Anda di halaman 1dari 22

Pada anamnesis ditanyakan mengenai riwayat

seksual, riwayat penyakit yang pernah diderita, dan


riwayat reproduksi sang istri seperti pada tabel di
bawah ini.

Tabel Wawancara untuk Menggali Penyebab


Infertilitas Pria
Riwayat Seksual:
Libido/potensi seksual, frekuensi senggama dan
penggunaan lubrikan pada saat senggama
Riwayat Penyakit Dahulu:

Penyakit sistemik (kencing manis, gangguan faal


ginjal, faal liver, dan fungsi tiroid), infeksi saluran
kemih, mump

Riwayat pemakaian obat-obatan dalam jangka lama


: marijuana dan steroid

Riwayat operasi : pasca herniorafi, orkidopeksi, dan


pembedahan pada retroperitoneal

Pekerjaan dan kebiasaan : perokok, alcohol,


terpapar oleh radiasi, dan pestisida

Riwayat Reproduksi Pasangannya (istri)

Pemeriksaan Umum:
Fisik tubuh kekar, ginekomasti, galaktore, anosmia,
atau penyenpitan lapangan pandang (visualfield)
Pemeriksaan genitalia
Jaringan parut (bekas herniotomi atau bekas
orkidopeksi / orkidektomi), keadaan testis (jumlah,
ukuran, dan konsistensinya), varikokel, epididimis
atau vas deferens menebal atau tak teraba,
adanya hipospadi, atau penyempitan muara uretra
Colok dubur
Menilai pembesaran/nyeri pada prostat, keadaan
vesikula seminalis, dan reflek bulbokavernosus.

Pemeriksaan Analisis Sperma dan Hormon


Kriteria Nilai rujukan normal
Volume : 2 ml atau lebih
Waktu likuefaksi : Dalam 60 menit
pH : 7,2 atau lebih
Konsentrasi sperma : 20 juta per mililiter atau lebih
Jumlah sperma total : 40 juta per mililiter atau lebih
Lurus cepat (gerakan yang progresif dalam 60 menit
setelah ejakulasi (1) : 25 % atau lebih
Jumlah antara lurus lambat (2) dan lurus cepat (1) : 50 %
atau lebih
Morfologi normal : 30% atau lebih
Vitalitas : 75% atau lebih yang hidup
Lekosit : Kurang dari 1 juta per mililiter

Keterangan :
Derajat 1: gerak sperma cepat dengan arah yang lurus
Derajat 2: gerak sperma lambat atau berputar-putar

Terminologi dan Definisi Analisis Sperna Berdasarkan Kualitas Sperma

Normozoozpermia : karakteristik normal

Oligozoospermia
ml3

Asthenozoospermia
bergerak secara
kurang dari50%

Teratozoospermia : jumlahsperma dengan morfologi normal kurang


dari 30%

Azoospermia

Aspermia

Kristosperma
: jumlah sperma sangat sedikit yang
dijumpai setelah sentrufugasi.

: konsentrasi spermatozoa kurang dari 20 juta per


: jumlah sperma yang masih hidup dan
aktif, dalam waktu 1 jam setelah ajakulasi,

: tidakadanya spermatozoa dalam sperma

: sama sekali tidak terjadi ejakulasi sperma

Infertilitas et causa Gangguan Hormonal


Gangguan hormonal biasanya merupakan faktor utama
penyebab infertilitas/ketidaksuburan.

Kelangsungan spermatogenesis dan fungsi organ lainnya


dipengaruhi oleh hormon gonadotropin, kadar FSH & LH
yang meningkat, gagal testis primer, sindrom klinifelter,
dan sertoli cell failure.

Produksi sperma laki-laki diatur oleh hormone seksual


pria. Apabila terjadi gangguan atau masalah hormonal
maka hormon gonadotrofin akan turun dan produksi
sperma pun juga akan menurun.

Sperma yang sedikit jumlahnya biasanya juga disebabkan


karena kekurangan hormone testosterone.Prolaktin
meningkat juga menghambat pengeluaran hormon seks,
yang berakibat terganggunya proses pembentukan
sperma.

Kelainan Anatomi Organ Genitalia Wanita


Vagina

Kemampuan menyampaikan sperma ke


dalam vagina sekitar serviks perlu untuk
fertilitas.

Masalah vagina yang dapat menghambat


penyampaian ini ialah adanya sumbatan
atau peradangan.

Sumbatan psikogen disebut vaginismus atau


disparenia, sedangkan sumbatan anatomik
dapat karena bawaan atau perolehan.

Serviks

Infertilitas yang berhubungan dengan faktor


serviks dapat disebabkan oleh sumbatan
kanalis servikalis, lendir serviks yang abnormal,
malposisi dari serviks atau kombinasinya.

Terdapat berbagai kelainan anatomi serviks


yang dapat berperan dalam infertilitas, yaitu
cacat bawaan (atresia), polip serviks, stenosis
akibat trauma, peradangan (servisitis
menahun), sinekia (biasanya bersamaan
dengan sinekia intrauterin) setelah konisasi,
dan inseminasi yang tidak adekuat.

Uterus
Spermatozoa dapat ditemukan dalam tuba fallopii manusia secepat
5 menit setelah inseminasi.

Kontraksi vagina dan uterus memegang peranan penting dalam


transportasi spermatozoa.

Pada manusia, oksitosin tidak berpengaruh terhadap uterus yang


tidak hamil akan tetapi prostaglandin dalam sperma dapat
membuat uterus berkontraksi secara ritmik. Ternyata,
prostaglandinlah yang memegang peranan penting dalam
transportasi spermatozoa

Masalah lain yang dapat mengganggu transportasi spermatozoa


melalui uterus ialah distorsi kavum uteri karena sinekia, mioma, atau
polip; peradangan endometrium, dan gangguan kontraksi uterus.
Kelainan-kelainan tersebut dapat mengganggu dalam hal implantasi,
pertumbuhan intrauterine, dan nutrisi serta oksigenisasi janin.

Infertilitas Primer et causa Azoospermia

Infertilitas dapat terjadi dari sisi pria, wanita, maupun keduaduanya(pasangan).

Disebut infertilitas pasangan bila terjadi penolakan sperma


suami oleh istri sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan
sel telur.

Hal ini biasanya disebabkan oleh ketidakseimbangan antigen


atau antibodi pasangan tersebut.

Penyebab pada pria yaitu bisa dikarenakan azoospermia(tidak


terdapat spermatozoa), mungkin akibat spermatogenesis yang
abnormal(perkembangan testis yang abnormal;
kriptokismus/terlambatnya turun;orchitis akibat parotitis;dan
kerusakan duktus spermatikus oleh infeksi misalnya gonorrhea).

Faktor suami sebesar 25-40%, istri 40-55%, keduannya


10% dan idiopatik 10%.

Kelainan pada semen, gangguan ovulasi, cidera


tuba,endometriosis, gangguan ineterasi sperma-sekret
serviks, gangguan imunologi, infeksi dan idiopatik.

Pre Testikuler
Kelainan pada hipotalamus
Defisiensi hormon gonadotropin yaitu LH, dan FSH

Kelainan pada hipofisis


Insufisiensi hipofisis oleh karena tumor, radiasi, atau
operasi
Hiperprolaktinemia
Hemokromatosis
Substitusi / terapi hormon yang berlebihan

Testikuler
Anomali kromosom
Anorkhismus bilateral
Gonadotoksin: obat-obatan, radiasi
Orchitis
Trauma testis
Penyakit sistemik: gagal ginjal, gagal hepar, anemi bulan sabit
Kriptorkismus
Varikokel

Pasca Testikuler
Gangguan transportasi sperma
Kelainan bawaan: vesikula seminalis atua vas deferens tidak
terbentuk yaitu pada keadaan congenital bilateral absent of the
vas deferens (CBAVD)
Obstruksi vas deferens / epididimis akibat infeksi atau
vasektomi
Disfungsi ereksi, gangguan emisi, dan gangguan ejakulasi
(ejakulasi retrograd)

Kelainan fungsi dan motilitas sperma
Kelainan bawaan ekor sperma
Gangguan maturasi sperma
Kelainan imunologik
Infeksi

Prevalensi wanita yang didiagnosis dengan


infertilitas, kira-kira
3%,denganjangkauan728%,tergantungpadausiase
orangwanita

Namun,insidensidariinfertilitasprimertelahmening

kat,bersamaandengan penurunan insidensi


infertilitas sekunder, yangkemungkinanbesar
akibatperubahan sosial seperti penundaan
kehamilan.

Spermatogenesis
Sperma diproduksi di dalam testis melalui proses
spermatogenesis.

Proses ini diatur oleh sumbu hipotalamo-hipofisisgonad.

Hipotalamus mengeluarkan hormon gonadotropin


releasing hormone (GnRH) yang merangsang
kelenjar hipofisis anterior untuk memproduksi
hormon gonadotropin yaitu follicle stimulating
hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH).

Proses produksi sperma (spermatogenesis)


berlangsung di dalam testis dimulai dari
diferensiasi sel stem primitif spermatogonium
yang terdapat pada membrana basalis tubulus
seminiferus testis.

Spermatogonium kemudian mengalami


mitosis, meiosis, dan mengalami tarnsformasi
menjadi spermatozoa sesuai dengan urutan
mulai dari : spermatogonium spermatosid I
spermatosid II spermatid spermatozoa.

Sperma yang dibentuk di tubuli seminiferi terkumpul di dalam rete


testis (yaitu tempat bermuaranya tubuli seminiferi di dalam testis),
yang kemudian disalurkan ke epididimis melalui duktuli eferentes.

Di dalam epididimis sperma mengalami maturasi sehingga mampu


bergerak (motile), disimpan beberapa saat di kauda epididimis, dan
selanjutnya dialirkan melalui vas deferens untuk disimpan di
ampula duktus deferens.

Sperma dikeluarkan dari organ reproduksi pria melalui proses


ejakulasi.

Proses ini diawali dari fase emisi yaitu terjadinya kontraksi otot vas
deferens dan penutupan leher buli-buli di bawah kontrol saraf
simpatik.

Proses ini menyebabkan sperma beserta cairan vesikula seminalis


dan cairan prostat terkumpul di dalam uretra posterior dan siap
disemprotkan keluar dari uretra.

Proses ejakulasi terjadi karena adanya dorongan ritmik dari


kontraksi otot bulbo kavernosus.

Setelah di deposit di dalam vagina, sperma masih dapat hidup hingga 36-72
jam.

Dalam waktu 5 menit sperma dapat bergerak mencapai ampula tuba falopii
dan setelah mengalami perubahan fisiologis bertemu dengan ovum dan
terjadilah fertilisasi

Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi hipotalamus


dan hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional testis.

Gaya hidup memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi infertilitas


dinataranya merokok, penggunaan obat-obatan dan zat adiktif yang
berdampak pada abnormalitas sperma dan penurunan libido.

Konsumsi alkohol mempengaruhi masalah ereksi yang mengakibatkan


berkurangnya pancaran sperma.

Suhu disekitar areal testis juga mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis.

Terjadinya ejakulasi retrograd misalnya akibat pembedahan sehingga


menyebabkan sperma masuk ke vesika urinaria yang mengakibatkan
komposisi sperma terganggu

Pengobatan infertilitas pada pria terlebih dahulu


ditujukan langsung pada etiologi yang
menyebabkannya. Pengobatan ini dapat meliputi
terapi medis atau pembedahan, seperti koreksi
verikokel atau koreksi pada penyumbatan vas
deferens.

Pada kasus infertilitas pria yang berat, sperma dapat


disuntikkan langsung ke dalam sitoplasma oosit untuk
menimbulkan fertilisasi (injeksi sperma
intrasitplasma/intracytoplasmic sperm injection, ICSI).

Sperma-sperma ini mungkin imotil.

Sperma tersebut dapat diambil langsung dari vas


deferens, epididimis atau bahkan testis pada pria
dengan azoospermia obstruktif.

hal yang dapat dilakukan adalah:

Mengobati infeksi di organ reproduksi. Ada berbagai jenis


infeksi diketahui menyebabkan infertilitas seperti infeksi
prostat, testis / buah zakar, maupun saluran sperma.

Menghindari rokok. Rokok mengandung zat-zat yang dapat


meracuni pertumbuhan, jumlah dan kualitas sperma.

Menghindari Alkohol dan zat adiktif. Alkohol dalam jumlah


banyak dihubungkan dengan rendahnya kadar hormon
testosteron yang tentu akan mengganggu pertumbuhan
sperma. Ganja /mariyuana juga dikenal sebagai salah satu
penyebab gangguan pertumbuhan sperma.

Hindari obat yang mempengaruhi jumlah sperma, sepreti

Menurut Behrman dan Kistner, prognosis terjadinya


kehamilan tergantung pada umur suami, umur istri, dan
lamanya dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan
(frekuensi senggama dan lamanya perkawinan).

Fertilitas maksimal wanita dicapai pada umur 24 tahun,


kemudian menurun perlahan-lahan sampai umur 30 tahun,
dan setelah itu menurun dengan cepat.

Menurut MacLeod, fertilitas maksimal pria dicapai pada umur


24-25 tahun. Hampir pada setiap golongan umur pria proporsi
terjadinya kehamilan dalam waktu kurang dari 6 bulan
meningkat dengan meningkatnya frekuensi
senggama/hubungan sex

Ternyata, berhubungan sex 4 kali seminggu paling


memungkinkan terjadinya kehamilan karena ternyata kualitas
dan jenis motilitas spermatozoa menjadi lebih baik dengan
seringnya ejakulasi

Ketidakmampuan sepasang suami istri untuk


memiliki keturunan, dimana wanita belum
mengalami kehamilan setelah bersenggama
secara teratur 2 3 kali seminggu, tanpa
memakai metode pencegahan selama 1tahun.

Infertilitas dikatakan sebagai infertilitas primer


jika sebelumnya pasangan suami istri belum
pernah mengalami kehamilan.

Sementara itu, dikatakan sebagai infertilitas


sekunder jika pasangan suami istri gagal untuk
memperoleh kehamilan setelah satu tahun
pascapersalinan atau pasca abortus, tanpa
menggunakan kontrasepsi apapun.

Anda mungkin juga menyukai