Analisis Fundamental Terhadap Return Saham LQ 45 Di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011
Analisis Fundamental Terhadap Return Saham LQ 45 Di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011
PROPOSAL
Oleh:
117110362
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pasar modal Indonesia dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi
perhatian banyak pihak, khususnya masyarakat bisnis. Hal ini disebabkan oleh
kegiatan pasar modal yang semakin berkembang dan meningkatnya keinginan
masyarakat bisnis untuk mencari alternatif sumber pembiayaan usaha selain bank.
Suatu perusahaan dapat menerbitkan saham dan menjualnya di pasar modal untuk
mendapatkan dana yang diperlukan, tanpa harus membayar beban bunga tetap
seperti jika meminjam ke bank. Disamping itu, perkembangan pasar modal juga
dipengaruhi oleh meningkatnya kesadaran masyarakat untuk berinvestasi atau
menjadi investor.
Dalam melakukan investasi pada saham, harapan yang diinginkan investor
adalah memperoleh return. Penilaian investor terhadap suatu saham perusahaan
diantaranya adalah dengan memperhatikan kinerja perusahaan yang menerbitkan
saham. Oleh karena itu, return saham sangat penting bagi perusahaan karena
digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari suatu perusahaan, sehingga
perusahaan berusaha menjaga dan memperbaiki kinerjanya yang dapat
mempengaruhi return saham agar portofolio saham yang diinvestasikan meningkat.
laporan keuangan inilah dapat diketahui kinerja dari suatu perusahaan. Kinerja
adalah ukuran keberhasilan dari setiap bisnis. Berbagai teknik pengukuran kinerja
telah dikembangkan untuk memberikan gambaran yang tepat dari setiap bisnis.
Kinerja manajemen dan kegiatan operasional yang baik dapat meningkatkan laba
bersih sehingga membuat harga per saham menjadi tinggi. Dalam menanamkan
modalnya, investor akan mempertimbangkan dengan sebaik-baiknya ke perusahaan
mana modal akan ditanamkan. Perusahaan yang dipilih tentu saja perusahaan yang
sehat dan menghasilkan kinerja yang baik
Pada dasarnya harga saham terbentuk dari interaksi antara penjual dan
pembeli yang terjadi di lantai bursa yang akan bergerak sesuai dengan kekuatan
permintaan dan penawaran atas saham di bursa. Dengan demikian, semakin
banyak investor yang meminati saham suatu perusahaan maka semakin tinggi
pula harga saham yang ditawarkan. Perkembangan harga saham perusahaan
tertentu dapat menjadi point perusahaan tersebut apakah sesuai dengan penilaian
para investor atau tidak. Dalam melakukan investasi di pasar modal para
investor dapat melakukan pendekatan investasi
dengan menggunakan
Menurut Hanafi dan Halim (2009) rasio keuangan terdiri dari beberapa jenis
yaitu: likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan rasio pasar. Rasio likuiditas
merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
jangka pendeknya. Rasio solvabilitas merupakan rasio yang mengukur sejauh mana
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio
profitabilitas merupakan rasio yang melihat kemampuan perusahaan menghasilkan
laba. Dan rasio pasar melihat perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai
buku perusahaan. Rasio-rasio tersebut ingin melihat prospek dan risiko perusahaan
pada masa yang akan mendatang. Faktor prospek dalam rasio tersebut akan
mempengaruhi harapan investor terhadap perusahaan pada masa-masa mendatang.
Menurut Subramanyam dan Jhon dalam Fahmi (2011) Current Ratio (CR)
mampu untuk mengukur kemampuan memenuhi kewajiban lancar, sebagai
penyangga kerugian, dan merupakan cadangan dana.
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk menilai
utang dengan ekuitas, yang berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal yang
dijadikan untuk jaminan utang.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka masalah yang akan
diteliti dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah rasio keuangan yang terdiri dari Current Ratio (CR), Debt to Equity
Ratio (DER), Return On Equity (ROE) dan Price Earning Ratio (PER)
secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham
LQ 45?
2. Apakah rasio keuangan yang terdiri dari Current Ratio (CR), Debt to Equity
Ratio (DER), Return On Equity (ROE) dan Price Earning Ratio (PER)
secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return
saham LQ-45?
1.3
Hipotesis Penelitian
H2 :
H3 :
H4 :
H5 :
Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Equity (ROE)
dan Price Earning Ratio (PER) mempunyai pengaruh signifikan terhadap
return saham.
1.4
Adapun batasan dan ruang lingkup masalah penelitian yang ditetapkan oleh penulis
adalah sebagai berikut :
a. Variabel Terikat ( dependent variable ) : Return Saham (Y)
b. Variabel Bebas ( independent variable ) : Current Ratio (X1), Debt to
Equity Ratio (X2), Return On Equity (X3) dan Price Earning Ratio (X4)
1.5
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan yang terdiri dari Current Ratio
(CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Equity (ROE) dan Price
Earning Ratio (PER) secara parsial terhadap return saham LQ-45.
2. Untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan yang terdiri dari Current Ratio
(CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Equity (ROE) dan Price
Earning Ratio (PER) secara simultan terhadap return saham LQ-45.
1.6
Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
b. Manfaat Praktis
1
0
1
1
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Pasar Modal
Menurut Samsul (2006), pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya
antara permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang,
umumnya lebih dari satu tahun. Sedangkan menurut Fahmi dan Hadi (2011), pasar
modal adalah tempat dimana berbagai pihak khususnya perusahaan menjual saham
(stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut nantinya
akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau untuk memperkuat dana
perusahaan. Dari dua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pasar modal
adalah tempat bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrumen
keuangan jangka panjang yang biasanya diperjualbelikan umumnya lebih dari satu
tahun yang dipergunakan sebagai tambahan dana atau untuk memperkuat dana
perusahaan.
2.2
Rasio Keuangan
Menurut
Kasmir
(2008)
rasio
keuangan
merupakan
kegiatan
1
2
(2005) analisis rasio bertujuan untuk menilai efektivitas keputusan yang telah
diambil oleh perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas usahanya.
Menurut Prastowo dan Juliaty (2005) rasio merupakan alat analisis yang
dapat memberikan jalan keluar dan menggambarkan simptom (gejala-gejala yang
tampak) suatu keadaan. Rasio juga dapat menunjukkan area-area yang memerlukan
penelitian dan penanganan yang lebih mendalam.
1
3
2.2.1
Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas yang sering digunakan adalah Current Ratio (CR). Current
Ratio (CR) mengukur kemampuan perusahaan memenuhi utang jangka pendeknya
dengan menggunakan aktiva lancarnya (aktiva yang berubah menjadi kas dalam
waktu satu tahun atau satu siklus bisnis). Menurut Subramanyam dan Jhon dalam
1
4
Fahmi (2011) Current Ratio (CR) mampu untuk mengukur kemampuan memenuhi
kewajiban lancar, semakin tinggi jumlah aset lancar terhadap kewajiban lancar
maka semakin besar keyakinan bahwa kewajiban lancar tersebut akan dibayar.
Current Ratio (CR) sebagai penyangga kerugian, semakin besar penyangga maka
semakin kecil risikonya. Current Ratio (CR) juga merupakan cadangan dana lancar,
yaitu ukuran tingkat keamanan terhadap ketidakpastian dan kejutan atas arus kas
perusahaan.
2.2.2
Rasio Solvabilitas
1
5
4. Untuk menilai atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal
sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.
5. Untuk menilai berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih.
2.2.3
Rasio Profitabilitas
1
6
2.2.4
Rasio Pasar
Menurut Hanafi dan Mamduh (2009) rasio pasar adalah rasio yang
mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku. Sudut pandang rasio ini lebih
banyak berdasar pada sudut pandang investor (calon investor), meskipun pihak
manajemen juga berkepentingan terhadap rasio ini.
Rasio pasar yang sering digunakan adalah Price Earning Ratio (PER). PER
menunjukkan hubungan antara harga pasar saham biasa dan earning per share.
Bagi investor angka rasio ini digunakan untuk memprediksi kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba di masa mendatang. Perusahaan dengan
peluang tingkat pertumbuhan yang tinggi biasanya memiliki PER yang tinggi,
sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah cenderung
memiliki PER yang rendah pula (Prastowo dan Juliaty, 2005).
2.3
Saham
Saham biasa merupakan salah satu instrumen pasar modal yang paling
dikenal. Saham biasa lebih umum disebut saham saja. Dengan adanya saham
1
7
2. Hak suara proporsional pada pemilihan direksi serta keputusan lain yang
ditetapkan pada Rapat Umum Pemegang Saham.
5. Hak memesan efek terlebih dahulu sebelum efek tersebut ditawarkan kepada
masyarakat.
1
8
Saham preferen adalah yang berbentuk gabungan antara obligasi dan saham
biasa. Jenis saham ini sering disebut dengan sekuritas campuran. Saham preferen
sama dengan saham biasa karena tidak memiliki tanggal jatuh tempo dan juga
mewakili kepemilikan dari modal. Di lain pihak saham preferen sama dengan
obligasi karena jumlah devidennya tetap selama masa berlaku dari saham, memiliki
klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, memiliki hak tebus, dan dapat dipertukarkan
dengan saham biasa (Rusdin, 2006).
2.3.1
Return Saham
Menurut Fahmi dan Hadi (2009), return adalah keuntungan yang diperoleh
oleh perusahaan, individu dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang
dilakukannya. Sedangkan menurut Hartono (2009), return merupakan hasil yang
diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasian (realized return)
atau return ekspektasian (expected return). return realisasian adalah return yang
telah terjadi yang dihitung menggunakan data historis. Return realisasian penting
karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahan dan juga
digunakan sebagai dasar penentuan return ekspektasian dan risiko di masa
mendatang. beberapa pengukuran return realisasian yang banyak digunakan adalah
return total, relatif return, kumulatif return dan return disesuaikan. Return
ekspektasian adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa
mendatang. Return ekspektasian dapat diukur berdasarkan beberapa cara yaitu
1
9
berdasarkan nilai ekspektasian masa depan, nilai return historis dan model return
ekspektasian yang ada.
Menurut Usman (2004), komponen return terdiri dari dua jenis: current
income (pendapatan lancar), dan Capital Gain (keuntungan selisih harga). Current
income merupakan keuntungan yang diperoleh melalui pembayaran yang bersifat
periode seperti: pembayaran bunga deposito, bunga obligasi, dividen dan
sebagainya. Current income disebut sebagai pendapatan lancar, karena keuntungan
yang diterima biasanya dalam bentuk kas, sehingga dapat diuangkan secara cepat,
seperti bunga atau jasa giro, dividen tunai, juga dapat dalam bentuk setara kas
seperti bonus atau dividen saham yaitu dividen yang dibayarkan dalam bentuk
saham dan dapat dikonversikan menjadi uang kas.
Komponen kedua dari return adalah capital gain, yaitu keuntungan yang
diterima karena adanya selisih antara harga jual dengan harga beli saham suatu
instrumen investasi. Capital gain sangat bergantung dari harga pasar instrument
investasi, yang berarti bahwa instrumen investasi harus diperdagangkan dipasar.
Dengan adanya perdagangan maka akan timbul perubahan nilai suatu instrument
investasi yang memberikan captal gain. Besarnya capital gain dilakukan dengan
analisis return histories yang terjadi pada periode sebelumnya, sehingga dapat
ditentukan besarnya tingkat kembalian (expected return).
2
0
2.4
Indeks LQ 45
Indeks ini dibentuk hanya terdiri dari 45 saham saham yang paling aktif
2.5
2
1
didukung oleh penelitian Widiyanti dan Dianita (2012), dan Ulupui (2005) yang
mengatakan bahwa Current Ratio (CR) berpengaruh terhadap return saham.
2.6
Rasio Debt to Equity Ratio (DER) diperoleh dari pembandingan antara total
utang dengan total modal sendiri. Debt to Equity Ratio (DER) memberikan
gambaran kemampuan perusahaan melunasi seluruh utangnya bila dibandingkan
dengan modal yang dimiliki. Meningkatnya nilai Debt to Equity Ratio (DER)
berarti meningkatnya jumlah utang yang dimiliki oleh perusahaan. Disisi lain,
peningkatan Debt to Equity Ratio (DER) bisa juga disebabkan karena nilai modal
sendiri yang dimiliki jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan utang dari pihak
eksternal. Hal ini akan menyebabkan perusahaan sangat tergantung pada kreditur.
Hal ini menyebabkan para investor ragu menanamkan modalnya pada perusahaan
karena resiko utang yang tinggi. Debt to Equity Ratio (DER) yang terlalu tinggi
mempunyai dampak buruk terhadap kinerja perusahaan, karena tingkat utang yang
semakin tinggi berarti beban bunga perusahaan akan semakin besar dan akan
mengurangi keuntungan. Namun sampai batas tertentu besarnya Debt to Equity
Ratio (DER) dapat mengakibatkan tax saving yang dapat digunakan untuk
meningkatkan arus kas bagi perusahaan yang berdampak pada meningkatnya
performa dan kinerja perusahaan. Bila performa dan kinerja perusahaan meningkat,
maka minat investor terhadap perusahaan menjadi tinggi dan dampaknya terhadap
return saham akan meningkat. Berdasarkan konsep tersebut maka dimungkinkan
adanya pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap return saham. Hal tersebut
2
2
didukung oleh penelitian yang diakukan oleh Sari (2012), Susilawati dan Turyanto
(2009) yang mengemukakan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh
terhadap return saham.
2.7
2.8
2
3
dengan return saham. Penelitian yang dilakukan oleh Savitri (2012) dan Pasaribu
(2007) menyatakan bahwa Price Earning Ratio (PER) mempunyai pengaruh
terhadap return saham.
2
4
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di BEI. Pada
penelitian ini saham yang digunakan adalah saham LQ 45 karena saham-saham
tersebut merupakan saham-saham unggulan yang dipilih dari tiap-tiap sektor
industri sehingga dapat lebih akurat dalam analisisnya secara runtut waktu (time
series).
2
5
Tabel 3.1
No Kode Efek
Nama Emiten
AALI
ANTM
ASII
BNBR
ENRG
INDF
ISAT
Indosat Tbk
MEDC
PGAS
10
PTBA
11
SMCB
12
TLKM
13
UNSP
14
UNTR
Sumber: http://www.idx.co.id
2
6
3.2
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dokumenter, sehingga
data yang diperlukan untuk mendukung penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
data yang telah ada dan tidak perlu dikumpulkan sendiri oleh peneliti.
Data laporan keuangan dan harga saham LQ 45 diperoleh dari www.idx.com dan
Indonesia Capital Market Directory (ICMD).
3.3
Operasionalisasi Variabel
Tabel 3.2
Variabel
Definisi Operasional
Metode Pengukuran
Skala
2
7
Return
(Pt Pt-1)
Rasio
Rasio
kemampuan perusahaan
memenuhi utang jangka
pendeknya dengan
menggunakan aktiva
lancarnya.
DER (X2)
Rasio
Rasio
2
8
PER (X4)
Rasio
3.4
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif,
untuk memperkirakan secara kuantitatif pengaruh dari beberapa variable
independen secara bersamasama maupun secara sendirisendiri terhadap variable
dependen. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
regresi data panel.
3.5
Menurut Winarno (2009), data panel dapat didefinisikan sebagai gabungan antara
data silang (cross section) dengan data runtut waktu (time series). Nama lain dari
panel adalah pool data, kombinasi data time series dan cross section, micropanel
data, longitudinal data, analisis even history dan analisis cohort.
2
9
Keterangan:
Yit
: Return saham
: Konstanta
3
0
1, 2, 3, 4,
X1it
: CR
X2it
: DER
X3it
: ROE
X4it
: PER
eit
: Error
Terdapat tiga pendekatan dalam mengestimasi regresi data panel yang dapat
digunakan yaitu model Common Effect, model Fixed Effect, dan model Random
Effect.
3.5.1
Common Effect
Estimasi Common Effect (koefisien tetap antar waktu dan individu) merupakan
teknik yang paling sederhana untuk mengestimasi data panel. Hal ini karena hanya
dengan mengkombinasikan data time series dan data cross secsion tanpa melihat
perbedaan antara waktu dan individu, sehingga dapat menggunakan metode OLS
dalam mengestimasi data panel.
3
1
tanpa melihat perbedaan antara waktu dan individu, maka model persamaan
regresinya adalah:
Yit = 0 + 1X1it+ 2X2it +3X3it + 4X4it + eit
3.5.2
Fixed Effect
Pendekatan estimasi common effect (slope konstan tetapi intersep berbeda antar
individu) sangat jauh berbeda dari realita sebenarnya. Karakteristik antar
perusahaan jelas akan berbeda, misalnya budaya perusahaan, gaya manajerial,
sistem insentif, dan sebagainya. Salah satu cara paling sederhana mengetahui
adanya perbedaan adalah dengan mengasumsikan bahwa intersep berbeda antar
perusahaan sedangkan slopenya tetap sama antar perusahaan.
3.5.3
Random Effect
3
2
Dalam memilih model data panel yang akan digunakan, pertama dilakukan uji
Chow untuk menentukan apakah pengolahan data panel menggunakan metode
Common Effect atau Fixed Rffect. Jika signifikan maka dilanjutkan dengan uji
Hausman untuk memilih antara Fixed Effect dan Random Effect. Jika hasil uji
Hausman signifikan maka disimpulkan pengolahan dilakukan dengan metode
Fixed Effect. Namun, jika uji Hausman tidak signifikan maka dilanjutkan dengan
uji Breusch-Pagan LM test untuk memilih antara metode Random Effect dan
Common Effect.
3.6
Pengujian Hipotesis
3
3
mana dilakukan dengan ujit t (t-test) dan uji F (F-test) dengan tingkat signifikasi ()
5% atau = 0,05.
3.6.1
Uji t
Uji statistik t ini digunakan untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh masingmasing variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Kesimpulan
yang diambil dalam uji t ini adalah dengan melihat signifikansi () dengan
ketentuan :
< 5%
3.6.2
Uji F
3
4
3.6.3
Uji koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk melihat seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2005). Nilai R2
berada antara 0 dan 1. Semakin mendekati 1 atau 100% maka semakin besar
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.