Anda di halaman 1dari 34

1

ANALISIS FUNDAMENTAL TERHADAP RETURN SAHAM LQ-45

PROPOSAL

Oleh:

Erick Minson Conellius

117110362

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
MIKROSKIL
MEDAN
2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Pasar modal Indonesia dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi

perhatian banyak pihak, khususnya masyarakat bisnis. Hal ini disebabkan oleh
kegiatan pasar modal yang semakin berkembang dan meningkatnya keinginan
masyarakat bisnis untuk mencari alternatif sumber pembiayaan usaha selain bank.
Suatu perusahaan dapat menerbitkan saham dan menjualnya di pasar modal untuk
mendapatkan dana yang diperlukan, tanpa harus membayar beban bunga tetap
seperti jika meminjam ke bank. Disamping itu, perkembangan pasar modal juga
dipengaruhi oleh meningkatnya kesadaran masyarakat untuk berinvestasi atau
menjadi investor.
Dalam melakukan investasi pada saham, harapan yang diinginkan investor
adalah memperoleh return. Penilaian investor terhadap suatu saham perusahaan
diantaranya adalah dengan memperhatikan kinerja perusahaan yang menerbitkan
saham. Oleh karena itu, return saham sangat penting bagi perusahaan karena
digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari suatu perusahaan, sehingga
perusahaan berusaha menjaga dan memperbaiki kinerjanya yang dapat
mempengaruhi return saham agar portofolio saham yang diinvestasikan meningkat.

Untuk memprediksi return saham banyak faktor yang dapat digunakan


sebagai parameter, salah satunya adalah informasi keuangan perusahaan. Laporan
keuangan merupakan informasi yang penting bagi calon investor, karena dari

laporan keuangan inilah dapat diketahui kinerja dari suatu perusahaan. Kinerja
adalah ukuran keberhasilan dari setiap bisnis. Berbagai teknik pengukuran kinerja
telah dikembangkan untuk memberikan gambaran yang tepat dari setiap bisnis.
Kinerja manajemen dan kegiatan operasional yang baik dapat meningkatkan laba
bersih sehingga membuat harga per saham menjadi tinggi. Dalam menanamkan
modalnya, investor akan mempertimbangkan dengan sebaik-baiknya ke perusahaan
mana modal akan ditanamkan. Perusahaan yang dipilih tentu saja perusahaan yang
sehat dan menghasilkan kinerja yang baik

Pada dasarnya harga saham terbentuk dari interaksi antara penjual dan
pembeli yang terjadi di lantai bursa yang akan bergerak sesuai dengan kekuatan
permintaan dan penawaran atas saham di bursa. Dengan demikian, semakin
banyak investor yang meminati saham suatu perusahaan maka semakin tinggi
pula harga saham yang ditawarkan. Perkembangan harga saham perusahaan
tertentu dapat menjadi point perusahaan tersebut apakah sesuai dengan penilaian
para investor atau tidak. Dalam melakukan investasi di pasar modal para
investor dapat melakukan pendekatan investasi

dengan menggunakan

analisis fundamental. Ang (1997) menyatakan bahwa analisis fundamental


pada dasarnya adalah bagaimana investor melakukan analisis historis atas
kekuatan keuangan dari suatu perusahaan, dimana proses ini sering juga disebut
sebagai analisis perusahaan (company analysis).
Informasi fundamental dapat dijadikan sebagai dasar bagi investor untuk
memprediksi return, resiko atau ketidakpastian, jumlah, waktu, dan faktor lain

yang berhubungan dengan aktivitas investasi di pasar modal (Husnan,2004). Jika


prospek suatu perusahaan publik sangat kuat dan baik, maka harga saham
perusahaan tersebut diperkirakan meningkat pula ( Ang, 1997). Dengan adanya
kenaikan harga saham maka diharapkan return (pengembalian saham) juga
akan meningkat. Rasio-rasio keuangan dapat digunakan untuk menjelaskan
kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan serta mempunyai peranan untuk
memprediksi harga atau return saham di pasar modal.
Rasio menggambarkan suatu hubungan pertimbangan antara suatu jumlah
tertentu dan jumlah yang lain. Hasil analisis laporan keuangan yang menunjukkan
kinerja perusahaan tersebut dipakai sebagai dasar penentu kebijakan bagi pemilik,
manajer dan investor. Menurut Kasmir (2008) rasio keuangan merupakan kegiatan
membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara
membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara
satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antar
komponen yang ada di antara laporan keuangan. Dengan analisis rasio keuangan,
dapat diperoleh informasi dan memberikan penilaian terhadap kondisi keuangan
suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu.

Rasio keuangan sebagai instrumen analisis prestasi perusahaan yang


menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan, yang ditujukan untuk
menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa lalu
dan membantu menggambarkan trend pola perubahan tersebut, untuk kemudian
menunjukkan resiko dan peluang yang melekat pada perusahaan yang

bersangkutan. Hal ini menunjukkan bahwa analisis rasio keuangan, meskipun


didasarkan pada data dan kondisi masa lalu tetapi dimaksudkan untuk menilai
resiko dan peluang di masa yang akan datang.

Menurut Hanafi dan Halim (2009) rasio keuangan terdiri dari beberapa jenis
yaitu: likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan rasio pasar. Rasio likuiditas
merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
jangka pendeknya. Rasio solvabilitas merupakan rasio yang mengukur sejauh mana
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio
profitabilitas merupakan rasio yang melihat kemampuan perusahaan menghasilkan
laba. Dan rasio pasar melihat perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai
buku perusahaan. Rasio-rasio tersebut ingin melihat prospek dan risiko perusahaan
pada masa yang akan mendatang. Faktor prospek dalam rasio tersebut akan
mempengaruhi harapan investor terhadap perusahaan pada masa-masa mendatang.

Alasan peneliti memilih saham LQ 45 sebagai obyek penelitian karena


saham LQ 45 merupakan saham-saham yang paling aktif diperdagangkan dalam
Bursa Efek Indonesia dan merupakan saham-saham unggulan yang dipilih dari tiaptiap sektor industri sehingga dapat lebih akurat dalam analisisnya secara runtut
waktu (time series). Peneliti memilih variabel Current Ratio (CR) karena
merupakan ukuran yang umum digunakan untuk melihat kemampuan suatu
perusahaan memenuhi kebutuhan utang ketika jatuh tempo.

Menurut Subramanyam dan Jhon dalam Fahmi (2011) Current Ratio (CR)
mampu untuk mengukur kemampuan memenuhi kewajiban lancar, sebagai
penyangga kerugian, dan merupakan cadangan dana.

Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk menilai
utang dengan ekuitas, yang berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal yang
dijadikan untuk jaminan utang.

Return On Equity (ROE) merupakan ukuran profitabilitas dari sudut


pandang pemegang saham yang mengkaji sejauh mana suatu perusahaan
mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atas
ekuitas, dan berguna untuk mengetahui besarnya kembalian yang diberikan oleh
perusahaan untuk setiap rupiah modal dari pemilik.

Price Earning Ratio (PER) menunjukkan hubungan antara harga pasar


saham biasa dan earning per share, bagi para investor angka rasio ini digunakan
untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di masa
mendatang.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan


penelitian dengan judul: Analisis Fundamental terhadap Return Saham LQ45.

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka masalah yang akan
diteliti dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah rasio keuangan yang terdiri dari Current Ratio (CR), Debt to Equity
Ratio (DER), Return On Equity (ROE) dan Price Earning Ratio (PER)
secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham
LQ 45?
2. Apakah rasio keuangan yang terdiri dari Current Ratio (CR), Debt to Equity
Ratio (DER), Return On Equity (ROE) dan Price Earning Ratio (PER)
secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return
saham LQ-45?

1.3

Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


H1 :

Current Ratio (CR) mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham.

H2 :

Debt to Equity Ratio (DER) mempunyai pengaruh signifikan terhadap


return saham.

H3 :

Return On Equity (ROE) mempunyai pengaruh signifikan terhadap return


saham.

H4 :

Price Earning Ratio (PER) mempunyai pengaruh signifikan terhadap return


saham.

H5 :

Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Equity (ROE)
dan Price Earning Ratio (PER) mempunyai pengaruh signifikan terhadap
return saham.

1.4

Ruang Lingkup Penelitian

Adapun batasan dan ruang lingkup masalah penelitian yang ditetapkan oleh penulis
adalah sebagai berikut :
a. Variabel Terikat ( dependent variable ) : Return Saham (Y)
b. Variabel Bebas ( independent variable ) : Current Ratio (X1), Debt to
Equity Ratio (X2), Return On Equity (X3) dan Price Earning Ratio (X4)

1.5

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan yang terdiri dari Current Ratio
(CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Equity (ROE) dan Price
Earning Ratio (PER) secara parsial terhadap return saham LQ-45.
2. Untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan yang terdiri dari Current Ratio
(CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Equity (ROE) dan Price
Earning Ratio (PER) secara simultan terhadap return saham LQ-45.

1.6

Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat


sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan


dalam kajian Ilmu Administrasi Bisnis khususnya yang berkaitan dengan
manajemen keuangan tentang pengaruh analisis fundamental terhadap return
saham.

b. Manfaat Praktis

1. Bagi Emiten yaitu khususnya perusahaan-perusahaan yang masuk dalam


kelompok Indeks LQ-45, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dalam rangka pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan kinerja
keuangan perusahaan.
2. Bagi Investor, dapat digunakan sebagai bahan pengambil keputusan dalam
menginvestasikan dananya pada sekuritas yang menghasilkan return saham
yang optimal. Dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
return saham diharapkan investor mampu memprediksi return saham, dan
menilai kinerja saham suatu perusahaan.
3. Bagi Penulis, dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan dalam
melakukan penganalisaan tentang pasar modal, khususnya mengenai return
saham.

1
0

4. Bagi Pembaca dan peneliti lain, dapat digunakan sebagai referensi

khususnya yang tertarik meneliti mengenai return saham, khususnya saham


Indeks LQ-45.

1
1

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1

Pasar Modal

Menurut Samsul (2006), pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya
antara permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang,
umumnya lebih dari satu tahun. Sedangkan menurut Fahmi dan Hadi (2011), pasar
modal adalah tempat dimana berbagai pihak khususnya perusahaan menjual saham
(stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut nantinya
akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau untuk memperkuat dana
perusahaan. Dari dua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pasar modal
adalah tempat bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrumen
keuangan jangka panjang yang biasanya diperjualbelikan umumnya lebih dari satu
tahun yang dipergunakan sebagai tambahan dana atau untuk memperkuat dana
perusahaan.

2.2

Rasio Keuangan

Menurut

Kasmir

(2008)

rasio

keuangan

merupakan

kegiatan

membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara


membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara
satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau
antarkomponen yang ada di antara laporan keuangan. Menurut Prastowo dan Juliaty

1
2

(2005) analisis rasio bertujuan untuk menilai efektivitas keputusan yang telah
diambil oleh perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas usahanya.

Menurut J. Fred Weston dalam Kasmir (2008) kelemahan rasio keuangan


adalah sebagai berikut:

1. Data keuangan disusun dari data akuntansi.


2. Prosedur pelaporan yang berbeda, mengakibatkan laba yang dilaporkan
berbeda pula, (dapat naik atau turun), tergantung prosedur pelaporan
keuangan tersebut.
3. Adanya manipulasi data, artinya dalam menyusun data, pihak penyusun
tidak jujur dalam memasukkan angka-angka ke laporan keuangan yang
mereka buat. Akibatnya hasil perhitungan rasio keuangan tidak
menunjukkan hasil yang sesungguhnya.
4. Perlakuan pengeluaran untuk biaya-biaya antara satu perusahaan dengan
perusahaan lainnya berbeda.
5. Penggunaan tahun fiscal yang berbeda, juga dapat menghasilkan perbedaan.
6. Pengaruh musiman mengakibatkan rasio komperatif akan ikut terpengaruh.
7. Kesamaan rasio keuangan yang telah dibuat dengan standar industry belum
menjamin perusahaan berjalan normal dan telah dikelola dengan baik.

Menurut Prastowo dan Juliaty (2005) rasio merupakan alat analisis yang
dapat memberikan jalan keluar dan menggambarkan simptom (gejala-gejala yang
tampak) suatu keadaan. Rasio juga dapat menunjukkan area-area yang memerlukan
penelitian dan penanganan yang lebih mendalam.

1
3

2.2.1

Rasio Likuiditas

Menurut Kasmir (2008) rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan


untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan. Caranya adalah dengan
membandingkan komponen yang ada di neraca, yaitu total aktiva lancer dengan
total pasiva lancer (utang jangka pendek). Terdapat dua hasil penilaiaan terhadap
pengukuran rasio likuiditas, yaitu apabila perusahaan mampu memenuhi
kewajibannya, dikatakan perusahaan tersebut dalam keadaan likuid. Sebaliknya
apabila perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban tersebut, dikatakan
perusahaan dalam keadaan illikuid. Tujuan dan manfaat yang dapat dipetik dari
hasil rasio likuiditas yaitu:

1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang


yang segera jatuh tempo pada saat ditagih.
2. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka
pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan.
3. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka
pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan sediaan atau piutang.
4. Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu
dengan membandingkannya untuk beberapa periode.

Rasio likuiditas yang sering digunakan adalah Current Ratio (CR). Current
Ratio (CR) mengukur kemampuan perusahaan memenuhi utang jangka pendeknya
dengan menggunakan aktiva lancarnya (aktiva yang berubah menjadi kas dalam
waktu satu tahun atau satu siklus bisnis). Menurut Subramanyam dan Jhon dalam

1
4

Fahmi (2011) Current Ratio (CR) mampu untuk mengukur kemampuan memenuhi
kewajiban lancar, semakin tinggi jumlah aset lancar terhadap kewajiban lancar
maka semakin besar keyakinan bahwa kewajiban lancar tersebut akan dibayar.
Current Ratio (CR) sebagai penyangga kerugian, semakin besar penyangga maka
semakin kecil risikonya. Current Ratio (CR) juga merupakan cadangan dana lancar,
yaitu ukuran tingkat keamanan terhadap ketidakpastian dan kejutan atas arus kas
perusahaan.

2.2.2

Rasio Solvabilitas

Menurut Kasmir (2008) rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan


rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai
dengan utang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan
dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh
kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan
dibubarkan (dilikuidasi).

Beberapa tujuan perusahaan dengan menggunakan rasio solvabilitas yakni:

1. Untuk mengetahui posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak


lainnya.
2. Untuk menilai seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang.
3. Untuk menilai seberapa besar pengaruh utang perusahaan terhadap
pengelolaan aktiva.

1
5

4. Untuk menilai atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal
sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.
5. Untuk menilai berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih.

Rasio solvabilitas yang sering digunakan adalah Debt to Equity Ratio


(DER). Rasio ini merupakan ukuran yang dipakai dalam menganalisis laporan
keuangan untuk memperlihatkan besarnya jaminan yang tersedia untuk kreditur.
Rasio ini menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi
utang-utang kepada pihak luar. Semakin kecil rasio ini semakin baik. Rasio ini
disebut juga rasio leverage. Untuk keamanan pihak luar rasio terbaik jika jumlah
modal lebih besar dari jumlah utang atau minimal sama. Namun bagi pemegang
saham atau manajemen, rasio leverage ini sebaiknya besar.

2.2.3

Rasio Profitabilitas

Menurut Kasmir (2008) rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai


kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Profitabilitas merupakan
kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan,
total aktiva maupun modal sendiri. Kondisi kemampuan menghasilkan laba
perusahaan merupakan informasi penting bagi berbagai pihak. Bagi para pekerja
merupakan gambaran besarnya kompensasi (gaji) yang akan diterima. Sedangkan
pihak pemegang saham berkepentingan guna mengetahui bagian laba yang menjadi
hak pemegang saham.

1
6

Rasio profitabilitas yang sering digunakan adalah Return on Equity (ROE).


ROE mengkaji sejauh mana suatu perusahaan menggunakan sumber daya yang
dimiliki untuk mampu memberikan laba atas ekuitas. Rasio ini berguna untuk
mengetahui seberapa besar kembalian yang diberikan oleh perusahaan untuk setiap
rupiah modal dari pemilik. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut
pandang pemegang saham.

2.2.4

Rasio Pasar

Menurut Hanafi dan Mamduh (2009) rasio pasar adalah rasio yang
mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku. Sudut pandang rasio ini lebih
banyak berdasar pada sudut pandang investor (calon investor), meskipun pihak
manajemen juga berkepentingan terhadap rasio ini.

Rasio pasar yang sering digunakan adalah Price Earning Ratio (PER). PER
menunjukkan hubungan antara harga pasar saham biasa dan earning per share.
Bagi investor angka rasio ini digunakan untuk memprediksi kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba di masa mendatang. Perusahaan dengan
peluang tingkat pertumbuhan yang tinggi biasanya memiliki PER yang tinggi,
sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah cenderung
memiliki PER yang rendah pula (Prastowo dan Juliaty, 2005).

2.3

Saham

Saham biasa merupakan salah satu instrumen pasar modal yang paling
dikenal. Saham biasa lebih umum disebut saham saja. Dengan adanya saham

1
7

investor dapat menikmati keuntungan yang diperoleh perusahaan. Saham adalah


surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi
dalam suatu perusahaan (Ang, 1997).

Sedangkan menurut Rusdin (2006) saham adalah sertifikat yang


menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki
hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan. Berdasarkan manfaat yang
diperoleh pemegang saham, dibedakan menjadi:

a. Saham biasa (Common Stock)

Merupakan efek yang paling sering digunakan oleh emiten dalam


memperoleh dana dari masyarakat dan juga merupakan efek yang paling dikenal di
pasar modal. Saham biasa memiliki karakteristik seperti :

1. Hak klaim terakhir atas aktiva perusahaan jika perusahaan dilikuidasi.

2. Hak suara proporsional pada pemilihan direksi serta keputusan lain yang
ditetapkan pada Rapat Umum Pemegang Saham.

3. Dividen, jika perusahaan memperoleh laba dan disetujui di dalam RUPS.

4. Hak tanggung jawab yang terbatas.

5. Hak memesan efek terlebih dahulu sebelum efek tersebut ditawarkan kepada
masyarakat.

1
8

b. Saham preferen (Preferen Stock)

Saham preferen adalah yang berbentuk gabungan antara obligasi dan saham
biasa. Jenis saham ini sering disebut dengan sekuritas campuran. Saham preferen
sama dengan saham biasa karena tidak memiliki tanggal jatuh tempo dan juga
mewakili kepemilikan dari modal. Di lain pihak saham preferen sama dengan
obligasi karena jumlah devidennya tetap selama masa berlaku dari saham, memiliki
klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, memiliki hak tebus, dan dapat dipertukarkan
dengan saham biasa (Rusdin, 2006).

2.3.1

Return Saham

Menurut Fahmi dan Hadi (2009), return adalah keuntungan yang diperoleh
oleh perusahaan, individu dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang
dilakukannya. Sedangkan menurut Hartono (2009), return merupakan hasil yang
diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasian (realized return)
atau return ekspektasian (expected return). return realisasian adalah return yang
telah terjadi yang dihitung menggunakan data historis. Return realisasian penting
karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahan dan juga
digunakan sebagai dasar penentuan return ekspektasian dan risiko di masa
mendatang. beberapa pengukuran return realisasian yang banyak digunakan adalah
return total, relatif return, kumulatif return dan return disesuaikan. Return
ekspektasian adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa
mendatang. Return ekspektasian dapat diukur berdasarkan beberapa cara yaitu

1
9

berdasarkan nilai ekspektasian masa depan, nilai return historis dan model return
ekspektasian yang ada.

Menurut Usman (2004), komponen return terdiri dari dua jenis: current
income (pendapatan lancar), dan Capital Gain (keuntungan selisih harga). Current
income merupakan keuntungan yang diperoleh melalui pembayaran yang bersifat
periode seperti: pembayaran bunga deposito, bunga obligasi, dividen dan
sebagainya. Current income disebut sebagai pendapatan lancar, karena keuntungan
yang diterima biasanya dalam bentuk kas, sehingga dapat diuangkan secara cepat,
seperti bunga atau jasa giro, dividen tunai, juga dapat dalam bentuk setara kas
seperti bonus atau dividen saham yaitu dividen yang dibayarkan dalam bentuk
saham dan dapat dikonversikan menjadi uang kas.

Komponen kedua dari return adalah capital gain, yaitu keuntungan yang
diterima karena adanya selisih antara harga jual dengan harga beli saham suatu
instrumen investasi. Capital gain sangat bergantung dari harga pasar instrument
investasi, yang berarti bahwa instrumen investasi harus diperdagangkan dipasar.
Dengan adanya perdagangan maka akan timbul perubahan nilai suatu instrument
investasi yang memberikan captal gain. Besarnya capital gain dilakukan dengan
analisis return histories yang terjadi pada periode sebelumnya, sehingga dapat
ditentukan besarnya tingkat kembalian (expected return).

2
0

2.4

Indeks LQ 45
Indeks ini dibentuk hanya terdiri dari 45 saham saham yang paling aktif

diperdagangkan. Hal tersebut didasarkan pada pertimbangan likuiditas yang tinggi


dan kapitalisasi pasar. Berikut adalah kriteria indeks LQ 45 (Jogiyanto, 2008) :
1. Selama 12 bulan terakhir, rata rata transaksi sahamnya masuk dalam
urutan 60 terbesar di pasar reguler.
2. Selama 12 bulan terakhir, rata rata nilai kapitalisasi pasarnya masuk dalam
urutan 60 terbesar di pasar regular.
3. Telah tercatat di BEI paling tidak selama 3bulan.

2.5

Pengaruh Current Ratio (CR) terhadap return saham

Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk


memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Current Ratio (CR) digunakan untuk
mencari nilai likuiditas tersebut. Current Ratio (CR) didapatkan dengan
membandingkan nilai aktiva lancar dengan kewajiban lancar perusahaan. Semakin
tinggi nilai Current Ratio (CR) berarti semakin baik kemampuan perusahaan untuk
melunasi kewajiban jangka pendeknya. Semakin baik kemampuan perusahaan
untuk melunasi kewajibannya berarti semakin kecil resiko likuidasi yang dialami
perusahaan, dengan kata lain semakin kecil resiko yang harus ditanggung oleh
pemegang saham perusahaan. Investor akan menganggap perusahaan beroperasi
dengan baik dan menutupi kewajiban jangka pendeknya ketika Current Ratio (CR)
meningkat maka nilai return saham juga mengalami peningkatan. Hasil ini

2
1

didukung oleh penelitian Widiyanti dan Dianita (2012), dan Ulupui (2005) yang
mengatakan bahwa Current Ratio (CR) berpengaruh terhadap return saham.

2.6

Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap return saham

Rasio Debt to Equity Ratio (DER) diperoleh dari pembandingan antara total
utang dengan total modal sendiri. Debt to Equity Ratio (DER) memberikan
gambaran kemampuan perusahaan melunasi seluruh utangnya bila dibandingkan
dengan modal yang dimiliki. Meningkatnya nilai Debt to Equity Ratio (DER)
berarti meningkatnya jumlah utang yang dimiliki oleh perusahaan. Disisi lain,
peningkatan Debt to Equity Ratio (DER) bisa juga disebabkan karena nilai modal
sendiri yang dimiliki jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan utang dari pihak
eksternal. Hal ini akan menyebabkan perusahaan sangat tergantung pada kreditur.
Hal ini menyebabkan para investor ragu menanamkan modalnya pada perusahaan
karena resiko utang yang tinggi. Debt to Equity Ratio (DER) yang terlalu tinggi
mempunyai dampak buruk terhadap kinerja perusahaan, karena tingkat utang yang
semakin tinggi berarti beban bunga perusahaan akan semakin besar dan akan
mengurangi keuntungan. Namun sampai batas tertentu besarnya Debt to Equity
Ratio (DER) dapat mengakibatkan tax saving yang dapat digunakan untuk
meningkatkan arus kas bagi perusahaan yang berdampak pada meningkatnya
performa dan kinerja perusahaan. Bila performa dan kinerja perusahaan meningkat,
maka minat investor terhadap perusahaan menjadi tinggi dan dampaknya terhadap
return saham akan meningkat. Berdasarkan konsep tersebut maka dimungkinkan
adanya pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap return saham. Hal tersebut

2
2

didukung oleh penelitian yang diakukan oleh Sari (2012), Susilawati dan Turyanto
(2009) yang mengemukakan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh
terhadap return saham.

2.7

Pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap return saham

Return On Equity (ROE) merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam


menghasilkan keuntungan dengan menggunakan modal sendiri, sehingga Return
On Equity (ROE) sering disebut sebagai rentabilitas modal sendiri. Tingkat Return
On Equity (ROE) yang tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba bagi pemegang saham. Jika perusahaan dapat menghasilakn laba
yang tinggi, maka permintaan akan saham akan meningkat dan selanjutnya akan
berdampak pada meningkatnya harga saham perusahaan. Ketika harga saham
semakin meningkat maka return saham juga akan meningkat. Penelitian yang
dilakukan oleh sari (2012), Widodo (2007), Jauhari dan Wibowo (2004)
menunjukkan bahwa Return On Equity (ROE) mempunyai pengaruh terhadap
return saham.

2.8

Pengaruh Price Earning Ratio (PER) terhadap return saham

Price Earning Ratio (PER) merupakan perbandingan antara harga pasar


suatu saham dengan Earning Per Share (EPS) dari saham yang bersangkutan.
Makin besar Price Earning Ratio (PER) suatu saham maka menyatakan saham
tersebut semakin mahal terhadap pendapatan bersih per saham. Jika Price Earning
Ratio (PER) meningkat maka harga saham juga akan semakin besar begitu juga

2
3

dengan return saham. Penelitian yang dilakukan oleh Savitri (2012) dan Pasaribu
(2007) menyatakan bahwa Price Earning Ratio (PER) mempunyai pengaruh
terhadap return saham.

2
4

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di BEI. Pada
penelitian ini saham yang digunakan adalah saham LQ 45 karena saham-saham
tersebut merupakan saham-saham unggulan yang dipilih dari tiap-tiap sektor
industri sehingga dapat lebih akurat dalam analisisnya secara runtut waktu (time
series).

Pemilihan sampel menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik


penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2007). Kriteria
penentuan sampel adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan tahunan dari periode 31


Desember 2007 sampai 31 Desember 2011.
2. Perusahaan selalu masuk dalam LQ 45 selama periode 2007-2011.
3. Ketersediaan dan kelengkapan data selama penelitian. Apabila ada
perusahaan yang tidak bisa dihitung rasionya, maka akan dikeluarkan.
4. Perusahaan perbankan tidak dimasukkan ke dalam sampel karena perbedaan
dalam perhitungan rasio.

2
5

Dari kriteria pengambilan sampel di atas, jumlah sampel yang memenuhi


kriteria adalah sebanyak 14 perusahaan.

Tabel 3.1

Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel

No Kode Efek

Nama Emiten

AALI

Astra Argo Lestari Tbk

ANTM

Aneka Tambang (Persero) Tbk

ASII

Astra Internasional Tbk

BNBR

Bakrie & Brothers Tbk

ENRG

Energi Mega Persada Tbk

INDF

Indofood Sukses Makmur Tbk

ISAT

Indosat Tbk

MEDC

Medco Energi International Tbk

PGAS

Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk

10

PTBA

Tambang Batubara Bukit Asam Tbk

11

SMCB

Holcim Indonesia Tbk

12

TLKM

Telekomunikasi Indonesia Tbk

13

UNSP

Bakrie Sumatra Plantations Tbk

14

UNTR

United Tractors Tbk

Sumber: http://www.idx.co.id

2
6

3.2

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dokumenter, sehingga
data yang diperlukan untuk mendukung penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
data yang telah ada dan tidak perlu dikumpulkan sendiri oleh peneliti.

Data laporan keuangan dan harga saham LQ 45 diperoleh dari www.idx.com dan
Indonesia Capital Market Directory (ICMD).

3.3

Operasionalisasi Variabel

Definisi Operasional Variabel adalah definisi dari variabelvariabel yang


digunakan dalam penelitian ini, dan menunjukkan cara pengukuran dari masing
masing variabel tersebut, pada setiap indikator dihasilkan dari data sekunder dan
dari suatu perhitungan terhadap formulasi yang mendasarkan pada konsep teori.

Variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen dan


variabel dependen. Variabel independen yaitu rasio keuangan yang terdiri dari CR,
DER, ROE, dan PER. Variabel dependen yaitu return saham. Masing-masing
variabel penelitian secara operasional dapat didefinisikan sebagai berikut:

Tabel 3.2

Definisi Operasional Variabel

Variabel

Definisi Operasional

Metode Pengukuran

Skala

2
7

Return

(Pt Pt-1)

Hasil yang diperoleh dari

Rasio

Saham (Y) peroleh dari investasi di


Rit =
dalam saham LQ-45.
Pit-1
CR (X1)

Rasio yang mengukur

Rasio

kemampuan perusahaan
memenuhi utang jangka
pendeknya dengan
menggunakan aktiva
lancarnya.
DER (X2)

Rasio ini menggambarkan

Rasio

sejauhmana modal pemilik


dapat menutupi utang
kepada pihak luar.
ROE (X3)

Rasio ini untuk


mengetahui seberapa besar
kembalian yang diberikan
oleh perusahaan untuk
setiap rupiah modal dari
pemilik.

Rasio

2
8

PER (X4)

PER melihat harga saham

Rasio

relatif terhadap earningnya.

3.4

Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif,
untuk memperkirakan secara kuantitatif pengaruh dari beberapa variable
independen secara bersamasama maupun secara sendirisendiri terhadap variable
dependen. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
regresi data panel.

3.5

Analisis Regresi dengan Data Panel

Menurut Winarno (2009), data panel dapat didefinisikan sebagai gabungan antara
data silang (cross section) dengan data runtut waktu (time series). Nama lain dari
panel adalah pool data, kombinasi data time series dan cross section, micropanel
data, longitudinal data, analisis even history dan analisis cohort.

Pada dasarnya penggunaan metode data panel memiliki beberapa keunggulan.


Berikut adalah keunggulan metode data panel:

1. Panel data mampu memperhitungkan heterogenitas individu secara eksplisit


dengan mengizinkan variabel spesifik individu.

2
9

2. Kemampuan mengontrol heterogenitas individu ini selanjutnya menjadikan


data panel dapat digunakan untuk menguji dan membangun model perilaku
yang lebih kompleks.
3. Data panel mendasarkan diri pada observasi cross section yang berulangulang (time series), sehingga metode data panel cocok untuk digunakan
sebagai study of dynamic adjustment.
4. Tingginya jumlah observasi memiliki implikasi pada data yang lebih
informatif, lebih variatif, kolinearitas antar variabel yang semakin
berkurang, dan peningkatan derajat bebas (degrees of freedom-df), sehingga
dapat diperoleh hasil estimasi yang lebih efisien.
5. Data panel dapat digunakan untuk mempelajari model-model perilaku yang
kompleks.
6. Data panel dapat meminimalkan bias yang mungkin ditimbulkan oleh
agregasi data individu.

Keunggulan-keunggulan tersebut memiliki implikasi pada tidak harus dilakukan


pengujian asumsi klasik dalm model data panel (Ajija, dkk : 2011) Persamaan
regresi dengan data panel adalah sebagai berikut:
Yit = 0+ 1X1it+ 2X2it +3X3it + 4X4it + eit

Keterangan:

Yit

: Return saham

: Konstanta

3
0

1, 2, 3, 4,

: Koefisien variabel independent

X1it

: CR

X2it

: DER

X3it

: ROE

X4it

: PER

eit

: Error

Terdapat tiga pendekatan dalam mengestimasi regresi data panel yang dapat
digunakan yaitu model Common Effect, model Fixed Effect, dan model Random
Effect.

3.5.1

Common Effect

Estimasi Common Effect (koefisien tetap antar waktu dan individu) merupakan
teknik yang paling sederhana untuk mengestimasi data panel. Hal ini karena hanya
dengan mengkombinasikan data time series dan data cross secsion tanpa melihat
perbedaan antara waktu dan individu, sehingga dapat menggunakan metode OLS
dalam mengestimasi data panel.

Dalam pendekatan estimasi ini, tidak diperlihatkan dimensi individu maupun


waktu. Diasumsikan bahwa perilaku data antar perusahaan sama dalam berbagai
kurun waktu. Dengan mengkombinasikan data time series dan data cross section

3
1

tanpa melihat perbedaan antara waktu dan individu, maka model persamaan
regresinya adalah:
Yit = 0 + 1X1it+ 2X2it +3X3it + 4X4it + eit

3.5.2

Fixed Effect

Pendekatan estimasi common effect (slope konstan tetapi intersep berbeda antar
individu) sangat jauh berbeda dari realita sebenarnya. Karakteristik antar
perusahaan jelas akan berbeda, misalnya budaya perusahaan, gaya manajerial,
sistem insentif, dan sebagainya. Salah satu cara paling sederhana mengetahui
adanya perbedaan adalah dengan mengasumsikan bahwa intersep berbeda antar
perusahaan sedangkan slopenya tetap sama antar perusahaan.

Model yang mengasumsikan adanya perbedaan intersep biasa disebut dengan


model regresi Fixed Effect. Teknik model Fixed Effect adalah teknik mengestimasi
data panel dengan menggunakan variabel dummy untuk menangkap adanya
perbedaan intersep. Pengertian Fixed Effect ini didasarkan adanya perbedaan
intersep antara perusahaan namun intersepnya sama antar waktu. Di samping itu,
model ini juga mengasumsikan bahwa koefisien regresi (slope) tetap antar
perusahaan dan antar waktu. Model Fixed Effect dengan teknik variabel dummy
dapat ditulis sebagai berikut:
Yit = 0 + 1X1it+2X2it +3X3it +4X4it+ 5d1it+ 6d2it +7d3it +.+ ndnit + eit

3.5.3

Random Effect

3
2

Pada model Fixed Effect terdapat kekurangan yaitu berkurangnya derajat


kebebasan (Degree Of Freedom) sehingga akan megurangi efisiensi parameter.
Untuk mengatasi masalah tersebut, maka dapat menggunakan pendekatan estimasi
Random Effect. Pendekatan estimasi random effect ini menggunakan variabel
gangguan (error terms). Variabel gangguan ini mungkin akan menghubungkan
antar waktu dan anatar perusahaan. Penulisan konstanta dalam model random effect
tidak lagi tetap tetapi bersifat random sehingga dapat ditulis dengan persmaan
sebagai berikut:
Yit = 0 + 1X1it+ 2X2it +3X3it + 4X4it+ eit + i

Dalam memilih model data panel yang akan digunakan, pertama dilakukan uji
Chow untuk menentukan apakah pengolahan data panel menggunakan metode
Common Effect atau Fixed Rffect. Jika signifikan maka dilanjutkan dengan uji
Hausman untuk memilih antara Fixed Effect dan Random Effect. Jika hasil uji
Hausman signifikan maka disimpulkan pengolahan dilakukan dengan metode
Fixed Effect. Namun, jika uji Hausman tidak signifikan maka dilanjutkan dengan
uji Breusch-Pagan LM test untuk memilih antara metode Random Effect dan
Common Effect.

3.6

Pengujian Hipotesis

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen


baik secara simultan maupun secara parsial mempengaruhi variabel dependen yang

3
3

mana dilakukan dengan ujit t (t-test) dan uji F (F-test) dengan tingkat signifikasi ()
5% atau = 0,05.

3.6.1

Uji t

Uji statistik t ini digunakan untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh masingmasing variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Kesimpulan
yang diambil dalam uji t ini adalah dengan melihat signifikansi () dengan
ketentuan :
< 5%

Ha diterima. Berarti variabel independen secara parsial

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.


> 5% : Ha ditolak. Berarti variabel independen secara parsial tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.

3.6.2

Uji F

Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen yang


terdapat dalam persamaan regresi secara bersama-sama berpengaruh terhadap nilai
variabel dependen. Dalam uji F kesimpulan yang diambil adalah dengan melihat
signifikansi () dengan ketentuan :
< 5%

: Ha diterima. Berarti variabel independen secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

3
4

> 5% : Ha ditolak. Berarti variabel independen secara simultan tidak berpengaruh


signifikan terhadap variabel dependen.

3.6.3

Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk melihat seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2005). Nilai R2
berada antara 0 dan 1. Semakin mendekati 1 atau 100% maka semakin besar
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap


jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan
satu variabel independen maka R2 pasti meningkat tidak perduli apakah variabel
tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (memiliki nilai
t yang signifikan atau tidak). Oleh karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk
menggunakan nilai adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi yang
terbaik. Tidak seperti R2, nilai adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu
variabel independen ditambahkan ke dalam model (Kuncoro, 2003).

Anda mungkin juga menyukai