 ft3/day dengan 100.000 ft3/day tidak
dilakukan karena CO2memiliki kompresibilitas terlalu besar jika dibandingkan dengan jumlah
efektif yang tinggi dekat dengan tekanan kritisnya injeksi dengan laju alir 500.000 ft3/day. Waktu
(1.070 psi), selain itu densitas CO2 juga berubah injeksi juga sangat berpengaruh dalam jumlah CO2
drastis pada tekanan dan temperatur kritisnya. yang dapat diinjeksikan. Model dengan injeksi
Sehingga pendesakan CH4 oleh CO2 diharapkan bersamaan pada saat sumur berproduksi mampu
akan berjalan dengan maximal pada keadaan menginjeksikan CO2 lebih banyak sebelum
tekanan abandon sebesar 1.000 psi. mencapai waktu penerobosannya, dibandingkan
dengan injeksi setelah reservoir diproduksikan
2.2 Properti Fisik CO2 dan CH4 karena pada keadaan ini reservoir telah kosong dan
Walaupun pada kenyataannya gas alam dan CO2 CO2 akan lebih bebas bergerak hingga ikut
akan bercampur pada tekanan tertentu, sistem CH4- terproduksikan kembali.

138
Analisis Injeksi CO2 ke Dalam Reservoir Gas dan Aquifer untuk Meningkatkan Faktor Perolehan Gas

500000
450000 Model #1, waktu
laju alir injeksi CO2 (ft3/day) injeksi CO2 ketika
400000
tekanan reservoir
350000 turun (depleted)
300000
250000
200000
Model #2, waktu injeksi
150000
CO2 dari awal sumur
100000 mulai diproduksi
50000 (pressure maintenance)
0
20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000 90000
massa injeksi CO2 (lb) (x 1000)
perforasi zona gas (depleted) perforasi zona aquifer (depleted)
perforasi zona gas (pressure maintenance) perforasi zona aquifer (pressure maintenance)

Gambar 4.Massa kumulatif CO2 yang diinjeksikan terhadap laju alir injeksi

3.2 Massa Kumulatif CO2 yang Tersimpan dalam maintenance). Penerobosan (breakthrough) terjadi
Reservoir ketika konsentrasi CO2 yang ikut terproduksi
CO2 yang diinjeksikan ke dalam reservoir pada mencapai 20% dari total produksi gas, yang paling
suatu saat akan ikut terproduksi, dan ketika mempengaruhi waktu penerobosan adalah besarnya
kandungan CO2 yang terproduksi mencapai 20% laju alir injeksi gas CO2 dan besarnya tekanan dasar
injeksi akan dihentikan. Jumlah CO2 yang sumur, semakin besar laju alir injeksi dan semakin
diinjeksikan dikurangi dengan jumlah CO2 yang kecil tekanan dasar sumur maka akan semakin cepat
terproduksi adalah jumlah CO2 yang tersimpan di juga penerobosan terjadi, selanjutnya adalah titik
dalam reservoir. Semakin banyak jumlah CO2 yang perforasi injeksi, semakin dekat titik injeksi dengan
tersimpan akan semakin baik dalam hal sumur produksi maka semakin cepat juga waktu
pengurangan emisi gas rumah kaca. Dari 12 kasus penerobosan terjadi (Gambar 6).
injeksi CO2 yang disimulasikan, efisiensi
penyimpanan CO2 dalam reservoir terburuk adalah Waktu penerobosan pada model pertama terjadi
sebesar 97,78%, artinya dari 100% CO2 yang lebih cepat, karena pada model ini sebagian besar
diinjeksikan 97,78% nya ikut terproduksi. Ini terjadi fluida reservoir sudah terangkat ke permukaan dan
pada kasus injeksi CO2 setelah reservoir terproduksi, tekanan reservoir juga sudah turun hingga 1000 psi,
dengan laju alir injeksi 50.000 ft3/day. Sedangkan kondisi seperti ini akan sangat memudahkan CO2
efisiensi terbaik sebesar 75,98% atau sebanyak yang diinjeksikan untuk bergerak lebih bebas dalam
63.856.214 lb CO2 tersimpan, pada kasus injeksi reservoir, mendorong CH4, dan akhirnya ikut
CO2 untuk menjaga tekanan reservoir, dengan titik terproduksikan hingga 20%, lalu injeksi dihentikan.
perforasi pada zona aquifer. Berdasarkan waktu Titik perforasi juga berpengaruh dalam lamanya
injeksinya dapat terlihat bahwa injeksi yang waktu penerobosan, perforasi yang dilakukan pada
dilakukan setelah reservoir diproduksikan memiliki zona gas mengakibatkan waktu penerobosan terjadi
kemampuan yang kurang baik dalam hal lebih cepat, karena jarak titik perforasinya lebih
penyimpanan CO2 dalam reservoir (Gambar 5). dekat dengan titik produksi, sedangkan injeksi pada
Tetapi bisa disimpulkan bahwa injeksi CO2 yang zona aquifer jarak titik perforasinya lebih jauh dan
diperforasi pada zona aquifer memiliki kemampuan ada efek kelarutan CO2 dalam air. Waktu
penyimpanan lebih baik daripada injeksi yang penerobosan tercepat pada model pertama adalah
diperforasi pada zona gas, karena adanya efek 811 hari, yaitu kasus injeksi pada zona gas dengan
kelarutan CO2 dalam air., terutama dalam kondisi laju alir terbesar, yaitu 500.000 ft3/day, sedangkan
tekanan rendah. waktu penerobosan terlama dalam model pertama
adalah 5.707 hari, kasus injeksi pada zona aquifer
3.3 Waktu Penerobosan dengan laju alir terkecil 50.000 ft3/day.
Metode injeksi dilakukan dengan dua waktu injeksi
yang berbeda. Pertama, injeksi dilakukan setelah Waktu penerobosan pada model kedua terjadi lebih
beberapa tahun sumur berproduksi ketika tekanan lambat, karena injeksi dilakukan ketika belum ada
reservoir turun (depleted) hingga mencapai tekanan fluida reservoir yang terangkat dan tekanan reservoir
abandon yang ditentukan sebesar1.000 psi. Kedua, masih sebesar 3,04 psi, reservoir yang masih dalam
injeksi dilakukan dari awal sumur mulai diproduksi kondisi awal ini menyebabkan CO2 sulit bergerak
yang bertujuan untuk menjaga tekanan (pressure dan mengakibatkan waktu penerobosan yang lebih

139
Lucky Bagus Waskito, Sutopo
TMNo.4/
lama. Waktu penerobosan tercepat pada model Kesimpulannya titik injeksi CO2 berpengaruh
kedua ini adalah 5.844 hari, lebih lama dari waktu terhadap waktu penerobosan, tetapi pengaruhnya
penerobosan terlama model pertama (5.707 hari). tidak sebesar waktu injeksi, perbedaan waktu
Pengaruh titik injeksi terhadap waktu penerobosan penerobosan terbesar bisa dilihat pada kasus injeksi
juga berlaku pada model kedua, injeksi pada zona zona aquifer dengan laju alir injeksi 500.000 ft3/day.
gas akan menghasilkan waktu penerobosan yang Waktu penerobosan model pertama 995 hari,
lebih cepat, dan injeksi pada zona aquifer sedangkan waktu penerobosan model kedua 6.890
menghasilkan waktu penerobosan paling lama, yaitu hari, perbedaannya sebesar 5.895 hari dengan
8.243 hari dengan laju alir sebesar 50.000 ft3/day. kriteria laju alir dan titik perforasi yang sama.

500000
Model #1, waktu
Laju alir injeksi CO2 (ft3/day)

450000
injeksi CO2 ketika
400000
tekanan reservoir
350000
turun (depleted)
300000
250000
200000
Model #2, waktu
injeksi CO2 dari
150000
awal sumur mulai
100000 diproduksi (pressure
50000 maintenance)
0
20000 25000 30000 35000 40000 45000 50000 55000 60000 65000 70000
massa CO2 tersimpan (lb) (x 1000)
perforasi zona gas (depleted) perforasi zona aquifer (depleted)
perforasi zona gas (pressure maintenance) perforasi zona aquifer (pressure maintenance)

Gambar 5. Massa kumulatif CO2 yang tersimpan dalam reservoir

500000
450000 Model #1, waktu Model #2, waktu injeksi
laju alir injeksi CO2 (ft3/day)

injeksi CO2 ketika CO2 dari awal sumur


400000
tekanan reservoir turun mulai diproduksi (pressure
350000 (depleted) maintenance)
300000
250000
200000
150000
100000
50000
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
waktu penembusan (hari) (x 1000)
bhp 1000 psi gas zone bhp 1000 psi aquifer zone
bhp 1000 psi pressure maintenance gas zone bhp 1000 psi pressure maintenance aquifer zone

Gambar 6.Waktu penerobosan 20% CO2 terproduksi

3.4 Produksi Kumulatif CH4 terdorong ke permukaan. Dengan laju alir injeksi
Injeksi CO2 akan meningkatkan produksi kumulatif yang besar (500.000 ft3/day) memungkinkan
CH4, besarnya peningkatan tergantung dari metode penyapuan CH4 yang lebih besar juga, tanpa adanya
injeksi yang digunakan, dapat dilihat dari hasil injeksi, produksi kumulatif CH4 sebesar
simulasi pada Tabel 4, dimana waktu injeksi sangat 526.228.000 (lb). Sedangkan jika dilakukan injeksi
berpengaruh dalam peningkatan produksi kumulatif produksi kumulatif bisa meningkat hingga
CH4. Injeksi yang dilakukan setelah reservoir 561.828.000 (lb), dimana peningkatannya adalah
terproduksi dapat meningkatkan produksi kumulatif sebesar 35.600.000 (lb) dengan titik injeksi pada
lebih baik daripada injeksi yang dilakukan zona gas. Titik perforasi sumur injeksi yang berada
bersamaan dengan waktu produksi. Kondisi pada zona gas mampu meningkatkan produksi
reservoir setelah diproduksikan memiliki tekanan kumulatif lebih baik dibandingkan dengan injeksi
yang kecil dan sudah sebagian besar fluidanya pada zona aquifer (Gambar 7) karena kita bisa
terproduksikan secara alami, hal ini menyebabkan mengabaikan efek kelarutan CO2 dalam air dan CO2
CO2 akan bergerak lebih bebas, sehingga penyapuan akan mendorong CH4 secara langsung ke
menjadi lebih luas dan lebih banyak CH4 yang bisa permukaan.

140
Analisis Injeksi CO2 ke Dalam Reservoir Gas dan Aquifer untuk Meningkatkan Faktor Perolehan Gas

Tabel 4. Hasil simulasi


Laju alir Kumulatif
Waktu Kumulatif Produksi
injeksi Titik CO2 Faktor
Kasus Penerobosan injeksi CO2 Kumulatif
CO2 Perforasi Tersimpan Perolehan (%)
(hari) (lb) CH4 (lb)
(ft3/day) (lb)
1 - - - - - 526228000 92.2529

2 4651 26977100 26379712 559436000 98.5806


11 11 5
3 8036 45274000 39699100 557861400 97.0001
50000
4 5707 33301200 31543550 559196000 98.3594
11 11 8
5 8243 58172600 43154120 557317000 96.8081

6 2501 32507800 30024190 560542000 98.74036


11 11 5
7 6643 56274000 46420100 558105000 97.3025
100000
8 3010 37194000 36098350 560099000 98.5501
11 11 8
9 6044 68065400 52431120 557622000 97.0729

10 811 51573700 36277800 561828000 99.5936


11 11 5
11 5844 77512200 57892837 559224900 98.4006
500000
12 995 56274000 42281500 561275000 99.4235
11 11 8
13 6890 84039700 63856214 558789000 98.2257

500000
Model #2, waktu Model #1, waktu
450000
injeksi CO2 dari injeksi CO2
Laju alir injeksi CO2 (ft3/day)

400000
awal sumur mulai ketika tekanan
350000 diproduksi (pressure reservoir turun
maintenance) (depleted)
300000
250000
200000
150000
100000
50000
0
557000 558000 559000 560000 561000 562000 563000
CH4 production cumm (lb) (x 1000)
bhp 1000 psi gas zone bhp 1000 psi aquifer zone
bhp 1000 psi pressure maintenance auifer zone bhp 1000 psi pressure maintenance gas zone

Gambar 7. Peningkatan produksi kumulatif CH4 terhadap laju alir injeksi CO2

3.5 Faktor Perolehan Gas injeksi pada zona gas dengan laju alir 500.000
Setelah simulasi dihentikan pada tahun 2050, ft3/day dengan waktu selama 811 hari dan injeksi
peningkatan faktor perolehan tertinggi yang bisa dilakukan setelah reservoir diproduksikan.
dicapai adalah sebesar 7,3 % (Gambar 8) Peningkatan faktor perolehan sangat berpengaruh
dibandingkan dengan faktor perolehan tanpa terhadap laju alir, waktu injeksi, dan titik
injeksi,atau jika dihitung dalam massa gas sebesar injeksi.Semakin besar laju alir injeksi maka semakin
35.600.000 (lb). Angka ini didapat dari model besar juga peningkatan faktor perolehan.

141
Lucky Bagus Waskito, Sutopo
TMNo.4/

100
99
98
97
injeksi CO2 dihentikan
96
Faktor Perolehan

95
94
93
92
91
90
mulai injeksi CO2
89
88
87
09/12/2025 04/09/2028 01/06/2031 25/02/2034 21/11/2036 18/08/2039 14/05/2042 07/02/2045 04/11/2047 31/07/2050 26/04/2053
Waktu (tanggal)
INJ CO2 depleted Gas Zone 50.000ft3/day Without CO2 INJ
Gambar 8. Perbandingan faktor perolehan dengan dan tanpa injeksi CO2

500000
450000
Model #2, waktu injeksi
400000
CO2 Injection rate (ft3/day)

CO2 dari awal sumur mulai


diproduksi (pressure Model #1, waktu
350000
maintenance) injeksi CO2 ketika
300000 tekanan reservoir turun
(depleted)
250000
200000
150000
100000
50000
0
96.50% 97.00% 97.50% 98.00% 98.50% 99.00% 99.50% 100.00%
bhp 1000 psi gas zone Faktor perolehan bhp 1000 psi aquifer zone
bhp 1000 psi pressure maintenance gas zone bhp 1000 psi pressure maintenance aquifer zone

Gambar 9. Perbandingan faktor perolehan terhadap laju alir injeksi CO2

100
99
98
97
96
Recovery Factor

95
injeksi CO2 dihentikan
94
93
92
91
90 titik perpotongan
89
88
tanpa injeksi CO2 Dengan injeksi CO2
87
09/12/2025 04/09/2028 01/06/2031 25/02/2034 21/11/2036 18/08/2039 14/05/2042 07/02/2045 04/11/2047 31/07/2050 26/04/2053
Waktu (tanggal)
Gambar 10. Faktor perolehan model dengan waktu injeksi bersamaan dengan waktu produksi

142
Analisis Injeksi CO2 ke Dalam Reservoir Gas dan AquiferUntuk Meningkatkan Faktor Perolehan Gas

mencapai 63.856.214 lb. Hal yang berpengaruh


dalam studi simulasi ini adalah waktu injeksi,
laju alir injeksi, dan titik injeksi.
2. Injeksi yang dilakukan bersamaan dengan
waktu produksi sumur untuk menjaga tekanan
reservoir memiliki waktu penerobosan yang
lebih lama dibanding injeksi CO2 setelah
tekanan reservoir turun. Sehingga jumlah CO2
yang diinjeksikan dan tersimpan dalam
reservoir lebih besar, tetapi peningkatan faktor
perolehannya tidak terlalu besar.
3. Laju alir injeksi CO2 sangat berpengaruh
dalam simulasi ini, baik dalam hal
Gambar 11. Distribusi saturasi gas pada kondisi pengingkatan faktor perolehan maupun
awal reservoir penyimpanan CO2 dalam reservoir. Semakin
besar laju alir injeksi CO2, akan semakin besar
kemungkinan CO2 tersimpan dalam reservoir,
dan semakin besar laju alir CO2 peningkatan
faktor perolehan akan lebih besar juga.
4. Titik injeksi CO2 pada zona aquifer
menghasilkan peningkatan faktor perolehan
yang lebih kecil dibandingkan injeksi CO2
pada zona gas, tetapi waktu penerobosannya
lebih lama dan massa total CO2 yang
diinjeksikan besar jumlahnya, menyebabkan
massa kumulatif CO2 yang tersimpan dalam
reservoir menjadi lebih banyak.

4.2 Saran
Gambar 12. Distribusi saturasi gas pada kondisi 1. Untuk mendapatkan peningkatan faktor
akhir dilakukan simulasi perolehan gas yang besar sebaiknya melakukan
injeksi CO2 pada zona gas, dan waktu injeksi
Titik injeksi dan waktu injeksi akan saling dilakukan setelah tekanan reservoir turun,
mempengaruhi, injeksi yang dilakukan pada zona karena pada saat itu sudah sebagian besar CH4
gas dan ketika tekanan reservoir turun peningkatan terproduksikan sehingga CO2 akan lebih
perolehannya akan lebih baik, sedangkan injeksi mudah bergerak dan pendesakan CO2 bisa
yang dilakukan pada zona aquifer dan waktu berlangsung dengan efektif.
injeksinya bersamaan dengan waktu produksi akan 2. Dalam upaya pengurangan emisi gas CO2 di
menghasilkan peningkatan faktor perolehan yang atmosfer maka perlu dinjeksikan sebanyak-
kurang baik (Gambar 9), dimana peningkatan banyaknya CO2 ke dalam reservoir, dalam
faktor perolehannya hanya sebesar 2,78%. Injeksi tujuan ini injeksi sebaiknya dilakukan
yang dilakukan bersamaan dengan waktu produksi bersamaan dengan waktu produksi sumur
grafik faktor perolehannya berada dibawah grafik dimulai dan injeksi dilakukan pada zona
faktor perolehan model tanpa injeksi pada awalnya. aquifer, karena pada kondisi ini CO2 yang
Sehingga pada suatu waktu grafik tersebut terlarut dalam aquifer lebih banyak, sehingga
berpotongan sebelum injeksi dihentikan, maka menyebabkan waktu penerobosan yang lebih
menghasilkan nilai faktor perolehan yang lebih lama, sehingga massa kumulatif CO2 yang
tinggi dengan injeksi CO2 (Gambar 10). Dapat diinjeksikan lebih besar.
dilihat perbedaan saturasi gas sebelum produksi
dilakukan (Gambar 11) dan setelah produksi UCAPAN TERIMAKASIH
dihentikan (Gambar 12) pada tahun 2050. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Amega
Yasutra yang telah banyak membantu memberi
IV. KESIMPULAN DAN SARAN masukan dan pembelajaran mengenai software-
4.1 Kesimpulan software simulasi yang digunakan dalam proses
1. Injeksi CO2 dapat meningkatkan faktor pengerjaan penelitian ini.
perolehan gas dan juga dapat menyimpan CO2
dalam reservoir, berdasarkan hasil studi yang DAFTAR PUSTAKA
dilakukan peningkatan faktor perolehan 1. Al-Hashami, A., Ren, S.R., and Tohidi, B.,
didapat hingga sebesar 7,3% (92,25% - 2005. CO2 Injection for Enhanced Gas
99,59%) dan jumlah CO2 yang tersimpan

143
Lucky Bagus Waskito, Sutopo
TMNo.4/
Recovery and Geo-Storage: Reservoir 7. Oldenburg, C.M., Pruess, K., and Benson,
Simulation and Economics: SPE paper 94129. S.M., 2002. CO2 Injection and Enhanced Gas
2. Barrufet, M.A., Bacquet, A., and Falcone, G., Production and Carbon Sequestration: SPE
2009. Analisis of Storage Capacity for CO2 Paper 74367.
Sequestration of a Depleted Gas Condensate 8. Sim, S.S.K., Turta, A.T., Singhal, A.K., and
Reservoir and a Saline Aquifer: Petroleum Hawkins, B.F., 2008. Enhanced Gas Recovery:
Society Journals, Paper 2009-197. Factors Affecting Gas-Gas Displacement
3. Clemens, T., and Wit, K., 2002. CO2 Enhanced Efficiency: Petroleum Society Journals, Paper
Gas Recovery Studied for an Example Gas 2008-145.
Reservoir: SPE Paper 77348. 9. Sinisha, A.J,. Duane H.S,. Neal W.S,. and
4. Jeong, G.S., 2004. Experimental and Grant S.B., 2003. Enhanced Gas Recovery
Simulation Studies of Supercritical Carbon (EGR) with Carbon Dioxide Sequestration: A
Dioxide in Depleted Gas Reservoir : Submitted Simulation Study of Effects of Injection
to the office of Graduate Studies of Texas Strategy and Operational Parameters: SPE
A&M University. Paper 84813, presented at the SPE Eastern
5. Mamora, D.D., and Seo, J.G., 2002. Enhanced Regional/AAPG Eastern Section Joint Meeting
Gas Recovery by Carbon Dioxide held in Pittsburgh, Pensylvania, USA, 6-20
Sequestration in Depleted Gas Reservoir: SPE September 2003.
Paper 77347. 10. Stewart, P. B. and Munjal, P., 1970. Solubility
6. Oldenburg, C.M, and Benson, S.M., 2002. of CO2 in pure Water, Synthetic Sea Water”:
“CO2 injection and Enhanced gas production Jour. Chem. and Eng. Data’, V.15, No.1, P.
and Carbon Sequestration”, SPE paper 74365, 171.
presented at the SPE International Petroleum 11. Wiebe, R. and Graddy, V.L., 1947. Solubility
Conference and Exhebition in Mexico held in of Carbon Dioxide in Water at Various
Villahermosa. Temperatures and Pressure: Jour. Amer. Chem.
Soc., P. 475.

144

Anda mungkin juga menyukai