Anda di halaman 1dari 29

REFERAT

LUKA TEMBAK

Shinta Anggraini, S.Ked. (702008001)


Rizka Septia Novita, S.Ked. (702008013)

Pembimbing
dr. Binsar Silalahi, Sp.F, DFM, SH

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2012

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

JUNI 2012
HALAMAN PENGESAHAN

Telaah Ilmiah berjudul


LUKA TEMBAK

Oleh:
Shinta Anggraini, S.Ked.
Rizka Septia Novita, S.Ked.

telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan
Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Kedokteran Forensik
Fakultas Kedokteran Muhammadiyah Palembang

Palembang, Juni 2012


Dosen Pembimbing

Dr. Binsar Silalahi, Sp. F, DFM, SH

ii

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Semesta Alam, Allah SWT, atas nikmat dan
karunia-Nya. Sholawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW.
Penulis menghaturkan terima kasih kepada dr. Binsar Silalahi, Sp.F, DFM, SH
selaku koordinator pendidikan di Bagian Kedokteran Forensik yang telah
memberikan kesempatan bagi penulis untuk menimba ilmu dan ketrampilan di bagian
ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih atas bimbingannya selama pengerjaan
referat, yang berjudul Luka Tembak, dan terakhir, bagi semua pihak yang terlibat,
baik secara langsung maupun tidak langsung, rela maupun tidak rela, yang tidak
dapat penulis sebutkan satu-persatu, penulis haturkan terima kasih atas bantuannya
hingga referat ini dapat terselesaikan. Semoga bantuan yang telah diberikan
mendapatkan imbalan setimpal dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa didalam referat ini masih banyak kekurangan baik
itu dalam penulisan maupun isi referat. Karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi sempurnanya referat ini. Penulis berharap referat ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palembang, Juni 2012

Penulis

iii

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................
KATA PENGANTAR .
DAFTAR ISI .....................................................................................................
DAFTAR TABEL .............................................................................................
DAFTAR GAMBAR..

ii
iii
iv
v
vi

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Luka Tembak . 3
2.2. Klasifikasi Senjata Api.............................................................................. 3
2.2.1 Berdasarkan Panjang Laras 3
2.2.2 Berdasarkan Alur Laras .. 4
2.3. Mekanisme Luka Tembak ............................................................................. 5
2.4. Klasifikasi Luka Tembak . 6
2.4.1 Luka Tembak Masuk . 7
2.4.2 Luka Tembak Keluar .. 9
2.5. Pemeriksaan Khusus pada Luka Tembak Masuk 12
2.5.1 Pemeriksaan Mikroskopik . 13
2.5.2 Pemeriksaan Kimiawi. 14
2.5.3 Pemeriksaan dengan Sinar X .. 14
2.5.4 Pemeriksaan Baju pada Korban Luka Tembak .. 15
2.6. Efek Luka Tembak .. 15
2.6.1 Akibat Anak Peluru: luka terbuka 16
2.6.2 Akibat Butir-butir Mesiu. 18
2.6.3 Akibat Asap: jelaga . 18
2.6.4 Akibat Api: luka bakar .. 19
2.6.5 Akibat Partikel Logam 19
2.6.6 Akibat Moncong Senjata: jejas laras 19
2.6.7 Pengaruh Pakaian pada Luka Tembak Masuk 20
2.7. Deskripsi Luka Tembak.. . 20
2.7.1 Jarak Tembakan . 21
2.7.2 Arah Tembakan .. 21
2.8. Cara Pengukuran Jarak Tembak dalam VeR.... 22
BAB III. KESIMPULAN
Kesimpulan 23
DAFTAR PUSTAKA

iv

DAFTAR TABEL

Tabel
Halaman
2.1 Perbedaan Luka Tembak Masuk dan Luka Tembak Keluar.. 15

DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1 Senjata Api Laras Pendek ................................ 3
2.2 Senjata Api Laras Panjang.. 4
2.3 Senjata Api Beralur 5
2.4 Mekanisme Luka Tembak.. 6
2.5 Luka Tembak Tempel 8
2.6 Luka Tembak Jarak Dekat . 9
2.7 Luka Tembak Jarak Jauh .. 9
2.8 Luka Tembak Keluar 10

vi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam prakteknya banyak terdapat hal tentang luka tembak yang
masuk pada tubuh manusia. Seperti yang kita ketahui kulit terdiri dari
lapisan epidermis, dermis, dan subkutis. Jika dilihat dari elastisitasnya,
epidermis kurang elastis bila dibandingkan dengan dermis. Bila sebutir
peluru menembus tubuh, maka cacat pada epidermis lebih luas dari pada
dermis. Diameter luka pada epidermis kurang lebih sama dengan diameter
anak peluru, sedangkan diameter luka pada dermis lebih kecil. Keadaan
tersebut dikenal sebagai kelim memar (contusion ring).4
Luka tembak merupakan penyebab kematian akibat kejahatan yang
paling umum di Amerika Serikat. Luka tembak paling sering dijumpai
sebagai penyebab kematian diantaranya akibat suatu pembunuhan dan di
beberapa daerah sebagian adalah akibat bunuh diri. Di Amerika Serikat
diperkirakan pertahunnya terdapat sekitar 70.000 jiwa korban luka tembak
dengan kasus kematian sekitar 30.000 jiwa.1,3,4
Luka Tembak, kasusnya jarang di Indonesia karena pemilikan senjata
api tidak bebas, hanya TNI,POLRI, pegawai negeri sipil yang diberikan
surat kepemilikan yang legal, anggota PERBAKIN, orang yang hobi
berburu, tapi juga bisa dimiliki secara ilegal atau diperjual belikan oleh
penjahat. Di dalam dunia kriminal, senjata api yang biasa dipergunakan
adalah senjata genggam yang beralur, sedangkan senjata api dengan laras
panjang dan senjata yang biasa dipakai untuk olah raga berburu yang
larasnya tidak beralur, jarang dipakai untuk maksud- maksud kriminal.
Senjata genggam yang banyak dipergunakan untuk maksud kriminal
dapat dibagi dalam dua kelompok, dimana dasar pembagian berikut adalah
arah perputaran alur yang terdapat dalam laras senjata yaitu senjata api
dengan alur ke kiri yang dikenal dengan senjata api tipe COLT dan senjata
api dengan alur ke kanan yang dikenal dengan senjata api tipe Smith &
Wesson (tipe SW).1,3

Pemakaian senjata api untuk maksud membunuh atau melukai


membawa implikasi yang luas, tidak jarang menimbulkan keresahan dan
kesulitan tersendiri bagi mereka yang terlibat. Di dalam menghadapi kasus
kriminal yang melibatkan pemakaian senjata api sebagai alat yang
dimaksudkan untuk melukai atau mematikan seseorang, maka dokter
sebagai orang yang melakukan pemeriksaan, khususnya atas diri korban,
perlu secara hati-hati, cermat dan teliti dalam menafsirkan hasil yang
didapatnya.1
Untuk dapat menjalankan tugas dan fungsi sebagai pemeriksa, maka
dokter harus menjelaskan berbagai hal, diantaranya apakah luka tersebut
memang luka tembak, yang mana luka tembak masuk dan yang mana yang
keluar, jenis senjata yang dipakai, jarak tembak, arah tembakan, perkiraan
posisi korban sewaktu ditembak, berapa kali korban ditembak, dan luka
tembak mana yang menyebabkan kematian.1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Luka Tembak
Luka tembak merupakan suatu cedera pada tubuh yang diakibatkan
oleh senjata api.
2.2. Klasifikasi Senjata Api
Senjata api adalah suatu senjata yang menggunakan tenaga hasil
peledakan mesiu, dapat melontarkan proyektil (anak peluru) yang
berkecepatan tinggi melalui larasnya. 1 Proyektil yang dilepaskan dari suatu
tembakan dapat tunggal, dapat pula tunggal berurutan secara otomatis
maupun dalam jumlah tertentu bersama sama.1 Senjata api dapat
dikelompokan menjadi:
2.2.1 Berdasarkan Panjang Laras:
1. Laras pendek.3
Revolver, Mempunyai metal drum (tempat penyimpanan 6
peluru) yang berputar (revolve) setiap kali trigger ditarik dan
menempatkan peluru baru pada posisi siap untuk di

tembakkan.
Pistol, peluru disimpan dalam sebuah silinder yang diputar
dengan menarik picunya.

Gambar 2.1 Senjata api laras pendek

2. Laras panjang3

Senjata ini berkekuatan tinggi dengan daya tembak sampai 3000


m, mempergunakan peluru yang lebih panjang. Dibagi menjadi dua
yaitu:

Senapan tabur :
Senapan tabur dirancang untuk dapat memuntahkan butir-butir
tabur ganda lewat larasnya, sedangkan senapan dirancang
untuk memuntahkan peluru tunggal lewat larasnya, moncong

senapan halus dan tidak terdapat rifling.


Senapan untuk menyerang:
Senapan ini mengisi pelurunya sendiri, mampu melakukan
tembakan otomatis sepenuhnya, mempunyai kapasitas magasin
yang besar dan dilengkapi ruang ledak untuk peluru senapan
dengan kekuatan sedang (peluru dengan kekuatan sedang
antara peluru senapan standard dan peluru pistol).4

Gambar 2.2 Senjata api laras panjang


2.2.2 Berdasarkan Alur Laras
1. Laras beralur (Rifled bore)
Agar anak peluru dapat berjalan stabil dalam lintasannya,
permukaan dalam laras dibuat beralur spiral dengan diameter yang
sedikit lebih kecil dari diameter anak peluru, sehingga anak peluru
yang didorong oleh ledakan mesiu, saat melalui laras, dipaksa
bergerak maju sambil berputar sesuai porosnya, dan ini akan
memperoleh gaya sentripetal sehingga anak peluru tetap dalam posisi

ujung depannya di depan dalam lintasannya setelah lepas laras menuju


sasaran. Alur laras ini dibagi menjadi dua yaitu, arah putaran ke kiri
(COLT) dan arah putaran ke kanan (Smith and Wesson).3,4

Gambar 2.3 Senjata api beralur


2. Laras tak beralur atau laras licin (Smooth bore)
Senjata api jenis ini dapat melontarkan anak peluru dalam
jumlah banyak pada satu kali tembakan. Contohnya adalah shot gun.4,5

2.3. Mekanisme Luka Tembak


Pada luka tembak terjadi efek perlambatan yang disebabkan pada
trauma mekanik seperti pukulan, tusukan, atau tendangan, hal ini terjadi
akibat adanya transfer energi dari luar menuju jaringan. Kerusakan yang
terjadi pada jaringan tergantung pada absorpsi energi kinetiknya, yang juga
akan menghamburkan panas, suara serta gangguan mekanik yang lainya. 2,4
Energi kinetik ini akan mengakibatkan daya dorong peluru ke suatu jaringan
sehingga terjadi laserasi, kerusakan sekunder terjadi bila terdapat ruptur
pembuluh darah atau struktur lainnya dan terjadi luka yang sedikit lebih
besar dari diameter peluru.
Jika kecepatan melebihi kecepatan udara, lintasan dari peluru yang
menembus jaringan akan terjadi gelombang tekanan yang mengkompresi
jika terjadi pada jaringan seperti otak, hati ataupun otot akan mengakibatkan
kerusakan dengan adanya zona-zona disekitar luka.4 Dengan adanya lesatan
peluru dengan kecepatan tinggi akan membentuk rongga disebabkan
gerakan sentrifugal pada peluru sampai keluar dari jaringan dan diameter
rongga ini lebih besar dari diameter peluru, dan rongga ini akan mengecil

sesaat setelah peluru berhenti, dengan ukuran luka tetap sama. Organ
dengan konsistensi yang padat tingkat kerusakan lebih tinggi daripada organ
berongga. Efek luka juga berhubungan dengan gaya gravitasi. Pada
pemeriksaan harus dipikirkan adanya kerusakan sekunder seperti infark atau
infeksi.4,6

Gambar 2.4 Mekanisme luka tembak


2.4. Klasifikasi Luka Tembak
Pada klasifikasi luka tembak yang diperlukan adalah jarak tembak
atau jarak antara moncong senjata dengan targetnya yaitu tubuh korban.
Berdasarkan ciri-ciri yang khas pada setiap tembakan yang dilepaskan dari
berbagai jarak, maka perkiraan jarak tembak dapat diketahui, dengan
demikian dapat dibuat klasifikasinya. Klasifikasi yang dimaksud antara
lain :1,3

2.4.1 Luka Tembak Masuk


1. Luka tembak masuk tempel (contact wounds)
a. Terjadi bila moncong senjata ditekan pada tubuh korban dan
ditembakkan. Bila tekanan pada tubuh erat disebut hard
contact, sedangkan yang tidak erat disebut soft contact.
b. Umumnya luka berbentuk bundar yang dikelilingi kelim lecet
yang sama lebarnya pada setiap bagian.

c. Di sekeliling luka tampak daerah yang bewarna merah atau


merah coklat, yang menggambarkan bentuk dari moncong
senjata, ini disebut jejas laras.
d. Rambut dan kulit di sekitar luka dapat hangus terbakar.
e. Saluran luka akan bewarna hitam yang disebabkan oleh butirbutir mesiu, jelaga dan minyak pelumas.
f. Tepi luka dapat bewarna merah, oleh karena terbentuknya
COHb.
g. Bentuk luka tembak tempel sangat dipengaruhi oleh keadaan /
densitas jaringan yang berada di bawahnya, dengan demikian

dapat dibedakan :
Luka tembak tempel di daerah dahi
Luka tembak tempel di daerah pelipis
Luka tembak tempel di daerah perut

a. Luka tembak tempel di daerah dahi mempunyai ciri :


Luka berbentuk bintang: Bentuk bintang tersebut disebabkan
oleh tenaga tembakan yang diteruskan ke segala arah, fragmenfragmen tulang yang terbentuk turut terdorong keluar dan
menimbulkan robekan-robekan baru yang dimulai dari pinggir luka
dan menyebar secara radier.
Terdapat jejak laras
b. Luka tembak tempel di daerah pelipis mempunyai ciri :
Luka berbentuk bundar
Terdapat jejas laras
c. Luka tembak tempel di daerah perut mempunyai ciri :
Luka berbentuk bundar
Kemungkinan besar tidak terdapat jejas laras

Gambar 2.5 Luka tembak tempel ,3


2. Luka tembak masuk jarak dekat (close range wounds)
Pengertian jarak dekat bila jarak antara moncong senjata dengan
tubuh korban sekitar 50 cm (24 inci) sampai 15 cm. Ciri dari luka
tembak ini adalah: 3,4
a. Luka berbentuk bundar atau oval tergantung sudut masuknya
peluru, dengan di sekitarnya terdapat bintik-bintik hitam
(kelim tato) dan atau jelaga (kelim jelaga).
b. Di sekitar luka dapat ditemukan daerah yang bewarna merah
atau hangus terbakar.
c. Bila terdapat kelim tato, berarti jarak antara moncong senjata
dengan korban sekitar 60 cm (50-60 cm), yaitu untuk senjata
genggam.
d. Bila terdapat pula kelim jelaga, jaraknya sekitar 30 cm (25-30
cm).
e. Bila terdapat juga kelim api, maka jarak antara moncong
senjata dengan korban sekitar 15 cm.

Gambar 2.6 Luka Tembak Jarak Dekat


3. Luka tembak masuk jarak jauh (long range wound)1, 2,3
Luka tembak jarak jauh adalah luka tembak dimana jarak antara
moncong senjata dengan korban diatas 50 cm, atau diluar jarak
tempuh atau jangkauan butir-butir mesiu.
a. Terjadi bila jarak antara moncong senjata dengan tubuh korban
di luar jangkauan atau jarak tempuh butir-butir mesiu yang
tidak terbakar atau terbakar sebagian.
b. Luka berbentuk bundar atau oval dengan disertai adanya kelim
lecet.

c. Bila senjata sering dirawat (diberi minyak) maka pada kelim


lecet dapat dilihat pengotoran bewarna hitam berminyak, jadi
ada kelim kesat atau kelim lemak.

Gambar 2.7 Luka Tembak Jarak Jauh


2.4.2

Luka Tembak Keluar


Jika peluru yang ditembakan dari senjata api mengenai tubuh
korban dan kekuatannya masih cukup untuk menembus dan keluar
pada bagian tubuh lainnya, maka luka tembak dimana peluru
meninggalkan tubuh itu disebut luka tembak keluar. Bilamana peluru
yang masuk ke dalam tubuh korban tidak terbentur pada tulang, maka
saluran luka yang terbentuk yang menghubungkan luka tembak masuk
dan luka tembak keluar dapat menunjukkan arah datangnya peluru
yang dapat disesuaikan dengan arah tembakan.1
Luka tembak keluar mempunyai ciri khusus yang sekaligus
sebagai perbedaan pokok dengan luka tembak masuk. Ciri tersebut
adalah tidak adanya kelim lecet pada luka tembak keluar, dengan tidak
adanya kelim lecet, kelim-kelim lainnya juga tentu tidak ditemukan.1,3
Ciri lain dari luka tembak keluar yang dapat dikatakan agak
khas, oleh karena hampir semua luka tembak keluar memiliki ciri ini,
adalah luka tembak keluar pada umumnya lebih besar dari luka
tembak masuk.1,3

Gambar 2.8 Luka tembak keluar

Adapun faktor faktor yang menyebabkan luka tembak keluar lebih


besar dari luka tembak masuk adalah :1

Perubahan luas peluru, oleh karena terjadi deformitas sewaktu

peluru berada dalam tubuh dan membentur tulang.


Peluru sewaktu berada dalam tubuh mengalami perubahan
gerak, misalnya karena terbentur bagian tubuh yang keras,
peluru bergerak berputar dari ujung ke ujung (end to end),

keadaan ini disebut tumbling.


Pergerakan peluru yang lurus menjadi tidak beraturan, disebut

yawing.
Peluru pecah menjadi beberapa fragmen. Fragmen-fragmen ini

menyebabkan luka tembak keluar menjadi lebih besar.


Bila peluru mengenai tulang dan fragmen tulang tersebut turut
terbawa keluar, maka fragmen tulang tersebut akan membuat
robekan tambahan sehingga akan memperbesar luka tembak

keluarnya.
Pada beberapa keadaan luka tembak keluar lebih kecil dari

luka tembak masuk, hal ini disebabkan :1


Kecepatan atau velocity peluru sewaktu akan menembus keluar
berkurang, sehingga kerusakannya (lubang luka tembak
keluar) akan lebih kecil, perlu diketahui bahwa kemampuan
peluru untuk dapat menimbulkan kerusakan berhubungan

langsung dengan ukuran peluru dan velocity.


Adanya benda menahan atau menekan kulit pada daerah
dimana peluru akan keluar yang berarti menghambat

10

kecepatan peluru, luka tembak keluar akan lebih kecil bila


dibandingkan dengan luka tembak masuk.
Beberapa variasi luka tembak keluar 1

Luka tembak keluar sebagian (partial exit wound), hal ini


dimungkinkan oleh karena tenaga peluru tersebut hampir habis
atau ada penghalang yang menekan pada tempat dimana peluru
akan keluar, dengan demikian luka dapat hanya berbentuk
celah dan tidak jarang peluru tampak menonjol sedikit pada

celah tersebut.
Jumlah luka tembak keluar lebih banyak dari jumlah peluru
yang ditembakkan, ini dimungkinkan karena :
1. Peluru pecah dan masing-masing pecahan membuat
sendiri luka tembak keluar.
2. Peluru menyebabkan ada tulang yang patah dan
tulang tersebut terdorong keluar pada tempat yang
berbeda dengan tempat keluarnya peluru.
3. Dua peluru masuk ke dalam tubuh melalui satu luka
tembak masuk (tandem bullet injury), dan di
dalam tubuh ke dua peluru tersebut berpisah dan
keluar melalui tempat yang berbeda.

Tabel 2.1 Perbedaan Luka Tembak Masuk dan Luka Tembak Keluar

11

2.5. Pemeriksaan Khusus pada Luka Tembak Masuk


Pada beberapa keadaan, pemeriksaan terhadap luka tembak masuk,
sering dipersulit oleh adanya pengotoran oleh darah, sehingga pemeriksaan
tidak dapat dilakukan dengan baik.1 Untuk menghadapi penyulit pada
pemeriksaan tersebut dapat dilakukan prosedur sebagai berikut:1
Luka tembak dibersihkan dengan hydrogen-peroxide 3%
Setelah 2-3 menit luka tersebut dicuci dengan air, untuk membersihkan
busa yang terjadi dan membersihkan darah.
Dengan pemberian hydrogen-peroxide tadi, luka tembak akan bersih dan
tampak jelas, sehingga deskripsi luka dapat dilakukan dengan akurat.

12

Selain secara makroskopik, dapat juga dengan pemeriksaan khusus:


pemeriksaan mikroskopik, pemeriksaan kimiawi, dan pemeriksaan
radiologik.1
2.5.1 Pemeriksaan Mikroskopik 1,6
Perubahan yang tampak diakibatkan oleh dua faktor, yaitu:
trauma mekanik dan termis, pada luka tembak tempel dan luka tembak
jarak dekat perubahan mikroskopis yang terjadi adalah:
Kompresi epitel, disekitar luka tampak epitel yang normal dan yang
mengalami kompresi, elongasi, dan menjadi pipihnya sel-sel
epidermal serta elongasi dari inti sel
Distorsi dari sel epidermis di tepi luka yang dapat bercampur
dengan butir-butir mesiu
Epitel mengalami nekrosis koagulatif, epitel sembab, vakuolisasi
sel-sel basal
Akibat panas, jaringan kolagen menyatu dengan pewarnaan HE,
akan lebih banyak mengambil warna biru (basophilic staining)
Tampak perdarahan yang masih baru dalam epidermis (kelainan ini
paling dominan, dan adanya butir-butir mesiu)
Sel-sel pada dermis intinya mengerut, vakuolisasi dan piknotik
Butir-butir mesiu tampak sebagai benda tidak beraturan, berwarna
hitam atau hitam kecoklatan
Pada luka tembak tempel hard contact, permukaan kulit sekitar
luka tidak terdapat butir-butir mesiu atau hanya sedikit sekali;
butir-butir mesiu akan tampak banyak pada lapisan bawahnya,
khususnys di sepanjang tepi saluran luka
Pada luka tembak tempel soft contact, butir-butir mesiu terdapat
pada kulit dan jaringan di bawah kulit
Pada luka tembak jarak dekat, butir-butir mesiu terutama terdapat
pada permukaan kulit, hanya sedikit yang ada pada lapisan-lapisan
kulit.
2.5.2 Pemeriksaan Kimiawi 1
Pada black gun powder dapat ditemukan kalium, karbon, nitrit,
nitrat, sulfas, sulfat, karbonat, tiosianat dan tiosulfat

13

Pada smokeless gun powder dapat ditemukan nitrit, dan selulosanitrat


Pada senjata api yang modern, ditemukan timah, barium, antimony,
dan merkuri
Unsur-unsur kimia yang berasal dari laras senjata dan dari peluru
sendiri dapat ditemukan timah, antimon, nikel, tembaga, bismuth,
perak, dan thalium
Pemeriksaan atas unsur-unsur tersebut dapat dilakukan terhadap
pakaian, di dalam atau di sekitar luka
Pada pelaku penembakan, unsur-unsur tersebut dapat dideteksi
pada tangan yang menggenggam senjata
2.5.3 Pemeriksaan dengan Sinar-X 1
Pemeriksaan radiologik ini umumnya untuk memudahkan dalam
mengetahui letak peluru dalam tubuh korban.
Pada tandem bullet injury dapat ditemukan dua peluru walaupun
luka tembak masuknya hanya satu.
Bila pada tubuh korban tampak banyak pellet tersebar, maka dapat
dipastikan bahwa korban ditembak dengan senjata jenis shotgun,
yang tidak beralur, dimana dalam satu peluru terdiri dari berpuluh
pellet.
Bila pada tubuh korban tampak satu peluru, maka korban ditembak
oleh senjata api jenis rifled.
Pada keadaan dimana tubuh korban telah membusuk lanjut atau
telah rusak, sehingga pemeriksaan sulit, maka dengan pemeriksaan
radiologik ini akan dengan mudah menentukan kasusnya, yaitu
dengan ditemukannya anak peluru pada foto rontgen.
2.5.4 Pemeriksaan baju pada korban luka tembak 1,2
Pemeriksaan

korban

luka

tembak

tidak

lengkap

tanpa

pemeriksaan defek baju yang dibuat oleh peluru.


Pada tempat yang sesuai dengan luka tembak masuk 1,5
Serat-serat pakaian akan terdorong ke dalam.
Bila ditembakan dari jarak dekat atau jarak sangat dekat, dapat
terlihat pengotoran bewarna hitam yang disebabkan oleh butir-butir

14

mesiu yang tidak terbakar dan akibat jelaga yang menempel pada
pakaian.
Bila senjata dirawat dengan baik maka di tepi dan di bagian
pakaian yang robek terdapat pengotoran oleh minyak pelumas yang
berwarna kehitaman.
Pada tempat yang sesuai dengan luka tembak keluar 1,5
Serat-serat pakaian akan terdorong keluar.
Di pinggir atau di sekitar robekan mungkin didapatkan pengotoran
oleh darah, atau jaringan tubuh korban yang hancur dan terbawa
keluar. Seperti otak atau serpihan tulang.
Tepi lubang pada pakaian tampak terangkat, hal ini menunjukkan
bahwa peluru keluar melalui lubang tersebut.
2.6. Efek Luka Tembak
Pada saat seseorang melepaskan tembakan dan kebetulan mengenai
sasaran yaitu tubuh korban, maka pada tubuh korban tersebut akan
didapatkan perubahan yang diakibatkan oleh berbagai unsur atau komponen
yang keluar dari laras senjata api tersebut. 1,3 Adapun komponen atau unsurunsur yang keluar pada setiap penembakan adalah:1,4

anak peluru
butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar
asap atau jelaga
api
partikel logam

Bila senjata yang dipergunakan sering diberi minyak pelumas, maka


minyak yang melekat pada anak peluru dapat terbawa dan melekat pada
luka. Bila penembakan dilakukan dengan posisi moncong senjata menempel
dengan erat pada tubuh korban, maka akan terdapat jejas laras. Selain itu
bila senjata yang dipakai termasuk senjata yang tidak beralur (smooth bore),
maka komponen yang keluar adalah anak peluru dalam satu kesatuan atau
tersebar dalam bentuk pellet, tutup dari peluru itu sendiri juga dapat
menimbulkan kelainan dalam bentuk luka.1,4 Komponen atau unsur-unsur

15

yang keluar pada setiap peristiwa penembakan akan menimbulkan kelainan


pada tubuh korban sebagai berikut:1,3,4
2.6.1 Akibat anak peluru (bullet effect): luka terbuka.

Luka terbuka yang terjadi dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu:

Kecepatan
Posisi peluru pada saat masuk ke dalam tubuh
Bentuk dan ukuran peluru
Densitas jaringan tubuh di mana peluru masuk
Peluru yang mempunyai kecepatan tinggi (high velocity), akan

menimbulkan luka yang relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan


peluru yang kecepatannya lebih rendah (low velocity). Kerusakan
jaringan tubuh akan lebih berat bila peluru mengenai bagian tubuh
yang densitasnya lebih besar.
Pada organ tubuh yang berongga seperti jantung dan kandung
kencing, bila terkena tembakan dan kedua organ tersebut sedang terisi
penuh (jantung dalam fase diastole), maka kerusakan yang terjadi
akan lebih hebat bila dibandingkan dengan jantung dalam fase sistole
dan kandung kencing yang kosong; hal tersebut disebabkan karena
adanya penyebaran tekanan hidrostatik ke seluruh bagian.
Mekanisme terbentuknya luka dan kelim lecet akibat anak peluru:
a. Pada saat peluru mengenai kulit, kulit akan teregang
b. Bila kekuatan anak peluru lebih besar dari kulit maka akan terjadi
robekan
c. Oleh karena terjadi gerakan rotasi dari peluru (pada senjata yang
beralur atau rifle bore), terjadi gesekan antara badan peluru dengan
tepi robekan sehingga terjadi kelim lecet (abrasion ring)
d. Oleh karena tenaga penetrasi peluru dan gerakan rotasi akan
diteruskan ke segala arah, maka sewaktu anak peluru berada dan
melintas dalam tubuh akan terbentuk lubang yang lebih besar dari
diameter peluru

16

e. Bila peluru telah meninggalkan tubuh atau keluar, lubang atau


robekan yang terjadi akan mengecil kembali, hal ini dimungkinkan
oleh adanya elastisitas dari jaringan
f. Bila peluru masuk ke dalam tubuh secara tegak lurus maka kelim
lecet yang terbentuk akan sama lebarnya pada setiap arah
g. Peluru yang masuk secara membentuk sudut atau serong akan
dapat diketahui dari bentuk kelim lecet
h. Kelim lecet paling lebar merupakan petunjuk bahwa peluru masuk
dari arah tersebut
i. Pada senjata yang dirawat baik, maka pada klim lecet akan
dijumpai pewarnaan kehitaman akibat minyak pelumas, hal ini
disebut kelim kesat atau kelim lemak (grease ring/ grease mark)
j. Bila peluru masuk pada daerah di mana densitasnya rendah, maka
bentuk luka yang terjadi adalah bentuk bundar, bila jaringan di
bawahnya mempunyai densitas besar seperti tulang, maka sebagian
tenaga dari peluru disertai pula dengan gas yang terbentuk akan
memantul dan mengangkat kulit di atasnya, sehingga robekan yang
tejadi menjadi tidak beraturan atau berbentuk bintang
k. Perkiraan diameter anak peluru merupakan penjumlahan antara
diameter lubang luka ditambah dengan lebar kelim lecet yang tegak
lurus dengan arah masuknya peluru
l. Peluru yang hanya menyerempet tubuh korban akan menimbulkan
robekan dangkal, disebut bullet slap atau bullet graze
m. Bila peluru menyebabkan luka terbuka dimana luka tembak masuk
bersatu dengan luka tembak keluar, luka yang terbentuk disebut
gutter wound
2.6.3 Akibat butir-butir mesiu (gunpowder effect): tattoo, stipling
a. Butir butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar akan
masuk ke dalam kulit
b. Daerah di mana butir-butir mesiu tersebut masuk akan tampak
berbintik-bintik hitam dan bercampur dengan perdarahan
c. Oleh karena penetrasi butir mesiu tadi cukup dalam, maka bintikbintik hitam tersebut tidak dapat dihapus dengan kain dari luar
d. Jangkauan butir-butir mesiu untuk senjata genggam berkisar sekitar
60 cm

17

e. Black powder adalah butir mesiu yang komposisinya terdiri dari


nitrit, tiosianat, tiosulfat, kalium karbonat, kalium sulfat, kalium
sulfida, sedangkan smoke less powder terdiri dari nitrit dan selulosa
nitrat yang dicampur dengan karbon dan gravid.
2.6.3 Akibat asap (smoke effect): jelaga

a. Oleh karena setiap proses pembakaran itu tidak sempurna, maka


terbentuk asap atau jelaga
b. Jelaga yang berasal dari black powder komposisinya CO2 (50%)
nitrogen 35%, CO 10%, hydrogen sulfide 3%, hydrogen 2 % serta
sedikit oksigen dan methane
c. Smoke less powder akan menghasilkan asap yang jauh lebih sedikit
d. Jangkauan jelaga untuk senjata genggam berkisar sekitar 30 cm
e. Oleh karena jelaga itu ringan, jelaga hanya menempel pada
permukaan kulit, sehingga bila dihapus akan menghilang.
2.6.4 Akibat api (flame effect): luka bakar

a. Terbakarnya butir-butir mesiu akan menghasilkan api serta gas


panas yang akan mengakibatkan kulit akan tampak hangus terbakar
(scorching, charring)
b. Jika tembakan terjadi pada daerah yang berambut, maka rambut
akan terbakar
c. Jarak tempuh api serta gas panas untuk senjata genggam sekitar 15
cm, sedangkan untuk senjata yang kalibernya lebih kecil, jaraknya
sekitar 7,5 cm
2.6.5 Akibat partikel logam (metal effect): fouling

a. Oleh karena diameter peluru lebih besar dari diameter laras, maka
sewaktu peluru bergulir pada laras yang beralur akan terjadi
pelepasan partikel logam sebagai akibat pergesekan tersebut
b. Partikel atau fragmen logam tersebut akan menimbulkan luka lecet
atau luka terbuka dangkal yang kecil-kecil pada tubuh korban
c. Partikel tersebut dapat masuk ke dalam kulit atau tertahan pada
pakaian korban.
2.6.6 Akibat moncong senjata (muzzle effect): jejas laras

18

a. Jejas laras dapat terjadi pada luka tembak tempel, baik luka tembak
tempel yang erat (hard contact) maupun yang hanya sebagian
menempel (soft contact)
b. Jejas laras dapat terjadi bila moncong senjata ditempelkan pada
bagian tubuh, dimana di bawahnya ada bagian yang keras (tulang)
c. Jejas laras terjadi oleh karena adanya tenaga yang terpantul oleh
tulang dan mengangkat kulit sehingga terjadi benturan yang cukup
kuat antara kulit dan moncong senjata
d. Jejas laras dapat pula terjadi jika si penembak memukulkan
moncong senjatanya dengan cukup keras pada tubuh korban, akan
tetapi hal ini jarang terjadi
e. Pada hard contact, jejas laras tampak jelas mengelilingi lubang
luka, sedangkan pada soft contact, jejas laras sebetulnya luka lecet
tekan tersebut akan tampak sebagian sebagai garis lengkung
f. Bila pada hard contact tidak akan dijumpai kelim jelaga atau kelim
tato, oleh karena tertutup rapat oleh laras senjata, maka pada soft
contact jelaga dan butir mesiu ada yang keluar melalui celah antara
moncong senjata dan kulit, sehingga terdapat adanya kelim jelaga
dan kelim tato.
2.6.7 Pengaruh pakaian pada luka tembak masuk 1,5
Jika tembakan mengenai tubuh korban yang ditutup pakaian,
dan pakaiannya cukup tebal, maka dapat terjadi:
Asap, butir-butir mesiu dan api dapat tertahan pakaian
Fragmen atau partikel logam dapat tertahan oleh pakaian
Serat-serat pakaian dapat terbawa oleh peluru dan masuk ke dalam
lubang luka tembak.
2.7. Deskripsi Luka Tembak
Kepentingan medikolegal deskripsi yang adekuat dari luka senjata api
bergantung pada besarnya potensi seorang korban meninggal. Jika korban
masih hidup, deskripsi singkat dan tidak terlalu detail. Dokter mempunyai
tanggung jawab yang utama untuk memberikan penatalaksanaan gawat
darurat. Membersihkan luka, membuka dan mengeksplorasi, debridement
dan menutupnya, kemudian membalut adalah bagian penting dari merawat

19

pasien bagi dokter. Penggambaran luka secara detail akan dilakukan nanti,
setelah semua kondisi gawat darurat dapat disingkirkan. Oleh karena
singkatnya waktu yang dimiliki untuk mempelajari medikolegal, seringkali
dokter merasa tidak mempunyai kewajiban untuk mendeskripskan luka
secara detail. Deskripsi luka yang minimal untuk pasien hidup terdiri dari :
Lokasi luka, ukuran dan bentuk defek, lingkaran abrasi, lipatan kulit yang
utuh dan robek, bubuk hitam sisa tembakan (jika ada), tato (jika ada), dan
bagian

yang

ditembus/dilewati.1,2,4

Penatalaksanaan

luka,

termasuk

debridement, penjahitan, pengguntingan rambut, pembalutan, drainase, dan


operasi perluasan luka.
Pada korban mati, tidak ada tuntutan dalam mengatasi gawat darurat.
Meskipun demikian, tubuhnya dapat saja sudah mengalami perubahan
akibat penanganan gawat darurat dari pihak lain. Sebagai tambahan, tubuh
bisa berubah akibat perlakuan orang-orang yang mempersiapkan tubuhnya
untuk

dikirimkan

kepada

pihak

yang

bertanggung

jawab

untuk

menerimanya. Di lain pihak, tubuh mungkin sudah dibersihkan, bahkan


sudah disiapkan untuk penguburan, luka sudah ditutup dengan lilin atau
material lain. Penting untuk mengetahui siapa dan apa yang telah
dikerjakannya terhadap tubuh korban, untuk mengetahui gambaran luka.
2.7.1 Jarak Tembakan
Efek gas, bubuk mesiu, dan anak peluru terhadap target dapat
digunakan dalam keilmuan forensik untuk memperkirakan jarak target
dari tembakan dilepaskan. Perkiraan tersebut memiliki kepentingan
sebagai berikut : untuk membuktikan atau menyangkal tuntutan; untuk
menyatakan atau menyingkirkan kemungkinan bunuh diri; membantu
menilai ciri alami luka akibat kecelakaan. Meski kisaran jarak tembak
tidak dapat dinilai dengan ketajaman absolut, luka tembak dapat
diklasifikasikan sebagai luka tembak jarak dekat, sedang, dan jauh. 1,2,4
2.7.2 Arah Tembakan
Luka tembak yang tepat akan membentuk lubang yang sirkuler
serta perubahan warna pada kulit, jika sudut penembakan olique akan
mengakibatkan

luka

tembak

20

berbentuk

ellips,

panjang

luka

dihubungkan dengan pengurangan sudut tembak. Senapan akan


memproduksi lebih sedikit kotoran, kecuali jika jarak dekat. Petunjuk
ini berguna untuk pembanding dengan shotgun. Luka tembak yang
disebabkan shotgun dengan sudut olique akan membentuk luka seperti
anak tangga. Jaringan juga berperan serta dalam perubahan gambaran
luka karena adanya kontraksi otot.
2.8. Cara Pengukuran Jarak Tembak dalam Visum et Repertum
Bila pada korban terdapat luka tembak masuk dan tampak jelas
adanya jejas laras, kelim api, kelim jelaga atau kelim tato, maka perkiraan
penentuan jarak tembak tidak sulit. Kesulitan timbul bila tidak ada kelimkelim tersebut selain kelim lecet.1 Bila terdapat kelim jelaga, berarti korban
ditembak dari jarak dekat, maksimal 30 cm, kelim tato berarti korban
ditembak dari jarak dekat, maksimal 60 cm dan seterusnya. Sedangkan
kelim api menunjukan bahwa korban ditembak dari jarak yang sangat dekat
sekali, yaitu maksimal 15 cm.

21

BAB III
KESIMPULAN

Luka tembak merupakan suatu cedera pada tubuh yang diakibatkan oleh
senjata api. Senjata api adalah suatu senjata yang menggunakan tenaga hasil
peledakan mesiu, dapat melontarkan proyektil (anak peluru) yang berkecepatan
tinggi melalui larasnya.
Senjata api dikelompokan menjadi senjata api laras pendak dan senjata api
laras panjang, sedangkan berdasarkan alur pada laras, senjata api dikelompokan
menjadi senjata api baralur dan senjata api tanpa alur.
Luka tembak dikelompokan menjadi luka tembak masuk dan luka tembak
keluar, namun pada klasifikasi ini yang tidak kalah penting adalah jarak tembakan
yaitu luka tembus masuk tempel, luka tembus masuk jarak dekat maupun luka
tembus masuk jarak jauh.
Kepentingan medikolegal deskripsi yang adekuat dari luka senjata api
bergantung pada besarnya potensi seorang korban meninggal. Deskripsi luka ini
mencakup lokasi luka, ukuran dan bentuk luka, lingkaran abrasi, lipatan kulit yang
utuh dan robek, bubuk hitam sisa tembakan (jika ada), dan bagian tubuh yang
ditembus.

22

DAFTAR PUSTAKA
1. Idries AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I. Jakarta: Binarupa Aksara,
1997; p.131-168.
2. Hueske E. Firearms and Tool Mark The Forensic Laboratory Handbooks, Practice
and Resource. 2006.
3. Algozi Agus M. Luka Tembak [online]. [cited 2012 Juni 1].
(www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Forensik/luka%20tembak.pdf, diakses
1 Juni 2012)
4. Ashari irwan. Luka Tembak [online]. (http://www.irwanashari.com/luka-tembak/,
diakses 1 Juni 2012)
5. Indah PS, Lely, Irene, Elena, Luh S. Gunshot wound [online].
(http://www.freewebs.com/gunshot_wound/luka tembak pada tulang.htm, diakses
1 Juni 2012)
6. Anonim. Forensic Pathology [online]. (http://library.med.utah.edu/WebPath/
FORHTML/FOR039.html, diakses 31 Mei 2012)

Anda mungkin juga menyukai

  • Status
    Status
    Dokumen6 halaman
    Status
    Andreas_syptr13
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka Mata
    Daftar Pustaka Mata
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka Mata
    Andreas_syptr13
    Belum ada peringkat
  • Status Ujian Koass Revisi Dr. Adit
    Status Ujian Koass Revisi Dr. Adit
    Dokumen11 halaman
    Status Ujian Koass Revisi Dr. Adit
    MelaniMomon
    Belum ada peringkat
  • Status
    Status
    Dokumen6 halaman
    Status
    Andreas_syptr13
    Belum ada peringkat
  • Bab I Mata
    Bab I Mata
    Dokumen17 halaman
    Bab I Mata
    Andreas_syptr13
    Belum ada peringkat
  • Sevoflurane Dan Atracurium
    Sevoflurane Dan Atracurium
    Dokumen16 halaman
    Sevoflurane Dan Atracurium
    Andreas_syptr13
    Belum ada peringkat
  • Cover Andreas
    Cover Andreas
    Dokumen1 halaman
    Cover Andreas
    Andreas_syptr13
    Belum ada peringkat
  • BAB V Andreas
    BAB V Andreas
    Dokumen1 halaman
    BAB V Andreas
    Andreas_syptr13
    Belum ada peringkat
  • Halaman Persetujuan Andreas
    Halaman Persetujuan Andreas
    Dokumen1 halaman
    Halaman Persetujuan Andreas
    Andreas_syptr13
    Belum ada peringkat
  • Bab I II III
    Bab I II III
    Dokumen27 halaman
    Bab I II III
    Febry Setiawan
    Belum ada peringkat
  • Cover Map Family Folder Andreas
    Cover Map Family Folder Andreas
    Dokumen2 halaman
    Cover Map Family Folder Andreas
    Andreas_syptr13
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen1 halaman
    Bab Iii
    Andreas_syptr13
    Belum ada peringkat
  • Cover Telaah
    Cover Telaah
    Dokumen3 halaman
    Cover Telaah
    Andreas_syptr13
    Belum ada peringkat
  • Case
    Case
    Dokumen39 halaman
    Case
    Andreas_syptr13
    Belum ada peringkat
  • Anes
    Anes
    Dokumen33 halaman
    Anes
    Andreas_syptr13
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen4 halaman
    Cover
    Febry Setiawan
    Belum ada peringkat
  • Case Bari DA Cover
    Case Bari DA Cover
    Dokumen4 halaman
    Case Bari DA Cover
    Andreas_syptr13
    Belum ada peringkat
  • BAB V Hiper+Presbi ODS
    BAB V Hiper+Presbi ODS
    Dokumen1 halaman
    BAB V Hiper+Presbi ODS
    Andreas_syptr13
    Belum ada peringkat
  • Referat Otitis Media
    Referat Otitis Media
    Dokumen23 halaman
    Referat Otitis Media
    Detje Berqueen Wilson
    Belum ada peringkat
  • Plasenta Previa
    Plasenta Previa
    Dokumen5 halaman
    Plasenta Previa
    Andreas_syptr13
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Andreas_syptr13
    Belum ada peringkat
  • SARAF
    SARAF
    Dokumen25 halaman
    SARAF
    Andreas_syptr13
    Belum ada peringkat
  • Case Report Eritroderma
    Case Report Eritroderma
    Dokumen34 halaman
    Case Report Eritroderma
    Frisca Febe Lg
    Belum ada peringkat
  • Referat
    Referat
    Dokumen16 halaman
    Referat
    Andreas_syptr13
    Belum ada peringkat
  • TORAKS
    TORAKS
    Dokumen15 halaman
    TORAKS
    Philip Lie
    Belum ada peringkat
  • Leaflet
    Leaflet
    Dokumen3 halaman
    Leaflet
    Andreas_syptr13
    Belum ada peringkat
  • Trauma Thorax
    Trauma Thorax
    Dokumen21 halaman
    Trauma Thorax
    譚惠玲
    100% (3)
  • Hemoroid
    Hemoroid
    Dokumen8 halaman
    Hemoroid
    Andreas_syptr13
    100% (1)
  • Apendisitis
    Apendisitis
    Dokumen7 halaman
    Apendisitis
    Andreas_syptr13
    Belum ada peringkat
  • Latihan ISPA BahIndo
    Latihan ISPA BahIndo
    Dokumen10 halaman
    Latihan ISPA BahIndo
    Jw Yulianto
    Belum ada peringkat